laporan kasus diare.docx

63
BAB I PENDAHULUAN Sejak tahun 1992, secara umum, penyakit menular merupakan sebab dari 37,2% kematian, diantaranya 9,8% tuberkulosa, 9,2% infeksi saluran nafas dan 7,5% diare. Namun untuk kelompok usia 1 – 4 tahun, diare merupakan penyebab kematian terbanyak ( 23,2% ) sedangkan urutan kedua (18,2%) penyebab kematian karena infeksi saluran nafas. Dari data-data di atas menunjukan bahwa diare pada anak masih merupakan masalah yang memerlukan penanganan yang komprehensif dan rasional. Terapi yang rasional diharapkan akan memberikan hasil yang maksimal, oleh karena efektif, efisien dan biaya yang memadai. Yang dimaksud terapi rasional adalah terapi yang: 1) tepat indikasi, 2) tepat obat, 3) tepat dosis, 4) tepat penderita, dan 5) waspada terhadap efek samping obat. Sebagian besar dari diare akut disebabkan oleh karena infeksi. Banyak dampak yang dapat terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat 1

Upload: ike-annisa-rachmawanti

Post on 11-Feb-2015

340 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN KASUS Diare.docx

BAB I

PENDAHULUAN

Sejak tahun 1992, secara umum, penyakit menular merupakan sebab dari 37,2%

kematian, diantaranya 9,8% tuberkulosa, 9,2% infeksi saluran nafas dan 7,5% diare.

Namun untuk kelompok usia 1 – 4 tahun, diare merupakan penyebab kematian

terbanyak ( 23,2% ) sedangkan urutan kedua (18,2%) penyebab kematian karena infeksi

saluran nafas. Dari data-data di atas menunjukan bahwa diare pada anak masih

merupakan masalah yang memerlukan penanganan yang komprehensif dan rasional.

Terapi yang rasional diharapkan akan memberikan hasil yang maksimal, oleh karena

efektif, efisien dan biaya yang memadai. Yang dimaksud terapi rasional adalah terapi

yang: 1) tepat indikasi, 2) tepat obat, 3) tepat dosis, 4) tepat penderita, dan 5) waspada

terhadap efek samping obat.

Sebagian besar dari diare akut disebabkan oleh karena infeksi. Banyak dampak

yang dapat terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang

dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat

dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa.

Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan

mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorpsi. Dan bila tidak

mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.

Beberapa cara penanganan dengan menggunakan antibiotika yang spesifik dan

antiparasit, pencegahan dengan vaksinasi serta pemakaian probiotik telah banyak

diungkap di beberapa penelitian.

1

Page 2: LAPORAN KASUS Diare.docx

Namun secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah/

menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa,

kemungkinan terjadinya intoleransi, mengobati kausa dari diare yang spesifik,

mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk

melaksanakan terapi diare secara secara komprehensif, efisien dan efektif harus

dilakukan secara rasional. Secara umum terapi rasional adalah terapi yang : 1) tepat

indikasi, 2) tepat dosis, 3) tepat penderita, 4) tepat obat, 5) waspada terhadap efek

samping. Jadi penatalaksanaan terapi diare yang menyangkut berbagai aspek didasarkan

pada terapi yang rasional yang mencakup kelima hal tersebut.

2

Page 3: LAPORAN KASUS Diare.docx

BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Pasien anak bernama Lutfi dengan jenis kelamin laki-laki lahir di

Arjawinangun pada tanggal 25 Juli 2010. Saat ini anak berumur 1 tahun 3 bulan.

Anak masuk rumah sakit pada tanggal 25 November 2011, terdaftar dengan nomor

catatan medik 678845. Pasien adalah anak dari Tuan Hardi berumur 35 tahun.

Pendidikan terakhir pada tingkat sekolah menengah atas. Bekerja sebagai

perangkat desa di desa Tangkil, Susukan, kabupaten Cirebon. Ibu pasien bernama

Nyonya Adiah berumur 30 tahun. Pendidikan terakhir di tingkat sekolah

menengah atas. Ibu tidak bekerja.

II. ANAMNESIS

Alloanamnesis tanggal 2 November 2011

3

Page 4: LAPORAN KASUS Diare.docx

1. Keluhan Utama

mencret sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Tiga hari sebelum masuk rumah sakit, pasien muntah-muntah.

Muntah empat sampai lima kali dalam satu hari. Pasien muntah setelah

makan atau minum. Menurut ibu pasien, jumlah muntah kurang lebih

setengah gelas belimbing. Kemudian pasien dibawa berobat ke bidan

desa. Setelah mendapatkan pengobatan dari bidan, pasien mengalami

perbaikan.

Dua hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mencret-mencret.

Buang air besar cair terjadi lebih kurang tujuh kali dalam satu hari,

terdapat ampas berwarna kekuningan, terdapat lendir sedikit, tidak

disertai darah, dan tidak berbau khas. Jumlah mencret tidak diketahui

karena pasien menggunakan pampers. Menurut ibu pasien, perut pasien

terlihat kembung. Selama mecret pasien selalu merasa haus. Ibu pasien

merasa pasien sering menangis selama sakit. Kemudian pasien dibawa ke

instalasi gawat darurat RSUD Arjawinangun.

Dua hari sebelum masuk rumah sakit, keluhan muntah-muntah

sudah mengalami perbaikan. Namun pasien mengalami demam 3 hari

sebelum masuk rumah sakit, tidak mengalami kejang, keluahan batuk dan

pilek tidak ada. Sejak sakit, ibu pasien mengatakan buang air kecil pasien

sedikit.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

4

Page 5: LAPORAN KASUS Diare.docx

sebelumnya pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini.

4. Riwayat Pribadi

Selama masa kehamilan, ibu pasien rutin memeriksakan kondisi

kehamilan ke bidan. Kunjungan ke bidan selama kehamilan lebih dari

lima kali. Persalinan secara spontan. Usia kehamilan saat itu Sembilan

bulan, berat badan lahir 3000 gram, tetapi ibu tidak ingat berapa panjang

badan lahir. Pasca persalinan, bayi langsung menangis, tidak ditemukan

tanda-tanda asfiksia dan kelainan bawaan.

5. Riwayat Makanan

Menurut keterangan ibu, pada usia 0 sampai 6 bulanpasien diberi ASI

sesuai keinginan bayi. Setelah mencapai usia 6 sampai 10 bulan, ibu

memberikan ASI ditambah bubur susu 1 kali mangkuk kecil, nasi tim 1

kali mangkuk kecil. Memasuki usia 10 sampai 12 bulan, ibu memberikan

ASI ditambah PASI berupa SGM 2 kali sebanyak 200 cc, nasi tim tiga

kali, dan buah satu kali. Setelah usia 1 tahun sampai sekarang, ibu sudah

tidak memberikan ASI dan diganti dengan PASI berupa SGM 2 kali

sebanyak 200cc, ditambah menu keluarga berupa nasi 3 kali sebanyak 1

piring kecil, ditambah sayur, lauk yang terdiri dari satu potong ikan, atau

daging, atau telur, atau ayam, atau tempe dengan porsi makan ¼ - ½

piring. Kadang-kadang pasien mengkonsumsi jajanan warung sesuai

keinginan anak.

