referat kejang demam sederhana

21
REFERAT “Kejang Demam Sederhana” Disusun Oleh : Sandrya Deprisicka S 1102009259 Pembimbing : dr. Sa’adah, SpA

Upload: sandrya-deprisicka

Post on 16-Jan-2016

120 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

kejang demam sederhana

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Kejang Demam Sederhana

REFERAT“Kejang Demam Sederhana”

Disusun Oleh :Sandrya Deprisicka S

1102009259

Pembimbing :dr. Sa’adah, SpA

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAKFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI JAKARTA

RSUD KABUPATEN BEKASIMARET 2015

Page 2: Referat Kejang Demam Sederhana

PENDAHULUAN

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhuh tubuh (suhu

rektal di atas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam biasanya

terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun. Kejang demam sederhana merupakan

gangguan kejang yang paling lazim ditemukan pada anak. Kejang demam merupakan suatu

bangkitan kejang yang terjadi akibat adanya demam tinggi pada anak yang umumnya disebabkan

adanya infeksi, misalnya infeksi saluran pernapasan dan pendengaran. Umumnya kejang demam

terjadi antara periode 9 bulan hingga 5 tahun. Ada kecenderungan genetik yang dijumpai pada

kejang demam.

Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak,

terutama golongan umur 6 bulan sampai 4 tahun. Meski hal ini telah banyak diteliti, masih

terdapat perbedaan pendapat mengenai pengertian kejang demam, hubungannya dengan

sindroma epilepsy, manfaat pengobatan maintenance dan prognosis jangka panjang dari anak

yang menderita kelainan ini.

Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali

tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1

bulan tidak termasuk dalam kejang demam. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih

dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain, misalnya infeksi

SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam.

Hampir 3% daripada anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderitanya.

Wegman (1939) dan Millichap (1959) berkesimpulan bahwa suhu yang tinggi dapat

menyebabkan terjadinya bangkitan kejang.

1

Page 3: Referat Kejang Demam Sederhana

KEJANG DEMAM SEDERHANA

Definisi

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhuh tubuh (suhu

rektal di atas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam biasanya

terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun.

Kejang demam sederhana adalah kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari

15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik,

tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana

merupakan 80% di antara seluruh kejang demam.

Etiologi

Penyebab kejang demam hingga kini masih belum diketahui dengan pasti. Ada beberapa

faktor yang mungkin berperan dalam menyebabkan kejang demam, yaitu :

¤ Demam itu sendiri

¤ Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi

¤ Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit

¤ Gabungan semua faktor diatas

Sekitar 4,8% - 45% penderita gastroenteritis oleh kuman Shigella mengaiami kejang

demam dibanding gastroenteritis oieh kuman penyebab lainnya di mana angka kejadian kejang

demam hanya sekitar 1%. Menurut Lahat (1984), tingginya angka kejadian kejang demam pada

shigellosis dan salmonellosis mungkin berkaitan dengan efek toksik akibat racun yang dihasilkan

kuman bersangkutan.

Terjadinya bangkitan kejang demam bergantung kepada umur, tinggi serta cepatnya suhu

meningkat. Faktor hereditas juga mempunyai peranan. Lennox-Buchthal (1971) berpendapat

bahwa kepekaan terhadap bangkitan kejang demam diturunkan oleh sebuah gen dominan dengan

penetrasi yang tidak sempurna. Lennox (1949) berpendapat bahwa 41,2% anggota keluarga

penderita mempunyai riwayat kejang sedangkan pada anak normal hanya 3%.

Demam yang disebabkan oleh imunisasi juga dapat memprovokasi kejang demam. Suatu

penelitian yang dilakukan memperlihatkan risiko kejang demam pada beberapa jenis imunisasi

sebagai berikut:

2

Page 4: Referat Kejang Demam Sederhana

¤ DTP : 6-9 per 100.000 imunisasi.

Risiko ini tinggi pada hari imunisasi, dan menurun setelahnya.  

¤ MMR : 25-34 per 100.000 imunisasi.

