portofolio kejang demam sederhana
TRANSCRIPT
Mei 8, 2014
KASUSKEJANG DEMAM SEDERHANA
Topik : Kejang Demam Sederhana
Tanggal (kasus) : 8 Mei 2014 Presenter : dr. Rr. Uswatun Hasanah
Tanggal Presentasi : 10 Juni 2014 Pendamping : dr. H. Badrus
Tempat presentasi : Aula RSUD Pembalah Batung Amuntai
Objektif presentasi :
Penyegaran
Keilmuan
Deskripsi :
Anamnesis secara Allo-anamnesis pada Ibu pasien
Keluhan utama : Kejang
5JSMRS ibu pasien merasa anaknya (pasien) demam, demam mendadak tinggi,
rewel (+), menggigil (-), kejang (-), mual (-), muntah (-), batuk (-), pilek (-), keluar cairan
dari telinga (-), nyeri saat menelan (-), nafsu makan menurun (+) tidak seperti biasanya,
BAB (+) normal terakhir tadi pagi, kuning lunak, darah (-), lendir (-), BAK (+) di
pempers (+). Diberi obat dari warung dikatakan demam belum turun
1JSMRS pasien kejang seluruh tubuh, kaki dan tangan gerak-gerak, kejang hanya
1 kali, lama kejang sekitar < 1 menit, saat kejang pasien diam aja, setelah kejang pasien
menangis. Demam (+) lebih tinggi dari 4 jam yang lalu, muntah (-), obat (-), karena ibu
pasien takut, pasien dibawa dibawa ke UGD RSUD Pambalah Batung.
JMRS di RSUD Pambalah Batung kejang (-), demam (+) menetap seperti 1 jam
sebelumnya.
Tujuan : Manajemen Kasus
Bahan bahasan : Kasus
Cara Membahas : Presentasi dan Diskusi
Data Pasien : Nama : An. MAS. (2 tahun 11 bulan) No. Registrasi : 14 058340
Alamat : Paliwara RT 004 Amuntai
Data Orang
Tua Pasien
Ayah Umur
30 th
Pendidikan Terakhir
SMA
Pekerjaan
Swasta
Ibu Umur
28 th
Pendidikan Terakhir
SMA
Pekerjaan
Ibu Rumah
Tangga
Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah
74
Mei 8, 2014
Datang ke UGD RSUD Pambalah Batung pada tanggal 8 Mei 2014
Data utama untuk diskusi
Diagnosis : Kejang Demam Sederhana
Riwayat
Pengobatan
Minum obat penurun panas yang dibeli di warung, namun keluhan
demam belum menghilang.
Riwayat
Kesehatan
Riwayat keluhan serupa (+)
Pasien pernah mengalami kejang seluruh tubuh yang diawali oleh
demam pada umur + 1 tahun dengan sehari 1 kali serangan dan
kurang dari 15 menit.
Pasien dibawa ke puskesmas diberi pengobatan yaitu obat penurun
panas dan obat kejang yang dimasukkan lewat dubur tapi ibu pasien
lupa nama obatnya.
Setelah diberikan obat tersebut pasien mengalami perbaikan,
demam turun dan tidak kejang lagi.
Riwayat kejang tanpa demam, asma, alergi, trauma kepala,
opname disangkal keluarga pasien.
Riwayat Keluarga Di keluarga pasien tidak ada yang menderita kejang.
Riwayat kencing manis, tekanan darah tinggi, alergi obat-obatan
atau makanan tertentu tidak diketahui.
Riwayat
Kehamilan /
Ante Natal Care
(ANC)
Usia ibu saat hamil 25 tahun dan merupakan hamil pertama. Ibu
mengetahui kehamilannya pada umur kehamilan sekitar 2 bulan.
Keluhan saat hamil mual (+) & muntah (-). Penyulit kehamilan (-).
Ibu rutin kontrol ke bidan dan mendapatkan vitamin (+), suntik TT
(+). Kenaikan berat badan selama hamil sekitar 10 kg. Hamil selama
9 bulan.
