3 case forensik 14

46
BAB I PENDAHULUAN Kecelakaan adalah serangkaian peristiwa dari kejadian, yang tidak diduga sebelumnya dan selalu mengakibatkan kerusakan benda, luka, atau kematian. Kecelakaan lalu lintas ialah setiap kecelakaan kendaraan bermotor yang terjadi di jalan raya. Pengertian ini diambil dari definisi a motor-vehicle traffic accident. Non Motor vheicle traffice accident ialah setiap kecelakaan yang terjadi di jalan raya, yang melibatkan pemakaian jalan untuk transportasi atau untuk mengadakan perjalanaan dengan kendaraan yang bukan kendaraan bermotor. 1 Dengan demikian kecelakaan yang terjadi bukan di jalan raya (jalan umum). Seperti kecelakaan dalam kompleks bukanlah termasuk kategori kecelakaan lalu lintas. Demikian pula dengan kendaraan yang berjalan diatas rel tidak dimasukkan kedalam pengertian kendaraan bermotor pada kecelakaan lalu lintas. 1 Tujuan utama dalam penyidikan kasus kecelakaan lalu lintas adalah untuk pencegahan terjadinya kecelakaan di masa mendatang. Masalah hukuman seperti dimaksud dalam KUHP Bab XXI perihal menyebabkan masalah lain/sekunder. Walaupun yang menjadi tujuan utama dalam 1

Upload: dwi-akbarini-awi

Post on 08-Dec-2014

133 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: 3 Case Forensik 14

BAB I

PENDAHULUAN

Kecelakaan adalah serangkaian peristiwa dari kejadian, yang tidak diduga

sebelumnya dan selalu mengakibatkan kerusakan benda, luka, atau kematian.

Kecelakaan lalu lintas ialah setiap kecelakaan kendaraan bermotor yang terjadi di

jalan raya. Pengertian ini diambil dari definisi a motor-vehicle traffic accident.

Non Motor vheicle traffice accident ialah setiap kecelakaan yang terjadi di jalan

raya, yang melibatkan pemakaian jalan untuk transportasi atau untuk mengadakan

perjalanaan dengan kendaraan yang bukan kendaraan bermotor.1

Dengan demikian kecelakaan yang terjadi bukan di jalan raya (jalan

umum). Seperti kecelakaan dalam kompleks bukanlah termasuk kategori

kecelakaan lalu lintas. Demikian pula dengan kendaraan yang berjalan diatas rel

tidak dimasukkan kedalam pengertian kendaraan bermotor pada kecelakaan lalu

lintas. 1

Tujuan utama dalam penyidikan kasus kecelakaan lalu lintas adalah untuk

pencegahan terjadinya kecelakaan di masa mendatang. Masalah hukuman seperti

dimaksud dalam KUHP Bab XXI perihal menyebabkan masalah lain/sekunder.

Walaupun yang menjadi tujuan utama dalam penyidikan kecelakaan lalu lintas

adalah untuk maksud pencegahan, kemungkinan kasus pembunuhan harus tetap

selalu dipikirkan. Dengan demikian sebagai kosentrasinya, penyidik harus

melakukan dengan sebaik-baiknya. 1,2

Untuk dapat mencapai tujuan utama tadi, maka tindakan yang harus dilakukan

dalam melakukan penyidikan kasus kecelakaan lalu lintas adalah identifikasi

korban yang akurat dan pemeriksaan harus dilakukan dengan sebaik-baiknya

meliputi bedah mayat, pemeriksaan mikroskopis serta pemeriksaan toksikologi.2

Pembedahan mayat pada kasus kecelakaan lalu lintas berguna untuk

mengetahui sebab kematian, mengetahui sebab kecelakaan yang dengan demikian

1

Page 2: 3 Case Forensik 14

dapat diketahui cara-cara pencegahannya selain itu untuk mengetahui pola dari

luka yang sering terjadi, dengan demikian dapat diambil tindakan pencegahan

yang tepat untuk menghindari kecelakaan yang bersifat fatal (misalnya

persyaratan dari kelengkapan kendaraan itu sendiri.)2

Kecelakaan dapat menyebabkan cedera akibat trauma yang terjadi karena

kekerasan benda tumpul (blunt force injury) yang dapat bersifat lokal yaitu hanya

mengenai sebagian kecil tubuh seperti akibat serangan hewan, tersantuk benda

tumpul atau terjatuh dan dapat pula bersifat umum mengenai sebagian besar atau

seluruh tubuh misalnya tertimbun tanah, tergilas mobil, atau jatuh dari ketinggian.

Ada 6 jenis kekerasan benda tumpul menurut jaringan atau organ yang terkena

yaitu kulit, kepala (tengkorak dan jaringan intrakranial), leher dan tulang

belakang, dada, perut dan anggota gerak. Adapun jenis luka pada kulit akibat

kekerasan benda tumpul dapat dibagi menjadi 4 yaitu : luka lecet (abrasion), luka

memar (contussion), luka robek, retak atau koyak (laceration), terkelupasnya

jaringan kulit dan jaringan lemak dari otot dibawahnya (avulsion).2

Dalam laporan kasus ini akan dibahas hasil pemeriksaan luar pada

jenazah dengan trauma kepala akibat kekerasan benda tumpul, berikut hal – hal

yang ditemukan pada kondisi jenazah beserta kesimpulan hasil pemeriksaan

tersebut.

2

Page 3: 3 Case Forensik 14

BAB II

LAPORAN KASUS

A. Alloanamnesis

Korban dibawa ke IGD Rumah Sakit Myria pada pukul 20.15 WIB

tanggal 25 juni 2012 oleh pengguna jalan lain yang melihat kecelakaan

tersebut terjadi di KM 14. Korban mengendarai sepeda motor seorang diri

dan tidak menggunakan pelindung kepala (helm). Pengguna jalan lainnya

tersebut mengaku korban ditabrak mobil dari arah samping dan kepalanya

tergencet ban mobil. Korban meninggal di lokasi kejadian. Korban

kemudian dikirim ke Bagian Forensik RSMH untuk dilakukan visum.

B. Pemeriksaan

Identitas jenazah

Nama : M. Dahlan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : Empat puluh satu (41) tahun

Kewaganegaraan : Indonesia

Alamat : Jln. Alang-alang Lebar Lr. Pramuka No.1437

Adapun hasil pemeriksaan luar sebagai berikut:.

Pemeriksaan luar ...........................................................................................

1. Mayat tidak berlabel dan tidak bersegel .................................................

2. Benda disamping mayat tidak ada ……………………………………..

3. Penutup Mayat : Mayat terbungkus kain putih satu lapisan …………...

4. Pakaian mayat : Celana berbahan levis warna biru gelap, corak polos,

pendek, terdapat pengotoran oleh debu dan pasir, berukuran panjang

tujuh puluh centimeter dengan dua buah kantong dibagian kiri dan

kanan bawah celana, tidak terdapat isi di dalam kantong ………...

