contoh 2 case-report

31
CASE REPORT KOMPLIKASI RETENSI URIN PADA KASUS KEGAWATDARURATAN YANG DAPAT TIMBUL BILA TIDAK CEPAT MENDAPATKAN PENANGANAN Amanda Ricki 1102011023 Tutor : dr. Rika Ferlianti, MBiomed Kelompok 6 BIDANG KEPEMINATAN KEGAWATDARURATAN BLOK ELEKTIF

Upload: fitriana-dyah-lestari

Post on 20-Feb-2016

66 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

elektif

TRANSCRIPT

Page 1: CONTOH 2 Case-Report

CASE REPORT

KOMPLIKASI RETENSI URIN PADA KASUS KEGAWATDARURATAN YANG DAPAT TIMBUL BILA TIDAK CEPAT MENDAPATKAN PENANGANAN

Amanda Ricki

1102011023

Tutor : dr. Rika Ferlianti, MBiomed

Kelompok 6

BIDANG KEPEMINATAN KEGAWATDARURATAN

BLOK ELEKTIF

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI2014 – 2015

Page 2: CONTOH 2 Case-Report

Skenario

Bapak S usia 80 tahun, datang ke UGD RS BHAKTI YUDHA pada siang hari bersama keluarganya dengan keluhan tidak bisa buang air kecil (BAK) semenjak pagi hari, Pasien mengeluh nyeri perut bawah, terasa penuh dibagian perut tengah bawah, susah kencing dan jika hendak ingin buang air kecil harus mengedan namun tetap tidak keluar.

Pada pemeriksaan fisik

Keadaan umum : tampak sedang

Kesadaran : kompos mentis

Vital Sign :

- Tekanan darah : 200/130 mmhg- RR : 20 x/menit- Frekuensi nadi 86 x/menit- Suhu 37o

Riwayat penyakit dahulu, penyakit serupa,penyakit hipertensi, penyakit gagal ginjal, alergi obat dan makanan disangkal, serta pemakaian obat pun disangkal, Dokter UGD mendiagnosa kerja, pasien mengalami retensi urin et causa benign prostate hiperplasia, lalu dokter memberikan terapi berupa amlodipine sublingual dan memasangkan infus DL serta pasien dipasang kateterisasi. Kemudian pasien meminta untuk tidak rawat inap dan ingin langsung segera pulang. Namun dokter menyarankan agar sebaiknya konsultasi terlebih dahulu dengan dokter urologi dan setelah 3 hari kembali lagi ke RS untuk pergantian kateter.

1

Page 3: CONTOH 2 Case-Report

Abstrak

Latar belakang :

Laporan kasus :

Diskusi :

Kesimpulan :

2

Page 4: CONTOH 2 Case-Report

DAFTAR ISI

Skenario ………………………………………………………………………….. 1

Abstrak …………………………………………………………………………... 2

Daftar Isi …………………………………………………………………………. 3

BAB I Pendahuluan………………………………………………………………. 4

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………….... 4

1.2 Masalah ………………………………………………………................... 4

1.3 Tujuan Umum …………………………………………………………..... 4

1.4 Tujuan Khusus ………………………………………………………….... 4

Bab II Tinjauan Pustaka………………………………………………………....... 5

2.1 Anatomi Sistem Urinaria ………………………………………………..... 5

2.2 Neuroanatomi Saluran Urinaria …………………………………………... 5

2.3 Fisiologi Berkemih ……………………………………………………….. 6

2.4 Retensi Urin ………………………………………………………………. 6

2.5 Komplikasi Retensi Urine ………………………………………………… 11

BAB III Agama Islam …………………………………………………………….. 13

3.1 Shalat ……………………………………………………………………… 13

BAB IV Kaitan Kedokteran dan Islam …………………………………………… 174.1 Hukum shalat bagi orang yang menggunakan kateter …………………… 17

BAB V Kesimpulan ………………………………………………………………. 19

Daftar Pustaka …………………………………………………………………….. 20

3

Page 5: CONTOH 2 Case-Report

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Sumbatan pada sistem saluran kemih termasuk suatu kegawatdaruratan medis karena dapat menyebabkan kematian bagi pasien. Sumbatan dapat terjadi pada saluran kemih atas dan saluran kemih bawah. Sumbatan pada saluran kemih atas meliputi organ ginjal dan ureter dapat memberikan manifestasi klinis berupa nyeri kolik atau anuria. Sedangkan sumbatan saluran kemih bawah pada buli-buli dan uretra menyebabkan retensi urine (Purnomo, 2011).

Retensio urin adalah kesulitan miksi karena kegagalan mengeluarkan urin dari vesika urinaria. Retensio dapat sebagian atau total. Retensio dapat berupa retensio akut dan kronis. Pada retensio akut penderita sekonyong-konyong tidak dapat miksi, buli-buli penuh disertai rasa sakit yang hebat di daerah suprapubik dan hasratingin miki yang hebat disertai mengejan, sering kali urin keluar menetes atau sediki-sedikit. Pada retensio urin kronis nyeri suprapubik sedik atau tidak ada sama sekali walaupun buli-buli penuh sampai pusat (Mansjoer, 2000).

Urine yang tertahan lama di dalam buli-buli secepatnya harus dikeluarkan karena jika dibiarkan, akan menimbulkan beberapa masalah antar lain : mudah terjadi saluran infeksi saluran kemih, kontraksi otot buli-buli menjadi lemah da timbul hidroureter dan hidronefrosis yang selanjutnya dapat menimbulkan gagal ginjal. Urine dapat dikeluarkan dengan cara kateterisasi atau sistostomi. Tindakan penyakit primer dikerjakan setelah keadaan pasien stabil.