5

Page 6: LAPORAN KASUS Diare.docx

6. Riwayat Perkembangan

Menurut keterangan ibu, pasien pada usia 3 bulan sudah mulai bisa

mengoceh spontan dan mengangkat kepala. Pada usia 5 bulan pasien

sudah dapat berbalik dari telungkup ke telentang tanpa bantuan. Pada

usia 9 bulan pasien mulai merangkak dan belajar berdiri dengan cara

berpegang pada kursi atau meja. Pada usia 12 bulan pasien dapat berjalan

dengan bantuan.

7. Riwayat Imunisasi

Anak mulai mendapat vaksinasi BCG sehari setelah lahir. Pada saat

pulang ke rumah pasien diberikan vaksinasi polio 1. Pada umur 2 bulan

anak mendapat vaksinasi DPT 1 dan Polio 2. Pada umur 4 bulan anak

mendapat DPT 2 dan Polio 3 dan pada umur 6 bulan anak mendapat

vaksinasi DPT 3. Vaksinasi campak diberikan pada usia 9 bulan. Dari

keterangan ibu pasien, anak mendapatkan vaksinasi lengkap.

6

Page 7: LAPORAN KASUS Diare.docx

III. PEMERIKSAAN FISIK

1. Pemeriksaan Umum

Pasien datang dengan keadaan umum tampak sakit sedang dan kesadaran

kompos mentis, tanda vital pasien, nadi 134 x/menit, nadi teratur, dan isi

cukup, suhu 37,80C, dan pernapasan 32 x / menit. Status gizi pada pasien

ini dilihat dari berat badan 8,9 kg dan tinggi badan 70 cm, badan terlihat

kurus, tidak tampak edema. Berdasarkan kurva CDC BB/U: 8,9 / 10,9 x

100% = 81,6%, TB/U : 70 / 79,4 x 100% = 88,1%, BB/TB: 8,9 / 10,9 x

100% = 81,6%. Kesimpulan status gizi pasien ini adalah gizi kurang.

2. Pemeriksaan Khusus

7

Page 8: LAPORAN KASUS Diare.docx

Kulit pasien berwarna sawo matang, turgor kulit baik, tidak

tampak ikterus, dan tidak ada petechiae. Bentuk kepala normal, rambut

hitam, tidak mudah dicabut. Mata bentuk normal, palpebra inferior tidak

cekung, kedudukan bola mata dan alis mata simetris, konjungtiva tidak

anemis, sklera tidak ikterik, kornea jernih, pupil bulat isokor diameter 3

mm, refleks cahaya positif. Telinga bentuk normal, simetris kanan dan

kiri, liang telinga luar lapang, dan tidak tampak serumen. Bentuk hidung

simetris, deviasi septum tidak ada, sekret tidak ada. Mulut bentuk tidak

ada kelainan, bibir tampak kering, sianosis tidak ada, tidak ada tremor,

tonsil T1-T1, faring tidak hiperemis, gusi tidak ada edema, insisivus I

atas dan bawah sudah terlihat, tidak ada karies. Leher tidak ada kelainan,

kelenjar getah bening tidak teraba membesar, trakea di tengah, tidak ada

kaku kuduk. Pada pemeriksaan thoraks, didapatkan inspeksi bentuk dada

normal, simetris keadaan statis dan dinamis, tidak terdapat retraksi sela

iga dan suprasternal. Pada palpasi krepitasi (-), fraktur (-), massa (-).

Pada perkusi terdengar sonor pada kedua lapang paru. Sedangkan pada

auskultasi suara napas terdengar vesikuler, tanpa ronki, tanpa mengi.

Pada pemeriksaan jantung, didapatkan inspeksi tidak tampak pulsasi

iktus kordis. Pada palpasi teraba pulsasi iktus kordis. Pada perkusi

terdengar redup, sedangkan pada auskultasi terdengar bunyi jantung I - II

reguler, tidak ada bunyi jantung tambahan. Pada pemeriksaan abdomen,

didapatkan inspeksi simetris datar, tidak tampak gambaran vena

kolateral. Pada palpasi teraba supel, tidak ditemukan nyeri tekan, tidak

8

Page 9: LAPORAN KASUS Diare.docx

teraba adanya pembesaran hepar maupun lien. Pada perkusi terdengar

timpani di seluruh lapang abdomen. Pada auskultasi terdengar bising usus

dalam frekuensi normal.

Pada pemeriksaan genitalia eksterna, tampak jenis kelamin pasien laki-

laki, tidak ditemukan eritema perianal. Sedangkan pada pemeriksaan

ekstremitas akral teraba hangat, tidak ada deformitas, tidak ada edema,

capillary refill time < 2 detik.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pada pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 2 November 2011 didapatkan

kadar Leukosit 16.500 μl, Limfosit 7.400 μl , Monosit 2.800 μl, Granulosit 6.400

μl, Limfosit 44,6%, Monosit 16,7%, Granulosit 36,7%, Eritrosit 4.33 x 106 μl,

Haemoglobin 9,9 g/dl, Hematokrit 30,2 %, MCV 69,7 μm3 ,MCH 22,9 pg,

MCHC 32,8 g/dl, Trombosit 352 103/μl. Pemeriksaan feses rutin ditemukan

warna kehijauan, konsistensi cair, lendir (-),darah (-), pus (-), amuba (-), telur

cacing (-), leukosit (-), eritrosit (-).

V. RESUME

Pasien anak laki-laki, usia 15 bulan, datang ke instalasi gawat darurat

RSUD Arjawinangun pada tanggal 2 November 2011 dengan keluhan diare sejak

dua hari yang lalu, perut tampak kembung, tampak haus, demam, tidak ada kejang,

buang air kecil sedikit, riwayat muntah diakui.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis, nadi 134 kali

per menit, respirasi 32 kali per menit, suhu aksila 37,8OC. Berat badan 8,9 kg,

panjang badan 70 cm. Pada pemeriksaan status gizi didapatkan kesan kurang.

9

Page 10: LAPORAN KASUS Diare.docx

Pada pemeriksaan khusus ditemukan ubun-ubun besar tidak cekung,

kelopak mata tidak cekung, bibir tampak kering, tidak ada nyeri tekan abdomen,

bising usus positif normal, turgor kulit baik, Capillary Refill Time < 2 detik.

Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan leukositosis, anemia mikrositik

hipokrom. Pada pemeriksaaan feses rutin warna kehijauan, lendir dan darah

negatif.

VI. DIAGNOSIS KERJA

Diare akut et causa Suspect infeksi virus dengan dehidrasi ringan sedang

VII. DIAGNOSIS BANDING

Diare akut et causa infeksi bakteri

VIII. RENCANA PENATALAKSANAAN

1. Rencana pemeriksaan

Rencana pemeriksaan yang dipilih untuk membantu menegakkan

diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding adalah pemeriksaan

kultur feses. Pemeriksaan kadar elekrolit bertujuan untuk menilai apakah

sudah terjadi gangguan elektrolit yang dapat menyebabkan terjadinya

komplikasi.

