portofolio kejang demam sederhana

28
Mei 8, 2014 KASUS KEJANG DEMAM SEDERHANA Topik : Kejang Demam Sederhana Tanggal (kasus) : 8 Mei 2014 Presenter : dr. Rr. Uswatun Hasanah Tanggal Presentasi : 10 Juni 2014 Pendamping : dr. H. Badrus Tempat presentasi : Aula RSUD Pembalah Batung Amuntai Objektif presentasi : Penyegaran Keilmuan Deskripsi : Anamnesis secara Allo-anamnesis pada Ibu pasien Keluhan utama : Kejang 5JSMRS ibu pasien merasa anaknya (pasien) demam, demam mendadak tinggi, rewel (+), menggigil (-), kejang (-), mual (-), muntah (-), batuk (-), pilek (-), keluar cairan dari telinga (-), nyeri saat menelan (-), nafsu makan menurun (+) tidak seperti biasanya, BAB (+) normal terakhir tadi pagi, kuning lunak, darah (-), lendir (-), BAK (+) di pempers (+). Diberi obat dari warung dikatakan demam belum turun 1JSMRS pasien kejang seluruh tubuh, kaki dan tangan gerak-gerak, kejang hanya 1 kali, lama kejang sekitar < 1 menit, saat kejang pasien diam aja, setelah kejang pasien menangis. Demam (+) lebih tinggi dari 4 jam yang lalu, muntah (-), obat (-), karena ibu pasien takut, pasien dibawa dibawa ke UGD RSUD Pambalah Batung. JMRS di RSUD Pambalah Batung kejang (-), demam (+) menetap seperti 1 jam sebelumnya. Tujuan : Manajemen Kasus Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah 74

Upload: rr-uswatun-hasanah

Post on 19-Jan-2016

105 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Mei 8, 2014

KASUSKEJANG DEMAM SEDERHANA

Topik : Kejang Demam Sederhana

Tanggal (kasus) : 8 Mei 2014 Presenter : dr. Rr. Uswatun Hasanah

Tanggal Presentasi : 10 Juni 2014 Pendamping : dr. H. Badrus

Tempat presentasi : Aula RSUD Pembalah Batung Amuntai

Objektif presentasi :

Penyegaran

Keilmuan

Deskripsi :

Anamnesis secara Allo-anamnesis pada Ibu pasien

Keluhan utama : Kejang

5JSMRS ibu pasien merasa anaknya (pasien) demam, demam mendadak tinggi,

rewel (+), menggigil (-), kejang (-), mual (-), muntah (-), batuk (-), pilek (-), keluar cairan

dari telinga (-), nyeri saat menelan (-), nafsu makan menurun (+) tidak seperti biasanya,

BAB (+) normal terakhir tadi pagi, kuning lunak, darah (-), lendir (-), BAK (+) di

pempers (+). Diberi obat dari warung dikatakan demam belum turun

1JSMRS pasien kejang seluruh tubuh, kaki dan tangan gerak-gerak, kejang hanya

1 kali, lama kejang sekitar < 1 menit, saat kejang pasien diam aja, setelah kejang pasien

menangis. Demam (+) lebih tinggi dari 4 jam yang lalu, muntah (-), obat (-), karena ibu

pasien takut, pasien dibawa dibawa ke UGD RSUD Pambalah Batung.

JMRS di RSUD Pambalah Batung kejang (-), demam (+) menetap seperti 1 jam

sebelumnya.

Tujuan : Manajemen Kasus

Bahan bahasan : Kasus

Cara Membahas : Presentasi dan Diskusi

Data Pasien : Nama : An. MAS. (2 tahun 11 bulan) No. Registrasi : 14 058340

Alamat : Paliwara RT 004 Amuntai

Data Orang

Tua Pasien

Ayah Umur

30 th

Pendidikan Terakhir

SMA

Pekerjaan

Swasta

Ibu Umur

28 th

Pendidikan Terakhir

SMA

Pekerjaan

Ibu Rumah

Tangga

Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah

74

Mei 8, 2014

Datang ke UGD RSUD Pambalah Batung pada tanggal 8 Mei 2014

Data utama untuk diskusi

Diagnosis : Kejang Demam Sederhana

Riwayat

Pengobatan

Minum obat penurun panas yang dibeli di warung, namun keluhan

demam belum menghilang.