3

Page 4: 3 Case Forensik 14

5. Perhiasan: kalung melingkar pada leher berbentuk menyerupai tasbih

berbahan kayu, cincin berwarna perak berbatu hitam di jari manis

tangan kanan …………………………………………………………

6. Kulit : warna kulit kuning langsat ……………………………………..

7. Rambut ………………………………………………………………...

a. Kepala: rambut berwarna hitam dan terdapat uban, tumbuhnya

sedang, tipis, lurus, panjang tiga sentimeter, tidak mudah

dicabut………………………………………………………………

b. Alis mata : berwana hitam, tumbuh tipis, kedua alis tidak

bersambung .………………………………………………………..

c. Bulu mata: warna hitam, lurus, panjang nol koma enam sentimeter,

tidak mudah dicabut……………………………………………...…

d. Kumis: berwarna hitam, putih, tumbuh tipis, panjang nol koma

tujuh sentimeter …………………………………………………….

e. Janggut: berwarna hitam, tumbuh tipis, panjang nol koma dua

sentimeter...........................................................................................

f. Bulu dada: tidak ada...........................................................................

g. Rambut kemaluan: warna hitam, tumbuh jarang, panjang dua

sentimeter, tidak mudah dicabut........................................................

8. Lubang-lubang…....................................................................................

a. Mata: kedua mata terbuka, mata kanan terbuka nol koma lima

sentimeter, mata kiri terbuka nol koma delapan sentimeter, kedua

selaput kelopak mata atas dan bawah putih dan pucat, selaput bola

mata putih keruh, kedua selaput pelangi mata bewarna coklat,

kedua teleng mata bundar sama besar dengan diameter masing-

masing tiga millimeter………………………………………………

b. Hidung: bentuk biasa, keluar cairan berwarna merah dari lubang

hidung sebelah kiri………………………………………………….

c. Telinga: kedua telinga bentuk biasa, keluar cairan berwarna merah

dari telinga kiri………………………………...……………………

4

Page 5: 3 Case Forensik 14

d. Mulut: terbuka nol koma lima sentimeter, lidah tidak tergigit, tidak

keluar apa-apa dari mulut..………………………………………….

e. Gigi geligi : Gigi geligi berwarna kuning, tidak lengkap, gigi

geraham satu kanan bawah tidak ada, gusi berwarna putih pucat

dan kurang terawat……………………….………………………….

f. Kemaluan: Laki-laki tersunat, tidak keluar apa apa dari lubang

kemaluan …………………………………………………………...

g. Dubur: tidak keluar apa-apa dari lubang dubur .................................

9. Tanda-tanda kematian..............................................................................

a. Lebam mayat: terdapat pada punggung kiri kanan, bewarna warna

merah keungunan , sukar hilang pada penekanan…………………..

b. Kaku mayat: terdapat kaku mayat di rahang, leher, lengan atas dan

tungkai sukar dilawan .......................................................................

c. Pembusukan: tidak ditemukan warna kulit berwarna kehijauan di

perut bagian bawah kanan......……..….…………………………….

10. Luka-luka:

a. Pada dahi kanan lima sentimeter dari garis pertengahan, enam

sentimeter diatas alis, terdapat luka menganga, yang bila dirapatkan

berbentuk garis dengan tepi tidak rata sepanjang lima sentimeter,

sudut luka tumpul, ada jembatan jaringan di dalam garis batas luka,

dasar luka jaringan otak, di daerah luar garis batas luka terdapat

memar dan bekuan darah……………………………………………

b. Pada wajah, yang meliputi dahi kanan, muka dan pipi sebelah

kanan terdapat luka memar berbentuk alur ban mobil (garis zig-zag

sejajar), berwarna merah keunguan, garis batas luka memar tidak

tegas ………………………………………………………………...

c. Pada sela iga kedelapan kanan, dua sentimeter kearah luar (lateral)

dari garis tengah tulang selangka (midklavikula), terdapat luka

memar, bentuk tidak teratur, berukuran dua sentimeter berwarna

merah keunguan……………………………………………………..

5

Page 6: 3 Case Forensik 14

d. Pada panggul sebelah kanan, dua sentimeter serong dibawah

tulang SIPS (supra iliaca posterior superior), terdapat luka lecet

gores sepanjang empat sentimeter, berwarna putih kemerahan,

terdapat lapisan permukaan kulit luar (epidermis) terangkat pada

sisi luka sebelah kiri (kearah garis pertengahan tubuh)……………..

e. Pada paha kanan bagian dalam, satu sentimeter diatas lipatan lutut,

terdapat luka memar tidak teratur berukuran panjang enam koma

lima sentimeter, lebar tiga sentimeter berwarna merah

keunguan…………………………………………………………….

f. Pada pertengahan tulang kering (os tibia) tungkai kanan ditemukan

luka tumpul, garis batas luka tidak teratur, tepi luka tidak rata,

terdapat jembatan jaringan, tidak ada folikel rambut yang

terpotong, dasar luka tidak teratur, diluar garis batas luka ada luka

memar berwarna merah keunguan, dan terdapat bekuan darah……..

11. Patah tulang :

a. Tulang tengkorak bagian kanan (os temporal, os frontal, os

parietal, os occipital, os orbital, os zygomaticus) patah dan tertekan

kedalam (kompresi) seluas delapan belas kali dua belas

sentimeter…………………………………………………………

b. Tulang paha kanan (os femur) patah sempurna tiga perempat

bawah tulang paha kanan……………………………………………

C. Diskusi

1. Traumatologi (Kecederaan)

Traumatologi (kecederaan) adalah putusnya atau rusaknya kontinuitas

jaringan akibat trauma atau injury.

Ada 3 pembagian traumatologi (kecederaan) yaitu :

1. mekanik,

2. fisik dan

6

Page 7: 3 Case Forensik 14

3. kimia.

Ada 4 penyebab mekanik terjadinya trauma (kecederaan) yaitu :

1. Kekerasan benda tumpul (blunt force injury)

2. Kekerasan benda tajam

3. Senjata api

3. Bahan peledak / bom

2. Kekerasan Benda Tumpul (Blunt Force Injury)

Jenis luka akibat kekerasan benda tumpul (blunt force injury).

Benda tumpul bila mengenai tubuh dapat menyebabkan luka yaitu luka

lecet, memar dan luka robek atau luka robek atau luka terbuka. Dan bila

kekerasan benda tumpul tersebut sedemikian hebatnya dapat pula

menyebabkan patah tulang. Berikut ini akan dijelaskan luka yang

disebabkan kekerasan benda tumpul2 :

a. Luka lecet (abrasion):

Luka lecet adalah luka yang superficial, kerusakan tubuh terbatas

hanya pada lapisan kulit yang paling luar/kulit ari. Walaupun kerusakan

yang ditimbulkan minimal sekali, luka lecet mempunyai arti penting di

dalam Ilmu Kedokteran Kehakiman, oleh karena dari luka tersebut dapat

memberikan banyak hal, misalnya: 

1. Petunjuk kemungkinan adanya kerusakan yang hebat pada alat-alat

dalam tubuh, seperti hancurnya jaringan hati, ginjal, atau limpa,

yang dari pemeriksaan luar hanya tampak adanya luka lecet di

daerah yang sesuai dengan alat-alat dalam tersebut.