Untuk kasus tertentu mungkin tidak perlu pemasangan kateter terlebih dahulu melainkan dapat langsung dilakkukan tindakan defintif terhadap penyebab retensi urine, misalnya baru di meatus eksternum atau meatal stenosis dilakukan meatotomi, fimosis atau parafimosis dilakukan sirkumsisi atau dorsumsisi. (Purnomo, 2011).

1.2 Masalah

Apakah komplikasi yang akan timbul jika retensi urine pada keadaan kegawatdaruratan tidak segera ditangani?

1.3 Tujuan Umum

- Mengetahui dan menjelaskan sistem urinaria bagian bawah dan persarafannya.

- Mengetahui dan menjelaskan tentang retensi urine.

1.4 Tujuan Khusus

- Mengetahui dan menjelaskan penyebab dari retensi urin.

- Mengetahui dan menjelaskan komplikasi yang bisa terjadi pada kasus retensi urine jika tidak mendapatkan penanganan.

4

Page 6: CONTOH 2 Case-Report

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Sistem Urinaria

Sistem urinaria bagian bawah terdiri atas kandung kemih dan uretra yang keduanya harus bekerja secara sinergis untuk dapat menjalankan fungsinya dalam menyimpan dan mengeluarkan urin. Kandung kemih merupakan organ berongga yang terdiri dari mukosa, otot polos detrusor, dan serosa. Pada perbatasan antara kandung kemih dan uretra, terdapat sfingter uretra interna yang terdiri atas otot polos. Sfingter interna ini selalu tertutup pada saat fase pengisian dan penyimpanan dan terbuka pada saat isi kandung kemih penuh dan saat miksi atau pengeluaran. Di sebelah distal dari sfingter interna terdapat uretra. Uretra pria dan wanita dibedakan berdasarkan ukuran panjangnya. Pada wanita panjang uretra kurang lebih 4cm sedangkan pada pria kurang lebih 20 cm. Di sebelah distal dari uretra terdapat sfingter uretra eksterna yang terdiri atas otot bergaris dari otot dasar panggul. Sfingter ini membuka pada saat miksi sesuai dengan perintah dari korteks serebri (Purnomo, 2011).

2.2 Neuroanatomi Saluran Urinaria

2.2.1 Hubungan proses pengaturan dalam berkemih dengan susunan saraf pusat:

1) Pusat Miksi Pons

Pons merupakan pusat pengatur miksi yang mengatur reflek spinal baik untuk pengisian atau pengosongan kandung kemih.

2) Daerah korteks yang mempengaruhi pusat miksi pons

Kelainan pada korteks dapat menimbuulkan gangguan miksi urgensi, inkontinensia, hilangnya sensibilitas kandung kemih, atau retensi urin (Japardi, 2002).

2.2.2 Persarafan traktus urinarius bagian bawah berasal dari tiga sumber:

1) Sistim saraf parasimpatis (S2-S4) – n pelvikus.

Berjalan melalui serabut saraf ini adalah serat saraf sensorik dan motorik. Serat sensorik mendeteksi derajat regangan pada dinding kandung kemih. Saraf motorik yang menjalar pada nervus pelvikus adalah serat parasimpatis yang mempersarafi otot detrusor menyebabkan timbulnya kontraksi kandung kemih.

2) Sistim syaraf simpatis (T11-L2) – n. hipogastrikus

Saraf ini akan bersinaps pada kandung kemih dan akan memfasilitasi penyimpanan urin serta memberikan input inhibisi pada kandung kemih.

5

Page 7: CONTOH 2 Case-Report

3) Sistim saraf somatis atau volunter (S2-S4) – n. pudendus.

Saraf ini mempersarafi sfingter eksternus yang menyebabkan sfingter dapat menutup secara disadari (Vitriana, 2002)

2.3 Fisiologi Berkemih

Miksi adalah pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Proses ini terdiri dari dua langkah utama:

a. Pengisian urin pada kandung kemih akan mendistensikan dinding kandung kemih secara pasif dengan penyesuaian tonus sehingga tegangan tidak akan meningkat secara cepat hingga terkumpul kurang lebih 150ml. Reseptor regangan di kandung kemih lalu memberikan sinyal pada otak yang memberikan suatu impuls urgensi (sensasi pertama berkemih). Bila tercapai volume urin 200-300 ml, normalnya tekanan tetap rendah akan tetapi terjadi sensasi urgensi yang lebih kuat karena peningkatan aktivasi reseptor regangan. Otot detrusor dan dasar panggul tetap tidak mengalami perubahan. Dalam hal ini otot sfinger eksternal memegang peranan penting karena proses penghambatan berkemih. Bila pengisian berlanjut melewati batas kemampuan kandung kemih (volume urin 400-550ml), akan timbul kenaikan tekanan intravesikal yang progresif. Peningkatan ini akan menstimulasi reseptor regangan di dinding detrusor.

b. Badan-badan sel parasimpatis distimulasi dan impuls eferen akan berjalan pada nervus pelvikus ke dinding kandung kemih sehingga akan menimbulkan kontraksi otot detrusor. Ketika reflek berkemih cukup kuat, maka akan timbul refleks lain yang berjalan melalui nervus pudendus ke sfingter eksternus untuk menghambat proses miksi. Bila kontraksi otot sfingter tidak mampu menahan, maka akan terjadi proses pengeluaran urin (Guyton and Hall, 1997a)

2.4 Retensi Urin

2.4.1 Definis Retensi Urin

Retensi urin adalah ketidak mampuan seseorang untuk mengeluarkan urine yang terkumpul di dalam buli-buli hingga kapasitas maksimal buli-buli terlampaui. Proses miksi terjadi karena adanya koordinasi harmonik antara otot detrusor buli-buli sebagai penampung dan pemompa urine dengan uretra yang bertindak sebagai pipa untuk menyalurkan urine.

