crs diare.docx

45
TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Definisi Diare berasal dari kata diarroia (bahasa Yunani) yang berarti mengalir terus (to flow through), merupakan keadaan abnormal pengeluaran tinja yang terlalu sering. Hal ini disebabkan adanya perubahan- perubahan dalam transport air dan elektrolit dalam usus, terutama pada keadaan-keadaan dengan gangguan intestinal pada fungsi digesti, absorpsi, dan sekresi. 1 Diare didefinisikan sebagai keluarnya tinja yang lunak atau cair tiga kali atau lebih dalam satu hari. Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM, diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak bila frekuensinya lebih dari 3 kali. Klasifikasi diare ke dalam jenis akut dan kronis bersifat mutlak, tetapi diare harus berlangsung paling sedikit 14 hari untuk dapat dikatakan diare kronis. Jadi diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 14 hari (bahkan kebanyakan kurang dari 7 hari) dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang sering tanpa darah. 1,2 1

Upload: aghniajolanda

Post on 15-Dec-2015

220 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: CRS diare.docx

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi

Diare berasal dari kata diarroia (bahasa Yunani) yang berarti mengalir

terus (to flow through), merupakan keadaan abnormal pengeluaran tinja yang

terlalu sering. Hal ini disebabkan adanya perubahan-perubahan dalam transport air

dan elektrolit dalam usus, terutama pada keadaan-keadaan dengan gangguan

intestinal pada fungsi digesti, absorpsi, dan sekresi.1

Diare didefinisikan sebagai keluarnya tinja yang lunak atau cair tiga kali

atau lebih dalam satu hari. Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM, diare

diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer

dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila

frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur

lebih dari 1 bulan dan anak bila frekuensinya lebih dari 3 kali. Klasifikasi diare ke

dalam jenis akut dan kronis bersifat mutlak, tetapi diare harus berlangsung paling

sedikit 14 hari untuk dapat dikatakan diare kronis. Jadi diare akut adalah diare

yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 14 hari (bahkan

kebanyakan kurang dari 7 hari) dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair

yang sering tanpa darah.1,2

1.2 Epidemiologi

Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara

berkembang termasuk di Indonesia, dan merupakan salah satu penyebab kematian

dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama usia dibawah 5 tahun.1,2 Selain itu

diare juga menjadi masalah kesehatan yang paling umum bagi para pelancong dari

negara-begara industri yang menguunjungi daerah-daerah berkembang, terutama

di daerah tropis. Perkiraan konservatif menempatkan angka kematian global dari

penyakit diare sekitar dua juta kematian pertahun (1,7 juta-2,5 juta kematian),

merupakan peringkat ketiga diantara semua penyebab kematian penyakit menular

di seluruh dunia.2

1

Page 2: CRS diare.docx

Sebagai gambaran 17% kematian anak di dunia disebabkan oleh diare

sedangkan di Indonesia hasil Riskesdas 2007 diperoleh bahwa diare masih

merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 42% dibanding

pneumonia 24%, untuk golongan 1-4 tahun penyebab kematian karena diare

25,2% dibanding pneumonia 15,5%.1 Dari daftar urutan penyebab kunjungan

Puskesmas/ Balai pengobatan, hamper selalu termasuk dalam kelompok 3

penyebab utama ke puskesmas. Angka kesakitannya adalah sekitar 200-400

kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di

Indonesia diperkirakan ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap

tahunya, sebagian besar (70-80%) dari penderita ini adalah anak dibawah umur 5

tahun (+ 40 juta kematian). Kelompok ini setiap tahunnya mengalami lebih dari

satu kalo kejadian diare. Sebagian dari penderita (1-2%) akan jatuh dalam

dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong 50-60% diantaranya dapat meninggal.3

1.3 Klasifikasi4

Secara klinis dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:

1. Diare akut

Diare akut adalah buang air besar dengan konsistensi lebih encer dari

biasanya, dengan frekuensi lebih dari 3x/ hari, yang timbul secara

mendadak, berlangsung kurang dari 2 minggu dan tanpa darah.

2. Diare persisten

Diare persisten adalah diare yang mula-mula bersifat akut namun

berlangsung lebih dari 2-4 minggu

3. Diare kronik

Diare kronik adalah diare yang berlangsung > 4 minggu.

1.4 Etiologi

Rotavirus merupakan penyebab tertinggi dari kejadian diare akut baik

dinegara berkembang maupun negara maju. Di Indonesia menurut penelitian

Soenarto yati dkk pada anak yang dirawat di rumah sakit karena diare 60%

persennya disebabkan oleh Rotavirus.4

2

Page 3: CRS diare.docx

Pada saat ini, dengan kemajuan dibidang teknik laboratorium telah dapat

diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan

diare pada anak dan bayi. Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya

adalah golongan virus, bakteri dan parasit. dua tipe dasar dari diare akut oleh

karena infeksi adalah non-inflamatory dan inflammatory.1

Enteropatogen menimbulkan non-inflamatory diare melalui produksi

enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan oleh

parasit, perlekatan dan/ atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya inflammatoyi

diare biasanya disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus secara langsung

atau memproduksi sitotoksin.1,6

Tabel 1. Penyebab Diare Akut yang Dapat Menyebabkan Diare pada Manusia

GOLONGAN BAKTERI GOLONGAN VIRUS GOLONGAN PARASITAeromonas Astrovirus Balantidiom coliBacillus cereus Calcivirus (Norovirus, Sapovirus) Blastocystis homonisCanpilobacter jejuni Enteric adenovirus Crytosporidium parvumClostridium perfringens Corona virus Entamoeba histolyticaClostridium defficile Rotavirus Giardia lambliaEschercia coli Norwalk virus Isospora belliPlesiomonas shigeloides Herpes simplek virus Strongyloides stercoralisSalmonella Cytomegalovirus Trichuris trichiuraShigellaStaphylococcus aureusVibrio choleraVibrio parahaemolyticusYersinia enterocolitica