2. Petunjuk perihal jenis dan bentuk permukaan dari benda tumpul

yang menyebabkan luka, seperti : 

- Luka lecet tekan pada kasus penjeratan atau penggantungan,

akan tampak sebagai suatu luka lecet yang berwarna merah-coklat,

7

Page 8: 3 Case Forensik 14

perabaan seperti perkamen, lebarnya dapat sesuai dengan alat

penjerat dan memberikan gambaran/cetakan yang sesuai dengan

bentuk permukaan dari alat penjerat, seperti jalianan tambang atau

jalinan ikat pinggang. Luka lecet tekan dalam kasus penjeratan

sering juga dinamakan “jejas jerat”, khususnya bila alat penjerat

masih tetap berada pada leher korban.

- Di dalam kasus kecelakaan lalu lintas dimana tubuh korban

terlindas oleh ban kendaraan, maka luka lecet tekan yang terdapat

pada tubuh korban seringkali merupakan cetakan dari ban

kendaraan tersebut, khususnya bila ban masih dalam keadaan yang

cukup baik, dimana “kembang” dari ban tersebut masih tampak

jelas, misalnya berbentuk zig-zag yang sejajar. Dengan demikian di

dalam kasus tabrak lari, informasi dari sifat-sifat luka yang terdapat

pada tubuh korban sangat bermanfaat di dalam penyidikan.

- Dalam kasus penembakan, yaitu bila moncong senjata menempel

pada tubuh korban, akan memberikan gambaran kelainan yang

khas yaitu dengan adanya “jejas laras”, yang tidak lain merupakan

luka lecet tekan. Bentuk dari jejas laras tersebut dapat memberikan

informasi perkiraan dari bentuk moncong senjata yang dipakai

untuk menewaskan korban.

- Di dalam kasus penjeratan dengan tangan (manual strangulation),

atau yang lebih dikenal dengan istilah pencekikan, maka kuku jari

pembunuh dapat menimbulkan luka lecet yang berbentuk garis

lengkung atau bulan sabit; dimana dari arah serta lokasi luka

tersebut dapat diperkirakan apakah pencekikan tersebut dilakukan

dengan tangan kanan, tangan kiri atau keduanya. Di dalam

penafsiran perlu hati-hati khususnya bila pada leher korban selain

didapatkan luka lecet seperti tadi dijumpai pula alat penjerat; dalam

kasus seperti ini pemeriksaan arah lengkungan serta ada tidaknya

8

Page 9: 3 Case Forensik 14

kuku-kuku yang panjang pada jari-jari korban dapat memberikan

kejelasan apakah kasus yang dihadapi itu merupakan kasus bunuh

diri atau kasus pembunuhan, setelah dicekik kemudian digantung. 

- Dalam kasus kecelakaan lalu-lintas dimana tubuh korban

bersentuhan dengan radiator, maka dapat ditemukan luka lecet

tekan yang merupakan cetakan dari bentuk radiator penabrak.

3. Petunjuk dari arah kekerasan, yang dapat diketahui dari tempat

dimana kulit ari yang terkelupas banyak terkumpul pada tepi luka; bila

pengumpulan tersebut terdapat di sebelah kanan maka arah kekerasan

yang mengenai tubuh korban adalah dari arah kiri ke kanan. Di dalam

kasus-kasus pembunuhan dimana tubuh korban diseret maka akan

dijumpai pengumpulan kulit ari yang terlepas yang mendekati ke arah

tangan, bila tangan korban dipegang; dan akan mendekati ke arah kaki

bila kaki korban yang dipegang sewaktu korban diseret.

b. Luka memar (contusion)

Luka memar adalah suatu keadaan dimana terjadi pengumpulan darah

dalam jaringan yang terjadi sewaktu orang masih hidup, dikarenakan

pecahnya pembuluh darah kapiler akibat kekerasan benda tumpul. Bila

kekerasan benda tumpul yang mengakibatkan luka memar terjadi pada

daerah dimana jaringan longgar, seperti di daerah mata, leher, atau pada

orang yang lanjut usia, maka luka memar yang tampak seringkali tidaka

sebanding dengan kekerasan, dalam arti seringkali lebih luas; dan adanya

jaringan longgar tersebut memungkinkan berpindahnya “memar” ke

daerah yang lebih rendah, berdasarkan gravitasi.

Salah satu bentuk luka memar yang dapat memberikan informasi

mengenai bentuk dari benda tumpul, ialah apa yang dikenal dengan istilah

“perdarahan tepi” (marginal haemorrhages), misalnya bila tubuh korban

terlindas ban kendaraan, dimana pada tempat yang terdapat tekanan justru

9

Page 10: 3 Case Forensik 14

tidak menunjukkan kelainan, kendaraan akan menepi sehingga terbentuk

perdarahan tepi yang bentuknya sesuai dengan bentuk celah antara kedua

kembang ban yang berdekatan.

Hal yang sama misalnya bila seseorang dipukul dengan rotan atau

benda yang sejenis, maka akan tampak memar yang memanjang dan

sejajar yang membatasi darah yang tidak menunjukkan kelainan; darah

antara kedua memar yang sejajar dapat menggambarkan ukuran lebar dari

alat pengukur yang mengenai tubuh korban.

c. Luka robek, retak, koyak (laceration)

Luka robek atau luka terbuka yang disebabkan oleh kekerasan benda

tumpul dapat terjadi bila kekerasan yang terjadi sedemikian kuatnya

hingga melampaui elastisitas kulit atau otot, dan lebih dimungkinkan bila

arah dari kekerasan tumpul tersebut membentuk sudut dengan permukaan

tubuh yang terkena benda tumpul. Dengan demikian bila luka robek

tersebut salah satu tepinya terbuka ke kanan misalnya, maka kekerasan

atau benda tumpul tersebut datang dari arah kiri; jika membuka ke depan

maka kekerasan benda tumpul datang dari arah belakang. Pelukisan yang

cermat dari luka terbuka akibat benda tumpul dengan demikian dapat

sangat membantu penyidik khususnya sewaktu dilakukannya rekonstruksi;

demikian pula sewaktu dokter dijadikan saksi di meja hakim.