Adanya penyumbatan pada uretra, kontraksi buli-buli yang tidak adekuat, atau tidak adanya koordinasi antara buli-buli dan uretra dapat menimbulkan terjadinya retensi urine. (Purnomo, 2011).

Retensio urin adalah kesulitan miksi karena kegagalan mengeluarkan urin dari vesika urinaria. Retensio dapat sebagian atau total. Retensio dapat berupa retensio akut dan kronis. Pada retensio akut penderita sekonyong-konyong tidak dapat miksi, buli-buli penuh disertai rasa sakit yang hebat di daerah suprapubik dan hasratingin miki yang hebat disertai

6

Page 8: CONTOH 2 Case-Report

mengejan, sering kali urin keluar menetes atau sediki-sedikit. Pada retensio urin kronis nyeri suprapubik sedik atau tidak ada sama sekali walaupun buli-buli penuh sampai pusat.

Pada keadaan normal produksi urin 1.000-1.500 cc/24jam. Kapasitas buli 300cc sehingga frekuensi miksi 4-5 kali sehari. Setelah miksi tidak ada sisa urin di buli-buli. (Mansjoer, 2000).

2.4.2 Etiologi Retensi Urin

Secara garis besar penyebab retensi dapat dapat diklasifikasi menjadi 5 jenis yaitu akibat obstruksi, infeksi, farmakologi, neurologi, dan faktor trauma. Obstruksi pada saluran kemih bawah dapat terjadi akibat faktor intrinsik, atau faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik berasal dari sistem saluran kemih dan bagian yang mengelilinginya seperti pembesaran prostat jinak, tumor buli-buli, striktur uretra, phimosis, paraphimosis, dan lainnya. Sedangkan faktor ekstrinsik, sumbatan berasal dari sistem organ lain, contohnya jika terdapat massa di saluran cerna yang menekan leher buli-buli, sehingga membuat retensi urine. Dari semua penyebab, yang terbanyak adalah akibat pembesaran prostat jinak (Rosenstein, 2004). Dalam sebuah studi dari 310 orang selama dua tahun, retensi urin disebabkan oleh BPH pada 53 persen pasien. Penyebab obstruktif lainnya menyumbang 23 persen lagi (Choong, 2000). Penyebab kedua akibat infeksi yang menghasilkan peradangan, kemudian terjadilah edema yang menutup lumen saluran uretra. Reaksi radang paling sering terjadi adalah prostatitis akut, yaitu peradangan pada kelenjar prostat dan menimbulkan pembengkakan pada kelenjar tersebut. Penyebab lainnya adalah uretritis, infeksi herpes genitalia, vulvovaginitis, dan lain-lain.

Medikasi yang menggunakan bahan anti kolinergik, seperti trisiklik antidepresan, dapat membuat retensi urine dengan cara menurunkan kontraksi otot detrusor pada buli-buli. Obat-obat simpatomimetik, seperti dekongestan oral, juga dapat menyebabkan retensi urine dengan meningkatkan tonus alpha-adrenergik pada prostat dan leher buli-buli. Dalam studi terbaru obat anti radang non steroid ternyata berperan dalam pengurangan kontraksi otot detrusor lewat inhibisi mediator prostaglandin. Secara neurologi retensi urine dapat terjadi karena adanya lesi pada saraf perifer, otak, atau sumsum tulang belakang. Lesi ini bisa menyebabkan kelemahan otot detrusor dan inkoordinasi otot detrusor dengan sfingter pada uretra. Penyebab terakhir adalah akibat trauma atau komplikasi pasca bedah. Trauma langsung yang paling sering adalah straddle injury, yaitu cedera dengan kaki mengangkang, biasanya pada anak-anak yang naik sepeda dan kakinya terpeleset dari pedalnya, sehingga jatuh dengan uretra pada bingkai sepeda. Selain itu, tidak jarang juga terjadi cedera pasca bedah akibat kateterisasi atau instrumentasi (Selius, 2008).

Etiologi menurut lokasi dapat dibagi :

- Supra vesikal, berupa kerusakan pada pusat miksi di medulla spinalis s2-s4 setinggi t12-l1 : kerusakan saraf simpatis dan parsimpatis baik sebagian atau seluruhnya, misalnya pada operasi miles dan mesenterasi pelvis : kelainan medulla spinalis, misalnya meningokel, tabes dorsalis atau sapsmus sfingter yang ditandai dengan rasa sakit yang hebat.

7

Page 9: CONTOH 2 Case-Report

- Vesikal, beruap kelamahan otot detrusor karena lama teregang, atoni pada pasien DM atau penyakit neurologis : divertikel yang besar.

Infravesikel; berupa pembesaran prostat, kekakuan leher vesika, striktur, batu kecil, tumor pada leher vesika, atau fimosis (Mansjoer, 2000).

Pada wanita, retensi urine merupakan penyebab terbanyak inkontinensia yang berlebihan. Dalam hal ini terdapat penyebab akut dan kronik dari retensi urine. Pada penyebab akut lebih banyak terjadi kerusakan yang permanen khususnya gangguan pada otot detrusor, atau ganglion parasimpatis pada dinding kandung kemih. Pada kasus yang retensi urine kronik, perhatian dikhususkan untuk peningkatan tekanan intravesical yang menyebabkan reflux ureter, penyakit traktus urinarius bagian atas dan penurunan fungsi ginjal (Andi, 2008).

2.4.3 Gambaran Klinis

Pasien mengeluh tertahan kencing atau kencing keluar sedikit-sedikit. Keadaan ini harus dibedakan dengan inkontinensia paradoksa yaitu keluarnya urine secara menetes, tanpa disadari, dan tidak mampu ditahan oleh pasien. Selain itu tampak benjolan kistus pada perut sebelah bawah dengan disertai rasa nyeri yang hebat (Purnomo, 2011).

