case report 2

26
Laporan Kasus Blok Elektif FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP PENYALAHGUNAAN NAPZA Oleh : Arief Rachman 1102011044 Kelompok 1 Bidang Kepeminatan Drug Abuse Tutor : dr. Yurika Sandra, M.Biomed

Upload: arief-rachman

Post on 13-Sep-2015

218 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

SADDDDDDD

TRANSCRIPT

Laporan Kasus Blok ElektifFAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP PENYALAHGUNAAN NAPZA

Oleh :

Arief Rachman1102011044Kelompok 1 Bidang Kepeminatan Drug AbuseTutor : dr. Yurika Sandra, M.Biomed

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSINOVEMBER 2014FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP PENYALAHGUNAAN NAPZA

ABSTRAK

Latar Belakang : Angka perkembangan penyalahgunaan NAPZA di Indonesia setiap tahun semakin bertambah. Dari usia muda sampai dewasa. Pengaruh faktor-faktor yang ada menyebabkan kenaikan tersebut, antara lain faktor baik dari internal maupun eksternal. Yang menunjukan bahwa faktor lingkungan social dari pergaulanlah salah satu penyebab seseorang terjerumus terhadap penyalahgunaan NAPZA.

Deskripsi Kasus: Tn. E umur 36 tahun WNIA keturunan chinese Setelah lulus SMA tahun 1994. Pada awalnya ia memiliki kesulitan ekonomi karena usaha perjudiannya bangkrut. Ia diajak seorang teman untuk bekerja di kasino. Sampai akhirnya ia berpindah-pindah pekerjaan sampai ia sukses dalam usaha perminyakan. Ia dibawa karena sudah 15 tahun mengkonsumsi ekstasi dan keluarganyalah yang membawanya ke RSKO Cibubur.

Diskusi : Masyarakat Yang Individualis dalam kehidupan kota besar cenderung kurang peduli dengan orang lain, sehingga setiap orang hanya memikirkan permasalahan dirinya tanpa peduli dengan orang sekitarnya. Pengaruh teman atau kelompok juga berperan penting terhadap penggunaan narkoba. Hal ini disebabkan antara lain karena menjadi syarat untuk dapat diterima oleh anggota kelompok. Hubungan antara keadaan sosial dengan penyalahgunaan obat menunjukan bahwa mereka mendapatkannya sebagai hadiah dan sebagian lagi membelinya dari teman dibandingkan membeli dari pengecer . Ini menunjukan bahwa pengecer sudah meluas menjadi jaringan sosial. (Birckmayer JD, 2004). Seseorang ketika mengenal NAPZA melalui beberapa pola yaitu coba-coba, pemakaian sosial, situasional dan habituasi. Yang pada akhirnya menyebabkan ketergantungan (Joewana S ,2008). Semua ini dipengaruhi oleh faktor-faktor resiko seperti faktor lingkungan yaitu masyarakat individualis dan teman sebaya (BNN, 2013) Hal ini dapat menyebabkan seseorang menyalahgunakan NAPZA

Kesimpulan : Seseorang ketika mengenal NAPZA melalui beberapa pola yaitu coba-coba, pemakaian sosial, situasional dan habituasi. Yang pada akhirnya menyebabkan ketergantungan Semua ini dipengaruhi oleh faktor-faktor resiko seperti faktor lingkungan yaitu masyarakat individualis dan teman sebaya. Pengaruh teman atau tidak bisa menolak (peer pressure) dapat menyebabkan seseorang menyalahgunakan NAPZA. Keberadaan zat dalam lingkungan masyarakat juga memperberat faktor-faktor yang telah ada.