Risiko meningkat pada hari 8-14 setelah imunisasi.

Kejang demam pasca imunisasi tidak memiliki kecenderungan berulang yang lebih besar

daripada kejang demam pada umumnya. Dan kejang demam pasca imunisasi kemungkinan besar

tidak akan berulang pada imunisasi berikutnya. Jadi kejang demam bukan merupakan kontra

indikasi imunisasi.

Patofisiologi

Untuk mempertahankan kinerja otak diperlukan adanya energi yang didapatkan dari hasil

metabolisme. Bahan yang dibutuhkan mutlak disini adalah glukosa. Proses metabolisme ini juga

membutuhkan oksigen yang dihantar oleh paru-paru ke jantung kemudian ke otak. Sel syaraf,

seperti sel lainnya dikelilingi oleh suatu membrane yang permukaan dalamnya lipoid sedangkan

permukaan luarnya ionik. Dalam keadaan normal permeabilitas sel terhadap ion kalium lebih

tinggi dari ion natrium, sehingga kadar kalium dalam sel tinggi sedangkan kadar natrium dalam

sel rendah. Hal yang sebaliknya berlaku di luar sel saraf. Untuk menjaga homeostasis ini

diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase.

Keseimbangan potensial membrane ini dapat diubah oleh adanya perubahan konsentrasi

ion di ruang ekstrasel, rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran

listrik dari sekitarnya dan adanya perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena adanya

penyakit atau pengaruh keturunan.

Pada keadaan demam dengan kenaikan suhu 1o C menyebabkan kenaikan metabolisme

basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat hingga 20%. Pada seorang anak yang

berusia 3 tahun sirkulasi darah ke otak mencapai 65%, bandingkan dengan orang dewasa yang

hanya mencapai 30%. Jadi adanya kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan

keseimbangan dari membrane sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion natrium dan

kalium sehingga kesimbangannya tidak terjadi lagi.

Lepas muatan ini akan meluas ke seluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan

bantuan neurotransmitter. Tidak semua jenis neurotransmitter dapat menyebabkan terjadinya

perpindahan ini. Hanya neurotransmitter yang bersifat eksitasi seperti glutamat dan asam aspartat

3

Page 5: Referat Kejang Demam Sederhana

yang dapat menyebabkan peningkatan penyaluran impuls saraf. Adanya daerah neuron yang mati

(misalnya oleh karena adanya glioma tumbuh lambat, hematoma, gliosis dan malformasi

arterivenosus) juga dapat meningkatkan perkembangan sinaps hipereksitasi yang baru. Eksitasi

berlebih ini yang akan disalurkan menuju motor end plate sehingga menyebabkan kontraksi

secara tiba-tiba dari otot-otot rangka.

Setiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda-beda. Pada anak dengan ambang

kejang rendah, dapat timbul kejang pada suhu 38o C. Sedangkan pada anak dengan ambang

kejang yang tinggi, dapat timbul kejang pada suhu 40o C atau lebih. Oleh karena itu perlu

diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita mengalami kejang.

Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak

menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang demam yang berlangsung lama biasanya disertai

apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya

menyebabkan hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh karena metabolisme

anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh yang

makin meningkat akibat peningkatan aktivitas otot dan selanjutnya diikuti peningkatan

metabolisme. Hal ini pada akhirnya dapat menyebabkan kerusakan pada neuron otak setelah

berlangsungnya kejang pada waktu yang cukup lama. Edema otak juga dapat terjadi karena

adanya gangguan peredaran darah yang menyebabkan hipoksia sehingga meninggikan

permeabilitas kapiler.

Manifestasi Klinis

Terjadinya kejang pada kejang demam terkait dengan kenaikan suhu yang cepat dan

biasanya berkembang bila suhu tubuh mencapai 38C atau lebih (rectal). Umumnya kejang

berlangsung singkat, berupa serangan tonik klonik. Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadi

seperti mata terbalik keatas dengan disertai kekakuan atau kelemahan, gerakan sentakan berulang

tanpa didahului kekakuan, atau hanya sentakan atau kekakuan fokal.

Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8% yang

berlangsung lebih dari 15 menit. Sering kali kejang berhenti sendiri setelah mendapat

pertolongan pertama. Setelah kejang berhenti anak tampak capek, mengantuk, tertidur pulas, dan

tidak memberikan reaksi apapun untuk sejenak atau disebut periode mengantuk singkat pasca

kejang, tetapi setelah beberapa detik atau menit, anak terbangun dan akan mulai berangsur sadar

4

Page 6: Referat Kejang Demam Sederhana

tanpa defisit neurologis.. Biasanya, kesadaran pulih sepenuhnya setelah 10 sampai 15 menit.

Dalam masa ini, anak agak sensitif (irritable) dan mungkin tidak mengenali orang di sekitarnya.

Kejang demam yang berlangsung lebih lama dari 15 menit sering bersifat fokal atau

unilateral dan kadang-kadang diikuti oleh parese Tood (lumpuh sementara pasca serangan

kejang) yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat

diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama biasanya lebih

sering terjadi pada kejang demam yang pertama.

Diagnosis

Berdasarkan kriteria Livingston, kejang demam dibagi atas kejang demam sederhana

(simple febrile convulsion) dan epilepsi yang diprovokasi demam (epilepsy triggered off by

fever). Pembagian ini dapat memprediksi prognosis dari pasien yang mengalami kejang demam.

Menurut Livingston, kriteria kejang demam sederhana adalah sebagai berikut:

¤ Umur anak ketika kejang antara 6 bulan - 4 tahun

¤ Kejang berlangsung sebentar, tidak melebihi 15 menit

¤ Kejang bersifat umum

¤ Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam

¤ Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal

¤ Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu setelah suhu normal tidak

menunjukkan kelainan

¤ Frekuensi bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali

Pasien yang tidak memiliki minimal salah satu dari kondisi di atas merupakan pasien

yang menderita epilepsi yang diprovokasi demam (epilepsy triggered off by fever). Dengan

menggunakan kriteria Livingston tersebut, ternyata sangat banyak pasien yang termasuk dalam

golongan epilepsi yang diprovokasi demam, sehingga konsekuensinya pasien-pasien yang

memiliki kondisi tersebut harus menerima pengobatan rumat. Selain itu juga sulit sekali untuk

melakukan anamnesis berapa lama demam sudah berlangsung sebelum pasien mengalami

kejang. Oleh karena itu, pembagian kejang demam dibagi sebagai kejang demam yang

membutuhkan terapi rumat maupun yang tidak membutuhkan terapi rumat. Umumnya kejang

5

Page 7: Referat Kejang Demam Sederhana

demam berlangsung singkat, berupa serangan klonik atau tonik-klonik bilateral. Seringkali

kejang berhenti dengan sendirinya. Setelah kejang berhenti, anak langsung menangis.

¤ Anamnesis

Anak yang mengalami kejang demam akan didahului dengan serangan demam

baik suhu tinggi maupun suhu yang tidak terlalu tinggi yang dapat disebabkan oleh

infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi

saluran kemih. Pastikan tidak adanya infeksi sistem saraf pusat untuk mengeliminasi

kemungkinan kejang oleh penyebab lain.1 Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan

untuk menganamnesis anak dengan kejang demam:

♪ Usia anak berkisar 9-15 bulan

♪ Adanya riwayat infeksi seperti infeksi saluran pernapasan atas, otitis media,

pneumonia, gastroenteritis maupun infeksi saluran kemih.

♪ Tidak ada infeksi sistem saraf pusat.

♪ Adanya demam sebelum timbulnya kejang

♪ Umumnya serangan kejang berlangsung 24 jam pertama sewaktu demam.

♪ Kemungkinan adanya pengaruh genetik, riwayat anggota keluarga yang juga

pernah mengalami kejang demam.

¤ Pemeriksaan Fisik

Tidak ada pemeriksaan fisik yang spesifik pada kejang demam. Umumnya dapat

dilakukan pemeriksaan tanda – tanda vital yaitu pemeriksaan suhu, frekuensi pernapasan,

denyut nadi serta tekanan darah pada penderita. Yang menonjol disini biasanya

didapatkan peningkatan suhu tubuh.

