kejang demam sederhana pada anak

26
Kejang Demam Sederhana pada Anak Nurul Ilmia 102011382 Mahasiswi fakultas kedokteran universitas Kristen krida wacana Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510.No. Telp (021) 5694-2061, e-mail: [email protected] Pendahuluan Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terkait dengan demam dan usia, serta tidak didapatkan infeksi ataupun kelainan intrakranial. Dikatakan demam apabila terjadi kenaikan suhu tubuh rektal di atas 380C atau suhu tubuh aksila di atas 37,80C. Biasanya kejang demam terjadi pada waktu anak berusia antara 3 bulan sampai dengan 5 tahun, dan terbanyak pada anak berusia 14- 18 bulan. Kejang demam merupakan kelainan tersering pada anak, 2%-5% anak berusia di bawah 5 tahun pernah mengalami bangkitan kejang demam. Di Amerika Serikat insiden kejang demam berkisar antara 2%-5% pada anak berusia kurang dari 5 tahun. Di Asia angka kejadian kejang demam dilaporkan lebih tinggi dan sekitar 80%-90% dari seluruh kejang demam adalah kejang demam sederhana. Kejang demam dikelompokkan menjadi dua, yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf tersering pada anak. Kejang demam dapat terjadi karena adanya pengaruh beberapa hal, yaitu umur, faktor risiko saat kehamilan maupun persalinan yang menyebabkan trauma otak, suhu badan, faktor genetik, infeksi berulang dan ketidakseimbangan neurotransmitter inhibitor dan eksitator. Prognosis kejang demam baik, tetapi 25%-50% kejang demam akan mengalami bangkitan kejang demam berulang dan 4% penderita kejang demam dapat mengalami gangguan tingkah laku dan penurunan tingkat intelegensi. Tujuan penulisan, mengetahui penyebab terjadinya kejang demam sederhana

Upload: nurul-ilmia

Post on 14-Apr-2017

243 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kejang Demam Sederhana Pada Anak

Kejang Demam Sederhana pada Anak

Nurul Ilmia

102011382

Mahasiswi fakultas kedokteran universitas Kristen krida wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510.No. Telp (021) 5694-2061,

e-mail: [email protected]

Pendahuluan

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terkait dengan demam dan usia, serta tidak didapatkan infeksi ataupun kelainan intrakranial. Dikatakan demam apabila terjadi kenaikan suhu tubuh rektal di atas 380C atau suhu tubuh aksila di atas 37,80C. Biasanya kejang demam terjadi pada waktu anak berusia antara 3 bulan sampai dengan 5 tahun, dan terbanyak pada anak berusia 14-18 bulan. Kejang demam merupakan kelainan tersering pada anak, 2%-5% anak berusia di bawah 5 tahun pernah mengalami bangkitan kejang demam. Di Amerika Serikat insiden kejang demam berkisar antara 2%-5% pada anak berusia kurang dari 5 tahun. Di Asia angka kejadian kejang demam dilaporkan lebih tinggi dan sekitar 80%-90% dari seluruh kejang demam adalah kejang demam sederhana.

Kejang demam dikelompokkan menjadi dua, yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf tersering pada anak. Kejang demam dapat terjadi karena adanya pengaruh beberapa hal, yaitu umur, faktor risiko saat kehamilan maupun persalinan yang menyebabkan trauma otak, suhu badan, faktor genetik, infeksi berulang dan ketidakseimbangan neurotransmitter inhibitor dan eksitator. Prognosis kejang demam baik, tetapi 25%-50% kejang demam akan mengalami bangkitan kejang demam berulang dan 4% penderita kejang demam dapat mengalami gangguan tingkah laku dan penurunan tingkat intelegensi.

Tujuan penulisan, mengetahui penyebab terjadinya kejang demam sederhanapada pasien serta dapat memberikan terapi yang cepat dan

Pembahasan

Anamnesis

Anamnesis dapat dilakukan dengan cara autoanamnesis dan alloanamnesis. Auto anamnesis dilakukan jika pasien dalam keadaan sadar dan dalam keadaan dapat di anamnesis dengan baik, sedangkan alloanamnesis dapat dilakukan jika pasien dalam keadaan tidak sadar atau anak-anak yang belum dapat dianamnesis sehingga dapat dilakukan anamnesis kerabat atau orang-orang terdekat pasien yang mengetahui riwayat perjalanan penyakit pasien.

Page 2: Kejang Demam Sederhana Pada Anak

Keluhan utama merupakan bagian paling penting dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis ini biasanya memberikan informasi terpenting untuk mencapai diagnosis banding, dan memberikan wawasan vital mengenai gambaran keluhan yang menurut pasien paling penting. Anamnesis ini sebaiknya mencakup sebagian besar waktu konsultasi. Anamnesis yang di dapat harus di catat dan disajikan dengan kata-kata pasien sendiri, dan tidak boleh disamarkan dengan istilah medis yang bisa mengaburkan sifat asli keluhan dan nuansa yang penting.

