cover

32
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA PERCOBAAN IV EMULSIFIKASI Disusun Oleh: KELOMPOK 4 Anggota : Ai Evi Hatimah Herdiyan Yogi S Nova Mardiana Siti Nuraeni STIKes BAKTI TUNAS HUSADA

Upload: herdiyan-yogi-sugara

Post on 10-Jul-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

g

TRANSCRIPT

Page 1: cover

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

PERCOBAAN IV

EMULSIFIKASI

Disusun Oleh:

KELOMPOK 4

Anggota :

Ai Evi

Hatimah

Herdiyan Yogi S

Nova Mardiana

Siti Nuraeni

STIKes BAKTI TUNAS HUSADA

TASIKMALAYA

2015

Page 2: cover

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Emulsi, Emulsiones, adalah sistem dispersi kasar dari dua atau lebih cairan

yang tidak larut satu sama lain. Penandaan emulsi diantaranya dari bahasa latin

(Emulgere = memerah) dan berpedoman pada susu sebagai jenis suatu emulsi

alam.

Sistem emulsi dijumpai banyak penggunaannnya dalam farmasi.

Dibedakan antara emulsi cairan , yang ditentukan untuk kebutuhan dalam (emulsi

minyak ikn, emulsi parafin)dan emulsi untuk penggunaan luar. Yang terakhir

dinyatakan sebagai linimenta (latin linire = menggosok). Dia adalah emulsi kental

(dalam peraturannya dari jenis M/A), juga sediaan obat seperti salap dan

suppositoria dapat menggambarkan emulsi dalam pengertian fisika.

Ahli fisika kimia menentukan emulsi sebagai suatu campuran yang tidak

stabil secara termodinamis, dari dua cairan yang pada dasarnya tidak saling

bercampur

Pada percobaan ini kita akan mempelajari cara pembuatan emulsi dengan

menggunakan emulgator dari golongan surfaktan yaitu Tween 80 dan Span 80.

Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor yang

penting untuk diperlihatkan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak

dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan.

Page 3: cover

Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air.

Berdasarkan fasa terdispersinya dikenal dua jenis emulsi, yaitu :

a. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fasa minyak, terdispersi di dalam fasa air

b. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fasa air terdispersi di dalam fasa minyak.

Emulsi sangat bermanfaat dalam bidang farmasi karena memiliki beberapa

keuntungan, satu diantaranya yaitu dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak

dari minyak. Selain itu, dapat digunakan sebagai obat luar misalnya untuk kulit

atau bahan kosmetik maupun untuk penggunaan oral.

I.2.1 Maksud percobaan

Mengetahui dan memahami hal-hal yang berperan dalam pembuatan dan

kestabilan dari suatu emulsi.

I.2.2 Tujuan Percobaan

1. Menghitung jumlah emulgator golongan surfaktan yang digunakan dalam

pembuatan emulsi

2. Membuat emulsi menggunakan emulgator golongan surfaktan.

3. Mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi.

4. Menentukan HLB butuh minyak yang digunakan dalam pembuatan emulsi.

I.3 Prinsip Percobaan

Penentuan emulsi dengan menggunakan emulgator dengan variasi HLB

butuh dan penentuan kestabilan suatu emulsi dengan nilai HLB butuh yang

bervariasi yang didasarkan pada penampakan fisik dari emulsi tersebut, misalnya

perubahan volume, perubahan warna dan pemisahan fase terdispersi dan

pendispersi dalam jangka waktu tertentu pada kondisi yang dipaksakan.

Page 4: cover

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

Emulsi adalah suatu sistem yang secara termodinamika tidak stabil, terdiri

dari paling sedikit dua fasa sebagai globul-globul dalam fasa cair lainnya. Sistem

ini biasanya distabilkan dengan emuulgator. (1)

Emulsi yang digunakan dalam bidang farmasi adalah sediaan yang

mengandung dua cairan immiscible yang satu terdispersi secara seragam sebagai

tetesan dalam cairan lainnya. Sediaan emulsi merupakan golongan penting dalam

sediaan farmasetik karena memberikan pengaturan yang dapat diterima dan

bentuk yang cocok untuk beberapa bahan berminyak yang tidak diinginkan oleh

pasien (2).

Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air.

Berdasarkan fasa terdispersinya dikenal dua jenis emulsi, yaitu : (5)

1. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fasa minyak terdispersi di dalam

fasa air.

2. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fasa air terdispersi di dalam fasa

minyak (5).

Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor

yang penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak

dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Salah satu emulgator yang aktif

permukaan atau lebih dikenal dengan surfaktan. Mekanisme kerjanya adalah

Page 5: cover

menurunkan tegangan antarmuka permukaan air dan minyak serta membentuk

lapisan film pada permukaan globul-globul fasa terdispersinya (5).

Mekanisme kerja emulgator surfaktan, yaitu :

1. membentuk lapisan monomolekuler ; surfaktan yang dapat menstabilkan

emulsi bekerja dengan membentuk sebuah lapisan tunggal yang diabsorbsi

molekul atau ion pada permukaan antara minyak/air. Menurut hukum Gibbs

kehadiran kelebihan pertemuan penting mengurangi tegangan permukaan. Ini

menghasilkan emulsi yang lebih stabil karena pengurangan sejumlah energi bebas

permukaan secara nyata adalah fakta bahwa tetesan dikelilingi oleh sebuah lapisan

tunggal koheren yang mencegah penggabungan tetesan yang mendekat.

2. Membentuk lapisan multimolekuler ; koloid liofolik membentuk lapisan

multimolekuler disekitar tetesan dari dispersi minyak. Sementara koloid hidrofilik

diabsorbsi pada pertemuan, mereka tidak menyebabkan penurunan tegangan

permukaan. Keefektivitasnya tergantung pada kemampuan membentuk lapisan

kuat, lapisan multimolekuler yang koheren.

3. Pembentukan kristal partikel-partikel padat ; mereka menunjukkan

pembiasan ganda yang kuat dan dapat dilihat secara mikroskopik polarisasi. Sifat-

sifat optis yang sesuai dengan kristal mengarahkan kepada penandaan ‘Kristal

Cair”. Jika lebih banyak dikenal melalui struktur spesialnya mesifase yang khas,

yang banyak dibentuk dalam ketergantungannya dari struktur kimia tensid/air,

suhu dan seni dan cara penyiapan emulsi. Daerah strukturisasi kristal cair yang

berbeda dapat karena pengaruh terhadap distribusi fase emulsi.

Page 6: cover

4. Emulsi yang digunakan dalam farmasi adalah satu sediaan yang terdiri

dari dua cairan tidak bercampur, dimana yang satu terdispersi seluruhnya sebagai

globula-globula terhadap yang lain. Walaupun umumnya kita berpikir bahwa

emulsi merupakan bahan cair, emulsi dapat dapat diguanakan untuk pemakaian

dalam dan luar serta dapat digunakan untuk sejumlah kepentingan yang berbeda

(3).

Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan emulgator yang mencegah

koslesensi, yaitu penyatuan tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal

yang memisah. Bahan pengemulsi (surfaktan) menstabilkan dengan cara

menempati daerah antar muka antar tetesan dan fase eksternal dan dengan

membuat batas fisik disekeliling partikel yang akan brekoalesensi. Surfaktan juga

mengurangi tegangan antar permukaan dari fase dan dengan membuat batas fisik

disekeliling partikel yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi

tegangan antar permukaan dari fase, hingga meninggalkan proses emulsifikasi

selama pencampuran (2).

Menurut teori umum emulsi klasik bahwa zat aktif permukaan mampu

menampilakn kedua tujuan yaitu zat-zat tersebut mengurangi tegangan permukaan

(antar permukaan) dan bertindak sebagai penghalang bergabungnya tetesan karena

zat-zat tersebut diabsorbsi pada antarmuka atau lebih tepat pada permukaan

tetesan-tetesan yang tersuspensi. Zat pengemulsi memudahkan pembentukan

emulsi dengan 3 mekanisme :

1. Mengurangi tegangan antarmuka-stabilitas termodinamis

Page 7: cover

2. Pembentukan suatu lapisan antarmuka yang halus-pembatas

mekanik untuk penggabungan.

3. Pembentukan lapisan listrik rangkap-penghalang elektrik untuk

mendekati partikel.

HLB adalah nomor yang diberikan bagi tiap-tiap surfaktan. Daftar di

bawah ini menunjukkan hubungan nilai HLB dengan bermacam-macam tipe

system:

Nilai HLB Tipe system

3 – 6 A/M emulgator

7 – 9 Zat pembasah (wetting agent)

8 – 18 M/A emulgator

13 – 15 Zat pembersih (detergent)

15 – 18 Zat penambah pelarutan (solubilizer)

Makin rendah nilai HLB suatu surfaktan maka akan makin lipofil

surfaktan tersebut, sedang makin tinggi nilai HLB surfaktan akan makin hidrofil.

