case bari
DESCRIPTION
caseTRANSCRIPT
BAB I
STATUS PENDERITA NEUROLOGI
1.1. Identifikasi
Nama : Tn. D M
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Ds. II Sungai Harapan, Sungai Lumpur, SumSel
Masuk RS Tanggal : 16 April 2016
1.2. Anamnesis
Penderita dirawat di bagian saraf RSUD Palembang BARI karena kejang di
seluruh tubuh.
± 6 hari SMRS penderita mengeluh sulit menelan makan dan minum. ± 5 hari
SMRS rahang penderita seperti terkunci dan tidak dapat digerakkan. ± 4 hari SMRS
penderita mengalami kejang-kejang sebanyak lebih dari 9 kali dengan durasi selama
10 menit setiap kejang, kejang tidak disertai demam. Kejang terjadi saat pasien
batuk. Kejang seluruh tubuh, kaki dan tangan kaku, mata membuka dan menutup.
Kekakuan otot perut disertai nyeri, sakit kepala tidak ada, mual muntah tidak ada.
Buang air besar dan buang air kecil tidak ada kelainan. Penderita sehari-hari biasa
menggunakan tangan kanan untuk beraktivitas. Penderita masih dapat
mengungkapkan isi pikirannya dan mengerti isi pikiran orang lain secara lisan
maupun isyarat.
Riwayat trauma luka luar 1 bulan yang lalu karena kayu pada jari bagian
telunjuk. Riwayat kejang sejak kecil tidak ada. Penderita menyangkal memiliki
riwayat penyakit darah tinggi, kencing manis, dan penyakit jantung.
Penyakit seperti ini diderita untuk yang pertama kalinya.
1.3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dilakukan pada 16 April 2016.
a. Status Praesens
1
Kesadaran : E4M6V5
Gizi : Cukup
Suhu Badan : 36,90C
Nadi : 70 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Tekanan Darah : 170/110 mmHg
Berat Badan : -
Tinggi Badan : -
Status Internus
Jantung : S1-S2 normal, Murmur (-), Gallop (-)
Paru : Vesikuler (+) normal, Ronki (-)/(-), Wheezing (-)/(-)
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Anggota Gerak : lihat status neurologikus
Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan
b. Status Psikis
Sikap : kooperatif
Perhatian : ada
Ekspresi Muka : Risus sardonicus
Kontak Psikis : ada
c. Status Neurologis
1. Kepala
Bentuk : brachiocephali
Ukuran : normocephali
Simetris : simetris
2. Leher
Sikap : lurus, tegang
Torticollis : tidak ada
2
Kaku kuduk : ada
Deformitas : tidak ada
Tumor : tidak ada
Pembuluh darah : tidak ada pelebaran
3. Abdomen
Defans Muscular : ada
4. Syaraf-Syaraf Otak
A. N. Olfaktorius
Kanan Kiri
Penciuman Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Anosmia Tidak ada Tidak ada
Hyposmia Tidak ada Tidak ada
Parosmia Tidak ada Tidak ada
B.
