crs asma dudu.pdf
TRANSCRIPT
-
0
CASE REPORT SESSION
ASMA
PEMBIMBING: dr. Nurvita Sp.A
DISUSUSUN OLEH: Abdullah Ichsan 1301 1214 0661
Andre Nugraha Nurman 1301 1214 0556
Asya Syilmi Kaaffa 1301 1214 0612
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOREANG
KABUPATEN SOREANG
-
1
DAFTAR ISI
I KASUS .................................................................................................................................... 2
1.1 IDENTITAS PASIEN .................................................................................................... 2
1.2 ANAMNESIS .................................................................................................................. 2
1.3 PEMERIKSAAN FISIK ................................................................................................ 2
1.4 DIAGNOSIS ................................................................................................................... 3
1.6 TATALAKSANA ........................................................................................................... 3
II PEMBAHASAN KLINIS ...................................................................................................... 3
2.1 DEFINISI ........................................................................................................................ 3
2.2 ETIOLOGI ..................................................................................................................... 4
2.3 PATOMEKANISME ..................................................................................................... 4
2.4 DIAGNOSIS ................................................................................................................... 4
2.5 KLASIFIKASI ................................................................................................................ 5
2.6 TATALAKSANA ........................................................................................................... 5
2.7 PENCEGAHAN PADA ANAK..................................................................................... 9
-
2
I KASUS
1.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : An N. F.
Umur : 4 tahun
Alamat : Ketapang
1.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama : Sesak
Anamnesis Khusus :
Sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit, penderita mengeluh sesak napas yang makin
lama makin bertambah sesak. Keluhan kebiruan di ujung-ujung jari dan kaki disangkal. Sesak
juga tidak berhubungan dengan aktivitas. Sesak berhubungan dengan udara dingin terutama pada
malam hari. Keluhan disertai batuk pilek. Riwayat demam disangkal, BAB & BAK tidak ada
keluhan. Riwayat asma pada pasien diakui.
Karena keluhan serupa, 1 hari sebelumnya penderita dibawa ke RSUD Soreang.
Penderita diberikan terapi nebulisasi sebanyak 2 kali. Setelah observasi, penderita diperbolehkan
pulang. Penderita diberikan obat Ambroxol dan Salbutamol yang diminum per oral.
Riawayat pengobatan TB paru diakui. Pasien dalam pengobatan TB paru bulan ke-5.
Kontak TB pada keluarga juga diakui.
1.3 PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital :
Nadi : 120X/menit
Resp. : 40X/menit
Suhu : 37oC
Kepala : Conjunctiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, PCH (-), POC (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), Retraksi Suprasternal (-)
Thorax : Bunyi & Gerak simetris, retraksi intercostal (-)
Pulmo : VBS kiri = kanan, ronchii -/-, wheezing +/+
Cor : BJ S1 S2, murni, reguler
Abdomen : Retraksi epigastrik (-)
Abdomen datar lembut, hepar & lien tidak teraba, bising usus (DBN)
Ekstrimitas :
Acral hangat, CRT < 2, acrocyanosis (-)
-
3
1.4 DIAGNOSIS
Diagnosis Banding :
1. Asma serangan ringan
2. TB Paru
3. Kelainan jantung
4. Infeksi Saluran Napas Akut
Diagnosis Kerja :
Asma bronkiale serangan ringan disertai TB paru dalam pengobatan.
1.6 TATALAKSANA
1. Combivent Pro Nebulisasi
2. Ambroxol 3 X 1 sendok the
3. Salbutamol 3 X tablet saat ada keluhan sesak
II PEMBAHASAN KLINIS ASMA
2.1 DEFINISI
2.1.1 DEFINISI MENURUT GLOBAL INITIATIVE FOR ASTHMA (GINA)
Gangguan inflamasi kronik saluran respiratorik dengan banyak sel yang berperan,
khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T. Pada orang yang rentan, inflamasi ini menyebabkan
episode wheezing berulang, sesak napas, rasa dada tertekan, dan batuk, khususnya pada
malam/dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan saluran respiratorik yang
luas namun bervariasi, yang paling tidak sebagian bersifat reversibel baik secara spontan maupun
dengan pengobatan.
2.1.2 DEFINISI MENURUT PEDOMAN NASIONAL ASMA ANAK (PNAA)
Wheezing dan/atau batuk dengan karakteristik timbul secara periodik dan/atau kronik,
cenderung pada malam hari/dini hari (nokturnal), musiman, adanya faktor pencetus, di antaranya
aktivitas fisik dan bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan, serta adanya
riwayat asma atau atopi lain pada pasien/keluarganya, dan sebab-sebab lain dapat disingkirkan.