Luka robek atau luka terbuka akibat kekerasan benda tumpul dapat

dibedakan dengan luka terbuka akibat kekerasan benda tajam, yaitu dari

sifat-sifatnya serta hubungan dengan jaringan sekitar luka. Luka robek

mempunyai tepi yang tidak teratur, terdapat jembatan-jembatan jaringan

yang menghubungkan kedua tepi luka, akar rambut tampak hancur atau

tercabut bila kekerasannya di daerah yang berambut, di sekitar luka robek

ssring tampak adanya luka lecet atau luka memar.

10

Page 11: 3 Case Forensik 14

Oleh karena luka pada umumnya mendatangkan rasa nyeri yang hebat

dan lambat mendatangkan kematian, maka jarang dijumpai kasus bunuh

diri dengan membuat luka terbuka dengan benda tumpul.

d. Patah tulang

Ini dapat terjadi pada kekerasan benda tumpul yang cukup kuat.

Patah tulang jenis impressi terjadi akibat kekerasan benda tumpul pada

tulang dengan daerah persingungan yang kecil. Bentuk impresi tulang dan

dapat memberikan gambaran bentuk benda penyebabnya.1,2

1. Cedera kepala

Selain kelainan kulit kepala dan patah tulang tenkorak,

cedera kepala juga dapat mengakibatkan perdarahan epidural,

subdural dan subarakanoid, kerusakan selaput otak dan jaringan

otak serta penjelasan sebagai berikut :

- Perdarahan epidural sering pada kekerasan benda tumpul pada

daerah pelipis dan belakang kepala akibat garis patah melewati

sulkus arteri meningea. Pada keadaan tertentu perdarahan dapat

juga terjadi tanpa disertai patah tulang

- Perdarahan subdural akibat robeknya sinus, vena jembatan,

arteri basilaris atau berasal dari perdarahan subaraknoid.

- Perdarahan subaraknoid biasanya berasal dari fokus kontusio /

laserasi jaringan otak. Dapat terjadi spontan pada sengatan

matahari, leukemia, tumor, keracunan CO dan penyakit infeksi

tertentu.

PS kekerasan akibat kepala bergerak mengenai benda diam,

lesi otak selain ditemuka didaerah benturan (coup) juga ditemukan

pada sisi lain dari titik benturan (contrecoup) dan diantara

keduanya (intermediate lesion). Lesi contrecoup terjadi akibat gaya

positif akselerasi, dorongan likuor dan tekanan oleh tulang yang

11

Page 12: 3 Case Forensik 14

mengalami deformitas. Tekanan negatif akibat deformitas tulang

dapat menyebabkan contre coup bila tekanan lebih dari 1 atm.

b. Cedera leher

Ini dapat terjadi bila korban tertabrak dari belakang dimana kepala

mengalami percepatan mendadak sehingga hiperekstensi kepala

yang disusul dengan hiperfleksi

3. Luka Pada Korban Kecelakaan Lalu Lintas

Pada korban dewasa kebanyakan ditabrak dari belakang atau dari

samping. Luka yang khas biasanya terdapat pada tungkai bawah, pada satu

tungkai atau kedua tungkai. Jika korban berdiri pada kedua tungkainya

sewaktu terjadi tubrukan luka yang hebat dapat dilihat pada tungkai

dimana sering terjadi patah tulang, yang mana ujung dari tulang yang

patah tersebut dapat merusak dan keluar pada tempat yang berlawanan

dengan tempak impaknya (primary impact injuries), dengan demikian

adanya kelainan tersebut (patah tulang) dapat ditentukan bagaimana posisi

korban sewaktu kecelakaan terjadi, dalam arti dari arah mana kendaraan

yang bersangkutan menubruk korban.1

Pada saat yang bersamaan dengan terjadinya impak pada tungkai

bawah (bumper injuries, bumper fracture), maka bagian bokong dan

bagian punggug korban akan terkena oleh radiator atau kap mobil, lampu

dan kaca depan (secondary impact injuries). Sebagai kelanjutannya maka

tubuh korban dapat terjatuh dari kendaraan tersebut ke jalan, hal ini akan

menimbulkan luka-luka sebagai akibat benturan atau persentuhan korban

dengan jalan (secondary injuries).1

Lokasi dari luka-luka yang terdapat pada tubuh korban tergantung

dari posisi korban ditabrak dari belakang ataukah dari samping. Pada saat

korban telah tergeletak di jalan, maka dapat terjadi roda kendaraan

mengilas korban dan ini sering dapat dikenali dengan adanya jejas ban

12

Page 13: 3 Case Forensik 14

(tyremarks), yang tidak lain merupakan luka memar (disebutkan sebagai

marginal haemorrhages) ini dapat membantu dalam menentukan

kendaraan yang bertanggun jawab pada kasus tabrak lari (hit and run).1

Jika kendaraan yang menabrak korban bukan mobil sedan tetapi

truk atau kendaraan besar lainnya, maka kejadian seperti yang diuraikan

sebelumnya (bumper injuries, bumper fracture) tidak ada terjadi. korban

akan terdorong dan terbawa kemudian akan jatuh kedepan, pada keadaan

seperti ini tubuh korban dapat tergilas dan terdapat kelainan yang dikenal

dengan nama : crush injuries atau compression injuries.1

Kompresi terutama terjadi pada daerah kepala, leher dan dada

dengan demikian organ-organ dalam misalnya jantung dapat hancur

karena tergencet diantara tulang punggung dan tulang dada.1

Jika bagian bawah dari kendaraan cukup rendah jaraknya dengan

permukaan jalan, maka ini dapat memungkinkan tubuh korban dapat

berputar (rolling injuries), hal ini dapat dikenal dari adanya luas di seluruh

tubuh dan beberapa bagian dari kulit dapat terkelupas. Pada daerah tertentu

dari tubuh, yaiut dimana terdapat banyak lipatan kulit, seperti di

daerahlipat paha, maka jika daerah tersebut terlindas oleh roda, akan

didapat kelainan yang agak khas, yang dengan adanya regangan (striae

like tears).1

Pemeriksaan toksikologis pada korban perlu pula dikerjakan untuk

memperoleh gambaran rekontruksi terjadinya kecelakaan yang tepat,

demikian pula dengan pemeriksaan mikroskopis. Pemeriksaan

mikroskopis dari jaringan paru-paru yaitu untuk menentukan ada tidaknya

emboli lemak, bermanfaat dalam hal memastikan apakah korban langsung

mati ataukah dapat bertahan untuk beberapa lama (ini sering dipertanyakan

oleh pihak pembela dalam rangka membagi pertanggungan jawab sebab

kematian dari korban, misalnya kematian dikarenkan keterlambatan di

dalam melakukan pertolongan).1

13

Page 14: 3 Case Forensik 14

4. Analisis Luka

Pada pemeriksaan luar jenazah ini ditemukan enam luka yaitu:

1. Pada dahi kanan lima sentimeter dari garis pertengahan, enam

sentimeter diatas alis, terdapat luka menganga, yang bila dirapatkan

berbentuk garis dengan tepi tidak rata sepanjang lima sentimeter, sudut

luka tumpul, ada jembatan jaringan di dalam garis batas luka, dasar luka

jaringan otak, di daerah luar garis batas luka terdapat memar dan bekuan

darah.

