cover
DESCRIPTION
gTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA
PERCOBAAN IV
EMULSIFIKASI
Disusun Oleh:
KELOMPOK 4
Anggota :
Ai Evi
Hatimah
Herdiyan Yogi S
Nova Mardiana
Siti Nuraeni
STIKes BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Emulsi, Emulsiones, adalah sistem dispersi kasar dari dua atau lebih cairan
yang tidak larut satu sama lain. Penandaan emulsi diantaranya dari bahasa latin
(Emulgere = memerah) dan berpedoman pada susu sebagai jenis suatu emulsi
alam.
Sistem emulsi dijumpai banyak penggunaannnya dalam farmasi.
Dibedakan antara emulsi cairan , yang ditentukan untuk kebutuhan dalam (emulsi
minyak ikn, emulsi parafin)dan emulsi untuk penggunaan luar. Yang terakhir
dinyatakan sebagai linimenta (latin linire = menggosok). Dia adalah emulsi kental
(dalam peraturannya dari jenis M/A), juga sediaan obat seperti salap dan
suppositoria dapat menggambarkan emulsi dalam pengertian fisika.
Ahli fisika kimia menentukan emulsi sebagai suatu campuran yang tidak
stabil secara termodinamis, dari dua cairan yang pada dasarnya tidak saling
bercampur
Pada percobaan ini kita akan mempelajari cara pembuatan emulsi dengan
menggunakan emulgator dari golongan surfaktan yaitu Tween 80 dan Span 80.
Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor yang
penting untuk diperlihatkan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak
dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan.
Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air.
Berdasarkan fasa terdispersinya dikenal dua jenis emulsi, yaitu :
a. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fasa minyak, terdispersi di dalam fasa air
b. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fasa air terdispersi di dalam fasa minyak.
Emulsi sangat bermanfaat dalam bidang farmasi karena memiliki beberapa
keuntungan, satu diantaranya yaitu dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak
dari minyak. Selain itu, dapat digunakan sebagai obat luar misalnya untuk kulit
atau bahan kosmetik maupun untuk penggunaan oral.
I.2.1 Maksud percobaan
Mengetahui dan memahami hal-hal yang berperan dalam pembuatan dan
kestabilan dari suatu emulsi.
I.2.2 Tujuan Percobaan
1. Menghitung jumlah emulgator golongan surfaktan yang digunakan dalam
pembuatan emulsi
2. Membuat emulsi menggunakan emulgator golongan surfaktan.
3. Mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi.
4. Menentukan HLB butuh minyak yang digunakan dalam pembuatan emulsi.
I.3 Prinsip Percobaan
Penentuan emulsi dengan menggunakan emulgator dengan variasi HLB
butuh dan penentuan kestabilan suatu emulsi dengan nilai HLB butuh yang
bervariasi yang didasarkan pada penampakan fisik dari emulsi tersebut, misalnya
perubahan volume, perubahan warna dan pemisahan fase terdispersi dan
pendispersi dalam jangka waktu tertentu pada kondisi yang dipaksakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Emulsi adalah suatu sistem yang secara termodinamika tidak stabil, terdiri
dari paling sedikit dua fasa sebagai globul-globul dalam fasa cair lainnya. Sistem
ini biasanya distabilkan dengan emuulgator. (1)
Emulsi yang digunakan dalam bidang farmasi adalah sediaan yang
mengandung dua cairan immiscible yang satu terdispersi secara seragam sebagai
tetesan dalam cairan lainnya. Sediaan emulsi merupakan golongan penting dalam
sediaan farmasetik karena memberikan pengaturan yang dapat diterima dan
bentuk yang cocok untuk beberapa bahan berminyak yang tidak diinginkan oleh
pasien (2).
Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air.
Berdasarkan fasa terdispersinya dikenal dua jenis emulsi, yaitu : (5)
1. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fasa minyak terdispersi di dalam
fasa air.
2. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fasa air terdispersi di dalam fasa
minyak (5).
Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor
yang penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak
dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Salah satu emulgator yang aktif
permukaan atau lebih dikenal dengan surfaktan. Mekanisme kerjanya adalah
menurunkan tegangan antarmuka permukaan air dan minyak serta membentuk
lapisan film pada permukaan globul-globul fasa terdispersinya (5).
