cover
TRANSCRIPT
HUBUNGAN SIKAP KERJA STATIS dengan
NYERI BAHU PADA PEKERJA BATIK TULIS
DI KAMPUNG SAMPANGAN
PEKALONGAN
Seminar Proposal
Diajukan sebagai salah satu syarat Tugas mata kuliah Seminar Proposal
Oleh:
Mustafidah6411409089
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAANUNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perekonomian di kebanyakan negara berkembang bahkan di beberapa
negara maju adalah fenomena jumlah dan tingginya peningkatan penduduk yang
bekerja di sektor informal. Hal ini didorong oleh tingkat urbanisasi yang tinggi
dimana penawaran pasar tenaga kerja mampu direspon oleh permintaan tenaga
kerja sektor informal. Pengelompokkan definisi formal dan informal menurut
Hendri Saparini dan M. Chatib Basri dari Universitas Indonesia menyebutkan
bahwa tenaga Kerja sektor informal adalah tenaga kerja yang bekerja pada segala
jenis pekerjaan tanpa ada perlindungan negara dan atas usaha tersebut tidak
dikenakan pajak. Sedangkan Sektor informal yaitu sektor ekonomi yang paling
banyak menyerap tenaga kerja dan pada umumnya tidak memiliki izin
(http://roemahcerdaz.wordpress.com).
Menurut Organisasi Perburuhann Internasional persentase pekerja
informal terhadap jumlah keseluruhan pekerja di tiap provinsi di tahun 2005 dan
2009. Variasi persentase lintas provinsi cukup besar. Pada 2009, DKI Jakarta
memiliki persentase paling rendah (26,2 persen), sementara Nusa Tenggara Timur
tertinggi (83,3 persen). Sementara besaran pada tahun 2009 sedikit lebih rendah
daripada tahun 2005, posisi relatif antar provinsi kurang lebih tetap sama.
Sedangkan di jawa tengah sendiri sektor informal pada tahun 2005 mencapai 65.1
dan pada tahun 2009 berjumlah 64.2.
Dalam UU Kes no. 36 tahun 2009 juga diterangkan bahwa upaya
kesehatan pekerja formal atau informal berisiko mendapatkan kecelakaan atau
penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang timbul
karena hubungan kerja atau yang disebabkan oleh pekerja dan lingkungan.
Pekerja informal yang sering ditemui didaerah pekalongan adalah
pekerjaan membatik tulis, karyawan yang membatik tulis bekerja secara duduk
dengan sikap kerja yang statis dalam membatik. Sikap kerja yang statis dalam
membatik dapat menimbulkan nyeri pada bahu pekerja tersebut.
Menurut dr.Herryanto, Mkes 2004, peneliti dari Pusat Riset dan
Pengembangan Ekologi kesehatan Departemen Kesehatan. Penelitian melibatkan 800
orang dari 8 sektor informal di Tanah Air. Hasilnya menunjukkan, gangguan
muskuloskeletal dialami oleh sekitar 31,6% petani kelapa sawit di Riau, 21% perajin
wayang kulit di Yogyakarta, 18% perajin onix di Jawa Barat, 16,4% penambang emas
di Kalimantan Barat, 14,9 % perajin sepatu di Bogor, dan 8% perajin kuningan di
Jawa Tengah. Perajin batu bata di Lampung dan nelayan di DKI Jakarta adalah
kelompok pekerja yang paling banyak menderita gangguan muskuloskeletal, masing-
masingnya sekitar 76,7% dan 41,6%. Dan rata-rata semua pekerja mengeluhkan nyeri
di punggung, bahu, dan pergelangan tangan.
