case report forensik 2

43
Identitas Pasien Nama : Mustofa Bin Sadeli Tempat Tanggal Lahir : Serang, 25 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Pekerjaan : Buruh Kewarganegaraan : Indonesia Alamat : Kampung Sadang Desa Cikande Kecamatan Cikande Kabupaten Serang atau Link. Secang Rt.01 Kelurahan Cimuncang Kecamatan dan Kota Serang Kronologis Peristiwa Berdasarkan surat permintaan penyidik, Nama: Tn. A, NRP 61060123, Jabatan Kepala Satuan Reserse Kriminal, Surat A.901/ 506/ VIII/ 2015/ Reskrim, tanggal surat 3 Agustus 2015, maka Tim Kedokteran Forensik pada hari Senin tanggal 3 Agustus 2015 mulai pukul 20.04 WIB sampai pukul 22.30 WIB melakukan pemeriksaan luar dan hari Selasa tanggal 4 agustus 2015 mulai pukul 09.40 WIB sampai pukul 11.30 WIB melakukan pemeriksaan dalam di RSUD Serang Drajat Prawiranegara, terhadap almarhum, Nama Tn.M, Umur 25 tahun, Jenis kelamin laki-laki, Agama Islam, Pekerjaan Buruh, Kewarganegaraan Indonesia, Alamat Kampung Sadang Desa Cikande Kecamatan Cikande Kabupaten Serang atau Link. Secang Rt.01 Kelurahan Cimuncang Kecamatan dan Kota Serang, ditemukan di Kampung Sandol Desa Barengkok Kecamatan Kibin Kabupaten Serang pada 1

Upload: frank-neal

Post on 02-Dec-2015

34 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

for

TRANSCRIPT

Page 1: Case Report Forensik 2

Identitas Pasien

Nama : Mustofa Bin Sadeli

Tempat Tanggal Lahir : Serang, 25 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Buruh

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Kampung Sadang Desa Cikande Kecamatan Cikande

Kabupaten Serang atau Link. Secang Rt.01 Kelurahan

Cimuncang Kecamatan dan Kota Serang

Kronologis Peristiwa

Berdasarkan surat permintaan penyidik, Nama: Tn. A, NRP 61060123,

Jabatan Kepala Satuan Reserse Kriminal, Surat A.901/ 506/ VIII/ 2015/ Reskrim,

tanggal surat 3 Agustus 2015, maka Tim Kedokteran Forensik pada hari Senin tanggal

3 Agustus 2015 mulai pukul 20.04 WIB sampai pukul 22.30 WIB melakukan

pemeriksaan luar dan hari Selasa tanggal 4 agustus 2015 mulai pukul 09.40 WIB

sampai pukul 11.30 WIB melakukan pemeriksaan dalam di RSUD Serang Drajat

Prawiranegara, terhadap almarhum, Nama Tn.M, Umur 25 tahun, Jenis kelamin

laki-laki, Agama Islam, Pekerjaan Buruh, Kewarganegaraan Indonesia, Alamat

Kampung Sadang Desa Cikande Kecamatan Cikande Kabupaten Serang atau Link.

Secang Rt.01 Kelurahan Cimuncang Kecamatan dan Kota Serang, ditemukan di

Kampung Sandol Desa Barengkok Kecamatan Kibin Kabupaten Serang pada tanggal

3 Agustus 2015 pukul 16.00 WIB dan belum diketahui penyebab kematiannya.

1

Page 2: Case Report Forensik 2

BERITA ACARA PENYERAHAN BARANG BUKTI

Pada hari ini Senin tanggal tiga bulan Agustus tahun dua ribu lima belas jam ?

WIB. Bertempat di Instalasi Kedokteran Forensik Dan Medikolegal Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Serang (IKFM RSUD KAB. SERANG) diserahkan bukti

berupa:

1. Kaos tangan pendek tanpa kerah, tanpa ukuran, dengan merek baju Gaya n Gaul.

Di sisi depan terdapat gambar mirip burung hantu berwarna biru dan ungu

dengan tulisan The King Hunter. Bahan dasar berwarna hitam. Bagian belakang

terdapat tulisan The King Hunter berwarna putih berbahan dasar hitam. Kaos

dalam keadaan basah dan kotor.

2. Celana panjang jeans berwarna hitam, ukuran 32, tanpa merek dan di sisi

samping kanan, kiri, dan depan terdapat kantong tanpa penutup. Di sisi kiri

dalam kantong depan terdapat uang kertas Rp2.000,00 ( 2 lembar), Rp50.000,00

( 1 lembar), Rp1.000,00 ( 1 lembar) dan Rp5.000,00 ( 1 lembar).

Celana dalam keadaan basah dan kotor. Uang yang ditemukan dalam keadaan

basah dan kotor.

3. Celana dalam berwarna cream tanpa merek. Celana dalam dengan keadaan basah

dan kotor.

Yang semuanya berasal dari Jenazah sesuai dengan keterangan pada Berita

Acara Serah Terima Jenazah sebagai berikut:

Nama : Mustofa Bin Sadeli

Umur : Serang, 25 tahun

Alamat : Kampung Sadang Desa Cikande Kecamatan Cikande

Kabupaten Serang atau Link. Secang Rt.01 Kelurahan

Cimuncang Kecamatan dan Kota Serang

Demikian berita acara ini dibuat dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

2

Page 3: Case Report Forensik 2

Serang,

Yang Menyerahkan , Yang Menerima,

INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

3

Page 4: Case Report Forensik 2

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG

LAPORAN OBDUKSI:

Dr. P.L : dr. Budi. S, DFM, Sp.F TANGGAL : 3/8/2015 PUKUL: 20.04 WIB

Dr. P.D : dr. Baety A, Sp.F TANGGAL: 4/8/ 2015 PUKUL: 09.30 WIB

Penanggung Jawab : dr. Budi Suhendar, DFM, Sp.F Penulis : Desta M

Pemeriksaan Jenazah atas Permintaan Kepolisian : Polres Serang

NOPOL : - Tanggal: 3 Agustus 2015

Nama : MUSTOFA BIN SADELI Bangsa : WNI

Umur : 25 tahun Bulan/Tanggal: Jenis Kelamin: Laki-laki

Pekerjaan : Buruh Pendidikan : - Status : Menikah

Alamat : Kampung Sadang Desa Cikande

KIRIMAN : Polres Serang

TKP : Cikande Modern

PEMERIKSAAN LUAR :

1. Label terikat pada : - terbuat dari: - berwarna: -

dengan / tanpa material, bertuliskan : -

2. Tutup / Bungkus Mayat : Kantong jenazah terbuat dari terpal berwarna kuning

dalam keadaan basah kotor, coklat hitam dan depan

4

Register Forensik : 022/KEDFOR/VIII/2015

Register RSUDSRG. CM :

Page 5: Case Report Forensik 2

terdapat resleting warna hitam. Pada kedua sisi

terdapat 3 tali pengangkut.