Retensi urine memberikan gejala gangguan berkemih, termasuk diantaranya kesulitan buang air kecil: pancaran kencing lemah, lambat, dan terputus-putus; ada rasa tidak puas, dan keinginan untuk mengedan atau memberikan tekanan pada suprapubik saat berkemih.

Suatu penelitian melaporkan bahwa gejala yang paling bermakna dalam memprediksikan adanya gangguan berkemih adalah pancaran kencing yang lemah, pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna, mengedan saat berkemih, dan nokturia (Andi, 2008).

2.4.4 Diagnosis

Pemeriksaan pada genitalia eksterna mungkin teraba batu di uretra anterior, terlihat batu di meatus uretra eksternum, teraba spongiofibrosis di sepanjang uretra anterior, terlihat fistel atau abses di uretra, fimosis/parafimosis, atau terlihat darah keluar dari uretra akibat cedera uretra. Pemeriksaan colok dubur setelah buli-buli dikosongkan ditujukan untuk mencari adannya hiperplasia prostat/karsinoma prostat, dan pemeriksaan reflex bulbokavernosus untuk mendeteksi adanya buli-buli neurogenik.

Pemeriksaan foto polos perut menunjukkan bayangan buli-buli penuh, mungkin terlihat bayangan batu opak pada uretra atau pada buli-buli. Pada pemeriksaan uretrografi tampak adanya striktura uretra (Purnomo, 2011).

Ujian Fisik

Sebuah penyedia perawatan kesehatan mungkin menduga retensi urin karena gejala pasien dan, oleh karena itu, melakukan pemeriksaan fisik dari perut bagian bawah. Penyedia layanan kesehatan mungkin dapat merasakan kandung kemih distensi dengan ringan menekan pada perut bagian bawah.

8

Page 10: CONTOH 2 Case-Report

Postvoid Pengukuran Residual

Tes ini mengukur jumlah urine yang tersisa di kandung kemih setelah buang air kecil. Sisa urin disebut postvoid residual. Seorang teknisi yang terlatih khusus melakukan USG, yang menggunakan gelombang suara tidak berbahaya untuk menciptakan gambaran dari kandung kemih, untuk mengukur postvoid sisa. Teknisi melakukan USG kandung kemih di kantor penyedia perawatan kesehatan, pusat radiologi, atau rumah sakit, dan ahli radiologi-dokter yang mengkhususkan diri dalam medis pencitraan-menafsirkan gambar. Pasien tidak perlu anestesi.

Sebuah penyedia perawatan kesehatan mungkin menggunakan kateter-a tipis, fleksibel tabung untuk mengukur postvoid sisa. Penyedia layanan kesehatan menyisipkan kateter melalui uretra ke dalam kandung kemih, prosedur yang disebut kateterisasi, untuk mengeringkan dan mengukur jumlah sisa urin. Sebuah postvoid sisa 100 mL atau lebih menunjukkan kandung kemih tidak kosong sepenuhnya. Sebuah penyedia layanan kesehatan melakukan tes ini selama kunjungan kantor. Pasien sering menerima anestesi lokal.

Tes medis

Sistoskopi. Cystoscopy adalah prosedur yang memerlukan alat tubelike, disebut cystoscope, untuk melihat ke dalam uretra dan kandung kemih. Sebuah penyedia layanan kesehatan melakukan cystoscopy selama kunjungan kantor atau di pusat rawat jalan atau rumah sakit.Pasien akan menerima anestesi lokal. Namun, dalam beberapa kasus, pasien dapat menerima sedasi dan anestesi regional atau umum.Sebuah penyedia perawatan kesehatan mungkin menggunakan cystoscopy untuk mendiagnosis striktur uretra atau mencari batu kandung kemih memblokir pembukaan uretra.

CT scan. CT scan menggunakan kombinasi sinar x dan teknologi komputer untuk membuat gambar. Untuk CT scan, penyedia layanan kesehatan dapat memberikan pasien solusi untuk minum dan suntikan pewarna khusus, yang disebut media kontras. CT scan memerlukan pasien untuk berbaring di meja yang slide ke perangkat terowongan berbentuk di mana seorang teknisi mengambil sinar x. Teknisi x-ray melakukan prosedur di pusat rawat jalan atau rumah sakit, dan ahli radiologi menafsirkan gambar. Pasien tidak perlu anestesi. Sebuah penyedia layanan kesehatan dapat memberikan bayi dan anak-anak obat penenang untuk membantu mereka tertidur untuk ujian. CT scan dapat menunjukkan

batu saluran kemih

UTI

Tumor

cedera traumatis

normal, cairan yang mengandung kantung disebut kista

Tes urodinamik. Tes urodynamic termasuk berbagai prosedur yang melihat seberapa baik toko kandung kemih dan uretra dan melepaskan air seni. Sebuah penyedia perawatan

9

Page 11: CONTOH 2 Case-Report

kesehatan mungkin menggunakan satu atau lebih tes urodinamik untuk mendiagnosa retensi urin.Penyedia perawatan kesehatan akan melakukan tes ini selama kunjungan kantor. Untuk tes yang menggunakan kateter, pasien sering menerima anestesi lokal.

Uroflowmetry. Uroflowmetry mengukur kecepatan urin dan volume. Khusus peralatan otomatis mengukur jumlah urin dan aliran tingkat-bagaimana urine cepat keluar. Peralatan uroflowmetry termasuk perangkat untuk menangkap dan mengukur urin dan komputer untuk merekam data. Peralatan menciptakan grafik yang menunjukkan perubahan laju aliran dari detik ke detik sehingga penyedia layanan kesehatan dapat melihat laju aliran tertinggi dan berapa banyak detik yang dibutuhkan untuk sampai ke sana. Otot kandung kemih yang lemah atau aliran urin tersumbat akan menghasilkan hasil tes yang abnormal.

