case study-3[1]

24
HUBUNGAN ANTARA CASH CONVERSION CYCLE PADA FIRM SIZE DAN PROFITABILITY PERUSAHAAN DI SEKTOR CONSUMER GOODS DI BEI PERIODE TAHUN 2009-2010 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Di era globalisasi saat ini persaingan dunia usaha semakin kuat. Hal ini dapat berpengaruh dalam perkembangan perekonomian secara nasional maupun internasional. Adanya persaingan yang semakin kuat tersebut, perusahaan juga dituntut untuk selalu memperkuat fundamental manajemen sehingga nantinya akan mampu bersaing dengan perusahaan lain. Kebangkrutan perusahaan dapat terjadi karena perusahaan mengalami masalah keuangan yang dibiarkan berlarut-larut. Level piutang, persediaan dan hutang jangka pendek berakibat pada posisi likuiditas secara signifikan. Piutang sebagai bagian dari modal kerja, keberadaanya akan selalu berputar, dalam arti piutang itu akan tertagih pada saat tertentu. Periode perputaran piutang tergantung pada panjang pendeknya ketentuan waktu yang dipersyaratkan dalam syarat pembayaran kredit. Sehingga semakin lama syarat pembayaran kredit berarti semakin lama terikatnya modal kerja dalam piutang, sebaliknya semakin pendek syarat pembayaran kredit berarti semakin pendek tingkat terikatnya modal kerja dalam piutang. 1

Upload: syrah88

Post on 30-Jun-2015

129 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Case Study-3[1]

HUBUNGAN ANTARA CASH CONVERSION CYCLE PADA FIRM SIZE

DAN PROFITABILITY PERUSAHAAN DI SEKTOR CONSUMER GOODS

DI BEI PERIODE TAHUN 2009-2010

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Di era globalisasi saat ini persaingan dunia usaha semakin kuat. Hal ini dapat

berpengaruh dalam perkembangan perekonomian secara nasional maupun

internasional. Adanya persaingan yang semakin kuat tersebut, perusahaan juga

dituntut untuk selalu memperkuat fundamental manajemen sehingga nantinya akan

mampu bersaing dengan perusahaan lain. Kebangkrutan perusahaan dapat terjadi

karena perusahaan mengalami masalah keuangan yang dibiarkan berlarut-larut. Level

piutang, persediaan dan hutang jangka pendek berakibat pada posisi likuiditas secara

signifikan.

Piutang sebagai bagian dari modal kerja, keberadaanya akan selalu berputar,

dalam arti piutang itu akan tertagih pada saat tertentu. Periode perputaran piutang

tergantung pada panjang pendeknya ketentuan waktu yang dipersyaratkan dalam

syarat pembayaran kredit. Sehingga semakin lama syarat pembayaran kredit berarti

semakin lama terikatnya modal kerja dalam piutang, sebaliknya semakin pendek

syarat pembayaran kredit berarti semakin pendek tingkat terikatnya modal kerja

dalam piutang. Dengan mengetahui tingkat perputaran piutang, maka akan diketahui

tingkat efektivitas modal kerja yang tertanam dalam piutang.

Disamping itu, arus kas juga merupakan laporan yang memberikan informasi

yang relevan mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam periode waktu

tertentu. Setiap perusahaan dalam menjalankan operasi usahanya akan mengalami

arus masuk kas (cash inflows) dan arus keluar (cash outflows). Apabila arus kas yang

masuk lebih besar daripada arus kas yang keluar maka hal ini akan menunjukkan

positive cash flows, sebaliknya apabila arus kas masuk lebih sedikit daripada arus kas

keluar maka akan tejadi negative cash flows.

Informasi arus kas dibutuhkan pihak kreditor untuk mengetahui kemampuan

perusahaan dalam pembayaran hutangnya. Apabila arus kas suatu perusahaan

1

Page 2: Case Study-3[1]

jumlahnya besar, maka pihak kreditor mendapatkan keyakinan pengembalian atas

kredit yang diberikan. Jika arus kas suatu perusahaan bernilai kecil, maka kreditor

tidak mendapatkan keyakinan atas kemampuan perusahaan dalam membayar hutang.