3. Perhiasan Mayat : tidak ditemukan

4. Pakaian mayat : (sebutkan dengan lengkap, jenis pakaian, warna

dasar, corak, adanya robekan, bercak, dsb).

a. Kaos tangan pendek tanpa kerah, tanpa ukuran, dengan merek baju Gaya n

Gaul. Di sisi depan terdapat gambar mirip burung hantu berwarna biru dan

ungu dengan tulisan The King Hunter. Bahan dasar berwarna hitam. Bagian

belakang terdapat tulisan The King Hunter berwarna putih berbahan dasar

hitam. Kaos dalam keadaan basah dan kotor.

b. Celana panjang jeans berwarna hitam, ukuran 32, tanpa merek dan di sisi

samping kanan, kiri, dan depan terdapat kantong tanpa penutup.

c. Celana dalam berwarna cream tanpa merek. Celana dalam dengan keadaan

basah dan kotor.

5. Benda di samping mayat : terdapat beberapa ranting dan batang pohon berwarna

coklat hitam yang menempel di leher, dada, dan kaki.

6. Kaku mayat sudah menghilang.

Lebam mayat sudah tidak dapat dinilai.

7. Mayat adalah seorang laki-laki, bangsa / ras : Mongoloid, berumur K.L : 25 tahun,

kulit: tidak diketahui , Gizi: tidak diketahui, panjang tubuh: 172 cm, berat tubuh:

tidak diketahui, Zakar sudah disunat.

8. Identitas Khusus (cacat kelaianan bawaan, cacat tubuh, tato, dan lain-lain)

a. Pada daun telinga kiri bagian bawah 3 cm dibawah liang telinga, terdapat

lubang menyerupai bekas tindikan.

b. Pada tungkai atas kiri sisi dalam 4 cm di atas lipat lutut terdapat bintik

kehitaman berbentuk bulat lonjong (tahi lalat) berdiameter 0,4 cm.

c. Pada tungkai bawah kiri sisi dalam 11 cm di bawah lipat lutut terdapat bintik

kehitaman berbentuk bulat lonjong berdiameter 0,5 cm

5

Page 6: Case Report Forensik 2

d. Pada leher samping atas kanan 14 cm dari Garis Pertengahan Depan (GPD), 9

cm di bawah liang telinga terdapat bekas luka lama yang sudah menyembuh

pada perabaan sedikit kenyal, pada tiap sisinya terapat kulit yang sudah

mengeras dan menyerupai jaringan parut berbentuk lonjong bulat berdiameter

3,5 cm.

9. Rambut berwarna hitam tumbuhnya lurus panjang 11 cm.

Alis Mata berwarna hitam sebagian hilang tumbuhnya tipis panjang 0,7 cm.

Bulu Mata berwarna hitam tumbuhnya lurus panjang 1 cm.

Kumis berwarna - tumbuhnya - panjang -

Jenggot berwarna - tumbuhnya - panjang -

10. Mata kanan terbuka 1 cm Mata kiri terbuka 1 cm.

Selaput bening mata putih keruh.

Teleng mata diameter tidak dapat dinilai.

Warna tirai mata hitam

Selput bola mata merah dan terdapat pelebaran pembuluh darah

Selaput kelopak mata kemerahan.

11. Hidung : pesek.

Telinga : oval.

Mulut terbuka 2,5 cm, lidah terjulur dan tergigit 2 cm dari ujung lidah.

12. Gigi geligi

Jumlah gigi : 31 buah

13. Dari lubang mulut keluar : cairah kehitaman kental (disertai butiran pasir).

Dari lubang hidung keluar : cairan merah (darah).

Dari lubang telinga kanan keluar : -

6

Page 7: Case Report Forensik 2

Dari lubang telinga kiri keluar : -

Dari lubang kemaluan keluar : -

Dari lubang pelepas keluar : -

14. Luka – luka (sebutkan secara sistematik region, koordinat, jenis bentuk, tepi,

dasar, sekitar, ukuran luka, jembatan jaringan, benda asing, dan lain-lain).

1) Pada kepala sisi kiri 7 cm dari Garis pertengahan depan, 8 cm di bawah

puncak kepala terdapat luka \ memar berwarna merah kebiruan berukuran

7,5 cm x 6 cm dengan tinggi 1 cm.

2) Pada pelipis kanan 11 cm dari garis pertengahan depan, 4 cm diatas dusut

mata luar terdapat beberapa luka terbuka dangkal tepi tidak rata, dasar

jaringan bawah kulit dengan ukuran terbesar 0,8 cm x 0,5 cm dan ukuran

terkecil 0,1 cm x 0,1 cm dan meliputi area seluas 4,5 cm x 2,5 cm. pada tepi

luka terdapat memar berwarna merah kebiruan dengan ukuran 3,5 cm x 3,5

cm.

3) Pada kepala atas sisi kanan, 6 cm dari garis pertengahan depan 7 cm di

bawah puncak kepala terdapat bengkak berukuran 9 cm x 7 cm x 1,5 cm.

4) Kepala bagian belakang sisi kanan atas, 8 cm dari garis pertengahan depan

12 cm di bawah puncak kepala terdapat bengkak berukuran panjang 8 cm x

8 cm x 1,5 cm.

15. Patah tulang

Tidak ditemukan.

16. Lain – lain

a. Mayat dalam keadaan basah, busuk dan hampir sebagian tubuh terkelupas

kulit ari.

b. Pada kulit wajah tampak berwarna hijau kehitaman.

c. Pada dada atas, bahu kanan dan kiri sisi depan tampak kulit berwarna

kemerahan yang melebar hingga ke lengan atas kanan dan kiri sisi depan.

d. Pada perut atas hingga bawah, melebar ke tungkai atas dan bawah, kanan

dan kiri serta punggung, kaki dan telapak kaki tampak berwarna kehijauan

dan kemerahan disertai pelebaran pembuluh darah.

7

Page 8: Case Report Forensik 2

e. Pada lengan atas – bawah kanan dan kiritampak berwarna kehijauan dan

kemerahan disertai pelebaran pembuluh darah .

f. Pada ibu jari tangan kanan dan kiri tampak berwarna kebiruan (sianosis).

g. Pada kuku jari kaki kanan dan kiri tampak berwarna kebiruan (sianosis).

h. Pada skrotum tampak bengkak.

i. Pada leher belakang hingga punggung atas dan bawah serta bokong kanan

dan kiri tampak kulit berwarna kehijauan dan kemerahan disertai pelebaran

pembuluh darah (proses pembusukan).

PEMERIKSAAN DALAM

16. Jaringan lemak bawah kulit berwarna kuning kehijauan, daerah dada setebal 0,3

cm dan daerah perut 1,7 cm. Sekat rongga badan kanan setinggi 6, kiri setinggi 6.

Tulang dada utuh. Kandung jantung tampak seluruhnya, jari diantara kedua paru,

berisi cairan encer berwarna merah gelap sebanyak 10cc.