-
4
2.2 ETIOLOGI
Faktor genetik dan lingkungan yang saling mempengaruhi, dimana terdapat lebih dari 22
lokus pada kromosom autosomal yang berhubungan dengan asma, terutama lokus yang berisi
gen proalergi dan proinflamasi.
Beberapa faktor lingkungan yang dianggap sebagai pencetus/pemicu timbulnya serangan
asma, antara lain infeksi virus pada saluran respiratorik, pajanan terhadap alergen, asap rokok,
endotoksin, polusi udara, udara dingin, bau yang tajam, exercise dan emosi.
2.3 PATOMEKANISME
Mekanisme perjalanan penyakit asma melibatkan dinding saluran respiratorik terbatasnya
aliran udara dan peningkatan reaktivitas saluran nafas. Gambaran khas adanya inflamasi saluran
respiratorik adalah aktivasi eosinofil, sel mast, makrofag, dan sel limfosit T pada mukosa dan
lumen saluran respiratorik. Perubahan ini dapat terjadi meskipun asmanya tidak bergejala.
Pemunculan sel-sel tersebut secara luas berhubungan dengan derajat beratnya penyakit secara
klinis. Sejalan dengan proses inflamasi kronik, perlukaan epitel bronkus merangsang proses
reparasi saluran respiratorik yang menghasilkan perubahan struktural dan fungsional yang
menyimpang pada saluran respiratorik yang dikenal dengan istilah remodeling.
Penyebab utama penyempitan saluran respiratorik adalah kontraksi otot polos bronkus
yang diprovokasi oleh pelepasan agonis dari sel-sel inflamasi (histamine, triptase, prostaglandin
D2 dan leukotrien C4 dari sel mast, neuropeptida dari saraf aferen setempat, dan asetilkolin dari
saraf eferan postganglionik). Hal ini juga berhubungan dengan perubahan otot polos saluran
nafas (hiperplasi dan hipertrofi) yang terjadi secara sekunder yang menyebabkan terjadinya
perubahan kontraktilitas
2.4 DIAGNOSIS
2.4.1 ANAMNESIS
Minimal ada lebih dari satu manifestasi klinis khas pada asma. Lalu gejala memburuk di
malam hari atau pagi hari. Gejala dan intensitas bisa berubah seiring berjalannya waktu.
Selanjutnya, gejala juga dipengaruhi oleh infeksi (paling banyak virus), olahraga, papaparan
alergen, perubahan cuaca, tawa, atau iritan. Diagnosis asma juga ditunjang dengan adanya
riwayat atopi pada keluarga.
2.4.2 MANIFESTASI KLINIS
Wheezing, sesak napas, batuk berulang, dada tertekan.
-
5
2.5 KLASIFIKASI
2.5.1 KLASIFIKASI MENURUT DERAJAT KEPARAHAN
Parameter Intermittent Mild persistent Moderate persistent
Severe persistent
Gejala siang 1x/minggu Sering
FEV2/PEFR 80% 80% 60-80% 60%
2.5.2 KLASIFIKASI MENURUT DERAJAT EKSASERBASI
Parameter Ringan Sedang Berat Ancaman henti
napas
Bicara Kalimat utuh Kalimat terpotong Sepatah kata Tidak dapat bicara
Wheezing Ringan-
sedang
Terdengar keras
pada seluruh
ekspirasi
Terdengar keras
pada seluruh fase
ekspirasi dan
inspirasi
Tidak ada
Obat
pernapasan
tambahan
Tidak ada Ada Jelas ada Gerakan napas
paradoksal
Saturasi 95% 90-95%
-
6
2. Pengendali (Controller)
Mengendalikan/mencegah timbulnya serangan dan gerakan. Obat dapat diberkan
per oral atau inhalasi. Contoh obatnya antara lain steroid inhalasi, -agonis kerja
lama dan teofilin.
2.6.3 TATALAKSANA ASMA EKSASERBASI
2.6.3.1 TATALAKSANA ASMA EKSASERBASI RINGAN SEDANG
Nebulisasi dengan obat tunggal yaitu agonis. Nebulisasi dapat dilakukan 2 kali
berturut-turut, bergantung pada respon terapi dengan jarak antar nebulisasi 20 menit
Tindakan berikutnya adalah:
1. Observasi selama 1 jam
2. Hasil Observasi
3. Jika membaik, maka penderita dipulangkan
4. Jika kambuh, maka pindahkan ke ruang rawat sehari (RRS)
5. Jika ada perbaikan parsial maka pindahkan juga ke ruang rawat sehari (RRS)
2.6.3.2 TATALAKSANA ASMA EKSASERBASI BERAT
Nebulisasi menggunakan kombinasi agonis dan antikolinergik disertai pemberian
oksigen 2-4 L/menit. Selnajutnya, pasang jalur parenteral. Lakukan foto rontgen thoraks segera,
dan penderita langsung dialih rawat ke ruang rawat inap (RRI)
2.6.3.3 TATALAKSANA ASMA EKSASERBASI ANCAMAN HENTI NAPAS
Lakukan penyelamatan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi, lalu secepatnya pindahkan
penderita ke ruang rawat intensif pediatri (PICU).