Riwayat
Persalinan /
Natal Care (NC):
Ibu melahirkan secara spontan di rumah, di bantu oleh bidan, bayi
lahir langsung menangis, lahir kepala dahulu, kebiruan (-), dengan
BB 2800 gram, PB 46 cm, LK (?), LD (?). Inisiasi Menyusui Dini
(IMD) (-).
Riwayat Pasca Imunisasi Hep. B (+), Suntik Vit K (?)
Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah
75
Mei 8, 2014
Persalinan /
Post Natal Care
(PNC):
Pasien mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan, rutin di bawa ke
klinik untuk mendapatkan imunisasi rutin/ lengkap.
Riwayat
Imunisasi
B C G : 1 x, umur 1 bulan
Polio : 3 x, umur 2, 3, 4 bulan
D P T : 3 x, umur 2, 3, 4 bulan
Campak : 1x umur 9 bulan
Hepatitis B : 3 x, umur 0, 1, 6 bulan
Riwayat
Makanan
Umur : 0 - 4 bulan : ASI.
4 - 6 bulan : ASI
6 – 8 bulan : Susu Formula + bubur susu 3x1
9 – 12 bulan : Susu Formula + Nasi TIM 3x1
1 thn – sekarang : Sama dengan menu keluarga
Riwayat
Perkembangan &
Keterampilan
Motorik Kasar Motorik Halus Bicara
Tengkurap 3 bulan
Duduk 6 bulan
Merangkak: tidak
ingat
Berdiri sendiri 9
bulan
Berjalan sendiri 1,5
tahun
Memegang benda 3
bulan
Coret-coret kertas
12 bulan
Memanggil pa ma 6
bulan,
Berbicara lancar usia
13 bulan
• Sosial: mengenali ibu 2 bulan, tersenyum 2 bulan.
• Ibu mengatakan bahwa perkembangan anaknya sama dengan anak
lain seusianya
Riwayat
Pekerjaan
-
Lain-lain Status Present
- Keadaan umum : Rewel, menangis kuat
- Kesadaran : Compos mentis
Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah
76
Mei 8, 2014
- Nadi : 102 x/menit, reguler, isi cukup.
- Respirasi : 34 x/menit, regular
- Suhu : 39,8 º C
- Tekanan darah : tidak diperiksa
Status Gizi
- Berat Badan : 11,5 kg
- Tinggi Badan : 84 cm
- Status gizi : Baik
Status Generalis
Kelainan mukosa kulit /subkutan yang menyeluruh
- Eritema makulopapular : (-)
- Pucat : (-)
- Sianosis : (-)
- Ikterus : (-)
- Perdarahan : (-)
- Oedem tungkai : (-)
- Turgor : Cukup
- Lemak bawah kulit : Cukup
- Pembesaran kelenjar getah bening generalisata : (-)
KEPALA
- Bentuk : Bulat, simetris
- Mata : Konjungtiva anemis, sklera anikterik, mata
cekung (-), papil edema (-/-), UUB membonjol (-/-)
- Telinga : Bentuk normal, simetris, liang sempit,
serumen (-/-), pus (-/-), discharge (-/-)
- Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-),
pernafasan cuping hidung (-), discharge (-/-)
- Mulut : Bibir basah, lidah kotor (-), tonsil T1-T1
tenang, faring tidak hiperemis
Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah
77
Mei 8, 2014
LEHER
- Bentuk : Simetris
- Trakhea : Di tengah
- KGB : Tidak membesar
- JVP : Tidak meningkat
- Faring : tidak hiperemis
THORAKS
- Inspeksi : Bentuk simetris, retraksi intercostal (-), retraksi
suprasternal (-), retraksi substernal (-), spider
nevi (-), ketinggalan gerak (-), ictus cordis tak
tampak.
