lapkas kejang demam sederhana + gea

61
Laporan Kasus Kejang Demam Kompleks dengan Diare Akut Tanpa Dehidrasi Oleh: Desty Fahriska NIM: 11101-016 Pembimbing: dr. Cherlina, Sp.A KEPANITERAAN KLINIK SENIOR 1

Upload: desty-fahriska

Post on 16-Feb-2016

50 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

ILMU KESEHATAN ANAK

TRANSCRIPT

Page 1: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

Laporan Kasus

Kejang Demam Kompleks dengan Diare Akut Tanpa Dehidrasi

Oleh:

Desty Fahriska

NIM: 11101-016

Pembimbing:

dr. Cherlina, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABDURRAB

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK RSUD BANGKINANG

2015

1

Page 2: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 2

2.1 Kejang Demam ......................................................................... 2

2.1.1 Definisi ....................................................................... 2

2.1.2 Epidemiologi .............................................................. 2

2.1.3 Etiologi ....................................................................... 3

2.1.4 Klasifikasi .................................................................. 3

2.1.5 Patogenesis ............................................................... 4

2.1.6 Manifestasi Klinis ...................................................... 5

2.1.7 Diagnosis .................................................................... 6

2.1.8 Diagnosis Banding ..................................................... 6

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang ............................................. 7

2.1.10 Tatalaksana ............................................................... 9

2.1.11 Edukasi Orang Tua .................................................... 12

2.1.12 Prognosis ................................................................... 12

2.2 Diare Akut Tanpa Dehidrasi .................................................... 14

2.2.1 Definisi ....................................................................... 14

2.2.2 Epidemiologi .............................................................. 14

2.2.3 Etiologi ....................................................................... 14

2.2.4 Klasifikasi .................................................................. 15

2.1.5 Patogenesis dan Patofisiologi ................................... 16

2

Page 3: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

2.1.6 Tatalaksana ................................................................ 17

BAB 3 STATUS PASIEN ............................................................................ 23

BAB 4 ANALISIS KASUS .......................................................................... 34

BSB 5 KESIMPULAN ................................................................................ 37

DAFTAR PUSTAKA

3

Page 4: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT penulis ucapkan atas rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Kejang Demam

dan Diare Akut Tanpa Dehidrasi” untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk

mengikuti KKS Ilmu Kesehatan Anak.

Terima kasih penulis ucapkan kepada dokter pembimbing yaitu dr. Cherlina,

Sp.A yang telah bersedia memberikan ilmu dan nasihat kepada penulis sehingga

penulis bisa menyelesaikan laporan kasus ini.

Mohon maaf penulis ucapkan jika terdapat kesalahan dalam laporan kasus ini.

Kritik dan saran penulis perlukan demi perbaikan serta tambahan ilmu dalam

penyelesaian laporan ini.

Akhir kata penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat memberikan

manfaat dan menambah ilmu pengetahuan di bidang kedokteran.

Bangkinang, 27 September 2015

Penulis

4

Page 5: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

BAB I

PENDAHULUAN

Kejang demam pada anak adalah hal yang sering dijumpai di masyarakat dan

masih menjadi suatu hal yang menakutkan bagi orang tua. Kejang demam adalah

bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38oc)

yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.1 Kejang demam juga berkaitan

dengan usia, dimana disebut kejang demam jika usia anak antara 6 bulan – 5 tahun.

Penanganan yang tepat dan cepat merupakan suatu hal yang sangat diperlukan

dalam tatalaksana kejang demam. Pemahaman yang tepat mengenai apa yang

dimaksud dengan kejang demam harus difahami dengan baik agar dapat menegakkan

diagnosis dan menangani pasien dengan benar.

Tatalaksana kejang seringkali tidak dilakukan dengan baik, karena pemilihan

obat, penggunaan dosis atau penegakkan diagnosis yang kurang benar. Kesalahan-

kesalahan tersebut dapat menyebabkan tidak terkontrolnya kejang, perpanjangan

perawatan dan penurunan fungsi sistem tubuh terutama sistem saraf dan pernafasan

akibat terapi yang tidak tepat.

Diare akut masih merupakan salah satu masalah terbesar di negara

berkembang seperti Indonesia. Kematian akibat diare dengan dehidrasi seharusnya

dapat dihindari jika rehidrasi dilakukan dengan benar dan cepat.

5

Page 6: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kejang Demam

2.1.1 Definisi

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu

tubuh (suhu rectal di atas 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ektrakranium (di

luar rongga tengkorak). Kejang tersebut biasanya timbul pada suhu badan yang tinggi

(demam). Demamnya sendiri dapat disebabkan oleh berbagai sebab, tetapi yang

paling utama adalah infeksi. Demam yang disebabkan oleh imunisasi juga dapat

memprovokasi terjadinya kejang demam.1,2

Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan

sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah

menderita kejang demam.2

2.1.2 Epidemiologi

Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf tersering pada anak.

Berkisar 2% - 5% anak di bawah 5 tahun pernah mengalami bangkitan kejang

demam. Lebih dari 90% penderita kejang demam terjadi pada anak berusia di bawah

5 tahun. Terbanyak bangkitan kejang demam terjadi pada anak berusia antar 6 bulan

sampai 22 bula. Insiden bangkitan kejang demam tertinggi terjadi pada usia 18

bulan.3

Anak laki-laki lebih sering dari pada perempuan dengan perbandingan 1,2–

1,6:1. Saing B (1999), menemukan 62,2% kemungkinan kejang demam berulang

pada 90 anak yang mengalami kejang demam sebelum usia 12 tahun, dan 45% pada

100 anak yang mengalami kejang setelah usia 12 tahun. Kejang demam kompleks dan

khususnya kejang demam fokal merupakan prediksi untuk terjadinya epilepsi.

Sebagian besar peneliti melaporkan angka kejadian epilepsi kemudian hari sekitar 2 –

5 %.3

6

Page 7: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

2.1.3 Etiologi

Penyebab kejang mencakup factor-faktor perinatal, malformasi otak

congenital, factor genetic, penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis), penyakit demam,

gangguan metabilisme, trauma, neoplasma, toksin, gangguan sirkulasi, dan penyakit

degeneratif susunan saraf. Kejang disebut idiopatik bila tidak dapat ditemukan

penyebabnya4.