Riwayat penyakit sekarang meliputi pertanyaan yang diajukan untuk menyingkirkan beberapa penyakit diagnosis yang ada, pertanyaan seperti berikut2:

Lama serangan (misalnya, beberapa jam sampai beberapa hari, atau beberapa minggu bahkan bulan)

Perkembangan penyakit (misalnya ascending paralysis) Adakah gangguan fungsi sensorik (baal, kehilangan keseimbangan terutama dalam gelap,

nyeri/rasa terbakar) Adakah gangguan bulbar (perubahan suara/menelan) Apakah terjadi kelemahan nervus fasialis (gangguan mengunyak, menghisap, dan

meniup) Apakah terjadi kelemahan otot ekstraokular Adakah gangguan pernafasan Adakah gangguan kandung kemih atau gangguan gastrointestinal Adakah gangguan system otonon (retensi urin, diare, pusing) Adakah gejala sistemik (demam, penurunan berat badan, ruam dan nyeri sendi) Adakah nyeri yang baru didapat atau setelah imunisasi (diare, infeksi saluran pernapasan

atas, atau vaksin polio oral)

Riwayat penyakit dahulu adalah bagian penting dari anamnesis. Penting untuk mencatat secara rinci semua masalah medis yang pernah timbul sebelumnya dan terapi yang pernah diberikan.

Riwayat pengobatan

Obat apa yang sedang dikonsumsi oleh pasien? Bagaimana kemungkinan kepatuhan pasien dalam konsumsi obat. Pertimbangkan terapi gangguan neurologis dan pengobatan yang mungkin merupakan

penyebab timbulnya gejala

Riwayat kehamilan dan persalinan, penting ditanyakan pada ibu, untuk mengetahui apakah pada saat kehamilan pernah mengalami infeksi yang dapat secara langsung atau tidak mempengaruhi janin ibu, dan persalinan apakah adanya trauma lahir.

Riwayat imunisasi, dengan kasus anak wajib ditanyakan imunisasi lengkap atau tidak pada anak, karena anak yang tidak di beri imunisasi lengkap rentan terhadap infeksi.

Page 3: Kejang Demam Sederhana Pada Anak

Riwayat keluarga, penting untuk mencari penyakit yang pernah diderita oleh kerabat pasien karena terdapat konstribusi genetikc yang kuat pada berbagai penyakit.

Pemeriksaan fisik

Jelaskan pada pasien apa yang akan anda lakukan. Pastikan pasien merasa nyaman, hangat, dan ada privasi. Gunakan semua indera yang anda miliki: pengelihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan.

Observasi tanda vital langsung seperti denyut nadi, tekanan darah, suhu, laju pernapasan, dan tingkat kesadaran merupakan hal yang esensial dalam menilai pasien.

Kesadaran

Seseorang disebut sadar bila ia sadar terhadap diri sendiri dan lingkungan disekitar. Orang normal dapat berada dalam keadaan: sadar, mengantuk atau tidur. Bila ia tidur, ia dapat disadarkan oleh rangsang, misalnya rangsang nyeri, bunyi atau gerak. Rangsang ini disampaikan pada system aktivasi retikuler, yang berfungsi mempertahankan kesadaran.

Dalam memeriksa tingkat kesadaran, seorang dokter melakukan inspeksi, konversasi dan bila perlu memberikan rangsang nyeri.

Inspeksi, perhatikan apakah pasien berespon secara wajar terhadap stimulus visual, auditoar dan taktil yang ada disekitarnya.

Konversasi, apakah pasien member reaksi wajar terhadap suara konversasi, atau dapat dibangunkan oleh suruhan atau pertanyaan yang disampaikan dengan suara yang kuat.

Nyeri, bagaimana respon pasien terhadap rangsang nyeri.

Perubahan patologis tingkat kesadaran

a. Delirium, penderita delirium menunjukkan penurunan kesadaran disertai peningkatan yang abnormal dari aktivasi psikomotor dan siklus tidur-bangun yang terganggu. Pada keadaan ini pasien tampak gaduh-gelisah, kacau,disorientasi, aktivitas motorik meningkat.

b. Somnolen, keadaan mengantuk. Kesadaran dapat pulih penuh bila dirangsang.c. Sopor, kantuk yang dalam. Penderita masih dapat dibangunkan dengan rangsang yang

kuat, namun kesadarannya segera menurun lagi.d. Koma-ringan, pada keadaan ini, tidak ada respon terhapa rangsang verbal. Reflex

korne, pupil, dan sebagainya masih baik.e. Koma dalam, tidak ada gerakan spontan, tidak ada jawaban sama sekali terhadap

rangsang nyeri yang bagaimanapun kuatnya.

Skala koma glaslow

Page 4: Kejang Demam Sederhana Pada Anak

Untuk mengikuti perkembangan tingkat kesadaran dapat digunakan skala koma glaslow yang menanggapi respon penderita terhadap rangsang dan memberikan nilai pada respon tersebut.