Pemeriksaan tingkat kesadaran diperlukan pasca kejang untuk memperhatikan

apakah ada defisit neurologis atau tidak. Bentuk pemeriksaan kesadaran yang digunakan

dapat berbentuk pemeriksaan kualitatif maupun kuantitatif. Tingkat kesadaran kualitatif

pasien terbagi atas:

♪ Compos mentis: sadar terhadap diri dan lingkungan.

♪ Delirium : gaduh gelisah, kacau, disorientasi

♪ Somnolen : mengantuk, mudah dibangunkan, menangkis nyeri

6

Page 8: Referat Kejang Demam Sederhana

♪ Stupor: dapat dibangunkan dengan rangsangan kuat, kemudian kesadaran turun

lagi

♪ Koma : tanpa gerakan sama sekali

Secara kuantitatif dapat digunakan Glasgow Coma Scale. Pemeriksaan tanda

rangsang meningial dapat digunakan untuk mengeksklusi adanya meningitis. Bentuk

pemeriksaan tanda rangsang meningeal meliputi kaku kuduk, tanda Kernig, tanda

Laseque dan tanda Brudzinsky.

¤ Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan meliputi pemeriksaan kadar

elektrolit, glukosa serum, pemeriksaan CSS serta pemeriksaan radiologik yang sesuai.

Adanya pemeriksaan ini bukan hanya untuk menegakkan diagnosis kejang demam namun

juga untuk menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi sistem saraf pusat yang

membangkitkan serangan kejang.

Pemeriksaan elektrolit menunjukkan adanya hipokalsemia, hipomagnesia dan

hiperfosfatemia. Selain itu didapati penurunan kadar glukosa darah / hipoglikemia.

Analisa cairan serebrospinal tidak selalu dilakukan pada kejang demam. Pemeriksaan ini

dilakukan bila ada kecurigaan adanya meningitis pada bayi dan anak.

Pemeriksaan EEG tidak diindikasikan pasca kejang demam sederhana karena

umumnya gambarannya hanya akan membuktikan bentuk normal dan tidak akan

mengubah manajemen. EEG hanya diindikasikan pada kejang demam atipik maupun

anak yang beresiko berkembang menjadi epilepsi. Kelainan EEG berupa perlambatan

yang mencolok sering dialami pada anak dengan kejang afebris rekuren dibandingkan

anak normal. EEG tidak dapat digunakan untuk memperkirakan anak mana yang akan

mengalami kejang demam berulang atau yang mengalami epilepsi.

Diagnosis Banding

Berikut ini beberapa jenis penyakit yang dapat dibandingkan dengan kejang demam sederhana:

¤ Kejang Demam Kompleks / Atipikal

Merupakan kejang pada demam dengan manifestasi klinis yang lebih lama (lebih

dari 15 menit) yang disertai dengan tanda fokal. Serangan kejang yang kompleks dapat

terjadi lebih dari satu kali dalam satu hari. Adanya kejang demam kompleks harus

7

Page 9: Referat Kejang Demam Sederhana

diwaspadai karena dapat merupakan pertanda infeksi akut yang serius serta dapat

menyebabkan komplikasi berupa timbulnya epilepsi. Dua hal yang perlu diperhatikan

untuk membedakan kejang demam kompleks dan sederhana ialah lama berlangsungnya

kejang serta jumlah serangan kejang yang terjadi.

¤ Meningitis

Merupakan infeksi pada meningen, yaitu selaput pembungkus otak. Infeksi ini

dapat disebabkan oleh bakteri seperti Stereptococcus pneumonia, Eschericia coli, dan

Haemophilus influenzae maupun virus seperti virus herpes zoster dan herpes simplex.

Ada triad klasik dari meningitis, yaitu berupa kaku kuduk, demam tinggi dan perubahan

status mental. Selain itu dapat dijumpai adanya fotofobia dan fonofobia. Jika tidak ada

gejala klasik ini, maka sulit untuk menegakkan diagnosis meningitis pada seseorang.