Penyebab kejang mencakup faktor-faktor perinatal, malformasi otak

kongenital, faktor genetik, penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis), penyakit demam,

gangguan metabilisme, trauma, neoplasma, toksin, gangguan sirkulasi, dan penyakit

degeneratif susunan saraf. Kejang disebut idiopatik bila tidak dapat ditemukan

penyebabnya4.

2.1.4 Klasifikasi

Kejang yang umum digunakan adalah berdasarkan Klasifikasi International

League Against Epilepsy of Epileptic Seizure [ILAE] 1981, yaitu:

Kejang demam dibagi menjadi dua kelompok yaitu kejang demam sederhana dan

kejang demam kompleks.

Kejang demam sederhana

Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan

umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik,

tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam

sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam.

7

Page 8: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

Kejang demam kompleks

Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini:

1. Kejang lama > 15 menit

2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial

3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

2.1.5 Patogenesis

Pada keadaan demam, kenaikan suhu tubuh sebesar 10C bisa mengakibatkan

kenaikan metabolisme basal yang mengakibatkan peningkatan kebutuhan oksigen

jaringan sebesar 10 – 15% dan otak sebesar 20%.2

Pada kenaikan suhu tubuh tertentu akan terjadi perubahan keseimbangan dari

membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion K+ dan Na2+ melalui

membran tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepasnya muatan

listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun membran

sel sekitarnya dengan bantuan neurotransmitter dan terjadi kejang. 2

Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggi

rendahnya ambang kejang seseorang anak akan menderita kejang pada kenaikan suhu

tertentu. Pada anak dengan ambang kejang rendah, kejang telah terjadi pada suhu

380C, sedang anak dengan ambang kejang yang tinggi kejang baru akan terjadi bila

suhu mencapai 400C. 2

Bangkitan kejang demam tergantung pada ambang kejang tersebut yaitu lebih

banyak pada anak dengan ambang kejang rendah. Kejang demam yang terjadi singkat

pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang

yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea. Meningkatnya

kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet sehingga dapat terjadi juga

hiposemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan metabolisme anaerob, hipotensi2,

dan denyut jantung yang tidak teratur, meningkatnya suhu tubuh juga dapat terjadi.

Kemungkinan lain yang dapat terjadi adalah gangguan peredaran darah yang

mengakibatkan hipoksia sehingga timbul edema otak yang mengakibatkan rusaknya

8

Page 9: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

sel neuron otak. Kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan

anatomis di otak sehingga terjadi epilepsi. 5

2.1.6 Manifestasi Klinis

Umumnya kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan kejang klonik

atau tonik klonik bilateral. Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti

anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau

menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang demam

diikuti hemiparesis sementara (Hemiparesis Tood) yang berlangsung beberapa jam

sampai hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiparesis yang

menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama lebih sering terjadi pada kejang

demam yang pertama. Kejang berulang dalam 24 jam ditemukan pada 16% pasien.4

Kejang yang terkait dengan kenaikan suhu yang cepat dan biasanya

berkembang bila suhu tubuh (dalam) mencapai 39°C atau lebih. Kejang khas yang

menyeluruh, tonik-klonik beberapa detik sampai 10 menit, diikuti dengan periode

mengantuk singkat pasca-kejang. Kejang demam yang menetap lebih lama dari 15

menit menunjukkan penyebab organik seperti proses infeksi atau toksik yang

memerlukan pengamatan menyeluruh.5

Kriteria Livingstone sebagai pedoman untuk membuat diagnosis kejang

demam sederhana, yaitu2:

1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan - 5 tahun

2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tak lebih dari 15 menit

3. Kejang bersifat umum, frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak lebih

dari 4 kali

4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam

5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal

6. Pemeriksaan EEG tidak menunjukkan kelainan.

9

Page 10: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

2.1.7 Diagnosis

Anamnesis

Dibutuhkan beberapa informasi yang dapat mendukung diagnosis ke arah kejang

demam, seperti:

- Menentukan adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu

sebelum dan saat kejang, frekuensi, interval pasca kejang, penyebab demam

diluar susunan saraf pusat.

- Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko kejang demam, seperti

genetik, menderita penyakit tertentu yang disertai demam tinggi, serangan

kejang pertama disertai suhu dibawah 39° C.

- Beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya kejang demam berulang

adalah usia< 15 bulan saat kejang demam pertama, riwayat kejang demam

dalam keluarga, kejang segera setelah demam atau saat suhu sudah relatif

normal, riwayat demam yang sering, kejang demam pertama berupa kejang

demam kompleks. 4

Gambaran Klinis

Yang dapat dijumpai pada pasien kejang demam adalah:

- Suhu tubuh mencapai 39°C.

- Anak sering kehilangan kesadaran saat kejang.

- Kepala anak sering terlempar keatas, mata mendelik, tungkai dan lengan

mulai kaku, bagian tubuh anak menjadi berguncang. Gejala kejang

tergantung pada jenis kejang.

- Kulit pucat dan mungkin menjadi biru.

- Serangan terjadi beberapa menit setelah anak itu sadar4

2.1.8 Diagnosis Banding

Kejang pada anak merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit.

Gangguan primer mungkin terdapat intrakranium atau ekstrakranium. Berbagai

penyakit intra serebral dan gangguan metabolik yang juga dapat menyebabkan kejang

antara lain4 :

10

Page 11: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

1. Kelainan intrakranium

a. Meningitis

b. Ensefalitis

c. Infeksi subdural dan epidural

d. Abses otak

e. Trauma kepala

f. Stroke dan AVM

g. Cytomegalic inclusion disease

2. Gangguan metabolik

a. Hipoglikemi

b. Defisiensi vitamin B-6

c. Gangguan elektrolit seperti hiponatremia, hipokalsemia, porfiria

d. Keracunan

3. Epilepsi

Epilepsi adalah suatu gangguan serebral kronik dengan berbagai macam

etiologi, yang dicirikan oleh timbulnya serangan paroksismal yang berkala,

akibat lepas muatan listrik neuron-neuron serebral secara eksesif

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang

demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab

demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam.