17. Jaringan ikat bawah kulit daerah leher, tidak terdapat resapan darah serta rongga

badan kanan setinggi iga 6, kiri setinggi sela iga 6. Otot leher tidak terdapat

resapan darah.

18. Selaput dinding perut putih kelabu disertai gelembung-gelembung gas dan

pembusukan. Dalam rongga perut berisi cairan berwarna kecoklatan sebanyak 50

cc.

19. Lidah berwarna coklat kehijauan, penampang coklat kemerahan. Tulang lidah

utuh. Rawan gondok utuh. Rawan cincin utuh. Kelenjar gondok berwarna merah

kehitaman, perabaan lunak. Penampang merah kehitaman. Kerongkongan berisi

lumpur berwarna kehitaman, selaput lendir berwarna putih kelabu. Batang

tenggorok berisi terutama pada bagian depan berisi lumpur berwarna hitam, dan

pada bagian ujungnya berisi massa keras kehitaman.

20. Jantung sebesar 1 ½ kali tinju kanan mayat, berwarna cokat kehitaman perabaan

agak lunak, ukuran lingkaran katub serambi kanan 9,5 cm, kiri 8 cm, pembluh

nadi paru 5,5 cm. Tebal otot bilik kanan 3 mm dan kiri 10 mm. Pembuluh nadi

8

Page 9: Case Report Forensik 2

jantung tidak menyempit, sekat jantung berwarna coklat kemerahan homogen,

berat 250 gram.

21. Paru kanan terdiri atas 3 baga, penampang berwarna merah kehitaman, tanpa

pemijatan keluar cairan berwarna kehitaman dan sedikit busa halus, berat 400

gram. Seluruh baganya melekat pada dinding dada dalam rongga dada kanan

berisi cairan berwarna merah gelap sebanyak 200 cc. Paru kiri terdiri atas 2 baga,

berwarna cokat kehijauan, perabaan lunak, penampang berwarna merah

kehitaman, tanpa pemijatan keluar cairan berwarna merah kehitaman dan sedikit

busa halus, berat 350 gram. Seluruh baganya melekat di dinding dada dalam

rongga dada kiri berisi cairan berwarna merah gelap sebanyak 10 cc.

22. Limpa berwarna hitam kehijauan, permukaan rata, perabaan lunak, penampang

berwarna hitam keunguan, gambaran limpa jelas dan pada pengikisan jaringan

terikut, berat 100 gram.

23. Hati berwarna hijau kehitaman, permukaan licin, tepi baga kanan tumpul, tepi

baga kiri tajam, perabaan lunak, penampang berwarna coklat kemerahan,

gambaran hati tidak jelas, berat 700 gram.

24. Kelenjar empedu berisi cairan berwarna cokat kehijauan, selaput lendir seperti

beludru, saluran empedu tidak tersumbat.

25. Kelenjar liur perut berwarna kuning keabuan, permukaan masih berbaga-baga,

perabaan kenyal, penampang berwarna kelabu, gambaran kelenjar tidak jelas,

berat 50 gram.

26. Lambung berisi banyak lumpur berwarna hitam, selaput lendir lambung berwarna

kelabu kehijauan disertai gelembung-gelembung gas pembusukan. Usus dua beas

jari berisi lendir, lendir berwarna kuning, lumpur kehitaman. Usus halus lendir

berwarna putih keabuan. Usus besar massa lunak berwarna kuning kehijauan.

9

Page 10: Case Report Forensik 2

27. Kelenjar anak ginjal kanan berbentuk tidak beraturan, warna kuning kemerahan,

penampang tidak bagus. Kelenjar anak ginjal kiri berbentuk tidak beraturan,

warna kuning kemerahan, penampang tidak bagus.

28. Ginjal kanan simpai lemak cukup tebal, simpai ginjal mudah terlepas, permukaan

ginjal rata, warna merah kecoklatan, penampang berwarna merah kecoklatan,

gambaran ginjal tidak jelas, piala ginjal kosong, saluran kemih tidak tersumbat,

berat 150 gram. Ginjal kiri simpai lemak cukup tebal, simpai ginjal mudah

terlepas, permukaan ginjal rata, warna merah kecoklatan pucat, penampang

berwarna merah kecoklatan, gambaran ginjal tidak jelas, piala ginjal kosong,

saluran kemih tidak tersumbat, berat 150 gram.

29. Kandung kemih berisi sedikit cairan kuning keruh, selaput lendir kelabu.

30. Kulit kepala bagian dalam : pada kepala isi bagian atas kiri terdapat resapan darah

7,5 cm x 6 cm. Tulang tengkorak utuh. Selaput keras otak utuh. Selaput lunak

otak sisi kiri terdapat perdarahan. Otak besar sudah membubur. Otak kecil sudah

membubur. Batang otak sudah membubur. Bilik otak sudah membubur. Berat

1.100 gram.

31. Pemeriksaan laboratorium :

Toksikologi :

COC (-) MOP (-)

AMP (+) BZO (-)

MET (+) THC (+)

Histologi Forensik :

1. Otak besar

2. Otak kecil

3. Batang otak

4. Paru kanan

5. Massa pada paru kiri atas

6. Kulit kepala bagian dalam kiri atas

7. Jantung

10

Page 11: Case Report Forensik 2

8. Ginjal kanan

9. Ginjal kiri

10. Pankreas

11. Limpa

12. Hepar

13. Iga

Lain-lain :

Penilaian dari penutupan sutura

1. Korona score 1

2. Dreg score 1

3. Pterion score 1

4. Spenel frontal score 1

5. Spenel temporal score 1

Demikian telah saya uraikan dengan sejujur-jujurnya dan menggunakan pengetahuan

saya yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah jabatan, sesuai dengan Kitab Undang-

undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

11

Page 12: Case Report Forensik 2

Analisis Kasus

1. Tanda Kematian Pasti

a. Lebam Mayat (Livor Mortis)

Pada korban ini, lebam mayat sudah tidak dapat dinilai. karena seluruh tubuh

korban berwarna kehijauan. Dari teori, lebam mayat mulai tampak 20 – 30

menit pasca mati, makin lama intensitasnya semakin bertambah dan menjadi

lengkap dan menetap setelah 8 – 12 jam. Fungsi dari penilaian lebam mayat

adalah untuk memperkirakan waktu kematian, mengetahui perubahan posisi

mayat yang dilakukan setelah terjadinya lebam mayat yang menetap, dan

mengetahui sebab kematian misalnya lebam berwarna merah terang pada

keracunan CO atau CN; berwarna kecoklatan pada keracunan Anilin, Nitrit,

Nitrat, Sulfonat.

b. Kaku Mayat (Rigor Mortis)

Pada korban ini, kaku mayat sudah tidak dapat dinilai. Menurut kami, pasien

meninggal sudah lebih dari 24 jam sehingga kaku mayat sudah menghilang.