C. N. Optikus
Kanan Kiri
Visus 6/6 6/6
Campus visi
Anopsia Tidak ada Tidak ada
Hemianopsia Tidak ada Tidak ada
Fundus Oculi Kanan Kiri
Papil edema Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Papil atrofi Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Perdarahan retina Tidak diperiksa Tidak diperiksa
3
D. N. Oculomotorius, Trochlearis, dan Abducen
Kanan Kiri
Diplopia Tidak ada Tidak ada
Celah mata Simetris Simetris
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Sikap Bola mata
- Strabismus
- Exophtalmus
- Enophtalmus
- Deviation Conjuge
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Pupil
- Bentuk
- Diameter
Bulat
3 mm
Bulat
3 mm
- Iso/Anisokor Isokor
- Midriasis/Miosis
- Refleks cahaya
Langsung
Konsensuil
Akomodasi
- Argyl Robertson
Tidak ada
Ada
Ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Ada
Ada
Tidak ada
E. N. Trigeminus
Kanan Kiri
Motorik
- Menggigit
- Trismus
- Refleks kornea
Kuat
Ada
Baik
Kuat
Ada
Baik
Sensorik
- Dahi
- Pipi
Baik
Baik
Baik
Baik
4
- Dagu Baik Baik
F. N. Facialis
Kanan Kiri
Motorik
- Mengerut dahi Simetris
- Menutup mata
- Menunjukkan gigi
- Lipat nasolabialis
Lagophtalmus tidak ada
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Lagophtalmus tidak ada
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
- Bentuk muka
Istirahat Risus sardonicus
Bicara/bersiul Risus sardonicus
Sensorik
- 2/3 depan lidah Tidak ada kelainan
Otonom
- Salivasi
- Lakrimasi
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Chovstek’s Sign Tidak ada kelainan
G. N. Cochlearis
Kanan Kiri
- Suara bisikan
- Detik arloji
Terdengar
Terdengar
Terdengar
Terdengar
- Test Weber
- Test Rinner
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
H. N. Vagus dan Glossopharingeous
Kanan Kiri
- Arcus pharynx
- Uvula
- Gangguan menelan
Simetris
Di tengah
Ada
5
- Suara bicara
- Denyut jantung
Belum dapat diperiksa
Normal
- Refleks
Muntah
Batuk
Oculocardic
Sinus caroticus
Tidak dilakukan pemeriksaan
Tidak dilakukan pemeriksaan
Tidak dilakukan pemeriksaan
Tidak dilakukam pemeriksaan
- Sensorik
1/3 belakang lidah Tidak dilakukan pemeriksaan
I. N. Acessorius
Kanan Kiri
- Mengangkat bahu Kuat Kuat
- Memutar kepala Tidak ada kelainan
J. N. Hypoglosus
Kanan Kiri
- Menjulur lidah Belum bisa dinilai
- Fasikulasi
- Atrofi papil
- Disatria
Belum bisa dinilai
Belum bisa dinilai
Belum bisa dinilai
5. Columna Vertebralis
- Kyphosis : tidak ada
- Scoliosis : tidak ada
- Lordosis : tidak ada
- Gibbus : tidak ada
- Deformitas : tidak ada
- Tumor : tidak ada
- Meningocele : tidak ada
- Hematoma : tidak ada
6
- Nyeri ketok : tidak ada
7
6. Badan dan Anggota Gerak
A. Motorik
Lengan Kanan Kiri
Gerakan Cukup Cukup
Kekuatan 5 5
Tonus Meningkat Meningkat
Refleks Fisiologis
- Biceps
- Triceps
- Periost radius
- Periost ulna
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Refleks Patologis
- Hoffman Tromner Negatif
Tungkai Kanan Kiri
Gerakan Cukup Cukup
Kekuatan 5 5
Tonus Meningkat Meningkat
Klonus
- Paha
- Kaki
Refleks Fisiologis
- KPR
- APR
Refleks Patologis
- Babinsky
- Chaddock
- Oppenheim
- Gordon
- Schaffer
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
8
- Rossolimo
- Mendel Bechtreyev
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Refleks Kulit Perut
- Atas
- Tengah
- Bawah
- Tropik
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
B. Sensorik
Tidak terdapat gangguan sensorik
GAMBAR
7. Gejala Rangsang Meningeal
9
Kanan Kiri
- Kaku kuduk Ada
- Kernig
- Lassergue
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
- Brudzinsky
Neck
Cheek
Symphysis
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
- Leg I Tidak ada Tidak ada
- Leg II Tidak ada Tidak ada
8. Gait dan Keseimbangan
Gait
- Ataxia : tidak diperiksa
- Hemiplegic : tidak diperiksa
- Scissor : tidak diperiksa
- Propulsion : tidak diperiksa
- Histeric : tidak diperiksa
- Limping : tidak diperiksa
- Steppage : tidak diperiksa
- Astasia-abasia : tidak diperiksa
Keseimbangan
- Romberg : tidak diperiksa
- Dysmetri : tidak diperiksa
Jari-jari : tidak diperiksa