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer,

elektrolit dan gula darah. 2

Punksi Lumbal

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau

menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis bakterialis

adalah 0,6% - 6,7%. Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau

11

Page 12: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas.

Oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:

1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan

2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan

3. Bayi > 18 bulan tidak rutin

Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi

lumbal. 2

Elektroensefalografi

Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi

berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada

pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan. Pemeriksaan

EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas.2

Misalnya: kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau

kejang demam fokal.

Pencitraan

Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-

scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak

rutin dan hanya atas indikasi seperti:

1. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)

2. Paresis nervus VI

3. Papiledema2

12

Page 13: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

2.1.10 Tatalaksana

Tatalaksana saat kejang

Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien

datang kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang

paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara

intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan

kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20

mg.3

Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah

adalah diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau

diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10

mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg

untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3

tahun. 3

13

Page 14: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat

diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.

Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke

rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis

0,3-0,5 mg/kg. 3

Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena

dengan dosis awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau

kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8

mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. 3

Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di

ruang rawat intensif. Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya

tergantung dari jenis kejang demam apakah kejang demam sederhana atau

kompleks dan faktor risikonya.3

Pemberian obat saat demam

Antipiretik

Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko

terjadinya kejang demam (level I, rekomendasi D), namun para ahli di Indonesia

sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan (level III, rekomendasi B). Dosis

parasetamol yang digunakan adalah 10 –15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari

dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali ,3-4 kali sehari.

Meskipun jarang, asam asetilsalisilat dapat menyebabkan sindrom Reye terutama

pada anak kurang dari 18 bulan, sehingga penggunaan asam asetilsalisilat tidak

dianjurkan. 2

Antikonvulsan

Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam

menurunkan risiko berulangnya kejang pada 30%-60% kasus, begitu pula dengan

diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5 0C. Dosis

tersebut cukup tinggi dan menyebabkan ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup

14

Page 15: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

berat pada 25-39% kasus. Fenobarbital, karbamazepin, dan fenitoin pada saat

demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam.2

Pemberian obat rumatan

Indikasi pemberian obat rumat

Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri

sebagai berikut (salah satu):

1. Kejang lama > 15 menit

2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,

misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental,

hidrosefalus.

3. Kejang fokal

4. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:

Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.

Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan.

kejang demam > 4 kali per tahun2

Jenis antikonvulsan untuk pengobatan rumat

Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam

menurunkan risiko berulangnya kejang. Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang

demam tidak berbahaya dan penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping,

maka pengobatan rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam

jangka pendek. Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan

perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus. 2

Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasus,

terutama yang berumur kurang dari 2 tahun asam valproat dapat menyebabkan

gangguan fungsi hati. Dosis asam valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis,

dan fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2 dosis. 2

15

Page 16: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

Lama pengobatan rumat

Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan

secara bertahap selama 1-2 bulan.2

2.1.11 Edukasi pada orang tua

Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada

saat kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal.

Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara yang diantaranya:

1. Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik.

2. Memberitahukan cara penanganan kejang

3. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali

4. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus

diingat adanya efek samping obat. 2

Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang :

1. Tetap tenang dan tidak panik

2. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher

3. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan

muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah

tergigit, jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut.

4. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.

5. Tetap bersama pasien selama kejang

6. Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.

7. Bawa kedokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih2

2.1.12 Prognosis

Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis

Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah

dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada

pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan

16

Page 17: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi

pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal. 2

Kemungkinan mengalami kematian

Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan.

Kemungkinan berulangnya kejang demam

Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko

berulangnya kejang demam adalah :

1. Riwayat kejang demam dalam keluarga

2. Usia kurang dari 12 bulan

3. Temperatur yang rendah saat kejang

4. Cepatnya kejang setelah demam

Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam

adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan

berulangnya kejang demam hanya 10%-15%. Kemungkinan berulangnya kejang

demam paling besar pada tahun pertama. 2

Faktor risiko terjadinya epilepsi

Faktor risiko lain adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari. Faktor

risiko menjadi epilepsi adalah :

1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang

demam pertama.

2. Kejang demam kompleks

3. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung

Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian

epilepsi sampai 4%-6%, kombinasi dari faktor risiko tersebut meningkatkan

kemungkinan epilepsi menjadi 10%-49%. Kemungkinan menjadi epilepsi tidak

dapat dicegah dengan pemberian obat rumat pada kejang demam. 2

17

Page 18: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

2.2 Diare

2.2.1 Definisi

Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi ≥

3x/hari disertai perubahan konsistensi tinja (lembek atau cair) dengan atau tanpa

darah/lendir dalam tinja, disertai atau tanpa muntah. Diare yang berlangsung kurang

dari 14 hari disebut diare akut dan bila berlangsung lebih dari 14 hari disebut diare

persisten.6,7

2.2.2 Epidemiologi

Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama yang

menjadi masalah kesehatan masyasakat di Indonesia karena memiliki insidensi dan

mortalitas yang tinggi. Diperkirakan terdapat antara 20-50 kejadian diare per100

penduduk setahunnya. Kematian terutama disebabkan karena penderita mengalami

dehidrasi berat. Antara 70-80% penderita terdapat pada mereka dibawah 5 tahun.

Data Departemen Kesehatan menunjukan, diare menjadi penyakit pembunuh kedua

bayi dibawah 5 tahun atau balita di Indonesia, setelah radang paru ata pneumonia.6

2.2.3 Etiologi

Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :

a. Faktor Infeksi

Infeksi enteral

Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab

utama diare pada anak. Infeksi parenteral ini meliputi: (a) Infeksi bakteri:

Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan

sebagainya. (b) Infeksi virus: Enteroovirus (Virus ECHO, Coxsackie,

Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain. (c) Infestasi

parasite : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides), protozoa

(Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur

(candida albicans).7

18

Page 19: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

Infeksi parenteral

Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan,

seperti Otitis Media akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia,

Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak

berumur dibawah 2 tahun.

b. Faktor Malabsorbsi

Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan

sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada

bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktrosa.