Tetapi pada korban ini terdapat. Dari teori, kaku mayat dibuktikan dengan

memeriksa persendian, mulai tampak kira-kira 2 jam setelah mati klinis,

dimulai dari bagian luar tubuh (otot-otot kecil kearah dalam). Setelah mati

klinis 12 jam, kaku mayat menjadi lengkap, dipertahankan selama 12 jam dan

kemudian menghilang dari urutan yang sama.

c. Pembusukan ( Decomposition)

Pembusukan adalah proses degradasi jaringan yang terjadi akibat autolysis dan

kerja bakteri. Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam setelah kematian

berupa berwarna kehijauan pada perut kanan bawah yaitu daerah caecum yang

isinya lebih cair dan penuh dengan bakteri serta terletak pada dinding perut.

Secara bertahap, warna kehijauan ini akan menyebar pada seluruh perut dan

dada, dan bau busukpun mulai tercium. Pembuluh darah di bawah kulit akan

tampak seperti melebar dan berwarna kehitaman. Selanjutnya kulit ari akan

terlupas atau membentuk gelumbung berisi cairan kemerahan berbau busuk.

Pembenrukan gas dalam tubuh, dimulai dalam lambung dan usus

mengakibatkan tegangnya perut dan keluarnya cairan kemerahan dari mulut

12

Page 13: Case Report Forensik 2

dan hidung. Gas ini menyebabkan pembengkakan tubuh yang menyeluruh tapi

ketegangan terbesar terdapat didaerah dengan jaringan longgar, seperti

skrotum dan payudara. Tubuh berada dalam sikap seperti petinju (pugilistic

attitude), yaitu kedua lengan dan tungkai dalam sikap setengah fleksi akibat

terkumpulnya gas pembusukan didalam rongga sendi. Rambut menjadi mudah

tercabut. Wajah menggembung dan berwarna ungu kehijauan. Kelopak mata

membengkak, pipi tembem, bibir tebal, lidah membengkak dan lidah terjulur

diantara gigi. Pada pemeriksaan dalam tubuh, didapatkan otak yang melunak

(seperti bubur), dan limpa melunak.

2. Sebab Kematian

a. Pada pemeriksaan luar, pakaian pasien dalam keadaan basah dan kotor akibat

lumpur. Terdapat beberapa ranting dan batang pohon berwarna coklat

kehitaman yang menempel pada leher, dada, dan kaki korban. Mata korban

setengah terbuka 1 cm pada mata kanan dan kiri. Pada kepala sisi kiri korban

terdapat memar berwarna kebiruan; pada pelipis kanan terdapat beberapa luka

terbuka dangkal tepi tidak rata, jaringan bawah kulit; pada kepala atas sisi

kanan dan kepala bagian belakang sisi kanan terdapat bengkak.

b. Pada pemeriksaan dalam, kerongkongan, batang tenggorok berisi lumpur

berwarna kehitaman. Paru kanan, penampang berwarna merah kehitaman,

tanpa pemijatan keluar cairan berwarna kehitaman dan sedikit busa halus,

berat 400 gram. Seluruh baganya melekat pada dinding dada dalam rongga

dada kanan berisi cairan berwarna merah gelap sebanyak 200 cc. Paru kiri

berwarna cokat kehijauan, perabaan lunak, penampang berwarna merah

kehitaman, tanpa pemijatan keluar cairan berwarna merah kehitaman dan

sedikit busa halus, berat 350 gram. Seluruh baganya melekat di dinding dada

dalam rongga dada kiri berisi cairan berwarna merah gelap sebanyak 10 cc.

Lambung berisi banyak lumpur berwarna hitam, selaput lendir lambung

berwarna kelabu kehijauan disertai gelembung-gelembung gas pembusukan.

Usus dua belas jari berisi lendir, lendir berwarna kuning, lumpur kehitaman.

Pada pemeriksaan luar korban, sesuai dengan teori yang didapatkan pada

pemeriksaan luar jenazah akibat tenggalam. Sedangkan pada pemeriksaan

dalam korban, terdapat lumpur berwarna kehitaman di kerongkongan, batang

tenggorok, paru, lambung dan usus duabelas jari. Hal ini menandakan bahwa

13

Page 14: Case Report Forensik 2

pasien sempat hidup didalam air dan terminum lumpur. Berat paru-paru

normal adalah sekitar 250 – 300 gram. Pada korban ini, paru kanan 400 gram

dan paru kiri 350 gram, menandakan terdapatnya pembesaran pada paru-paru.

Pada paru-paru korban, tidak membesar seperti balon yang menutupi kandung

jantung, pada pengirisan tidak banyak keluar cairan dan busa sedikit tanpa

pemijatan. Hal ini menunjukan bahwa korban tenggelam pada air tawar.

3. Identifikasi Forensik

Pada korban ini, ditemukan 3 identifikasi sekunder, sehingga dapat ditegakan

identitas korban ini.

a. Pada daun telinga kiri bagian bawah 3 cm dibawah liang telinga, terdapat

lubang menyerupai bekas tindikan.

b. Pada leher samping atas kanan 14 cm dari Garis Pertengahan Depan (GPD), 9

cm di bawah liang telinga terdapat bekas luka lama yang sudah menyembuh

pada perabaan sedikit kenyal, pada tiap sisinya terapat kulit yang sudah

mengeras dan menyerupai jaringan parut berbentuk lonjong bulat berdiameter

3,5 cm.

c. Pakaian pasien, yang diakui oleh keluarganya merupakan pakaian adik pasien.

14

Page 15: Case Report Forensik 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. IDENTIFIKASI FORENSIK

A. Identifikasi Primer

1. Sidik Jari

a. Definisi

Sidik jari adalah suatu impresi dari alur-alur lekukan yang menonjol

dari epidermis pada telapak tangan dan jari-jari tangan atau telapak kaki

dan jari-jari kaki, yang juga dikenal sebagai “dermal ridges” atau “dermal

papillae”, yang terbentuk dari satu atau lebih alur-alur yang saling

berhubungan. Dari bayi pun, kita semua sudah mempunyai sidik jari yang

sangat identik dan tidak dimiliki orang lain. Alur-alur kulit di ujung jari

dan telapak tangan dan kaki mulai tumbuh di ujung jari sejak janin berusia

empat minggu hingga sempurna saat enam bulan di dalam kandungan.1

Daktiloskopi adalah suatu sarana dan upaya pengenalan identitas diri

seseorang melalui suatu proses pengamatan dan penelitian sidik jari, yang

dipergunakan untuk berbagai keperluan/kebutuhan, tanda bukti, tanda

pengenal ataupun sebagai pengganti tanda tangan (cap Jempol).1

Metode ini membandingkan sidik jari jenazah dengan data sidik jari

antemortem. Sampai saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan

pemeriksaan yang diakui paling tinggi ketepatannya untuk menentukan

identitas seseorang. Dengan demikian harus dilakukan penanganan yang

sebaik-baiknya terhadap jari tangan jenazah untuk pemeriksaan sidik jari,

misalnya dengan melakukan pembungkusan kedua tangan jenazah dengan

kantong plastik.1

Ada tiga alasan mengapa sidik jari merupakan indikator identitas yang

dapat diandalkan: 1

Sidik jari unik: Tidak ada kecocokan mutlak antara papiler ridges pada

jari dari dua individu yang berbeda atau pada jari yang berbeda dari

orang yang sama.