Riwayat

Kesehatan

Riwayat keluhan serupa (+)

Pasien pernah mengalami kejang seluruh tubuh yang diawali oleh

demam pada umur + 1 tahun dengan sehari 1 kali serangan dan

kurang dari 15 menit.

Pasien dibawa ke puskesmas diberi pengobatan yaitu obat penurun

panas dan obat kejang yang dimasukkan lewat dubur tapi ibu pasien

lupa nama obatnya.

Setelah diberikan obat tersebut pasien mengalami perbaikan,

demam turun dan tidak kejang lagi.

Riwayat kejang tanpa demam, asma, alergi, trauma kepala,

opname disangkal keluarga pasien.

Riwayat Keluarga Di keluarga pasien tidak ada yang menderita kejang.

Riwayat kencing manis, tekanan darah tinggi, alergi obat-obatan

atau makanan tertentu tidak diketahui.

Riwayat

Kehamilan /

Ante Natal Care

(ANC)

Usia ibu saat hamil 25 tahun dan merupakan hamil pertama. Ibu

mengetahui kehamilannya pada umur kehamilan sekitar 2 bulan.

Keluhan saat hamil mual (+) & muntah (-). Penyulit kehamilan (-).

Ibu rutin kontrol ke bidan dan mendapatkan vitamin (+), suntik TT

(+). Kenaikan berat badan selama hamil sekitar 10 kg. Hamil selama

9 bulan.

Riwayat

Persalinan /

Natal Care (NC):

Ibu melahirkan secara spontan di rumah, di bantu oleh bidan, bayi

lahir langsung menangis, lahir kepala dahulu, kebiruan (-), dengan

BB 2800 gram, PB 46 cm, LK (?), LD (?). Inisiasi Menyusui Dini

(IMD) (-).

Riwayat Pasca Imunisasi Hep. B (+), Suntik Vit K (?)

Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah

75

Mei 8, 2014

Persalinan /

Post Natal Care

(PNC):

Pasien mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan, rutin di bawa ke

klinik untuk mendapatkan imunisasi rutin/ lengkap.

Riwayat

Imunisasi

B C G : 1 x, umur 1 bulan

Polio : 3 x, umur 2, 3, 4 bulan

D P T : 3 x, umur 2, 3, 4 bulan

Campak : 1x umur 9 bulan

Hepatitis B : 3 x, umur 0, 1, 6 bulan

Riwayat

Makanan

Umur : 0 - 4 bulan : ASI.

4 - 6 bulan : ASI

6 – 8 bulan : Susu Formula + bubur susu 3x1

9 – 12 bulan : Susu Formula + Nasi TIM 3x1

1 thn – sekarang : Sama dengan menu keluarga

Riwayat

Perkembangan &

Keterampilan

Motorik Kasar Motorik Halus Bicara

Tengkurap 3 bulan

Duduk 6 bulan

Merangkak: tidak

ingat

Berdiri sendiri 9

bulan

Berjalan sendiri 1,5

tahun

Memegang benda 3

bulan

Coret-coret kertas

12 bulan

Memanggil pa ma 6

bulan,

Berbicara lancar usia

13 bulan

• Sosial: mengenali ibu 2 bulan, tersenyum 2 bulan.

• Ibu mengatakan bahwa perkembangan anaknya sama dengan anak

lain seusianya

Riwayat

Pekerjaan

-

Lain-lain Status Present

- Keadaan umum : Rewel, menangis kuat

- Kesadaran : Compos mentis

Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah

76

Mei 8, 2014

- Nadi : 102 x/menit, reguler, isi cukup.

- Respirasi : 34 x/menit, regular

- Suhu : 39,8 º C

- Tekanan darah : tidak diperiksa

Status Gizi

- Berat Badan : 11,5 kg

- Tinggi Badan : 84 cm

- Status gizi : Baik

Status Generalis

Kelainan mukosa kulit /subkutan yang menyeluruh

- Eritema makulopapular : (-)

- Pucat : (-)

- Sianosis : (-)

- Ikterus : (-)

- Perdarahan : (-)

- Oedem tungkai : (-)

- Turgor : Cukup

- Lemak bawah kulit : Cukup

- Pembesaran kelenjar getah bening generalisata : (-)