Tabel 2. Frekuensi Enteropatogen Penyebab Diare pada Anak Usia <5 Tahun

Tabel 3. Tabel Enteropatogen Pathogen Penyebab Diare yang Tersering

Berdasarkan Umur 7

3

Page 4: CRS diare.docx

1.5 Patogenesis

1. Virus1

Virus masuk ke dalam usus halus dan berkembang biak dalam epitel vili

usus halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili. Hilangnya

sel-sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorpsi dan penggantian

sementara oleh sel epitel berbentuk kripta yang belum matang, menyebabkan usus

mensekresi air dan elektrolit. Kerusakan vili dapat juga dihubungkan dengan

hilangnya enzim disakaridase, menyebabkan berkurangnya absorpsi disakarida

terutama laktosa. Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel

vilinya menjadi matang.

1. Bakteri1,5

- Penempelan di mukosa. Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus untuk

menghindarkan diri dari penyapuan. Penempelan ini menyebabkan

pengurangan kapasitas penyerapan atau menyebabkan sekresi cairan.

- Toksin yang menyebabkan sekresi. Beberapa bakteri lain seperti V.cholerae

mengeluarkan toksin yang menghambat fungsi sel epitel. Toksin ini

mengurangi absorpsi natrium melalui vili dan meningkatkan sekresi klorida

dari kripta, yang menyebabkan sekresi air dan elektrolit. Penyembuhan terjadi

bila sel yang sakit diganti dengan sel yang sehat setelah 2 – 4 hari.

- Invasi mukosa. Shigella dapat menyebabkan diare berdarah (disenteri) melalui

invasi dan perusakan sel epitel mukosa di sebagian besar kolon. Invasi ini

diikuti dengan pembentukan mikroabses dan ulkus superfisial yang

menyebabkan adanya sel darah merah dalam tinja. Toksin yang dihasilkan

kuman ini menyebabkan kerusakan jaringan dan juga sekresi air dan elektrolit

dari mukosa. Shigellosis menimbulkan tanda radang akut meliputi nyeri perut,

demam, kejang, letargis dan prolas rektum.

4

Page 5: CRS diare.docx

Infeksi virus dan bakteri tidak selamanya akan menyebabkan terjadinya

diare karena tubuh mempunyai mekanisme pertahanan tubuh. Jika bahan-bahan

yang berbahaya dapat menembus barier mekanisme daya tahan tubuh dan dapat

masuk ke dalam sirkulasi sistemik, maka akan terjadi berbagai reaksi.

1.6 Patofisiologi

Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun kronik dapat dibagi

menjadi kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif dan gangguan motilitas. Diare

osmotik terjadi apabila ada bahan yang tidak dapat diserap oleh tubuh, sehingga

meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari plasma dan pada

akhirnya akan terjadi diare. Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat akibat

defisiensi laktase.

Diare sekretorik terjadi apabila terdapat gangguan transpor elektrolit, baik

absorbsi yang berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi

akibat toksin yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh

garam empedu, asam lemak rantai pendek, atau laksantif non osmotik. Beberapa

hormon intestinal seperti gastrin vasoaktif intestinal polypeptide (VIP) juga dapat

menyebabkan diare sekretorik.

Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik

usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi

bakteri atau bersifat non infeksi seperti inflamatory bowel disease (IBD) atau

akibat radiasi. Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang

mengakibatkan waktu transit usus menjadi lebih cepat. Hal ini terjadi pada

keadaan tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau diabetes melitus. Diare dapat

terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi bakteri, paling tidak

terdapat dua mekanisme yang bekerja, yaitu peningkatan sekresi usus dan

penurunan absorbsi di usus.

Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman enteropatogen

meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa,

invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu bakteri dapat

menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi

pertahanan mukosa usus.

Adhesi

5

Page 6: CRS diare.docx

Mekanisme adhesi yang pertama, yaitu terjadinya ikatan antara struktur

polimer fimbria atau pili dengan reseptor atau ligan spesifik pada

permukaan sel epitel. Mekanisme adhesi yang kedua terlihat pada infeksi

Enteropatogenic E.coli (EPEC), yang melibatkan gen EPEC adherence

factor (EAF), sehingga menyebabkan perubahan konsentrasi kalsium

intraselluler dan arsitektur sitoskleton di bawah membran mikrovilus.

Invasi

Kuman Shigella melakukan invasi melalui membran basolateral sel epitel

usus. Di dalam sel akan terjadi multiplikasi dalam fagosom dan menyebar

ke sel epitel disekitarnya. Invasi dan multiplikasi intraselluler

menimbulkan reaksi inflamasi serta kematian sel epitel. Reaksi inflamasi

terjadi akibat dilepaskannya mediator seperti leukotrien, interleukin, kinin,

dan zat vasoaktif lain. Kuman Shigella juga memproduksi toksin shiga

yang menimbulkan kerusakan sel. Proses patologis ini akan menimbulkan

gejala sistemik seperti demam, nyeri perut, rasa lemah, dan gejala disentri.

Sitotoksin

Prototipe kelompok toksin ini adalah toksin shiga yang dihasilkan oleh

Shigella yang bersifat sitotoksik. Kuman lain yang menghasilkan

sitotoksin adalah Enterohemorrhagic E. Coli (EHEC).

Enterotoksin

Toksin kolera secara biologis sangat aktif meningkatkan sekresi epitel usus

halus. Toksin kolera terdiri dari satu subunit A dan 5 subunit B. Subunit

A1 akan merangsang aktivitas adenil siklase, meningkatkan konsentrasi

cAMP intraseluler sehingga terjadi inhibisi absorbsi Na dan klorida pada

sel vilus serta peningkatan sekresi klorida dan HCO3 pada sel kripta

mukosa usus.