Sidik jari tidak berubah: papiler ridges terbentuk pada bulan keempat

kehamilan dan tetap tidak berubah bahkan setelah mati. Sidik jari

tumbuh kembali dalam pola yang sama setelah luka ringan. Luka yang

lebih parah mengakibatkan jaringan parut permanen.

15

Page 16: Case Report Forensik 2

Sidik jari dapat diklasifikasikan: Karena sidik jari dapat

diklasifikasikan, maka dapat diidentifikasi dan didata secara sistematis

dan dengan demikian dapat diperiksa dengan mudah untuk tujuan

perbandingan.

b. Cara Pengambilan Dan Pemeriksaan Sidik Jari

Dari beberapa metode identifikasi yang dikenal hanya metode penetuan

jati diri dengan sidik jari (daktiloskopi), yang tidak lazim dikerjakan oleh

dokter, melainkan dilakukan oleh pihak kepolisian. Walaupun

pemeriksaan sidik jari tidak dilakukan oleh dokter, dokter masih

mempunyai kewajiban yaitu untuk mengambilkan atau mencetak sidik jari,

khususnya sidik jari pada korban yang tewas dan keadaan mayatnya yang

telah membusuk. Teknik pengembangan sidik jari pada jari yang keriput,

serta mencopot kulit ujung jari yang telah mengelupas dan memasangnya

pada jari yang sesuai pada jari pemeriksa, baru kemudian dilakukan

pengambilan sidik jari, merupakan prosedur standar yang harus diketahui

dokter. 1

Cara pengangkatan sidik jari yang paling sederhana adalah dengan

metode dusting (penaburan bubuk). Biasanya metode ini digunakan pada

sidik jari paten / yang tampak dengan mata telanjang. Sidik jari laten

biasanya menempel pada lempeng aluminium, kertas, atau permukaan

kayu. Agar dapat tampak, para ahli dapat menggunakan zat kimia, seperti

lem (sianoakrilat), iodin, perak klorida, dan ninhidrin. Lem sianoakrilat

digunakan untuk mengidentifikasi sidik jari dengan cara mengoleskannya

pada permukaan benda aluminium yang disimpan di dalam wadah tertutup,

misalnya stoples. Dalam stoples tersebut, ditaruh juga permukaan benda

yang diduga mengandung sidik jari yang telah diolesi minyak. Tutup rapat

stoples. Sianoakrilat bersifat mudah menguap sehingga uapnya akan

menempel pada permukaan benda berminyak yang diduga mengandung

sidik jari. Semakin banyak sianoakrilat yang menempel pada permukaan

berminyak, semakin tampaklah sidik jari sehingga dapat diidentifikasi

secara mudah.1

Cara lainnya dengan menggunakan iodin. Iodin dikenal sebagai zat

pengoksidasi. Jika dipanaskan, iodin akan menyublim, yaitu berubah

wujud dari padat menjadi gas. Kemudian, gas iodin ini akan bereaksi

16

Page 17: Case Report Forensik 2

dengan keringat atau minyak pada sidik jari. Reaksi kimia ini

menghasilkan warna cokelat kekuning-kuningan.. Metode paling mutakhir

yang digunakan untuk mengidentifikasi sidik jari adalah teknik micro-X-

ray fluorescence (MXRF). Teknik ini dikembangkan oleh Christopher

Worley, ilmuwan asal University of California yang bekerja di Los

Alamos National Laboratory. Dibandingkan dengan metode lainnya yang

biasa digunakan, teknik MXRF mempunyai beberapa kelebihan. MXRF

dapat mengidentifikasi sidik jari yang tidak dapat diidentifikasi metode

lain.1

2. Identifikasi gigi

Forensik Odontologi dapat merupakan suatu penerapan ilmu gigi dalam

system hukum. Ilmu kedokteran gigi forensik memiliki nama lain yaitu forensic

dentistry dan odontology forensic. Forensik odontologi adalah suatu cabang ilmu

kedokteran gigi yang mempelajari cara penanganan dan pemeriksaan benda bukti

gigi serta cara evaluasi dan presentasi temuan gigi tersebut untuk kepentingan

peradilan.2

Ruang lingkup forensik odontologi meliputi :

a. Identifikasi terhadap jenasah korban yang tidak diketahui melalui gigi, rahang

dan tulang-tulang kraniofasial

b. Analisa jejak bekas gigitan

c. Analisa trauma orofasial yang berhubungan dengan kekerasan

d. Dental jurisprudence, termasuk menjadi saksi ahli

Pelayanan dental forensic meliputi baik penyelidikan kematian maupun

kedokteran forensik klinis untuk mengevaluasi korban kekerasan hidup seperti

kekerasan seksual, kekerasan anak, dll. 2

A. Identifikasi Forensik Odontologi

Ketika tidak ada yang dapat diidentifikasi, gigi dapat membantu untuk

membedakan usia seseorang, jenis kelamin,dan ras. Hal ini dapat membantu

untuk membatasi korban yang sedang dicari atau untuk

membenarkan/memperkuat identitas korban.

a. Penentuan Usia

17

Page 18: Case Report Forensik 2

Perkembangan gigi secara regular terjadi sampai usia 15 tahun. Identifikasi

melalui pertumbuhan gigi ini memberikan hasil yang yang lebih baik

daripada pemeriksaan antropologi lainnya pada masa pertumbuhan.

Pertumbuhan gigi desidua diawali pada minggu ke 6 intra uteri.

Mineralisasi gigi dimulai saat 12 – 16 minggu dan berlanjut setelah bayi

lahir. Trauma pada bayi dapat merangsang stress metabolik yang

mempengaruhi pembentukan sel gigi. Kelainan sel ini akan mengakibatkan

garis tipis yang memisahkan enamel dan dentin di sebut sebagai neonatal

line. Neonatal line ini akan tetap ada walaupun seluruh enamel dan dentin

telah dibentuk. Ketika ditemukan mayat bayi, dan ditemukan garis ini

menunjukkan bahwa mayat sudah pernah dilahirkan sebelumnya.

