cover

36
HUBUNGAN SIKAP KERJA STATIS dengan NYERI BAHU PADA PEKERJA BATIK TULIS DI KAMPUNG SAMPANGAN PEKALONGAN Seminar Proposal Diajukan sebagai salah satu syarat Tugas mata kuliah Seminar Proposal Oleh: Mustafidah 6411409089

Upload: mustafidah-fidh

Post on 25-Jul-2015

189 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Cover

HUBUNGAN SIKAP KERJA STATIS dengan

NYERI BAHU PADA PEKERJA BATIK TULIS

DI KAMPUNG SAMPANGAN

PEKALONGAN

Seminar Proposal

Diajukan sebagai salah satu syarat Tugas mata kuliah Seminar Proposal

Oleh:

Mustafidah6411409089

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAANUNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2012

Page 2: Cover

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perekonomian di kebanyakan negara berkembang bahkan di beberapa

negara maju adalah fenomena jumlah dan tingginya peningkatan penduduk yang

bekerja di sektor informal. Hal ini didorong oleh tingkat urbanisasi yang tinggi

dimana penawaran pasar tenaga kerja mampu direspon oleh permintaan tenaga

kerja sektor informal. Pengelompokkan definisi formal dan informal menurut

Hendri Saparini dan M. Chatib Basri dari Universitas Indonesia menyebutkan

bahwa tenaga Kerja sektor informal adalah tenaga kerja yang bekerja pada segala

jenis pekerjaan tanpa ada perlindungan negara dan atas usaha tersebut tidak

dikenakan pajak. Sedangkan Sektor informal yaitu sektor ekonomi yang paling

banyak menyerap tenaga kerja dan pada umumnya tidak memiliki izin

(http://roemahcerdaz.wordpress.com).

Menurut Organisasi Perburuhann Internasional persentase pekerja

informal terhadap jumlah keseluruhan pekerja di tiap provinsi di tahun 2005 dan

2009. Variasi persentase lintas provinsi cukup besar. Pada 2009, DKI Jakarta

memiliki persentase paling rendah (26,2 persen), sementara Nusa Tenggara Timur

tertinggi (83,3 persen). Sementara besaran pada tahun 2009 sedikit lebih rendah

daripada tahun 2005, posisi relatif antar provinsi kurang lebih tetap sama.

Page 3: Cover

Sedangkan di jawa tengah sendiri sektor informal pada tahun 2005 mencapai 65.1

dan pada tahun 2009 berjumlah 64.2.

Dalam UU Kes no. 36 tahun 2009 juga diterangkan bahwa upaya

kesehatan pekerja formal atau informal berisiko mendapatkan kecelakaan atau

penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang timbul

karena hubungan kerja atau yang disebabkan oleh pekerja dan lingkungan.

Pekerja informal yang sering ditemui didaerah pekalongan adalah

pekerjaan membatik tulis, karyawan yang membatik tulis bekerja secara duduk

dengan sikap kerja yang statis dalam membatik. Sikap kerja yang statis dalam

membatik dapat menimbulkan nyeri pada bahu pekerja tersebut.

Menurut dr.Herryanto, Mkes 2004, peneliti dari Pusat Riset dan

Pengembangan Ekologi kesehatan Departemen Kesehatan. Penelitian melibatkan 800

orang dari 8 sektor informal di Tanah Air. Hasilnya menunjukkan, gangguan

muskuloskeletal dialami oleh sekitar 31,6% petani kelapa sawit di Riau, 21% perajin

wayang kulit di Yogyakarta, 18% perajin onix di Jawa Barat, 16,4% penambang emas

di Kalimantan Barat, 14,9 % perajin sepatu di Bogor, dan 8% perajin kuningan di

Jawa Tengah. Perajin batu bata di Lampung dan nelayan di DKI Jakarta adalah

kelompok pekerja yang paling banyak menderita gangguan muskuloskeletal, masing-

masingnya sekitar 76,7% dan 41,6%. Dan rata-rata semua pekerja mengeluhkan nyeri

di punggung, bahu, dan pergelangan tangan.