Mekanisme kerja emulgator surfaktan, yaitu :
1. membentuk lapisan monomolekuler ; surfaktan yang dapat menstabilkan
emulsi bekerja dengan membentuk sebuah lapisan tunggal yang diabsorbsi
molekul atau ion pada permukaan antara minyak/air. Menurut hukum Gibbs
kehadiran kelebihan pertemuan penting mengurangi tegangan permukaan. Ini
menghasilkan emulsi yang lebih stabil karena pengurangan sejumlah energi bebas
permukaan secara nyata adalah fakta bahwa tetesan dikelilingi oleh sebuah lapisan
tunggal koheren yang mencegah penggabungan tetesan yang mendekat.
2. Membentuk lapisan multimolekuler ; koloid liofolik membentuk lapisan
multimolekuler disekitar tetesan dari dispersi minyak. Sementara koloid hidrofilik
diabsorbsi pada pertemuan, mereka tidak menyebabkan penurunan tegangan
permukaan. Keefektivitasnya tergantung pada kemampuan membentuk lapisan
kuat, lapisan multimolekuler yang koheren.
3. Pembentukan kristal partikel-partikel padat ; mereka menunjukkan
pembiasan ganda yang kuat dan dapat dilihat secara mikroskopik polarisasi. Sifat-
sifat optis yang sesuai dengan kristal mengarahkan kepada penandaan ‘Kristal
Cair”. Jika lebih banyak dikenal melalui struktur spesialnya mesifase yang khas,
yang banyak dibentuk dalam ketergantungannya dari struktur kimia tensid/air,
suhu dan seni dan cara penyiapan emulsi. Daerah strukturisasi kristal cair yang
berbeda dapat karena pengaruh terhadap distribusi fase emulsi.
4. Emulsi yang digunakan dalam farmasi adalah satu sediaan yang terdiri
dari dua cairan tidak bercampur, dimana yang satu terdispersi seluruhnya sebagai
globula-globula terhadap yang lain. Walaupun umumnya kita berpikir bahwa
emulsi merupakan bahan cair, emulsi dapat dapat diguanakan untuk pemakaian
dalam dan luar serta dapat digunakan untuk sejumlah kepentingan yang berbeda
(3).
Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan emulgator yang mencegah
koslesensi, yaitu penyatuan tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal
yang memisah. Bahan pengemulsi (surfaktan) menstabilkan dengan cara
menempati daerah antar muka antar tetesan dan fase eksternal dan dengan
membuat batas fisik disekeliling partikel yang akan brekoalesensi. Surfaktan juga
mengurangi tegangan antar permukaan dari fase dan dengan membuat batas fisik
disekeliling partikel yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi
tegangan antar permukaan dari fase, hingga meninggalkan proses emulsifikasi
selama pencampuran (2).
Menurut teori umum emulsi klasik bahwa zat aktif permukaan mampu
menampilakn kedua tujuan yaitu zat-zat tersebut mengurangi tegangan permukaan
(antar permukaan) dan bertindak sebagai penghalang bergabungnya tetesan karena
zat-zat tersebut diabsorbsi pada antarmuka atau lebih tepat pada permukaan
tetesan-tetesan yang tersuspensi. Zat pengemulsi memudahkan pembentukan
emulsi dengan 3 mekanisme :
1. Mengurangi tegangan antarmuka-stabilitas termodinamis
2. Pembentukan suatu lapisan antarmuka yang halus-pembatas
mekanik untuk penggabungan.
3. Pembentukan lapisan listrik rangkap-penghalang elektrik untuk
mendekati partikel.
HLB adalah nomor yang diberikan bagi tiap-tiap surfaktan. Daftar di
bawah ini menunjukkan hubungan nilai HLB dengan bermacam-macam tipe
system:
Nilai HLB Tipe system
3 – 6 A/M emulgator
7 – 9 Zat pembasah (wetting agent)
8 – 18 M/A emulgator
13 – 15 Zat pembersih (detergent)
15 – 18 Zat penambah pelarutan (solubilizer)
Makin rendah nilai HLB suatu surfaktan maka akan makin lipofil
surfaktan tersebut, sedang makin tinggi nilai HLB surfaktan akan makin hidrofil.