Pembentukan enamel dan dentin ini umumnya secara kasar berdasarkan

teori dapat digunakan dengan melihat ketebalan dari struktur di atas

neonatal line. Pertumbuhan gigi permanen diikuti dengan penyerapan

kalsium, dimulai dari gigi molar pertama dan dilanjutkan sampai akar dan

gigi molar kedua yang menjadi lengkap pada usia 14 – 16 tahun. Ini bukan

referensi standar yang dapat digunakan untuk menentukan umur,

penentuan secara klinis dan radiografi juga dapat digunakan untuk

penentuan perkembangan gigi.3

Penentuan usia antara 15 dan 22 tahun tergantung dari perkembangan gigi

molar tiga yang pertumbuhannya bervariasi. Setelah melebihi usia 22

tahun, terjadi degenerasi dan perubahan pada gigi melalui terjadinya

proses patologis yang lambat dan hal seperti ini dapat digunakan untuk

aplikasi forensik.3

b. Penentuan Jenis Kelamin

Ukuran dan bentuk gigi juga digunakan untuk penentuan jenis kelamin.

Gigi geligi menunjukkan jenis kelamin berdasarkan kaninus

mandibulanya. Anderson mencatat bahwa pada 75% kasus, mesio distal

pada wanita berdiameter kurang dari 6,7 mm, sedangkan pada pria lebih

dari 7 mm. Saat ini sering dilakukan pemeriksaan DNA dari gigi untuk

membedakan jenis kelamin.3

c. Penentuan Ras

Gambaran gigi untuk Ras Mongoloid adalah sebagai berikut:3

18

Page 19: Case Report Forensik 2

1. Shovel-shaped insisivus. Insisivus pada maksila secara nyata

menunjukkan bentuk sekop pada 85-99% ras mongoloid. 2 sampai 9

% ras kaukasoid dan 12 % ras negroid memperlihatkan adanya bentuk

seperti sekop walaupun tidak terlalu jelas.

2. Dens evaginatus. Tuberkel asecoris pada permukaan oklusal premolar

bawah pada 1-4% ras mongoloid.

3. Akar distal tambahan pada molar pertama mandibula ditemukan pada

20% mongoloid dan hanya 1% pada kaukasoid..

4. Lengkungan palatum berbentuk elips dengan dasar yang lebih datar.

5. Batas bagian bawah mandibula berbentuk lurus.

3. DNA

Bukti DNA merupakan jenis bukti fisik, bukti ilmiah yang digunakan dalam

menyelidiki, pemecahan, dan penuntutan kasus-kasus kriminal, termasuk kasus-

kasus pemerkosaan. Ketika lembaga penegak hukum dan pengacara

memanfaatkan bukti DNA, hal itu seperti "silent witness" yang membantu untuk

mengidentifikasi atau menghilangkan tersangka tertentu. Asam deoksiribonukleat

(DNA) adalah rantai kode informasi genetik yang terdapat di dalam inti sel, yang

menentukan karakteristik keturunan individu. Hal ini seperti blueprint genetik dan

identik di setiap sel individu. Penggunaan bukti DNA dalam investigasi kriminal

dan penuntutan berpusat pada teori bahwa tidak ada dua manusia, kecuali untuk

kembar identik, memiliki DNA yang sama persis, meskipun teori ini belum benar-

benar terbukti. 4

1. Definisi

Asam deoksi-ribonukleat  (Deoxyribonucleic Acid = DNA), yang biasanya

dimaksud “the blueprint of life” membawa informasi geneetik yang

dibutuhkan oleh suatu organisme untuk berfungsi. Struktur DNA adalah

“untaian ganda” (double helix), yaitu dua untai bahan genetik yang

membentuk spiral satu sama lain. Setiap untaian terdiri dari satu deretan basa

(juga disebut nukleotida), yang terdiri dari 3 grup bahan kimia yang berbeda:

basa, gula (deoxyribose), dan fosfat. Basa dimaksud adalah salah satu dari

keempat senyawa kimiawi berikut: Adenin, Guanin, Cytosine dan Thymine.4

2. Pengambilan Sampel

a) Ante Mortem Sampel

19

Page 20: Case Report Forensik 2

Diperhitungkan risiko untuk informasi palsu pilihan sampel maka

referensi DNA Ante Mortem harus:

- Kerabat dekat pertama, jika mungkin lebih dari satu. DNA profil dari

tingkat pertama kerabat akan selalu memberikan informasi yang

memadai untuk pencocokan. Dalam kebanyakan kasus itu juga akan

mungkin untuk menemukan dan mengambil sampel dari lebih dari satu

relatif. Donor yang cocok tercantum dalam urutan preferensi di bawah

ini:

1. Monozigot / kembar identik.

2. Ibu dan ayah biologis dari korban.

3. Ibu biologis atau ayah biologis dari korban dan jika

mungkin saudara kandung.

4. Anak-anak biologis dan pasangan korban.

5. Saudara kandung dari korban (beberapa)

Sampel yang biasa dipilih adalah apusan mukosa bukal dan tetes darah

yang diambil dari ujung jari.

- Darah atau biopsi sampel dari korban potensial.

Lain situasi yang ideal, DNA sampel referensi diperoleh dari sampel

yang diambil untuk pemeriksaan medis atau analisis yang sama

sebelum kematian almarhum dan disimpan dalam bio-bank atau

lainnya bio-medis sumber DNA (seperti rumah sakit, unit patologi,

dan ayah dan darah laboratorium transfusi).

- Pribadi benda-benda yang telah digunakan oleh almarhum.

Hal ini juga mungkin untuk mendapatkan sampel referensi dari

benda-benda yang telah digunakan oleh almarhum. Penting untuk

membangun sejak awal apakah obyek diproses milik dan digunakan

secara eksklusif oleh individu yang bersangkutan. Jika suatu benda

(misalnya sikat rambut) tidak digunakan hanya oleh orang yang

bersangkutan, identitas orang kedua harus ditentukan, dan sampel

DNA harus diambil dari orang untuk tujuan perbandingan. Sebagai

obyek sebanyak mungkin harus diperoleh untuk tujuan pengumpulan

DNA AM, karena mungkin bahwa item individu dari bukti tidak akan

menghasilkan hasil analisis yang diinginkan. Contoh barang-barang

20

Page 21: Case Report Forensik 2

yang dimungkinkan untuk mengekstrak DNA: pisau cukur, gelas,

sikat gigi, sisir, lipstik, deodoran rol, cangkir dan gellas yang

digunakan, puntung rokok, helm dan topi, headphone, kacamata,

perhiasan, dan jam tangan.

b) Post Mortem Sampel

Tingkat keberhasilan untuk sidik DNA tergantung pada seberapa

cepat sampel diperoleh dan dipelihara. Selama pengumpulan sampel,

ahli genetika forensik atau patologi dengan pengetahuan dasar

tentang genetika forensik harus hadir untuk memberikan bimbingan

untuk koleksi DNA sampel. Tergantung pada kondisi korps, berbagai

jenis jaringan dikumpulkan:

Keadaan Tubuh Rekomendasi SampelLengkap, mayat belum membusuk

Darah (pada kertas FTA atau apusan) dan apusan mukosa ukal

Termutilasi, mayat belum memusuk

Jika memungkinkan: darah dan jaringan otot dalam.