Malabsorbsi lemak

Malabsorbsi protein

c. Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

d. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan

diare terutama pada anak yang lebih besar.7

2.2.4 Klasifikasi Diare

19

Page 20: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

2.2.5 Patogenesis dan Patofisiologi

Diare yang disebabkan oleh infeksi seperti bakteri, berawal dari

makanan/minuman yang ditelan. Bakteri masuk sampai ke lambung, kemudian

dibunuh oleh asam lambung. Namun jumlah bakteri terlalu banyak maka ada

beberapa yang lolos sampai ke duodenum dan berkembang biak di sana. Pada

kebanyakan kasus gastroenteritis organ yang banyak diserang adalah usus. Di dalam

usus bakteri akan memproduksi enzim yang akan mencairkan lapisan mukosa yang

menutupi permukaan usus, sehingga bakteri mengeluarkan toksin yang merangsang

sekresi cairan-cairan usus dibagian kripta vili dan menghambat absorbsi cairan.

Sebagai akibatnya volume cairan didalam lumen usus meningkat yang mengakibatan

dinding usus menggembung dan sebagian dinding usus akan berkontraksi sehingga

terjadi hipermotilitas untuk mengalirkan cairan di usus besar. Apabila jumlah cairan

tersebut melebihi kapasitas absorbsi usus maka akan terjadi diare.6

Diare yang disebabkan oleh malabsorbsi makanan akan menyebabkan

makanan atau zat yang tidak dapat diserap sehingga tekanan osmotik di dalam rongga

usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi

rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan isi tersebut

sehingga terjadilah diare.6

Tertelan makanan basi atau beracun juga dapat menyebabkan diare karena

akan mengganggu motilitas usus. Iritasi mukosa usus menyebabkan hiperperistaltik

sehingga mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan

sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik menurun akan mengakibatkan

tumbuhnya bakteri secara berlebihan sehingga timbul diare.6

Adanya iritasi mukosa usus dan peningkatan volume cairan dirongga usus

menyebabkan pasien mengeluh perut terasa sakit. Selain karena dua hal itu, nyeri

perut timbul karena metabolisme karbohidrat oleh bakteri di usus yang menghasilkan

gas H2 dan CO2 yang menimbulkan kembung dan flatus berlebihan. Biasanya pada

keadaan ini pasien merasa mual bahkan muntah dan nafsu makan makan menurun

karena terjadi ketidakseimbangan asam basa dan elektrolit.6

20

Page 21: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan akan menyebabkan pasien

dehidrasi yang ditandai dengan berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata

dan ubun-ubun cekung, bibir, mulut, dan kulit tampak kering. Jika keadaan ini

berlanjut terus meerus maka volume darah akan berkurang. Tubuh akan mengalami

gangguan sirkulasi, perfusi jaringan terganggu, dan akhirnya dapat menyebabkan

shock hipovolemi.6

Faktor psikologis juga dapat menyebabkan diare. Karena faktor psikologis

(stress, marah, takut) dapat merangsang kelenjar adrenal untuk merangsang

pengeluaran hormon yang kerjanya mengatur metabolisme tubuh. Bila terjadi stress

maka metabolisme akan meningkat dan motilitas usus jug meningkat.6

2.2.6 Tatalaksana

Rencana Terapi A (Tanpa Dehidrasi)9

Menerangkan 5 langkah terapi diare di rumah

1. Beri cairan lebih banyak dari biasanya

Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama

Anak yang mendapat ASI eksklusif, beri oralit atau air matang sebagai

tambahan

Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susu yang biasa

diminum dan oralit atau cairan rumah tangga sebagai tambahan (kuah

sayur, air tajin, air matang, dsb)

Beri oralit sampai diare berhenti. Bila muntah, tunggu 10 menit dan

dilanjutkan sedikit demi sedikit.

Untuk < 1 tahun diberi 50-100 ml setiap kali berak

Umur > 1 tahun diberi 100-200 ml setiap kali berak

Anak harus diberi 6 bungkus oralit (200 ml) di rumah bila:

Telah diobati dengan rencana terapi B atau C

Tidak dapat kembali pada petugas kesehatan jika diare

memburuk

Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit

21

Page 22: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

2. Beri obat Zink

Beri zink 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat

diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang

atau ASI.

Umur < 6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) per hari

Umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari

3. Beri Anak Makanan Untuk Mencegah Kurang Gizi

Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu

anak sehat

Tambahkan 1 – 2 sendok the minyak sayur setiap porsi makan

Beri makanan kaya kalium seperti sari buah segar, pisang, air kelapa

hijau

Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil (setiap

3 – 4 jam)

Setelah diare berhenti, beri makan yang sama dan makanan tambahan

selama 2 minggu

4. Antibiotik Hanya Diberikan sesuai Indikasi. Misal: Disentri, Kolera, dll

5. Nasihati Ibu/pengasuh

Untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila:

Berak cair lebih sering

Muntah berulang

Sangat haus

Makan dan minum sangat sedikit

Timbul demam

Berak berdarah

Tidak membaik dalam 3 hari

22

Page 23: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

Rencana terapi B (Dehidrasi Ringan Sedang)9

A. Untuk terapi dehidrasi ringan atau sedang jumlah oralit yang, diberikan

dalam 3 jam pertama disarana kesehatan:

Bila BB tidak diketahui berikan oralit sesuai tabel di bawah ini:

Umur Sampai 4 bulan 4 – 12 bulan 12 – 24 bulan 2 – 5 tahun

Berat Badan < 6 kg 6 – 10 kg 10 – 12 kg 12 – 19 kg

Jumlah Cairan 200 – 400 400 – 700 700 – 900 900 - 1400

Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah.

Bujuk ibu untuk meneruskan ASI

Untuk bayi < 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100 – 200

ml air masak selama masa ini

Untuk bayi > 6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali

ASI dan oralit

Beri obat zinc selama 10 hari berturut-turut

B. Amati Anak Dengan Seksama dan Bantu Ibu Memberikan Oralit

Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan

Berikan sedikit demi sedikit tapi sering dari gelas

Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah

Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan

berikan air masak atau ASI. Beri oralit sesuai rencana terapi A bila

pembengkakakan telah hilang.