Cara menentukan HLB ideal dan tipe kimi surfaktan dilakukan dengan
eksperimen yang prosedurnya sederhana, ini dilakukan jika kebutuhan HLB bagi
zat yang diemulsi tidak diketahui. Ada 3 fase:
1. Fase I
Dibuat 5 macam atau lebih emulsi suatu zat cair dengan sembarang
campuran surfaktam, dengan klas kimi yang sama, misalnya campuran
Span 20 dan Tween 20. Dari hasil emulsi dibedakan salah satu yang
terbaik diperoleh HLB kira-kira. Bila semua emulsi baik atau jelek
maka percobaan diulang dengan mengurangi atau menambah
emulgator.
2. Fase II
Membuat 5 macam emulsi lagi dengan nilai HLB di sekitar HLB yang
diperoleh dari fase I. dari kelima emulsi tersebut dipilih emulsi yang
terbaik maka diperoleh nilai HLB yang ideal.
3. Fase III
Membuat 5 macam emulsi lagi dengan nilai HLB yang ideal dengan
menggunakan bermacam-macam surfaktan atau campuran
surfaktan.dari emulsi yang paling baik, dapat diperoleh campuran
surfaktan mana yang paling baik (ideal) (6
II.2 Uraian Bahan
1. Span 80 (Handbook of Pharmaceutical Excipient Edisi 6 hal. 675,
Martindale hal. 577)
Nama resmi : Sorbitan monooleat
Nama lain : Sorbitan atau span 80
RM : C3O6H27Cl17
Pemerian : Larutan berminyak, tidak berwarna, bau
karakteristik dari asam lemak.
Kelarutan : Praktis tidak larut tetapi terdispersi
dalam air dan dapat bercampur dengan
alkohol sedikit larut dalam minyak biji kapas.
Kegunaan : Sebagai emulgator dalam fase minyak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
HLB Butuh : 4,3
2. Tween 80 (FI edisi IV hal. 687 Handbook of Pharmaceutical Excipient
Edisi 6 hlm. 549)
Nama resmi : Polysorbatum 80
Nama lain : Polisorbat 80, tween
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berwarna,
hampir tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%)P
dalam etil asetat P dan dalam methanol P,
sukar larut dalam parafin cair P dan dalam
biji kapas P
Kegunaan : Sebagai emulgator fase air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
HLB Butuh : 15
3. Air suling
Nama resmi : Aqua destilata
Nama lain : Air suling
RM/Bm : H2O / 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai fase airParaffin
4. Liquidum (Handbook of Pharmaceutical Excipients Edisi 6 hlm. 445, FI
IV hlm. 652)
Pemerian : Transparan, tidak berwarna, cairan kental, tidak
berfluoresensi, tidak berasa dan tidak berbau ketika dingin
dan berbau ketika dipanaskan.
Kelarutan : Praktis tidak larut etanol 95%, gliserin dan air.
Larut dalam jenis minyak lemak hangat.
Stabilitas : Dapat teroksidasi oleh panas dan cahaya.
Khasiat : Laksativ (pencahar)
Dosis : Emulsi oral : 15 – 45 ml sehari (DI 88 hlm. 1630)
HLB Butuh : 10 – 12 (M/A). 5 – 6 (A/M)
OTT : Dengan oksidator kuat.
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat, hindari dari cahaya, kering dan
sejuk.
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan bahan yang digunakan
III.1.1 Alat yang digunakan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1. batang pengaduk
2. botol semprot
3. cawan porselen
4. gelas kimia 250ml g
5. elas ukur 100ml
6. mixer
7. penangas air
8. tissue roll
9. timbangan analitik.
III.1.2 Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1. aquadest
2. span 80
3. tween 80
4. Paraffin liq
III.2 Proseur Kerja
a. Buat suatu seri emulsi dengan HLB butuh masing-masing 5, 6, 7, 8, 9, 10,
11, 12, 13 dan 14.
b. Hitung jumlah tween 80 dan span 80 yang dibutuhkan untuk masing-
masing harga HLB kemudian timbang tween 80 dan span 80 sesuai
dengan masing-masing harga HLB .