Kata Kunci: Penyalahgunaan Obat DAN Peer DAN Faktor risiko

PENDAHULUANBerbagai istilah (terminologi) sering digunakan dalam pembahasan gangguan berkaitan dengan penggunaan NAPZA. Kementrian Kesehatan dan Kementrian Sosial menggunakan istilah NAPZA sebagai istilah pengganti drugs atau substances. Dunia penegak hukum dan masyarakat secara umum lebih mengenalnya dalam istilah Narkoba. Istilah substances digunakan dalam diagnostik DSM IV-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Revised), sementara istilah drugs digunakan dalam buku-buku WHO (World Health Organization)Di Indonesia dalam periode tahun 2001 sampai 2010, penyalahgunaan narkoba meningkat, baik dari jumlah sitaan barang bukti maupun jumlah tersangka. Diperkirakan jumlah penyalahguna narkoba setahun terakhir sekitar 3,1- 3,6 juta orang penduduk berusia 10-59 tahun di tahun 2008. (BNN, 2011)Faktor resiko terhadap penggunaan NAPZA dapat terjadi pada anak muda maupun orang dewasa antara lain genetik, umur, orang yang berada dekat dengan kita, stress, kelainan mental, dan jenis obat yang diapakai. Biasanya faktor ini erat kaitannya dengan konsumsi alkohol. (Marks H, 2009). Penulis memilih resident di atas karena memiliki gambaran tentang hidup di lingkungan pemakai. Penulis memilih topik di atas untuk mengetahui faktor-faktor terkait dengan lingkungan sosial. Dengan cara ini penulis berharap dapat memberikan pengetahuan faktor-faktor yang menjadi risiko seseorang terjerumus pada penyalahgunaan NAPZA

DESKRIPSI KASUSTn.E berusia 36 tahun dengan kelahiran tahun 1977 seorang WNIA. Berkerwarganegaraan chinese. Bertempat tinggal di Sumatera Utara. Anak ke 2 dari 5 bersaudara. Ia pernah menikah dan telah bercerai pada bulan mei 2014. Pendidikan terakhirnya adalah SMA padat tahun 1994. Ia memulai pekerjaan sebagai mafia judi togel, tetapi mengalami kebangkrutan. Keluarga lalu mempekerjakannya di perkebunan sawit. Ia mengaku tidak menyukainya dan pergi ke batam sebagai tukang angkut gudang sembako dan penjaga karaoke, tapi gajinya tidak mencukupi kehidupannya hanya 1juta perbulan. Ia lalu dipekerjakan oleh seorang kawan untuk menjadi pengawas cctv di kasino dan lalu diangkat menjadi supervisor.Ia bercerita bahwa 15 tahun yang lalu ia mengkonsumsi NAPZA yang dinamakan dengan ekstasi. Ia mengkonsumsi 1gr perhari. Ia berkata bahwa ia menggunakan karena dorongan dari dalam diri meskipun ia sering menyalahkan keluarganya yang terlalu mengekangnya. 10 tahun yang lalu ia bekerja di pengeboran minyak lepas pantai dengan gaji 2milyar. Ia tidak mengatakan dengan jelas mengapa ia menggunakan napza terus menerus. Ia bercerita bahwa ia pernah mengalami patah tulang rahang bawah yang menyebabkan rasa sakit. Ia pergi ke dokter, tetapi dokter tidak dapat menghilangkan rasa sakitnya. Ia mengatakan bahwa pada saat itu ia mencoba putau.2 minggu yang lalu orang tua Tn.E mengirimnya ke RSKO cibubur untuk direhabilitasi. Ia melakukan penolakan kepada orang tuanya dengan alasan pekerjaan. Ia menunjukan adanya bekas borgol di pergelangan tangannya saat hendak datang kesini. Ia sudah menjalani terapi detoks di RSKO cibubur dan akan menjalani proses rehabilitasDISKUSINarkoba adalah singkatan dari Narkotika dan Obat berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Baik narkoba atau napza, mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai resiko kecanduan bagi para penggunanya. (Hadi I,2013) sedangkan Narkoba atau Napza adalah obat, bahan atau zat, dan bukan tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup ditelan, atau disuntikkan, berpengaruh terutama pada kerja otak(susunan saraf pusat), dan sering menyebabkan ketergantungan. Akibatnya, kerja otak berubah(meningkat atau menurun); demikian pula fungsi vital organ tubuh lain (jantung,peredaran darah, pernapasan, dan lain-lain). (Joewana S dan Martono,2008)Menurut pakar kesehatan narkoba sebenarnya adalah psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini pemanfaatannya disalah gunakan dengan pemakaian diluar batas dosis/over dosis. Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf pusat/otak sehingga jika disalahgunakan akan menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi sosial. Karena itu Pemerintah memberlakukan Undang-undang (UU) untuk penyalahgunaan narkoba yaitu UU No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika dan UU No.22 tahun 1997 tentang Narkotika dan saat ini untuk UU Narkotika telah diperbaharui dengan UU No.35 Tahun 2009. Pasal 1 angka 1 UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (UU 35/2009), adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.Dalam pasal ini pula membahas tentang hal-hal lain seperti produksi, eksport, import, peredaran gelap, dan lain-lain. Disini juga dituliskan tentang Pecandu Narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada Narkotika, baik secara fisik maupun psikis.Pasal 1 angka 1 UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (UU 5/1997), pengertian psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. (Hadi I,2013)Sebagian jenis narkoba berguna dalam pengobatan, tetapi karena menimbulkan ketergantungan, penggunaanya harus berhati-hati dan harus mengikuti petunjuk dokter atau aturan pakai.Yang sama sekali tidak boleh digunakan pada pengobatan adalah Narkotika Golongan 1 (heroin, kokain, ganja) dan Psikotropika Golongan 1 (LSD, esktasi), karena bukan tergolong obat, dan potensi menyebabkan ketergantungannya sangat tinggi.Berikut adalah penggolongan jenis obat menurut UU no 22 tahun 1997 tentang Narkotika, dan UU no 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tananaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri. Menurut undang-undang narkotika dibagi menurut potensi menyebabkan ketergantungannya sebagai berikut.a. Narkotika Golongan 1 : berpotensi sangat tinggi menyebabkan ketergantungan. Tidak digunanakan untuk terapi. Contoh: Heroin, kokain, dan ganja. Putauw adalah heroin tidak murni berupa bubukb. Narkotika Golongan II : berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan. Digunankan pada terapi sebagai pilihan terakhir. Contoh: morfin dan petidinc. Narkotika Golongan III: berpotensi ringan menyebabkan ketergantungan dan banyak digunakan dalam terapi. Contoh : kodein