Lokasi luka ini pada regio frontal dan sebagian pada regio temporal

kemungkinan bagian yang terkena adalah m.frontalis, m.temporalis dan

otak.

Tepi luka yang tidak rata dengan sudut luka tumpul dan terdapat jembatan

jaringan di dalam garis batas luka menunjukkan bahwa luka tersebut

diakibatkan oleh trauma benda tumpul

2. Pada wajah, yang meliputi dahi kanan, muka dan pipi sebelah kanan

terdapat luka memar berbentuk alur ban mobil (garis zig-zag sejajar),

berwarna merah keunguan, garis batas luka memar tidak tegas

Lokasi luka ini pada regio frontal, zygomatic, sebagian regio temporal.

Bentuk luka yang berupa garis zig-zag yang sejajar menunjukkan luka

memar tersebut diakibatkan penekanan permukaan ban pada kulit yang

menyebabkan terjadinya perdarahan dibawah kulit.

3. Pada sela iga kedelapan kanan, dua sentimeter kearah luar (lateral) dari

garis tengah tulang selangka (midklavikula), terdapat luka memar, bentuk

tidak teratur, berukuran dua sentimeter berwarna merah keunguan.

Lokasi luka ini di intercosta kedelapan dada kanan yang terletak dua jari

lateral linea midklavikula. Bentuk luka memar berbentuk persegi panjang

dengan panjan dua sentimeter dan lebar nol koma enam sentimeter

14

Page 15: 3 Case Forensik 14

menunjukkan luka tersebut diakibatkan penekanan permukaan keras

dengan bentuk persegi panjang

4. Pada panggul sebelah kanan, dua sentimeter serong dibawah tulang

SIPS (supra iliaca posterior superior), terdapat luka lecet gores sepanjang

empat sentimeter, berwarna putih kemerahan, terdapat lapisan permukaan

kulit luar (epidermis) terangkat pada sisi luka sebelah kiri (kearah garis

pertengahan tubuh)

Lokasi luka dua sentimeter serong dibawah tulang supra iliaca posterior

superior. Terdapat luka lecet gores sepanjang empat sentimeter dan

terdapat lapisan permukaan kulit luar (epidermis) terangkat pada sisi luka

sebelah kiri menunjukkan luka tersebut terjadi oleh benda yang agak

runcing yang menggeser lapisan permukaan kulit dan penyebabkan lapisan

tersebut terangkat sehingga dapat menunjukkan arah kekerasan terjadi dan

disekitarnya tampat lecet akibat cedera epidermis yang bersentuhan

dengan permukaan yang kasar.

5. Pada paha kanan bagian dalam, satu sentimeter diatas lipatan lutut,

terdapat luka memar tidak teratur berukuran panjang enam koma lima

sentimeter, lebar tiga sentimeter berwarna merah keunguan.

Lokasi luka ini berada pada paha kanan bagian dalam satu setimeter diatas

sendi lutut belakang. Ditemuka luka memar tidak teratur berukuran

panjang enam koma lima sentimeter, lebar tiga sentimeter berwarna

keunguan menunjukkan luka tersebut diakibatkan kekerasan benda tumpul

yang sebagian sisinya berbentuk setengah lingkaran

6. Pada pertengahan tulang kering (os tibia) tungkai kanan ditemukan luka

tumpul, garis batas luka tidak teratur, tepi luka tidak rata, terdapat

jembatan jaringan, tidak ada folikel rambut yang terpotong, dasar luka

tidak teratur, diluar garis batas luka ada luka memar berwarna merah

keunguan, dan terdapat bekuan darah.

15

Page 16: 3 Case Forensik 14

Lokasi luka terdapat pada pertengahan os tibia dengan garis batas luka

tidak teratur, tepi tidak rata dan terdapat jembatan jaringan, tidak ada

foliker rambut yang terpotong, dasar luka tidak teratur menunjukkan luka

tersebut diakibatkan trauma benda tumpul yang menyebakan luka terbuka

dan disekitar terdapat luka memar berbentuk persegi panjang dengan

ukuran panjang dua koma lima sentimeter dan lebar nol koma lima

sentimeter yang dapat disebabkan karena penekanan benda keras

berbentuk persegi panjang.

5. Tanda dan Waktu Kematian

Thanatologi adalah bagian dari ilmu kedokteran forensik yang

mempelajari kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian

serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.6

Perubahan pada tubuh tersebut dapat timbul dini pada saat

meninggal atau beberapa menit kemudian. Tanda-tanda kematian

dibagi atas tanda kematian pasti dan tidak pasti. Tanda kematian tidak

pasti adalah penafasan berhenti, sirkulasi terhenti, kulit pucat, tonus

otot menghilang dan relaksasi, pembuluh darah retina mengalami

segmentasi dan pengeringan kornea. Sedangkan tanda pasti kematian

adalah lebam mayat (livor mortis), kaku mayat (rigor mortis),

penurunan suhu tubuh (algor mortis), pembusukan, mumifikasi, dan

adiposera. 6

1. Lebam mayat (Livor Mortis)

Perubahan warna pada tubuh setelah kematian akibat

pengendapan darah sesuai daya gravitasi yang tidak lagi dipompa

melalui tubuh oleh jantung. Lebam mayat terbentuk bila terjadi

kegagala dirkulasi darah dalam mempertahankan tekanan hidrostatik

yang menggerakan darah mencapai capillary bed.8 Maka secara

bertahap darah yang mengalami stagnasi di dalam pembuluh vena

besar dan cabang – cabangnya akan dipengaruhi gravitasi dan

16

Page 17: 3 Case Forensik 14

mengalir ke bawah ke tempat – tempat terendah8,10. Adanya eritrosit

di daerah yang lebih rendah akan terlihat kulit sebagai perubahan

warna biru kemerahan (keunguan). Oleh karena penggumpalan darah

terjadi secara pasif maka tempat – tempat dimana mendapat tekanan

lokal akan menyebabkan tertekannya pembuluh darah di daerah

tersebut3. Livor mortis biasanya terlihat sekitar 1 jam setelah kematian

dan sering terlihat, dalam waktu 20-30 menit setelah kematian.