2. Rencana Terapi

10

Page 11: LAPORAN KASUS Diare.docx

Terapi non medikamentosa pada kasus ini adalah pemberian diet lunak

1090 kal, edukasi kebersihan makanan dan pola makan anak. Terapi

medikamentosa yang dipilih pada kasus ini, yaitu penggantian dan

pememenuhan kebutuhan cairan dengan pemberian Intravena berupa

KAEN 3B sebanyak 1600 cc/ hari dengan 16 tetes per menit

menggunakan tetesan makro. Antibiotik yang dipilih adalah Sefotaxim 3

x 450 mg secara intravena. Analgetik dan antipiretik yang dipilih adalah

metamizole natrium 2 x 100 mg intravena. Pemberian Zinc 1 x 20 mg per

hari. Selain itu pasien juga diberi probiotik L – Bio 2 x 1 bungkus sehari.

IX. PROGNOSIS

Prognosis pada pasien ini pada quo ad vitam adalah bonam, untuk quo ad

fungsionam adalah bonam, dan untuk quo ad sanationam adalah bonam.

11

Page 12: LAPORAN KASUS Diare.docx

X. PEMANTAUAN

Tanggal 2 November 2011

Pasien masih mencret 3 kali dalam satu hari, keluhan demam juga masih

dirasakan. Pemeriksaan fisik didapatkan, keadaan umum pasien tampak sakit

sedang dengan kesadaran kompos mentis. Pemeriksaan tanda-tanda vital

ditemukan, nadi 130 kali per menit dengan pernapasan 28 kali per menit dan suhu

aksila 37,8oC. pemeriksaan khusus didapatkan, kulit berwarna sawo matang,

turgor kulit baik, tidak ditemukan adanya petichiae, ikterik tidak ada. Bentuk

kepala normosefal, ubun-ubun besar datar. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak

ikterik, dan kelopak mata tidak cekung. Kelenjar getah bening leher tidak

membesar. Pemeriksaan paru-paru, inspeksi tampak bentuk normal, simetris

dalam keadaan statis dan dinamis. Palpasi tidak ditemukan krepitasi, tidak teraba

massa. Perkusi didapatkan sonor pada kedua lapang paru. Auskultasi terdengar

suara napas vesikuler, ronki tidak ada, mengi tidak ada. Pemeriksaan jantung pada

inspeksi tidak tampak pulsasi iktus kordis, pada palpasi teraba pulsasi iktus

kordis. Perkusi terdengar suara redup. Auskultasi bunyi jantung satu dan dua

reguler, tidak terdengar suara murmur dan gallop. Pemeriksaan abdomen inspeksi

12

Page 13: LAPORAN KASUS Diare.docx

simetris datar. palpasi teraba supel, tidak ada nyeri tekan. Perkusi terdengar suara

timpani dan pada auskultasi terdengar bising usus normal. Genitalia eksterna laki-

laki, tidak ada eritema perianal. Pada pemeriksaan ekstremitas akral teraba hangat,

tidak ada deformitas, tidak ada edema.

Diagnosis kerja diare akut et causa suspect infeksi virus dengan dehidrasi ringan

sedang.

Pasien ini diberikan IVFD KAEN 1B 1600 cc/hari dengan jumlah tetesan 16 tetes

per menit makro, antibiotik sefotaxim 3 x 450 mg secara intravena, Metamizole

natrium 2 x 100 mg intravena, Zink 1 x 20 mg, dan L-Bio 2 x 1 sachet.

Tanggal 3 November 2011

Pasien masih mencret 2 kali dalam satu hari, keluhan demam sudah tidak

ada. Pemeriksaan fisik didapatkan, keadaan umum pasien tampak sakit sedang

dengan kesadaran kompos mentis. Pemeriksaan tanda-tanda vital ditemukan, nadi

132 kali per menit dengan pernapasan 26 kali per menit dan suhu aksila 37,3 oC.

pemeriksaan khusus didapatkan, kulit berwarna sawo matang, turgor kulit baik,

tidak ditemukan adanya petichiae, ikterik tidak ada. Bentuk kepala normosefal,

ubun-ubun besar datar. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, dan kelopak

mata tidak cekung. Kelenjar getah bening leher tidak membesar. Pemeriksaan

paru-paru, inspeksi tampak bentuk normal, simetris dalam keadaan statis dan

dinamis. Palpasi tidak ditemukan krepitasi, tidak teraba massa. Perkusi didapatkan

sonor pada kedua lapang paru. Auskultasi terdengar suara napas vesikuler, ronki

tidak ada, mengi tidak ada. Pemeriksaan jantung pada inspeksi tidak tampak

13

Page 14: LAPORAN KASUS Diare.docx

pulsasi iktus kordis, pada palpasi teraba pulsasi iktus kordis. Perkusi terdengar

suara redup. Auskultasi bunyi jantung satu dan dua reguler, tidak terdengar suara

murmur dan gallop. Pemeriksaan abdomen inspeksi simetris datar. palpasi teraba

supel, tidak ada nyeri tekan. Perkusi terdengar suara timpani dan pada auskultasi

terdengar bising usus normal. Genitalia eksterna laki-laki, tidak ada eritema

perianal. Pada pemeriksaan ekstremitas akral teraba hangat, tidak ada deformitas,

tidak ada edema.

Diagnosis kerja diare akut et causa Suspect infeksi virus dengan dehidrasi ringan.

Pasien ini diberikan IVFD KAEN 1B 1400 cc/hari dengan jumlah tetesan 14 tetes

per menit makro, antibiotik sefotaxim 3 x 450 mg secara intravena, Metamizole

natrium 2 x 100 mg intravena, Zink 1 x 20 mg, dan L-Bio 2 x 1 bungkus.

Tanggal 4 November 2011

Pasien masih mencret 2 kali dalam satu hari, keluhan demam sudah tidak

ada. Pemeriksaan fisik didapatkan, keadaan umum pasien tampak sakit sedang

dengan kesadaran kompos mentis. Pemeriksaan tanda-tanda vital ditemukan, nadi

128 kali per menit dengan pernapasan 27 kali per menit dan suhu aksila 37oC.

pemeriksaan khusus didapatkan, kulit berwarna sawo matang, turgor kulit baik,

tidak ditemukan adanya petichiae, ikterik tidak ada. Bentuk kepala normosefal,

ubun-ubun besar datar. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, dan kelopak

mata tidak cekung. Kelenjar getah bening leher tidak membesar. Pemeriksaan

paru-paru, inspeksi tampak bentuk normal, simetris dalam keadaan statis dan

dinamis. Palpasi tidak ditemukan krepitasi, tidak teraba massa. Perkusi didapatkan

14

Page 15: LAPORAN KASUS Diare.docx

sonor pada kedua lapang paru. Auskultasi terdengar suara napas vesikuler, ronki

tidak ada, mengi tidak ada. Pemeriksaan jantung pada inspeksi tidak tampak

pulsasi iktus kordis, pada palpasi teraba pulsasi iktus kordis. Perkusi terdengar

suara redup. Auskultasi bunyi jantung satu dan dua reguler, tidak terdengar suara

murmur dan gallop. Pemeriksaan abdomen inspeksi simetris datar. palpasi teraba

supel, tidak ada nyeri tekan. Perkusi terdengar suara timpani dan pada auskultasi

terdengar bising usus normal. Genitalia eksterna laki-laki, tidak ada eritema

perianal. Pada pemeriksaan ekstremitas akral teraba hangat, tidak ada deformitas,

tidak ada edema.