2. Psikotropika adalah Zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotikam yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat dan menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Yang dibagi menurut potensi menyebabkan ketergantungan sebagai berikut,a. Psikotropika Golongan 1: amat kuat menyebabkan ketergantungan dan tidak digunakan dalam terapi. Contoh: MDMA (ekstasi), LSD, dan STP.b. Psikotropika Golongan II: kuat menyebabkan ketergantungan, digunakan amat terbatas pada terapi: amfetamin, metamfetamin, fensiklidin, dan ritalin.c. Psikotropika Golongan III: potensi sedang menyebabkan ketergantungan, agak banyak digunakan dalam terapi. Contoh: Pentobarbital dan flunitrazepam.d. Psikotropika Golongan IV: potensi ringan menyebabkan ketergantungan dan sangat luas digunakan dalam terapi. Contoh: diazepam, klobazam, fenobarbital, barbital, klorzepam, klordiazepoxide, dan nitrazepam. (Nipam, pil BK/Koplo, DUM, MG, Lexo, Rohyp, dan lain-lain

3. Zat psikoaktif lain, yaitu zat/bahan lain bukan narkotika dan psikotropika yang berpengaruh pada kerja otak. Tidak tercantum dalam peraturan perundang-undangan tentang narkotika dan psikotropika. Yang sering disalahgunakan adalaha. Alkohol, yang terdapat pada berbagai jenis minuman kerasb. Inhalansia/solven, yaitu gas atau zat yang mudah menguap terdapat pada berbagai keperluan pabrik, kantor, dan rumah tangga;c. Nikotin yang terdapat pada tembakau4. Penggolongan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lain, menurut Organisasi Kesehatan sedunia (WHO) di bawah ini, didasarkan atas pengaruhnya terhadap tubuh manusia, sebagai berikut.a. Opioida : mengurangi rasa nyeri dan menyebabkan mengantuk, atau turunnya kesadaran. Contoh: opium, morfin, heroin, dan petidinb. Ganja (marijuana, hasis): menyebabkan perasaan riang, meningkatnya daya khayal, dan berubahnya perasaan waktu.c. Kokain dan daun koka. Tergolong stimulansia (meningkatkan aktivitas otak dan fungsi organ tubuh lain).d. Golongan Amfetamin (stimulansia): amfetamin, ekstasi (MDMA) , dan sabu (metamfetamin).e. Alkohol, yang terdapat pada minuman keras.f. Halusinogen, memberikan halusinasi (khayal). Contoh LSD.g. Sedativa dan hipnotika ( obat penenang/obat tidur, seperti pil BK, MG)h. PCP (fensiklidin)i. Solven dan inhalans: gas atau uap yang dihirup, contoh tiner dan lem.j. Nikotin, terdapat pada tembakau ( termasuk stimulansia).k. Kafein (stimulansia), terdapat dalam kopi, beberapa jenis tertentu obat penghilang rasa sakit, dan minuman penambah energi (Joewana S dan Martono,2008)