Jari-hidung : tidak diperiksa
Tumit-tumit : tidak diperiksa
Dysdiadochokinesis : tidak diperiksa
Trunk ataxia : tidak diperiksa
Limb ataxia : tidak diperiksa
10
9. Gerakan Abnormal
- Tremor : tidak ada
- Chorea : tidak ada
- Athetosis : tidak ada
- Ballismus : tidak ada
- Dystoni : tidak ada
- Myoclonic : tidak ada
10. Fungsi Vegetatif
- Miksi : tidak ada kelainan
- Defekasi : tidak ada kelainan
- Ereksi : tidak dilakukan pemeriksaan
11. Fungsi Luhur
- Afasia motorik : tidak ada kelainan
- Afasia sensorik : tidak ada kelainan
- Afasia nominal : tidak ada kelainan
- Apraksia : tidak ada kelainan
- Agrafia : tidak ada kelainan
- Alexia : tidak ada kelainan
1.4. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1. Darah
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMALHb 9,6 g/dl 12 – 14Leukosit 4.300 /ul 5000 - 10000Trombosit 343.000 /ul 150.000 - 400.000Hematokrit 33 % 40 – 48Hitung jenisBasofilEosinofilBatangSegmen
03260
%%%%
0 - 11 - 32 - 6
50 - 70
11
LimfositMonosit
287
%%
20 - 402 – 8
Glukosa Sewaktu 103 mg/dl < 180Na 143 mmol/dl 135 – 155K 4,01 mmol/dl 3,6-6,5
2. Urine
Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Faeces
Tidak dilakukan pemeriksaan
b. Liquor Cerebro Spinal
Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Pemeriksaan Khusus
- Rontgen foto cranium : tidak dilakukan pemeriksaan
- Rontgen foto thoraks : tidak dilakukan pemeriksaan
- Rontgen foto columna vertebralis : tidak dilakukan pemeriksaan
- Electroencephalography : tidak dilakukan pemeriksaan
- Arteriography : tidak dilakukan pemeriksaan
- Electrocardiography : sinus rythm
- Pneumography : tidak dilakukan pemeriksaan
- Lain-lain : -
1.5. Ringkasan
a. Anamnesis
Penderita dirawat di bagian saraf RSUD Palembang BARI karena kejang di
seluruh tubuh.
± 4 hari SMRS penderita mengalami kejang-kejang sebanyak lebih dari 9
kali dengan durasi selama 10 menit setiap kejang, kejang tidak disertai demam.
Kejang terjadi saat pasien batuk. Kejang seluruh tubuh, kaki dan tangan kaku, mata
12
membuka dan menutup, dan buih keluar dari mulut penderita. Sulit menelan ada
disertai sulit membuka mulut. Wajah terlihat menyeringai, kekakuan otot perut
disertai nyeri, sakit kepala tidak ada, mual muntah tidak ada. Buang air besar dan
buang air kecil tidak ada kelainan.
Riwayat trauma disangkal, riwayat terluka 1 bulan yang lalu karena kayu
pada jari bagian telunjuk. Riwayat kejang sejak kecil tidak ada.
Penyakit seperti ini diderita untuk yang pertama kalinya.
b. Pemeriksaan :
Status Generalis
Kesadaran : E4M6V5
Gizi : Cukup
Suhu Badan : 36,9 0C
Nadi : 70 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Tekanan Darah : 170/110 mmHg
Status Neurologicus
- Leher : lurus, tegang, kaku kuduk (+)
- Nn. Cranialis :
a. N. Trigeminus
Trismus : (+)/(+)
b. N. Facialis
Bentuk muka : Risus sardonicus
Fungsi Motorik
Lengan Kanan KiriGerakan Cukup CukupKekuatan 5 5Tonus Meningkat MeningkatRefleks Fisiologis- Biceps- Triceps
NormalNormal
NormalNormal
13
- Periost radius- Periost ulna
NormalNormal
NormalNormal
Refleks Patologis- Hoffman Tromner Negatif
Tungkai Kanan KiriGerakan Cukup CukupKekuatan 5 5Tonus Meningkat MeningkatKlonus- Paha- KakiRefleks Fisiologis- KPR- APRRefleks Patologis- Babinsky- Chaddock- Oppenheim- Gordon- Schaffer- Rossolimo- Mendel Bechtreyev
Tidak adaTidak ada
NormalNormal
Tidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak ada
Tidak adaTidak ada
NormalNormal
Tidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak ada
Refleks Kulit Perut- Atas- Tengah- Bawah- Tropik
Tidak ada kelainanTidak ada kelainanTidak ada kelainanTidak ada kelainan
Fungsi Sensorik : tidak ada kelainan
Gejala Rangsang Meningeal : kaku kuduk (+)
Fungsi Gait dan Keseimbangan : belum dapat dinilai
Gerakan Abnormal : tidak ada
Fungsi Vegetatif : tidak ada kelainan
Fungsi Luhur : tidak ada kelainan
1.6. Diagnosa Klinik
Generalized Tetanus
14
1.7. Diagnosa Topik
Neuromuscular Transmission
1.8. Diagnosa Etiologi
Infeksi Clostridium tetanii
1.9. Pengobatan
a. Perawatan
- Bedrest.