1.7 Manifestasi Klinis

Awalnya bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin

meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja

6

Page 7: CRS diare.docx

cair dan mungkin disertai lendir atau darah. Warna tinja dapat berubah jadi

kehijauan yang disebabkan bercampurnya tinja dengan empedu. Anus dan

sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam. Gejala muntah dapat terjadi sebelum

atau sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit terjadilah

gejala dehidrasi. Tanda-tanda klinis yang timbul apabila penderita jatuh ke dalam

dehidrasi adalah rasa haus, elastisitas (turgor dan tonus) kulit menurun, bibir dan

mukosa kering, mata cekung, air mata tidak keluar, ubun-ubun besar cekung,

oliguri, bahkan dapat anuria, tekanan darah rendah, takikardia, kesadaran

menurun.1,6,7

Tabel 1.1. Gejala khas diare akut oleh berbagai penyebab

Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera

Gejala klinis

Masa

Tunas17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam

Panas + ++ ++ - ++ -

Mual,

muntahSering Jarang Sering + - Sering

Nyeri perut TenesmusTenesmus,

kramp

Tenesmus,

kolik-

Tenesmus

, krampKramp

Nyeri kepala - + + - - -

Lamanya

sakit5-7 hari >7hari 3-7 hari 2-3 hari variasi 3 hari

Sifat tinja:

Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak

Frekuensi 5-10x/hari >10x/hari Sering Sering SeringTerus

menerus

Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair

Darah - + Kadang - + -

Bau Langu - Busuk - - Amis khas

WarnaKuning

hijau

Merah-

hijauKehijauan Tak berwarna

Merah-

hijau

Seperti air

cucian

beras

Leukosit - + + - - -

Lain-lain Anorexia Kejang+ Sepsis + Meteorismus Infeksi -

7

Page 8: CRS diare.docx

sistemik+

1.8 Diagnosis

1. Anamnesis

Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut : lama diare,

frekuensi, volume, konsistensi tija, warna, bau, ada / tidak ada lendir dan darah.

Bila disertai muntah, tanyakan volume dan frekuensinya. Untuk urine, tanyakan

jumlahnya (biasa, berkurang, jarang, atau tidak kencing) dalam 6 – 8 jam terakhir.

Kemudian tanyakan makanan dan minuman yang diberikan selama diare, adakah

panas atau penyakit lain yang menyertai(batuk, pilek, otitis media, atau campak),

tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare (memberi oralit, membawa

ke puskesmas atau rumah sakit, dan obat-obatan yang telah diberikan).1,8

2. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa berat badan, suhu tubuh, frekuensi

denyut jantung, pernafasan, dan tekanan darah. Selain itu, perlu dicari tanda-tanda

utama dehidrasi, seperti kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen, serta

tanda-tanda tambahan lainnya, seperti ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata

cowong, ada atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut, dan lidah kering atau

basah.1 Diare yang diakibatkan oleh Rotavirus, pada pemeriksaan anus dapat

ditemukan lecet kemerahan pada inspeksi anus yang dikenal sebagai eritema

natum. Hal ini terjadi akibat darei feses yang asam sehingga menyebabkan iritasi

pada orifisium anal.

Pernafasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik.

Bising usus yang lemah atau tidak ada jika terdapat hipokalemia. Pemeriksaan

ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refilling dapat menentukan derajat

dehidrasi yang terjadi. Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan

denan cara objektif, yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan

selama diare. Subjektif dengan menggunakan pnilaian MTBS

8

Page 9: CRS diare.docx

1. Laboratorium

9

Page 10: CRS diare.docx

Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya

tidak diperkukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya

penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut

atau pada penderita dengan dehidrasi berat. Contoh: pemeriksaan darah

lengkap, kultur urine dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih.

Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut:1

darah : darah lengkap, serum elketrolit, analisa gas darah, glukosa darah,

kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika

urine: urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika

tinja:

a. Pemeriksaan makroskopik

Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua

penderita dengan diare meskipun pemeriksaan labotarium tidak dilakukan.

Tinja yang watery dan tanpa mucus atau darah biasanya disebabkan oleh

enteroksin virus, prontozoa, atau disebabkan oleh infeksi diluar saluran

gastrointestinal. Tinja yanga mengandung darah atau mucus bias

disebabkan infeksi bakteri yang menghasilkan sitotoksin bakteri

enteronvasif yang menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus

seperti : E. hystolitica, B.coli , T.trichiura. Apabila terdapat darah biasanya

bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi dengan E.hystolitica darah

sering terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi dengan Salmonella,

Giardia, Cryptosporidium dan Strongyloides.

Pemeriksaan makroskopik mencakup warna tinja, konsistesi tinja,

bau tinja, adanya lendir, adanya darah, adanya busa. Warna tinja tidak

terlalu banyak berkolerasi dengan penyebab diare. Warna hijau tua

berhubungan dengan adnya warna empedu akibat garam empedu yang

dikonjugasi oleh bakteri anaerob pada keadaan bacterial overgrowth.

Warna merah akibat adanya darah dalam tinja atau obat yang dapat

menyebabkan warna merah dalam tinja seperti rifampisin. Konsistensi

tinja dapat cair, lembek, padat. Tinja yag berbusa menunjukan adanya gas

dalam tinja kaibat fermentasi bakteri. Tinja yang berminyak, lengket, dan

berkilat menunjukan adanya lemak dalam tinja. Lendir dalam tinja

10

Page 11: CRS diare.docx

menggambarkan kelainan di kolon , khususnya akibat infeksi bakteri.