Diagnosis kerja diare akut et causa Suspect infeksi virus dengan dehidrasi ringan.

Pasien ini diberikan IVFD KAEN 1B 1400 cc/hari dengan jumlah tetesan 14 tetes

per menit makro, antibiotik sefotaxim 3 x 450 mg secara intravena, Metamizole

natrium 2 x 100 mg intravena, Zink 1 x 20 mg, dan L-Bio 2 x 1 bungkus.

15

Page 16: LAPORAN KASUS Diare.docx

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1, 6

Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama

pada bayi dan anak di indonesia. Dari daftar urutan penyebab kunjungan

Puskesmas / Balai pengobatan, diare hampir selalu termasuk dalam 3 penyebab

utama bagi masyarakat berkunjung ke Puskesmas. Angka kesakitannya cukup

tinggi setiap tahunnya. Prevalensi yang cukup tinggi dari penyakit yang dapat

menular secara fekal - oral ini merupakan kombinasi dari sumber air yang

tercemar, tidak adanya sarana MCK, higene perorangan dan lingkungan yang

buruk, kekurangan protein dan kalori yang menyebabkan turunnya daya tahan

tubuh. Bila tidak ditangani dengan baik, diare memungkinkan penderita

mengalami dehidrasi ringan sampai berat, akibat hilangnya cairan tubuh dan

terganggunya keseimbangan elektrolit dalam tubuh.

II. DEFINISI 1, 4, 6, 7, 9

16

Page 17: LAPORAN KASUS Diare.docx

Diare adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang

encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Pada neonatus disebut diare

bila frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali. Sedangkan pada bayi berumur

lebih dari 1 bulan dan anak disebut menderita diare bila frekuensinya lebih dari 3

kali. Penyakit diare bisa sembuh sendiri (self limiting disease) dan hanya 10%

yang berlanjut sampai 14 hari.

Berdasarkan patofisiologinya, diare dibagi menjadi diare akut dan diare

kronis. Diare akut didefinisikan secara konsepsional sebagai suatu keadaan

serangan diare tiba-tiba yang segera berangsur-angsur menyembuh pada seseorang

yang sebelumnya sehat dari beberapa jam sampai 14 hari. Sedangkan Diare kronis

adalah merupakan suatu keadaan bertambahnya kekerapan dan keenceran tinja

yang dapat berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan baik secara terus

menerus atau berulang, dapat berupa gejala fungsional atau akibat suatu penyakit

berat.

III. EPIDEMIOLOGI 1, 5, 6

Diare akut masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan

mortalitas anak-anak di berbagai negara yang sedang berkembang, setiap tahun

diperkirakan lebih dari satu milyar kasus diare didunia dengan 3,3 juta kasus

kematian sebagai akibatnya. Di negara-negara berkembang diare masih

merupakan penyebab penting kematian pada anak-anak. Kombinasi paparan

lingkungan yang patogenik, diet yang tidak memadai, malnutrisi menunjang

timbulnya kesakitan dan kematian karena diare. Misnadiarly menyebutkan bahwa

17

Page 18: LAPORAN KASUS Diare.docx

diare masih saja menjadi masalah kesehatan di Indonesia, dapat terjadi pada anak-

anak, dewasa turis atau wisatawan asing maupun domestik. Diare pada turis dan

anak sekolah tentunya sangat erat kaitannya dengan pencemaran air dan makanan

di restoran, kantin, maupun makanan yang dijajakan dijalanan. Sampai dengan

tahun 1985 penyakit diare masih menempati urutan pertama dari kematian di

Indonesia terutama pada golongan bayi dan balita bahkan mencapai sekitar 350

ribu anak per tahun.

Pada tahun 1992 diare tidak lagi menempati urutan pertama dari penyebab

kematian di Indonesia. Hal ini mungkin disebabkan karena perbaikan kesehatan

lingkungan serta perorangan dan mungkin pula karena meningkatnya penggunaan

oralit dalam penanganan diare akut oleh masyarakat. Penyakit diare, baik di rumah

sakit maupun di masyarakat pada saat ini sudah dianggap tidak merupakan

masalah lagi. Anggapan di perkuat dengan kenyataan bahwa penderita diare yang

dirawat di rumah sakit dari tahun ke tahun selalu menurun terus demikian pula

halnya di masyarakat mortalitas diare yang pada awal tahun 1970-an masih

sebesar 40-50% pada tahun 1992 menurun menjadi 8%, sedangkan morbiditas

diare dimasyarakat yang pada tahun 1970-an sebesar 430 per 1000 penduduk,

pada tahun 1992 menurun menjadi 195 per 1000 penduduk.

Data Departemen Kesehatan RI, menyebutkan bahwa angka kesakitan

diare di Indonesia saat ini adalah 230-330 per 1000 penduduk untuk semua

golongan umur dan 1,6 – 2,2 episode diare setiap tahunnya untuk golongan umur

balita. Angka kematian diare golongan umur balita adalah sekitar 4 per 1000

balita. Di laboratorium ilmu kesehatan anak RSUD Dr.Soetomo pada tahun 1996

18

Page 19: LAPORAN KASUS Diare.docx

didapatkan 871 penderita diare yang dirawat dengan dehidrasi ringan 5%,

dehidrasi sedang 7,1% dan dehidrasi berat 23%. Tahun 2000 terdapat 1160

penderita diare yang dirawat dengan 227 (19,56%) dehidrasi ringan, 668 (57,59%)

dehidrasi sedang, 116 (10%), dehidrasi berat 35 (3,01%) penderita yang

meninggal karena dehidrasi. Diare ISPA dan penyakit-penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi merupakan tiga penyebab utama kematian pada

golongan umur balita. Penyakit ini ditularkan secara fekal-oral melalui makanan

dan minuman yang tercemar, sumber air yang tercemar, kekurangan protein dan

kalori sehingga daya tahan tubuh menurun. Berbagai faktor mempengaruhi

kejadian diare diantaranya adalah faktor lingkungan, gizi, kependudukan,

pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat. Faktor lingkungan

yang dimaksud adalah kebersihan lingkungan dan perorangan seperti kebersihan

puting susu, kebersihan botol susu dan dot susu, maupun kebersihan air yang

digunakan untuk mengolah susu dan makanan. Faktor gizi misalnya adalah tidak

diberikannya makanan tambahan meskipun anak telah berusia 4-6 bulan, faktor

pendidikan yang utama adalah pengetahuan ibu tentang masalah kesehatan. Faktor

kependudukan menunjukkan bahwa insiden diare lebih tinggi pada penduduk

perkotaan yang padat dan miskin atau kumuh. Sedangkan faktor perilaku orang

tua dan masyarakat misalnya adalah kebiasaan ibu yang tidak mencuci tangan

sebelum menyiapkan makanan, setelah buang air besar atau membuang tinja anak.