- Diet cair cukup kalori dan protein melalui NGT.
- Isolasi untuk menghindari rangsangan luar.
b. Medikamentosa
- IVFD D5 gtt XX/menit.
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr IV (skin test terlebih dahulu)
- IVFD Metronidazole fls 4 x 500 mg
- Inj. Tetagram 1 x 6 ampul (3 hari)
- Inj. Diazepam ½ ampul / 4 jam
- Neurodex 1 x 1 tab
1.10. Prognosa
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
1.11. Diskusi
DIAGNOSIS BANDING KLINIS
Penyakit Gambaran Differential Temuan Kasus
INFEKSI
Meningoencephalitis Demam, trismus (-),
sensorium depresi
Demam (-), trismus (+),
sensorium compos mentis
Jadi, kemungkinan meningoencephalitis sudah dapat disingkirkan.
Polio Trismus (-), paralise tipe Trismus (+), paralise tipe spastik
15
flacid
Jadi, kemungkinan polio sudah dapat disingkirkan
Rabies Gigitan binatang,
trismus tidak ada,
oropharyngeal spasme
(+)
Gigitan anjing (-), trismus (+),
oropharyngeal spasme (+)
Jadi, kemungkinan rabies sudah dapat disingkirkan
Lesi Oropharyngeal Hanya lokal, rigiditas
seluruh tubuh atau
spasme tidak ada
Rigiditas seluruh tubuh (+),
spasme (+)
Jadi, kemungkinan lesi oropharyngeal sudah dapat disingkirkan.
Peritonitis Trismus atau spasme
seluruh tubuh (-)
Trismus atau spasme seluruh
tubuh (+)
Jadi, kemungkinan peritonitis sudah dapat disingkirkan.
PENYAKIT CNS
Status Epilepticus Sensorium depresi Sensorium compos mentis
Jadi, kemungkinan status epilepticus sudah dapat disingkirkan
KELAINAN PSYCHIATRIC
Hysteria Trismus inkonstan,
relaksasi komplet
diantara spasm
Trismus konstan, tidak ada
relaksasi diantara spasm
Jadi, kemungkinan Hysteria sudah dapat disingkirkan.
TETANUS - Kejang bertambah
berat 3 hari pertama
menetap 5 – 7 hari,
setelah 10 hari
frekuensi kejang
berkurang, setelah 2
- Kejang menetap sampai hari
ke 4
- Kesulitan menelan,
ketegangan otot leher,
trismus (+)
- Kaku kuduk (+)
16
minggu kejang mulai
hilang.
- Didahului dengan
ketegangan otot
rahang dan leher,
kemudian trismus.
- Ada kaku kuduk
- Risus sardonicus
- Badan kaku dengan
opistotonus
- Eksistensi, lengan
kaku dan mengepal,
biasanya kesadaran
tetap baik.
- Dapat terjadi asfiksia,
sianosis, dan retensi
urin
- Risus sardonicus (+)
- Defans muscular (+)
- Kesadaran baik
Jadi, diagnosis Tetanus belum dapat disingkirkan.
1.12. Follow Up
A. Tanggal : 19 April 2016
Keluhan : Badan terasa pegal, sakit tenggorokan, dan batuk berdahak.