Menurut penelitian dari Lilik Irawan tahun 2006 tentang Analisis Sikap Dan

Posisi Kerja Pada Perajin Batik Tulis Di Rumah Batik Nakula Sadewa, dengan

menggunakan metode RULA di dapat bahwa 22 % pekerja mengalami keluhan

tingkat tinggi, 56% tingkat sedang dan 22% tingkat ringan, sedangkan analisis

Page 4: Cover

keluhan muskuloskeletal menggunakan kuisioner NBM di dapatkan bahwa

pekerja mengalami keluhan sakit pada bahu kanan, sakit pada siku kanan dan

lengan atas kiri adalah 77.78 % (7 pekerja) , sakit pada siku kiri dan tangan kiri

55.55% (5 pekerja) , sakit pada lengan bawah kiri dan tangan kanan 66.66% (6

pekerja), sakit pada lengan bawah kanan 55.55% (5 pekerja) dan sakit pada

pergelangan tangan kiri adalah 22.22% (2 pekerja).

Nyeri bahu merupakan keluhan yang sering dijumpai sehari-hari yang

disebabkan oleh nyeri lokal atau nyeri saat menggerakkan lengan. Keluhan

tersebut sering menimbulkan masalah diagnostik karena dapat melibatkan

berbagai macam jaringan, seperti persendian, bursa, otot, syaraf bahkan organ

yang jauh dari tempat nyeri. Menurut soekarno nyeri bahu terjadi pada 4,5 % dari

populasi yang ada, 60% adalah wanita, 24% adalah pria. Umumnya berusia

sekitar 40 – 60 (Soekarno, 1989)

Pekerja membatik Tulis sering meraskan nyeri bahu pada waktu kerja

dikarenakan posisi kerja yang statis. Dalam suatu sikap yang statis, otot bekerja

statis dimana pembuluh-pembuluh darah dapat tertekan sehingga aliran darah otot

menjadi berkurang yang mengakibatkan glukosa dan oksigen dari darah dan harus

menggunakan cadangan yang ada. Selain itu sisa metabolisme tidak diangkut

keluar dan menumpuk didalam otot yang berakibat otot menjadi lelah dan timbul

rasa nyeri. Nyeri bahu yang dirasakan pada pekarja membatik dapat menyebabkan

tingkat produktivitas kerja menurun dikarenakan pekerja yang tidak sering masuk

kerja dan pekerja yang sering beristirahat dalam waktu kerja, selaian itu pekerja

Page 5: Cover

juga dapat mengalami susah tidur

(http://www.rusmanmalili.com/nyeri-bahu/penyebab-utama-nyeri-bahu.html).

Desa Sampangan merupakan suatu desa yang berada di wilayah kota

Pekalongan Timur sebagian besar penduduk bermata pencaharian perajin batik

dan pekerja pembuatan batik tulis. Penelitian di laksanakan dikampung

sampangan karena hampir semua warga kampung berpencaharian sebagai perajin

batik dan karyawan pembuatan batik tulis menderita sakit nyeri bahu selesai

bekerja pembatik tulis.

Dari hasil studi pendahuluan untuk mengetahui gejala nyeri bahu di

karyawan pembuatan batik dengan menggunakan wawancara dengan pekerja

membatik tulis pada tanggal 14 april 2012 terdapat 10 orang yang bekerja dengan

keluhan nyeri bahu dengan posisi yang statis selama 8 jam, serta 6 orang tidak

mengalami rasa nyeri bahu dengan bekerja yang statis Maka dari itu perlu

dilakukan upaya-upaya pengendalian secara cepat tepat agar angka kasus tersebut

tidak semakin meningkat di waktu- waktu mendatang, dengan demikian kerugian

yang dialami pekerja membatik akibat hilangnya waktu kerja dan menurunya

produktivitas pekerja dapat dicegah dan diminimalisasi.