Lengkap, mayat sudah membusuk atau termutilasi

Sampel dari tulang kompak panjang (bagian 4-6 cm, bagian jendela, tanpa pemisahan shaft)Atau.Gigi sehat (sebaiknya molar)Atau.Setiap tulang lain yang tersedia jika mungkin; sebaiknya tulang kortikal dengan jaringan padat)

Mayat yang terbakar hebat Semua sampel yang tercantum di atas dan gigi yang impaksi atau akar gigi jika adaatauApusan dari kandung kemih

Tabel 2. Pemilihan sampel berdasarkan keadaan mayat.

B. Identifikasi Sekunder

Identifikasi meliputi deskripsi pribadi, temuan medis serta bukti dan

pakaian yang ditemukan pada tubuh. Ini berarti identifikasi berfungsi untuk

mendukung identifikasi dengan cara lain dan biasanya tidak cukup sebagai

satu-satunya alat identifikasi.

1. Deskripsi pribadi/temuan medis

21

Page 22: Case Report Forensik 2

Metode ini menggunakan data tinggi badan, berat badan, warna

rambut, warna mata, cacat atau kelainan khusus. Metode ini mempunyai

nilai tinggi karena selain dilakukan oleh seorang ahli dengan

menggunakan berbagai cara/modifikasi (termasuk pemeriksaan dengan

sinar-X) sehingga ketepatannya cukup tinggi. Bahkan pada

tengkorak/kerangka pun masih dapat dilakukan metode identifikasi ini.

Melalui metode ini diperoleh data tentang jenis kelamin, ras, perkiraan

umur dan tingi badan, kelainan pada tulang dan sebagainya.5

Deskripsi pribadi terdiri dari data dasar (usia, jenis kelamin, tinggi

badan, etnis) dan kekhasan tertentu. Temuan medis, seperti bekas luka

dan operasi pengangkatan organ dapat pro-vide informasi penting

tentang riwayat kesehatan korban. Jenis-jenis operasi yang

memperlihatkan beberapa karakteristik individu (misalnya usus buntu)

harus diperhitungkan dalam konteks ini. Nomor unik yang ditemukan

pada jantung kecepatan pembuat dan perangkat palsu adalah fitur

mengidentifikasi handal. Tato, tahi lalat dan pengrusakan juga dapat

berfungsi sebagai indikator identitas.5

2. Properti

Kategori ini mencakup semua efek yang ditemukan pada tubuh

korban (misalnya perhiasan, barang dari pakaian, dokumen identifikasi

pribadi, dll). Item yang terukir pada perhiasan dapat memberikan

petunjuk penting mengenai identitas korban. Penting untuk

dipertimbangkan, bagaimanapun, bahwa item tertentu mungkin tidak

benar-benar bukti milik tubuh tertentu (misalnya surat-surat identitas

dapat dilakukan oleh orang yang berbeda, barang perhiasan atau

pakaian mungkin telah dipinjamkan sengaja untuk individu lain,

selama pengambilan, item mungkin tidak sengaja telah ditempatkan

dalam satu kantong mayat). Produk perhiasan memiliki nilai

identifikasi yang lebih tinggi jika mereka terpasang kuat ke tubuh

korban (misalnya tindikan).5

2. TENGGELAM

22

Page 23: Case Report Forensik 2

A. Definisi Tenggelam

Tenggelam biasanya didefinisikan sebagai kematian akibat lemas (asfiksia)

disebabkan masuknya cairan kedalam saluran pernafasan.7

Beberapa istilah drowning:7

1. Wet drowning. Pada keadaan ini cairan masuk ke dalam saluran pernapasan setelah korban tenggelam.

2. Dry downing. Pada keadaan ini cairan tidak masuk ke dalam saluran pernapasan akibat spasme laring.

3. Secondary drowning. Terjadi gejala setalah beberapa hari korban tenggelam (dan diangkat dari dalam air) dan korban meninggal akibat komplikasi.

4. Immersion syndrome.korban meninggal tiba-tiba setelah tenggelam dalam air akibat reflex vagal. Alkohol dan makan terlalu banyak merupakan factor pencetus.

B. Fisiologi Tenggelam

Ketika seseorang berada dibawah permukaan air, reaksi utama yang

terjadi adalah berhenti napas sementara. Hal ini berlanjut sampai pada suatu

titik istirahat dicapai, saat dimana seseorang kembali bernapas. Titik istirahat

ditentukan oleh suatu kombinasi dari kadar karbondioksida yang tinggi dan

konsentrasi oksigen yang rendah. Persetujuan pearn, titik istirahat terjadi pada

PaCO2 55 mmHg ketika dihubungkan dengan keadaan hipoksia, dan kadar

PaO2 100 mmHg ketika PaCO2 tinggi.6

Saat sedang mencapai titik istirahat, seseorang secara tidak sengaja

menarik napas, menghirup air dalam jumlah besar. Beberapa air juga diteguk

dan akan ditemukan dalam lambung. Selama interval pernapasan saat

menyelam ini, pasien mungkin juga akan muntah dan aspirasi beberapa isi

lambung. Pengeluaran napas tanpa sengaja selama berada di bawah air akan

berlanjut beberapa menit, sampai pernapasan berhenti. Hipoksia cerebral yang

berkembang akan berlanjut sampai bersifat irreversible dan terjadi kematian.6

Rangkaian Kejadian adalah1:

a. Pernapasan berhenti sementara

b. Inspirasi tanpa sengaja dan hembusan napas pada titik istirahat

c. Hilangnya kesadaran

d. Kematian

Rangkaian dapat berubah apabila terjadi hiperventilasi dibawah air.

Hiperventilasi dapat menyebabkan penurunan kadar CO2 yang nyata. Jadi,

23

Page 24: Case Report Forensik 2

hipoksia cerebral karena PO2 sarah yang rendah, dengan penurunan kesadaran,

mungkin terjadi sebelum titik istirahat dicapai. Pada kasus ini, rangkaian

kejadian menjadi6:

a. Pernapasan berhenti secara volunteer

b. Tidak sadar

c. Aspirasi air

C. Perbedaan Tenggelam dalam air tawar dan air asin

1. Tenggelam dalam air tawar

Pada keadaan ini terjadi absorpsi cairan yang masif. Karena konsentrasi

elektrolit dalam air tawar lebih rendah daripada konsentrasi dalam darah,

maka akan terjadi hemodilusi darah, air masuk ke dalam aliran darah sekitar

alveoli dan mengakibatkan pecahnya sel darah merah (hemolysis).7

Akibat pengenceran darah yang terjadi, tubuh mencoba mengatasi

keadaan ini dengan melepaskan ion kalium dari serabut otot jantung sehingga

kadar ion kalium dalam plasma meningkat, terjadi perubahan keseimbangan

ion kalium dan kalsium dalam serabut otot jantung dapat mendorong

terjadinya fibrilasi ventrikel dan penurunan tekanan darah, yang kemudian

menyebabkan timbulnya kematian akibat anoksia otak. Kematian terjadi

dalam waktu 5 menit.7

2. Tenggelan dalam air asin

Konsentrasi elektrolit cairan air asin lebih tinggi daripada dalam darah,

sehingga air akan ditarik dari sirkulasi pulmonal ke dalam jaringan interstisial

paru yang akan menimbulkan edema pulmoner, hemokonsentrasi, hipovolemi

dan kenaikan kadar magnesium dalam darah. Hemokonsentrasi akan

mengakibatkan sirkulasi menjadi lambat dan menyebabkan terjadinya payah

jantung. Kematian terjadi kira-kira dalam waktu 8-9 menit setelah tenggelam.7

D. Pemeriksaan Jenazah5

Konsentrai elektrolit air asin lebih tinggi daripada dalam darah, sehingga air

akan ditarik dari sirkulasi pulmonal dalam jaringan interstitial paru yang akan

menimbulkan edema pulmoner, hemokom sentrasi, hipovolemi dan kenaikan

kadar magnesium dalam darah. Hemokonsentrasi akan mengakibatkan

24

Page 25: Case Report Forensik 2

sirkulasi menjadi lambat dan menyebabkan terjadinya payah jantung.

Kematian terjadi kira-kira dalam waktu 8-9 menit setelah tenggelam

Hal penting yang perlu ditentukan pada pemeriksaan adalah:

1. Menemukan identitas korban

Identitas korban ditentukan dengan memeriksa antara lain :

a. Pakaisan dan benda-benda milik korban

b. Warna dan distribusi rambut dan identitas lain

c. Kelainan atau deformitas dan jaringan parut

d. Sidik jari

e. Pemeriksaan gigi

f. Teknik identifikasi lain

2. Apakah korban masih hidup sebelum tenggelam

Pada mayat yang masih segar, untuk menemukan apakah korban masih

hidup atau sudah meninggal pada saat tenggelam, dapat diketahui dari

hasil pemeriksaan.

a. Pemeriksaan diatom

b. Membandingkan kadar elektrolit magnesium darah dari bilik jantung

kanan dan kiri.

c. Benda asing dalam paru dan saluran pernapasan.

d. Pada mayat yang segar, adanya air dalam lambung dan alveoli yang

secara fisik dan kimia sifatnya sama dengan air tempat korban

tenggelam.

3. Penyebab kematian yang sebenarnya dan jenis drowning

Pada mayat yang segar, gambaran pasca-mati dapat menunjukan tipe

drowning dan penyebab kematian lain seperti penyakit, keracunan atau

kekerasan lain.

4. Factor-faktor yang berperan pada proses kematian

Factor factor yang berperan pada proses kematian, misalnya kekerasan,

alcohol atau obat-obatan dapat ditemukan pada pemeriksaan luar atau

melalui bedah jenazah.

5. Tempat korban pertama kali tenggelam

Bila kematian korban berhubungan dengan masuknya cairan ke dalam

saluran perapasan, maka pemeriksaan diatom dari air tempat korban

25

Page 26: Case Report Forensik 2

tenggelam dapat membantu menenukan apakah korban tenggelam di

tempat itu atau di tempat lain.

6. Apakah ada penyulit alamaiah lain yang mempercepat kematian

a. Bila sudah ditemukan bahwa korban masih hidup saat masuk ke

dalam air, maka perlu dittentukan apakah kematian disebabkan air

masuk ke dalam saluran pernapasan.

b. Bila tidak ditemukan air pada paru-paru dan lambung, berarti

kematian terjadi akibat spasme glottis yang menyebabkan cairan

tidak dapat masuk.

Waktu yang diperlukan untuk terbenam dapat bervariasi tergantung keadaan

sekeliling korban, keadaan masing-masing korban, reaksi perorang yang

bersangkutan, keadaan kesehatan dan jumlah serta sifat cairan yang dihisap

masuk kedalam saluran pernapsan.

1. Pemeriksaan luar jenazah

a. Mayat dalam keadaan basah, mungkin berlumuran pasir, lumpur dan

benda-benda asing lain yang terdapat dalam air, kalau seluruh tubuh

terbenam dalam air

b. Busa halus pada hidung dan mulut, kadang-kadang berdarah.

c. Mata setengah terbuka atau tertutup, jarang terdapat perdarahan atau

perbendungan

d. Kutis anserina pada kulit permukaan anterior tubuh terutama pada

ekstrimitas akbibat kontraksi otot erector pili yang terjadi karena

rangsang dinginnya air.

e. Washer woman’s hand, telapak tangan dan kaki tampak keputihan dan

keriput disebabkan karena imbibisi cairan ke dalam kutis yang

biasanya membutuhkan waktu lama.

f. Cadaveric spasme merupakan tanda intravital yang terjadi pada waktu

korban menyelamatkan diri dengan memegang apa saja seperti rumput

atau benda-benda lain dalam air.

g. Luka-luka lecet pada siku, jari tangan, lutut dan kaki akibat gesekan

pada benda dalam air.

2. Pemeriksaan bedah jenazah

a. Busa halus dan benda asing dalam saluran pernapasan.

26

Page 27: Case Report Forensik 2

b. Paru-paru membesar seperti balon, lebih berat, sampai menutupi

kandung jantung. Pada pengirisan banyak mengeluarkan cairan.

c. Petekie sedikit sekali karena kapiler terjepit di antara septum inter

alveolar. Mungkin terdapat bercak-bercak perdarahan.

d. Dapat ditemukan paru-paru yang “biasa” karena cairan tidak masuk ke

dalam alaveoli atau cairan sudah masuk ke dalam aliran darah.

e. Otak , ginjal, hati dan limpa mengalami perbendungan

f. Lambung dapat membesar, berisi air, lumpur dan sebagainya, yang

mungkin pula terdapat dalam usus halus.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ashabaugh, David R. Ridgeology. Journal of forensic Identification Vol. 41; 1991

2. H.C. Lee, R.E. Gaenssken. Advances in Fingerprint Technology. Elsevier, 1991.

3. Hendarko, Gunar. Identifikasi Citra Sidik Jari Menggunakan alihragam Wavelet

dan jarak Euclidean.Universitas Dipenogoro ;2005

4. Linehan, Mary. Encyclopedia of Rape : DNA Collection and Evidence. New

York : Oxford University. P 57-60 ;2001. (ebook)

5. Interpol. Disaster Victim Identification Guide : Methods of identification. P 15-8;

2009.

6. DiMaio, Vincent. 2001. Forensic Pathology, Second Edition. New York: CRC

Press (hal 483-484)

7. Bagian kedokteran forensik. 2000. Ilmu Kedokteran Forensik, Edisi kedua. Jakarta:

Fakultas kedokteran Universitas Indonesia (hal 64-65)

27

Page 28: Case Report Forensik 2

28