Status Generalis :
- GCS : E4M6V5
- TD : 120/70 mmHg
- PR : 82 x/menit
- RR : 21 x/menit
- T : 36,7 oC
Status Neurologis :
Nn. Cranialis :
- N. Trigeminus: Trismus : (+)/(+)
17
- N. Facialis : Bentuk muka : Risus sardonicus
Fungsi Motorik :LKa LKi TKa TKi
Gerakan :cukup cukup cukup cukup
Kekuatan :5 5 5 5
Tonus :↑ ↑ ↑ ↑
Klonus :
Paha : tidak ada tidak ada
Kaki : tidak ada tidak ada
Refleks Fisisologis :
Biseps :normal normal
Triseps :normal normal
Periost radius :normal normal
Periost ulna :normal normal
KPR : normal normal
APR : normal normal
Refleks Patologi:
- Babinsky (-) (-)
- Chaddock (-) (-)
- Openheim (-) (-)
- Gordon (-) (-)
- Shcaffer (-) (-)
Fungsi Sensorik : tidak ada kelainan
Fungsi Luhur : tidak ada kelainan
Fungsi Vegetatif : tidak ada kelainan
Fungsi Gait dan keseimbangan: belum bisa dinilai
Gerakan Abnormal : tidak ada
GRM : tidak ada kelainan
DK : Generalized Tetanus
DT : Neuromuscular Transmission
DE : Infeksi Clostridium tetanii
Rencana Terapi :
18
- IVFD D5 gtt XX/menit.
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr IV
- IVFD Metronidazole fls 4 x 500 mg
- Inj. Tetagram 1 x 6 ampul (3 hari Selesai)
- Inj. Diazepam ½ ampul / 4 jam
- Neurodex 1 x 1 tab
- NGT (+)
B. Tanggal : 20 April 2016
Keluhan : Pegal di pinggang dan batuk berdahak.
Status Generalis :
- GCS : E4M6V5
- TD : 110/70 mmHg
- PR : 79 x/menit
- RR : 20 x/menit
- T : 36,5 oC
Status Neurologis :
Nn. Cranialis :
- N. Trigeminus: Trismus : (+)/(+)
- N. Facialis : Bentuk muka : Risus sardonicus
Fungsi Motorik :LKa LKi TKa TKi
Gerakan :cukup cukup cukup cukup
Kekuatan :5 5 5 5
Tonus :↑ ↑ ↑ ↑
Klonus :
Paha : tidak ada tidak ada
Kaki : tidak ada tidak ada
Refleks Fisisologis :
Biseps :normal normal
Triseps :normal normal
Periost radius :normal normal
19
Periost ulna :normal normal
KPR : normal normal
APR : normal normal
Refleks Patologi:
- Babinsky (-) (-)
- Chaddock (-) (-)
- Openheim (-) (-)
- Gordon (-) (-)
- Shcaffer (-) (-)
Fungsi Sensorik : tidak ada kelainan
Fungsi Luhur : tidak ada kelainan
Fungsi Vegetatif : tidak ada kelainan
Fungsi Gait dan keseimbangan: belum bisa dinilai
Gerakan Abnormal : tidak ada
GRM : tidak ada kelainan
DK : Generalized Tetanus
DT : Neuromuscular Transmission
DE : Infeksi Clostridium tetanii
Rencana Terapi :
- IVFD D5 gtt XX/menit.
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr IV
- IVFD Metronidazole fls 4 x 500 mg
- Inj. Diazepam ½ ampul / 4 jam
- Inj. Ranitidine 2 x 1 ampul IV
- Neurodex 1 x 1 tab
- NGT (+)
C. Tanggal : 21 April 2016
Keluhan : Badan terasa pegal dan batuk berdahak.