POLA PEMAKAIAN NARKOBA1. Pola Coba-coba, yaitu karena iseng atau ingin tahu. Pengaruh tekanan kelompok sebaya sangat besar, yang menawarkan atau membujuk untuk memakai narkoba. Ketidakmampuan berkata tidak mendorong anak untuk mencobanya, apalagi jika ada rasa ingin tahu atau ingin mencoba.2. Pola pemakaian sosial, yaitu tahapan pemakaian narkoba untuk pergaulan (berkumpul, acara tertentu), agar diakui dan diterima oleh kelompoknya.3. Pola pemakaian situasional, yaitu karena situasi tertentu, misalnya kesepian, stres, dan lain-lain. Disebut juga tahap instrumental, Karena dari pengalaman pemakaian sebelumnya disadari bahwa narkoba dapat menjadi alat untuk mempengaruhi atau memaipulasi emosi dan suasana hatinya. Di sini pemakaian narkoba telah mempunyai tujuan, yaitu sebagai cara mengatasi masalah (compensatory use). Pada tahap ini pemakai berusaha memperoleh narkoba secara aktif.4. Pola Habituasi (kebiasaan), yaitu karena telah memakai narkoba secara teratur/sering, terjadi perubahan pada faal tubuh dan gaya hidupnya. Teman lama berganti dengan teman kalangan pecandu. Kebiasaan, pakaian, pembicaraan, dan sebagainya berubah. Ia menjadi sensitif, mudah tersinggung, pemarah, dan sulit tidur atau berkonsentrasi, sebab narkoba mulai menjadi bagian dari kehidupannya. Minta dan cita-cita semua hilang. Ia sering membolos dan prestasi di sekolah merosot. Ia lebih suka menyendiri daripada berkumpul bersama keluarga. Meskipun masih dapat mengendalikan pemakaiannya, telah terjadi gejala awal ketergantungan. Pola pemakaian narkoba di sini secara klinis disebut penyalahgunaan5. Pola ketergantungan (kompulsif) yaitu dengan gejala khas, yaitu timbnlnya toleransi dan atau gejala putus zat. Ia berusaha untuk selalu memperoleh narkoba dengan berbagai cara. Berbohong, menipu, dan mencuri menjadi kebiasaanya. Ia tidak dapat lagi mengendalikan diri dalam penggunaanya, sebab narkoba telah menjadi pusat kehidupannya. Hubungan dengan keluarga dan teman-teman menjadi rusak. Pada pemakaian beberapa jenis narkoba seperti putauw terjadinya ketergantungan sangat cepat. (Joewana S dan Martono,2008)

Pembagian tingkatan dari yang terbesar yaitu risiko kecil, risiko besar (potensial user),coba-coba (Experimental user), kadang-kadang (social user), ketagihan (problem user), dan ketergantungan .(Markas Besar Tentara Nasional Indonesia Pusat Kesehatan, 2010)Perbedaan dari tingkatan diatas menunjukan bahwa pola pemakaian situasional (Joewana S dan Martono,2008) hampir sama pengertiannya dengan ketagihan (problem user) menurut (Markas Besar Tentara Nasional Indonesia Pusat Kesehatan, 2010). Kelebihan dari piramida tingkatan ini menggambarkan risiko kecil dan besar pada orang yang berisiko. Sedangkan tipe tingkatan melalui pola-pola menggambarkan gambaran pemakai yang lebih spesifik.