Semua faktor yang tersebut di atas terkait erat dengan faktor ekonomi masing-

masing keluarga.

19

Page 20: LAPORAN KASUS Diare.docx

IV. ETIOLOGI 1, 6, 8, 10

Penyebab diare diantaranya adalah:

1. Faktor infeksi

a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan

penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi :

i. Infeksi bakteri: Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella,

Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.

ii. Infeksi virus: Entero virus (Virus ECHO, Coxsackie,

Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.

iii. Infestasi parasit: Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris,

Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolycia, Giardia lamblia,

Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans).

b. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat

pencernaan, seperti otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis,

bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama

terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.

2. Faktor malabsorbsi

a. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan

sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).

Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi

laktosa.

b. Malabsorbsi lemak

c. Malabsorbsi protein

20

Page 21: LAPORAN KASUS Diare.docx

3. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan

4. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang, dapat menimbulkan

diare terutama pada anak yang lebih besar.

V. PATOGENESIS 1, 8, 9

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :

1. Diare Osmotik

Terjadi akibat peningkatan tekanan onkotik intraluminal yang

diakibatkan oleh cairan yang tidak dapat diserap, sehingga terjadi

peningkatan volume cairan dalam saluran pencernaan (usus halus);

biasanya dapat dikurangi dengan berpuasa, perbedaan tekanan osmolar

tinja > 40. Disebabkan oleh : defisiensi disakaridase, insufisiensi pankreas,

pertumbuhan koloni bakteri yang meningkat pesat, intake laktulosa atau

sorbitol dan tropical sprue.

2. Diare Sekretorik

Sekresi ion yang aktif menyebabkan hilangnya cairan obligat; diare

yang terjadi biasanya memiliki ciri-ciri BAB yang cair, tidak terpengaruh

dengan berpuasa, adanya peningkatan Na+ dan K+ dalam tinja.

Disebabkan oleh infeksi virus (rotavirus), infeksi bakteri (kolera,

Entamoeba coli enterotoksigenik, Escherichia coli, Staphilococcus

aureus), protozoa (Giardia, Isospora, Cryptosporidium (kelainan yang

21

Page 22: LAPORAN KASUS Diare.docx

berhubungan dengan AIDS (termasuk mikobakteri), obat-obatan (teofilin,

kolkisin, prostaglandin, diurektik).

3. Diare Eksudatif

Inflamasi, nekrosis dan kerusakan mukosa dari koloni saluran

pencernaan adalah akibat dari pelepasan prostoglandia oleh sel-sel

inflamasi menyebabkan diare yang bersifat sekretorik. Tinja mengandung

sel PMN (Poli Morfonuklear) dan darah dalam jumlah yang banyak (Gross

Blood). Penyebab mekanisme ini yaitu : infeksi bakteri (Campilobakter,

Salmonella, Shigella, Yersinia, E. coli) : parasit (Entamoeba histolytica),

penyakit crohn, iskemik intestinal.

4. Diare akibat Gangguan Motilitas Intestinal

Gangguan dari kontrol dan koordinasi intestinal untuk melakukan

motilitas menyebabkan diare; dengan ciri-ciri BAB pada kasus diare ini

memiliki rentang waktu yang teratur, atau disertai dengan konstipasi.

Penyebabnya berupa penyakit Diabetes Melitus (DM), insufisiensi adrenal,

hipertiroid, penyakit vaskular kolagen, antibiotik (eritromisin).

5. Diare akibat Berkurangnya Permukaan Absorpsi

Terjadi biasanya akibat tindakan manipulasi bedah (reseksi usus yang

luas) sehingga menyebabkan kurangnya permukaan absorpsi untuk lemak

dan karbohidrat, cairan dan elektrolit; dapat pula terjadi spontan karena

fistula enteroenterik.

Patogenesis diare akut

22

Page 23: LAPORAN KASUS Diare.docx

1. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah

berhasil melewati rintangan asam lambung

2. Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus

3. Oleh jasad renik, dikeluarkan toksin diaregenik

4. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan

menimbulkan diare

VI. PATOFISIOLOGI 1, 8

Akibat dari terjadinya diare akut maupun kronik adalah :

1. Kehilangan cairan ( Dehidrasi )

Gejala dehidrasi akan terlihat jika tubuh kehilangan cairan sebanyak 4-

5% berat badan. Tanda-tanda dehidrasi yaitu: rasa haus, menurunnya turgor

kulit, mata cekung, pada bayi ubun-ubun besar (UUB) cekung, oliguria

kemudian anuria, hipotensi, takikardi dan menurunnya kesadaran. Bila

kekurangan cairan mencapai 10% atau lebih, penderita akan jatuh ke dalam

dehidrasi berat dan bila berlanjut dapat terjadi syok dan kematian.

2. Gangguan keseimbangan asam - basa (asidosis metabolik)

Asidosis metabolik terjadi karena :

a. Hilangnya Natrium bikarbonat bersama tinja

b. Terjadi penimbunan asam laktat karena anoksia jaringan

c. Adanya ketosis kelaparan. Karena metabolisme lemak tidak sempurna

sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh

23

Page 24: LAPORAN KASUS Diare.docx

d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat

dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oligouria/anuria)

e. Pemindahan ion Natrium dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan

intraseluler

3. Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi karena penyimpanan glikogen dalam hati

terganggu dan adanya gangguan absorbsi glukosa (jarang terjadi). Gejala

hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah turun hingga 40 mg% pada

anak-anak. Gejalanya dapat berupa: lemas, apatis, peka rangsang, tremor,

berkeringat, pucat, syok, kejang, sampai koma. Hipoglikemia perlu dipikirkan

apabila terjadi kejang secara tiba-tiba tanpa adanya demam atau penyakit

penyerta yang lain.

4. Gangguan Gizi

Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan dengan akibat

terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat.

5. Gangguan Sirkulasi

Renjatan hipovolemik akibat gangguan sirkulasi darah, dapat terjadi

akibat diare dengan/ tanpa muntah. Renjatan ini akan mengakibatkan perfusi

jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, perdarahan

dalam otak, kesadaran menurun (soporokoma) dan ini akan berakibat pada

kematian jika penderita tidak segera ditolong.

