cover analisis

31
BAB | SINOPSIS NOVEL " Negeri Sapati " karya Laode M.Insan Dayan,Surman,Odi dan Poci, ya mereka adalah empat orang anak yang bersahabat dan berasal dari sebuah perkampungan kecil bernama laompao di pesisir pantai sisi selatan pulau Buton,Sulawesi Tenggara. Dengan segala latar belakang dan cerita yang berbeda satu sama lain. Mereka berempat sudah bersahabat sejak kecil yang mempunyai sifat mandiri,kesetiaan, dan enterperenship. Bermula dari surman dengan keadaan keluarga yang miskin,ayah dan ibunya meninggal dunia saat surman ber umur sepuluh tahun. Orang tuanya meninggalkan Surman dan Watina. Odi yang merupakan sahabat surman dan dayan juga memeliki nasib yang sama yaitu kemiskinan. Odi mempunyai sifat yang kadang kreative dan agak telat mikir, dia juga mempunyai sikap yang mandiri. Poci sama halnya dengan odi tetapi Poci lebih pintar dan lebih sabar. Mereka merupakan sahabt dayan dan jika mengingat peristiwa-peristiwa dalam novel mereka semua 1

Upload: villanetbojong

Post on 02-Aug-2015

77 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Cover Analisis

BAB |

SINOPSIS NOVEL " Negeri Sapati "

karya Laode M.Insan

Dayan,Surman,Odi dan Poci, ya mereka adalah empat orang anak yang bersahabat dan berasal dari sebuah perkampungan kecil bernama laompao di pesisir pantai sisi selatan pulau Buton,Sulawesi Tenggara. Dengan segala latar belakang dan cerita yang berbeda satu sama lain. Mereka berempat sudah bersahabat sejak kecil yang mempunyai sifat mandiri,kesetiaan, dan enterperenship. Bermula dari surman dengan keadaan keluarga yang miskin,ayah dan ibunya meninggal dunia saat surman ber umur sepuluh tahun. Orang tuanya meninggalkan Surman dan Watina. Odi yang merupakan sahabat surman dan dayan juga memeliki nasib yang sama yaitu kemiskinan. Odi mempunyai sifat yang kadang kreative dan agak telat mikir, dia juga mempunyai sikap yang mandiri. Poci sama halnya dengan odi tetapi Poci lebih pintar dan lebih sabar. Mereka merupakan sahabt dayan dan jika mengingat peristiwa-peristiwa dalam novel mereka semua bahagia dan mengharukan.Mereka sering bermain di hutan dan di pantai untuk menghabiskan waktu bermain. Waktu itu mereka sedang bermain di pantai sehabis pulang memanen jambu mete yang terdapat di ladang kakek Deka, setelah itu tiba-tiba salah satu sahabat merka yaitu surman berlari memasuki hutan dan karna rasa kesetiannya ketiga saahabatnya pun ikut mengikuti berlari ke dalam hutan. Dengan rasa ketakutnya mereka berempat memasuki hutan tergesa-gesa karna takut ada Pagere-gere yaitu hantu yang dijuliki paling seram di kampung Buton dan mereka takut bertemu pageregere yang siap menerkam mereka. Surman semenjak di tingal oleh orang tuanya dia menghidupi watina adiknya dengan menjadi kuli panggil ikan dan dia ingin membantu membayar hutang kedua orangtuanya. Orang tuanya berhutang kepada la meske yaitu retenir yang di kenal jahat dan kejam.Surman juga merupkan anak yatim piatu yang ditinggal oleh kedua orang tuanya saat ia berusia sepuluh tahun dan adiknya watina yang berumur tujuh tahun.Hati surman perih,marah,sedih, ketika retenir menyita rumahnya. Keluarganya dilecehkan,dihina,akibat utangnya tidak terbayar. Tapi ia tak berdaya, apalagi setelah sadar bahwa biaya sekolah dan hidup keluarganya selama ini menghutang. Semangat yang bergelora demi mendapatkan kehormatan keluarganya, membuat surman bekerja keras dan cerdas. Ditemani sahabat dekatnya, Dayan,Odi,Poci, ia lalu hidup dalam keihklasaan dan keceriaan dan ia bertekad untuk membahagiakan keluarga kecilnya.