FAKTOR RISIKOBanyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang mulai menyalahgunakan narkoba, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan ketergantungan. Beberapa faktor penyebab penyalahgunaan narkoba diantaranya yaitu:Faktor kepribadianBeberapa hal yang termasuk di dalam faktor pribadi adalah genetik, bilogis, personal, kesehatan dan gaya hidup yang memiliki pengaruh dalam menetukan sorang remaja terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba .1. Faktor Individua. Kurangnya Pengendalian DiriOrang yang coba-coba menyalahgunakan narkoba biasanya memiliki sedikit pengetahuan tentang narkoba, bahaya yang ditimbulkan, serta aturan hukum yang melarang penyalahgunaan narkoba.b. Konflik Individu/Emosi Yang Belum StabilOrang yang mengalami konflik akan mengalami frustasi. Bagi individu yang tidak biasa dalam menghadapi penyelesaian masalah cenderung menggunakan narkoba, karena berpikir keliru bahwa cemas yang ditimbulkan oleh konflik individu tersebut dapat dikurangi dengan mengkonsumsi narkoba.c. Terbiasa Hidup Senang / MewahOrang yang terbiasa hidup mewah kerap berupaya menghindari permasalahan yang lebih rumit. Biasanya mereka lebih menyukai penyelesaian masalah secara instan, praktis, atau membutuhkan waktu yang singkat sehingga akan memilih cara-cara yang simple yang dapat memberikan kesenangan melalui penyalahgunaan narkoba yang dapat memberikan rasa euphoria secara berlebihan.2. Faktor Keluargaa. Kurangnya kontrol keluargaOrang tua terlalu sibuk sehingga jarang mempunyai waktu mengontrol anggota keluarga. Anak yang kurang perhatian dari orang tuanya cenderung mencari perhatian diluar, biasanya mereka juga mencari kesibukan bersama teman-temanya.b. Kurangnya penerapan disiplin dan tanggung jawabTidak semua penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh remaja dimuali dari keluarga yang broken home, semua anak mempunyai potensi yang sama untuk terlibat dalam penyalahgunaan narkoba. Penerapan disiplin dan tanggung jawab kepada anak akan mengurangi resiko anak terjebak ke dalam penyalahgunaan narkoba. Anak yang mempunyai tanggung jawab terhadap dirinya, orang tua dan masyarakat akan mempertimbangkan beberapa hal sebelum mencoba-coba menggunakan narkoba.3. Faktor Lingkungana. Masyarakat Yang IndividualisLingkungan yang individualistik dalam kehidupan kota besar cenderung kurang peduli dengan orang lain, sehingga setiap orang hanya memikirkan permasalahan dirinya tanpa peduli dengan orang sekitarnya. Akibatnya banayak individu dalam masayarakat kurang peduli dengan penyalahgunaan narkoba yang semakin meluas di kalangan remaja dan anak-anak.b. Pengaruh Teman Sebayac. Pengaruh teman atau kelompok Berperan penting terhadap penggunaan narkoba. Hal ini disebabkan antara lain karena menjadi syarat untuk dapat diterima oleh anggota kelompok. Kelompok atau Genk mempunyai kebiasaan perilaku yang sama antar sesama anggota. Jadi tidak aneh bila kebiasaan berkumpul ini juga mengarahkan perilaku yang sama untuk mengkonsumsi narkoba.4. Faktor PendidikanPendidikan akan bahaya penyalahgunaan narkoba di sekolah-sekolah juga merupakan salah satu bentuk kampanye anti penyalahgunaan narkoba. Kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh siswa-siswi akan bahaya narkoba juga dapat memberikan andil terhadap meluasnya penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar.5. Faktor Masyarakat dan Komunitas SosialFaktor yang termasuk dan mempengaruhi kondisi sosial seorang remaja atnara lain hilangnya nilai-nilai dalam sebuah keluarga dan sebuah hubungan, hilangnya perhatian dengan komunitas, dan susahnya berdaptasi dengan baik 6. Faktor Populasi Yang RentanRemaja masa kini hidup dalam sebuah lingkaran besar, dimana sebagian remaja berada dalam lingkungan yang beresiko tinggi terhadap penyalahgunaan narkoba. Banyak remaja mulai mencoba-coba narkoba, seperti amphetamine-type stimulants ( termasuk didalamnya alkohol, tembakau dan obat-obatan yang diminum tanpa resep atau petunjuk dari dokter, serta obat psikoaktif ) sehingga menimbulkan berbagai macam masalah pada akhirnya (BNN, 2013)Selain itu pendapat lain faktor penyalahgunaan Narkoba, antara lain:a. Mudah untuk mendapatkannya dan murah (availability and acceptability).b. Keingintahuan yang besar tanpa tahu akibatnya (curiousity).c. Keinginan untuk mencoba hal-hal baru (experimentation)d. Ingin mengikuti tren atau gaya (fashionable)e. Ingin diterima oleh lingkungannya.f. Pelarian dari kebosananatau kegetiran hidup (to eliminate the problem)g. Ingin meningkatkan rasa percaya diri.h. Pengaruh teman / tidak bisa menolak (peer pressure).i. Sikap anti kemapanan (Rebellion) Menurut (Markas Besar Tentara Nasional Indonesia Pusat Kesehatan,2010)