Perubahan warna meningkat dan biasanya menjadi tetap sekitar 8-10

jam pada waktu ini dapat dikatakan lebam mayat terjadi secara

menetap. Menetapnya lebam mayat ini disebabkan oleh karena

terjadinya perembesan darah ke dalam jaringan sekitar akibat

rusaknya pembuluh darah akibat tertimbunnya sel-sel darah dalam

jumlah yang banyak, adanya proses hemolisa sel-sel darah dan

kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah. Dengan demikian

penekanan pada daerah lebam yang dilakukan setelah 8-12 jam tidak

akan menghilang. Hilangnya lebam pada penekanan dengan ibu jari

dapat member indikasi bahwa suatu lebam belum terfiksasi secara

sempurna. Setelah empat jam, kapiler-kapiler akan mengalami

kerusakan dan butir-butir darah merah juga akan rusak. Pigmen-

pigmen dari pecahan darah merah akan keluar dari kapiler yang rusak

akan mewarnai jaringan di sekitarnya sehingga menyebabkan warna

lebam mayat akan menetap serta tidak hilang jika ditekan dengan

ujung jari atau jika posisi mayat dibalik. Jika pembalikan posisi

dilakukan setelah 12 jam dari kematiannya. Maka lebam mayat baru

tidak akan timbul pada posisi terendah, karena darah sudah mengalami

koagulasi.8

Fenomena lebam mayat yang menetap ini sifatnya lebih

bersifat relative. Perubahan lebam ini lebih mudah terjadi pada 6 jam

pertama sesudah kematian, bila telah terbentuk lebam primer

kemudian dilkukan perubahan posisi maka akan terjadi lebam

sekunder pada posisi berlawanan. Distribusi dari lebam mayat yang

17

Page 18: 3 Case Forensik 14

ganda ini adalah penting untuk menunjukan telah terjadi manipulasi

posisi pada tubuh. Akan tetapi waktu yang pasti untuk terjadinya

pergeseran lebam ini adalah tidak pasti, Poslon mengatakan “untuk

menunjukan tubuh sudah diubah dalam waktu 8 sampai 12 jam”,

sedangkan Camps memberikan patokan kurang lebih 10 jam.8

Akumulasi darah pada daerah yang tidak tertekan akan

menyebabkan pengendapan darah pada daerah yang tidak tertekan

akan menyebabkan pengendapan darah pada pembuluh darah kecil

yang dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah kecil tersebut

dan berkembang menjadi petechie (tardieu’s spot) dan purpura yang

kadang-kadang berwarna gelap yang mempunyai diameter dari satu

sampai beberapa milimeter, biasanya memerlukan waktu 18 sampai

24 jam untuk terbentuknya dan sering diartikan bahwa pembusukan

sudah mulai terjadi. Fenomena ini sering terjadi pada asphyxia atau

kematian yang terjadinya lambat.8

Mekanisme Lebam mayat

18

Meninggal

Jantung berhenti

Sirkulasi terhenti

Pengendapan darah dalam kapiler pada letak rendah dibagian tubuh (dipengaruhi gravitasi)

Darah terkoagulasi

Hemolisis

Page 19: 3 Case Forensik 14

2. Kaku mayat (Rigor Mortis)

Rigor mortis adalah kekakuan pada tubuh setelah kematian yang

disebabkan karena tidak terdapat adenosine trifosfat (ATP) dalam

otot. Pada saat awal kematian, tubuh menjadi flaccid. Namun dalam 1

hingga 3 jam setelah itu, kekakuan otot mulai meningkat dan terjadi

imobilisasi pada sendi.6,8

Kelenturan otot setelah kematian masih dapat dipertahankan

karena metabolisme tingkat seluler masih berjalan berupa pemecahan

cadangan glikogen otot yang menghasilkan energi. Energi ini

digunakan untuk mengubah ADP menjadi ATP. Selama masih

terdapat ATP maka serabut aktin dan myosin tetap lentur. Bila

cadangan glikogen dalam otot habis maka energi tidak tebentuk lagi,

aktin dan myosin akan menggumpal dan otot menjadi kaku. 6,9,10

Otot membutuhkan pasokan energi dari ATP untuk berkontraksi

karena jumlah yang tersedia di otot hanya mampu untuk

mempertahankan fungsi kontraksi otot selama beberapa detik.

Terdapat tiga jalur metabolisme yang mempertahankan agar pasokan

ATP dalam otot tetap tersedia yaitu sistem fosfagen, sistem glikogen-

asam laktat dan sistem aerobik. Ketika otot menjadi anoksia maka

suplai oksigen berkurang sehingga ATP tidak diproduksi sehingga

terjadi proses glikolisis aerobik sehingga meningkatkan kadar asam

laktat dan asam piruvat. Kadar glikogen dalam otot berkurang, pH

seluler menjadi 6 dan kadar ATP mulai berkurang. Normalnya, ATP

berfungsi untuk menghambat aktivitas pelekatan antara aktin dan

myosin.9,11

Pada keadaan optimal, sistem fosfagen dapat menyediakan

energi untuk digunakan oleh otot untuk berkontraksi selama 10-15

detik, sistem glikogen asam laktat menyediakan energi selama 30

hingga 40 detik dan sistem aerobik untuk waktu yang tidak terbatas.4

19

Page 20: 3 Case Forensik 14

Kaku mayat akan terjadi pada seluruh otot baik otot lurik

maupun otot polos dan bila terjadi pada otot anggota gerak, maka akan

didapatkan suatu kekakuan yang mirip atau menyerupai papan

sehingga dibutuhkan tenaga untuk melawan kekuatan tersebut.6

Kadar glikogen yang terdapat pada setiap otot berbeda-beda,

sehingga sewaktu terjadinya pemecahan glikogen menjadi asam laktat

dan energi pada saat terjadinya kematian somatik, akan menyebabkan

adanya perbedaan kadar ATP dalam setiap otot. Keadaan ini dapat

menerangkan alasan kaku mayat mulai tampak pada jaringan otot

yang jumlah serabut ototnya sedikit. Kaku mayat biasanya tampak

pertama kali pada rahang dilanjutkan siku dan kemudian pada lutut.

Pada laki-laki, kaku mayat lebih hebat dibandingkan pada perempuan

oleh karena laki-laki memiliki massa otot yang lebih besar

dibandingkan wanita.6,7

Pada rata-rata orang pada suhu ruangan yang biasa, rigor mortis

biasanya terlihat 2-4 jam setelah kematian. Dan biasanya terjadi rigor

mortis sempurna setelah meninggal.Tubuh mengalami rigor mortis

sempurna ketika rahang, siku, dan lutut sudah tidak dapat digerakkan

lagi. Hal ini berlangsung 10-12 jam setelah kematian pada suhu

ruangan 70-750 F. Keadaan ini akan menetap 24-36 jam dan setelah

itu, kaku mayat akan mulai menghilang. 6,10

3. Pembusukan

Dalam pembusukan terjadi dua proses yaitu autolysis dan

putrefaction. Pembusukan adalah proses penghancuran dari jaringan

tubuh yang terjadi setelah kematian akibat aktivitas bakteri dan

enzim.6

Autolisis

20

Page 21: 3 Case Forensik 14

Penghancuran jaringan adalah hasil dari proses enzim

endogenous yang dikenal sebagai proses autolysis. Autolysis adalah

pelunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam keadaan steril.