KEPALA

- Bentuk : Bulat, simetris

- Mata : Konjungtiva anemis, sklera anikterik, mata

cekung (-), papil edema (-/-), UUB membonjol (-/-)

- Telinga : Bentuk normal, simetris, liang sempit,

serumen (-/-), pus (-/-), discharge (-/-)

- Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-),

pernafasan cuping hidung (-), discharge (-/-)

- Mulut : Bibir basah, lidah kotor (-), tonsil T1-T1

tenang, faring tidak hiperemis

Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah

77

Mei 8, 2014

LEHER

- Bentuk : Simetris

- Trakhea : Di tengah

- KGB : Tidak membesar

- JVP : Tidak meningkat

- Faring : tidak hiperemis

THORAKS

- Inspeksi : Bentuk simetris, retraksi intercostal (-), retraksi

suprasternal (-), retraksi substernal (-), spider

nevi (-), ketinggalan gerak (-), ictus cordis tak

tampak.

PARU

- Palpasi : fremitus taktil kanan dan kiri simetris

- Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru kiri dan kanan

- Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-

JANTUNG

- Palpasi : Iktus kordis teraba sela iga IV garis midclavicula

sinistra

- Perkusi : Batas atas sela iga II garis parasternal sinistra

Batas jantung kanan sela iga IV garis parasternal dextra

Batas jantung kiri sela iga IV garis midclavicula sinistra

- Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, murmur (-)

ABDOMEN

- Inspeksi : Datar, simetris, venektasis (-)

- Palpasi : Supel, turgor kulit cukup, hepar dan lien

tidak teraba.

- Perkusi : Timpani, shifting dullness (-), pembesaran

lien dan hepar (-)

Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah

78

Mei 8, 2014

- Auskultasi : Bising usus normal.

GENITOURINARY

- Flank : nyeri tekan (-), bulging (-)

- Suprapubik : nyeri tekan (-), bulging (-)

- OUE : laki-laki, tidak ada kelainan

EKSTREMITAS

- Akral Hangat - Edema

- Refleks Fisiologis - Refleks Patologis

Rangsang Meningeal :

Kaku kuduk : - Brudzinsky II : -

- Brudzinsky I : - Kernig : -/-

- Tonus : normal Cl : -/-

Diagnosis Kejang Demam SederhanaTerapi - Awasi KU/VS

- Tirah baring

- O2 1 lpm

- Infus D1/2 NS 12 tpm (makro)

- Sefotaksim 3x 500 mg IV

- CTM, Luminal 3 x 1 bungkus

Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah

79

+2 +2

+2 +2

- -

- -

- -

- -

Mei 8, 2014

- Antrain 125 mg IV (K/P)

- Paracetamol 3 x cth I PO

- Imudator Syrup 1 x cth 1 PO

Daftar pustaka 1. Hassan, Rupeno. Dr., Alatas, Hussein. Dr. 1985. Buku Kuliah 2

Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian IKA-FKUI, Infomedika.

2. Pusponegoro, Hardiono.D., dkk. 2004. Standar Pelayanan Medis

Kesehatan Anak Edisi 1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.

3. Nelson, Waldo.E.MD., dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi

15 Volume 3. Jakarta: EGC.

4. Guideline and Protocols Advisory Committee in Febrile Seizure.

Sept 2010. Ministry of Health. Columbia

5. Ismael, Sofyan, dkk. 2006. Unit Kerja Koordinasi Neurologi

Ikatan Dokter Anak Indonesia, Konsensus Penanganan Kejang

Demam. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta

6. Scwartz, M.William., dkk. 2005. Pedoman Klinis Pediatri.

Jakarta: EGC.

7. Guyton, Arthur.C, MD., Hall, John.E, Ph.D. 1997. Buku Ajar

Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC.

8. Sutaryo, Dr, dr, SpA(K). 2005. Standar Pelayanan Medis RS.

DR.Sardjito Edisi III Jilid 2. Yogyakarta: Medika FK-UGM.