Jika hal ini berlangsung secara terus menerus, kreditor tidak akan mempercayakan

kreditnya kembali kepada perusahaan karena perusahaan dianggap mengalami

permasalahan keuangan atau financial distress. Dengan kondisi demikian maka arus

kas dapat dijadikan indikator oleh pihak kreditor untuk mengetahui kondisi keuangan

perusahaan.

Manajemen likuiditas, yaitu manajemen untuk menangani aktiva dan kewajiban

lancar, memainkan aturan yang penting dalam kesuksesan manajemen di suatu

perusahaan. Jika suatu perusahaan tidak menangani posisi likuiditas dengan baik,

maka aktiva lancar tidak dapat memenuhi kewajiban lancar. Perusahaan harus

mencari pendanaan dari luar untuk dapat memenuhi kewajiban lancarnya melalui

hutang jangka pendek. Sayangnya, tidak setiap perusahaan bisa mencari pendanaan

dari luar dengan mudah. Meskipun perusahaan bisa mencari pendanaan dari luar ,

biaya untuk meminjam dana itu sangat mahal.

Kemudian ada suatu pengukuran likuiditas yang dinamis yaitu pendekatan Cash

Conversion Cycle (CCC) diperkenalkan oleh Hager (1976) dan direkomendasikan

oleh Largay dan Stickney (1980), Kamath (1989), dan Moss dan Stine (1993). CCC

mengukur perbedaan waktu antara pembayaran kas untuk membeli persediaan dan

pengumpulan piutang dari konsumen. Pengukuran likuiditas secara tradisional seperti

current ratio dan quick ratio berguna sebagai indikator likuiditas dari perusahaan

tetapi mereka berfokus pada nilai neraca yang statis ( Moss dan Stine, 1993).

Sebaliknya, CCC adalah suatu pengukuran manajemen likuiditas yang secara dinamis

dan berkelanjutan dalam suatu dimensi waktu (Jose et al, 1996).

Sementara analisa CCC perusahaan individu berguna untuk perusahaan itu

sendiri, tolak ukur industri penting untuk suatu perusahaan dalam mengevaluasi

performance CCCnya dan memperkirakan kesempatan untuk pembangunan

(Hutchison et al.,2007). Hal ini disebabkan karena panjangnya CCC berbeda dari satu

industri ke industri yang lain. Cara yang benar untuk membandingkan suatu

perusahaan dalam industri adalah dengan menjalankan prosedur CCC tersebut.

2

Page 3: Case Study-3[1]

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah hubungan panjangnya waktu CCC berpengaruh dari ukuran

perusahaan ?

2. Apakah hubungan panjangnya CCC berpengaruh pada profitabilitas

perusahaan ?

1.3. TUJUAN MASALAH

Tujuan dari proposal ini menguji hubungan panjangnya CCC dengan ukuran

perusahaan dan tingkat profitabilitas. Juga mencari tolak ukur dalam menentukan

CCC dalam perusahaan merchandise dan manufaktur.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

a. Bagi perusahaan

Penelitian ini akan memberikan informasi mengenai hal-hal yang

menjadi hambatan bagi tersedianya likuiditas perusahaan melalui CCC

sehingga bisa menjadi masukan dalam rangka perbaikan kinerja

perusahaan.

b. Bagi ilmu penelitian:

1. Memberikan pemahaman tentang penerapan teori-teori manajemen

keuangan serta analisa laporan keuangan yang telah diterima oleh

peneliti sewaktu kuliah dalam dunia nyata.

2. Memberikan pemahaman dan pengalaman tentang prosedur

penelitian.