Autolisis timbul akibat kerja digestif oleh enzim yang dilepaskan sel

pasca mati dan hanya dapat dicegah dengan pembekuan jaringan. 6,7

Pada autolisis terjadi pelepasan enzim yang berasal dari

pankreas dan asam lambung yang berasal dari lambung. Pankreas

menghasilkan banyak enzim pencernaan diantaranya adalah amylase,

lipase, dan tripsinogen. Pada kematian, enzim ini dilepaskan oleh sel

eksokrin dari pancreas dan enzim ini mencernakan dirinya sendiri

(terjadi autodigesti). Lambung terdiri dari banyak sel yang

menghasilkan enzim dan asam hidroklorida yang berperan penting

dalam pencernaan. Ketika meninggal, pepsinogen dan asam

hidroklorida dilepaskan dari sel lambung dan memberikan autodigesti

dari mukosa lambung itu sendiri (gastromalasia). Jika hal ini

berlangsung terus menerus, maka akan menyebabkan perforasi dari

lambung. Proses yang sama juga terjadi pada esophagus akibat dari

relaksasi sphincter esophagus sehingga cairan dari lambung masuk ke

esophagus (esofagomalasia). Akibat gastromalasia dan

esofagomalasia, akan menyebabkan perembesan isi cairan lambung ke

cavum abdomen sehingga menyebabkan penghancuran struktur organ

sekitar.8

Ketika sel tubuh mencapai fase akhir dari proses autolisis,

suasana lingkungan sekitar menjadi anaerobik. Pada saat ini, bakteri

normal pada tubuh akan mulai berkembang dan mengancurkan

jaringan tubuh dengan memproduksi asam, gas dan bahan-bahan

organic (fase putrefaction).8

Putrefaction

putrefaction adalah pembusukan yang disebabkan oleh aktivitas

bakteri. Setelah seseorang meninggal, bakteri yang normal hidup

21

Page 22: 3 Case Forensik 14

dalam tubuh segera masuk ke jaringan. Darah merupakan media

terbaik bagi bakteri tersebut untuk bertumbuh. Sebagian besar bakteri

berasal dari usus dan traktus respiratorius. Bakteri ini merupakan

bakteri anaerobik yang memproduksi spora, bakteri yang berbentuk

coliform, mikrokokus, dan golongan proteus. Peningkatan kadar

organism anaerobik disebabkan karena peningkatan kadar ion

hidrogen dalam jaringan yang terjadi bersamaan dengan penurunan

kadar oksigen. 6,8

Tanda awal dari proses pembusukan (putrefaction) yang terjadi

adalah munculnya warna kehijauan pada kulit yang sering ditemukan

pada kuadran bawah abdomen, dan biasanya tampak juga pada

periumbilikus dan bagian abdomen kiri bawah. Hal ini dapat terlihat

36 hingga 72 jam setelah kematian pada suhu sekitar 70oF. Warna

kehijauan disebabkan karena penyebaran bakteri dari caecum yang

kemudian menyebar ke kuadran abdomen lainnya, dada, anggota

gerak, lalu wajah. Pada proses pembusukan ini terbentuk gas-gas

alkana, H2S dan HCN, serta asam amino dan asam lemak.Hasil dari

putrefaction adalah udara, cairan, dan garam. Warna kehijauan ini

disebabkan oleh terbentuknya sulf-met-hemoglobin dimana H2S yang

berasal dari pemecahan protein akan bereaksi dengan Hb, membentuk

Hb-S dan Fe-S. Secara bertahap warna kehijauan ini akan menyebar

ke seluruh perut dan dada, dan bau busuk pun mulai tercium.

Pembuluh darah bawah kulit akan tampak seperti melebar dan

berwarna hijau kehitaman. 6,8

Terdapat dua proses yang mempengaruhi terjadinya pembusukan yaitu

adiposera dan mumifikasi :

Adiposera

Adiposera adalah terbentuknya bahan berwarna keputihan,

lunak, atau berminyak, berbau tengik yang terjadi di dalam jaringan

lunak tubuh paskamati. 6

22

Page 23: 3 Case Forensik 14

Adiposera terutama terdiri dari asam-asam lemak tak jenuh yang

terbentuk dari hidrolisis lemak dan mengalami hidrogenisasi sehingga

terbentuk asam lemak jenuh pasca mati yang tercampur dengan sisa-

sisa otot, jaringan ikat, jaringan saraf yang termumifikasi, dan kristal-

kristal sferis dengan gambaran radial. 6

Adiposera akan membuat gambaran permukaan luar tubuh dapat

bertahan hingga bertahun-tahun, sehingga identifikasi mayat dan

perkiraan sebab kematian masih dapat dimungkinkan. Faktor-faktor

yang mempermudah terbentuknya adiposera adalah kelembapan dan

lemak tubuh yang cukup.6

Mumifikasi

Mumifikasi adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi

jaringan yang cukup cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan yang

selanjutnya dapat menghentikan pembusukan. Jaringan berubah

menjadi keras dan kering, berwarna gelap, berkeriput, dan tidak

membusuk karena kuman tidak dapat berkembang pada lingkungan

yang kering. Mumifikasi terjadi bila suhu hangat, kelembapan rendah,

aliran udara yang baik, tubuh yang dehidrasi dan waktu yang lama.6

Dari hasil pemeriksaaan luar, berupa tanda-tanda kematian

yaitu;

a. Lebam mayat:

terdapat pada punggung kiri kanan, bewarna warna merah

keungunan , sukar hilang pada penekanan

b. Kaku mayat:

Terdapat kaku mayat di rahang, leher, lengan atas dan tungkai

sukar dilawan

c. Pembusukan:

23

Page 24: 3 Case Forensik 14

Tidak ditemukan warna kulit berwarna kehijauan di perut

bagian bawah kanan

Ketiga hal di atas menunjukan bahwa waktu kematian kurang

dari 3 jam sebelum dilakukan pemeriksaan.

6. Medikolegal

Setiap dokter yang diminta untuk melakukan pemeriksaan jenazah

wajib melakukan pemeriksaan sesuai dengan permintaan penyidik dalam

Surat Permintaan Visum et repertum (SPV). Apabila seorang dokter secara

sengaja tidak melakukan pemeriksaan jenazah yang diminta oleh penyidik

dapat dikenakan sanksi pidana penjara selama – lamanya 9 bulan (pada

kasus pidana) dan 6 bulan (pada kasus lainnya) hal ini tertulis berdasarkan

pasal 224 KUHP. Dengan demikian seorang dokter yang mendapatkan

SPV dari penyidik wajib melaksanakan kewajibannya tersebut.6

Setelah dokter menerima SPV dari penyidik, dokter harus segera

melakukan pemeriksaan luar pada jenazah tersebut. Jika pada SPV yang

diminta adalah pemeriksaan bedah jenazah, maka dokter pada kesempatan

pertama hanya perlu melakukan pemeriksaan luar jenazah saja.