Tinja yang sangat berbau menggambarkan adanya fermentasi oleh bakteri

anaerob dikolon. Pemeriksaan pH tinja menggunakan kertas lakmus dapat

dilakukan untuk menentukan adanya asam dalam tinja. Asam dalam tinja

tersebut adalah asam lemak rantai pendek yang dihasilkan karena

fermentasi laktosa yang tidak diserap di usus halus sehingga masuk ke

usus besar yang banyak mengandung bakteri komensial. Bila pH tinja<6

dapat dainggap sebagai malabsorbsi laktosa.8

b. Pemeriksaan mikroskopik

Leukosit dalam tinja diproduksi sebagai respon terhadap bakteri yang

menyerang mukosa kolon. Leukosit yang positif pada pemeriksaan tinja

menunjukkan adanya kuman invasif atau kuman yang memproduksi sitotoksin,

ayitu Shigella, Salmonella, C.Jejuni, EIEC. Leukosit yang ditemukan pada

umumnya adalah leukosit PMN.

Pemeriksaan leukosit tinja dengan cara mengambil bagian tinja yang

berlendir seujung lidi dan diberi ½ tetes eosin atau Nacl lalu dilihat dengan

mikroskop cahaya:5

bila terdapat 1-5 leukosit perlapang pandang besar disebut negative

bila terdapat 5-10 leukosit per lapang pandang besar disebut (+)

bila terdapat 10-20 leukosit per lapang pandang besar disebut (++)

bila terdapat leukosit lebih dari ½ lapang pandang besar disebut (+

++)

bila leukosit memenuhi seluruh lapang pandang besar disebut (+++

+)

1.8 Penatalaksanaan

Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar

penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang diderita anak balita, baik yang

dirawat di rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit, yaitu :1

1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru.

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut.

3. ASI dan makanan tetap diteruskan.

11

Page 12: CRS diare.docx

4. Antibiotik selektif.

5. Nasihat kepada orang tua.

Rehidrasi dengan oralit baru

Berikan segera bila anak diare untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi.

Oralit formula lama dikembangkan dari kejadian luar biasa diare di Asia Selatan

yang terutama disebabkan karena disentri yang menyebabkan berkurangnya lebih

banyak elektrolit tubuh, terutama natrium. Sedangkan diare yang lebih banyak

terjadi akhir-akhir ini dengan tingkat sanitasi yang lebih baik adalah disebabkan

oleh karena virus. Diare karena virus tidak menyebabkan kekurangan elektrolit

seberat pada disentri. Karena itu, para ahli mengembangkan formula baru oralit

dengan tingkat osmolaritas yang lebih rendah. Osmolaritas larutan baru lebih

mendekati osmolaritas plasma sehingga kurang menyebabkan risiko terjadinya

hipernatremia.1,2

Oralit baru merupakan oralit dengan osmolaritas yang rendah. Keamanan

obat ini sama dengan oralit yang selama ini digunakan, tetapi efektivitasnya lebih

baik daripada oralit formula lama. Oralit baru dapat mengurang pengeluaran tinja

hingga 20% dan mengurang muntah hingga 30%.1

Tabel 1.4. Komposisi oralit baru

Oralit baru osmolaritas rendah

Mmol/liter

Natrium 75Klorida 65

Glukosa, anhydrous 75Kalium 20Sitrat 10

Total osmolaritas 245

Ketentuan pemberian oralit formula baru :1

- Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru.

- Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang, untuk

persediaan 24 jam.

12

Page 13: CRS diare.docx

- Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar dengan ketentuan

sebagai berikut :

Anak umur < 2 tahun : 50 – 100 ml / BAB encer.

Anak umur 2 tahun atau lebih : 100 – 200 ml / BAB encer.

- Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, sisa larutan

harus dibuang.

Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan

nafsu makan anak. Zinc termasuk mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk

memelihara kehidupan yang optimal. Zinc berperan untuk pertumbuhan dan

pembelahan sel, anti oksidan, kekebalan seluler, dan nafsu makan. Zinc juga

berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan merupakan mediator potensial

pertahanan tubuh terhadap infeksi. Penggunaan zinc dalam pengobatan diare akut

didasarkan pada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi

saluran cerna, serta terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama diare.

Pemberian zinc pada diare dapat meningkatkan absorbsi air dan elektrolit oleh

usus halus, meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah

brush border apikal, dan meningkatkan respon imun yang mempercepat

pembersihan patogen dari usus. Pemberian zinc juga dapat menurunkan frekuensi

dan volume buang air besar sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya

dehidrasi pada anak.10

Dosis zinc pada anak-anak :1

Anak usia < 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari.

Anak usia > 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari.

Zinc diberikan selama 10 – 14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuhh

dari diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang, ASI, atau

oralit. Untuk anak-anak lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air

matang atau oralit.10

Pemberian zink bersamaan dengan probiotik tidak dapat mempercepat

durasi dari diare akut pada anak. Organisasi pangan dunia FAO dan WHO

mendefinisikan probiotik sebagai mikroorganisme hidup yang bila dikonsumsi

13

Page 14: CRS diare.docx

dalam jumlah yang adekuat sebagai bagian dari makanan akan memberikan

dampak menguntungkan pada kesehatan pejamu. Mekanisme kerja probiotik

adalah berkompetisi untuk berlekatan pada enterosit usus, sehingga enterosit yang

telah jenuh dengan probiotik tidak dapat lagi berlekatan dengan bakteri lain

sehingga menghambat pertumbuhan kuman patogen selain berkompetisi dengan

patogen untuk mendapatkan tempat dan nutrisi.5 Probiotik juga menghasilkan

substansi anti mikroba seperti asam organik (laktat dan asetat), bakteriosin,

reuterin, H2O2 dan enzim saluran cerna.6-8 Pengaruh probiotik terhadap sistem

imunitas non spesifik adalah meningkatkan produksi musin, aktivitas sel natural

killer (NK), aktivasi makrofag dan fagositosis. Probiotik juga mempengaruhi

imunitas spesifik dengan meningkatkan produksi sitokin, seperti IL-2, IL-6, TNF-

A, dan kadar sIgA.