Inspeksi

Lihat pasien secara keseluruhan.Pastikan ada pencahayaan yang cukup. Pastikan pasien terlihat dengan jelas dan berada dalam posisi yang tepat untuk memungkinkan dilakukannya pemeriksaan fisik lengkap. (perhatikan adanya pengecilan otot yang jelas, faskulasi, deformitas, dan perubahan pada kulit)

Palpasi

Mintalah izin pada pasien dan jelaskan apa yang akan anda lakukan. Tanyakan adanya nyeri. Mulailah pemeriksaan dengan ringan dan lembut, deskripsikan setiap kelainan dengan teliti, mungkin dengan pengukuran1. (Untuk mengetahui tonus otot anak laki-laki berusia 7 tahun pada kasus)

Rangsang selaput otak

Kaku kuduk

Untuk memeriksa kaku kuduk dapat dilakukan hal berikut: tangan pemeriksan ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang berbaring. Kemudian kepala di tekukkan dan diusahakan agar dagu mencapai dada. Selama penekukan ini diperhatikan adanya tahanan. Bila terdapat kaku kuduk kita dapatkan tahanan dan dagu tidak mencapai dada. Kaku kuduk dapat bersifat ringan atau berat. Pada kaku kuduk yang berat, kepala tidak dapat ditekuk, malah sering kepala terkedik kebelakang. Pada keadaan yang ringan, kaku kuduk di nilai dari tahanan yang dialami waktu menekuk kepala.

Tanda lasegue

Untuk pemeriksaan ini dilakukan hal berikut: pasien yang sedang berbaring diluruskan (ekstensi) kedua tugkainya. Kemudian satu tungkai diangkat lurus, di bengkokkan (flexi) pada persendian panggul. Tungkai yang satu lagi lurus. Pada keadaan normal, kita dapat mencapai sudut 70 derjat sebelum timbul rasa sakit atau tahanan, maka disebut tanda lasegue positif. Namun demikian, pada pasien yang sudah lanjut usianya diambil Patoka 60 derajat. Tanda lasegue positip dijumpai pada kelainan berikut: rangsang selaput otak, iritasi pleksus lumbosacral.

Tanda kernig

Pada pemeriksaan ini, penderita yang sedang berbaring diflexikan pahanya pada persendian panggul sampai membuat sudut 90 derajat. Selain itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut. Biasanya dapat melakukan ekstensi ini sampai sudut

Page 5: Kejang Demam Sederhana Pada Anak

135 derajat, Antara tungkai bawah dan tungkai atas. Bila terdapat tahanan dan rasa nyerri sebelum tercapai sudut ini, maka dikatakan bahwa kernig positif.

Tanda brudzinski

Untuk memeriksa tanda ini dilakukan hal berikut: dengan tangan yang ditempatkan dibawah kepala pasien yang sedang berbaring, tekukkan kepala sejauh mungkin sampai dagu mencapai dada. Tangan yang satu lagi sebaiknya ditempatkan didada pasien untuk mencegah diangkatnya badan. Bila tanda brudzinski positif, maka tindakan ini mengakibatkan flexi kedua tungkai. Sebelumnya perlu diperhatikan apakah tungkai nya tdak lumpuh.

Saraf kranial

Memeriksa saraf otak dapat membantu menentuka lokasi dan jenis penyakit. Tiap saraf otak harus diperiksa dengan teliti. Karena itu perlu dipahami anatomi dan fungsinya, serta hubungannya dengan struktur lainnya. Lesi dapat terjadi pada bagian perifer, inti atau hubungannya ke sentral. Bila inti rusak, hal ini diikuti oleh degenerasi saraf perifernya.Saraf perifer dapat pula terganggu tersendiri. Inti saraf otak yang terletak dibatang otak letaknya saling berdekatan dengan struktur lain, sehingga jarang dijumpai lesi pada satu inti saja tanpa melibatkan bangunan yang lain.

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan lain, misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya : darah perifer, elektrolit dan gula darah.

Lumbal pungsi :

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6%-6,7%.Meningitis dapat menyertai kejang, walupun kejang biasanya bukan satu-satunya tanda meningitis.

Pada bayi kecil, klinis meningitis tidak jelas, maka tindakan pungsi lumbal dikerjakan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan3. Bayi > 18 bulan tidak rutin, kecuali bila ada tanda-tanda meningitis

Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.

Page 6: Kejang Demam Sederhana Pada Anak

Foto X-Ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-Scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti :1. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)2. Paresis Nervus VI3. Papiledema

Pemeriksaan rekam otak (elektroensefalografi (EEG))Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan.Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam tak khas; misalnya pada anak usia > 6 tahun atau kejang demam fokal.

Differential Diagnosis

Kejang Demam Kompleks

Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini:1. Kejang lama > 15 menit2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang berulang lebih dari 2 kali dan di antara bangkitan kejang anak tidak sadar. Kejang lama terjadi pada 8% kejang demam. Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang parsial. Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, di antara 2 bangkitan kejang anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16% di antara anak yang mengalami kejang demam.

Epilepsi

Faktor risiko lain kejang demam adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari. Faktor risiko menjadi epilepsi adalah :

1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama.2. Kejang demam kompleks3. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung

Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi sampai 4%-6%, kombinasi dari faktor risiko tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi 10%-49%. Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat pada kejang demam

Page 7: Kejang Demam Sederhana Pada Anak

Meningitis

Meningitis merupakan peradangan selaput otak yang disebabkan oleh bakteri patogen. Ditandai dengan peningkatan jumlah sel polimorfonuklear dalam cairan serebrospinal dan terbukti adanya bakteri penyebab infeksi dalam cairan serebrospinal.

a. AnamnesisMeningitis bakterialis pada anak seringkali didahului infeksi pada saluran napas atas atau pencernaan seperti demam, batuk, pilek, diare dan muntah. Demam, nyeri kepala dan meningismus dengan atau tanpa penurunan kesadaran merupakan hal yang sangat sugestif meningitis. Banyak gejala meningitis berkaitan dengan usia; anak berusia kurang dari tiga tahun jarang mengeluh nyeri kepala.