1

Page 2: Cover Analisis

BAB II

Menganalisi Intrinsik novel " Negeri Sapati "

karya Laode M.Insan

1. Tema (theme)

Novel ini mengisahkan persahabatan anak-anak pantai yang mempunyai kemandirian,kesetiaan dan enterpreneurship

2. Alur (plot)

2.1 Perkenalan

" Aku dan tiga sahabatku yang usianya sekitar tujuh tahun dan delapan tahun, sedang berlari cepat seperti orang di kejar hantu pada malam jum'at keliwon." ( halaman 2 )

" Kadang-kadang Poci melakukan hal-hal yang lebih kreatif dan berani tanpa di sadarinya, walaupun sifat peragu lebih mendominasi pikirannya." ( halaman 15 )

“ Kakek Deka ia adalah seorang kakek yang memiliki sepetak tanah sekitar seratus lima puluh meter persegi di dekat hutan, tak jauh dari jalan perbatasan kampong kami.” (hlm.24)

“ Aku dan surman telah saling kenal sejak kami masih kanak-kanak, ketika usia tiga tahun lebih, kami sudah sering bersama . Orang tua surman sebenernya bukan penduduk asli di kampng kami. Bapak ibu surman adalah perantauan dari pulau di seberang bernama siompu, yang salah satu sisi terdekat pulaunya berjarak sekitar lima belas mill dari kampungku. Surman lahir setelah hamper enam tahun keberadaan orang tuanya di kampong kami. Ia juga sebenarnya merupakan anak kelima, ketiga kakanya yang lain lahir di pulau siompu tapi meninggalsaat masih kecil. Ada yang karena sakit dan ada jugakarena kurang gizi.” (hlm.35)

“ kali ini aku akan memulai dari salah satu sahabatku yang bernama surman, anak lelaki yang juga bertubuh agak kurus tapi cukup berotot. Kulitnya agak coklat, hidung cukup

2

Page 3: Cover Analisis

mancung dan rambut sedikit lurus. Kisah ini tentang kehidupan keluarganya yang kuanggap memilukan tapi sekaligus menjadi energi pembangkit semanga.” (hlm.39)

“ Kami berempat adalah kumpulan anak kecil yang hidup di sebuah perkampungan kecil di pulau Buton, yang adadi pesisir pantai dan hidup dalam keadaan ekonomi di bawah garis kemiskinan.” (hlm.39)

“ Di kampong kami sama seperti kampong-kampung tertinggal lainnya, tak ada SD Negeri. Yang ada hanya SD Bantu saja yang bernama SD APA ADANYA. Seperti halnya sekolah Bantu di kampong terpencil lainnya, bangunan sekolah kami juga terbuat dari perpaduan papan tua dan batangan bambu yang sebagian sudah lapuk. Ruangan kelas kami juga Cuma tiga, yaitu ruangan guru dan dua kelas berukuran empat kali lima meter, yang kami pakai bergantian dengan kelas lainnya. Kegiatan belajar mengajar juga Cuma seadanya. Maksudnya, mulai dari keberadaan guru tetap yang hanya tiga orang, salah satu guru tercinta kami yaitu Bu Rosmala.” (hlm.41)

“ Di perkampungan kami Cuma ada satu televise dan itu terdapat dib alai desa, juga sangat jarang di hidupkan karena jangkauan siaran TVRI kadang dapat kadsang tidak.” (hlm.67)

“ Latono, si pemuda kampong yang telah bujang tua dan kadang-kadang sedikit tertekan jiwanya.” (hlm.82)

“ Wajah orang tua yang belakangan kami tahu bahwa ia bernama la Maseke itu tampak seperti orang yang sedang marah dan cemberut.” (hlm.85)

“ Sebagai anak pantai, kami cukup sering tertusuk oleh hewa yang biasa disebuit “Bulu Babi” yaitu hewan laut bercangkang yang menempel di batu-batu karang denan duri-durinya yang hitam panjang seperti jarum suntik. Tapi aku dan ketiga teman ku lebih senang menyebutkan “Duri Babi”.” (hlm.89)