Menurut penelitian dari Lilik Irawan tahun 2006 tentang Analisis Sikap Dan
Posisi Kerja Pada Perajin Batik Tulis Di Rumah Batik Nakula Sadewa, dengan
menggunakan metode RULA di dapat bahwa 22 % pekerja mengalami keluhan
tingkat tinggi, 56% tingkat sedang dan 22% tingkat ringan, sedangkan analisis
keluhan muskuloskeletal menggunakan kuisioner NBM di dapatkan bahwa
pekerja mengalami keluhan sakit pada bahu kanan, sakit pada siku kanan dan
lengan atas kiri adalah 77.78 % (7 pekerja) , sakit pada siku kiri dan tangan kiri
55.55% (5 pekerja) , sakit pada lengan bawah kiri dan tangan kanan 66.66% (6
pekerja), sakit pada lengan bawah kanan 55.55% (5 pekerja) dan sakit pada
pergelangan tangan kiri adalah 22.22% (2 pekerja).
Nyeri bahu merupakan keluhan yang sering dijumpai sehari-hari yang
disebabkan oleh nyeri lokal atau nyeri saat menggerakkan lengan. Keluhan
tersebut sering menimbulkan masalah diagnostik karena dapat melibatkan
berbagai macam jaringan, seperti persendian, bursa, otot, syaraf bahkan organ
yang jauh dari tempat nyeri. Menurut soekarno nyeri bahu terjadi pada 4,5 % dari
populasi yang ada, 60% adalah wanita, 24% adalah pria. Umumnya berusia
sekitar 40 – 60 (Soekarno, 1989)
Pekerja membatik Tulis sering meraskan nyeri bahu pada waktu kerja
dikarenakan posisi kerja yang statis. Dalam suatu sikap yang statis, otot bekerja
statis dimana pembuluh-pembuluh darah dapat tertekan sehingga aliran darah otot
menjadi berkurang yang mengakibatkan glukosa dan oksigen dari darah dan harus
menggunakan cadangan yang ada. Selain itu sisa metabolisme tidak diangkut
keluar dan menumpuk didalam otot yang berakibat otot menjadi lelah dan timbul
rasa nyeri. Nyeri bahu yang dirasakan pada pekarja membatik dapat menyebabkan
tingkat produktivitas kerja menurun dikarenakan pekerja yang tidak sering masuk
kerja dan pekerja yang sering beristirahat dalam waktu kerja, selaian itu pekerja
juga dapat mengalami susah tidur
(http://www.rusmanmalili.com/nyeri-bahu/penyebab-utama-nyeri-bahu.html).
Desa Sampangan merupakan suatu desa yang berada di wilayah kota
Pekalongan Timur sebagian besar penduduk bermata pencaharian perajin batik
dan pekerja pembuatan batik tulis. Penelitian di laksanakan dikampung
sampangan karena hampir semua warga kampung berpencaharian sebagai perajin
batik dan karyawan pembuatan batik tulis menderita sakit nyeri bahu selesai
bekerja pembatik tulis.
Dari hasil studi pendahuluan untuk mengetahui gejala nyeri bahu di
karyawan pembuatan batik dengan menggunakan wawancara dengan pekerja
membatik tulis pada tanggal 14 april 2012 terdapat 10 orang yang bekerja dengan
keluhan nyeri bahu dengan posisi yang statis selama 8 jam, serta 6 orang tidak
mengalami rasa nyeri bahu dengan bekerja yang statis Maka dari itu perlu
dilakukan upaya-upaya pengendalian secara cepat tepat agar angka kasus tersebut
tidak semakin meningkat di waktu- waktu mendatang, dengan demikian kerugian
yang dialami pekerja membatik akibat hilangnya waktu kerja dan menurunya
produktivitas pekerja dapat dicegah dan diminimalisasi.
Dari latar belakang maka penulis melakukan penelitian dengan judul ”
Hubungan Sikap Kerja Statis Dengan Nyeri Bahu Pada Pekerja Membatik
Dikampung Sampangan Pekalongan”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat di ambil rumusan maslah “apakah
ada hubungan sikap kerja statis dengan nyeri bahu pada pekerja membatik
dikampung sampangana kota pekalongan.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui hubungan antara sikap kerja statis dengan nyeri bahu
pada pekerja membatik batik tulis dikampung Sampangan Pekalongan.