b. Pemeriksaan fisik Gangguan kesadaran dapat berupa penurunan kesadaran atau iritabel Dapat juga ditemukan ubun-ubun yang menonjol, kaku kuduk atau tanda rangsang

meningeal lain, kejang dan defisit neurologist fokal. Tanda rangsang meningeal mungkin tidal ditemukan pada anak kurang dari satu

tahun.c. Pemeriksaan penunjang

Darah perifer lengkap, gula darah, elektrolit darah, biakan darah. Pungsi lumbal : jumlah sel 100-10.000/µl, dengan hitung jenis sel polimorfonuklear,

protein 200-500mg/dl, glukosa < 40mg/dl, pewarnaan gram, biakan dan uji resistensi, identifikasi antigen (aglutinasi latex)

Pada kasus berat pungsi lumbal harus ditunda (dengan pemberian antibiotika empiris, penundaan 2-3 hari tidak mengubah niulai diagnostik kecuali untuk identifikasi kuman

Pemeriksaan CT atau MRI kepala (pada kasus berat) Pemeriksaan eletroensefaligrafi bila ada kejang

Working Diagnosis

Kejang Demam Sederhana

Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam.

Patofisiologi

Page 8: Kejang Demam Sederhana Pada Anak

Kejang merupakan manifestasi klinik akibat terjadinya pelepasan muatan listrik di sel neuron otak karena gangguan fungsi pada neuron tersebut baik berupa fisiologi, biokimiawi, maupun anatomi.

Sel syaraf seperti juga sel hidup umumnya, mempunyai potensial membrane. Potensial membrane yaitu selisih potensial antara intrasel dan ekstra sel. Potensial intrasel lebih negative dibandingkan dengan ekstrasel. Dalam keadaan istirahat potensial membrane berkisar antara 30-100 mV, selisih potensial membrane ini akan tetap selama sel tidak mendapatkan rangsangan. Potensial membrane ini terjadi akibat perbedaan letak dan jumlah ion-ion terutama ion Na+, K+, da Ca2+. Bila sel saraf mengalami stimulasi listrik akan mengakibatkan menurunnya potensial membrane. Penurunan potensial membrane ini menyebabkan permeabilitas membran terhadap ion N+ akan meningkat, sehingga Na+ akan lebih banyak masuk kedalam sel. Selama serangan ini lemah, perubahan potensial membran masih dapat dikompensasi oleh transport aktif ion Na+ dan ion K+, sehingga selisih potensial kembali ke keadaan istirahat. Perubahan potensial yang demikian sifatnya tidak menjalar, yang disebut respon lokal. Bila rangsangan cukup kuat perubahan potensial dapat mencapai ambang tetap (firing level), maka permiabilitas membrane terhadap Na+ akan meningkat secara besar-besaran pula, sehingga timbul spike potensial atau potensial aksi. Potensial aksi ini akan dihantarkan ke sel syaraf berikutnya melalui sinap dengan perantara zat kimia yang dikenal dengan neurotransmiter. Bila perangsangan telah selesai, maka permiabilitas membrane kembali ke keadaan istirahat, dengan cara Na+ akan kembali ke luar sel dan K+ masuk ke dalam sel melalui mekanisme pmpa Na-K yang membutuhkan ATP dari sintesa glukosa dan oksigen.

Mekanisme terjadi kejang ada beberaoa teori:

a. Gangguan pembentukan ATP dengan akibat kegagalan pompa Na-K, misalnya pada hipoksemia, iskemia, dan hipoglikemia. Sedengkan pada kejang sendiri dapat terjadi pengaran ATP dan terjadi hipoksemia.

b. Perubahan permeabilitan membrane sel syaraf, misalnya hipokalsemia dan hipomagnesemia.

c. Perubahan relative neurotransmiter yang bersifat eksitasi dibandingkan dengan neurotransmiter inhibisi dapat menyebabkan depolarisasi yang berlebihan. Misalnya ketidakseimbangan antara GABA atau glutamate akan menimbulkan kejang.

Patofisiologi kejang demam secara pasti belum diketahui, diperkirakan bahwa pada keadaan demam terjadi peningkatan reaksi kimia tubuh. Dengan demikian reaksi –reaksi oksidasi terjadi lebih cepat dan akibatnya oksigen akan lebih cepat habis, terjadilah keadaan hipoksia. Transport aktif yang memerlukan ATP terganggu, sehingga Na intrasel dan K ekstrasel meningkat yang akan menyebabkan potensial membrane cenderung turun atau kepekaan sel saraf meningkat.

Page 9: Kejang Demam Sederhana Pada Anak

Pada saat kejang demam akan timbul kenaikan konsumsi energi di otak, jantung, otot, dan terjadi gangguan pusat pengatur suhu. Demam akan menyebabkan kejang bertambah lama, sehingga kerusakan otak makin bertambah. Pada kejang yang lama akan terjadi perubahan sistemik berupa hipotensi arterial, hiperpireksia skunder akibat aktifitas motorik dan hiperglikemia. Semua hal ini akan mengakibatkan iskemi neuron karena kegagalan metabolisme di otak.