Aliran tekanan studi. Sebuah studi aliran tekanan mengukur tekanan kandung kemih yang diperlukan untuk buang air kecil dan laju aliran tekanan yang diberikan menghasilkan. Sebuah penyedia layanan kesehatan menempatkan kateter dengan manometer ke dalam kandung kemih. Tekanan mengukur manometer kandung kemih dan laju alir kandung kemih kosong. Sebuah studi aliran tekanan membantu mendiagnosa obstruksi kandung kemih.

Urodinamik Video. Tes ini menggunakan sinar x atau USG untuk membuat gambar real-time dari kandung kemih dan uretra selama pengisian atau pengosongan kandung kemih. Untuk sinar x, penyedia layanan kesehatan lewat kateter melalui uretra ke dalam kandung kemih. Dia mengisi kandung kemih dengan media kontras, yang terlihat pada gambar video. Gambar urodinamik Video dapat menunjukkan ukuran dan bentuk dari saluran kemih, aliran urin, dan penyebab retensi urin, seperti obstruksi leher kandung kemih.

Elektromiografi. Elektromiografi menggunakan sensor khusus untuk mengukur aktivitas listrik otot dan saraf di sekitar kandung kemih dan sfingter. Seorang teknisi yang terlatih khusus menempatkan sensor pada kulit dekat uretra dan rektum atau pada uretra atau kateter dubur.Rekor sensor, pada kegiatan mesin, otot dan saraf. Pola-pola impuls saraf menunjukkan apakah pesan yang dikirim ke kandung kemih dan sfingter berkoordinasi dengan benar. Seorang teknisi melakukan electromyography di kantor penyedia perawatan kesehatan, pusat rawat jalan, atau rumah sakit. Pasien tidak perlu anestesi jika teknisi menggunakan sensor yang ditempatkan pada kulit. Pasien akan menerima anestesi lokal jika teknisi menggunakan sensor ditempatkan pada uretra atau kateter dubur (NIH, 2014).

2.4.5 Manajemen Awal Retensi Urine

Urine dapat dikeluarkan dengan cara kateterisasi atau sistostomi. Tindakan penyakit primer dikerjakan setelah keadaan pasien stabil. Untuk kasus tertentu mungkin tidak perlu pemasangan kateter terlebih dahulu melainkan dapat langsung dilakkukan tindakan defintif terhadap penyebab retensi urine, misalnya baru di meatus eksternum atau meatal stenosis dilakukan meatotomi, fimosis atau parafimosis dilakukan sirkumsisi atau dorsumsisi (Purnomo, 2011)

10

Page 12: CONTOH 2 Case-Report

Retensi urin akut harus dikelola oleh dekompresi segera dan lengkap dari kandung kemih melalui kateterisasi. Kateter transurethral standar sudah tersedia dan biasanya dapat dengan mudah dimasukkan. Jika kateterisasi uretra tidak berhasil atau kontraindikasi, pasien harus dirujuk segera ke dokter terlatih dalam teknik kateterisasi canggih, seperti penempatan suatu perusahaan, angulated Coude kateter atau kateter suprapubik (Curtis, 2001). Ketika kandung kemih menjadi sangat menggembung diperlukan kateterisasi, kateter Foley ditinggal dalam kandung kemih selama 24-48 jam untuk menjaga kandung kemih tetap kosong dan memungkinkan kandung kemih menemukan kembali tonus normal dan sensasi. Bila kateter dilepas, pasien harus dapat berkemih secara spontan dalam waktu 4 jam. Setelah berkemih secara spontan, kandung kemih harus dikateter kembali untuk memastikan bahwa residu urine minimal. Bila kandung kemih mengandung lebih dari 100 ml urine, drainase kandung kemih dilanjutkan lagi (Andi, 2008).

Pada waktu kateterisasi, bila setelah masuk 6-7 cm kateter terhenti, ada beberapa kemungkinan yang terjadi, yaitu :

1. Striktur uretra2. Salah jalan, biasanya akan keluar darah3. Batu uretra, ketok baut positif dan biasanya batu teraba dari luar sepanjang

uretra/perineum.4. Spasme yang terutama terjadi di pars membranasea. Dengan tkeanan yang kontinu

yang tidak terlalu keras akhirnya spasme akan diatasi. Bila penderita amat kesakitan, sapsme tidak dapat diatasi, dipakai kateter yang lebih kecil misalnya dari 18 F diganti dengan 14 F .

Bila dengan kateter 6 F tidak berhasil, digunakan bougie filiform (Mansjoer, 2000).

2.5 Komplikasi Retensi Urin

Urine yang tertahan lama di dalam buli-buli secepatnya harus dikeluarkan karena jika dibiarkan, akan menimbulkan beberapa masalah antar lain ; mudah terjadi saluran infeksi saluran kemih, kontraksi otot buli-buli menjadi lemah dan timbul hidroureter dan hidronefrosis yang selanjutnya dapat menimbulkan gagal ginjal.

Akibat retensi urin akan menyababkan :

- Buli-buli akan mengembang melebihi kapasitas maksimal sehingga tekanan di dalam lumennya dan tegangan dari dindingnya akan meningkat.

- Bila keadaan ini dibiarkan berlanjut, tekanan yang meningkat di dalam lumennya akan menghambat aliran urin dari ginjal dan ureter sehingga terjadi hidroureter dan hidronefrosis dan lambat laun terjadi gagal ginjal.