2.2 Konflik

“ Sebenarnya aku tak menyangka jika keputusan kami untuk mengabil jalan pintas melewati hutan, ternyata keliru. Bukannya cepat sampai di kampung tapi justru kami

3

Page 4: Cover Analisis

sepertinya tersesat tak tahu arah. Kami tak tahu pati, yang jelas setelah meninggalkan kebun jambu mete dan mulai masuk hutan tersebut, beberapa kali kami sempat bolak balik melewati jalan yang sama.” ( hlm.2 )

“ Tiba-tiba rasa santai yang tadinya menghampiri kami. Berubah jadi serius, kami mulai cemas dan takut, bertanya-tanya kemanakah perginya surman.” (hlm.30)

“ Surmannn…!!! Surmannnn…!!! “ terdengar suara teriakan di kejauhan, yang semakin lama semakin terdengar jelas dank eras. Panggilan itu benar-benar sangat mengejutkan seperti orang yang berteriak mengejar maling.” ( hlm.53)

“ Ketika mendengar teriakan itu, la wino yang merupkan nahkoda perahu nelayan yang menolong perahu terbalik itu langsung melihat surman. Ia memperhatikan dengan serius, menatap sedih pad surman yang masih menunggu dengan gelisah.” (hlm.56)

“ Pikiran kami telah melayang jauh, membayangkan pertempuran anatara surman dan pagere-gere.” (hlm.81)

“ Namun baru tiga langkah kami bergerak maju, kami tiba-tiba terkejut kaget bukan kepalang karena dari arah depan, dari balik daun pohon palem, yang tumbuh liar, tiba-tiba surman berlari m4enuju kea rah kami sambil berteriak juga dengan kata yang tak jelas.” (hlm.83)

“ Tanpa bertanya apapun, tanpa menunggu surman tiba persis di depan kami, dengan spontan kami juga akhirnya balik badan dan berteriak ketakutan sambil lari sekencang-kencangnya menyusuri semak belukar di hutan ini.”

“ Berbagai macan suara nyaring yang terengar di kelas kami setelah jarum suntik imunisasi itu menuuk lengan kami.” (hlm.101)

“ Sedangkan odi, dengan terpaksa akhirnya ia batal ikut rencana rahasia kami ini karena bapaknya memanggil untuk perbaiki jarring yang rusak.” (hlm.135)

“ Perdebatan kecil di antara kami sempat terjadi, hingga akhirnya hal iu membuat latono yang masih sedang asik memperhatikan orang-orang dan tulis-tulis yang lalu lalang jadi terkejut.” (hlm.171)

“ Akibatnya, surman jatuh terpental terguling di aspal. Adapun anak kecil itu agak terhempas kami tak seberapa, ia jatuh terduduk di tepi jalan yang tak beraspal hanya tanah saja.” (hlm.265)

4

Page 5: Cover Analisis

2.3 Klimaks

“ Ada kapal tenggelam…!!! Perahunya amamu terbalik di hantam ombak tadi malam!” jelas odo terengah-engah sambil agan mengadah ke atas.” (hlm.54)

“ Ibu surman sangat terkejut bukan main wajahnya jadi pucat dan kaku. Tampak kerisauwan di antara guratan raut wajahnya yang menggambarkan ke susahan hidup. Ibu surman mulai tak kuasa menahan jeritnya. Ia memanggil nama suaminya tampak seperi orang yang tak siap untuk mendengar apa yang akan terjadi.” (hlm.55)

“ Ooo amaaa…!!! “ surman berteriak histeris sekerasnya, dan langsung menubruk ke depan, tubuh itu tak lagi bergerak, mata telah terpejam kaku dan muka mulai agak membiru, pucat pasi. Surman berteriak sekeras kerasnya, air matanya mengalir deras.” (hlm.57)

“ Teriaknya yang cukup keras dan vocal di antara sedikit suara keramaian itu membuat perhatian sang perempuan cantik itu menoleh padanya dan harga tersenyum manis saya sambil melambaikan tanganya.” (hlm.154)