Demam dapat menimbulkan kejang melalui mekanisme sebagai berikut:a. Demam dapat menurunkan nilai ambang kejang pada sel-sel yang belum

matang/immature.b. Timbul dehidrasi sehingga terjadi gangguan elektrolit yang menyebabkan gangguan

permiabilitas membrane sel.c. Metabolisme basal meningkat, sehingga terjadi timbunan asam laktat dan CO2 yang akan

merusak neuron.d. Demam meningkatkan cerebral blood flow (CBF) serta meningkatkan kebutuhan oksigen

dan glukosa, sehingga menyebabkan gangguan pengaliran ion-ion keluar masuk sel.

Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak akan meninggalkan gejala sisa. Pada kejang demam yang lama (lebih dari 15 menit) biasanya diikuti dengan apneu, hipoksemia, (disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan oksigen dan energy untuk kontraksi otot skelet), asidosis laktat (disebabkan oleh metabolisme anaerobic), hiperkapnea, hipoksi arterial, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas menyebabkan gangguan peredaran darah di otak, sehingga serjadi hipoksemia dan edema otal, pada akhirnya terjadi kerusakan sel neuron.

Manifestasi klinik

Kejang yang terkait dengan kenaikan suhu yang cepat dan biasanya berkembang bila suhu tubuh (dalam) mencapai 390 C atau lebih. Kejang khas menyeluruh tonik-klonik lama beberapa detik sampai 10 menit, diikuti dengan periode mengantuk singkat pascakejang. Kejang demam yang menetap lebih lama dari 15 menit menunjukkan penyebab organic seperti proses infeksi atau toksik dan memerlukan pengamatan menyeluruh. Ketika demam tidak lagi ada pada saat anak sampai di rumah sakit, tanggung jawab dokter yang paling penting adalah menentukan penyebab demam dan mengesampingkan meningitis. Jika ada keragu-raguan berkenaan dengan kemungkinan meningitis, pungsi lumbal dengan pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) terindikasi. Infeksi virus saluran pernapasan atas, roseola, dan otitis media akut adalah penyebab kejang demam yang paing sering.

EEG tidak diperlukan pascakejang demam sederhana karena rekamannya akan membuktikan bentuk non-epileptik atau normal dan temuan tersebut tidak akan mengubah manajemen. EEG terindikasi untuk kejang demam atipik atau pada anak yang beresiko untuk berkembang epilepsy. Kejang demam atipik meliputi kejang yang menetap selama lebih dari 15

Page 10: Kejang Demam Sederhana Pada Anak

menit, berulang selama beberapa jam atau hari, dan kejang setempat. Sekitar 50% anak menderita kejang demam berulang dan sebagian kecil menderita kejang berulang berkali-kali. Faktor resiko untuk perkembangan epilepsi sebagai komplikasi kejang demam adalah riwayat epilepsi keluarga positif, kejang demam awal sebelum umur 9 bulan, kejang demam lama atau atipik, tanda perkembangan yang terlambat, dan pemeriksaan neurologis abnormal. Indidens epilepsi adalah sekitar 9% bila beberapa faktor risiko ada dibanding dengan insiden 1% pada anak yang menderita kejang demam dan tidak ada faktor resiko.

Epidemiologi

Pendapat para ahli tentang usia penderita saat terjadi bangkitan kejang demam tidak sama.; pendapat para ahli terbanyak kejang demam terjadi pada waktu anak berusia antara 3 bulan sampai dengan 5 tahun. Menurut The American Academy of Pediatrics (AAP) usia termuda bangkitan kejang demam 6 bulan. Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf tersering pada anak. Berkisar 2-5% anak dibawah 5 tahun pernah mengallami bangkitan kejang demam. Lebih dari 90% penderita kejang terjadi pada anak berusia dibawah 5 tahun. Terbanyak bangkitan demam terjadi pada anak berusia di antara 6 bulan sampai 22 bulan. Insiden bangkitan kejang demam tertinggi pada usia 18 bulan.

Di berbagai Negara insiden dan prevalensi kejang demam berbeda. Di Amerika Serikat dan Eropa prevalensi kejang demam berkisar 2-5%. Di Asia prevalensi kejang demam meningkat dua kali lipat bila dibandingkan di Eropa dan Amerika. Di Jepang kejadian kejang demam berkisar 8,3% - (,(%. Bahkan di kepulauan Mariana (Guam), telah dilaporkan insiden kejang demam yang lebih besar, mencapai 14%. Angka kematian hanya 0,64-0,75%. Sebagian besar penderita kejang demam sembuh sempurna, sebagian kecil berkembang menjadi epilepsy sebanyak 2-7%. Empat persen penderita kejang demam secara bermakna mengalami gangguan tingkah laku dan penurunan tingkat intelegensi.

Etiologi

Kejang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi patologis, termasuk tumor otak, trauma, bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit, dan gejala putus alkohol dan obat gangguan metabolik, uremia, overhidrasi, toksik subcutan dan anoksia serebral. Sebagian kejang merupakan idiopati (tidak diketahui etiologinya).