Pada anak biasanya terlihat irritabel dan kurang sehat. Pada bayi berusia hingga 6 bulan

biasanya didapai penonjolan fontanella.

Adanya pemeriksaan analisa cairan serebrospinal dapat digunakan untuk

menegakkan adanya meningitis.

¤ Ensefalitis

Merupakan merupakan infeksi pada sistem saraf pusat yang umumnya disebabkan

oleh virus, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri. Mikroorganisme ini dapat masuk

melalui kulit, saluran nafas dan saluran cerna. Gejala yang dialami biasanya berupa

demam tinggi, pusing kepala, kebingungan dan terkadang kejang. Pada pasien anak

umumnya dijumpai demam, tidak nafsu makan dan irritabilitas. Adanya ensefalitis juga

dapat diikuti dengan adanya meningitis. Analisa cairan otak dapat menunjukkan

peningkatan kadar protein dan sel darah putih, sedangkan kadar glukosa darah normal.

Pada beberapa pasien tidak dijumpai perubahan berarti pada analisa cairan serebrospinal.

¤ Abses Otak

Abses otak jarang terjadi pada bayi berusia dibawah 1 tahun, namun insidensinya

akan meningkat setelah masa itu dan hampir sepertiga dari semua kasus abses otak terjadi

pada kelompok usia pediatrik. Abses otak umumnya timbul sekunder dari infeksi tubuh

di tempat lain atau melalui luka tembus. Penyebabnya antara lain oleh karena absen

hematogen atau metastatic pada anak dengan kelainan jantung bawaan, oleh penetrasi

otak oleh benda asing atau pembedahan maupun akibat infeksi kulit kepala.

8

Page 10: Referat Kejang Demam Sederhana

Gejala yang dijumpai berupa letargi, anoreksia dan muntah. Anak yang usianya

lebih tua dapat mengeluhkan adanya nyeri kepala. Dapat dijumpai kejang yang bersifat

fokal maupun umum yang disertai dengan demam yang tidak terlalu tinggi. Adanya abses

biasanya akan disertai dengan timbulnya defisit neurologis seperti hemiparesis, gangguan

sensorik dan kelainan lapang pandang. Adanya abses pada fossa posterior akan

menyebabkan ataksia, dismetria, serta kelumpuhan saraf kranialis. Defisit neurologis ini

tidak dijumpai pada kejang demam sederhana.

Pemeriksaan CSS umumnya tidak memberikan hasil bermakna. Sedangkan CT Scan

dapat digunakan menegakkan diagnosis dan evaluasi pengobatan penyakit ini.

Penatalaksanaan

¤ Non medika mentosa

Seringkali kejang yang terjadi akan berhenti dengan sendirinya. Penting untuk

menjaga jalan napas agar tetap lancar pada pasien yang mengalami serangan kejang

demam.

♪ Jika anak mengalami kejang, posisikan anak miring (semiposisi) dengan leher

yang diekstensikan sehingga sekresi dapat keluar secara lancar melalui mulut.

♪ Jika pernasapan sulit: buka saluran napas dengan ekstensi leher secara hati-hati,

angkat rahang ke depan. Jangan letakkan apapun ke dalam mulut. Berikan O2

jika tersedia.

♪ Tetap perhatikan keadaan vital pasien seperti kesadaran, suhu, tekanan darah,

pernapasan dan fungsi jantung. Penting untuk mengetahui pada suhu berapa anak

mengalami kejang sehingga kita dapat mengetahui ambang kejang anak tersebut.

♪ Jangan letakkan apapun (sendok, jari) di mulut pasien.

♪ Suhu tubuh yang tinggi dapat diturunkan dengan kompres air dingin dan

pemberian antipiretik. Antipiretik yang dapat digunakan pada anak adalah

Paracetamol. Jangan gunakan asam salisilat sebagai antipiretik karena dapat

menyebabkan sindrom Reye.