Status Generalis :
20
- GCS : E4M6V5
- TD : 110/90 mmHg
- PR : 81 x/menit
- RR : 20 x/menit
- T : 36,4 oC
Status Neurologis :
Nn. Cranialis :
- N. Trigeminus: Trismus : (+)/(+)
- N. Facialis : Bentuk muka : Risus sardonicus
Fungsi Motorik :LKa LKi TKa TKi
Gerakan :cukup cukup cukup cukup
Kekuatan :5 5 5 5
Tonus :↑ ↑ ↑ ↑
Klonus :
Paha : tidak ada tidak ada
Kaki : tidak ada tidak ada
Refleks Fisisologis :
Biseps :normal normal
Triseps :normal normal
Periost radius :normal normal
Periost ulna :normal normal
KPR : normal normal
APR : normal normal
Refleks Patologi:
- Babinsky (-) (-)
- Chaddock (-) (-)
- Openheim (-) (-)
- Gordon (-) (-)
- Shcaffer (-) (-)
Fungsi Sensorik : tidak ada kelainan
Fungsi Luhur : tidak ada kelainan
21
Fungsi Vegetatif : tidak ada kelainan
Fungsi Gait dan keseimbangan: belum bisa dinilai
Gerakan Abnormal : tidak ada
GRM : tidak ada kelainan
DK : Generalized Tetanus
DT : Neuromuscular Transmission
DE : Infeksi Clostridium tetanii
Rencana Terapi :
- IVFD D5 gtt XX/menit.
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr IV
- IVFD Metronidazole fls 4 x 500 mg
- Inj. Diazepam ½ ampul / 4 jam
- Inj. Ranitidine 2 x 1 ampul IV
- Neurodex 1 x 1 tab
- NGT (+)
D. Tanggal : 22 April 2016
Keluhan : Batuk.
Status Generalis :
- GCS : E4M6V5
- TD : 110/80 mmHg
- PR : 84 x/menit
- RR : 21 x/menit
- T : 36,4 oC
Status Neurologis :
Nn. Cranialis :
- N. Trigeminus: Trismus : (+)/(+)
- N. Facialis : Bentuk muka : Risus sardonicus
Fungsi Motorik :LKa LKi TKa TKi
Gerakan :cukup cukup cukup cukup
Kekuatan :5 5 5 5
22
Tonus :eutoni eutoni ↑ ↑
Klonus :
Paha : tidak ada tidak ada
Kaki : tidak ada tidak ada
Refleks Fisisologis :
Biseps :normal normal
Triseps :normal normal
Periost radius :normal normal
Periost ulna :normal normal
KPR : normal normal
APR : normal normal
Refleks Patologi:
- Babinsky (-) (-)
- Chaddock (-) (-)
- Openheim (-) (-)
- Gordon (-) (-)
- Shcaffer (-) (-)
Fungsi Sensorik : tidak ada kelainan
Fungsi Luhur : tidak ada kelainan
Fungsi Vegetatif : tidak ada kelainan
Fungsi Gait dan keseimbangan: belum bisa dinilai
Gerakan Abnormal : tidak ada
GRM : tidak ada kelainan
DK : Generalized Tetanus
DT : Neuromuscular Transmission
DE : Infeksi Clostridium tetanii
Rencana Terapi :
- IVFD D5 gtt XX/menit.
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr IV
- IVFD Metronidazole fls 4 x 500 mg
- Inj. Diazepam ½ ampul / 4 jam
23
- Inj. Ranitidine 2 x 1 ampul IV
- Neurodex 1 x 1 tab
- NGT (+)
E. Tanggal : 23 April 2016
Keluhan : Batuk berdahak.
Status Generalis :
- GCS : E4M6V5
- TD : 110/80 mmHg
- PR : 81 x/menit
- RR : 21 x/menit
- T : 36,8 oC
Status Neurologis :
Nn. Cranialis :
- N. Trigeminus: Trismus : berkurang, bisa buka mulut ± 3 jari
Fungsi Motorik :LKa LKi TKa TKi
Gerakan :cukup cukup cukup cukup
Kekuatan :5 5 5 5
Tonus :↑ ↑ ↑ ↑
Klonus :
Paha : tidak ada tidak ada
Kaki : tidak ada tidak ada
Refleks Fisisologis :
Biseps :normal normal
Triseps :normal normal
Periost radius :normal normal
Periost ulna :normal normal
KPR : normal normal
APR : normal normal
Refleks Patologi:
- Babinsky (-) (-)
24
- Chaddock (-) (-)
- Openheim (-) (-)
- Gordon (-) (-)
- Shcaffer (-) (-)
Fungsi Sensorik : tidak ada kelainan
Fungsi Luhur : tidak ada kelainan
Fungsi Vegetatif : tidak ada kelainan
Fungsi Gait dan keseimbangan: belum bisa dinilai
Gerakan Abnormal : tidak ada
GRM : tidak ada kelainan
DK : Generalized Tetanus
DT : Neuromuscular Transmission
DE : Infeksi Clostridium tetanii
Rencana Terapi :
- IVFD D5 gtt XX/menit.