3

Page 4: Case Study-3[1]

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 PENELITIAN TERDAHULU

Perbedaan Penelitian terdahulu dan Penelitian Sekarang

No Penelitian Terdahulu Penelitian Sekarang

1 Sampel yang

digunakan

Laporan keuangan

perusahaan manufaktur dan

merchandise di Turki tahun

2007

Laporan Keuangan perusahaan

consumer goods yang terdaftar

di BEI tahun 2009-2010

2 Obyek lokasi

penelitian

Amerika Serikat Indonesia

3 Teknik analisis yang

digunakan

Anova dan Pearson

Correlation

Uji Komparatif,

Statistika Deskriptif

2.2 LANDASAN TEORI

2.2.1. MODAL KERJA

a. Pengertian Modal Kerja

Setiap perusahaan dalam melakukan kegiatan usahanya pada umumnya

melakukan tiga macam aktivitas pokok yang berurutan, yaitu: mengubah dana

kas menjadi persediaan barang dagangan, menjual barang dagangan tersebut

sehingga terjadi tagihan, dan mengumpulkan tagihan sehingga menjadi dana

kas kembali. Rangkaian kegiatan tersebut disebut dengan siklus operasi.

Pertama kali dana kas yang dimiliki perusahaan dibelanjakan untuk membeli

dan melakukan proses produksi sehingga terbentuk persediaan barang

dagangan. Persediaan barang dagangan kemudian diubah menjadi tagihan

dengan melakukan penjualan tunai, langsung saja merubah persediaan barang

dagangan menjadi dana kas. Kegiatan terakhir adalah tagihan yang terjadi

akibat penjualan kredit dikumpulkan.

Modal kerja adalah aktiva lancar yang digunakan dalam kegiatan

operasional dan selalu berputar dalam periode tertentu. Periode perputaran

modal kerja (working capital turnover periode) dimulai dari saat dimana kas

diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana

kembali lagi menjadi kas. Periode perputaran modal kerja adalah tergantung

pada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari

4

Page 5: Case Study-3[1]

modal kerja tersebut (Riyanto, 1999:62). Elemen modal kerja adalah semua

aktiva lancar. Sedangkan yang dimaksud dengan aktiva lancar adalah seluruh

aktiva yang diharapkan dapat kembali menjadi bentuk asalnya dalam waktu

satu tahun atau siklus kegiatan normal usaha. Dengan demikian, yang

diperhatikan dalam modal kerja adalah kas, piutang, dan persediaan (Baswir,

1997:173). Makin tinggi tingkat perputaran modal kerja maka makin cepat

waktu pengembalian atas modal yang telah diinvestasikan.

Kas adalah salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat

likuiditasnya. Makin besar jumlah kas yang ada diperusahaan berarti makin

tinggi tingkat likuiditasnya. Menurut H.G. Guthman dalam Bambang Riyanto

(1997:95), yakni bahwa jumlah kas yang sebaiknya dipertahankan oleh

perusahaan adalah tidak kurang dari 5% sampai 10% dari jumlah aktiva

lancar.

Dengan menggunakan modal kerja secara efisien, maka perusahaan

akan memiliki modal kerja yang cukup sehingga memungkinkan perusahaan

untuk memproduksi seoptimal mungkin yang pada gilirannya akan

menguntungkan perusahaan.

Pengertian modal kerja ada beberapa macam tergantung pada konsep

yang digunakannnya, yaitu:

1. Konsep Kuantitatif

Konsep ini menitik beratkan pada kuantitas dari dana yang tertanam

dalam unsur-unsur aktiva lancar. Aktiva lancar adalah aktiva yang memiliki

tingkat perputaran pendek yaitu kurang dari satu tahun. Dalam konsep ini

menganggap bahwa modal kerja adalah seluruh jumlah aktiva lancar.

2. Konsep Kualitatif

Konsep ini menitik beratkan pada kualitas modal kerja. Dalam konsep

ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang

jangka pendek, yaitu hutang jangka pendek/ aktiva lancar yang berasal dari

pinjaman jangka pendek dari pemilik perusahaan (Munawir, 2000:115).