Selanjutnya dokter baru boleh melakukan pemeriksaan dalam (otopsi)

setelah keluarga korban datang dan menyatakan kesediannya untuk

dilakukannya otopsi terhadap korban. Penyidik dalam hal ini berkewajiban

untuk menghadirkan keluarga korban dalam 2 x 24 jam sejak mayat

dibawa ke dokter, lewat tenggang waktu tersebut apabila keluarga tidak

ditemukan maka dokter dapat langsung melakukan otopsi tanpa izin dari

keluarga korban (dalam pasal 134 KUHAP).8

Cedera dan kematian akibat trauma

KUHAP 351

24

Page 25: 3 Case Forensik 14

(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana Rp. 4.000,-

(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana enjara paling lama lima tahun

(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama 7 tahun

(4) Dengan penganiayaan disamakan dengan sengaja merusak kesehatan

KUHAP Pasal 352

Penganiayaan ringan adalah penganiayaan yang tidak menimbulkan sakit

atau halangan dalam melakukan pekerjaan

Niat

- Sengaja (dolus)

- Penganiayaan

- Penganiayaan berat

- Pembunuhan

Bisa dilihat dari persiapannya. Misalnya alat yang digunakan : golok, pemukul, tangan kosong

- Lalai (culpa)

- Culpa lata

- Culpa lvis

- Kecelakaan

Hasil

- Luka ringan

- Luka sedang

- Luka berat

- Mati

25

Page 26: 3 Case Forensik 14

Rahasia Kedokteran

Dalam rahasia kedokteran seorang dokter wajib menyimpan rahasia

kedokteran seperti yang telah diatur dalam PP. No. 10 tahun 1966. Dalam

peraturan tersebut tidak dibedakan antara rahasia jabatan kedokteran

ataukah rahasia pekerjaan kedokteran. Tetapi dalam penjelasannya ada

kecenderungan bahwa yang diatur adalah kedua – duanya, karena subjek

delik yang diancam dalam pasal 322 KUHP adalah mereka yang membuka

rahasi pekerjaan maupun rahasia jabatan.

Pada dasarnya rahasia kedokteran harus tetap disimpan walaupun

pasien tersebut telah meninggal. Jadi rahasia itu harus ikut dikubur

bersama pasien. Rahasia kedokteran merupakan hak pribadi pasien yang

tidak diwariskan pada ahli warisnya. Sehingga para ahli waris itu juga

tidak berhak mengetahui rahasi pribadi pasien. Hak ini telah diatur dalam

pasal 170 KUHAP, yang menentukan bahwa mereka yang diwajibkan

meyimpan rahasia pekerjaan atau jabatan dapat minta dibebaskan dari

kewajiban untuk memeberi keterangan sebagai saksi.

Ada beberapa keadaan dimana pemegang rahasia kedokteran dapat

membuka rahasia tersebut tanpa terkena sanksi hukum, hal itu tercantum

dalam beberapa pasal antara lain pasal 48, 50 dan 51 KUHP.

Pasal 48 KUHP

Barang siapa melakukan perbuatan karena pengaruh daya paksa

tidak dipidana.

Pasal 50 KUHP

Barang siapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan

undang – undang tidak dipidana.

Pasal 51 KUHP

26

Page 27: 3 Case Forensik 14

(1) Barang siapa melakukan perbuatan untuk melakukan perintah

jabatan yang diberikan oleh penguasa yang berwenang tidak

dipidana.

(2) Perintah jabatan tanpa wewenang tidak menyebabkan hapusnya

pidana kecuali jika yang diperintah, dengan iktikad baik mengira

bahwa perintah diberikan dengan wewenang dan pelaksanaanya

termasuk dalam lingkungan pekerjaannya.

Tujuan dilakukannya pemeriksaan ini untuk mebuat suatu

hokum menjadi terang. Sesuai dengan pasal 133 KUHAP dan pasal

134 KUHAP.

Pasal 133 KUHAP

(1) Dalam hal ini penyidik untuk kepentingan peradilan

menangani seorang korban baik luka, keracunan, ataupun

mati yang di duga karena peristiwa yang merupakan tindak

pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan

ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau

ahli lainnya.

(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu

disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau

pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau

dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik

dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan

diberi label yang memuat identitas mayat, di lak dengan

diberi cap jabatan yang diletakkan pada ibu jari atau bagian

lain badan mayat.

Pasal 134 KUHAP

27

Page 28: 3 Case Forensik 14

(1) Dalam hal sangat diperukan dimana untuk kepentingan

pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari,

penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada

keluarga korban.

(2) Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan

dengan sejelas – jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu

dilakukan pembedahan tersebut.

(3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun

dari keluarga atau pihak yang perlu diberitahu tidak

ditemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang –

undang ini.

Adapun kegunaan dari pemeriksaan ini sebagai salah satu

alat bukti yang sah, seperti tercantum dalam pasal 184

KUHAP

Pasal 184 KUHAP

(1) Alat bukti yang sah

(2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu

dibuktikan.

Dalam kasus ini hanya dilakukan pemeriksaan luar pada jenazah

karena keluarga korban keberatan untuk dilakukan pemeriksaan

dalam. Hasil pemeriksaan tersebut belum bisa dikeluarkan sebelum

surat dari penyidik keluar.

BAB III

KESIMPULAN

28

Page 29: 3 Case Forensik 14

Kecelakaan adalah serangkaian peristiwa dari kejadian, yang tidak diduga

sebelumnya dan selalu mengakibatkan kerusakan benda, luka, atau kematian.

Kecelakaan lalu lintas ialah setiap kecelakaan kendaraan bermotor yang terjadi di

jalan raya. Kecelakaan dapat menyebabkan cedera akibat trauma yang terjadi

karena kekerasan benda tumpul (blunt force injury) yang dapat bersifat lokal yaitu

hanya mengenai sebagian kecil tubuh dan dapat pula bersifat umum mengenai

sebagian besar atau seluruh tubuh misalnya tergilas mobil.

Tanda pasti kematian adalah lebam mayat (livor mortis), kaku mayat

(rigor mortis), penurunan suhu tubuh (algor mortis), pembusukan, mumifikasi,

dan adiposera.

Pada kasus ini dijumpai enam luka dengan luka yang paling berbahaya

atau merupakan sebab kematian ditemukan pada dahi kanan lima sentimeter dari

garis pertengahan, enam sentimeter diatas alis, terdapat luka menganga, dengan

tepi tidak rata sepanjang lima sentimeter, sudut luka tumpul, ada jembatan

jaringan di dalam garis batas luka, dasar luka jaringan otak, di daerah luar garis

batas luka terdapat memar dan bekuan darah. Luka tersebut diakibatkan

penekanan benda tumpul yang juga menyebabkan patah tulang tengkorak bagian

frontal, temporal, parietal dan occipital sehingga terjadi kerusakan jaringan otak

sebagai organ vital utama pengatur fungsi tubuh manusia.

29