- Bila tekanan di dalam buli-buli meningkat dan melebihi besarnya hambatan didaerah uretra, urin akan memancar berulang-ulang (dalam jumlah sedikit) tanpa bisa ditahan oleh penderita, sementara buli-buli tetap penuh dengan urin. Keadaan ini disebut inkontinensia paradoksa atau “overflow incontinence”

11

Page 13: CONTOH 2 Case-Report

- Tegangan dari dinding buli-buli terus meningkat sampai tercapai batas toleransi dan setelah batas ini dilewati, oto buli-buli akan mengalami dilatasi sehingga kapasitas buli-buli melebihi kapasitas maksimalnya, dengan akibat kekuatan kontraksi otot buli-buli akan menyusut.

- Retensi urin merupakan predileksi untuk terjadinya infeksi saluran kemih (ISK) dan bila ini terjadi, dapat menimbulkan keadaan gawat darurat yang serius seperti pielonefritis, urosepsi, khususnya pada penderita lanjut usia (Purnomo, 2011).

Komplikasi retensi urin yang mungkin termasuk

- UTI/ISK- kerusakan kandung kemih- kerusakan ginjal- inkontinensia urin setelah prostat, tumor, atau operasi kanker

ISK. Urine biasanya steril, dan aliran normal urin biasanya mencegah bakteri dari menginfeksi saluran kemih. Dengan retensi urin, urin yang abnormal aliran memberikan bakteri pada pembukaan uretra kesempatan untuk menginfeksi saluran kemih.

Kerusakan kandung kemih. Jika kandung kemih menjadi membentang terlalu jauh atau untuk waktu yang lama, otot-otot mungkin rusak secara permanen dan kehilangan kemampuan mereka untuk berkontraksi.

Kerusakan ginjal. Pada beberapa orang, retensi urin menyebabkan urin mengalir mundur ke dalam ginjal. Aliran ini mundur, disebut refluks, dapat merusak atau bekas luka ginjal.

Inkontinensia urin setelah prostat, tumor, atau operasi kanker. Bedah transurethral untuk mengobati benign prostatic hyperplasia dapat menyebabkan inkontinensia urin pada beberapa pria. Masalah ini sering sementara. Kebanyakan pria kembali kontrol kandung kemih mereka dalam beberapa minggu atau bulan setelah operasi. Operasi untuk mengangkat tumor atau jaringan kanker di kandung kemih, prostat, atau uretra juga dapat menyebabkan inkontinensia (NIH, 2014).

12

Page 14: CONTOH 2 Case-Report

BAB III

AGAMA ISLAM

3.1 Shalat

3.1.1 Pengertian Sholat Menurut Ilmu Fiqh

Kata Sholat (صالة) berasal dari bahasa Arab yg diartikan secara harfiah dengan doa. Contoh dalam kalimat yg tercantum dalam sebuah ayat al-Quran QS. At-Taubah: 103:

ذ� خ� ذ� م� ذ� م م و�ا ذ� و�ا ة� و� و� و� ذ� خ� خ� ه و� خ� ذ� م ه�ي و� خ� �و وا �م ه� و� �و ذ� م ذي و و! " و%$ م&ا و' و� و(ا و� ن� و+ و, ذ� خ و " خ. % و و�ا ن/ م0ي و, ن� م ي و!

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah (�ه و� ) untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu (صالتك) itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Menurut terminologi ilmu fiqh sholat, salat (الصالة) diterjemahkan sebagai serangkaian kegiatan ibadah khusus atau tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam (ام),).

Ibadah khusus yg dimaksud antara lain seperti dijelaskan oleh Hadis Rasulullah SAW ( . ا (ر,�لyg diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim:

Shollu kama ro~aitumu~ni Usholliy: Sholatlah Kalian (dengan cara) Seperti kalian melihat aku (Rasulullah) mengerjakan sholat.

Sholat yang dicontohkan Rasulullah seperti sholat wajib 5 waktu (Sholat fardu): sholat subuh افج� خ7� sholat zuhur, , �(اة ا اعص� sholat ashar , �(اة ا0غ�ب sholat magrib , �(اة صالة dan sholat ,�(اة

,dan beberapa sholat sunnah lainnya: sholat rawatib, sholat tahajjud, sholat taubah ,العشاءsholat tarawih, sholat witir, dll. (Anjuran: Silahkan perdalam pembahasan dalam beberapa kitab fiqh sholat tentang Jenis-Jenis Sholat Wajib dan Sholat Sunnah)

Sholat Dalam ajaran Islam termasuk rukun Islam ( اإلسال yang menempati urutan ke-2 (أركانsetelah syahadat dan menjadi kewajiban ibadah yg wajib dijalankan oleh umat Islam

3.1.2 Pengertian Sholat Menurut Al-Qur`an dan Hukum Sholat

Kata Sholat di dalam beberapa ayat al-Qur`an mengandung makna perintah mendirikan sholat dan biasanya didahului dengan lafaz kata kerja perintah (fi`il Amr) yang ditujukan (khithab) untuk orang banyak seperti: “Aqiimush-shalata: Dirikanlah Sholat (Kamu Sekalian) ” atau dengan kata kerja (fi`il amar) yg ditujukan (khithab) untuk 1 orang seperti: “Aqimish-shalata: Dirikanlah Sholat“.

Menurut hukum syariat Islam, lapaz perintah mendirikan sholat dengan kalimat Dirikanlah Sholat mengandung pengertian sebagai penetapan hukum wajib sholat.