Cara menentukan HLB ideal dan tipe kimi surfaktan dilakukan dengan

eksperimen yang prosedurnya sederhana, ini dilakukan jika kebutuhan HLB bagi

zat yang diemulsi tidak diketahui. Ada 3 fase:

1. Fase I

Dibuat 5 macam atau lebih emulsi suatu zat cair dengan sembarang

campuran surfaktam, dengan klas kimi yang sama, misalnya campuran

Span 20 dan Tween 20. Dari hasil emulsi dibedakan salah satu yang

terbaik diperoleh HLB kira-kira. Bila semua emulsi baik atau jelek

Page 8: cover

maka percobaan diulang dengan mengurangi atau menambah

emulgator.

2. Fase II

Membuat 5 macam emulsi lagi dengan nilai HLB di sekitar HLB yang

diperoleh dari fase I. dari kelima emulsi tersebut dipilih emulsi yang

terbaik maka diperoleh nilai HLB yang ideal.

3. Fase III

Membuat 5 macam emulsi lagi dengan nilai HLB yang ideal dengan

menggunakan bermacam-macam surfaktan atau campuran

surfaktan.dari emulsi yang paling baik, dapat diperoleh campuran

surfaktan mana yang paling baik (ideal) (6

II.2 Uraian Bahan

1. Span 80 (Handbook of Pharmaceutical Excipient Edisi 6 hal. 675,

Martindale hal. 577)

Nama resmi : Sorbitan monooleat

Nama lain : Sorbitan atau span 80

RM : C3O6H27Cl17

Pemerian : Larutan berminyak, tidak berwarna, bau

karakteristik dari asam lemak.

Kelarutan : Praktis tidak larut tetapi terdispersi

dalam air dan dapat bercampur dengan

alkohol sedikit larut dalam minyak biji kapas.

Kegunaan : Sebagai emulgator dalam fase minyak

Page 9: cover

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

HLB Butuh : 4,3

2. Tween 80 (FI edisi IV hal. 687 Handbook of Pharmaceutical Excipient

Edisi 6 hlm. 549)

Nama resmi : Polysorbatum 80

Nama lain : Polisorbat 80, tween

Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berwarna,

hampir tidak mempunyai rasa.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%)P

dalam etil asetat P dan dalam methanol P,

sukar larut dalam parafin cair P dan dalam

biji kapas P

Kegunaan : Sebagai emulgator fase air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

HLB Butuh : 15

3. Air suling

Nama resmi : Aqua destilata

Nama lain : Air suling

RM/Bm : H2O / 18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai fase airParaffin

Page 10: cover

4. Liquidum (Handbook of Pharmaceutical Excipients Edisi 6 hlm. 445, FI

IV hlm. 652)

Pemerian : Transparan, tidak berwarna, cairan kental, tidak

berfluoresensi, tidak berasa dan tidak berbau ketika dingin

dan berbau ketika dipanaskan.

Kelarutan : Praktis tidak larut etanol 95%, gliserin dan air.

Larut dalam jenis minyak lemak hangat.

Stabilitas : Dapat teroksidasi oleh panas dan cahaya.

Khasiat : Laksativ (pencahar)

Dosis : Emulsi oral : 15 – 45 ml sehari (DI 88 hlm. 1630)

HLB Butuh : 10 – 12 (M/A). 5 – 6 (A/M)

OTT : Dengan oksidator kuat.

Penyimpanan : Wadah tertutup rapat, hindari dari cahaya, kering dan

sejuk.

Page 11: cover

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan bahan yang digunakan

III.1.1 Alat yang digunakan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :

1. batang pengaduk

2. botol semprot

3. cawan porselen

4. gelas kimia 250ml g

5. elas ukur 100ml

6. mixer

7. penangas air

8. tissue roll

9. timbangan analitik.

III.1.2 Bahan yang digunakan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :

1. aquadest

2. span 80

3. tween 80

4. Paraffin liq

Page 12: cover

III.2 Proseur Kerja

a. Buat suatu seri emulsi dengan HLB butuh masing-masing 5, 6, 7, 8, 9, 10,

11, 12, 13 dan 14.

b. Hitung jumlah tween 80 dan span 80 yang dibutuhkan untuk masing-

masing harga HLB kemudian timbang tween 80 dan span 80 sesuai

dengan masing-masing harga HLB .