“ Tak sabar dan terbawa emosi dengan tingkah laku surman, ia maseke yang tadinya tak peduli akhirnya mendekati surman dengn tetap bertolak pinggang. Ia memakai kacamata agak coklat, bertalis sebagai penggantungnya. Mukanya sangat sekali tidak mencerminkan keramahan dan tanpa senyum sedikitpun.” (hlm.170)

“ Mendengar itu, ibunya semakin tak kuasa menahan air matanya dan menangis sejadinya sambil berusaha merangkul surman. Baru sejenak ibunya mengusap kepala surman sambil menyadarkan mukanya ke rambut watina, surman langsung berdiri, lari menghampiri la maseke.” (hlm.171)

“ Astaga, aku terkejut sekali mendengar pengakuan adiknya. Ternyata sikap cemberutnya selama ini telah dapat kuduga, salah satunya karena ia merasa malu dan minder jika diejek sebagai anak orang gila dari dua orang anak kampung kami yang memang terkenal cukup nakal dan usil. Jika aku saja jadi merasa terkejut, apalagi sahabatku surman.” (hlm.194)

“ Dengan gerakan meloncat, surman langsung menarik anak balita berusia sekitar tiga tahun yang baru saja belajar lari, beradu cepat dengan pengemudi motor yang berusaha mengerem mendadak untuk mengurangi kecepatan karena terkejut dengan kemunculan seorang anak balita.” (hlm.265)

2.4 AntiKlimaks5

Page 6: Cover Analisis

“ Kepergian bapaknya, menyisakan duka yang mendalam di hati surman, termasuk pula ibunya. Seakan separuh jiwanya telah sirna. Kini, ia harus bekerja mati-matian membantu ibunya untuk berdagang di pasar kampung, atau bekerja sebagai kuli panggul ikan, untuk ikut membiayai hidup adikya yang masih kecil.” (hlm.61)

“ Di dalam hatinya ia berusaha untuk bisa bangkit dan kembali bersemangat, turut serta membantu ibunya menangung biaya hidup mereka, membantu menjaga adiknya. Kehidupan orang tuanya yang telah berkali-kali pindah perantauan, sampai kehilangan silsilah dan tak punya sanak saudara lagi, telah menjadikan semuanya terasa berat.” (hlm.63)

“ Akhirnya, setelah mendengar perkataan ibunya, surman yang ketika itu sempat hilang semangat dan gairah hidup, bahkan sempat putus asa, perlahan tampak bangkit kembali semangatnya.” (hlm.176)

“ Meski, harus berutang ia rela memenuhi kebutuhan kelurganya dari hutang. Hal itulah yang menjadi alas an kuat baginya untuk bangkit dan tak ingin larut kesedihan. Ada sebuah tekad kuat yang membara dalam hatinya.” (hlm.177)

“ Ibu yang anaknya telah tertlong itu mersa sangat bertanggung jawab sekali, sehingga ia membawa surman dengan mobil mikrolet yang lewat dan kebetulan kosong tak ada penumpangnya.” (hlm.267)

2.5 Penyelesaian

“ Saat aku dan odi sampai ditepi pantai, kami berhenti lari dan membungkuk dengan kedua tangan masing-masing bertumpu di lutut.” (hlm.2)

“ Sore itu , tanpa kami sadari bahwa sebenarnya kegiatan bersenamg-senang membantu memanen jambu mete milik kakek deka merupakn modal awal semangat berusaha yang bisa ikut menentukan seperti apakah nantinya masa depamn kami.” (hlm.18)

“ Kami menarik nafas lega, terlepas dari bayangan penghakiman bapaknya surman, bahkan penghakiman seluruh penduduk kampung karma kelalaian.” (hlm.32)

“ Di kampung kecil itulah, yang berawal dari salah satu seorang sahabatku, aku sebenarnya telah beradapan dengan beragam pelajaran hidup yang setelah dewasa baru kusadari.” (hlm.45)

“ Setiap yang bernyawa pasti merasakn mati. Jika ajal telah tiba, maka tak ada yang

6

Page 7: Cover Analisis

satupun yang dapat mencegah atau memajukannya walau sedetik.” (hlm.59)