PARU
- Palpasi : fremitus taktil kanan dan kiri simetris
- Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru kiri dan kanan
- Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
JANTUNG
- Palpasi : Iktus kordis teraba sela iga IV garis midclavicula
sinistra
- Perkusi : Batas atas sela iga II garis parasternal sinistra
Batas jantung kanan sela iga IV garis parasternal dextra
Batas jantung kiri sela iga IV garis midclavicula sinistra
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, murmur (-)
ABDOMEN
- Inspeksi : Datar, simetris, venektasis (-)
- Palpasi : Supel, turgor kulit cukup, hepar dan lien
tidak teraba.
- Perkusi : Timpani, shifting dullness (-), pembesaran
lien dan hepar (-)
Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah
78
Mei 8, 2014
- Auskultasi : Bising usus normal.
GENITOURINARY
- Flank : nyeri tekan (-), bulging (-)
- Suprapubik : nyeri tekan (-), bulging (-)
- OUE : laki-laki, tidak ada kelainan
EKSTREMITAS
- Akral Hangat - Edema
- Refleks Fisiologis - Refleks Patologis
Rangsang Meningeal :
Kaku kuduk : - Brudzinsky II : -
- Brudzinsky I : - Kernig : -/-
- Tonus : normal Cl : -/-
Diagnosis Kejang Demam SederhanaTerapi - Awasi KU/VS
- Tirah baring
- O2 1 lpm
- Infus D1/2 NS 12 tpm (makro)
- Sefotaksim 3x 500 mg IV
- CTM, Luminal 3 x 1 bungkus
Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah
79
+2 +2
+2 +2
- -
- -
- -
- -
Mei 8, 2014
- Antrain 125 mg IV (K/P)
- Paracetamol 3 x cth I PO
- Imudator Syrup 1 x cth 1 PO
Daftar pustaka 1. Hassan, Rupeno. Dr., Alatas, Hussein. Dr. 1985. Buku Kuliah 2
Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian IKA-FKUI, Infomedika.
2. Pusponegoro, Hardiono.D., dkk. 2004. Standar Pelayanan Medis
Kesehatan Anak Edisi 1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
3. Nelson, Waldo.E.MD., dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi
15 Volume 3. Jakarta: EGC.
4. Guideline and Protocols Advisory Committee in Febrile Seizure.
Sept 2010. Ministry of Health. Columbia
5. Ismael, Sofyan, dkk. 2006. Unit Kerja Koordinasi Neurologi
Ikatan Dokter Anak Indonesia, Konsensus Penanganan Kejang
Demam. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta
6. Scwartz, M.William., dkk. 2005. Pedoman Klinis Pediatri.
Jakarta: EGC.
7. Guyton, Arthur.C, MD., Hall, John.E, Ph.D. 1997. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC.
8. Sutaryo, Dr, dr, SpA(K). 2005. Standar Pelayanan Medis RS.
DR.Sardjito Edisi III Jilid 2. Yogyakarta: Medika FK-UGM.
9. National Collaborating Centre for Women’s and Children’s
Health. Feverish illnessin childrenassessment and initial
management in children younger than 5 years. Clinical
Guideline. May 2007. NHS by NICE
Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah
80
Mei 8, 2014
TINJAUAN PUSTAKAKEJANG DEMAM SEDERHANA
PENDAHULUAN
Kejang disertai demam merupakan kejang yang paling sering pada anak, sebagian
besar mempunyai prognosis yang baik tetapi dapat menjadi keadaan yang serius. Oleh
karena itu, setiap anak kejang disertai demam memerlukan pemeriksaan yang teliti untuk
mencari penyebab demam terutama pada anak yang mengalami kejang demam pertama
kali. Kejang demam biasanya terjadi pada usia 6 bulan – 5 tahun dengan insiden
puncaknya pada usia 18-22 bulan, dengan frekuensi laki-laki lebih sering dibanding
perempuan dengan perbandingan 1,4 : 1 sampai 1,2 :1, di mana negara-negara Asia
kejadiannya lebih tinggi.