Dari latar belakang maka penulis melakukan penelitian dengan judul ”

Hubungan Sikap Kerja Statis Dengan Nyeri Bahu Pada Pekerja Membatik

Dikampung Sampangan Pekalongan”

1.2 Rumusan Masalah

Page 6: Cover

Berdasarkan latar belakang di atas dapat di ambil rumusan maslah “apakah

ada hubungan sikap kerja statis dengan nyeri bahu pada pekerja membatik

dikampung sampangana kota pekalongan.

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui hubungan antara sikap kerja statis dengan nyeri bahu

pada pekerja membatik batik tulis dikampung Sampangan Pekalongan.

1.4 Manfaat

1.4.1 Untuk Pengusaha Batik Tulis

Bahan masukan dalam rangka meningkatkan upaya pencegahan

kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja guna peningkatkan produktifitas

pekerja

1.4.2 Untuk pekerja batik tulis

Menambah pengetahuan dan wawasan tentang pencegahan kecelakaan

akibat kerja dan penyakit akibat kerja.

1.4.3 Untuk Peneliti

Sebagai sarana pembelajaran melakukan penelitian ilmiah sekaligus

mengaplikasikan ilmu dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja yang sudah

didapat selama perkuliahan.

1.4.4 Untuk Mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat

Page 7: Cover

Sebagai bahan acuan untuk melakukan penelitian berikutnya tentang ilmu

kesehatan khususnya mengenai sikap kerja statis dengan nyeri bahu

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Ergonomi

Ergonomi adalah studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan

kerjanya yang ditinjau tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya

yang secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain /

perancangan. Penerapan ergonomi pada umumnya baru dilaksanakan di perusahan

kecil dan sektor informal belum mendapatkan perhatian yang layak. Interaksi

antara sarana-prasarana dengan tenaga kerja tidak sepenuhnya diperhatikan.

Ergonomi juga dapat berperan pula sebagai desain pekerjaan pada suatu

organisasi, misalnya penentuan jumlah jam istirahat, pemelihan jadwal pergantian

waktu kerja ( shift kerja), meningkatkan variasi pekerjaan, dan lain-lain.

Ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor

keselamatan dan kesehatan kerja misalnya desain suatu sistem kerja untuk

mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, desain

stasiun kerja untuk alat peranga visual ( visual display unit stasion). Hal itu

adalah untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu peletakan instrumen dan

sistem pengendali agar didapat optimasi dalam proses transfer informasi dengan

Page 8: Cover

dihasilkannya suatu respon yang cepat dengan meminimumkan risiko kesalahn,

serta supaya didpatkan optimasi, efesiensi kerja dan hilangnya risiko kesehatan

akibat metode kerja yang kurang tepat (Eko Nurmianto 1998: 1)

Prinsip kerja secara Ergonomis, agar terhindar dari cedera atau kecelakan

kerja antara lain:

1. Gunakan tenaga seefisien mungkin, beban yang tidak perlu harus

dukurangi/dihilangkan, perhitungkan gaya berat yang mengacu pada berat

badan dan bila perlu gunakan pengungkit sebagai alat bantu.

2. Sikap tubuh berdiri, duduk dan jongkok hendaknya disesuaikan dengan

prinsip-prinsip ergonomi.

3. Panca indera dapat dimanfaatkan sebagai alat kontrol, bila payah harus

istirahat (jangan dipaksa) dan bla lapar/haus harus makan/minum (jangan

ditahan).

4. Jantung digunakan sebagai parameter yang diukur lebih dari jumlah max.

yang diperbolehkan.

2.2 Sikap Tubuh

Sikap tubuh dalam bekerja adalah suatu gambaran tentang posisi badan,

kepala dan anggota tubuh (tangan dan kaki) baik dalam hubungan antar bagian-

bagian tubuh tersebut maupun letak pusat gravitasinya. Faktor-faktor yang paling

berpengaruh meliputi sudut persendian, inklinasi vertikal badan, kepala, tangan

dan kaki serta derajat penambahan atau pengurangan bentuk kurva tulang

Page 9: Cover

belakang. Faktor-faktor tersebut akan menentukan efisien atau tidaknya sikap

tubuh dalam bekerja. Sikap tubuh bisa dikatakan efisien adalah jika :

1. Menempatkan tekanan yang seimbang pada bagian-bagian tubuh yang

berbeda, atau

2. Membutuhkan sedikit usaha otot untuk bertahan, atau

3. Terasa nyaman bagi masing-masing orang.

 Posisi tubuh yang tidak alamiah dan cara kerja yang tidak ergonomis

dalam waktu lama dan terus menerus dapat menyebabkan berbagai gangguan

kesehatan pada pekerja antara lain :

1. Rasa sakit pada bagian-bagian tertentu sesuai jenis pekerjaan yang

dilakukan seperti pada tangan, kaki, perut, punggung, pinggang dan

lain-lain.