3. Konsep Fungsional

Konsep ini menitik beratkan pada dana yang dimiliki dalam rangka

menghasilkan pendapatan dari usaha pokoknya. Pada dasarnya setiap dana

yang dimiliki perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba

sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua dana digunakan

5

Page 6: Case Study-3[1]

untuk menghasilkan laba periode ini (current income), ada sebagian dana yang

akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba dimasa yang akan

datang. Jadi, besarnya modal kerja adalah besarnya kas dan piutang dikurangi

besarnya keuntungan, dan besarnya sebagian dana yang ditanamkan dalam

aktiva tetap.

Konsep kuantitatif sering digunakan oleh perusahaan yang agresif,

dalam artian perusahaan yang lebih memperhatikan kegiatan operasionalnya

untuk memperoleh keuntungan, tanpa mengindahkan darimana sumberdana

diperoleh. Konsep kualitatif sering digunakan oleh perusahaan yang

konservatif, dalam artian perusahaan yang lebih memperhatikan aspek

likuiditas (kemampuan memenuhi kewajiban finansial yang segera jatuh

tempo) agar kontinuitasnya terjamin (Wibisono, 1992).

b. Fungsi dan Peran Modal Kerja

Tersedianya modal kerja yang segera dapat dipergunakan dalam

operasi tergantung pada sifat aktiva lancar yang dimiliki, seperti: kas, piutang,

dan persediaan. Tetapi modal kerja harus cukup artinya harus mampu

membiayai pengeluaran-pengeluaran perusahaan sehari-hari, karena dengan

modal yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan untuk beroperasi

secara efisien, juga akan memberi keuntungan antara lain:

1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai

dari aktiva lancar.

2. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat

pada waktunya cukup.

3. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk

melayani konsumen.

4. Menjamin dimilikinya kredit perusahaan yang semakin besar dan

memungkinkan bagi perusahaan untuk menghadapi bahaya atau kesulitan

keuangan yang mungkin terjadi.

5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih

efisien karena tidak ada lagi kesulitan untuk memperoleh barang maupun jasa

yang dibutuhkan (Munawir, 2000:116).

Sebab-sebab timbulnya kekurangan modal kerja adalah:

1. Kerugian usaha, karena dengan adanya kerugian akan mengurangi laba

yang ditahan.

6

Page 7: Case Study-3[1]

2. Adanya kerugian insidentil seperti pencurian dan kebakaran.

3. Kegagalan mendapatkan tambahan modal kerja pada waktu mengadakan

perluasan usaha.

4. Menggunakan modal kerja untuk aktiva tidak lancar

5. Kebijaksanaan pembayaran deviden yang tidak tepat.

6. Kenaikan tingkat harga.

7. Pelunasan hutang yang sudah jatuh tempo.

c. Macam-macam Modal Kerja

Modal kerja merupakan kekayaan atau aktiva yang diperlukan oleh

perusahaan untuk menyelenggarakan kegiatan sehari-hari yang selalu berputar

dalam periode tertentu.

Menurut Indriyo (2002:35), modal kerja dalam suatu perusahaan dapat

digolongkan menjadi:

1. Modal kerja permanen (Permanent-Working Capital)

Yaitu modal kerja yang harus selalu ada pada perusahaan agar dapat

berfungsi dengan baik dalam satu periode akuntansi.

Modal kerja permanen terbagi menjadi dua:

a. Modal kerja primer (Primary-Working Capital) adalah sejumlah modal

kerja minimum yang harus ada pada perusahaaan untuk menjamin

kelangsungan kegiatan usahanya.

b. Modal kerja normal (Normal-Working Capital) yaitu sejumlah modal kerja

yang dipergunakan untuk dapat menyelenggarakan kegiatan produksi pada

kapasitas normal.

Kapasitas normal mempunyai pengertian yang fleksibel menurut kondisi

perusahaan.

2. Modal kerja variabel (Variable-Working Capital)

Yaitu modal kerja yang dibutuhkan saat-saat tertentu dengan jumlah

yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan dalam satu periode.