9. National Collaborating Centre for Women’s and Children’s

Health. Feverish illnessin childrenassessment and initial

management in children younger than 5 years. Clinical

Guideline. May 2007. NHS by NICE

Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah

80

Mei 8, 2014

TINJAUAN PUSTAKAKEJANG DEMAM SEDERHANA

PENDAHULUAN

Kejang disertai demam merupakan kejang yang paling sering pada anak, sebagian

besar mempunyai prognosis yang baik tetapi dapat menjadi keadaan yang serius. Oleh

karena itu, setiap anak kejang disertai demam memerlukan pemeriksaan yang teliti untuk

mencari penyebab demam terutama pada anak yang mengalami kejang demam pertama

kali. Kejang demam biasanya terjadi pada usia 6 bulan – 5 tahun dengan insiden

puncaknya pada usia 18-22 bulan, dengan frekuensi laki-laki lebih sering dibanding

perempuan dengan perbandingan 1,4 : 1 sampai 1,2 :1, di mana negara-negara Asia

kejadiannya lebih tinggi.

DEFINISI

Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu

rektal di atas 38OC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Mengenai definisi

kejang demam ini masing-masing peneliti membuat batasan sendiri-sendiri, tetapi pada

garis besarnya hampir sama. Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures, kejang

demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan

dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial

atau penyebab tertentu. Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan – 5 tahun.

Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali

tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang

dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan

atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain

misalnya infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam.

Derajat tingginya demam yang dianggap cukup untuk diagnosis kejang demam

ialah 38°C atau lebih, tetapi suhu sebenarnya pada waktu kejang sering tidak diketahui.

PATOFISIOLOGI

Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam (lipid) dan

permukaan luar (ion). Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dengan mudah

dilalui oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit

Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah

81

Mei 8, 2014

lainnya kecuali Klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K dalam sel neuron tinggi dan ion

Na rendah. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan luar sel maka terdapat

potensial membran sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini

diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya:

a. Perubahan konsentrasi ion di ekstraseluler.

b. Rangsangan mendadak berupa mekanis, kimiawi, atau aliran listrik dari sekitarnya.

c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri dari penyakit atau keturunan.

Pada demam, kenaikan suhu 1OC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal

10 - 15 % dan kebutuhan O2 meningkat 20 %. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi

otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa (hanya 15%)

oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan membran sel neuron

dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium dan natrium melalui membran

listrik. dengan bantuan ”neurotransmitter”, perubahan yang terjadi secara tiba-tiba ini

dapat menimbulkan kejang.

Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda. Pada anak dengan ambang

kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38oC. Pada anak dengan ambang kejang

yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40oC. Terulangnya kejang demam lebih sering

terjadi pada anak dengan ambang kejang yang rendah, sehingga dalam penanggulangannya

perlu diperhatikan pada suhu berapa penderita kejang.

Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah

82

Mei 8, 2014

Gambar 1. Patofisiologi Kejang

Gambar 2. Patofisiologi Kejang Demam

KLASIFIKASI

Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah

83

Mei 8, 2014

1. Kejang Demam Sederhana (Simple febrile seizure)

Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya

akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa

gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam

sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam.

2. Kejang Demam Kompleks (Complex febrile seizure)

Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini:

1) Kejang lama > 15 menit

2) Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial

3) Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang

berulang lebih dari 2 kali dan di antara bangkitan kejang anak tidak sadar. Kejang lama

terjadi pada 8% kejang demam.

Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului

kejang parsial.

Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, di antara 2 bangkitan

kejang anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16% di antara anak yang mengalami

kejang demam.

Dahulu, di Subbagian Saraf Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, Jakarta,

digunakan modifikasi kriteria Livingston sebagai pedoman untuk membuat diagnosis

kejang demam sederhana sebagai berikut:

1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan-4 tahun

2. Kejang berlangsung sebentar, tidak melebihi 15 menit.

3. Kejang bersifat umum. -

4. Kejang tirnbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam.

5. Peke&saan saraf sebelum dan sesudah kejang normal.

6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu setelah suhu normal tidak

menunjukkan kelainan.

7. Frekuensi bangkitan kejang dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.

Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ketujuh kriteria di

atas digolongkan pada epilepsi yang diprovokasi oleh demam. Dengan menggunakan

Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah

84

Mei 8, 2014

kriteria tersebut, ternyata sangat banyak pasien yang termasuk dalam golongan epilepsi

yang diprovokasi demam, dengan konsekuensi bahwa pasien-pasien ini harus mendapat

pengobatan rumat. Banyak pasien yang hanya menunjukkan kelainan EEG sedangkan

kriteria lain dapat dipenuhi. Juga sulit sekali untuk melakukan anamnesis berapa lama

demam sudah berlangsung sebelum pasien mengalami kejang. Saat ini istilah epilepsi yang

diprovokasi demam telah ditinggalkan. Pasien kejang demam tidak lagi dibagi menjadi

kejang demam sederhana dan epilepsi yang diprovokasi demam, tetapi dibagi menjadi

pasien yang tidak perlu pengobatan rumat dan pasien yang memerlukan pengobatan rumat.