ASI dan makanan tetap diteruskan

ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang

sama pada waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta

pengganti nutrisi yang hilang. Pada diare berdarah, nafsu makan akan berkurang.

Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase kesembuhan.2

Antibiotik selektif

Antibiotik jangan diberikan kecuali jika ada indikasi, misalnya diare

berdarah atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan

memperpanjang lamanya diare karena akan mengganggu keseimbangan flora usus

dan Clostridium difficile yang akan tumbuh dan menyebabkan diare sulit

disembuhkan. Selain itu, pemberian antibiotik yang tidak rasional akan

mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik.2

Nasihat kepada ibu atau pengasuh

Nasihati ibu atau pengasuh untuk segera kembali jika demam, tinja

berdarah, berulang, makan atau minim sedikit, sangat haus, diare makin sering,

atau belum membaik dalam 3 hari.1

Infeksi usus pada umumnya self limited, tetapi terapi non spesifik dapat

membantu penyembuhan pada sebagian pasien dan terapi spesifik dapat

memperpendek lamanya sakit dan memberantas mikroorganisme penyebabnya.

14

Page 15: CRS diare.docx

Dalam merawat penderita dengan diare dan dehidrasi terdapat beberapa

pertimbangan terapi :1,4

1. Terapi cairan dan elektrolit.

2. Terapi diet.

3. Terapi non spesifik dengan antidiare.

4. Terapi spesifik dengan antimikroba.

15

Page 16: CRS diare.docx

Terapi Cairan

16

Page 17: CRS diare.docx

17

Page 18: CRS diare.docx

Terapi Diet

Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan

setelah sembuh. Tujuannya adalah memberikan makanan kaya nutrien sebanyak

anak meminta sehingga mempercepat kembalinya fungsi usus normal agar dapat

mencegah terjadinya gizi buruk. Makanan yang diberikan pada anak diare

tergantung kepada umur, makanan yang disukai, dan pola makan sebelum sakit.

Bayi yang diberi ASI harus diteruskan minum ASI sesering mungkin dan selama

anak mau. Bayi yang tidak mau minum ASI harus diberi susu yang biasa diminum

paling tidak setiap 3 jam. Bila anak berumur 4 bulan atau lebih dan telah

mendapatkan makanan lunak atau padat, makanan ini harus diteruskan. Pada anak

yang lebih besar dapat diberikan makanan pokok.3

Terapi Nonspesifik dengan Antidiare

Obat-obat antidiare meskipun sering digunakan, tetapi tidak memiliki

keuntungan praktis dan tidak diindikasikan untuk pengobatan diare akut pada

anak.1,3,4

- Adsorben

Contoh : kaolin, attapulgite, dan cholestyramine. Obat-obat ini digunakan

untuk pengobatan diare atas dasar kemampuannya utuk mengikat dan

manginaktifasi toksin bakteri atau bahan lain yang menyebabkan diare.

Walaupun demikian, tidak ada bukti keuntungan praktis dari penggunaan obat

ini untuk pengobatan rutin diare akut pada anak.

- Antimotilitas

Contoh : loperamide, hydrocloride. Obat-obat ini dapat mengurangi frekuensi

diare pada orang dewasa, tetapi tidak mengurangi volume tinja pada anak. Obat

ini juga dapat menyebabkan ileus paralitik yang berat sehingga dapat

memperpanjang infeksi dengan memperlambat eliminasi dari organisme

penyebab.

- Bismuth subsalicylate

Jika diberikan setiap 4 jam dilaporkan dapat mengurangi keluaran tinja pada

anak dengan diare akut sebanyak 30%, tetapi cara ini jarang digunakan.

18

Page 19: CRS diare.docx

Terapi Spesifik dengan Antimikroba

Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan

antibiotika oleh karena pada umumnya sembuh sendiri (self limiting). Antibiotik

hanya diperlukan pada sebagian kecil penderita diare, misalnya cholera, shigella,

salmonella, dan sebagainya karena penyebab terbesar dari diare pada anak adalah

virus (Rotavirus). Kecuali pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi

terjadinya sepsis oleh karena bakteri mudah mengadakan translokasi kedalam

sirkulasi, atau pada anak/bayi yang menunjukkan secara klinis gejala yang berat

serta berulang atau menunjukkan gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas

atau segala sepsis. Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain :1,8

Tabel 1.5. Antibiotik pada diare

Penyebab Antibiotik pilihan Alternatif

Kolera Tetracycline : 12,5 mg/kgBB, 4x sehari

selama 3 hari

Erythromycin : 12,5 mg/kgBB, 4x sehari

selama 3 hari

Shigella dysentry

Ciprofloxacin : 15 mg/ kgBB, 2x sehari selama 3

hari

Ceftriaxone : 50 – 100 mg/kgBB, 1x sehari IM

selama 2 – 5 hari

Amoebiasis

Metronidazole : 10 mg/kgBB, 3x sehari

selama 5 hari (10 hari pada kasus yang berat)

Giardiasis Metronidazole : 5

mg/kgBB, 3x sehari selama 5 hari

1.10. Komplikasi

1. Gangguan elektrolit1

- Hipernatremia

Penderita diare dengan natrium plasma>150 mmol/L memerlukan

pemantauan berkala yang ketat. Tujuanya adalah menurunkan kadar natrium

19

Page 20: CRS diare.docx

secara perlahan-lahan. Penurunan kadar natrium plasma yang cepat sangat

berbahaya oleh karena dapat menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau

nasogastrik menggunakan oralit adalah cara terbaik dan paling aman.

Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan menggunakan cairan

0,45% saline-5% dextrose selama 8 jam. Hitung kebutuhan cairan

menggunakan berat badan tanpa koreksi. Periksa kadar natrium plasma

setelah 8jam. Bila normal lanjutkan dengan rumatan, bila sebaliknya

lanjutkan 8 jam lagi dan periksa kembali natrium plasma setelah 8 jam.

Untuk rumatan gunakan 0,18% saline-5% dekstrose, perhitungkan untuk 24

jam. Tambahkan 10 mmol KCl pada setiap 500 ml cairan infuse setelah

pasien dapat kencing. Selanjutnya pemberian diet normal dapat mulai

diberikan. lanjutkan pemberian oralit 10ml/kgBB/setiap BAB, sampai diare

berhenti.1

- Hiponatremia

Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya

mengandung sedikit garam, dapat terjadai hiponatremia ( Na<130 mmol/L).

Hiponatremia sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak

malnutrisi berat dengan odema. Oralit aman dan efekstif untuk terapi dari

hamper semua anak dengan hiponatremi. Bila tidak berhasil, koreksi Na

dilakukan bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu : memakai ringer

laktat atau normal saline. Kadar Na koreksi (mEq/L)=125- kadar Na serum

yang diperiksa dikalikan 0,6 dan dikalikan berat badan. Separuh diberikan

dalam 8 jam, sisanya diberikan dalam 16 jam. Peningkatan serum Na tidak

boleh melebihi 2 mEq/L/jam.1

- Hiperkalemia

Disebut hiperkalemia jika K>5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian

kalsium glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB i.v pelan-pelan dalam 5-10 menit

dengan monitor detak jantung.1

- Hipokalemia

Dikatakan hipokalemia bila K<3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menuurut

kadar K: jika kalium 2,5-3,5 mEq/L diberikan peroral 75 mcg/kgBB/hr

dibagi 3 dosis. Bila <2,5 mEq/L maka diberikan secara intravena drip (tidak

20

Page 21: CRS diare.docx

boleh bolus) diberikan dalam 4 jam. Dosisnya: (3,5-kadar K terukurx

BBx0,4 +2 mEq/kgBB/24 jam) diberikan dalam 4 jam lemudian 20 jam

berikutnya adalah (3,5-kadar K terukurx BBx 0,4+1/6x2 mEqxBB).

Hipokalemia dapat menyebakan kelemahan otot, paralitik usus, gangguan

fungsi ginjal dan aritmia jantung. Hipokalemia dapat dicegah dan

kekurangan kalium dapat dikoreksi dengan menggunakan makanan yang

kaya kalium selama diare dan sesudah diare berhenti.1

2. Asidosis metabolik

Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau hilangnay

basa cairan ekstraseluler. Sebagai kompensasi terjadi alkalosis respiratorik, yang

ditandai dengan pernafasan yang dalam dan cepat (kuszmaull). pemberian oralit

yang cukup mengadung bikarbonas atau sitras dapat memperbaiki asidosis.3

3. Acute kidney injury

Mungkin terjadi pada penderita diare dengan dehidrasi berat dan syok.

Didiagnosis sebagai AKI bila pengeluaran urin belum terjadi dalam waktu 12 jam

setelah hidrasi cukup.3,4

21

Page 22: CRS diare.docx

UNIVERSITAS ANDALAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

I. Identitas Pasien

Nama : Fadil

Umur : 5 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pendidikan : Belum sekolah

Pekerjaan : Belum bekerja

Alamat : Jl. Bahari nomor 7, RT 1, RW XX

No.MR : 011161

II. Latar Belakang Sosial-Ekonomi-Demografi-Lingkungan Keluarga

Status Perkawinan : Belum Menikah

Jumlah Saudara : anak pertama dari 2 bersaudara

Status Ekonomi Keluarga : kurang mampu, penghasilan ayah pasien

Rp. 1.000.000,-/bulan sebagai tukang ojek

Kondisi Rumah :

22

Page 23: CRS diare.docx

- Rumah permanen, pekarangan sempit

- Listrik ada

- Sumber air : air sumur

- Jamban ada 1 buah, di luar rumah

- Sampah di buang ke tempat pembuangan sampah dan dibakar.

Kondisi Lingkungan Keluarga

- Jumlah penghuni 4 orang : pasien, ayah, ibu dan 1 orang saudara.

III. Aspek Psikologis di keluarga

- Hubungan dengan saudara, orang tua, tetangga dan lingkungan

sosial baik

- Pasien mempunyai teman bermain di lingkungan tempat tinggal

IV. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga

- Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.

- Adik kandung pasien pernah sakit seperti ini 1 bulan yang lalu

V. Riwayat Kehamilan:

Selama kehamilan ibu tidak pernah menderita penyakit berat, ibu tidak

pernah mengkonsumsi obat-obatan, tidak ada kebiasaan merokok dan

minum alkohol, kontrol ke puskesmas teratur.

VI. Riwayat kelahiran

Lahir spontan, ditolong bidan, cukup bulan, saat lahir langsung menangis

kuat, berat badan lahir 3000 gram, panjang badan lahir 47 cm.

VII. Riwayat Imunisasi

BCG : 1x, usia 1 bulan, scar (+) di lengan kanan

DPT : 3x, usia 2, 3, 4 bulan

Polio : 4x, usia 1,2,3,4 bulan

Hepatitis B : 4x, usia 0, 2, 3, 4 bulan

Campak : 1x, usia 9 bulan

Kesan: imunisasi dasar lengkap menurut umur di puskesmas

VIII. Riwayat makanan dan minuman

umur 0-6 bulan : hanya diberikan ASI

23

Page 24: CRS diare.docx

umur 6-8 bulan : ASI dan bubur susu

umur 9-11 bulan : ASI, bubur nasi/nasi tim

umur 12 – 18 bulan :ASI, nasi biasa, lauk pauk seperti

ikan/daging/ayam/telur ½-1 potong/kali makan,

kadang-kadang diberikan sayur-sayuran dan buah

buahan.