13

Page 15: CONTOH 2 Case-Report

3.1.3 Sejarah Ibadah Sholat:

Menurut Pendapat Jumhur Ulama: Hukum wajib mendirikan sholat fardu 5 waktu dalam sehari semalam ditetapkan setelah Rasulullah melakukan Isra` dan Mi`raj yg terjadi pada tanggal 27 Rajab sekitar tahun ke-5 sebelum peristiwa hijrah Nabi ke Kota Madinah. Pada saat Mi`raj tsb, Nabi dan umat Islam difardukan dengan 50 sholat dalam tiap sehari semalam, namun dengan ketentuan Allah, menjadi 5 kali dalam tiap sehari semalam.

Penjelasan tentang hal ini telah disampaikan dalam hadis Nabi yg diriwayatkan oleh Ahmad yang disahihkan oleh At-Tarmizy:

Dari Anas bin Malik ra: Telah difardhukan kepada Nabi SAW shalat pada malam beliau diisra`kan 50 shalat. Kemudian dikurangi hingga tinggal 5 shalat saja. Lalu diserukan, “Wahai Muhammad, perkataan itu tidak akan tergantikan. Dan dengan lima shalat ini sama bagi mu dengan 50 kali shalat.

Menurut sebagain pengikut pendapat mazhab Al-Hanafiyah: malam isra` 27 rajab tersebut bukan 5 tahun sebelum hijrah, melainkan pada tanggal 17 Ramadhan 1, 5 tahun sebelum hijrah nabi.

Menurut riwayat lainnya, sebelum peristiwa bersejarah Isra` dan Mi`raj Nabi Muhammad tersebut, Nabi dan para sahabat sudah menjalankan sholat, namun belum mengikuti ketentuan wajib 5 waktu atau tidak sama seperti sholat yang telah disyariatkan sekarang ini.

Shalat itu wajib bagi semua umat Islam. Karena Allah Ta’ala telah memerintahkannya pada beberapa ayat dalam Al-Quran:

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

“...Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu (wajib) yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman,” (QS An-Nisa: 103).

“Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wustha. Berfirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk,” (QS Al-Baqarah: 238).

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam menjadikan shalat sebagai pondasi kedua dari lima pondasi Islam.

Beliau bersabda:

14

Page 16: CONTOH 2 Case-Report

“Islam itu didirikan atas lima perkara: (1) Bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah: (2) Mendirikan shalat; (3) Menunaikan Zakat; (4) Mengerjakan haji ke Baitullah; dan (5) Berpuasa pada bulan Ramadhan,” (HR Al-Bukhari: 1/9, dan Muslim: 20, 21, Kitab Al-Iman).

3.1.4 Hikmah Shalat.

Sebagian hikmah disyariatkannya shalat adalah bahwa shalat itu dapat membersihkan jiwa, dapat menyucikannya, dan menjadikan seorang hamba layak bermunajat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala di dunia dan berada dekat dengan-Nya di surga. Bahkan shalat juga dapat mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

“...Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar...” (Al-Ankabut: 45).

3.1.5 Keutamaan Shalat.

Untuk mengetahui keutamaan dan keagungan shalat, cukuplah kita membaca hadist-hadist Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam berikut:

1. Sabda Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam:

“Pokok terpenting dari segala perkara adalah Islam, dan tiangnya adalah shalat, serta puncak tertingginya adalah jihad di jalan Allah,” (HR Tirmidzi: 616).

2. Sabda Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam:

“(Yang membedakan) antara seseorang dan kekufuran adalah meninggalkan shalat,” (HR Muslim: 134, Kitab Al-Iman).

3. Beliau Shalallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:

“Aku telah diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat dan menunaikan zakat. Apabila mereka telah melakukannya, maka mereka telah menlindungi harta dan jiwanya dariku kecuali karena hak Islam, dan hisab (perhitungan) amal mereka diserahkan kepada Allah Azza Wa Jalla,” (HR Al-Bukhari: 1/13, 9/138).

4. Sabda Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam ketika ditanya tentang amalan apa yang paling utama, beliau menjawab:

“Mengerjakan shalat pada (awal) waktunya,” (HR Muslim: 36, Kitab Al-Iman).

5. Sabda beliau:

15

Page 17: CONTOH 2 Case-Report

“Perumpamaan salat lima waktu ibarat sebuah sungai tawar yang deras yang ada di dekat pintu rumah salah seorang dari kalian, yang ia mandi di dalamnya sebanyak lima kali setiap hari, maka apakah kaliah melihat adanya kotoran yang tersisa padanya?” Para sahabat berkata, “Tidak ada sedikitpun.” Beliau melanjutkan, “Sesungguhnya shalat lima waktu itu dapat menghilangkan dosa-dosa sebagaimana air dapat menghilangkan kotoran,” (HR Muslim: 284, Kitab Al-Masajid).

6. Sabda Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam:

“Tidaklah seorang muslim yang ketika tiba waktu shalat fardhu dia membaguskan wudhunya dan kekhusyukannya serta rukuknya melainkan shalat itu menjadi penghapus dosa-dosanya yang telah lewat, selama dia tidak berbuat dosa besar, dan itu sepanjang masa,” (HR Muslim: 7, Kitab Ath-Thaharah, dan Imam Ahmad: 5/260). Wallahu’alam bish shawwab.

16

Page 18: CONTOH 2 Case-Report

BAB IV

Kaitan Kedokteran dan Islam

4.1 Hukum shalat bagi orang yang menggunakan kateter.

Shalat selamanya akan menjadi kewajiban manusia selama di jasadnya masih ada ruh dan akal. Hanya saja, syariat memberikan keringanan, dimana manusia boleh melaksanakan shalat sesuai kemampuannya. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :

صل قائما، فإن لم تستطع فقاعدا، فإن لم تستطع فعلى جنب

“Kerjakanlah shalat dengan berdiri, jika tidak mampu maka dengan duduk, dan jika tidak mampu juga maka dengan berbaring.” (HR. Bukhari).