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Data Pengamatan
1. Perhitungan Jumlah Tween 80 dan Span 80
a. HLB Butuh 5
%Tween = ¿¿ x 100 % = 6,54%
= 6,54100 x 5 gram = 0,32 gram
% Span = 100% - 6,54%= 99,46%
= 99,46100 x 5 gram= 4,97 gram
b. HLB Butuh 6
%Tween = ¿¿ x 100 % = 15,8%
= 15,8100 x 5 gram = 0,79 gram
% Span = 100% - 15,8%= 84,2%
= 84,2100 x 5 gram= 4,2 gram
c. HLB Butuh 7
%Tween = ¿¿ x 100 % = 25,2%
= 25,2100 x 5 gram = 1,26 gram
% Span = 100% - 25,2 %= 74,8%
= 74,8100 x 5 gram= 3,74 gram
d. HLB Butuh 8
%Tween = ¿¿ x 100 % = 34,5%
= 34,5100 x 5 gram = 1,725 gram
% Span = 100% - 34,5%= 65,5%
= 65,5100 x 5 gram= 3,275 gram
e. HLB Butuh 9
%Tween = ¿¿ x 100 % = 44%
= 44100 x 5 gram = 2,2 gram
% Span = 100% - 44%= 56%
= 56
100 x 5 gram= 2,8 gram
f. HLB Butuh 10
%Tween = ¿¿ x 100 % = 53,2%
= 53,2100 x 5 gram = 2,66 gram
% Span = 100% - 53,2%= 46,8%
= 46,8100 x 5 gram= 2,34 gram
g. HLB Butuh 11
%Tween = ¿¿ x 100 % = 62,6%
= 62,6100 x 5 gram = 3,13 gram
% Span = 100% - 62,6%= 37,4%
= 37,4100 x 5 gram= 1,87gram
h. HLB Butuh 12
%Tween = ¿¿ x 100 % = 72%
= 72
100 x 5 gram = 3,6 gram
% Span = 100% - 72%= 28%
= 28
100 x 5 gram= 1,4 gram
i. HLB Butuh 13
%Tween = ¿¿ x 100 % = 81,3%
= 8,3100 x 5 gram = 4,065 gram
% Span = 100% - 8,3%= 18,7%
= 18,7100 x 5 gram= 0,935 gram
j. HLB Butuh 14
%Tween = ¿¿ x 100 % = 90,6%
= 90,6100 x 5 gram = 4,53 gram
% Span = 100% - 90,6%= 9,4%
= 9,4100 x 5 gram= 0,47 gram
2. Tabel Hasil Perhitungan Jumlah Tween 80 Dan Span 80
HLB Butuh Jumlah Tween (g) Jumlah Span (g)6 0,79 4,217 1,26 3,748 1,725 3,2759 2,2 2,810 2,66 2,3411 3,13 1,8712 3,9 1,113 4,05 0,9514 4,53 0,47
3. Perhitungan F pada hari ke 5
F = VuVo
a. HLB butuh 5
F = 95
100 = 0,95
b. HLB butuh 6
F = 7275 = 0,96
c. HLB butuh 7
F = 7173 = 0,97
d. HLB butuh 8
F = 6065= 0,92
e. HLB butuh 9
F = 7175 = 0,94
f. HLB butuh 10
F = 95
100 = 0,95
g. HLB butuh 11
F = 7274 = 0,97
h. HLB butuh 12
F = 9395 = 0,97
i. HLB butuh 13
F = 93
100 = 0,93
j. HLB butuh 14
F = 7880 = 0,97
4. Tabel Hasil Pengamatan Stabilitas Emulsi (Volume Sedimentasi)
HLB Butuh Hari ke Volume Awal (ml) Voulme Sedimen (ml) F
5
1 100 97 0,97
2 100 97 0,97
3 100 96 0,96
4 100 95 0,95
5 100 95 0,95
6
1 75 75 1
2 75 73 0,97
3 75 72 0,96
4 75 72 0,96
5 75 72 0,96
7
1 73 73 1
2 73 72 0,98
3 73 72 0,98
4 73 71 0,97
5 73 71 0,97
8
1 65 65 1
2 65 64 0,98
3 65 63 0,96
4 65 61 0,93
5 65 60 0,92
9
1 75 73 0,97
2 75 73 0,97
3 75 72 0,96
4 75 71 0,94
5 75 71 0,94
10 1 100 99 0,99
2 100 99 0,99
3 100 97 0,97
4 100 95 0,95
5 100 95 0,95
11
1 74 74 1
2 74 74 1
3 74 73 0,98
4 74 72 0,97
5 74 72 0,97
12
1 95 95 1
2 95 95 1
3 95 94 0,98
4 95 94 0,98
5 95 93 0,97
13
1 100 96 0,96
2 100 96 0,96
3 100 95 0,95
4 100 94 0,94
5 100 93 0,93
14
1 80 80 1
2 80 80 1
3 80 79 0,98
4 80 79 0,98
5 80 78 0,97
BAB V
PEMBAHASAN
Emulsi adalah suatu sistem yang secara termadinamik tidak stabil, terdiri dari
paling sedikit dua fasa sebagai globul-globul dalam fasa cair yang lainnya. Sistem ini
biasanya distabilkan dengan adanya emulsi. Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya
terdiri dari minyak dan air. Berdasarkan fase terdispersinya dikenal dua jenis emulsi,
yaitu
1. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fase minyak terdispersi di dalam fase air.
2. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fase air terdispersi di dalam fase minyak
Apabila menggunkan surfaktan sebagai emulgator dapat pula terjadi emulsi dengan sistem
yang kompleks (multiple emulsion). Sistem ini merupakan jenis emulsi air-minyak-air atau
sebaliknya.
Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan suatu emulgator merupakan faktor
yang penting karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh
emulgator yang digunakan. Salah satu emulgator yang yang banyak digunakan adalah
zat aktif permukaan atau lebih dikenal dengan surfaktan. Mekanisme kerja emulgator
ini adalah menurunkan tegangan antar permukaan air dan minyak serta membentuk
lapisan film pada permukaan globul-globul fase terdisperisnya. Tipe emulsi dapat
ditentukan dari jenis surfaktan digunakan. Secara kimia, molekul surfaktan terdiri atas
gugus polar dan non polar. Apabila surfaktan dimasukkan ke dalam sistem yang dari
air dan minyak, maka guugus polar akan terarah ke fasa air sedangkan gugus non
polar terarah ke fasa minyak. Surfaktan yang mempunyai gugus polar lebih kuat akan
cenderung membentuk emulsi minyak dalam air, sedangkan bila gugus non polar
yang lebih kuat maka akan cenderung membentuk emulsi air dalam minyak.
Pada percobaan ini mula-mula dilakukan adalah menentukan jumlah span dan
tween yang akan digunakan dan bahan yang lainnya. Pencampuran bahan berdasarkan
dari sifat bahan itu tujuannya bahan yang berfase air dicampur dengan fase air itu
sendiri dan untuk fase minyak juga pada fase minyak itu sendiri.
Jadi pada percobaan ini untuk fase air yaitu tween 80 dan air, sedangkan
untuk fase minyak yaitu span 80 dan paraffin cair pada cawan porselen. Kemudian
pencampuran dilakukan pada suhu 70oC. Alasannya, kedua fase tersebut memiliki
suhu lebur yang sama yaitu pada suhu 70oC sehingga dapat diperoleh emulsi yang
baik dan tidak pecah.
Pada fase air dilakukan pengaturan suhu, yaitu suhu dilebihkan sedikit dari
suhu rata-rata kedua fase minyak dan air sebab pada fase ini dapat terjadi penurunan
suhu yang cepat. Lalu campuran dikocok, dengan cara pengocokan intermitten
menggunakan homogennizer selama 5 menit.dan diistirahatkan setiap 20 detik.
Pengocokan intermitten dilakukan untuk memberikan kesempatan pada minyak untuk
terdispersi ke dalam air dengan baik serta emulgator dapat membentuk lapisan film
pada permukaan fase terdispersi.
Pengamatan emulsi dilakukan selama 5 hari tujuannya untuk melihat
pemisahan antara fase air dan fase minyak, perubahan warna dari kedua fase tersebut,
dan volume dari emulsi setelah 5 hari kemudian. Penyimpanan emulsi dilakukan pada
suhu yang dipaksakan (stress coindition) perlakuan ini dimaksudkan untuk
mengetahui kestabilan emulsi dimana terjadi penurunan suhu secara drastis, kondisi
ini akan lebih mempercepat pengamatan kita terhadap stabil atau tidaknya suatu
emulsi.