Modal kerja variabel dapat dibedakan:

a. Modal kerja musiman (Seasonal-Working capital) yaitu sejumlah modal

kerja yang besarnya berubah-ubah disebabkan oleh perubahan musim.

b. Modal kerja siklis (Cyclical-Working Capital) yaitu sejumlah modal kerja

yang besarnya berubah-ubah disebabkan oleh perubahan permintaan produk.

7

Page 8: Case Study-3[1]

c. Modal kerja darurat (Emergency-Working Capital) yaitu modal kerja yang

besarnya berubah-ubah yang penyebabnya tidak diketahui sebelumnya.

d. Faktor-faktor yang Menentukan Jumlah Modal Kerja

Meskipun banyak metode penghitungan modal kerja atau banyak

pengertian modal kerja yang digunakan, namun ada hal-hal yang tetap sama,

yaitu bahwa kebutuhan modal kerja atau komposisi modal kerja akan

dipengaruhi oleh:

1. Besar kecilnya kegiatan usaha atau perusahaan dimana semakin besar

kegiatan perusahaan semakin besar modal kerja yang diperlukan, apabila hal

lainnya tetap. Selain besar kecilnya usaha, sifat perusahaan juga

mempengaruhi besarnya modal.

2. Kebijaksanaan tentang penjualan (kredit maupun tunai)

3. Faktor-faktor lain:

a. Faktor-faktor ekonomi

b. Peraturan pemerintah yang berkaitan dengan uang ketat/ kredit ketat.

c. Tingkat bunga yang berlaku

d. Peredaran uang

e. Tersedianya bahan-bahan dipasar

f. Kebijakan perusahaan selain pada nomor b diatas (Kamarudin, 1995:6).

Sedangkan menurut Indriyo (2002:36), besar kecilnya modal kerja

dipengaruhi oleh beberapa faktor:

1. Volume penjualan

Faktor ini adalah faktor yang paling utama karena perusahaan memerlukan

modal kerja untuk menjalankan aktivitasnya yang mana puncak dari

aktivitasnya itu adalah penjualan. Dengan demikian pada tingkat penjualan

tinggi, diperlukan modal kerja yang relatif tinggi dan sebaliknya bila

penjualan rendah dibutuhkan modal kerja yang relatif rendah.

2. Beberapa kebijaksanaan yang ditetapkan oleh perusahaan, antara lain:

a. Politik penjualan kredit

Panjang pendeknya piutang akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja

dalam satu periode.

b. Politik penentuan persediaan besi

Bila diinginkan persediaan tinggi, baik persediaan kas, persediaan bahan baku,

persediaan barang jadi, maka diperlukan modal kerja yang relatif besar dan

8

Page 9: Case Study-3[1]

sebaliknya bila ditetapkan persediaan rendah, maka diperlukan modal kerja

yang relatif rendah.

3. Pengaruh musim

Dengan adanya pergantian musim, akan dapat mempengaruhi besar kecilnya

barang atau jasa, kemudian mempengaruhi besarnya tingkat penjualan.

4. Kemajuan teknologi

Perkembangan teknologi dapat mempengaruhi atau merubah proses produksi

menjadi lebih cepat dan lebih ekonomis, dengan demikian akan dapat

mengurangi besarnya kebutuhan modal kerja.

e. Komponen Modal Kerja

Menurut Soeprihanto (1997:27), modal kerja memiliki unsur-unsur sebagai

berikut:

1. Uang kas atau yang ada di bank

2. Surat-surat berharga yang cepat dapat dijadikan uang kas

3. Piutang-piutang dagang

4. Persediaan barang

Unsur-unsur modal kerja pada perusahaan industri terdiri dari persediaan

bahan baku, persediaan barang jadi, tagihan. Uang kas, dan surat-surat

berharga. Mengacu konsep kuantitatif modal kerja, yaitu keseluruhan dari

aktiva lancar, maka elemen-elemen yang termasuk dalam aktiva lancar

(Munawir, 2000:14), yaitu:

1. Kas dan bank

2. Investasi jangka pendek

3. Piutang wesel

4. Piutang dagang

5. Persediaan

6. Penghasilan yang masih harus diterima

7. Biaya yang dibayar dimuka

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur atau

komponen modal kerja yang pada hakekatnya merupakan unsur atau

komponen dari aktiva lancar adalah terdiri dari:

1. Uang kas atau yang ada di bank

2. Surat berharga atau investasi jangka pendek

3. Piutang dagang, piutang wesel

9

Page 10: Case Study-3[1]

4. Persediaan

5. Penghasilan yang masih harus diterima

6. Biaya yang dibayar dimuka

Dalam penelitian ini hanya membahas dua unsur dari modal kerja yaitu kas

dan piutang, karena kedua komponen tersebut merupakan komponen pokok

dalam perputaran modal kerja.

Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan

yang bersangkutan dalam kegiatan usaha. Periode perputaran modal kerja

dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen

modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas. Makin pendek

periode tersebut berarti makin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat

perputarannya. Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung

pada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen modal

kerja tersebut.

Tingkat perputaran modal kerja dapat diukur dengan menggunakan rasio, yaitu

diambil dari data laporan rugi laba dan neraca. Menurut Munawir (2000:80),

untuk menilai modal kerja dapat digunakan rasio antara total penjualan dengan

jumlah modal kerja rata-rata tersebut (Working Capital Turnover). Rasio ini

menunjukkan hubungan antar modal kerja dengan penjualan dan menunjukkan

banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah

modal kerja.

Rumus yang digunakan untuk menentukan besarnya angka perputaran modal

kerja adalah:

Perputaran Modal Kerja = Penjualan Bersih

Modal Kerja Rata-rata

(Munawir, 2000:80)

Modal kerja rata-rata dapat dicari dengan menjumlahkan modal kerja tahun

pertama dan modal kerja tahun kedua kemudian dibagi dua.

Penjelasan dari masing-masing perputaran aktiva lancar tersebut adalah:

1. Perputaran Kas

Kas dapat diartikan sebagai nilai uang kontan yang ada dalam perusahaan

beserta pos-pos lain yang dalam jangka waktu dekat dapat diuangkan sebagai

alat pembayaran kebutuhan finansiil, yang mempunyai sifat paling tinggi

likuiditasnya (Indriyo, 2002:61).

10

Page 11: Case Study-3[1]

Termasuk dalam pengertian kas adalah cek yang diterima dari para langganan

dan simpanan perusahaan di bank dalam bentuk giro/ demand deposit, yaitu

simpanan dibank yang dapat diambil kembali setiap saat oleh perusahaan

(Munawir, 2000:14).

Kas merupakan aktiva yang paling likuid untuk memenuhi kebutuhan

perusahaan, makin besar kas yang ada dalam perusahaan berarti makin tinggi

likuiditasnya. Ini berarti bahwa perusahaan mempunyai resiko yang lebih kecil

untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansiilnya. Tetapi ini tidak berarti

bahwa perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan persediaan kas yang

sangat besar, karena makin besar kas berarti makin banyak uang yang

menganggur sehingga akan memperkecil profitabilitas saja, maka akan

berusaha agar semua persediaan kasnya dapat diputarkan atau dalam keadaan

bekerja. Jika perusahaan menjalankan tindakan tersebut berarti menempatkan

perusahaan itu dalam keadaan likuid apabila sewaktu-waktu ada tagihan

(Riyanto, 1999:94).

Perputaran kas dalam satu periode dapat dihitung dengan rumus:

Perputaran Kas = Penjualan Bersih

Rata-rata Kas dan Bank

Dimana rata-rata kas dan bank dapat dihitung dari saldo kas dan bank awal

ditambah saldo kas dan bank akhir dibagi dua. Makin tinggi perputaran kas,

berarti makin tinggi efisiensi penggunaan kasnya.