2.6.3.4 TATALAKSANA ASMA EKSASERBASI RUANG RAWAT SEHARI
Pemberian oksigen sejak di IGD diteruskan Berikan juga nebulisasi kombinasi -agonis
dan antikolinergik setiap 2 jam, serta steroid sistemik oral, dilanjutkan 3-5 hari
Observasi dalam 8-12 jam, jika membaik, maka penderita dipulangkan dan dibekali
dengan -agonis dan steroid untuk rawat jalan. Akan tetapi jika tidak membaik, maka pindahkan
penderita ke ruang rawat inap (RRI) dan diberikan tatalaksana derajat berat
2.6.3.5 TATALAKSANA ASMA EKSASERBASI RUANG RAWAT INAP
Pemberian oksigen sejak di IGD diteruskan Jika terdapat dehidrasi, atasi dan koreksi
asidosis bila ada. Berikan juga steroid IV, bolus tiap 6-8 jam, dosis 0,5-1 mg/kgBB/hari.
Selanjutnya, nebulisasi kombinasi -agonis dan antikolinergik setiap 1-2 jam. Jika terdapat
-
7
perbaikan dalam 4-6 jam, jarak pemberian diperlebar menjadi setiap 4-6 jam. Berikan juga
aminofilin.
Observasi, bila terdapat perbaikan, teruskan nebulisasi setiap 6-24 jam pemberian steroid
dan aminofilin diganti dari IV menjadi PO. Observasi ulang dalam 24 jam, bila penderita stabil,
maka penderita dapat pulang, sedangkan jika tidak ada perbaika, penderita dialihkan ke PICU
2.6.3.6 TATALAKSANA ASMA EKSASERBASI SAAT AKAN DIPULANGKAN
1. Minimum diberikan steroid oral 3 5 hari.
2. Bila telah memakai obat pengendali dilanjutkan
3. Bronkodilator bila perlu
4. Ipratropium setelah fase akut dihentikan
5. Diajarkan menggunakan steroid inhalasi untuk pencegahan (sebagai pengendali)
6. Dianjurkan mengukur PEF di rumah (kalau mampu/ada)
7. Mencari faktor pemicu
8. Membuat Rencana Aksi (Asthma Action Plan)
9. Harus kontrol lanjutan
2.6.4 TATALAKSANA ASMA JANGKA PANJANG
KLASIFIKASI PENGENDALI/ CONTROLLER
PELEGA/ RELIEVER
Asma Episodik Jarang Tidak Ya
Asma Episodik Sering Ya Ya
Asma Persisten Ya Ya
-
8
-
9
Karakteristik
Terkontrol
(semua di bawah
ini)
Terkontrol sebagian
(gejala manapun
pada tiap minggu)
Tidak terkontrol
(3 gambaran asma
terkontrol sebagian
pada tiap minggu)
Gejala harian
(wheezing, batuk,
nafas sulit)
2x/minggu, periode
pendek dalam
beberapa menit dan
cepat hilang dengan
bronkhodilator kerja
cepat)
>2x/minggu,
periode dalam
beberapa menit
sampai jam atau
berulang dan gejala
hilang sebagian atau
seluruhnya dengan
bronkhodilator kerja
cepat)
Keterbatasan
aktivitas
Anak cukup aktif,
bermain dan berlari
tanpa keterbatasan/
gejala
Anak mungkin batuk,
wheezing, sulit
bernafas saat
olahraga,Main/tertawa
Anak mungkin
batuk, wheezing,
sulit bernafas saat
berolahraga,
bermain dengan
semangat atau
tertawa
Gejala asma malam
hari
Tidak ada batuk
malam hari selama
tidur
Batuk khas selama
tidur atau terbangun
dengan batuk,
wheezing dan atau
sulit bernafas
Batuk khas selama
tidur atau terbangun
dengan batuk,
wheezing dan atau
sulit bernafas
Kebutuhan akan
reliever 2 hari per minggu > 2 hari per minggu > 2 hari per minggu
2.7 PENCEGAHAN PADA ANAK
1. Hindari paparan asap rokok sejak masa kehamilan
2. Kelahiran per vaginam sebaiknya dilakukan apabila memungkinkan
3. Berikan ASI eksklusif
4. Penggunaan antibiotik spektrum luas pada tahun pertama kehidupan sebaiknya dihindari