1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Pengusaha Batik Tulis
Bahan masukan dalam rangka meningkatkan upaya pencegahan
kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja guna peningkatkan produktifitas
pekerja
1.4.2 Untuk pekerja batik tulis
Menambah pengetahuan dan wawasan tentang pencegahan kecelakaan
akibat kerja dan penyakit akibat kerja.
1.4.3 Untuk Peneliti
Sebagai sarana pembelajaran melakukan penelitian ilmiah sekaligus
mengaplikasikan ilmu dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja yang sudah
didapat selama perkuliahan.
1.4.4 Untuk Mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat
Sebagai bahan acuan untuk melakukan penelitian berikutnya tentang ilmu
kesehatan khususnya mengenai sikap kerja statis dengan nyeri bahu
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Ergonomi
Ergonomi adalah studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan
kerjanya yang ditinjau tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya
yang secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain /
perancangan. Penerapan ergonomi pada umumnya baru dilaksanakan di perusahan
kecil dan sektor informal belum mendapatkan perhatian yang layak. Interaksi
antara sarana-prasarana dengan tenaga kerja tidak sepenuhnya diperhatikan.
Ergonomi juga dapat berperan pula sebagai desain pekerjaan pada suatu
organisasi, misalnya penentuan jumlah jam istirahat, pemelihan jadwal pergantian
waktu kerja ( shift kerja), meningkatkan variasi pekerjaan, dan lain-lain.
Ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor
keselamatan dan kesehatan kerja misalnya desain suatu sistem kerja untuk
mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, desain
stasiun kerja untuk alat peranga visual ( visual display unit stasion). Hal itu
adalah untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu peletakan instrumen dan
sistem pengendali agar didapat optimasi dalam proses transfer informasi dengan
dihasilkannya suatu respon yang cepat dengan meminimumkan risiko kesalahn,
serta supaya didpatkan optimasi, efesiensi kerja dan hilangnya risiko kesehatan
akibat metode kerja yang kurang tepat (Eko Nurmianto 1998: 1)
Prinsip kerja secara Ergonomis, agar terhindar dari cedera atau kecelakan
kerja antara lain:
1. Gunakan tenaga seefisien mungkin, beban yang tidak perlu harus
dukurangi/dihilangkan, perhitungkan gaya berat yang mengacu pada berat
badan dan bila perlu gunakan pengungkit sebagai alat bantu.
2. Sikap tubuh berdiri, duduk dan jongkok hendaknya disesuaikan dengan
prinsip-prinsip ergonomi.
3. Panca indera dapat dimanfaatkan sebagai alat kontrol, bila payah harus
istirahat (jangan dipaksa) dan bla lapar/haus harus makan/minum (jangan
ditahan).
4. Jantung digunakan sebagai parameter yang diukur lebih dari jumlah max.
yang diperbolehkan.
2.2 Sikap Tubuh
Sikap tubuh dalam bekerja adalah suatu gambaran tentang posisi badan,
kepala dan anggota tubuh (tangan dan kaki) baik dalam hubungan antar bagian-
bagian tubuh tersebut maupun letak pusat gravitasinya. Faktor-faktor yang paling
berpengaruh meliputi sudut persendian, inklinasi vertikal badan, kepala, tangan
dan kaki serta derajat penambahan atau pengurangan bentuk kurva tulang
belakang. Faktor-faktor tersebut akan menentukan efisien atau tidaknya sikap
tubuh dalam bekerja. Sikap tubuh bisa dikatakan efisien adalah jika :
1. Menempatkan tekanan yang seimbang pada bagian-bagian tubuh yang
berbeda, atau
2. Membutuhkan sedikit usaha otot untuk bertahan, atau
3. Terasa nyaman bagi masing-masing orang.
Posisi tubuh yang tidak alamiah dan cara kerja yang tidak ergonomis
dalam waktu lama dan terus menerus dapat menyebabkan berbagai gangguan
kesehatan pada pekerja antara lain :
1. Rasa sakit pada bagian-bagian tertentu sesuai jenis pekerjaan yang
dilakukan seperti pada tangan, kaki, perut, punggung, pinggang dan
lain-lain.