1. Intrakranial Asfiksia : Ensefolopati hipoksik – iskemik Trauma (perdarahan) : perdarahan subaraknoid, subdural, atau intra ventrikular Infeksi : Bakteri, virus, parasit Kelainan bawaan : disgenesis korteks serebri, sindrom zelluarge, Sindrom Smith – Lemli

– Opitz.2. Ekstra cranial

Page 11: Kejang Demam Sederhana Pada Anak

Gangguan metabolik : Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomognesemia, gangguan elektrolit (Na dan K)

Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obat. Kelainan yang diturunkan : gangguan metabolisme asam amino, ketergantungan dan

kekurangan produksi kernikterus.3. Idiopatik

Kejang neonatus fanciliel benigna, kejang hari ke-5 (the fifth day fits)

PenatalaksanaanAda 3 hal yang perlu dikerjakan, yaitu

1. Pengobatan fase akutPenatalaksanaan saat kejang :Sering kali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang, yang perlu diperhatikan adalah ABC (Airway, Breathing,Circulation). Perhatikan juga keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernapasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh yang tinggi diturunkan dengan kompres air hangat dan pemberian antipiretik.Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan Intravena (IV). Dosis diazepam IV 0,3-0,5 mg/kgbb/kali dengan kecepatan 1-2 mg/menit dalam waktu 3-5 menit dengan dosis maks 20 mg.Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atu dirumah adalah diazepam rektal (level II-2, level II-3, rekomendasi B). Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg dengan berat diatas 10 kg. dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun dan dosis 7,5 mg diatas 3 tahun.Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum terhenti, dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval 5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Dirumah sakit dapat diberikan diazepam IV dengan dosis 0,3 -0,5 mg/kg.Bila kejang tetap belum berhenti berikan fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/kgbb IV perlahan-lahan 1 mg/kgbb/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin kejang tidak berhenti juga maka pasien harus dirawat diruang intensif. Setelah pemberian fenitoin, harus dilakukan pembilasan dengan NaCl fisiologis karena fenitoin bersifat basa dan dapat menyebabkan iritasi vena.Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam apakah kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor resikonya.

Pemberian Antipiretik :

Page 12: Kejang Demam Sederhana Pada Anak

Pemberian antipiretik tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan obat ini mengurangi resiko terjadinya kejang demam (level I, rekomendasi D), namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan (level III, rekomendasi B). Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali diberikan dalam 4 kali pemberian per hari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen adalah 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari. Asam asetilsalisilat tidak dianjurkan karena kadang dapat menyebabkan sindrom Reye pada anak kurang dari 18 bulan.

Pemberian Antikonvulsan :Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menurunkan risiko berulang kejang pada 30%-60% kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/ kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5oC (level I, rekomendasi A)Fenobarbital, karbamazepin, dan fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam (level II, rekomendasi E)

Pemberian obat rumat :Pemberian obat rumat hanya diberikan dengan indikasi berikut:· Kejang lama >15 menit· Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retatdasi mental, hidrosefalus.· Kejang fokal· Pengobatan rumatan dipertimbangkan bila:o Kejang berulang 2 X atau lebih dalam 24 jamo Kejang demam 4 X atau lebih pertahunSebagian besar peneliti setuju bahwa kejang demam > 15 menit merupakan indikasi pengobatan rumat. Kelaian neurologis tidak nyata misalkan keterlambatan perkembangan ringan bukan indikasi pengobatan rumat. Kejang fokal atau fokal menjadi umum menunjukkan bahwa anak mempunyai fokus organik.

Jenis antikonvulsan untuk pengobatan rumat :Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan risiko berulang kejang (level I). berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping, maka pengobatan rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam jangka pendek (rekomendasi D).Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Dosis asam valproat pada anak anak adalah 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, dan dosis fenobarbital 3-4mg/kg per hari dalam 1-2 dosis.

Lama Pengobatan Rumat :

Page 13: Kejang Demam Sederhana Pada Anak

Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian diberhentikan secara bertahap selama 1-2 tahun.

2. Mencari dan mengobati penyebab.Pemeriksaan LCS dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila ada gejala meningitis atau bila kejang demam berlangsung lama.

3. Pengobatan profilaksisAda 2 cara profilaksis, yaitu :(1) profilaksis intermiten saat demam dan(2) profilaksis terus-menerus dengan antikonvulsan setiap hariUntuk profilaksis intermiten diberikan diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5mg/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis saat pasien demam. Diazepam dapat pula diberikan secara intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5 mg (BB<10kg)>10kg) setiap pasien menunjukan suhu >38,5oc. Efek samping diazepam adalah ataksia, mengantuk dan hipotonia.Profilaksis terus-menerus berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tapi dapat mencegah terjadinya epilepsi di kemudian hari. Digunakan fenobarbital 4-5 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis atau obat lain seperti asam valproat dengan dosis 15-40 mg/kgbb/hari. Antikonvulsan profilaksis terus-menerus diberikan selama 1-2 tahun setalah kejang terakhir dan dihentikan bertahap selama 1-2 bulan.Profilaksis terus-menerus dapat dipertimbangkan bila ada 2 kriteria (termasuk poin 1 atau 2) yaitu :1. Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologis atau perkembangan (misalnya serebral palsi atau mikrosefal)2. Kejang demam lebih dari 15 menit, fokal, atau diikuti kelainan neurologis sementara atau menetap3. Ada riwayat kejang tanpa demam pada orang tua atau saudara kandung.4. Bila kejang demam terjadi pada bayi berumur <12 bulan atau terjadi kejang multipel dalam satu episode demam.Bila hanya memenuhi 1 kriteria saja dan ingin memberikan pengobatan jangka panjang, maka berikan profilaksis intermiten yaitu pada waktu anak demam dengan diazepam oral atau rektal tiap 8 jam disamping antipiretik.