VII. MANIFESTASI KLINIS 1, 4, 6, 7, 8

24

Page 25: LAPORAN KASUS Diare.docx

Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya

meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja

cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah

menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah

sekitarnya lecet krena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam

sebagai akibat makin banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak

dapat diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau

sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat

gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila penderita telah kehilangan

banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat badan

turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput

lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan

yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat, sedangkan

berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik

dan hipertonik. Jumlah dan konsistensi feses berkaitan dengan prognosis episode

diare. Frekuensi buang air besar yang lebih dari delapan kali per hari merupakan

faktor risiko terjadinya dehidrasi. Muntah pada penderita diare bisa mendahului

timbulnya diare sampai 48 jam, tetapi gejala muntah juga menghilang lebih cepat

12-48 jam setelah diare timbul. Muntah-muntah yang hebat dan berulang-ulang

akan menyebabkan hilangnya H dan Cl yang manifestasi sebagai alkalosis

metabolik yang dapat menyebabkan Cardiac arrest. Frekuensi muntah lebih dari

dua kali per hari merupakan faktor risiko terjadinya dehidrasi.

Patofisiologi Yang Mendasari Manifestasi Klinik Dehidrasi

25

Page 26: LAPORAN KASUS Diare.docx

Dehidrasi disebabkan :

1. Intake kurang

a. Minuman kurang

b. Anoreksia

c. Hipodipsi karena fungsi hipotalamus terganggu

2. Pengeluaran meningkat

a. Keringat banyak atau insensible loss meningkat (hiperventilasi, panas

tinggi, kistik fibrosis) Osmotik diuresis renal loss, diabetes

b. Non osmotik : diabetes insipidus defisiensi ADH, penyakit ginjal kronis

c. Kehilangan natrium : Na losing nephropathy, pemakaian diuretika

d. Kehilangan melalui saluran pencernaan : diare, ileostomi, muntah, fistula

Gejala dehidrasi :

1. Menurut kehilangan berat badan

a. Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2.%

b. Dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan berat badan 2. - 5%

c. Dehidrasi sedang, bila terjadi penurunan berat badan 5-10%

d. Dehidrasi berat, bila terjadi penurunan berat badan 10%

2. Menurut Skor Maurice King (1974)

Bagian tubuh yang diperiksa

Nilai untuk gejala yang ditemukan0 1 2

Keadaan umum Sehat Gelisah, lekas marah, apatis, mengantuk (lungkai)

Mengigau, koma/ syok

Turgor kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurangMata Normal Sedikit kurang Sangat kurangUbun-ubun Normal Sedikit kurang Sangat cekungMulut Normal Kering Kering dan

26

Page 27: LAPORAN KASUS Diare.docx

sianosisDenyut nadi < 120 x/ menit 120-140 x/menit >140 x/menit

Catatan :

a. Untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dijepit antara ibu jari

dan telunjuk selama 30-60 detik, kemudian di lepas.

1 detik : turgor agak kurang (dehidrasi ringan)

1-2 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang)

2 detik : turgor sangat kurang (dehidrasi berat)

b. Berdasarkan skor yang terdapat pada seorang penderita dapat

ditentukan derajat dehidrasinya :

Jika mendapat nilai 0-2 : dehidrasi ringan

Jika mendapati nilai 3-6 : dehidrasi sedang

Jika mendapat nilai 7-12 : dehdirasi berat

(nilai/gejala tersebut adalah gejala/nilai yang terlihat pada dehidrasi

istotonik dan hipotonik dan keadaan dehidrasi yang paling banyak

terdapat, masing-masing 77,8% dan 9,5%).

c. Pada anak-anak dengan ubun-ubun besar sudah menutup, nilai untuk

ubun-ubun besar diganti dengan banyaknya/frekuensi kencing.

3. Menurut WHO

Klasifikasi Tanda-tanda atau gejala

Dehidrasi Berat Terdapat dua atau lebih dari tanda di bawah ini: Letargis/ tidak sadar Mata cekung Tidak bisa minum atau malas minum Cubitan kulit perut kembali sangat lambat

Dehidrasi ringan/sedang

Terdapat dua atau lebih tanda di bawah ini: Rewel, gelisah Mata cekung Minum dengan lahap, haus

27

Page 28: LAPORAN KASUS Diare.docx

Cubitan kulit kembali lambatTanpa dehidrasi Tidak terdapat cukup tanda untuk diklasifikasikan sebagai dehidrasi

ringan atau berat

4. Menurut tonisitas darah/banyak sedikitnya natrium yang hilang, dehidrasi

dapat dibagi atas :

a. Dehidrasi isotonik

Bila kadar Na dalam plasma antara 131-150 mEq/L

b. Dehidrasi hipotonik

Bila kadar Na plasma < 131 mEq/L

c. Dehidrasi hipertonik

Bila kadar Na plasma > 150 mEq/L

Klinis Dehidrasi

Kehilangan cairan tubuh (air) (volume deficit)

1. Kehilangan turgor kulit

2. Denyut nadi lemah/tiada

3. Tekanan darah rendah

4. Takikardia

5. Mata cekung

6. Ubun-ubun besar cekung

7. Suara parau

8. Kulit dingin

9. Sianosis (jari-jari)

10. Bibir, mulut, selaput lendir kering

11. Oliguri, anuria-uraemia

28

Page 29: LAPORAN KASUS Diare.docx

12. Haus

13. Air mata (-)

14. Kesadaran menurun

Kehilangan elektrolit-elektrolit tubuh (electrolytes and other deficits)

1. Defisiensi bikarbonat/asidosis

a. Muntah-muntah

b. Pernafasan cepat dan dalam

c. Cardiac reserve menurun

d. Defisiensi kalium intrasel

2. Defisiensi Kalium

a. Kelemahan otot-otot

b. Ileus paralitik (distensi abdomen)

c. Cardiac arrhytmia-cardiac arrest

3. Hipoglikemia (sering terjadi pada anak-anak malnourished dan bayi-bayi

kecil) Simtomatik, gejala klinis dan sifat tinja penderita diare akut karena

infeksi usus.

VIII. KOMPLIKASI 1, 2

Kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat mengakibatkan beberapa

komplikasi diantaranya :

1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik)

2. Renjatan hipovolemik

29

Page 30: LAPORAN KASUS Diare.docx

3. Hipokalemia, dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,

bradikardia, perubahan pada ECG

4. Hipoglikemia

5. Intoleransi Laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim Laktase

karena kekurangan vili mukosa usus halus kejang, terutama pada dehidrasi

hipertonik Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah,

penderita juga mengalami kelaparan

IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1, 4, 8

Pemeriksaan laboratorium penting dalam menegakkan diagnosis (kausal) yang

tepat sehingga pengobatan yang tepat dapat diberikan. Pemeriksaan yang perlu

dilakukan adalah:

1. Pemeriksaan tinja

a. Makroskopis dan mikroskopis

b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet

clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula

c. Biakan kuman dan uji resistensi (bila perlu)

d. Analisa telur, parasit dan Antigen Giardia

2. Pemeriksaan darah

a. Darah lengkap

30

Page 31: LAPORAN KASUS Diare.docx

b. pH, cadangan akali dan elektrolit untuk menentukan keseimbangan

asam basa (lebih tepat dengan ASTRUP)

c. Kadar uerum-kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal

3. Duodenal intubation

Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif (terutama

pada diare kronik)

4. Lain-lain

a. Rotavirus stool enzyme immunoassay test

Pada sebagian besar kasus tanpa dehidrasi atau dengan dehidrasi ringan

tidak diperlukan pemeriksaan penunjang. Pada dehidrasi berat perlu

dilakukan pemeriksaan elektrolit serum, nitrogen urea, kadar gula

darah sewaktu dan AGD. Pemeriksaan virologik dan mikrobiologik

perlu dilakukan hanya bila hasilnya dapat digunakan untuk mengganti

tatalaksana.