DEFINISI
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal di atas 38OC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Mengenai definisi
kejang demam ini masing-masing peneliti membuat batasan sendiri-sendiri, tetapi pada
garis besarnya hampir sama. Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures, kejang
demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan
dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial
atau penyebab tertentu. Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan – 5 tahun.
Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali
tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang
dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan
atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain
misalnya infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam.
Derajat tingginya demam yang dianggap cukup untuk diagnosis kejang demam
ialah 38°C atau lebih, tetapi suhu sebenarnya pada waktu kejang sering tidak diketahui.
PATOFISIOLOGI
Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam (lipid) dan
permukaan luar (ion). Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dengan mudah
dilalui oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit
Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah
81
Mei 8, 2014
lainnya kecuali Klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K dalam sel neuron tinggi dan ion
Na rendah. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan luar sel maka terdapat
potensial membran sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya:
a. Perubahan konsentrasi ion di ekstraseluler.
b. Rangsangan mendadak berupa mekanis, kimiawi, atau aliran listrik dari sekitarnya.
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri dari penyakit atau keturunan.
Pada demam, kenaikan suhu 1OC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal
10 - 15 % dan kebutuhan O2 meningkat 20 %. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi
otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa (hanya 15%)
oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan membran sel neuron
dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium dan natrium melalui membran
listrik. dengan bantuan ”neurotransmitter”, perubahan yang terjadi secara tiba-tiba ini
dapat menimbulkan kejang.
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda. Pada anak dengan ambang
kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38oC. Pada anak dengan ambang kejang
yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40oC. Terulangnya kejang demam lebih sering
terjadi pada anak dengan ambang kejang yang rendah, sehingga dalam penanggulangannya
perlu diperhatikan pada suhu berapa penderita kejang.
Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah
82
Mei 8, 2014
Gambar 1. Patofisiologi Kejang
Gambar 2. Patofisiologi Kejang Demam
KLASIFIKASI
Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah
83
Mei 8, 2014
1. Kejang Demam Sederhana (Simple febrile seizure)
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya
akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa
gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam
sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam.
2. Kejang Demam Kompleks (Complex febrile seizure)
Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini:
1) Kejang lama > 15 menit
2) Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
3) Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang
berulang lebih dari 2 kali dan di antara bangkitan kejang anak tidak sadar. Kejang lama
terjadi pada 8% kejang demam.
Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului
kejang parsial.
Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, di antara 2 bangkitan
kejang anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16% di antara anak yang mengalami
kejang demam.
Dahulu, di Subbagian Saraf Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, Jakarta,
digunakan modifikasi kriteria Livingston sebagai pedoman untuk membuat diagnosis
kejang demam sederhana sebagai berikut:
1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan-4 tahun
2. Kejang berlangsung sebentar, tidak melebihi 15 menit.
3. Kejang bersifat umum. -
4. Kejang tirnbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam.
5. Peke&saan saraf sebelum dan sesudah kejang normal.
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu setelah suhu normal tidak
menunjukkan kelainan.
7. Frekuensi bangkitan kejang dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ketujuh kriteria di
atas digolongkan pada epilepsi yang diprovokasi oleh demam. Dengan menggunakan
Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah
84
Mei 8, 2014
kriteria tersebut, ternyata sangat banyak pasien yang termasuk dalam golongan epilepsi
yang diprovokasi demam, dengan konsekuensi bahwa pasien-pasien ini harus mendapat
pengobatan rumat. Banyak pasien yang hanya menunjukkan kelainan EEG sedangkan
kriteria lain dapat dipenuhi. Juga sulit sekali untuk melakukan anamnesis berapa lama
demam sudah berlangsung sebelum pasien mengalami kejang. Saat ini istilah epilepsi yang
diprovokasi demam telah ditinggalkan. Pasien kejang demam tidak lagi dibagi menjadi
kejang demam sederhana dan epilepsi yang diprovokasi demam, tetapi dibagi menjadi
pasien yang tidak perlu pengobatan rumat dan pasien yang memerlukan pengobatan rumat.