2. Perputaran Piutang

Piutang adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditur atau langganan)

sebagai akibat penjualan barang secara kredit. Piutang sebagai elemen modal

kerja selalu dalam keadaan berputar. Periode perputaran piutang tergantung

dari panjang pendeknya ketentuan waktu yang dipersyaratkan dalam syarat

pembayaran, sehingga semakin lama syarat pembayaran kredit berarti semakin

lama terikatnya modal kerja tersebut dalam piutang dan berarti semakin kecil

tingkat perputaran piutang dalam satu periode dan begitu pula sebaliknya

(Riyanto, 1999:90).

Perputaran piutang dalam satu periode dapat dihitung dengan rumus:

Perputaran Piutang = Penjualan Kredit

Rata-rata Piutang

11

Page 12: Case Study-3[1]

Penjualan kredit disini adalah semua penjualan kredit sesudah dikurangi

potongan-potongan. Sedangkan rata-rata piutang dihitung dari piutang awal

ditambah piutang akhir dibagi dua (Indriyo, 1999:95).

2.2.2. CASH CONVERSION CYCLE

Dalam textbook yang berhubungan dengan keuangan, CCC disebutkan

dalam konteks manajemen modal kerja (Keown et al, 2003 dan Bodie dan

Merton, 2000). The Cash Conversion Cycle (CCC) digunakan sebagai alat

ukur modal kerja yang menunjukkan beda waktu antara pengeluaran untuk

membeli bahan baku dan pengumpulan penjulaan dari barang jadi (Padachi,

2006, p.49).

Definisi dari CCC tidak konsisten. Definisi dari para ahli dinyatakan

dalam tabel di bawah ini.

Deskripsi Definisi Sumber

Cash Cycle Time Perhitungan hari dimana tanggal mulainya perusahaan

membayar kas kepada pemasok dan tanggal mulainya

kas yang diterima dari konsumen

Bodie dan Merton

(2000, p.89)

Cash Conversion

Cycle

Jumlah hari dari penjualan yang belum dibayar (rata-

rata periode piutang) dan jumlah hari dari persediaan

dikurangi jumlah hari dari hutang

Keown et al. (2003,

p.109)

Cash Cycle Jumlah hari yang dilewati sebelum kita dapat

mengumpulkan uang dari penjualan, yang diukur dari

sejumlah hari dimana kita sesungguhnya membayar

persediaan

Jordan (2003, p.643)

Cash Gap Mengukur panjangnya waktu antara pengeluaran kas

yang sebenarnya pada sumber daya yang produktif dan

penerimaan kas yang sebenarnya dari penjualan

barang dan jasa

Elijelly (2004, p.50)

Jadi dapat dirumuskan bahwa CCC adalah :

CCC = Jumlah hari dari piutang + Jumlah hari dari persediaan – Jumlah hari

dari hutang

Dari rumus diatas, maka tiga variabel dari CCC tergantung pada :

Jumlah hari piutang = Piutang

Penjualan / 365

Jumlah hari persediaan = Persediaan

12

Page 13: Case Study-3[1]

Pembelian persediaan

Penjualan Persediaan

Periode Persediaan

PeriodePiutang

Waktu

PeriodeHutang

Cah Conversion Cycle

Penerimaan Kas

Perputaran Operasi

HPP / 365

Jumlah hari hutang = Hutang dagang

HPP / 365

Dapat digambarkan sebagai berikut :

CCC bisa dalam bentuk positif dan negatif. Kalau positif

mengindikasikan bahwa ada beberapa hari dimana perusahaan harus

meminjam dana atau menekan modal sementara menunggu pembayaran dari

konsumen. Sedangkan kalau negatif mengindikasikan ada beberapa hari

dimana perusahaan menerima kas dari penjualan sebelum membayar kepada

pemasok (Hutchison et al., 2007, p.42). Tentunya tujuan utamanya adalah

CCC yang rendah bahkan kalau memungkinkan negatif. Karena CCC yang

lebih pendek mengindikasikan bahwa perusahaan lebih efisien dalam

menangani arus kasnya.