2. Menurunnya motivasi dan kenyamanan kerja.
3. Gangguan gerakan pada bagian tubuh tertentu (kesulitan mengerakkan
kaki, tangan atau leher/kepala).
4. Dalam waktu lama bisa terjadi perubahan bentuk tubuh (tulang miring,
bongkok).
Pekerjaan dalam waktu lama dalam waktu kerja antara 8 jam dengan posisi
yang tetap/sama baik berdiri maupun duduk akan menyebabkan ketidaknyamanan.
Sikap kerja berdiri dalam waktu lama akan membuat pekerja selalu berusaha
menyeimbangkan posisi tubuhnya sehingga menyebabkan terjadinya beban kerja
statis pada otot-otot punggung dan kaki. Kondisi tersebut juga menyebabkan
mengumpulnya darah pada anggota tubuh bagian bawah. Sedangkan sikap kerja
duduk dalam waktu lama tanpa adanya penyesuaian bisa menyebabkan
melembeknya otot-otot perut, melengkungnya tulang belakang dan gangguan
pada organ pernapasan dan pencernaan.
2.3 Sikap Kerja
Sikap tubuh saat melakukan setiap pekerjaan dapat menentukan atau
berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pekerjaan. Mungkin kita beranggapan
keberhasilan pekerjaan hanya dinilai dari produktivitas, di sisi lain melupakan
tingkat kelelahan atau risiko lainnya pasca melakukan pekerjaan agar siap untuk
pekerjaan berikutnya. Sikap kerja yang ideal merupakan sikap kerja yang otot
statis sedikit, muskuler effort kecil dapat dipertahankan, melakukan pekerjaan
dengan memakai tangan, mudah dan alamiah (http://www.kesad.mil.id)
Banyak kasus-kasus yang berkaitan dengan sikap kerja antara lain:
1. Leher dan kepala inklinasi ke depan karena medan display terlalu rendah
dan objek terlalu kecil
2. Sikap kerja membungkuk, karena medan kerja terlalu rendah dan objek
diluar medan jangkauan
3. Lengan terangkat yang diiringi dengan bahu terangkat, fleksi dan abduksi
pada muskulus trapesius dan levator pada skapula seratus anterior, m.
deltoid dan supra spinator bisep. Ketentuan bahu terangkat dan terabduksi,
jangan melebihi 60o
4. Pada sikap asimetris terjadi perbedaan beban pada kedua sisi tulang
belakang.
Sikap tubuh dalam beraktivitas pekerjaan diakibatkan oleh hubungan antara
demensi kerja dengan variasi tempat kerja, sikap tubuh dalam keadaan pasip tanpa
melakukan aktivitas atau pekerjaan adalah sikap berdiri, berbaring, jongkok,
duduk. Sikap-sikap tubuh diaplikasikan pada pekerjaan disebut sikap kerja Sikap
seseorang dipengaruhi oleh empat factor:
1. Fisik, umur, jenis kelamin, ukuran antropometri, berat badan, kesegaran
jasmani, kemampuan gerakan sendi system musculoskeletal, tajam
penglihatan, masalah kegemukan, riwayat penyakit.
2. Jenis keperluan tugas, pekerjaan memerlukan ketelitian, kekuatan tangan,
ukuran tempat duduk, giliran tugas, waktu istirahat dan lain-lain.
3. Disain tempat kerja, seperti ukuran tempat duduk, ketinggian landasan
kerja, kondisi bidang pekerjaan, dan factor-faktor lingkungan.
4. Lingkungan kerja(environment) ; intensitas penerangan, suhu lingkungan,
kelembaban udara, kecepatan udara, kebisingan, debu, dan getaran.