PEER PRESSUREPeer pressure atau tekanan teman sebaya adalah pengaruh yang diberikan oleh orang-orang yang mempunyai tujuan yang sama seperti usia, kepentingan umum, latar belakang, atau group pertemanan atau asosiasi yang saling tumpang tindih. Penerapan ini biasanya dimulai pada awal masa kanak-kanak dan terus terwujud selama masa remaja dan dewasa. Pengaruh teman terkadang memiliki dampak positif terhadap perilaku dan kebiasaan. Sebenarnya pandangan anda tentang kemajuan atau perbaikan diri lebih luas dan berpeluang, tetapi tekanan teman sebaya juga terkenal dapat mempengaruhi ke dampak yang negatif terhadap keadaan pribadi dan sosial tiap individu. Dampak negatif ini antara lain prilaku antisosial atau kriminal, dan dorongan terhadap keterlibatan dalam penyalahgunaan obat atau alkohol.Seperti orang dewasa, remaja biasanya mencoba untuk menilai pro dan kontra dari setiap pilihan yang diberikan atau situasi sebelum mereka bertindak. Penghargaan dari teman sebaya yang membuat remaja rentan terhadap tekanan yang diberikan oleh teman sebaya mereka. Mungkin sebenarnya seorang remaja telah di tahap memilih antara bertindak atau tidak bertindak, tetapi keinginan berasal dari persetujuan dari teman sebaya. Membuat semua berbeda dan membuatnya melakukan langkah yang berisiko. Jika keadaan ini melibatkan penggunaan narkoba maka teman sebaya dengan mudah dapat menyebabkan keputusan untuk menyalahgunakan narkoba.(Promises Treatment Centre, 2014)

AVAIBILITAS

Kegunaan dari diagram diatas menjelaskan bahwa avaibilitas menampilkan komponen penting dalam pengadaan dari substansi. Jika tidak ada avaibilitas dari suatu substansi maka tidak akan ditemukan masalah-maslah yang berhubungan dengannya. Ada 3 pembagian spesifik dari avaibilitas yaitu 1) Avaibilitas ekonomi(harga), 2) Avaibilitas pengecer(pengedar), 3) Avaibilitas sosial(keluarga dan teman).Dalam bagan ini menjelaskan bahwa keberadaan pengecer atau retail yang bertujuan untuk meningkatkan keuntungan maka diperlukanlah sebuah promosi. Norms atau nilai-nilai norma merupakan gambaran dapat diterima atau tidaknya suatu perilaku, yang termasuk sebagai penggunaan narkoba. Norma-norma yang berlaku seperti hukum, kebijakan publik dan peraturan dapat mempengaruhi ketersediaan (avaibilitas), promosi dan secara langsung dapat mempengaruhi kelegalan suatu ATOD(Alcohol, Tobacco, other drug). Hal ini dapat mempengaruhi penyediaan dan kebutuhan. Hal ini disebut sebagai Norma masyarakat.Faktor individu seperti genetika dan nila-nilai perilaku, dan assosiasi sosial berkontribusi pada penggunaan zat. Hal ini dapat mempengaruhi permintaan.Tanpa ketersediaan, tidak ada penggunaan dan masalah yang terkait. Sebagai aturan tertinggi. Ketika suatu zat murah, nyaman, dan mudah diakses. Orang lebih mungkin menggunakannya. Berakibat pada peningkatan jenis dan laju masalah yang terkait. Sebaliknya bila suatu zat mahal, nyaman, dan sulit untuk diakses. Orang cenderung jarang untuk menggunakannya, dan jenis dan laju masalah berkurang.