Dari persamaan CCC diatas, dapat terlihat bahwa perusahaan dapat

mengurangi kebutuhan modal kerjanya dengan cara (Bodie dan Merton, 2000,

p.90) :

Mengurangi jumlah waktu yang diperlukan barang dalam persediaan.

Hal ini dapat dipecahkan dengan membangun proses pengendalian

persediaan atau mempunyai pemasok yang dapat mengirimkan bahan baku

tepat di saat bahan baku itu dibutuhkan dalam proses produksi.

Mengumpulkan piutang lebih cepat.

13

Page 14: Case Study-3[1]

CASHCONVERSION

CYCLE

FIRM SIZE

PROFITABILITY

Diantara metode-metode yang tersedia untuk mempercepat proses

pengumpulan piutang dalam membangun efisiensi proses pengumpulan,

metode penawaran diskon ke konsumen yang membayar lebih cepat dan

memberikan bunga kepada konsumen yang membayar lambat dianggap

sebagai metode yang paling baik.

Membayar hutang lebih lambat

2.3. KERANGKA KONSEPTUAL

Pada penelitian ini, tahap-tahap analisis dilakukan dengan dasar

kerangka pikir yang dapat dilihat sebagai berikut:

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. POPULASI PENELITIAN

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung atau

pengukuran kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua

anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.

Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan-perusahaan

consumer goods di BEI periode 2009-2010 . Penelitian ini mengenai aspek keuangan

yang telah disajikan dalam laporan keuangan yaitu laporan Laba/Rugi dan Neraca

dengan data tambahan berupa catatan atas laporan keuangan.

3.2. VARIABEL PENELITIAN

14

Page 15: Case Study-3[1]

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu

penelitian. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang tidak tergantung pada variabel lain,

variabel ini disebut dengan variabel X. variabel bebas dalam penelitian ini

adalah perputaran modal kerja yaitu perputaran yang menunjukan hubungan

antara modal kerja dengan penjualan yang dapat diperoleh perusahaan dalam

(jumlah rupiah) untuk tiap rupiah modal kerja (Munawir, 2000:80). Perputaran

modal kerja dihitung dari perbandingan antara penjualan dengan modal kerja

rata-rata.

Dalam penelitian ini dibahas pula variabel bebas yang terdiri dari dua variabel,

yaitu:

a. Perputaran kas

Adalah perputaran sejumlah modal kerja yang tertanam dalam kas dan

bank dalam satu periode. Perputaran kas dapat dihitung dari

perbandingan antara penerimaan kas dengan rata-rata kas dan bank

yang dinyatakan dalam perkalian.

b. Perputaran piutang

Adalah perputaran sejumlah modal kerja yang tertanam dalam piutang

dalam satu periode. Perputaran piutang dagang dapat dihitung dari

perbandingan antara penjualan netto kredit dengan piutang rata-rata

yang dinyatakan dalam perkalian.

2. Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang terjadi karena variabel bebas, variabel ini

disebut variabel Y.

Variabel terikat ini adalah Cash Conversion Cycle yaitu penambahan dari

periode konservasi piutang ditambah konversi periode persediaan dikurangi

dengan rata-rata pembayaran hutang dagang.

3.3. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan untuk

mengumpulkan data. Keberhasilan pengumpulan data sangat dipengaruhi oleh

metode pengumpulan data yang digunakan. Data yang terkumpul akan

digunakan sebagai bahan analisis dan pengujian.

15

Page 16: Case Study-3[1]

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut metode dokumentasi, metode ini digunakan untuk

mengumpulkan data tentang laporan keuangan perusahaan-perusahaan

consumer goods berupa Laporan Laba/Rugi dan Neraca tahun 2009-2010.

3.4. METODE ANALISIS DATA

Metode analisis data yang digunakan untuk penelitian ini adalah uji

komparatif antar perusahaan consumer goods yang ada di BEI selama tahun 2009 –

2010.

16