19 bulan- sekarang : nasi biasa, lauk pauk seperti

ikan/daging/ayam/telur ½-1 potong/kali makan,

kadang-kadang diberikan sayur-sayuran dan buah

buahan.

IX. Keluhan Utama

Berak-berak encer sejak 2 hari yang lalu.

X. Riwayat Penyakit Sekarang

Berak-berak encer sejak 2 hari yang lalu, frekuensi 3-4x/hari,

banyak ± ½ gelas/kali, tidak berlendir dan tidak berdarah, tidak

berbau amis, dan warnanya kuning.

Deman tidak ada.

Mual tidak ada, muntah tidak ada.

Nafsu makan berkurang.

Sesak nafas tidak ada.

Buang air kecil jumlah dan warna biasa.

Riwayat buang air besar keluar cacing tidak ada

Anak masih mau minum seperti biasanya. Anak belum diberikan

oralit

Riwayat berat badan sebelumnya 18 kg, ditimbang 1 bulan yang

lalu.

Riwayat makan makanan yang pedas, asam, dan berbumbu tajam

tidak ada. Pasien biasa jajan di warung dan tidak mencuci tangan

sebelum makan.

Tidak ada tetangga di sekitar lingkungan rumah pasien yang

mengalami mencret- mencret saat ini. Di sekitar rumah, tidak

24

Page 25: CRS diare.docx

terdapat sungai yang dijadikan sebagai tempat untuk membuang

hajat.

XI. Pemeriksaan Fisik

Tanda Vital :

Keadaan Umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : CMC

Tekanan Darah: 100/60 mmHg

Frekuensi nadi : 82 x/menit

Frekuensi Nafas : 18 x/menit

Suhu : 36,8 °C

Berat badan : 18 kg (tidak terjadi penurunan berat badan)

Kulit : teraba hangat, turgor baik

Mata : tidak cekung, air mata ada, konjungtiva tidak

anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor,diameter 2mm, reflek

cahaya +/+

Mulut : lidah dan mulut sedikit kering

Telinga : tidak ditemukan kelainan

Hidung : tidak ditemukan kelainan

Tenggorokan : tonsil T1-T1, tidak hiperemis, faring tidak

hiperemis

Leher : kelenjer getah bening tidak membesar

Thoraks

-Paru :

Inspeksi : normochest, simetris kiri dan kanan baik statis

maupun dinamis, retraksi tidak ada

Palpasi : fremitus kiri = kanan

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

- Jantung :

25

Page 26: CRS diare.docx

Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : iktus kordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi : batas jantung kiri : 1 jari medial LMCS RIC V

batas jantung kanan : LSD

batas jantung atas : RIC II

Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising tidak ada

Abdomen: Inspeksi : distensi tidak ada

Palpasi : hepar dan lien tidak teraba, turgor normal.

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) ↑

Punggung : tidak ditemukan kelainan

Ekstremitas : akral hangat, refilling kapiler baik, reflek fisiologis +/+,

reflek patologis -/-

XII. Laboratorium

Darah rutin : tidak dilakukan

Feses rutin : tidak dilakukan

XIII. Diagnosis Kerja

Diare akut tanpa dehidrasi

XIV. Manajemen

a. Preventif :

Tidak membeli makanan disembarang tempat yang tidak terjamin

kebersihannya.

Menggunakan air bersih. Tanda-tanda air bersih adalah ‘3 tidak’,

yaitu tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.

Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk

mematikan sebagian besar kuman penyakit.

Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan,

setelah makan, dan setelah buang air besar.

Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan yang

bergizi.

26

Page 27: CRS diare.docx

b. Promotif :

Menjelaskan kepada orang tua pasien mengenai penyebab diare

dan faktor penyebab penyakit. Mencret biasanya diakibatkan

karena makan atau minum yang tidak terjaga kebersihannya,

makan dengan tangan yang tidak bersih, dan makan minum yang

tidak dimasak dengan matang.

Memberikan pengetahun dan pemahaman kepada keluarga

tentang menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar tempat

tinggal sehingga anak terhindar dari penyakit yang timbul karena

lingkungan yang tidak bersih seperti diare.

Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada keluarga

tentang pentingnya mencuci tangan dengan sabun sebelum dan

sesudah makan, setelah buang air besar dan buang bair kecil, dan

saat menyiapkan makanan untuk keluarga, dan setelah anak

bermain.

Memberikan pengetahun dan pemahaman kepada keluarga

tentang makan makanan yang bersih dan gizi seimbnag yang

dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak.

Memberikan pengetahun dan pemahaman kepada keluarga

tentang memantau tumbuh kembang anak dengan cara

menimbang berat badan anak tiap bulan di posyandu atau

puskesmas dan deteksi dini tumbuh kembang hingga usia 6 tahun.

Memberikan pengetahun dan pemahaman kepada keluarga

tentang kriteria rumah sehat terutama tentang jarak sumber bersih

dengan septi tang pada rumah seharusnya minimal ± 10 meter.

Membuang tinja bayi dan anak dengan benar.

c. Kuratif :

Oralit setiap BAB encer untuk mencegah terjadinya dehidrasi.

Ibu diajari cara menyiapkan larutan oralit dimana 1 bungkus

oralit dilarutkan dalam 200 ml air (± 1 gelas air). Anak diberi

minum sedikit demi sedikit dengan menggunakan gelas. Jika

27

Page 28: CRS diare.docx

naka muntah tunggu 10 menit dan berikan kembali dengan

lebih lambat. Ibu harus terus menerus memberikan cairan

pengganti hingga diare anak berhenti.

zink diberikan 1x 20 mg selama 10 hari.

d. Rehabilitatif :

Makan makanan yang lunak dan tidak terlalu keras untuk

mencegah bertambah beratnya kerja saluran cerna.