VAKSINASI :Sejauh ini tidak ada kontraindikasi untuk melakukan vaksinasi terhadap anak yang mengalami kejang demam. Kejang setelah demam karena vaksinasi sangat jarang. Angka kejadian pasca vaksinasi DPT asalah 6-9 kasus per 100.000 anak yang divaksinasi

Page 14: Kejang Demam Sederhana Pada Anak

sedangakan setelah vaksinasi MMR 25-34 per 100.000. dianjurkan untuk memberikan diazepam oral atau MMR. Beberapa dokter maka merekomendasikan parasetamol pada saat vaksinasi hingga 3 hari kemudian.

KomplikasiKomplikasi yang dapat terjadi pada anak dengan kejang demam antara lain:o sewaktu terjadi serangan kejang demam :§ trauma akibat jatuh atau terhantuk objek sekitar§ mengigit tangan orang lain§ aspirasi cairan ke dalam paru yang dapat menimbulkan pneumoniao efek samping obat antikonvulsan yang digunakan seperti hiperaktivitas, iritabilitas, letargi, rash, dan penurunan intelegensiao komplikasi meningitis sebagai etiologi kejang demamo kejang berulang tanpa disertai demam

PrognosisKemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis :

Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal. Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan.

1. Kematian dengan penanganan kejang yang cepat dan tepat, prognosa biasanya baik, tidak sampai terjadi kematian.Dalam penelitian ditemukan angka kematian KDS 0,46 % s/d 0,74 %.

2. Terulangnya KejangKemungkinan terjadinya ulangan kejang kurang lebih 25 s/d 50 % pada 6 bulan pertama dari serangan pertama.

3. EpilepsiAngka kejadian Epilepsi ditemukan 2,9 % dari KDS dan 97 % dari Epilepsi yang diprovokasi oleh demam. Resiko menjadi Epilepsi yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita KDS tergantung kepada faktor :- riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga- kelainan dalam perkembangan atau kelainan sebelum anak menderita KDS- kejang berlangsung lama atau kejang fokal.Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor di atas, maka kemungkinan mengalami serangan kejang tanpa demam adalah 13 %, dibanding bila hanya didapat satu atau tidak sama sekali faktor di atas.

4. HemiparesisBiasanya terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama (berlangsung lebih dari setengah jam) baik kejang yang bersifat umum maupun kejang fokal. Kejang fokal yang

Page 15: Kejang Demam Sederhana Pada Anak

terjadi sesuai dengan kelumpuhannya. Mula-mula kelumpuhan bersifat flacid, sesudah 2 minggu timbul keadaan spastisitas. Diperkirakan + 0,2 % KDS mengalami hemiparese sesudah kejang lama.

5. Retardasi MentalDitemuan dari 431 penderita dengan KDS tidak mengalami kelainan IQ, sedang kejang demam pada anak yang sebelumnya mengalami gangguan perkembangan atau kelainan neurologik ditemukan IQ yang lebih rendah. Apabila kejang demam diikuti dengan terulangnya kejang tanpa demam, kemungkinan menjadi retardasi mental adalah 5x lebih besar.

Kemungkinan berulangnya kejang demam :Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor resiko berulangnya kejang demam adalah :1. Riwayat kejang demam dalam keluarga2. Usia < 12 bulan3. Suhu rendah saat kejang demam4. Cepatnya kejang setelah demamBila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang demam hanya 10-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama.

Edukasi pada Orang TuaKejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan ini dapat dikurangi dengan cara antara lain:1. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik2. Memberitahukan cara penanganan kejang3. Memberi informasi tentang risiko kejang berulang4. Pemberian obat pencegahan memang efektif, tetapi harus diingat risiko efek samping obat

Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang :1. Tetap tenang dan tidak panic2. Kendorkan pakaian yang ketat, terutama sekitar leher3. Jika tidak sadar, posisikan anak telentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut dan/atau hidung. Walaupun ada risiko lidah tergigit, jangan masukkan apapun ke dalam mulut.4. Ukur suhu tubuh, catat lama dan bentuk/sifat kejang5. Tetap bersama anak selama kejang

Page 16: Kejang Demam Sederhana Pada Anak

6. Berikan diazepam per rektal. Jangan diberikan jika kejang telah berhenti.7. Bawa ke dokter atau rumah sakit jika kejang berlangsung 5 menit.

Pemantauan· Tumbuh kembang. Walaupun secara umum benign, tapi sangat mencemaskan orang tua, akibat kejadian berulangnya tinggi, meningkatkan kejadian epilepsy dan dapat merusak jaringan otak.· Pasien kejang demam dirujuk atau dirawat dirumah sakit apabila :o Kejang demam komplekso Hiperpireksiao Kejang demam pertamao Usia dibawah 6 bulano Dijumpai kelainan neurologis

PENUTUP

Kejang demam adalah kejang yang terjadi saat demam (suhu rektal diatas 380c) tanpa adanya infeksi SSP atau gangguan elektrolit akut, terjadi pada anak diatas umur 1 bulan, dan tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.4Klasifikasi dari kejang demam :1. Kejang demam sederhana2. Kejang demam kompleks. 3,4,5Penatalaksanaan yang perlu dikerjakan yaitu :1. Pengobatan fase akut2. Mencari dan mengobati penyebab3. Pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demamUntuk prognosis kejang demam, prognosisnya baik dan tidak menyebabkan kematian jika ditanggulangi dengan tepat dan cepat.3 Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal.