“ Tapi kecemasaan itu secara perlahan berubah setelah kami sering mendengar dari orang tua dan juga guru ngaji kami di surau.” (hlm.68)

“ Dengan adanya kerja sama dan saling pengertian, sehingga kami saling Bantu membantu melakukan pekerjaan tersebut.” (hlm.75)

“ Maka kami berempat pun jadi paham mengapa tadi melihat latono, sarjana pengangguran sekaligus bujang tua, begitu sangat antusias melihat brosur tersebut.” (hlm.113)

3. Latar

3.1 Latar waktu

Pagi Hari “ Sejak subuh, aktifitas para pedagang yang menuju pasar pedagang yang menuju pasar tanpa alas kaki, termasuk juga di pasar ikan yang ada di kampung kami, sudah mulai menunjukan kegiatanya.” (hlm.69)

“ Sangat menyebalkan , karena cerita itu sering membuatku takut dan kadang tidak bisa tidur hingga subuh.” (hlm.6)

“ Kebiasaan bangun subuh itu pada akhirnya juga tertular pada kami, anak-anak pantai.” (hlm.70)

“ setelah pada waktu subuh di hari minggu kami bekerja di pelelangan dan pasar ikan, pagi harinya, aku,surman,odi,dan poci sedang asik berenang di laut.” (hlm.77)

“ pagi itu, setelah tim medis dari Dinas Kesehatan selesai melakukan tugasnya dan akan kembali pergi meninggalkan sekolah kami.” (hlm.104)

“ Tapi kau hitung waktusubuh, waktu fajar sebelum matahari terbit.” (hlm.123)

“ Suatu ketika di minggu pagi, kami berempat selesai bekerja di pelelanagn ikan dan juga di pasar.” (hlm.192)

“ Pagi ini,aku bersama tiga orang sahabatku, termasuk juga watina, kembali asik bekerja di pelangan ikan dekat pasar.” (hlm.232)

7

Page 8: Cover Analisis

Siang Hari

“ Nanti setelah hari menjelang siang,baru kami memberanikan diri untuk kembali ke tengah kampung.” (hlm.244)

Sore Hari“ Hutan rimba pada waktu sore itu tampak sepi dan agak sedikit gelap.” (hlm.1)

“ Sore itu , tanpa kami sadari bahwa sebenarnya kegiatan bersenamg-senang membantu memanen jambu mete milik kakek deka merupakn modal awal semangat berusaha yang bisa ikut menentukan seperti apakah nantinya masa depamn kami.” (hlm.18)

“ Sore ini kami telah sampai kembali berada di lawana gundu-gundu.” (hlm.158)

Malam hari“ Di bawah kemerlap bintng malam, suara deru ombak malam, dantiupan angina laut yang sepoi-sepoi, kami menikmati malam yang indah itu.” (hlm.122)

“ Begitu waktu shalat isya di surau kampung telah selesai dan jamaahnya telah pulang.” (hlm.203)

3.2 Latar Suasana “ Seketika suasana hutan yang sepi membuat kami jadi semakin ketakutan.” (hlm.8)

“ Bahkan suasana mencekam kali ini kembali terasa lebih menyeramkan lagi disbanding tahun-tahun sebelumnya apabila ada kabar kemunculan penjaht misterius.” (hlm.8)

“ Ketakutnya kadang hampir dapat memusnahkan rasa kesetiaankawanan dan meningklatkan keegoisan dengan hanya mengurus diri sendiril.” (hlm.9)

“ Lalu dengan wajah serius dan geram ia melempar jambu itu sekuat tenaga kea rah poci.” (hlm.13)

8

Page 9: Cover Analisis

“ Wajah kami bertiga milai pucat basi, panic,padahal kulit kami bertiga dominant agak cklat.” (hlm.31)

“ Tiba-tiba rasa takut mulai menghampiri kami yang hanya saling pandang dan heran.” (hlm.80)

“ Namun baru tiga langkah kami bergerak maju, kami tiba-tiba terkejut kaget bukan kepalang karena dari arah depan, dari balik daun pohon palem, yang tumbuh liar, tiba-tiba surman berlari menuju kea rah kami sambil berteriak juga dengan kata yang tak jelas.” (hlm.83)