C. Setelah 3 – 4 jam, nilai kembali anak dengan bagan penilaian, kemudian

pilih rencana terapi A, B atau C untuk melanjutkan terapi

Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke rencana terapi A. bila dehidrasi telah

hilang, anak biasanya kencing kemudian mengantuk dan tidur.

Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulangi rencana terapi

B

23

ORALIT yang diberikan = 75 ml x BERAT BADAN anak

Page 24: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

Anak mulai diberikan makanan, susu, dan sari buah.

Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan rencana terapi C

D. Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B

Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di

rumah

Berikan oralit 6 bungkusuntuk persediaa di rumah.

Jelaskan 5 langkah rencana terapi A untuk mengobati anak di rumah

Rencana Terapi C (Dehidrasi Berat di sarana Kesehatan)9

A. Jika dapat memberikan cairan intravena

Beri cairan intravena segera.

RL atau NaCl 0,9% (bila RL tidak tersedia) 100 ml/kgBB, dibagi

sebagai berikut:

Umur Pemberian I

30 ml/kgBB

Kemudian

70 ml/kgBB

Bayi < 1 tahun 1 jam* 5 jam

Anak ≥ 1 tahun 30 menit* 2 ½ jam

*Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau

Nilai kembali tiap 15 – 30 menit. Bila nadi belum teraba, beri tetesan

lebih cepat.

Juga beri oralit (5ml/kg/jam) bila penderita bisa minum; biasanya

setelah 3 – 4 jam (bayi) atau 1 – 2 jam (anak)

Berikan obat zinc selama 10 hari berturut-berturut

Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi derajat dehidrasi.

Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai (A,B atau C) untuk

melanjutkan terapi

B. Bila tidak bisa memberikan cairan intravena, rujuk pasien untuk terapi

intravena. Bila penderita bisa minum, sediakan oralit dan tunjukkan cara

memberikannya selama di perjalanan.

C. Jika petugas bisa menggunakan pipa nasogastrik/orogastrik untuk

rehidrasi

24

Page 25: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

Mulai rehidrasi dengan oralit melalui Nasogastrik/Orogastrik. Berikan

sedikit demi sedikit, 20 ml/kgBB/jam selama 6 jam

Nilai setiap 1 – 2 jam:

Bila muntah atau perut kembung berikan cairan lebih lambat

Bila rehidrasi tidak tercapai selama 3 jam rujuk untuk terpai

intravena

Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapi yang sesuai (A, B,

atau C)

D. Jika penderita bisa minum

Mulai rehidrasi dengan oralit melalui mulut.

Berikan sedikit demi sedikit, 20 ml/kgBB/jam selama 6 jam

Nilai setiap 1 – 2 jam:

Bila muntah atau perut kembung berikan cairan lebih lambat

Bila rehidrasi tidak tercapai selama 3 jam rujuk untuk terpai

intravena

Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapi yang sesuai (A, B,

atau C)

Catatan:

Bila mungkin amati penderita sedikitnya 6 jam setelah rehidrasi untuk

memastikan bahwa ibu dapat menjaga mengembalikan cairan yang hilang

dengan memberi oralit

Bila umur anak di atas 2 tahun dan kolera baru saja berjangkit di daerah,

pikirkan kemungkinan kolera dan beri antibiotika yang tepat secara oral

begitu anak sadar4

Cara Pemberian Obat Zinc9

25

Page 26: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

Pastikan semua anak yang menderita Diare mendapat obat Zinc selama 10

hari berturut-turut

Dosis obat Zinc (1 tablet = 20 mg)

- Umur < 6 bulan : 1/2 tablet /hari

- Umur ≥ 6 bulan : 1 tablet /hari

Larutkan tablet dalam satu sendok air matang atau ASI (tablet mudah larut ±

30 detik), segera berikan kepada anak

Bila anak muntah sekitar setengah jam setelah pemberian obat Zinc, ulangi

pemberian dengan cara memberikan potongan lebih kecil dilarutkan beberapa

kali hingga satu dosis penuh.

Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus, tetap

berikan obat Zinc segera setelah anak bisa minum atau makan.4

26

Page 27: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

BAB III

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. S

Umur : 1 tahun 8 bulan

Jenis kelamin : Perempuan

Berat Badan : 10kg

Alamat : Bangkinang Kota

Masuk RS : 19 September 2015

No. RM : 10-00-25

Tgl. Diperiksa : 19 September 2015, pukul 19.40

II. ANAMNESIS

Dilakukan aloanamnesis terhadap ibu pasien.

A. Riwayat Penyakit

1. Keluhan utama :

Kejang kelonjotan seluruh tubuh 4 jam SMRS

2. Riwayat penyakit sekarang :

- Demam sejak 1 hari yang lalu, terus menerus hingga hari masuk rumah

sakit

- Berak-berak cair frekuensi lebih dari 6 kali, konsistensi cair, berwarna

kuning, tidak berlendir dan tidak berdarah,

- Kejang kelonjotan seluruh tubuh 4 jam sebelum masuk rumah sakit,

frekuensi serangan dua kali dengan interval 3 jam, dan durasi tiap

kejang kurang lebih 3 menit.

- Mual tidak ada, muntah tidak ada

- Batuk dan pilek tidak ada

27

Page 28: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

- Nafsu makan baik, rasa haus tidak meningkat.

- Buang air kecil seperti biasa, lebih dari 3 kali sehari

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat kejang demam sebelumnya disangkal.

Riwayat diare (+)

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit keluarga atau keturunan lain disangkal.

5. Riwayat makanan :

Ibu mengaku telah menjalani program ASI eksklusif selama 1 tahun. Anak

juga diberikan makanan pendamping asi (MPASI) sejak umur enam bulan,

MPASI yang di berikan berupa bubur buatan sendiri baik bubur nasi

dicampur sayur atau buah, selain itu sesekali anak juga diberikan bubur

siap saji yang dijual di pasaran. Sekarang anak mengkonsumsi nasi seperti

biasa, namun akhir-akhir ini sulit makan akibat sakit dan diare.