(Bridger,1995)
2.4 Masa kerja
Masa kerja adalah kemampuan seseorang bekerja dengan 8-10 jam
perhari, lebih dari itu efisien dan kualitas kerja menurun.(Soekidjo Notoatmodjo,
1997:190).
Menurut Tulus M.A (1992:11) Mas kerja adalah suatu krun waktu atau
lamanya teanaga kerja itu bekerja di suatu tempat. Masa kerja dapat
mempengaruhi kinerja baik positif/negatif memberi pengaruh positif pada kinerja
bila dengan semakin lamanya masa kerja personal semakin berpengalaman dalam
melaksanakan tugasnya. Sebaiknya akan memberikan pengaruh negatif apabila
dengan semaikn lamnya masa kerja maka akan timbul kebiasaan pada tenaga
kerja. Hal ini biasanya terkait dengan pekerja yang bersifat monoton dan
berulang-ulang. Masa kerja dikategorikan menajdai 3 ( tiga) yaitu:
1. masa kerja baru : < 6 tahun
2. masa kerja sedang : 6-10 tahun
3. masa kerja lama : >10 tahun
2.5 Nyeri
Nyeri adalah suatu sensori yang tidak menyenangkan dari suatu emosional
disertai kerusakan jaringan secara aktual maupun potensial atau kerusakan
jaringan secara menyeluruh. Nyeri adalah suatu mekanisme proteksi bagi tubuh,
nyeri timbul bilamana jaringan rusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi
untuk menghilangkan rasa nyeri tersebut (Lukman Nurma Ningsih 2009 :16 )
Menurut Ganong(1990) yang dikutib (Lukman Nurma Ningsih 2008) nyeri
dinamakna penggiringan psikis bagi refleks pelindung, ynag menentukan
rangsangan nyeri, umumnya menimbulkan gerakan mengelak dan mneghindari
yang kuat, di antaranya perasaan karena mengandung unsur emosional yang khas.
2.5.1 Tipe Dan Karakteristik Nyeri
Tipe nyeri terbagi menjadi lima, yaitu nyeri berdasarkan durasi, nyeri
berdasarkan intensitas, nyeri berdasarkan tranmisi, nyeri berdasarkan sumber atau
asla nyeri, dan penyebab nyeri.
1. Nyeri berdasarkan durasi
No Nyeri akut Nyeri kronis
1. Peristiwa baru, tiba-tiba,
durasi singkat
Pengalaman nyeri yang menetap/ kontinu
selama lebih dari enam bulan
2. Berkaitan dengan penyakit
akut, seperti operasi,
prosedur pengobatan atau
trauma
Inensitas nyeri sukar untuk diturunkan
3. Sifat nyeri jelas dan besar
kemungkinan untuk hilang
Sifatnya kurang jelas dan kecil
kemungkinan untuk sembuh/hilang
4. Timbulnya akibat stimulus
langsung terhadap rangsang
noksius, misalnya mekanik
dan inflasi
Rasa nyeri biasanya meningkat
5. Umumnya bersifat
sementara, yaitu sampai
dengan penyembuhan
Dikategorikan sebagai:
a. Nyeri kronis maligna, jika nyeri
berhubungan dengan kanker atau
penyakit progresif
b. Nyeri kronis non maligna,jika nyeri
akibat kerusakan jaringan non
progresif lalu yang telah
mengalami ppenyembuhan
6. Area nyeri dapat
diidentifikasi, rasa nyeri
cepat berkurang
Area nyeri dapat tidak mudah
diidentifikasi.