Page 13: cover

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

IV.1 Data Pengamatan

1. Perhitungan Jumlah Tween 80 dan Span 80

a. HLB Butuh 5

%Tween = ¿¿ x 100 % = 6,54%

= 6,54100 x 5 gram = 0,32 gram

% Span = 100% - 6,54%= 99,46%

= 99,46100 x 5 gram= 4,97 gram

b. HLB Butuh 6

%Tween = ¿¿ x 100 % = 15,8%

= 15,8100 x 5 gram = 0,79 gram

% Span = 100% - 15,8%= 84,2%

= 84,2100 x 5 gram= 4,2 gram

c. HLB Butuh 7

%Tween = ¿¿ x 100 % = 25,2%

= 25,2100 x 5 gram = 1,26 gram

% Span = 100% - 25,2 %= 74,8%

= 74,8100 x 5 gram= 3,74 gram

d. HLB Butuh 8

%Tween = ¿¿ x 100 % = 34,5%

Page 14: cover

= 34,5100 x 5 gram = 1,725 gram

% Span = 100% - 34,5%= 65,5%

= 65,5100 x 5 gram= 3,275 gram

e. HLB Butuh 9

%Tween = ¿¿ x 100 % = 44%

= 44100 x 5 gram = 2,2 gram

% Span = 100% - 44%= 56%

= 56

100 x 5 gram= 2,8 gram

f. HLB Butuh 10

%Tween = ¿¿ x 100 % = 53,2%

= 53,2100 x 5 gram = 2,66 gram

% Span = 100% - 53,2%= 46,8%

= 46,8100 x 5 gram= 2,34 gram

g. HLB Butuh 11

%Tween = ¿¿ x 100 % = 62,6%

= 62,6100 x 5 gram = 3,13 gram

% Span = 100% - 62,6%= 37,4%

= 37,4100 x 5 gram= 1,87gram

h. HLB Butuh 12

%Tween = ¿¿ x 100 % = 72%

= 72

100 x 5 gram = 3,6 gram

% Span = 100% - 72%= 28%

Page 15: cover

= 28

100 x 5 gram= 1,4 gram

i. HLB Butuh 13

%Tween = ¿¿ x 100 % = 81,3%

= 8,3100 x 5 gram = 4,065 gram

% Span = 100% - 8,3%= 18,7%

= 18,7100 x 5 gram= 0,935 gram

j. HLB Butuh 14

%Tween = ¿¿ x 100 % = 90,6%

= 90,6100 x 5 gram = 4,53 gram

% Span = 100% - 90,6%= 9,4%

= 9,4100 x 5 gram= 0,47 gram

2. Tabel Hasil Perhitungan Jumlah Tween 80 Dan Span 80

HLB Butuh Jumlah Tween (g) Jumlah Span (g)6 0,79 4,217 1,26 3,748 1,725 3,2759 2,2 2,810 2,66 2,3411 3,13 1,8712 3,9 1,113 4,05 0,9514 4,53 0,47