Diagnosis Intoleransi Glukosa

1. Pemeriksaan reducing substance

Clinitest yang digunakan untuk pemeriksaan urin dapat dipakai juga untuk

pemeriksaan adanya gula dalam tinja. Spesimen tinja yang berair harus

secepatnya diperiksa. Dalam 24 gelas tabung Ames diteteskan 10 tetes air,

kemudian 5 tetes cairan tinja. Tambahakan 1 tablet clinitest. Baca sesudah 60

detik dan cocokan dengan warna standar. Biru berarti gula negatif, kuning tua

berarti positif sekali (++++ atau 2%). Antara biru dan kuning terdapat variasi

31

Page 32: LAPORAN KASUS Diare.docx

warna hijau kekuning-kuningan yang menunjukkan + (1/2 %), ++ (3/4 %), ++

+ (1%). Lebih dari . % berarti abnormal.

2. Pemeriksaan pH tinja

3. Bila terdapat intoleransi gula, pH cairan tinja hampir selalu <6 dan biasanya di

bawah 5,5. Sebagai pemeriksaan penyaring, dilakukan pemeriksaan pH dalam

kombinasi dengan clinitest.

X. PENATALAKSANAAN 2, 3, 4, 5

Dalam garis besarnya pengobatan diare dapat dibagi dalam :

1. Pengobatan kausal

2. Pengobatan simtomatik

3. Pengobatan cairan

4. Pengobatan dietetik

1. Pengobatan kausal

Pengobatan yang tepat terhadap kausa diare diberikan setelah kita mengetahui

penyebabnya yang pasti. Jika kausa diare ini penyakit parenteral, diberikan

antibiotik sistemik. Jika tidak terdapat infeksi parenteral, sebenarnya dapat

ditemukan bakteri pathogen. Karena pemeriksaan untuk menemukan bakteri ini

kadang-kadang sulit atau hasil pemeriksaan datang terlambat, antibiotika dapat

diberikan dengan memperhatikan umur penderita, perjalanan penyakit, sifat tinja

dan sebagainya. Pada penderita diare antibiotika hanya boleh diberikan kalau:

a. Ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik dan/atau biakan

32

Page 33: LAPORAN KASUS Diare.docx

b. Pada pemeriksaan makroskopik dan/atau mikroskopik ditemukan darah pada

tinja

c. Secara klinis terdapat tanda-tanda yang menyokong infeksi enteral

d. Di daerah endemik kolera (diberi tetrasiklin)

e. Pada neonatus jika diduga terjadi infeksi nosokomial

2. Pengobatan Simptomatik

a. Obat-obat anti diare: Obat-obat yang berkhasiat menghentikan diare secara

cepat seperti antispasmodic/spasmolitik atau opium (papaverin, ekstraktum

Belladona, loperamid, kodein, dan sebagainya) justru akan memperburuk

keadaan karena akan menyebabkan terkumpulnya cairan di lumen usus dan

akan menyebabkan terjadinya perlipatgandaan (overgrowth) baktri,

gangguan digesti dan absorpsi. Obat-obat ini hanya berkhasiat untuk

menghentikan peristaltik saja, tetapi justru akibatnya sangat berbahaya

karena baik si pemberi obat maupun penderita akan terkelabui. Diarenya

terlihat tidak ada lagi tetapi perut akan bertambah kembung dan dehidrasi

bertambah berat yang akhirnya dapat berakibat fatal untuk penderita.

b. Adsorbents : Obat-obat adsorbents seperti kaolin, pektin, charcoal (norit,

tabonal), bismuth subbikarbonat dan sebagainya, telah dibuktikan tidak ada

manfaatnya.

c. Stimulan : obat-obat stimulans seperti adrenalin, nikotinamide dan

sebagainya tidak akan memperbaiki renjatan atau dehidrasi karena penyebab

dehidrasi ini adalah karena kehilangan cairan (hipovolemik syok) sehingga

pengobatan yang paling tepat adalah pemberian cairan secepatnya.

33

Page 34: LAPORAN KASUS Diare.docx

d. Antilemetik : Obat antilemetik seperti chlorpromazine (largectil) terbukti

selain mencegah muntah juga dapat mengurangi sekresi dan kehilangan

cairan bersama tinja. Pemberian dalam dosis adekuat (sampai dengan 1

mg/kgBB/hari) kiranya cukup bermanfaat.

e. Antipiretik : Obat antipiretik seperti preparat salisilat (asetosal, aspirin)

dalam dosis rendah (25 mg/tahun/kali) ternyata selain berguna untuk

menurunkan panas yang terjadi sebagai akibat dehidrasi atau panas karena

infeksi penyerta, juga mengurangi sekresi cairan yang keluar bersama tinja.

3. Pengobatan cairan

Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat

etiologinya. Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan

elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi) kemudian mengganti cairan yang hilang

sampai diarenya berhenti (terapi rumatan). Untuk menentukan jumlah cairan

yang perlu diberikan kepada penderita diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai

berikut :

a. Jumlah cairan :

Jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan :

1. Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/atau muntah

(Previous water losses =PWL) ditambah dengan

2. Banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin dan pernapasan

(Normal water losses = NWL) ditambah dengan

3. Banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih

terus berlangsung (Concomitant water losses = CWL)

34

Page 35: LAPORAN KASUS Diare.docx

Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat badan masing-masing

anak atau golongan umur.

BAB IV

PEMBAHASAN

1. Klinis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis diperoleh informasi, yaitu:

a. Keluhan utama berupa mencret/ diare dengan frekuensi lebih dari 7 kali

dalam satu hari dan buang air besar dengan konsistensi cair, dengan

berdasarkan pengertian dari WHO bahwa diare akut merupakan buang air

besar cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali per hari, atau lebih.

35

Page 36: LAPORAN KASUS Diare.docx

b. Pada anamnesis ditemukan tanda-tanda dehidrasi ringan sedang, yaitu

pasien merasa haus dan selalu menetek pada ibu, pasien selalu menangis,

dan buang air kecil yang sedikit. Berdasarkan kriteria WHO tanda-tanda

tersebut memenuhi.

Pada pemeriksaan fisik diperoleh informasi, yaitu:

a. Turgor kulit cukup baik, kelopak mata tidak cekung, bibir tampak

kering, dan capillary refill time < 2 detik. Berdasarkan kriteria WHO

tanda-tanda di atas memenuhi. Menurut skor maurice king pada

pasien ini diperoleh skor 3 yang mendukung kearah dehidrasi ringan

sedang.

b. Dari data laboratorium feses rutin didapatkan konsistensi feses yang

cair. Terjadi leukositosis yang menandakan adanya suatu infeksi akut,

dimana penyebab diare terbanyak pada anak adalah infeksi usus.