Permasalahannya bagaimana pada orang yang sakit atau terlebih lagi dalam kasus ini pada pasien dengan pengguna kateter ?

Jika penggunaan alat ini termasuk kondisi terpaksa, di mana kateter harus tetap terpasang dan tidak bisa dilepas waktu shalat, atau jika sering dilepas akan membahayakan orang yang sakit, maka tidak masalah shalat dalam keadaan kateter tetap terpasang. Sebagaimana firman Allah:

قوا ه فات استطعتم ما الل“Bertaqwalah kalian kepada Allah semampu kalian.” (QS. At-Taghabun: 16).

Allah juga berfirman:

وسعها ف ال نفسا الله يكل إال“Allah tidak membebani satu jiwa kecuali sesuai kemampuannya.” (QS. Al-Baqarah: 286).

Akan tetapi jika memungkinkan untuk dilepas, meskipun diupayakan hanya dua kali sehari, maka dia bisa atur agar kateter dilepas ketika mendekati waktu asar dan waktu isya. Ketika kateter dilepas mendekati waktu asar, kemudian dia bisa shalat dzuhur di akhir waktu, disambung dengan shalat asar setelah masuk waktunya. Atau dilepas ketika mendekati isya, kemudian si sakit bisa shalat maghrib, disambung dengan shalat isya setelah masuk waktu

Setelah membahas bolehnya jamak karena sakit, Ibnu Qudamah mengatakan:

“Demikian pula dibolehkan bagi wanita mustahadhah, atau orang yang punya penyakit beser dan yang sejenis dengannya untuk melakukan jamak, berdasarkan hadis yang kami bawakan.”

17

Page 19: CONTOH 2 Case-Report

Hadis yang dibawakan Ibnu Qudamah adalah hadis dari Hamnah binti Jahsy radhiyallahu ‘anha, beliau pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hukum shalat dan puasa, sementara dia terus keluar darah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Jika kamu sanggup, lakukan hal berikut: akhirkan shalat dzuhur dan segerakan shalat asar di awal waktu. Kamu mandi kemudian shalat dzuhur dan asar dijamak. Kemudian kamu akhirkan shalat maghrib dan segerakan shalat isya di awal waktu, kemudian kamu jamak dua shalat itu…dst.” (HR. Turmudzi dan yang lainya)

Kesimpulannya, kaum muslimin boleh shalat sesuai dengan keadaan yang dia mampu, namun jangan sampai dia meninggalkan cara shalat yang lebih sempurna padahal masih mampu diusahakan. Seperti orang yang masih bisa duduk, maka dia tidak boleh shalat sambil berbaring. Atau orang yang masih bisa wudhu, namun memilih untuk melakukan tayamum.

Allahu a’lam

Disadur dari Fatawa Syabakah Islamiyah, di bawah bimbingan Dr. Abdullah al-Faqih, no. 72615

18

Page 20: CONTOH 2 Case-Report

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan tinjauan pustaka dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa, Retensi urin adalah ketidakmampuan seseorang untuk mengeluarkan urin yang terkkumpul di dalam buli-buli atau vesika urinaria. Kondisi ini dapat akut atau kronis. Penyebab retensi urin banyak dan dapat diklasifikasikan sebagai obstruktif, infeksi dan inflamasi, farmakologi, neurologis, atau lainnya.

Urine yang tertahan lama di dalam buli-buli secepatnya harus dikeluarkan karena jika dibiarkan, akan menimbulkan beberapa masalah antar lain ; mudah terjadi saluran infeksi saluran kemih, kontraksi otot buli-buli menjadi lemah dan timbul hidroureter dan hidronefrosis yang selanjutnya dapat menimbulkan gagal ginjal.

19

Page 21: CONTOH 2 Case-Report

Daftar Pustaka

Purnomo B. Basuki. Dasar-dasar urologi. Edisi ketiga. Jakarta: CV Sagung Seto: 2011

Andi. Retensio Urin Post Partum. Dalam : Jurnal kedokteran Indonesia, 20 Februari 2008

Mansjoer. A. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius

Vitriana. 2002. Evaluasi dan Manajemen Medis Inkontinensia Urin.

http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/05/evaluasi_dan_manajemen_medis_inkontinensia_urin.pdf (17 Januari 2010)

Japardi I. 2002. Manifestasi Neurologis Gangguan Miksi. Bagian Bedah Univesitas Sumatera Utara.

http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi21.pdf (2 Januari 2010)

Guyton A.C. and Hall J.E. 1997a. Miksi, Diuretik, dan Penyakit ginjal. Dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed.9. Jakarta: EGC. pp:505, 507-8

Rosenstein D, McAninch JW. Darurat urologi. Med Clin Utara Am. 2004; 88 (2): 495-518.

Curtis LA, Dolan TS, Cespedes RD. Retensi urin akut dan inkontinensia urin. Emerg Med Clin Utara Am. 2001; 19 (3): 591-619

Choong S, Emberton M. akut retensi urin. BJU Int. 2000; 85 (2): 186-201.

Selius Brian, Subedi Rajesh. Urinary retention in adults: diagnosis and initial management. American Family Physician. 2008; 77. P. 643-650.

http://kidney.niddk.nih.gov/kudiseases/pubs/UrinaryRetention/

http://www.konsultasisyariah.com/shalat-dengan-kateter-ketika-sakit/

http://www.mukminun.com/2013/02/Fiqih-Shalat-Hukum-Shalat-Hikmah-Shalat-dan-Keutamaan-Shalat.htm

http://www.artikel.majlisasmanabawi.net/kamus-spiritual/arti-kata-sholat-pengertian-sholat-%D8%B5%D9%84%D8%A7%D8%A9/

20