Page 16: cover

3. Perhitungan F pada hari ke 5

F = VuVo

a. HLB butuh 5

F = 95

100 = 0,95

b. HLB butuh 6

F = 7275 = 0,96

c. HLB butuh 7

F = 7173 = 0,97

d. HLB butuh 8

F = 6065= 0,92

e. HLB butuh 9

F = 7175 = 0,94

f. HLB butuh 10

F = 95

100 = 0,95

g. HLB butuh 11

F = 7274 = 0,97

h. HLB butuh 12

F = 9395 = 0,97

i. HLB butuh 13

F = 93

100 = 0,93

j. HLB butuh 14

F = 7880 = 0,97

Page 17: cover

4. Tabel Hasil Pengamatan Stabilitas Emulsi (Volume Sedimentasi)

HLB Butuh Hari ke Volume Awal (ml) Voulme Sedimen (ml) F

5

1 100 97 0,97

2 100 97 0,97

3 100 96 0,96

4 100 95 0,95

5 100 95 0,95

6

1 75 75 1

2 75 73 0,97

3 75 72 0,96

4 75 72 0,96

5 75 72 0,96

7

1 73 73 1

2 73 72 0,98

3 73 72 0,98

4 73 71 0,97

5 73 71 0,97

8

1 65 65 1

2 65 64 0,98

3 65 63 0,96

4 65 61 0,93

5 65 60 0,92

9

1 75 73 0,97

2 75 73 0,97

3 75 72 0,96

4 75 71 0,94

5 75 71 0,94

10 1 100 99 0,99

2 100 99 0,99

3 100 97 0,97

4 100 95 0,95

Page 18: cover

5 100 95 0,95

11

1 74 74 1

2 74 74 1

3 74 73 0,98

4 74 72 0,97

5 74 72 0,97

12

1 95 95 1

2 95 95 1

3 95 94 0,98

4 95 94 0,98

5 95 93 0,97

13

1 100 96 0,96

2 100 96 0,96

3 100 95 0,95

4 100 94 0,94

5 100 93 0,93

14

1 80 80 1

2 80 80 1

3 80 79 0,98

4 80 79 0,98

5 80 78 0,97

BAB V

Page 19: cover

PEMBAHASAN

Emulsi adalah suatu sistem yang secara termadinamik tidak stabil, terdiri dari

paling sedikit dua fasa sebagai globul-globul dalam fasa cair yang lainnya. Sistem ini

biasanya distabilkan dengan adanya emulsi. Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya

terdiri dari minyak dan air. Berdasarkan fase terdispersinya dikenal dua jenis emulsi,

yaitu

1. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fase minyak terdispersi di dalam fase air.

2. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fase air terdispersi di dalam fase minyak

Apabila menggunkan surfaktan sebagai emulgator dapat pula terjadi emulsi dengan sistem

yang kompleks (multiple emulsion). Sistem ini merupakan jenis emulsi air-minyak-air atau

sebaliknya.

Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan suatu emulgator merupakan faktor

yang penting karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh

emulgator yang digunakan. Salah satu emulgator yang yang banyak digunakan adalah

zat aktif permukaan atau lebih dikenal dengan surfaktan. Mekanisme kerja emulgator

ini adalah menurunkan tegangan antar permukaan air dan minyak serta membentuk

lapisan film pada permukaan globul-globul fase terdisperisnya. Tipe emulsi dapat

ditentukan dari jenis surfaktan digunakan. Secara kimia, molekul surfaktan terdiri atas

gugus polar dan non polar. Apabila surfaktan dimasukkan ke dalam sistem yang dari

air dan minyak, maka guugus polar akan terarah ke fasa air sedangkan gugus non

polar terarah ke fasa minyak. Surfaktan yang mempunyai gugus polar lebih kuat akan

cenderung membentuk emulsi minyak dalam air, sedangkan bila gugus non polar

yang lebih kuat maka akan cenderung membentuk emulsi air dalam minyak.

Page 20: cover

Pada percobaan ini mula-mula dilakukan adalah menentukan jumlah span dan

tween yang akan digunakan dan bahan yang lainnya. Pencampuran bahan berdasarkan

dari sifat bahan itu tujuannya bahan yang berfase air dicampur dengan fase air itu

sendiri dan untuk fase minyak juga pada fase minyak itu sendiri.

Jadi pada percobaan ini untuk fase air yaitu tween 80 dan air, sedangkan

untuk fase minyak yaitu span 80 dan paraffin cair pada cawan porselen. Kemudian

pencampuran dilakukan pada suhu 70oC. Alasannya, kedua fase tersebut memiliki

suhu lebur yang sama yaitu pada suhu 70oC sehingga dapat diperoleh emulsi yang

baik dan tidak pecah.

Pada fase air dilakukan pengaturan suhu, yaitu suhu dilebihkan sedikit dari

suhu rata-rata kedua fase minyak dan air sebab pada fase ini dapat terjadi penurunan

suhu yang cepat. Lalu campuran dikocok, dengan cara pengocokan intermitten

menggunakan homogennizer selama 5 menit.dan diistirahatkan setiap 20 detik.

Pengocokan intermitten dilakukan untuk memberikan kesempatan pada minyak untuk

terdispersi ke dalam air dengan baik serta emulgator dapat membentuk lapisan film

pada permukaan fase terdispersi.

Pengamatan emulsi dilakukan selama 5 hari tujuannya untuk melihat

pemisahan antara fase air dan fase minyak, perubahan warna dari kedua fase tersebut,

dan volume dari emulsi setelah 5 hari kemudian. Penyimpanan emulsi dilakukan pada

suhu yang dipaksakan (stress coindition) perlakuan ini dimaksudkan untuk

mengetahui kestabilan emulsi dimana terjadi penurunan suhu secara drastis, kondisi

ini akan lebih mempercepat pengamatan kita terhadap stabil atau tidaknya suatu

emulsi.