2. Menurunnya motivasi dan kenyamanan kerja.

3. Gangguan gerakan pada bagian tubuh tertentu (kesulitan mengerakkan

kaki, tangan atau leher/kepala).

4. Dalam waktu lama bisa terjadi perubahan bentuk tubuh (tulang miring,

bongkok). 

Pekerjaan dalam waktu lama dalam waktu kerja antara 8 jam dengan posisi

yang tetap/sama baik berdiri maupun duduk akan menyebabkan ketidaknyamanan.

Sikap kerja berdiri dalam waktu lama akan membuat pekerja selalu berusaha

menyeimbangkan posisi tubuhnya sehingga menyebabkan terjadinya beban kerja

statis pada otot-otot punggung dan kaki. Kondisi tersebut juga menyebabkan

mengumpulnya darah pada anggota tubuh bagian bawah. Sedangkan sikap kerja

Page 10: Cover

duduk dalam waktu lama tanpa adanya penyesuaian bisa menyebabkan

melembeknya otot-otot perut, melengkungnya tulang belakang dan gangguan

pada organ pernapasan dan pencernaan.

2.3 Sikap Kerja 

Sikap tubuh saat melakukan setiap pekerjaan dapat menentukan atau

berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pekerjaan. Mungkin kita beranggapan

keberhasilan pekerjaan hanya dinilai dari produktivitas, di sisi lain melupakan

tingkat kelelahan atau risiko lainnya pasca melakukan pekerjaan agar siap untuk

pekerjaan berikutnya. Sikap kerja yang ideal merupakan sikap kerja yang otot

statis sedikit, muskuler effort kecil dapat dipertahankan, melakukan pekerjaan

dengan memakai tangan, mudah dan alamiah (http://www.kesad.mil.id)

Banyak kasus-kasus yang berkaitan dengan sikap kerja antara lain:

1. Leher dan kepala inklinasi ke depan karena medan display terlalu rendah

dan objek terlalu kecil

2. Sikap kerja membungkuk, karena medan kerja terlalu rendah dan objek

diluar medan jangkauan

3. Lengan terangkat yang diiringi dengan bahu terangkat, fleksi dan abduksi

pada muskulus trapesius dan levator pada skapula seratus anterior, m.

deltoid dan supra spinator bisep. Ketentuan bahu terangkat dan terabduksi,

jangan melebihi 60o

Page 11: Cover

4. Pada sikap asimetris terjadi perbedaan beban pada kedua sisi tulang

belakang.

Sikap tubuh dalam beraktivitas pekerjaan diakibatkan oleh hubungan antara

demensi kerja dengan variasi tempat kerja, sikap tubuh dalam keadaan pasip tanpa

melakukan aktivitas atau pekerjaan adalah sikap berdiri, berbaring, jongkok,

duduk. Sikap-sikap tubuh diaplikasikan pada pekerjaan disebut sikap kerja Sikap

seseorang dipengaruhi oleh empat factor:

1. Fisik, umur, jenis kelamin, ukuran antropometri, berat badan, kesegaran

jasmani, kemampuan gerakan sendi system musculoskeletal, tajam

penglihatan, masalah kegemukan, riwayat penyakit.

2. Jenis keperluan tugas, pekerjaan memerlukan ketelitian, kekuatan tangan,

ukuran tempat duduk, giliran tugas, waktu istirahat dan lain-lain.

3. Disain tempat kerja, seperti ukuran tempat duduk, ketinggian landasan

kerja, kondisi bidang pekerjaan, dan factor-faktor lingkungan.