6. Pertumbuhan dan perkembangan

Pertumbuhan :

Dari kurva pertumbuhan CDC didapatkan pertumbuhan anak berada

pada pita percentile 10 (gizi baik).

Perkembangan psikomotor :

Motorik kasar Motorik halus

Anak tidak mengalami gangguan perkembangan motorik kasar maupun

gerakan motorik halus.

Bicara Sosial

Bicara dan interaksi sosial anak baik.

Mental/ intelengensia :

Tidak ditemukan gangguan mental maupun intelegensia pada anak.

Emosi dan prilaku :

Emosi dan perilaku anak baik.

7. Riwayat Imunisasi

Ibu mengaku imunisasi lengkap

28

Page 29: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

8. Riwayat Penyakit Infeksi

I. Penyakit

a. Diare : pernah menderita diare

b. Campak : pasien tidak pernah menderita campak

c. ISPA : batuk pilek ringan seperti biasa

d. Demam berdarah : pasien tidak pernah menderita demam berdarah

9. Riwayat Perawatan

Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.

10. Riyawat operasi

Pasien tidak pernah dioperasi sebelumnya.

10. Sosial ekonomi

Sosial ekonomi :

Penderita adalah anak tunggal dari Tn. D yang bekerja sebagai pegawai

honorer. Secara ekonomi, keluarga tergolong keluarga yang cukup

mampu.

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. Pemeriksaan umum (dilakukan pada tanggal : 19 September 2015 jam : 19.40

1. Kesan umum :

Keadaan umum pasien tampak sakit sedang. Kesadaran cosposmentis, status

gizi baik.

2. Tanda utama

Nadi : 106 kali/menit

Pernapasan : 40 kali/ menit

Tekanan darah : anak sulit diperiksa

Suhu : 38oC

3. Status gizi

Berat badan : 10kg Panjang Badan: 71cm

Status Gizi : persentil 10 kurva CDC

29

Page 30: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

4. Kulit

Pada kulit tidak ditemukan bekas luka, skar, ruam, petekie, vesikel, serta tanda-

tanda peradangan. Keadaan kulit dalam batas normal.

5. Kelenjar limfe :

Tidak dilakukan pemeriksaan kelenjar limfe

6. Otot :

Tidak ditemukan nyeri pada otot.

7. Tulang :

Tidak ditemukan kelainan pada tulang.

8. Sendi :

Tidak ditemukan kelainan pada sendi.

B. Pemeriksaan khusus

1. Kepala

Bentuk : Bulat, normomegali

Rambut : Warna hitam, cukup lebat, distribusi baik

UUB dan UUK : UUB dan UUK datar

Mata :

- Mata tidak cekung

- Palpebra simetris kiri dan kanan

- Tidak ditemukan ptosis

- Konjungtiva tidak anemis

- Sklera tidak ikterik

- Kornea jernih

- Pupil bulat dan simetris

- Lensa jernih

Hidung :

- Tidak ditemukan pernafasan cuping hidung

- Mukosa hidung tidak tampak hiperemis

Mulut :

- Bibir simetris

30

Page 31: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

- Mukosa pipi berwarna kemerahan, tidak terdapat bercak-bercak putih

dan ulserasi

Tenggorokan :

- Dinding faring :

o Hiperemis

o Tidak ditemukan edema

o Tidak ada eksudat dan abses

o Tidak ada ulserasi

- Tonsil : T2/T2

2. Leher :

JVP tidak meningkat

Tidak terdapat edema

Tidak terdapat benjolan/massa

3. Thorax (permukaan dada)

Bentuk : hampir bulat, dalam batas normal

Simetris kiri dan kanan

Gerakan pernafasan abnormal tidak ditemukan

Kecepatan dan kedalaman pernafasan dalam batas normal

Jantung

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat dari luar

Palpasi : Iktus kordis teraba pada sela iga 4, garis midklavikularis kiri

sedikit lateral

Perkusi : tidak ditemukan kardiomegali

Auskultasi : Bunyi jantuung normal, tidak ditemukan bising jantung

Paru-paru

Depan :

Inspeksi : (sama dengan dada)

Palpasi :

- Paru simetris kiri dan kanan

- Pemeriksaan fremitus sulit dilakukan

31

Page 32: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

Perkusi : suara sonor

Auskultasi :

- Suara nafas vesikuler di semua lapang paru

- Tidak ditemukan suara nafas tambahan

Belakang :

Inspeksi : (sama dengan dada)

Palpasi :

- Paru simetris kiri dan kanan

- Pemeriksaan fremitus sulit dilakukan

Perkusi : suara sonor di semua lapang paru

Auskultasi :

Suara nafas vesikuler di semua lapang paru

Tidak ditemukan suara nafas tambahan

4. Abdomen

Inspeksi :

- Bentuk : perut tidak buncit

- Permukaan :

o Warna kulit kuning langsat

o Umbilikus tampak tertutup dan berkerut

o Tidak ditemukan skar, massa dan tanda-tanda peradangan

Auskultasi :

- Suara peristaltik usus 16 kali permenit

- Tidak ditemukan bruit

Palpasi :

- Tidak ditemukan nyeri tekan abdomen

- Tidak ditemukan defans muskular

Perkusi :

- Bunyi perkusi timpani

5. Anggota gerak

Akral hangat

32

Page 33: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

Tidak ada edema

CRT <2 detik

Tonus otot baik

Turgor kulit baik

IV. HASIL LABORATORIUM

Darah :