2. Epidemiologi

Pasien adalah anak berumur 1 tahun 3 bulan merupakan usia yang rentan

untuk terjadi diare akut. Menurut data Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, menyebutkan bahwa angka kesakitan diare di Indonesia saat ini

adalah 230-330 per 1000 penduduk untuk semua golongan umur dan 1,6 – 2,2

episode diare setiap tahunnya untuk golongan umur balita. Angka kematian diare

golongan umur balita adalah sekitar 4 per 1000 balita. Di laboratorium ilmu

kesehatan anak RSUD Dr. Soetomo pada tahun 1996 didapatkan 871 penderita

diare yang dirawat dengan dehidrasi ringan 5%, dehidrasi sedang 7,1% dan

dehidrasi berat 23%. Tahun 2000 terdapat 1160 penderita diare yang dirawat

36

Page 37: LAPORAN KASUS Diare.docx

dengan 227 (19,56%) dehidrasi ringan, 668 (57,59%) dehidrasi sedang, 116

(10%), dehidrasi berat 35 (3,01%) penderita yang meninggal karena dehidrasi.

Dari data tersebut menunjukkan ada kesesuaian antara usia pasien dengan usia

kejadian diare pada balita dan anak di Indonesia.

3. Etiologi

Pada kasus ini penegakan diagnosis kerja berdasarkan teori yang

mengatakan pada usia balita dan anak-anak terutama usia di bawah 2 tahun

faktor infeksi terutama infeksi oleh virus merupakan penyebab tersering dari

kejadian diare akut baik secara enteral maupun parenteral. Malabsorbsi dapat

merupakan faktor lain yang menyebabkan diare akut namun kejadian diare pda

malabsorpsi terjadi pada awal-awal kehidupan bayi dan selalu ditandai kondisi

atopi di keluarga.

4. Derajat

Kejadian diare akut dapat diikuti oleh kondisi dehidrasi. Pada kasus ini

diagnosis kerja adalah diare akut dengan dehidrasi ringan sedang. Dasar

penegakan diagnosis kerja ini merujuk pada skor Maurice King maupun kriteria

WHO yang pada akhirnya dari kriteria yang ada menunjukkan ke arah dehidrasi

ringan sedang.

5. Terapi

Pada kasus diare akut dengan dehidrasi ringan sedang yang kemungkinan

disebabkan oleh virus tetap diberikan terapi antibiotik dalam hali ini dipilih

Cefotaxime dengan dosis 3 x 450 mg secara intavena. Pada kasus diare akut yang

37

Page 38: LAPORAN KASUS Diare.docx

disebabkan oleh infeksi virus, penggunaan antibiotik tidak memiliki arti penting

bahkan hal ini dapat menyebabkan resistensi terhadap antibiotik dan pada

umumnya diare akibat infeksi virus dapat sembuh dengan sendiri. Jadi

seharusnya tidak diberikan antibiotik selain tujuan yang tidak tepat juga perlu

dipikirkan dari segi biaya antibiotik bukan termasuk obat murah.

6. Komplikasi

Pada kasus ini pencegahan atau penangan komplikasi seperti

hipoglikemia, hiponatremia, dan hipokalemia diatasi dengan pemberian infus

cairan KAEN 3B dengan tujuan agar anak tidak jatuh dalam kondisi gangguan

elektrolit meskipun pemeriksaan elektrolit belum dilakukan. Hal ini dilakukan

untuk mencegah kehilangan elektrolit dari diare dan muntah yang terjadi.

7. Prognosis

Angka kesakitan dan kematian pada diare akut dengan dehidrasi ringan

sedang dapat dikatakan tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan diare akut

dengan dehidrasi berat. Angka kekambuhan bergantung pada tingkat higiene

pasien dimana peran orang tua dalam mengawasi pola makan dan kebersihan

makanan anak sangat berpengaruh. Pada kasus ini prognosis secara vitam dan

fungsionam adalah bonam.

38

Page 39: LAPORAN KASUS Diare.docx

BAB V

KESIMPULAN

Diare adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer

dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Pada neonatus disebut diare bila frekuensi

buang air besar lebih dari 4 kali. Sedangkan pada bayi berumur lebih dari 1 bulan dan

anak disebut menderita diare bila frekuensinya lebih dari 3 kali. Penyakit diare bisa

sembuh sendiri (self limiting disease) dan hanya 10% yang berlanjut sampai 14 hari.

Penyebab diare diantaranya adalah Infeksi enteral maupun parenteral

yangdiakibatkan oleh bakteri maupun virus. Pada kebanyakan kasus diare akut pada

39

Page 40: LAPORAN KASUS Diare.docx

anak-anak penyebab utama adalah infeksi virus yang bersifat self limiting disease.

Selain infeksi, penyebab terjadinya diare akut pada anak adalah intoleransi laktosa

dimana enzim laktase tidak diproduksi.

Pada kasus ini penyebab utama terjadinya diare adalah infeksi virus yang

ditandai dengan peningkatan limfosit pada pemeriksaan darah rutin, tidak ditemukannya

bakteri pada pemeriksaan feses rutin dan tidak adanya ditemukan darah dan lendir yang

merupakan petanda adanya infeksi bakteri. Oleh karena penyebab diare akut pada pasien

ini adalah virus maka pemberian antibiotik pada kasus ini tidak tepat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Berhman RE, Kliegman, Jenson. Gastroenteritis dalam Nelson Text book of

Pediatrics 17th Edition. W.B Saunders Company, Philadelphia. 2004.

2. Behrman, Kliegman, Jenson. Fluid and Electrolyte Treatment of Spesifik Disorders

dalam Nelson Text Book of Pediatrics; 17th edition. W.B Saunders Company,

Philadelphia. 2004.

3. Grabber MA. Terapi Cairan, Elekrolit, Dan Metabolik. Farmedia, Jakarta. 2003.

40

Page 41: LAPORAN KASUS Diare.docx

4. Garna H, Nataprawira HMD. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan

Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran,

Bandung. 2005.

5. Hardiono P, Hadinegoro SR, Fimanda D, dkk. Standar Pelayanan Medis Kesehatan

Anak. IDAI. Edisi: 1. Jakarta: 2004.

6. Markum A.H, Ismael S, Alatas H, dkk Buku Ajar ilmu Kesehatan Anak Jilid 1.

Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Jakarta 2002.

7. Matondang C. Diagnosis Fisik pada Anak. CV Sagung Seto, Jakarta. 2003.

8. Silbernagl S, Lang F. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta. 2007.

9. Staf Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM. Panduan Pelayanan Medis. Jakarta.

2005.

10. Satuan Tugas Imunisasi PP IDAI. Panduan Imunisasi Anak. Badan Penerbit IDAI,

Jakarta. 2011.

41