9

Page 11: Referat Kejang Demam Sederhana

Setelah kejang berhenti, periksa kadar glukosa dan elektrolit darah. Pada kejang

demam biasanya didapati peningkatan kadar fosfor, penurunan kadar magnesium dan

kalsium serta penurunan kadar glukosa darah.

Hal yang perlu diperlukan adalah untuk menyingkirkan penyebab kejang akibat

infeksi pada sistem saraf pusat seperti meningitis, ensefalitis dan abses otak. Oleh karena

itu dapat dilakukan pungsi lumbal pada L4 – L5 untuk mengambil cairan serebrospinal.

Cairan ini kemudian dianalisa untuk mengetahui kemungkinan adanya infeksi pada

sistem saraf pusat. Namun, analisa cairan serebrospinal ini tidak dilakukan pada semua

kasus kejang demam melainkan hanya dilakukan pada:

♪ Kejang dengan usia pasien dibawah 1 tahun.

♪ Kejang yang berulang.

♪ Adanya gejala-gejala gangguan sistem saraf pusat seperti adanya defisit

neurologis pasca kejang.

¤ Medika Mentosa

Kejang demam terjadi akibat adanya demam, maka tujuan utama pengobatan

adalah mencegah terjadinya peningkatan demam oleh karena itu pemberian obat-obatan

antipiretik sanagt diperlukan. Obat-obat yang dapat digunakan sebagai antipiretik adalah

asetaminofen 10-15 mg/kgBB/hari setiap 4-6 jam atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/hari

setiap 4-6 jam.

Diazepam adalah obat yang paling cepat menghentikan kejang. Efek terapeutik

diazepam sangat cepat, yaitu antara 30 detik sampai 5 menit dan efek toksik yang serius

hampir tidak dijumpai apa bila diberikan secara perlahan dan dosis tidak melebihi 50 mg

persuntikan. Diazepam  dapat  diberikan secara intravena dan intrarectal. Dosis diazepam

intravena 0,3-0,5 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1-2 mg/menit dengan dosis maksimal

20 mg. Bila kejang berhenti sebelum diazepam habis, hentikan penyuntikan, tunggu

sebentar dan bila tidak timbul kejang lagi jarum dicabut.

Pemberian diazepam secara intravena pada anak yang kejang seringkali

menyulitkan, cara pemberian yang mudah, sederhana dan efektif melalui rektum telah

dibuktikan keampuhannya. Pemberian dilakukan pada anak atau bayi dalam posisi miring

atau menungging dan dengan rektiol yang ujungnya diolesi vaselin, dimasukkaniah pipa

10

Page 12: Referat Kejang Demam Sederhana

saluran keluar rektal ke rektum sedalam 3-5 cm. Kemudian rektal dipijat hingga kosong

betul dan selanjutnya untuk beberapa menit lubang dubur ditutup dengan cara

merapatkan kedua muskulus gluteus. Dosis diazepam intrarectal yg dapat digunakan

adalah 5 mg (BB<10 kg) atau 10 mg (BB>10 kg). Bila kejang tidak berhenti dapat

diulang selang 5 menit kemudian, bila tidak berhenti juga berikan fenitoin dengan dosis

awal 10-20 mg/kgBB secara intravena perlahan-lahan 1 mg/kgBB/menit. Setelah

pemberian fenitoin, harus dilakukan pembilasan dengan NaCl fisiologis karena fenitoin

bersifat basa dan menyebabkan iritasi vena.

Bila kejang berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan fenobarbital yang

langsung diberikan setelah kejang berhenti. Dosis awal untuk bayi 1 bulan-1 tahun  50

mg  dan 1 tahun keatas 75 mg secara intramuscular. Lalu 4 jam kemudian diberikan

fenobarbital dosis rumatan. Untuk 2 hari pertama diberikan dosis 8-10 mg/kgBB/hari

dibagi dalam 2 dosis, untuk hari-hari berikutnya dengan dosis  4-5 mg/kgBB/hari dibagi 2

dosis. Selama keadaan belum membaik, obat diberikan secara suntikan dan setelah

membaik peroral. Harus diperhatikan bahwa dosis total tidak boleh melebihi 200 mg/hari

karena efek sampingnya adalah hipotensi, penurunan kesadaran, dan depresi pernafasan.