“ Ia tampak tersenyum dan berwibawa dengan baju kebesaraanya yang sering ia gunakan untuk mengajar.” (hlm.93)

“ Tapi pandangan mataku masih menyiratkan kegelisahan dan kerisauan. Penyebabnya karena aku baru teringat dengan apa yang dikatakan oleh odi saat aku bertemu dengannya sewaktu berangkat ke sekolah .” (hlm.95)

“ Semakin lama perasaan dalam hatiku tak menentu. Gelisah, resah, cemas, takut seamkin menghntui. Sebenarnya aku tak setuju untuk bolos.” (hlm.97)

“ Dalam kebingungan dan kebatuan yang menyesakan hati, batinku secara tidak kusadari ternyata turut melatunkan doa agar allah memberi pertolongan jalan keluar.” (hlm.160)

“ Ketika kami dalam kebingungan itu, bahkan kami sepertinya akan termasuk seperti kumpulan orang yang akan termasuk seperti akan termasuk seperti kumpulan orang yang akan hening cipta dan berurai air mata,l tiba-tiba kebisuan kami terpecahkan oleh sebuah teriakan.” (hlm.160)“ Kejutan yang cukup menyenangkan. Kejutan memang penuh dengan sensi kenikmatan yang kadang asik tapi kadang juga menyebalkan.” (hlm.161)

“ Setelh ia sempat menahan rasa haru seprti akan menagis layaknya orng yang baru bertemu puluhan tahun.” (hlm.198)

3.3 Latar Peristiwa

“ Di dalam hutan itu,aku dan tiga sahabatku yang usianya sekitar tujuh dan delapan tahun, sedang berlari cepat seperti orang dikejar hantu padfa malam jum’at keliwon.” (hlm.2)

9

Page 10: Cover Analisis

“ Aku tak tahu kenapa cerita turun temurun yang sudah seratus tahun lebih itu, bahkan mungkin sudah beberap abad, masih juga ada hingga tahun 1990, ketik aku berusia tujuh tahun.” ( hlm.6)

“ Sudah begitu serng terdengr cerita tentang adanya orang yang meninggal saat melakukan perjalanan jauh. Di tengah perjalana antara kampung ke kampung yang kiri kanan jalanya hutan liar, mereka di cegat oleh pagere-gere dengan parang panjang terus ke depan.” (hlm.8)

“ Ia berlari karenqa sudah tidak tahan dengan r4asa gatal yang mendera tubuhnya. Penyebabnya karena ia beberaapa kali memanjat dan memetik lamgsung buah jambu mete dari pohonya meskipun banyak semut di dahan pohon jambu itu.” (hlm.13)

“ Aksi poci pada waktu itu telah membuat kami merasa tertipu. Poci keterlaluan , ia sedikitpun tak peduli dan merasa prihatin pada kami yng sangat ketakutan pada pagere-gere.” (hlm.15)

“ Odi pernah mengalaminya, sehari sebelum di surat, seekor kepiting kecil pernah mencapit bagian vitalnya, saat ia bergaya meniru bule karena ingin mengetahui sensasi menimbun setengah badan dengan pasir.” (hlm.21)

“ Hal yang kuingat dari kejadian itu adalah jangan serakah untuk menghabiskan sekaligus semua makanan yang ada, jka punya banyak, ya bagi juga dengan teman yang belum dapat, jangan di habiskan sendirian.” (hlm.28)

“ Sebenarnya ada banyak kisah yang kujalani di waktu kecil, tentang persahabatanku dengan tiga orang sahabat dekatku saat masih sd. Ternyata ada banyak hal unik dan menarik dari peristiwa masa lalu bersama para sahabat akrabku.” (hlm.39)

“ Aku sulit untuk melupakan surman, karma semua tentang berawal dari sebuah peristiwa yang begitu membekas dalam benaku. Peristiwa yang dialaminya terjadi sehari setelah kami sempat mandi bersama di laut.” (hlm.47)

“ Setelah pulang dari sekolah, surman tidur-tiduran dekat jendela dengan hanya beralasan tikar yang di anyam dari daun jerami.” (hlm.49)