LANGKAH DIAGNOSTIK

Dari anamnesis yang harus ditanyakan adalah adanya kejang, kesadaran, lama

kejang, suhu sebelum/ saat kejang, frekuensi, interval, keadaan pasca kejang, penyebab

demam di luar susunan saraf pusat. Riwayat perkembangan anak, riwayat kejang demam

dalam keluarga, epilepsi dalam keluarga. Pertanyaan juga harus menyingkirkan penyebab

kejang lainnya, misalnya tetanus.

Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan adalah kesadaran, suhu tubuh, tanda

rangsang meningeal (kaku kuduk, Bruzinski I dan II, Kernique, Laseque), refleks

fisiologis, refleks patologis, tanda peningkatan tekanan intracranial (ubun-ubun besar

membonjol, papil edem), tanda infeksi di luar SSP

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi

dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan lain

misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat

dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah (level II-2 dan level III,

rekomendasi D).

Pungsi lumbal

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau

menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis bakterialis adalah

0,6%-6,7%.

Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah

85

Mei 8, 2014

Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis

meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal

dianjurkan pada:

1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan

2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan

3. Bayi > 18 bulan tidak rutin

Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.

Elektroensefalografi

Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya

kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam.

Oleh karenanya tidak direkomendasikan (level II-2, rekomendasi E). Pemeriksaan EEG

masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas. Misalnya: kejang

demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal.

Pencitraan

Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan)

atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya

atas indikasi seperti:

1. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis) atau kemungkinan adanya

lesi structural di otak (mikrosefali)

2. Terdapat tanda peningkatan tekanan intracranial (kesadaran menurun, muntah

berulang, UUb membonjol, paresis nervus VI, edema papil)

PROGNOSIS

Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis

Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan.

Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang

sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis

pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang

lama atau kejang berulang baik umum atau fokal.

Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah

86

Mei 8, 2014

Kemungkinan mengalami kematian Kematian karena kejang demam tidak pernah

dilaporkan

Kemungkinan berulangnya kejang demam

Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko

berulangnya kejang demam adalah :

1. Riwayat kejang demam dalam keluarga

2. Usia kurang dari 12 bulan

3. Temperatur yang rendah saat kejang

4. Cepatnya kejang setelah demam

Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah

80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang

demam hanya 10%-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada

tahun pertama.

FAKTOR RISIKO TERJADINYA EPILEPSI

Faktor risiko lain adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari. Faktor risiko menjadi

epilepsi adalah :

1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam

pertama.

2. Kejang demam kompleks

3. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung

Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi sampai

4%-6%, kombinasi dari faktor risiko tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi

10%-49% (Level II-2). Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan

pemberian obat rumat pada kejang demam.

PENATALAKSANAAN SAAT KEJANG

Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang

sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat untuk

menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam

intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam

waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg.

Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah

87

Mei 8, 2014

Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah

diazepam rektal (level II-2, level II-3, rekomendasi B). Dosis diazepam rektal adalah 0,5-

0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg

dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg

untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun (lihat

bagan penatalaksanaan kejang demam).

Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi

dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.

Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke

rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5

mg/kg.

Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis

awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit.

Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis

awal.

Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang

rawat intensif.

Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam

apakah kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor risikonya.

Gambar 3. Penanganan saat Kejang

Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah

88

Mei 8, 2014

PEMBERIAN OBAT PADA SAAT DEMAM

Antipiretik

Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya

kejang demam (level I, rekomendasi D), namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa

antipiretik tetap dapat diberikan (level III, rekomendasi B). Dosis parasetamol yang

digunakan adalah 10 –15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali.

Dosis Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali ,3-4 kali sehari

Meskipun jarang, asam asetilsalisilat dapat menyebabkan sindrom Reye terutama

pada anak kurang dari 18 bulan, sehingga penggunaan asam asetilsalisilat tidak dianjurkan

(level III, rekomendasi E).