4. Lingkungan kerja(environment) ; intensitas penerangan, suhu lingkungan,

kelembaban udara, kecepatan udara, kebisingan, debu, dan getaran.

(Bridger,1995)

2.4 Masa kerja

Masa kerja adalah kemampuan seseorang bekerja dengan 8-10 jam

perhari, lebih dari itu efisien dan kualitas kerja menurun.(Soekidjo Notoatmodjo,

1997:190).

Page 12: Cover

Menurut Tulus M.A (1992:11) Mas kerja adalah suatu krun waktu atau

lamanya teanaga kerja itu bekerja di suatu tempat. Masa kerja dapat

mempengaruhi kinerja baik positif/negatif memberi pengaruh positif pada kinerja

bila dengan semakin lamanya masa kerja personal semakin berpengalaman dalam

melaksanakan tugasnya. Sebaiknya akan memberikan pengaruh negatif apabila

dengan semaikn lamnya masa kerja maka akan timbul kebiasaan pada tenaga

kerja. Hal ini biasanya terkait dengan pekerja yang bersifat monoton dan

berulang-ulang. Masa kerja dikategorikan menajdai 3 ( tiga) yaitu:

1. masa kerja baru : < 6 tahun

2. masa kerja sedang : 6-10 tahun

3. masa kerja lama : >10 tahun

2.5 Nyeri

Nyeri adalah suatu sensori yang tidak menyenangkan dari suatu emosional

disertai kerusakan jaringan secara aktual maupun potensial atau kerusakan

jaringan secara menyeluruh. Nyeri adalah suatu mekanisme proteksi bagi tubuh,

nyeri timbul bilamana jaringan rusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi

untuk menghilangkan rasa nyeri tersebut (Lukman Nurma Ningsih 2009 :16 )

Menurut Ganong(1990) yang dikutib (Lukman Nurma Ningsih 2008) nyeri

dinamakna penggiringan psikis bagi refleks pelindung, ynag menentukan

rangsangan nyeri, umumnya menimbulkan gerakan mengelak dan mneghindari

yang kuat, di antaranya perasaan karena mengandung unsur emosional yang khas.

2.5.1 Tipe Dan Karakteristik Nyeri

Page 13: Cover

Tipe nyeri terbagi menjadi lima, yaitu nyeri berdasarkan durasi, nyeri

berdasarkan intensitas, nyeri berdasarkan tranmisi, nyeri berdasarkan sumber atau

asla nyeri, dan penyebab nyeri.

1. Nyeri berdasarkan durasi

No Nyeri akut Nyeri kronis

1. Peristiwa baru, tiba-tiba,

durasi singkat

Pengalaman nyeri yang menetap/ kontinu

selama lebih dari enam bulan

2. Berkaitan dengan penyakit

akut, seperti operasi,

prosedur pengobatan atau

trauma

Inensitas nyeri sukar untuk diturunkan

3. Sifat nyeri jelas dan besar

kemungkinan untuk hilang

Sifatnya kurang jelas dan kecil

kemungkinan untuk sembuh/hilang

4. Timbulnya akibat stimulus

langsung terhadap rangsang

noksius, misalnya mekanik

dan inflasi

Rasa nyeri biasanya meningkat

5. Umumnya bersifat

sementara, yaitu sampai

dengan penyembuhan

Dikategorikan sebagai:

a. Nyeri kronis maligna, jika nyeri

berhubungan dengan kanker atau

penyakit progresif

Page 14: Cover

b. Nyeri kronis non maligna,jika nyeri

akibat kerusakan jaringan non

progresif lalu yang telah

mengalami ppenyembuhan

6. Area nyeri dapat

diidentifikasi, rasa nyeri

cepat berkurang

Area nyeri dapat tidak mudah

diidentifikasi.