Komplikasi

¤ Epilepsi

Anak yang menderita kejang demam berseiko lebih besar mengalami epilepsi

dibandingkan dengan yang tidak. Besarnya resiko ini dipengaruhi banyak faktor, namun

yang terpenting adalah kelainan status neurologik sebelum kejang, timbulnya kejang

demam yang kompleks dan riwayat kejang afebris pada keluarga. Seorang anak normal

yang mengalami kejang demam memiliki resiko 2x lipat lebih besar dibandingkan

populasi kontrol.

Apabila kejang pertamanya kompleks, atau bila anaknya abnormal, resiko dapat

meningkat hingga 5 kali lipat. Bila kedua faktor ada maka resikonya menjadi 18 kali

lipat dan insidensi epilepsi dapat mencapai 10% dalam kelompok ini. Anak dengan

serangan kejang demam fokal, berkepanjangan, dan berulang dengan penyakit yang

sama memiliki 50% kemungkinan menderita epilepsi saat ia berusia 25 tahun.

¤ Retardasi mental

11

Page 13: Referat Kejang Demam Sederhana

Gangguan belajar dan perilaku, retardasi mental, defisit koordinasi dan motorik dan

status epileptikus pernah dilaporkan sebagai gejala sisa kejang demam. Kejang yang

berkepanjangan tampaknya merupakan faktor pemicu timbulnya sekuele.

Pencegahan

Pencegahan terutama dari kejang demam adalah mencegah agar suhu tubuh anak tidak

terlalu tinggi sehingga tidak menjadi faktor pemicu timbulnya kejang.3 Hal yang dapat dilakukan

ialah:

¤ Memberi kompres air dingin pada anak yang demam.

¤ Tidak mengenakan baju yang tebal dan tertutup pada anak.

¤ Menggunakan obat penurun suhu tubuh, yaitu Paracetamol.

Pencegahan sekunder berupa mencegah rekurensi demam telah dibahas di bagian

penatalaksanaan, yaitu dengan pemberian diazepam oral 0,33 mg/kg setiap 8 jam.

Prognosis

Dengan penangulangan yang tepat dan cepat, prognosis kejang demam baik dan tidak

perlu menyebabkan kematian. Dari penelitian yang ada, frekuensi terulangnya kejang berkisar

antara 25% - 50%, yang umumnya terjadi pada 6 bulan pertama. Apabila melihat pada umur,

jenis kelamin, dan riwayat keluarga, Lennox-Buchthal (1973) mendapatkan:

¤ Pada anak berumur kurang dari 13 tahun, terulangnya kejang pada wanita 50% dan pria

33%.

¤ Pada anak berumur antara 14 bulan dan 3 tahun dengan riwayat keluarga adanya kejang,

terulangnya kejang adalah 50%, sedang pada tanpa riwayat kejang 25%.

12

Page 14: Referat Kejang Demam Sederhana

DAFTAR PUSTAKA

1. Richard EB, Robert MK, Ann MA. Kejang-kejang pada masa anak-anak. Ilmu kesehatan

anak nelson. Vol 3. Ed 15th. Jakarta: EGC; 2004.hal.2059-60.

2. Abraham MR, Julien IE, Colin DR. Sistem saraf. Buku ajar pediatric Rudolph. Vol 3. Ed

20th. Jakarta: EGC; 2007.hal.2160-1.

3. Staf Pengajar ilmu kesehatan anak FKUI. Kejang demam sederhana. Buku kuliah ilmu

kesehatan anak. Vol 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.hal.1190-2.

4. Taslim SS, Sofyan I. Kejang demam. Buku ajar neurologi anak. Jakarta: Balai Penerbit

IDAI; 2001.hal.244-51.

5. Roy M, Simon JN. Kejang demam. Pediatrika. Ed 7th. Jakarta: Erlangga: 2005.hal.112-4.

13