Antikonvulsan

Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menurunkan

risiko berulangnya kejang pada 30%-60% kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis

0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5 0C (level I, rekomendasi A). Dosis tersebut cukup

tinggi dan menyebabkan ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 25-39% kasus.

Fenobarbital, karbamazepin, dan fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk mencegah

kejang demam (level II rekomendasi E).

INDIKASI RAWAT INAP

Indikasi Rawat Inap pada kejang demam antara lain :

Kejang demam kompleks

Hiperpireksia

Usia < 6 tahun

Kejang demam pertama kali

Terdapat kelainan neurologis

PEMBERIAN OBAT RUMAT

Indikasi pemberian obat rumat

Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai

berikut (salah satu):

1. Kejang lama > 15 menit

Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah

89

Mei 8, 2014

2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya

hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus.

3. Kejang fokal

4. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:

• Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.

• Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan.

• Kejang demam > 4 kali per tahun

Sebagian besar peneliti setuju bahwa kejang demam > 15 menit merupakan

indikasi pengobatan rumat. Kelainan neurologis tidak nyata misalnya keterlambatan

perkembangan ringan bukan merupakan indikasi pengobatan rumat. Kejang fokal atau

fokal menjadi umum menunjukkan bahwa anak mempunyai fokus organik.

Jenis antikonvulsan untuk pengobatan rumat

Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam

menurunkan risiko berulangnya kejang (level I).

Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan

obat dapat menyebabkan efek samping, maka pengobatan rumat hanya diberikan terhadap

kasus selektif dan dalam jangka pendek (rekomendasi D).

Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan

kesulitan belajar pada 40-50% kasus.

Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama

yang berumur kurang dari 2 tahun asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati.

Dosis asam valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg per

hari dalam 1-2 dosis.

Lama pengobatan rumat

Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap

selama 1-2 bulan.

EDUKASI PADA ORANG TUA

Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat kejang

sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan ini

harus dikurangi dengan cara yang diantaranya:

1. Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik.

Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah

90

Mei 8, 2014

2. Memberitahukan cara penanganan kejang

3. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali

4. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat

adanya efek samping obat.

Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang

1. Tetap tenang dan tidak panik

2. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher

3. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan

muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit,

jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut.

4. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.

5. Tetap bersama pasien selama kejang

6. Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.

7. Bawa kedokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih

VAKSINASI

Sejauh in tidak ada kontra indikasi untuk melakukan vaksinasi terhadap anak yang

mengalami kejang demam. Kejang setelah demam karena vaksinasi sangat jarang. Angka

kejadian pasca vaksinasi DPT adalah 6-9 kasus per 100.000 anak yang divaksinasi

sedangkan setelah vaksinasi MMR 25-34 per 100.000. Dianjurkan untuk memberikan

diazepam oral atau rektal bila anak demam, terutama setelah vaksinasi DPT atau MMR.

Beberapa dokter anak merekomendasikan parasetamol pada saat vaksinasi hingga 3 hari

kemudian.

Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah

91

Mei 8, 2014

DAFTAR PUSTAKA

1. Hassan, Rupeno. Dr., Alatas, Hussein. Dr. 1985. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak.

Jakarta: Bagian IKA-FKUI, Infomedika.

2. Pusponegoro, Hardiono.D., dkk. 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak

Edisi 1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.

3. Nelson, Waldo.E.MD., dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 3. Jakarta:

EGC.

4. Guideline and Protocols Advisory Committee in Febrile Seizure. Sept 2010. Ministry

of Health. Columbia

5. Ismael, Sofyan, dkk. 2006. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak

Indonesia, Konsensus Penanganan Kejang Demam. Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Jakarta

6. Scwartz, M.William., dkk. 2005. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC.

7. Guyton, Arthur.C, MD., Hall, John.E, Ph.D. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran

Edisi 9. Jakarta: EGC.

8. Sutaryo, Dr, dr, SpA(K). 2005. Standar Pelayanan Medis RS. DR.Sardjito Edisi III

Jilid 2. Yogyakarta: Medika FK-UGM.

9. National Collaborating Centre for Women’s and Children’s Health. Feverish illnessin

childrenassessment and initial management in children younger than 5 years. Clinical

Guideline. May 2007. NHS by NICE

Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah

92