Dari hasil pengamatan selama lima hari didapat pemisahan fase pada sediaan

dengan nilai HLB 11 dihari ke tiga, kemudian terjadi perubahan volume sediaan pada

Page 21: cover

sediaan emulsi dengan nilai HLB 12 pada hari pertama, hal serupa juga terjadi pada

hari ke tiga pada sediaan dengan nilai HLB 13. Kemudian ditemukan perubahan

warna dari putih susu menjadi warna putih keruh pada hari ketiga pada sediaan

dengan nilai HLB 12. Kemudian pada hari ke-empat dan ke lima hal serupa terjadi

juga pada sediaan dengan nilai HLB 11 dan nilai HLB 13.

Berdasarkan pengamatan selama lima hari berturut-turut dapat dilihat bahwa

hasil yang diperoleh kurang stabil. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

ketidakstabilan dari emulsi di antaranya; suhu pemanasan tidak konstan, perbedaan

intensitas pengadukan, Pencampuran kurang merata, kekompakan dan elastisitas fillm

yang melindungi zat terdispersi, ketidaktelitian dalam pengamatan kestabilan emulsi,

suhu yang tidak sama dari kedua fase ketika dicampur dimana kenaikan temperatur

dapat mengurangi ketegangan antar muka dan viskositasnya.

Berdasarkan literature (Martin 5th  , edisi Indonesia hal 563) RHLB  Parafin

untuk emulsi O/W adalah 10, dan RHLB Parafin untuk Emulsi W/O adalah 4. Karena

semua emulsi yang dibuat merupakan tipe O/W maka seharusnya Emulsi yang stabil

kita dapatkan dari HLB butuh 10. Namun pada percobaan nilai F yang paling

mendekati 1 ada pada emulsi dengan nilai HLB 7 dan 14. Hal itu mungkin terjadi

dikarenakan kesalahan dari praktikan dalam membuat emulsi dan juga dapat

dikarenakan kesalahan dari alat-alat yang digunakan. Meskipun nilai F dari sediaan

dengan nilai HLB 11, 12 dan 14 juga mendekati nilai 1 tetapi sediaan tersebut

mengalami Creaming dan flokulasi yang menandakan bahwa sediaan emulsi tersebut

mengalami ketidakstabilan.

Page 22: cover

BAB VI

PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Pencampuran fasa air dengan fasa minyak dilakukan pada suhu 70oC agar dapat

diperoleh emulsi yang baik dan tidak pecah.

2. Penyimpanan emulsi dilakukan pada suhu yang dipaksakan (stress coindition)

perlakuan ini dimaksudkan untuk mengetahui kestabilan emulsi dimana terjadi

penurunan suhu secara drastis, kondisi ini akan lebih mempercepat pengamatan

terhadap stabil atau tidaknya suatu emulsi.

3. sediaan emulsi yang stabil adalah sediaan emulsi dengan HLB 7 dan 14 karena

nilai F-nya paling mendekati 1. Meskipun nilai F dari sediaan dengan nilai HLB

11, 12 dan 14 juga mendekati nilai 1 tetapi sediaan tersebut mengalami Creaming

dan flokulasi yang menandakan bahwa sediaan emulsi tersebut mengalami

ketidakstabilan.

VI.2 . Saran

Diharapkan agar adanya tambahan alat homogennizer sehingga jalannya praktikum

bisa lebih baik lagi

Page 23: cover

DAFTAR PUSTAKA

1. Jenkins, G.L., (1957), “Scoville’s ; The Art Of Compounding’, Ninth Edition, McGraw-

Hill Book Company,Inc., New York, Toronto, 314, 315.

2. Parrot, L.E., (1970), “Pharmaceutical technology”, Burgess Publishing Company.

Mineneapolis, 335.

3. Ditjen POM., (1979), “Farmakope Indonesia”, Edisi III, Depkes RI, Jakarta, 474, 509.

4. Ansel, H.C., (1989), “Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi”, edisi IV, Terjemahan Farida

Ibrahim, UI Press, Jakarta.

5. Anief, Moh., (2005)., ”Ilmu Meracik Obat”, cetakan XII, Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.143, 147.