- Hb : 11,7 g/dl

- Leukosit : 7,3 103/mm3

- Diff. Count

o Eusinofil : 3

o Basofil : 0

o Stb : 4

o Segmen : 27

o Limfosit : 56

o Monosit : 10

- Eritrosit : -

- Trombosit : 353 103/mm3

- Hematokrit : 32,9 %

- MCV : -

- MCH : -

- MCHC : -

- RDW : -

- MPV : -

Kesimpulan : Hasil pemeriksaan darah perifer menunjukkan hasil monosit dan

limfosit melebihi batas normal

Urin : Tidak dilakukan urinalisis

Feses : Tidak dilakukan pemeriksaan feses

V. DAFTAR PERMASALAHAN

33

Page 34: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

Demam

Kejang

Diare

Faring hiperemis

Tonsil T2-T2

VI. RENCANA PENGELOLAAN

A. Rencana pemeriksaan / penegakan diagnosis

Pemeriksaan darah perifer lengkap

B. Rencana Terapi

IVFD RL maintanance: 1000cc/24 jam: 40cc/jam: 40tpm mikro

Antikonvulsan: Fenobarbital pulv 2x15 mg

Antipiretik: Parasetamol syr 3x1 cth

Zink syr 1x1 cth

Probiotik: Lbio 2x1 sachet

C. Rencana perawatan

Pemasangan infus dan pemantauan cairan input maupun output

Observasi demam dan rencana penggantian jenis cairan

D. Rencana diet

Diet makanan lunak, tinggi protein, karbohidrat dan vitamin

Usaha intake cairan semaksimal mungkin

E. Rencana edukasi

Kejang Demam

Memberitahu orang tua untuk tidak panik, karena kejang demam bukan

merupakan hal yang menakutkan karena dengan penanganan yang tepat

dan baik akan memberikan prognosis yang baik

Memberitahu orang tua agar waspada ketika suhu anak mulai meninggi

dengan segera memberikan obat pereda demam atau sebaiknya segera ke

dokter terdekat

34

Page 35: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

Memberitahu agar menyediakan antikonvulsan diazepam suppositoria

dirumah dan diberitahu cara pemberian ketika anak sedang mengalami

renjatan.

Memberitahu bahwa kemungkinan kejang akan berulang kembali

Memberitahu bahwa pemberian obat dapat mencegah pengulangan

renjatan namun memiliki efek samping jangka panjang

Diare akut

Memberitahu bahwa diare memerlukan rehidrasi yang cepat dan tepat

untuk mengembalikan kehilangan cairan.

Memberitahu bukan merupakan penyakit yang berbahaya namun harus

memerlukan penanganan yang cepat dan tepat.

Memberitahu ibu untuk menjaga pola makan anak agar terhindar dari

infeksi dari luar.

Menjaga higienitas anak, keluarga maupun lingkungan agar terhindar dari

penyakit-penyakit menular maupun infeksi lain.

Jangan panik bila anak diare, bawa ke fasilitas kesehatan atau tenaga

medis terdekat untuk ditangani dengan tepat.

VII. DIAGNOSIS

Kejang demam kompleks

Tonsilofaringitis akut

Diare akut tanpa dehidrasi

35

Page 36: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

VIII. TERAPI

IGD :

IVFD RL 1000cc/24 jam: 40cc/jam: 40tpm mikro

Fenobarbital pulv 2x15 mg

Parasetamol syr 3x1 cth

Zink syr 2x1 cth

Lbio 2x1 sachet

IX. FOLLOW UP

Tanggal Subjek Objek Assesment Perawatan

20/09/

15

Demam (-)

Kejang (-)

Mencret 6 kali,

konsistensi cair, warna

kuning

Muntah (-)

Pilek (-)

Batuk (+)

Minum (+)

TD : -

T : 37,0oc

N : 100x/’

R : 38x/’

Ubun2 :

tidak cekung

Turgor kulit :

baik

Mata cekung

(-)

Tonsil T2/T2

BU : 16x/’

Kejang demam

kompleks +

Tonsilofaringitis

akut + Diare

akut tanpa

dehidrasi

O2 2L pm

IVFD RL 20 tpm

PCT syr 3x1 cth

Phenobarbital 2x10

mg

Lbio 2x1 sachet

Zinc 2x1 cth

21/09/

15

Demam (-)

Kejang (-)

Mencret 2 kali,

konsistensi cair, warna

kuning

Muntah (-)

Pilek (-)

TD : -

T : 37,0oc

N :80x/’

R : 40x/’

Ubun2 :

tidak cekung

Turgor kulit :

Kejang demam

kompleks +

Tonsilofaringitis

akut + Diare

akut tanpa

dehidrasi

IVFD RL 40 tpm

(960cc)

Sisa 40cc (PO)

PCT syr 3x1 cth

Phenobarbital 2x10

mg

Zinc 2x1 cth

36

Page 37: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

Batuk (+)

Minum (+)

baik

Mata cekung

(-)

Tonsil T2/T2

BU : 12x/’

Atapulgite 3x1 cth

22/09/

15

Demam (-)

Kejang (-)

Mencret (-)

Muntah (-)

Pilek (-)

Batuk (-)

Nafsu makan baik

Minum (+)

TD : -

T : 36,3oc

N :80x/’

R : 20x/’

Ubun2 :

tidak cekung

Turgor kulit :

baik

Mata cekung

(-)

Tonsil T1/T1

BU : 4x/’

Anak aktif

Kejang demam

kompleks e.c.

Tonsilofaringitis

akut dengan

diare telah

rehidrasi

- Terapi yang masih

tersisa dilanjutkan

X. PROGNOSIS

a. Quo ad vitam : ad bonam

b. Quo ad fungusionam : ad bonam

c. Quo ad sanam : ad bonam

37

Page 38: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

BAB IV

ANALISIS KASUS

Diagnosis kejang demam kompleks e.c. tonsilofaringitis akut dengan diare

akut tanpa dehidrasi pada pasien ini ditegakkan berdasarkan:

1. Anamnesis

- Demam sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit

- Kejang berulang sebanyak 2 kali dalam 24 jam, kejang berlangsung 2-3 menit

- Kejang kelonjotan seluruh tubuh

- Hasil lab menunjukkan peningkatan monosit dan limfosit : shift to the right:

mengarah ke arah infeksi virus.