2. Nyeri berdasarkan penyebab
Menurut penyebabnya, nyeri dibagi menjadi enam kriteria seperti berikut
ini:
1. Termik, disebabkan oleh perbedaan suhu yang ekstrem
2. Kimia, disebabkan oelh trauma/ zat kimia
3. Mekanik, disebabkan trauma fisik/ mekanik
4. Elektrik, disebabkan oleh aliran listrik
5. Psikogenik, nyeri yang tanpa diketahui adanya kelainan fisik,
bersifat psikologis Neurologik, disebabkan oleh keruskan jaringan
syaraf ( Lukman Nurma Ningsih 2009 :16 )
2.6 Nyeri Bahu
Nyeri bahu merupakan keluhan yang sering dijumpai sehari-hari yang
disebabkan oleh nyeri lokal atau nyeri saat menggerakkan lengan. Keluhan
tersebut sering menimbulkan masalah diagnostik karena dapat melibatkan
berbagai macam jaringan, seperti persendian, bursa, otot, syaraf bahkan organ
yang jauh dari tempat nyeri (http://grahacendikia.files.wordpress.com)
Gejala klinis nyeri bahu adalah lengan atas , siku, lengan bawah ,
pergelangan tangan dan tangan. Nyeri ini biasa disebabkan oleh : kelainan
musculoskeletal system saraf , vaskuler , visceral dan psikogenik .Dapat Ditandai
Nyeri pada posisi dan gerakan leher , bahu , lengan dan tangan .
Adanya kelainan bentuk / asimetris dan hilangnya bentuk – bentuk normal
(http://www.klikdokter.com)
2.6.1 Penyebab Nyeri Bahu
Nyeri bahu hampir selalu didahului atau ditandai adanya rasa nyeri pada
bahu terutama pada saat melakukan aktifitas gerakan yang melibatkan sendi bahu
sehingga yang bersangkutan ketakutan menggerakkan sendi bahu. Keadaan seperti
ini apabila dibiarkan dalam waktu yang relatif lama menjadikan bahu akan
menjadi kaku.
2.6.2 Faktor Penyebab Terjadinya Nyeri Bahu
Gerak atau aktifitas kerja fungsional sehari-hari yang membebani struktur
persendian bahu, misalnya pada karyawan tukang cat, pemain tennis, juru ketik
dan sebagainya yang terkait dengan aktivitas gerak bahu. Pada kelompok orang-
orang tersebut, nyeri bahu terjadi oleh karena aktivitas yang dilakukan pada posisi
abduksi-elevasi sedikit eksorotasi. Pada aktivitas gerak ini maka peran dan kerja
otot “rotator cuff” terutama m. supraspinatus sering terjadi impangement (terjepit)
antara kaput humeri dan akromion atau ligamentum coraco akromiale. Keadaan
ini sangat potensial menimbulkan cedera pada otot pada supraspinatus dan yang
bersangkutan sering mengeluh pegal dan nyeri. Mekanisme yang sama dapat
terjadi otot kelompok “rotator cuff” yang lain berdasarkan pada gerak yang terjadi
dan melekat karena kerja otot apa yang dominan ( http://fisiosby.com)
2.6.3 Hubungan Sikap Kerja Dengan Nyeri Bahu
Posisi tubuh yang tidak alamiah dan cara kerja yang tidak ergonomis
dalam waktu lama dan terus menerus dapat menyebabkan berbagai gangguan
kesehatan pada pekerja antara lain :
a. Rasa sakit pada bagian-bagian tertentu sesuai jenis pekerjaan yang
dilakukan seperti pada tangan, kaki, perut, punggung, pinggang
dan lain-lain.
b. Menurunnya motivasi dan kenyamanan kerja.
c. Gangguan gerakan pada bagian tubuh tertentu (kesulitan
mengerakkan kaki, tangan atau leher/kepala).
d. Dalam waktu lama bisa terjadi perubahan bentuk tubuh (tulang
miring, bongkok).
Sikap tubuh dalam bekerja sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan,
ukuran dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat petunjuk dan cara-cara
harus mengoperasikan mesin (macam gerak, arah dan kekuatan). Untuk bisa
mencapai efisiensi dan produktivitas kerja yang optimal serta memberikan rasa
nyaman pada saat bekerja bisa dilakukan dengan cara :
1. Menghindarkan sikap tubuh yang tidak alamiah
2. Mengusahakan agar beban statis sekecil mungkin
3. Membuat dan menentukan kriteria serta ukuran baku tentang
sarana kerja (meja, kursi, dll.) yang sesuai dengan antropometri
pemakainya.