2. Nyeri berdasarkan penyebab

Menurut penyebabnya, nyeri dibagi menjadi enam kriteria seperti berikut

ini:

1. Termik, disebabkan oleh perbedaan suhu yang ekstrem

2. Kimia, disebabkan oelh trauma/ zat kimia

3. Mekanik, disebabkan trauma fisik/ mekanik

4. Elektrik, disebabkan oleh aliran listrik

5. Psikogenik, nyeri yang tanpa diketahui adanya kelainan fisik,

bersifat psikologis Neurologik, disebabkan oleh keruskan jaringan

syaraf ( Lukman Nurma Ningsih 2009 :16 )

2.6 Nyeri Bahu

Nyeri bahu merupakan keluhan yang sering dijumpai sehari-hari yang

disebabkan oleh nyeri lokal atau nyeri saat menggerakkan lengan. Keluhan

tersebut sering menimbulkan masalah diagnostik karena dapat melibatkan

Page 15: Cover

berbagai macam jaringan, seperti persendian, bursa, otot, syaraf bahkan organ

yang jauh dari tempat nyeri (http://grahacendikia.files.wordpress.com)

Gejala klinis nyeri bahu adalah lengan atas , siku, lengan bawah ,

pergelangan tangan dan tangan. Nyeri ini biasa disebabkan oleh : kelainan

musculoskeletal system saraf , vaskuler , visceral dan psikogenik .Dapat Ditandai

Nyeri pada posisi dan gerakan leher , bahu , lengan dan tangan .

Adanya kelainan bentuk / asimetris dan hilangnya bentuk – bentuk normal

(http://www.klikdokter.com)

2.6.1 Penyebab Nyeri Bahu

Nyeri bahu hampir selalu didahului atau ditandai adanya rasa nyeri pada

bahu terutama pada saat melakukan aktifitas gerakan yang melibatkan sendi bahu

sehingga yang bersangkutan ketakutan menggerakkan sendi bahu. Keadaan seperti

ini apabila dibiarkan dalam waktu yang relatif lama menjadikan bahu akan

menjadi kaku.

2.6.2 Faktor Penyebab Terjadinya Nyeri Bahu

Gerak atau aktifitas kerja fungsional sehari-hari yang membebani struktur

persendian bahu, misalnya pada karyawan tukang cat, pemain tennis, juru ketik

dan sebagainya yang terkait dengan aktivitas gerak bahu. Pada kelompok orang-

orang tersebut, nyeri bahu terjadi oleh karena aktivitas yang dilakukan pada posisi

abduksi-elevasi sedikit eksorotasi. Pada aktivitas gerak ini maka peran dan kerja

otot “rotator cuff” terutama m. supraspinatus sering terjadi impangement (terjepit)

antara kaput humeri dan akromion atau ligamentum coraco akromiale. Keadaan

ini sangat potensial menimbulkan cedera pada otot pada supraspinatus dan yang

Page 16: Cover

bersangkutan sering mengeluh pegal dan nyeri. Mekanisme yang sama dapat

terjadi otot kelompok “rotator cuff” yang lain berdasarkan pada gerak yang terjadi

dan melekat karena kerja otot apa yang dominan ( http://fisiosby.com)

2.6.3 Hubungan Sikap Kerja Dengan Nyeri Bahu

Posisi tubuh yang tidak alamiah dan cara kerja yang tidak ergonomis

dalam waktu lama dan terus menerus dapat menyebabkan berbagai gangguan

kesehatan pada pekerja antara lain :

a. Rasa sakit pada bagian-bagian tertentu sesuai jenis pekerjaan yang

dilakukan seperti pada tangan, kaki, perut, punggung, pinggang

dan lain-lain.

b. Menurunnya motivasi dan kenyamanan kerja.

c. Gangguan gerakan pada bagian tubuh tertentu (kesulitan

mengerakkan kaki, tangan atau leher/kepala).

d. Dalam waktu lama bisa terjadi perubahan bentuk tubuh (tulang

miring, bongkok).

Sikap tubuh dalam bekerja sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan,

ukuran dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat petunjuk dan cara-cara

harus mengoperasikan mesin (macam gerak, arah dan kekuatan). Untuk bisa

mencapai efisiensi dan produktivitas kerja yang optimal serta memberikan rasa

nyaman pada saat bekerja bisa dilakukan dengan cara :

1. Menghindarkan sikap tubuh yang tidak alamiah

2. Mengusahakan agar beban statis sekecil mungkin

Page 17: Cover

3. Membuat dan menentukan kriteria serta ukuran baku tentang

sarana kerja (meja, kursi, dll.) yang sesuai dengan antropometri

pemakainya.