- Mencret 6 kali sehari sebelum masuk rumah sakit

- Mencret 2 kali saat dirawat hari pertama di rumah sakit

- Anak tetap aktif, masih mau minum

2. Pemeriksaan Fisik

- Ubun-ubun datar, mata tidak cekung

- Turgor kulit baik

- Mukosa faring hiperemis

- Tonsil T2/T2

3. Pemeriksaan Penunjang

- Hb : 11,7 g/dl

- Leukosit : 7,3 103/mm3

- Diff. Count

o Eusinofil : 3

o Basofil : 0

o Stb : 4

o Segmen : 27

o Limfosit : 56

o Monosit : 10

38

Page 39: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

- Eritrosit : -

- Trombosit : 353 103/mm3

- Hematokrit : 32,9 %

4. Penatalaksanaan

Medikamentosa:

- O2 2L pm (19/09/2015)

- IVFD RL 40tpm mikro

- Parasetamol syr 3x1 cth

- Phenobarbital pulv 2x15 mg

- Lbio 2x1 sachet

- Atapulgite 3x1 cth

- Zinc syr 2x1 cth

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan

penunjang, pada pasien ini ditegakkan diagnosis kejang demam kompleks e.c.

tonsilofaringitis akut dengan diare akut tanpa dehidrasi. Hal ini berdasarkan hasil

anamnesis, yaitu anak telah demam sebelum kejang sehari SMRS, kejang lebih

dari 1 kali dalam periode 24 jam, hal ini tidak memenuhi klasifikasi menurut

ILAE untuk kejang demam sederhana, tidak ada riwayat kejang pada umur

dibawah 6 bulan serta tidak ditemukan defisit neurologis pada pasien.

Penanganan kejang saat di IGD diberikan phenobarbital yang merupakan salah

satu terapi rumatan, terapi rumatan diberikan mungkin karena pertimbangan

kejang yang berulang 2 kali dalam 24 jam SMRS, namun menurut Konsensus

Kejang Demam tahun 2006, hal ini kurang diperlukan mengingat kejang anak

tidak lebih dari 15 menit dan tidak disertai defisit neurologis maupun kejang

fokal. Menurut Konsensus Kejang Demam tahun 2006, penatalaksanaan kejang

demam yang pertama kali dilakukan bila terjadi kejang adalah pemberian

diazepam rektal 10mg untuk berat badan > 10kg atau jika telah terpasang IV line

dapat diberikan diazepam IV 5mg dalam waktu 3-5 menit.

Dari pemeriksaan fisik, mukosa faring hiperemis serta terdapat pembesaran

tonsil T2/T2, tidak dilakukan pemeriksaan detritur pada pasien ini. Keadaan

39

Page 40: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

faring mengarah ke tonsilofaringitis akut, dimana mungkin infeksi pada tonsil ini

juga ikut merangsang terjadinya kejang demam pada anak.

Pada anamnesis juga didapatkan bahwa anak mengalami diare selama 2

hari dengan frekuensi diare 6 kali perhari dengan konsistensi tinja cair dan

berwarna kuning, tidak ditemukan adanya tanda-tanda dehidrasi. Pada kasus

tidak dilakukan pemeriksaan feses, seharusnya setiap keluhan gastrointestinal

seperti diare, pemeriksaan feses harus dilakukan. Saat perawatan di RS, diberikan

terapi cairan maintanance sesuai rumus Holiday dan Segar yaitu 1000cc untuk

berat badan 10kg, diberikan tetesan 40tpm mikro dan tidak ada penambahan

cairan akibat peningkatan suhu karena anak tidak lagi demam saat dirawat.

Menurut Departemen Kesehatan RI terapi yang diberikan pada diare tanpa

dehidrasi adalah rencana terapi A, yang salah satunya adalah pemberian oralit

sejumlah 100-200 ml setiap kali berak hingga diare berhenti untuk anak dengan

umur diatas 1 tahun.

Pemberian antibiotik tidak diperlukan dalam kasus ini mengingat sekitar

70% etiologi diare akut adalah Rotavirus yang merupakan self limited disease,

selain itu dari hasil laboratorium ditemukan peningkatan monosit dan limfosit

yang menunjukkan shift to the right yang menandakan adanya infeksi virus.

Penggunaan antibiotik pada diare akut juga akan mengganggu ketahanan

mikroflora usus sehingga akan menimbulkan gejala diare yang berkelanjutan

(antibiotic associated diarrhea).

Pemberian preparat L-bio yang berisi probiotik Lactobacillus telah diteliti dan

ternyata terbukti bermanfaat sebagai antisekretori pada diare.9 Penggunaan

atapulgite masih dalam pro-kontra, namun anti-diare sebaiknya dihindari karena

merupakan salah satu kontraindikasi pengobatan gastroenteritis akut pada anak

karena kurang bermanfaat, selain itu atapulgite dapat menurunkan mikroflora

usus dan dapat meningkatkan risiko ileus, mengantuk dan mual.8

Pemberian zinc telah sesuai dengan rencana terapi A dari Departemen

Kesehatan, namun lama pemberian harus 10 hari walaupun diare telah selesai.

40

Page 41: LAPKAS KEJANG DEMAM SEDERHANA + GEA

DAFTAR PUSTAKA

1. Bickley LS. Bates Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Edisi

8. Jakarta: ECG; 2013.

2. Ikatan Dokter Indonesia. Konsensus penatalaksanaan Kejang Demam.

Cetakan kedua. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2006.

3. Deliana, M. Tatalaksana Kejang Demam Pada Anak. Sari Pediatri 4(2); 59 –

62. 2002

4. Behrman, Richard E. Kliegman, Robert M. Jenson, Hal B. Nelson’s textbook of pediatrics. Ed-17. Pennsylvania: Saunders; 2004.

5. David YK. Epilepsy and Seizures. Avaliable from:

http://emedicine.medscape.com/article/215840-overview/ [acessed January 28

2015]

6. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak jiid 1. Jakarta: Pusat Penerbitan FKUI; 2007

7. Randy PR. Pediatric Gastroenteritis. Avaliable from:

http://emedicine.medscape.com/article/964131-overview/ [acessed January 28

2015].

8. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; 2011.

9. Dwipoerwantoro GP, Hegar B, Witjaksono PAW. Pola Tata laksana Diare Akut di Beberapa Rumah Sakit Swasta di Jakarta; apakah sesuai dengan protokol WHO. Sari Pediatri 2005;6(4): 182-187.

41