4. Mengupayakan agar sebisa mungkin pekerjaan dilakukan dengan
sikap duduk atau kombinasi duduk dan berdiri (Pheasant,1991,
Yusuf, 2004. 16).
Pekerjaan dalam waktu lama dengan posisi yang tetap/sama baik berdiri
maupun duduk akan menyebabkan ketidaknyamanan. Sikap kerja berdiri dalam
waktu lama akan membuat pekerja selalu berusaha menyeimbangkan posisi
tubuhnya sehingga menyebabkan terjadinya beban kerja statis pada otot-otot
punggung dan kaki. Kondisi tersebut juga menyebabkan mengumpulnya darah
pada anggota tubuh bagian bawah. Sedangkan sikap kerja duduk dalam waktu
lama tanpa adanya penyesuaian bisa menyebabkan melembeknya otot-otot perut,
melengkungnya tulang belakang dan gangguan pada organ pernapasan dan
pencernaan. Sesuai dengan bentuk alamiah kurva tulang belakang, maka sikap
kerja duduk yang paling baik adalah sedikit lordose pada pinggang dan sedikit
kifose pada punggung. Dengan posisi seperti ini pengaruh buruk pada tulang
belakang terutama pada lumbosacral dapat dikurangi. Hal ini dapat dicapai
dengan penggunaan kursi dengan sandaran pinggang yang sesuai dengan bentuk
anatomis alami tulang belakang (http://konsulhiperkes.wordpress.com).
Dalam penelitian Lilik Irawan tentang Analisis Sikap Dan Posisi Kerja Pada
Perajin Batik Tulis Di Rumah Batik Nakula Sadewa, Sleman di hasilkan bahwa
Adanya keluhan pada otot-otot skeletal mulai dari tingkat tinggi, tingkat sedang dan
tingkat rendah, mempengaruhi adanya keluhan muskuloskeletal khususnya
ekstrimitas atas tubuh pekerja yang juga berdampak pada timbulnya kebosanan kerja
sehingga dapat mengurangi konsentrasi dan ketelitian pekerja pada saat membatik.
2.5 Kerangka Teori
Berdasarkan hasil penelaahan kepustakaan dan mengacu pada konsep
dasar tentang Sikap Kerja Statis Dengan Nyeri Bahu Pada Pekerja Membatik
Tulis, maka kerangka teoritis dalam penelitian (Gambar 2.3)
Jenis Kelamin
Usia
Masa kerja
Sikap kerja
Waktu Kerja
Lingkungan kerja
Ukuran tubuh
Nyeri Bahu
Sumber : Sritomo Wignjosoebroto, 2001, http://www.kesad.mil.id, Bridger,1995,
Eko Nurmianto, 1996 :49, http://konsulhiperkes.wordpress.com
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Kesehatan jasmani
Variabel Bebas
sikap kerja statis
Variabel Terikat
Kejadian nyeri bahu
Variabel Penggangu
Umur
Massa kerja
Beban kerja
Waktu kerja
Lingkungan kerja
Beban kerja
Kebosanan kerja
3.2 Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : ada hubungan sikap kerja
statis dengan nyeri bahu pada pekerja membatik tulis di kampung sampangan
pekalongan .