4. Mengupayakan agar sebisa mungkin pekerjaan dilakukan dengan

sikap duduk atau kombinasi duduk dan berdiri (Pheasant,1991,

Yusuf, 2004. 16). 

Pekerjaan dalam waktu lama dengan posisi yang tetap/sama baik berdiri

maupun duduk akan menyebabkan ketidaknyamanan. Sikap kerja berdiri dalam

waktu lama akan membuat pekerja selalu berusaha menyeimbangkan posisi

tubuhnya sehingga menyebabkan terjadinya beban kerja statis pada otot-otot

punggung dan kaki. Kondisi tersebut juga menyebabkan mengumpulnya darah

pada anggota tubuh bagian bawah. Sedangkan sikap kerja duduk dalam waktu

lama tanpa adanya penyesuaian bisa menyebabkan melembeknya otot-otot perut,

melengkungnya tulang belakang dan gangguan pada organ pernapasan dan

pencernaan. Sesuai dengan bentuk alamiah kurva tulang belakang, maka sikap

kerja duduk yang paling baik adalah sedikit lordose pada pinggang dan sedikit

kifose pada punggung. Dengan posisi seperti ini pengaruh buruk pada tulang

belakang terutama pada lumbosacral dapat dikurangi. Hal ini dapat dicapai

dengan penggunaan kursi dengan sandaran pinggang yang sesuai dengan bentuk

anatomis alami tulang belakang (http://konsulhiperkes.wordpress.com).

Dalam penelitian Lilik Irawan tentang Analisis Sikap Dan Posisi Kerja Pada

Perajin Batik Tulis Di Rumah Batik Nakula Sadewa, Sleman di hasilkan bahwa

Adanya keluhan pada otot-otot skeletal mulai dari tingkat tinggi, tingkat sedang dan

Page 18: Cover

tingkat rendah, mempengaruhi adanya keluhan muskuloskeletal khususnya

ekstrimitas atas tubuh pekerja yang juga berdampak pada timbulnya kebosanan kerja

sehingga dapat mengurangi konsentrasi dan ketelitian pekerja pada saat membatik.

2.5 Kerangka Teori

Berdasarkan hasil penelaahan kepustakaan dan mengacu pada konsep

dasar tentang Sikap Kerja Statis Dengan Nyeri Bahu Pada Pekerja Membatik

Tulis, maka kerangka teoritis dalam penelitian (Gambar 2.3)

Jenis Kelamin

Usia

Masa kerja

Sikap kerja

Waktu Kerja

Lingkungan kerja

Ukuran tubuh

Nyeri Bahu

Page 19: Cover

Sumber : Sritomo Wignjosoebroto, 2001, http://www.kesad.mil.id, Bridger,1995,

Eko Nurmianto, 1996 :49, http://konsulhiperkes.wordpress.com

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kesehatan jasmani

Variabel Bebas

sikap kerja statis

Variabel Terikat

Kejadian nyeri bahu

Variabel Penggangu

Umur

Massa kerja

Beban kerja

Waktu kerja

Lingkungan kerja

Beban kerja

Kebosanan kerja

Page 20: Cover

3.2 Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : ada hubungan sikap kerja

statis dengan nyeri bahu pada pekerja membatik tulis di kampung sampangan

pekalongan .