“ Ibu surman sangat terkejut bukan main wajahnya jadi pucat dan kaku. Tampak kerisauwan di antara guratan raut wajahnya yang menggambarkan ke susahan hidup. Ibu surman mulai tak kuasa menahan jeritnya. Ia memanggil nama suaminya tampak seperi orang yang tak siap untuk mendengar apa yang akan terjadi.” (hlm.55)

10

Page 11: Cover Analisis

3.4 Latar Tempat

“ Hutan rimba pada waktu sore itu tampak sepi dan agak sedikit gelap.” (hlm.1)

“nama itu sangat terkenal di kampung kami, Laompao, sebuah pesisir selatan pulau Buton.” (hlm.4)

“ Lalu tampak lah pasir pantai yang berjarak sekitar lima puluh meter di depan kami.” (hlm.12)

“ Ketika selesai terjun ke laut untuk sejenak merendam badan, aku dam odi kembali lagi ke pantai dengan agak berlari.” (hlm.19)

“ Di sepanjang pesisir pantai putih yang terbentang di kampung kami itulah biasanya kami sering bermain, terutama di waktu pagi atau sore.” (hlm.23)

“ Dikampung kecil itulah, yang berawal dari salah satu sahabtku.” (hlm.45)

“ Setelah pulang dari sekolah, surman tidur-tiduran dekat jendela edengan hanya beralaskan tikar yang dianyam dari daun jerami.” (hlm.49)

“ Saat pantai semakin ramai, tiba-tiba surman telah sampai karena lari begitu kencang.” (hlm.56)

“ Di kampung kami pun, bangun pagi juga sudah menjadi hal yang biasa. Sejak subuh, aktifitas para pedagang yang menuju ke pasar tanpa alas kaki, termasuk juga pasar ikan yang ada di kampung kami, sudah mulai menunjukan kegiatanya.” (hlm.69)

“ Kami serempak sambil berlari masuk makin jauh ke dalam hutan.” (hlm.83)

“ Begitu sampai di sekolah, aku tak melihat apa-apa. Suasana sekolah juga seperti biasanya, tidak begitu ramai.” (hlm.92)

“ Aku langsung berdir menghampiri pintu kelas yang terhalang oleh teman-temanku, termasuk surman.” (hlm.97)

“ Surman justru terlihat tenang dan sbar menunggu di bawah pohon jambu yang tumbuh liar di pinggir jalan, dekat hutan.” (hlm.134)

“ Maka dimulailah petualangan kami menuju kecamatan walio yang ada di Bau-bau.” (hlm.138)

11

Page 12: Cover Analisis

“ Kami masuk kawasan benteng melalui lawana atau pintu gerbang keraton yang berada di sisi barat.” (hlm.139)

“ Mendengar penuturan surman yang sedang berdiri di depan kelas.” (hlm.184)

“ Ketika kami sampai di rumah surman, kami mendapati surman tak kuasa menahan tangis sambil meletakan kepala ibunya pengakuannya.” (hlm.217)

“ Surman berlari cepat dan spotan menuju agak hampir ke tengah jalan, yang cuam berjarak dua meter di belakang kami.” (hlm.265)

“ Begitu sampai di rumah sakit, surman langsung masuk UGD dan kami hanya bisa menunggu dengan cemas akan kabar sahabat kami.” (hlm.267)

“ Berkumpul untuk bermain bersama di halaman rumah, tanah lapang, hutan, bermain istana pasir di pantai dan di teruskan di laut.” (hlm.358)

“ Surman, poci dan watina dating menghampiriku yang sedang duduk memegang biola di bawah pohon kelapa di dekat pantai, saat matahari sunset.” (hlm.359)

4.Perwatakan

4.1 TokohPeran utamaDayan : Baik

“ Untuk sahabtku, aku mainkan lagu yang menghibur hati dan membangkitkan semangat dengan gesekan maut biolaku.” (hlm.360)

Surman : Baik,tegar dan bertangung jawab

“ Ia juga telah menjalankan nasehat ibunya, untuk menjaga dan merawat adiknya.” (hlm.359)

Odi :

12

Page 13: Cover Analisis

“ odi mepunyai sifat yang kadang kreative dan agak telat mikir, dia juga mempunyai sikap yang mandiri.”