3.3 Definisi Operasional
No Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil
ukur
skala
1. Sikap
kerja
statis
Sikap kerja dengan
menggunakan posisi
tetap dengan
menggunakan tangan
Antromentri
wawancara
Koesioner Nominal
sampai lengan bahu
untuk membatik tulis
dalam waktu 8 jam pada
pekerja membatik tulis
2. Nyeri yang dirasakan
oleh pekerja membatik
tulis setelah bekarja
selama 8 jam yang
dikarenakan pada tendon
otot supraspinatus dan
tendon otot bahu yang
lain. Dengan gerakan
fleksi dan abduksi
bahu menyebabkan
gesekan pada tendon
yang berada diantara
kaput humeri dan
ligamentumkoracoakr
omiale. Bahkan pada
derajat tertentu,
abduksi/elevasi,disam
ping itu gesekan juga
akan menyebabkan
Wawancara kousioner 0=
nyeri
1=
tidak
nyeri
nominal
gesekan pada tandon
3.4 Jenis Rancangan
Desain peneltian yaitu penelitian explanatory research ( penelitian
penjelasan) dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Rancangan ini
menyangkut variabel bebas dan variabel terikat diobservasi sekaligus dalam waktu
yang sama (Soekidjo Notoatmodjo, 2010: 37)
Teknik Sampling
Pada garis besarnya hanya ada dua jenis sampel, yaitu sampel –sampel
probabilitas ( probability samples) atau sering disebut random sampel ( sampel
acak) dan sampel-sampel nonprobalitas ( non bability samples) (Soekidjo
Notoatmodjo, 2010:118).
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah penggunakan sampel
secara kelompok atau gugus ( cluster sampling) karena kelompok yang diambil
sebagai sampel ini terdiri dari unit dalam satu desa yang bekerja di industri
informal batik. Pengambilan sampel ini tidak mendaftar semua anggota atau unit
yang ada di dalam populasi tetapi cukup mendaftar banyaknya kelompok yang ada
di populasi, kemudian mengambil beberapa sampel berdasarkan kelompok
tersebut.
3.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota atau pekerja membatik
tulis di desa sampangan tahun 2012 yang berjumlah 30 orang.
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian ( subset) dari populasi yang dipilih dengan cara
tertentu hingga dianggap mewakili populasinya ( Sudigdo Sastroasmoro,1995:68).
Oleh karena desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan
teknik sampel acak, maka teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penggunakan sampel secara kelompok atau gugus ( cluster
sampling) karena kelompok yang diambil sebagai sampel ini terdiri dari unit
dalam satu desa yang bekerja di industri informal batik. Pengambilan sampel ini
tidak mendaftar semua anggota atau unit yang ada di dalam populasi tetapi cukup
mendaftar banyaknya kelompok yang ada di populasi, kemudian mengambil
beberapa sampel berdasarkan kelompok tersebut.
Besar sampel untuk populasi kecil / kurang dari 100.000 dapat
menggunakan formula:
n = besar sampel
N= bear populasi
d= tingkat kepercayaan yang diinginkan (0,05).
DAFTAR PUSTAKA
Ningsih Nurma Lukman, 2009, Musculoskeletal system Diseases Homeopathic
treatment Movement disorders—medicine, Jakarta:Salemba medika
Nurmianto Eko, 1996, Ergonomi Konsep Dasar Dan Aplikasinya, Surabaya:
Guna Widya
http://konsulhiperkes.wordpress.com, sikap kerja, di akses tanggal 12 April 2012
http://grahacendikia.files.wordpress.com di akses tanggal 12 April 2012
http://www.klikdokter.com diakses tanggal 12 April 2012
http://konsulhiperkes.wordpress.com, Sikap Kerja Yang Ergonomis, di akses
tanggal 12 April 2012
http://www.rusmanmalili.com/nyeri-bahu/penyebab-utama-nyeri-bahu.html, di
akses tanggal 13 April 2012
Tulus M. A, 1992. Manajemen Sumber Daya manusia, Jakarta: Gramedia
Pustaka Umum
Soekidjo Notoatmodjo, 1997, MetodePenelitian Kesehatan , Jakarta: PT
RINEKA CIPTA.
Soekidjo Notoatmodjo, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT
RINEKA CIPTA.
www.ergoinstitute.com/component/docman/doc_download/36-ergonews-2.html,
Ergo News Cedera Otot Rangka, di akses tanggal 26 Mei 2012