Lumbantobing. 1989. Penatalaksanaan Mutakhir Kejang Pada Anak.Jakarta : FKUI

Mansjoer, arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III vol. 1. Jakarta : Media Aesculapius.

Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 2, hal 847. Cetakan ke 9. 2000 bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI

Doenges, E, Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Page 17: Kejang Demam Sederhana Pada Anak

American Academy of Pediatrics. Practice Parameter : Long-term Treatment of The Child with Febrile Seizures. Pediatrics 1999; 103; 1307 – 10.2.Baumann RJ. Febrile Seizures. E Med J, March 12 2002, vol.2, No. 3 : 1 – 10.3.Baumann RJ. Technical Report: Treatment of The Child with Simple FebrileSeizures.http://www.pediatric.org/egi/content/full/103/e86.4.Berg AT, Shinnar S, Levy SR, Testa FM. Childhood-Onset Epilepsy With andWithout Preceeding Febrile Seizures. Neurology, vol. 53, no. 8, 1999 : 23-34.5.Campfield P, Camfield C. Advance in Diagnosis and Management of PediatricsSeizures Disorders in Twentieth Century. J Pediatrics 2000, 136 : 847 – 9.6.Duffer PK, Baumann RJ. A Synopsis of the American Academy of PediatricsPracticeParameter on The Evaluation and Treatment of Children with FebrileSeizures. Pediatrics in Review, vol. 20, No. 8, 1999: 285 – 7.7.Gordon KE, Dooley JM, Camfield PR, Campfield CS, MacSween J. Treatmentof Febrile Seizures: Influence of The Treatment Efficacy and Side-effect Profileon Value to Parents. Pediatrics 2001; 108 : 65-9.8.Ngastiyah, 2004. Perawatan Anak Sakit : AGC, Jakarta.

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan kejang demam meliputi penanganan pada saat kejang dan pencegahan kejang.

1.      Penanganan Pada Saat Kejang

·        Menghentikan kejang: Diazepam dosis awal 0,3-0,5 mg/KgBB/dosis IV (perlahan-lahan) atau 0,4-0,6mg/KgBB/dosis REKTAL SUPPOSITORIA. Bila kejang masih belum teratasi dapat diulang dengan dosis yang sama 20 menit kemudian.

·        Turunkan demam:o       Antipiretika: Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO atau Ibuprofen 5-10

mg/KgBB/dosis PO, keduanya diberikan 3-4 kali perhario       Kompres: suhu > 390C: air hangat; suhu >380C: air biasa

·        Pengobatan penyebab: antibiotika diberikan sesuai indikasi dengan penyakit dasarnya

·        Penanganan suportif lainnya meliputi:o       Bebaskan jalan nafaso       Pemberian oksigeno       Menjaga keseimbangan air dan elektrolito       Pertahankan keseimbangan tekanan darah

 2.      Pencegahan Kejang

·        Pencegahan berkala (intermiten) untuk kejang demam sederhana dengan Diazepam 0,3 mg/KgBB/dosis PO dan antipiretika pada saat anak menderita penyakit yang disertai demam

·        Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata dengan Asam Valproat 15-40 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 2-3 dosis

 

Page 18: Kejang Demam Sederhana Pada Anak

DAFTAR PUSTAKA

1.      Baumann RJ. Febrile Seizures. E Med J, March 12 2002, vol. 2, No. 3 : 1-102.      Baumann RJ. Technical Report: Treatment of The Child with Simple Febrile

Seizures.http://www.pediatric.org/cgi/content/full/103/e863.      Lewis H. Viruses in Febrile Convulsion. Arch Dis Child, 2001 ; 82 : 428.4.      Berg AT, Shinnar S, Levy SR, Testa FM. Childhood-Onset Epilepsy With and Without

Preceeding Febrile Seizures. Neurology, vol. 53, No. 8, 1999 : 23-34.5.      Duffer PK, Baumann RJ. A Synopsis of the American Academy of Pediatrics Practice

Parameter on The Evaluation and Treatment of Children with Febrile Seizures. Pediatrics in Review, vol. 20, No. 8, 1999 : 285-7.

6.      Campfield P, Camfield C. Advance in Diagnosis and Management of Pediatrics Seizures Disorders in Twentieth Century. J Pediatr 2000, 136 : 847-9.

7.      American Academy of Pediatrics. Practice Parameter : Long-term Treatment of The Child with Febrile Seizures. Pediatrics 1999 ; 103 : 1307-10.

8.      Gordon KE, Dooley JM, Camfield PR, Camfield CS, MacSween J. Treatment of Febrile Seizures: Influence of The Treatment Efficacy and Side-effect Profile on Value to Parents. Pediatrics 2001 ; 108 : 65-9.

9.      Ucapan terima kasih kepada : dr. Erny, Sp.A atas bantuan dalam penyusunan pedoman diagnosis & terapi, Neurologi anak.

http://dp-coass.blogspot.com/2010/05/kejang-demam.html

http://notysoju.wordpress.com/2013/10/05/askp-kejang-demam-semestr-4/