Dari hasil pengamatan selama lima hari didapat pemisahan fase pada sediaan
dengan nilai HLB 11 dihari ke tiga, kemudian terjadi perubahan volume sediaan pada
sediaan emulsi dengan nilai HLB 12 pada hari pertama, hal serupa juga terjadi pada
hari ke tiga pada sediaan dengan nilai HLB 13. Kemudian ditemukan perubahan
warna dari putih susu menjadi warna putih keruh pada hari ketiga pada sediaan
dengan nilai HLB 12. Kemudian pada hari ke-empat dan ke lima hal serupa terjadi
juga pada sediaan dengan nilai HLB 11 dan nilai HLB 13.
Berdasarkan pengamatan selama lima hari berturut-turut dapat dilihat bahwa
hasil yang diperoleh kurang stabil. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
ketidakstabilan dari emulsi di antaranya; suhu pemanasan tidak konstan, perbedaan
intensitas pengadukan, Pencampuran kurang merata, kekompakan dan elastisitas fillm
yang melindungi zat terdispersi, ketidaktelitian dalam pengamatan kestabilan emulsi,
suhu yang tidak sama dari kedua fase ketika dicampur dimana kenaikan temperatur
dapat mengurangi ketegangan antar muka dan viskositasnya.
Berdasarkan literature (Martin 5th , edisi Indonesia hal 563) RHLB Parafin
untuk emulsi O/W adalah 10, dan RHLB Parafin untuk Emulsi W/O adalah 4. Karena
semua emulsi yang dibuat merupakan tipe O/W maka seharusnya Emulsi yang stabil
kita dapatkan dari HLB butuh 10. Namun pada percobaan nilai F yang paling
mendekati 1 ada pada emulsi dengan nilai HLB 7 dan 14. Hal itu mungkin terjadi
dikarenakan kesalahan dari praktikan dalam membuat emulsi dan juga dapat
dikarenakan kesalahan dari alat-alat yang digunakan. Meskipun nilai F dari sediaan
dengan nilai HLB 11, 12 dan 14 juga mendekati nilai 1 tetapi sediaan tersebut
mengalami Creaming dan flokulasi yang menandakan bahwa sediaan emulsi tersebut
mengalami ketidakstabilan.
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pencampuran fasa air dengan fasa minyak dilakukan pada suhu 70oC agar dapat
diperoleh emulsi yang baik dan tidak pecah.
2. Penyimpanan emulsi dilakukan pada suhu yang dipaksakan (stress coindition)
perlakuan ini dimaksudkan untuk mengetahui kestabilan emulsi dimana terjadi
penurunan suhu secara drastis, kondisi ini akan lebih mempercepat pengamatan
terhadap stabil atau tidaknya suatu emulsi.
3. sediaan emulsi yang stabil adalah sediaan emulsi dengan HLB 7 dan 14 karena
nilai F-nya paling mendekati 1. Meskipun nilai F dari sediaan dengan nilai HLB
11, 12 dan 14 juga mendekati nilai 1 tetapi sediaan tersebut mengalami Creaming
dan flokulasi yang menandakan bahwa sediaan emulsi tersebut mengalami
ketidakstabilan.
VI.2 . Saran
Diharapkan agar adanya tambahan alat homogennizer sehingga jalannya praktikum
bisa lebih baik lagi
DAFTAR PUSTAKA
1. Jenkins, G.L., (1957), “Scoville’s ; The Art Of Compounding’, Ninth Edition, McGraw-
Hill Book Company,Inc., New York, Toronto, 314, 315.
2. Parrot, L.E., (1970), “Pharmaceutical technology”, Burgess Publishing Company.
Mineneapolis, 335.
3. Ditjen POM., (1979), “Farmakope Indonesia”, Edisi III, Depkes RI, Jakarta, 474, 509.
4. Ansel, H.C., (1989), “Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi”, edisi IV, Terjemahan Farida
Ibrahim, UI Press, Jakarta.
5. Anief, Moh., (2005)., ”Ilmu Meracik Obat”, cetakan XII, Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.143, 147.