LANGKAH DIAGNOSTIK
Dari anamnesis yang harus ditanyakan adalah adanya kejang, kesadaran, lama
kejang, suhu sebelum/ saat kejang, frekuensi, interval, keadaan pasca kejang, penyebab
demam di luar susunan saraf pusat. Riwayat perkembangan anak, riwayat kejang demam
dalam keluarga, epilepsi dalam keluarga. Pertanyaan juga harus menyingkirkan penyebab
kejang lainnya, misalnya tetanus.
Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan adalah kesadaran, suhu tubuh, tanda
rangsang meningeal (kaku kuduk, Bruzinski I dan II, Kernique, Laseque), refleks
fisiologis, refleks patologis, tanda peningkatan tekanan intracranial (ubun-ubun besar
membonjol, papil edem), tanda infeksi di luar SSP
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi
dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan lain
misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat
dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah (level II-2 dan level III,
rekomendasi D).
Pungsi lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis bakterialis adalah
0,6%-6,7%.
Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah
85
Mei 8, 2014
Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis
meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal
dianjurkan pada:
1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
3. Bayi > 18 bulan tidak rutin
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.
Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya
kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam.
Oleh karenanya tidak direkomendasikan (level II-2, rekomendasi E). Pemeriksaan EEG
masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas. Misalnya: kejang
demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal.
Pencitraan
Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan)
atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya
atas indikasi seperti:
1. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis) atau kemungkinan adanya
lesi structural di otak (mikrosefali)
2. Terdapat tanda peningkatan tekanan intracranial (kesadaran menurun, muntah
berulang, UUb membonjol, paresis nervus VI, edema papil)
PROGNOSIS
Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan.
Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang
sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis
pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang
lama atau kejang berulang baik umum atau fokal.
Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah
86
Mei 8, 2014
Kemungkinan mengalami kematian Kematian karena kejang demam tidak pernah
dilaporkan
Kemungkinan berulangnya kejang demam
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko
berulangnya kejang demam adalah :
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Temperatur yang rendah saat kejang
4. Cepatnya kejang setelah demam
Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah
80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang
demam hanya 10%-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada
tahun pertama.
FAKTOR RISIKO TERJADINYA EPILEPSI
Faktor risiko lain adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari. Faktor risiko menjadi
epilepsi adalah :
1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam
pertama.
2. Kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung
Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi sampai
4%-6%, kombinasi dari faktor risiko tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi
10%-49% (Level II-2). Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan
pemberian obat rumat pada kejang demam.
PENATALAKSANAAN SAAT KEJANG
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang
sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat untuk
menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam
intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam
waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg.
Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah
87
Mei 8, 2014
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah
diazepam rektal (level II-2, level II-3, rekomendasi B). Dosis diazepam rektal adalah 0,5-
0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg
dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg
untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun (lihat
bagan penatalaksanaan kejang demam).
Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi
dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.
Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke
rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5
mg/kg.
Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis
awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit.
Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis
awal.
Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang
rawat intensif.
Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam
apakah kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor risikonya.
Gambar 3. Penanganan saat Kejang
Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah
88
Mei 8, 2014
PEMBERIAN OBAT PADA SAAT DEMAM
Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya
kejang demam (level I, rekomendasi D), namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa
antipiretik tetap dapat diberikan (level III, rekomendasi B). Dosis parasetamol yang
digunakan adalah 10 –15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali.
Dosis Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali ,3-4 kali sehari
Meskipun jarang, asam asetilsalisilat dapat menyebabkan sindrom Reye terutama
pada anak kurang dari 18 bulan, sehingga penggunaan asam asetilsalisilat tidak dianjurkan
(level III, rekomendasi E).
Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menurunkan
risiko berulangnya kejang pada 30%-60% kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis
0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5 0C (level I, rekomendasi A). Dosis tersebut cukup
tinggi dan menyebabkan ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 25-39% kasus.
Fenobarbital, karbamazepin, dan fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk mencegah
kejang demam (level II rekomendasi E).