Poci : jail dan lebih pintar

“ Aksi poci pada waktu itu telah membuat kami merasa tertipu. Poci keterlaluan, ia sedikitpun tak peduli dan merasa prihatin pada kami yang sangat ketakutan pada pagere-gere.” (hlm.15)

4.2 Pengelompok TokohAdapun pengelompok tokoh-tokoh dalam novel sebagai berikut :

N a m a T o k o h J e n i s W a t a k

A n t a g o n i s P r o t a g o n i s T r i t a g o n i s

D a y a n

S u r m a n

O d i

P o c i

L a t o n o

W a t i n a

A m a

I n a

W i n o

D i l o

B u R o s m a l a

K a k e k D e k a

13

Page 14: Cover Analisis

B u S a r n i a

P a k G u r u

S e g a

M a s e k e

P a k I m a m

W a E t i

L a E n d i

F i k a

5. Sudut PandangSudut pandang yang terdapat pada novel ini adalah sudut pandang campuran.

Contoh kalimat :

" Aku dan tiga sahabatku yang usianya sekitar tujuh tahun dan delapan tahun, sedang berlari cepat seperti orang di kejar hantu pada malam jum'at keliwon." ( halaman 2 )

“Kami berempat adalah kumpulan anak kecil yang hidup di sebuah perkampungan kecil di pulau Buton, yang adadi pesisir pantai dan hidup dalam keadaan ekonomi di bawah garis kemiskinan.” (hlm.39)

“ Kakek Deka ia adalah seorang kakek yang memiliki sepetak tanah sekitar seratus lima puluh meter persegi di dekat hutan, tak jauh dari jalan perbatasan kampong kami.” (hlm.24)

6. Gaya Bahasa ( Majas )

Gaya bahasa dalam novel adalah hiperbola.

Contoh kalimat :

“ Bahkan daun pohon semak belukar itu tak sedikit pun yang terlihat bergoyang oleh hembusan angina semilir walau hanya sesaat.” (hlm.1)

“ Tetapi kami sudah tidak peduli dengan keringat yang ukuranya hampir sebesar biji jagung itu.” (hlm.2)

14

Page 15: Cover Analisis

“ Saya belum mau mati kalu belum menikah.” (hlm.82)

7. Amanat“ Hal terpenting adalah tentang perlunya keberanian melawan rasa takut, dan pentingnya sebuah etika dalam hidup seseorang.”

“ Setidaknya lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali.”

“ Pelajaran penting yang kudapatkan yaitu jika memang merasa diri tak tahu dan tak mampu, maka janganlah ngotot dan bersikap sok tahu.”]

BAB III

PENUTUP

1.KesimpulanKesimpulan novel ini adalah tentang perjuangan hidup empat orang anak yang tinggal di sebuah perkampungan kecil yaitu pulau Buton. Dayan,Surman,Odi dan Poci, ya mereka adalah empat orang anak yang bersahabat dan berasal dari sebuah perkampungan kecil bernama laompao di pesisir pantai sisi selatan pulau Buton,Sulawesi Tenggara. Dengan segala latar belakang dan cerita yang berbeda satu

15

Page 16: Cover Analisis

sama lain.Mereka berempat sudah bersahabat sejak kecil yang mempunyai sifat mandiri,kesetiaan, dan enterperenship.

2. Saran

"Kisah anak–anak biasa dengan keindahan makna persahabatan yang luar biasa. Diceritakan dengan gaya yang khas, selain mengajak imajinasi kita melanglang ke pulau Buton, juga menyelipkan pelajaran hidup yang didapat dari setiap peristiwa yang dialami atau dilihat. Buku ini membuat kita tertawa dan menitikkan air mata haru di saat hampir bersamaan, hanya dibatasi oleh lembaran kertas... "Cerita dengan pembawaan yang sangat ringan, mudah dicerna, perpaduan yang sangat enak yang membawa perasaan pembaca, kadang ceria, tertawa, sedih. sangat cocok untuk memotivasi generasi muda saat ini"

16