1. Avaibilitas EkonomiMerupakan suatu keharusan membayar untuk mendapatkan NAPZA. Yang sangat sensitif terhadap harga. Kesensitifan ini disebutan elastisitas. Yang menunjukan responsifitas dari perubahan harga.Pada penggunaan NAPZA penemuan menunjukan bahwa harga yang tinggi mengurangi konsumsi NAPZA. 2. Avaibilitas PengecerNapza dibeli melalui pengecer. Meskipun sejumlah penjualan terjadi secara tidak resmi, dan terkadang ilegal, pasar (misalnya, rumah-rumah pribadi dan perusahaan tanpa izin). Selain itu obat-obatan yang dapat dijual secara legal tetapi digunakan oleh kelompok-kelompok orang yang bersikap tidak sesuai dengan hukum( penyalahgunaan resep). Pembatasan ketersediaan pengecer digunakan untuk membatasi pembelian atau untuk meregulasi konteks penggunaan sesuai seharusnya produk tersebut.Sementara penjual obat-obatan terlarang menghadapi banyak kekhawatiran yang sama sebagai distributor barang yang sah , Penjual barang yang ilegal lebih mengkhawatirkan akan adanya polisi. Sehingga penjualan menjadi terselubung dan tidak mempunyai kekuatan hukum.3. Avaibilitas SosialKetersediaan sosial mengacu pada pengadaan obat melalui " sumber-sumber sosial , seperti teman-teman dan kerabat . Zat yang diperoleh melalui sumber-sumber sosial tersedia tanpa pertukaran uang atau barang . Hubungan antara ketersediaan sosial dan penggunaan obat.Hubungan antara keadaan sosial dengan penyalahgunaan obat menunjukan bahwa mereka mendapatkan NAPZA sebagai hadiah (42% marijuana, 35% powder cocaine, dan 24% crack) dan sebagian lagi membelinya dari teman dibandingkan dengan membeli dari pengecer (32%marijuana, 23%cocaine, dan 19% crack). Ini menunjukan bahwa pengecer sudah meluas menjadi jaringan sosial. (Birckmayer JD, 2004)

Pandangan Mengkonsumsi Narkoba Menurut IslamPara ulama sepakat haramnya mengkonsumsi narkoba ketika bukan dalam keadaan darurat. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, Narkoba sama halnya dengan zat yang memabukkan diharamkan berdasarkan kesepakatan para ulama. Bahkan setiap zat yang dapat menghilangkan akal, haram untuk dikonsumsi walau tidak memabukkan (Majmu Al Fatawa, 34: 204).Dalil-dalil yang mendukung haramnya narkoba:Pertama: Allah Taala berfirman, Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk (QS. Al Arof: 157). Setiap yang khobits terlarang dengan ayat ini. Di antara makna khobits adalah yang memberikan efek negatif.

Kedua: Allah Taala berfirman, Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan (QS. Al Baqarah: 195).

Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu (QS. An Nisa: 29).Dua ayat di atas menunjukkan akan haramnya merusak diri sendiri atau membinasakan diri sendiri. Yang namanya narkoba sudah pasti merusak badan dan akal seseorang. Sehingga dari ayat inilah kita dapat menyatakan bahwa narkoba itu haram.