3.3 Definisi Operasional

No Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil

ukur

skala

1. Sikap

kerja

statis

Sikap kerja dengan

menggunakan posisi

tetap dengan

menggunakan tangan

Antromentri

wawancara

Koesioner Nominal

Page 21: Cover

sampai lengan bahu

untuk membatik tulis

dalam waktu 8 jam pada

pekerja membatik tulis

2. Nyeri yang dirasakan

oleh pekerja membatik

tulis setelah bekarja

selama 8 jam yang

dikarenakan pada tendon

otot supraspinatus dan

tendon otot bahu yang

lain. Dengan gerakan

fleksi dan abduksi

bahu menyebabkan

gesekan pada tendon

yang berada diantara

kaput humeri dan

ligamentumkoracoakr

omiale. Bahkan pada

derajat tertentu,

abduksi/elevasi,disam

ping itu gesekan juga

akan menyebabkan

Wawancara kousioner 0=

nyeri

1=

tidak

nyeri

nominal

Page 22: Cover

gesekan pada tandon

3.4 Jenis Rancangan

Desain peneltian yaitu penelitian explanatory research ( penelitian

penjelasan) dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Rancangan ini

menyangkut variabel bebas dan variabel terikat diobservasi sekaligus dalam waktu

yang sama (Soekidjo Notoatmodjo, 2010: 37)

Teknik Sampling

Pada garis besarnya hanya ada dua jenis sampel, yaitu sampel –sampel

probabilitas ( probability samples) atau sering disebut random sampel ( sampel

acak) dan sampel-sampel nonprobalitas ( non bability samples) (Soekidjo

Notoatmodjo, 2010:118).

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah penggunakan sampel

secara kelompok atau gugus ( cluster sampling) karena kelompok yang diambil

sebagai sampel ini terdiri dari unit dalam satu desa yang bekerja di industri

informal batik. Pengambilan sampel ini tidak mendaftar semua anggota atau unit

yang ada di dalam populasi tetapi cukup mendaftar banyaknya kelompok yang ada

di populasi, kemudian mengambil beberapa sampel berdasarkan kelompok

tersebut.

Page 23: Cover

3.4.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota atau pekerja membatik

tulis di desa sampangan tahun 2012 yang berjumlah 30 orang.

3.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian ( subset) dari populasi yang dipilih dengan cara

tertentu hingga dianggap mewakili populasinya ( Sudigdo Sastroasmoro,1995:68).

Oleh karena desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan

teknik sampel acak, maka teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah penggunakan sampel secara kelompok atau gugus ( cluster

sampling) karena kelompok yang diambil sebagai sampel ini terdiri dari unit

dalam satu desa yang bekerja di industri informal batik. Pengambilan sampel ini

tidak mendaftar semua anggota atau unit yang ada di dalam populasi tetapi cukup

mendaftar banyaknya kelompok yang ada di populasi, kemudian mengambil

beberapa sampel berdasarkan kelompok tersebut.

Besar sampel untuk populasi kecil / kurang dari 100.000 dapat

menggunakan formula:

n = besar sampel

N= bear populasi

d= tingkat kepercayaan yang diinginkan (0,05).

Page 24: Cover

DAFTAR PUSTAKA

Ningsih Nurma Lukman, 2009, Musculoskeletal system Diseases Homeopathic

treatment Movement disorders—medicine, Jakarta:Salemba medika

Nurmianto Eko, 1996, Ergonomi Konsep Dasar Dan Aplikasinya, Surabaya:

Guna Widya

http://konsulhiperkes.wordpress.com, sikap kerja, di akses tanggal 12 April 2012

http://grahacendikia.files.wordpress.com di akses tanggal 12 April 2012

http://www.klikdokter.com diakses tanggal 12 April 2012

http://konsulhiperkes.wordpress.com, Sikap Kerja Yang Ergonomis, di akses

tanggal 12 April 2012

http://www.rusmanmalili.com/nyeri-bahu/penyebab-utama-nyeri-bahu.html, di

akses tanggal 13 April 2012

Tulus M. A, 1992. Manajemen Sumber Daya manusia, Jakarta: Gramedia

Pustaka Umum

Soekidjo Notoatmodjo, 1997, MetodePenelitian Kesehatan , Jakarta: PT

RINEKA CIPTA.

Soekidjo Notoatmodjo, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT

RINEKA CIPTA.

www.ergoinstitute.com/component/docman/doc_download/36-ergonews-2.html,

Ergo News Cedera Otot Rangka, di akses tanggal 26 Mei 2012

Page 25: Cover