INDIKASI RAWAT INAP
Indikasi Rawat Inap pada kejang demam antara lain :
Kejang demam kompleks
Hiperpireksia
Usia < 6 tahun
Kejang demam pertama kali
Terdapat kelainan neurologis
PEMBERIAN OBAT RUMAT
Indikasi pemberian obat rumat
Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai
berikut (salah satu):
1. Kejang lama > 15 menit
Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah
89
Mei 8, 2014
2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya
hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus.
3. Kejang fokal
4. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:
• Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.
• Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan.
• Kejang demam > 4 kali per tahun
Sebagian besar peneliti setuju bahwa kejang demam > 15 menit merupakan
indikasi pengobatan rumat. Kelainan neurologis tidak nyata misalnya keterlambatan
perkembangan ringan bukan merupakan indikasi pengobatan rumat. Kejang fokal atau
fokal menjadi umum menunjukkan bahwa anak mempunyai fokus organik.
Jenis antikonvulsan untuk pengobatan rumat
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam
menurunkan risiko berulangnya kejang (level I).
Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan
obat dapat menyebabkan efek samping, maka pengobatan rumat hanya diberikan terhadap
kasus selektif dan dalam jangka pendek (rekomendasi D).
Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan
kesulitan belajar pada 40-50% kasus.
Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama
yang berumur kurang dari 2 tahun asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati.
Dosis asam valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg per
hari dalam 1-2 dosis.
Lama pengobatan rumat
Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap
selama 1-2 bulan.
EDUKASI PADA ORANG TUA
Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat kejang
sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan ini
harus dikurangi dengan cara yang diantaranya:
1. Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik.
Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah
90
Mei 8, 2014
2. Memberitahukan cara penanganan kejang
3. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
4. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat
adanya efek samping obat.
Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang
1. Tetap tenang dan tidak panik
2. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
3. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan
muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit,
jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut.
4. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
5. Tetap bersama pasien selama kejang
6. Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.
7. Bawa kedokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih
VAKSINASI
Sejauh in tidak ada kontra indikasi untuk melakukan vaksinasi terhadap anak yang
mengalami kejang demam. Kejang setelah demam karena vaksinasi sangat jarang. Angka
kejadian pasca vaksinasi DPT adalah 6-9 kasus per 100.000 anak yang divaksinasi
sedangkan setelah vaksinasi MMR 25-34 per 100.000. Dianjurkan untuk memberikan
diazepam oral atau rektal bila anak demam, terutama setelah vaksinasi DPT atau MMR.
Beberapa dokter anak merekomendasikan parasetamol pada saat vaksinasi hingga 3 hari
kemudian.
Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah
91
Mei 8, 2014
DAFTAR PUSTAKA
1. Hassan, Rupeno. Dr., Alatas, Hussein. Dr. 1985. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta: Bagian IKA-FKUI, Infomedika.
2. Pusponegoro, Hardiono.D., dkk. 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak
Edisi 1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
3. Nelson, Waldo.E.MD., dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 3. Jakarta:
EGC.
4. Guideline and Protocols Advisory Committee in Febrile Seizure. Sept 2010. Ministry
of Health. Columbia
5. Ismael, Sofyan, dkk. 2006. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak
Indonesia, Konsensus Penanganan Kejang Demam. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jakarta
6. Scwartz, M.William., dkk. 2005. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC.
7. Guyton, Arthur.C, MD., Hall, John.E, Ph.D. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
Edisi 9. Jakarta: EGC.
8. Sutaryo, Dr, dr, SpA(K). 2005. Standar Pelayanan Medis RS. DR.Sardjito Edisi III
Jilid 2. Yogyakarta: Medika FK-UGM.
9. National Collaborating Centre for Women’s and Children’s Health. Feverish illnessin
childrenassessment and initial management in children younger than 5 years. Clinical
Guideline. May 2007. NHS by NICE
Portofolio_Kejang Demam Sederhana | dr Rr. Uswatun Hasanah
92