Ketiga: Dari Ummu Salamah, ia berkata, - - Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang dari segala yang memabukkan dan mufattir (yang membuat lemah) (HR. Abu Daud no. 3686 dan Ahmad 6: 309. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini dhoif). Jika khomr itu haram, maka demikian pula dengan mufattir atau narkoba.Keempat: Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, , , Barangsiapa yang sengaja menjatuhkan dirinya dari gunung hingga mati, maka dia di neraka Jahannam dalam keadaan menjatuhkan diri di (gunung dalam) neraka itu, kekal selama lamanya. Barangsiapa yang sengaja menenggak racun hingga mati maka racun itu tetap ditangannya dan dia menenggaknya di dalam neraka Jahannam dalam keadaan kekal selama lamanya. Dan barangsiapa yang membunuh dirinya dengan besi, maka besi itu akan ada ditangannya dan dia tusukkan ke perutnya di neraka Jahannam dalam keadaan kekal selama lamanya (HR Bukhari no. 5778 dan Muslim no. 109).Hadits ini menunjukkan akan ancaman yang amat keras bagi orang yang menyebabkan dirinya sendiri binasa. Mengkonsumsi narkoba tentu menjadi sebab yang bisa mengantarkan pada kebinasaan karena narkoba hampir sama halnya dengan racun. Sehingga hadits ini pun bisa menjadi dalil haramnya narkoba.

Kelima: Dari Ibnu Abbas, Rasul shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Tidak boleh memberikan dampak bahaya, tidak boleh memberikan dampak bahaya (HR. Ibnu Majah no. 2340, Ad Daruquthni 3: 77, Al Baihaqi 6: 69, Al Hakim 2: 66. Kata Syaikh Al Albani hadits ini shahih). Dalam hadits ini dengan jelas terlarang memberi mudhorot pada orang lain dan narkoba termasuk dalam larangan ini. (Tuasikal MA,2012)

KESIMPULAN

Seseorang ketika mengenal NAPZA melalui beberapa pola yaitu coba-coba, pemakaian sosial, situasional dan habituasi. Yang pada akhirnya menyebabkan ketergantungan Semua ini dipengaruhi oleh faktor-faktor resiko seperti faktor lingkungan yaitu masyarakat individualis dan teman sebaya. Pengaruh teman atau tidak bisa menolak (peer pressure) dapat menyebabkan seseorang menyalahgunakan NAPZA. Keberadaan zat dalam lingkungan masyarakat juga memperberat faktor-faktor yang telah ada.

UCAPAN TERIMA KASIHPada bagian ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Rumah Sakit Ketergantungan Obat,Cibubur. Karena telah memberikan kesempatan untuk berkunjung dan pengumpulan data. Kepada dr. Yurika Sandra M.Biomed yang telah memberikan bimbingannya sehingga terselesaikannya laporankasus ini. Tidak lupa kepada dr. Hj. RW. Susilowati, Mkes dan DR. Drh.Hj Titiek Djannatun dan teman sejawat Universitas Yarsi

DAFTAR PUSTAKA

1. Birckmayer JD, Holder HD, Yacoubian GS, Friend KB 2004. A General Causal Model To Guide Alcohol, Tobacco, And Illicit Drug Pervention: Assesing the Research Evidence. J. Drug Education. 34,2,pp. 121-153.2. BNN, 2011. Ringkasan Eksekutif Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia Tahun 2011 (Kerugian Sosial dan Ekonomi). diakeses 16 November 2014; http://bnn.go.id3. BNN, 2011. Pencegahan penyalahgunaan narkoba bagi remaja . diakses 11 November 2014; http://bnn.go.id4. BNN, 2013. Remaja dan Narkoba. diakses 11 November 2014; http://bnn.go.id5. Hadi I, 2013. Keterkaitan UU Narkotika dengan UU Psikotropika. Diakses 11 November 2014 ; http://www.hukumonline.com/6. Joewana S., Martono LH. (2008). Peran Orang Tua Mencegah Narkoba. p.14. Jakarta: PT Balai Pustaka.7. Markas Besar Tentara Nasional Indonesia Pusat Kesehatan, 2010. Buku Panduan Penyuluhan Narkoba . Diakses 15 November 2014 ; http://lakesmil.com/8. Marks H. Risk Factors for Drug Addiction and Alcoholism [updated 2009 april 4; cited 2014 november 10]. From : http://www.everydayhealth.com/9. Promises Treatment Centre, 2014. What Factors Help Determine Teens Susceptibility to Substance Using Peers. Diakses 16 November 2014; http://www.promises.com/10. Tuasikal MA, 2012. Narkoba Dalam Pandangan Islam. Diakses 16 November 2014; http://muslim.or.id/

11