Balita harus dibawa kembali ke petugas

kesehatan bila :

a. Diare lebih sering

b. Muntah berulang

c. Sangat haus

d. Makan/minum sedikit

e. Timbul demam

f. Tinja berdarah

g. Tidak membaik dalam 5 hari.

28

Dinas Kesehatan Kodya Padang

Puskesmas Ulak karang

Dokter : Dian Insana Fitri

Tanggal : 30 Juli 2015

R/ Oralit sach. No. X

S ₰

R/ Zink tab 20 mg No. X

S 1 dd tab 1 ₰

R/ Itakur syr fls No. I

S 2 dd cth 1 ₰

Page 29: CRS diare.docx

DISKUSI

Seorang pasien anak laki-laki umur 5 tahun datang ke Puskesmas Ulak

karangt dengan keluhan berak-berak encer sejak 2 hari yang lalu. Setelah

dilakukan anamnesia dan pemeriksaan fisik, pasien didiagnosis dengan diare

tanap dehidrasi.

Dari anamnesis didapatkan Berak-berak encer sejak 2 hari yang lalu,

frekuensi 3-4x/hari, banyak ± ½ gelas/kali, tidak berlendir dan tidak berdarah,

tidak berbau amis, dan warnanya kuning. Keluhan ini tanpa demam dan sesak

nafas, sehingga dapat disimpulkan pasien mengalami diare yang dapat disebabkan

oleh virus, bakteri.

Hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran

komposmentis cooperatif, dan vital sign dalam batas normal. Dari pemeriksaan

mata tidak tampak cekung dan tidak anemis, pemeriksaan kulit didapatkan turgor

kulit kembali cepat , dari pemeriksaan anggota gerak didapatkan akral hangat,

refilling kapiller baik, refleks fisiologi ++/++, refleks patologis -/-. Dari

pemeriksaan abdomern didapatkan bising usus meningkat yang menandakan

gangguan pada saluran cerna. Disimpulkan bahwa pasien tidak mengalami

dehidrasi. Pemeriksaan anus perlu dilakukan untuk menentukan apakah terdapat

eritema natum yang diakibatkan oleh rotavirus.

Pemeriksaan labor rutin yang seharusnya dilakukan adalah pemeriksaan

feses yang diperiksa di bawah mikroskop dan pemeriksaan darah rutin.

Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua penderita dengan

diare meskipun pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan. Tinja yang watery dan

29

Dinas Kesehatan Kodya Padang

Puskesmas Ulak karang

Dokter : Dian Insana Fitri

Tanggal : 30 Juli 2015

R/ Oralit sach. No. X

S ₰

R/ Zink tab 20 mg No. X

S 1 dd tab 1 ₰

R/ Itakur syr fls No. I

S 2 dd cth 1 ₰

Page 30: CRS diare.docx

tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan oleh enterotoksin virus, protozoa,

atau disebabkan oleh infeksi di luar saluran gastrointestinal. Tinja yang

mengandung darah atau mukus dapat disebabkan infeksi bakteri yang

menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang menyebabkan peradangan

mukosa atau parasit usus, seperti E.histolytica, B.coli, dan T.trichiura. Tinja yang

berbau busuk didapatkan pada infeksi dengan Salmonella, Giardia,

Cryptosporodium, dan Strongyloides.

Pemeriksaan mikroskopik dapat ditemukan leukosit dalam tinja diproduksi

sebagai respon terhadap bakteri yang menyerang mukosa kolon. Leukosit yang

positif pada pemeriksaan tinja menunjukkan adanya kuman invasif atau kuman

yang memproduksi sitotoksin, ayitu Shigella, Salmonella, C.Jejuni, EIEC.

Leukosit yang ditemukan pada umumnya adalah leukosit PMN. Namun, pada

diare akibat rotavirus tidak akan ditemukan leukosit dalam tinjanya.

Terapi yang diberikan pada pasien adalah komprehensif yang terdiri dari

terapi umumdan khusus. Terapi umum bertujuan untuk mencegah timbulnya

penyakit atau agar penyakit yang telah ada tidak menjadi tambah parah dengan

mencuci tangan dengan sabun saat sebelum dan setelah makan, setelah bermain,

memotong kuku, memakan makanan yang bergizi, dan tidak membeli makanan

yang tidak terjamin kebersihannya. Makanan gizi seimbang diberikan dengan

mengkonsumsi karbohidrat sebanyak 3-4 kali sehari (nasi/lontong/roti), protein

(ikan/ayam/dsaging sebanyak 1 potong tiap makan), sayur dab buah.

Keluarga dan pasien diajarkan untuk menggunakan air bersih untuk

minum dan MCK, memasak air hingga mendidih sehingga kuman yang ada

menjadi mati, menjaga kebersihan lingkungan, istirahat yang cukup ± 8 jam/hari,

dan ajarkan anak untuk menggunakan alas kaki saat bermain di luar rumah.

Terapi khusus yang diberikan adalah memberikan larutan oralit setiap anak

mencret, Oralit setiap BAB encer untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Ibu diajari

cara menyiapkan larutan oralit dimana 1 bungkus oralit dilarutkan dalam 200 ml

air (± 1 gelas air). Anak diberi minum sedikit demi sedikit dengan menggunakan

gelas. Jika anak muntah tunggu 10 menit dan berikan kembali dengan lebih

lambat. Pemberian oralit bertujuan untuk mengganti eektrolit yang hilang,

30

Page 31: CRS diare.docx

kemjudian tablet zink untuk mempercepat proses epitelisasi dari villi usus yang

rusak sehingga gangguan pencernaan dapat berhenti. Sirup vitamin diberikan

untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan meningkatkan nafsu makan

karena rasanya yang manis.

31