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr IV
- IVFD Metronidazole fls 4 x 500 mg
- Inj. Diazepam ½ ampul / 4 jam
- Inj. Ranitidine 2 x 1 ampul IV
- Neurodex 1 x 1 tab
- Ambroxol 3 x 1C
- NGT (+)
F. Tanggal : 24 April 2016
Keluhan : Batuk berdahak.
Status Generalis :
- GCS : E4M6V5
- TD : 100/70 mmHg
- PR : 82 x/menit
- RR : 21 x/menit
- T : 36,7 oC
25
Status Neurologis :
Nn. Cranialis :
- N. Trigeminus: Trismus : berkurang, bisa buka mulut± 3 jari
Fungsi Motorik :LKa LKi TKa TKi
Gerakan :cukup cukup cukup cukup
Kekuatan :5 5 5 5
Tonus :↑ ↑ ↑ ↑
Klonus :
Paha : tidak ada tidak ada
Kaki : tidak ada tidak ada
Refleks Fisisologis :
Biseps :normal normal
Triseps :normal normal
Periost radius :normal normal
Periost ulna :normal normal
KPR : normal normal
APR : normal normal
Refleks Patologi:
- Babinsky (-) (-)
- Chaddock (-) (-)
- Openheim (-) (-)
- Gordon (-) (-)
- Shcaffer (-) (-)
Fungsi Sensorik : tidak ada kelainan
Fungsi Luhur : tidak ada kelainan
Fungsi Vegetatif : tidak ada kelainan
Fungsi Gait dan keseimbangan: belum bisa dinilai
Gerakan Abnormal : tidak ada
GRM : tidak ada kelainan
DK : Generalized Tetanus
DT : Neuromuscular Transmission
26
DE : Infeksi Clostridium tetanii
Rencana Terapi :
- IVFD D5 gtt XX/menit.
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr IV
- IVFD Metronidazole fls 4 x 500 mg
- Inj. Diazepam ½ ampul / 4 jam
- Inj. Ranitidine 2 x 1 ampul IV
- Neurodex 1 x 1 tab
- NGT (-) diet bubur
G. Tanggal : 25 April 2016
Keluhan : Batuk berdahak.
Status Generalis :
- GCS : E4M6V5
- TD : 110/80 mmHg
- PR : 79 x/menit
- RR : 21 x/menit
- T : 36,4 oC
Status Neurologis :
Nn. Cranialis :
- N. Trigeminus: Trismus berkurang, bisa buka mulut ± 3 jari
Fungsi Motorik :LKa LKi TKa TKi
Gerakan :cukup cukup cukup cukup
Kekuatan :5 5 5 5
Tonus :↑ ↑ ↑ ↑
Klonus :
Paha : tidak ada tidak ada
Kaki : tidak ada tidak ada
Refleks Fisisologis :
Biseps :normal normal
Triseps :normal normal
27
Periost radius :normal normal
Periost ulna :normal normal
KPR : normal normal
APR : normal normal
Refleks Patologi:
- Babinsky (-) (-)
- Chaddock (-) (-)
- Openheim (-) (-)
- Gordon (-) (-)
- Shcaffer (-) (-)
Fungsi Sensorik : tidak ada kelainan
Fungsi Luhur : tidak ada kelainan
Fungsi Vegetatif : tidak ada kelainan
Fungsi Gait dan keseimbangan: belum bisa dinilai
Gerakan Abnormal : tidak ada
GRM : tidak ada kelainan
DK : Generalized Tetanus
DT : Neuromuscular Transmission
DE : Infeksi Clostridium tetanii
Rencana Terapi :
- IVFD D5 gtt XX/menit.
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr IV
- IVFD Metronidazole fls 4 x 500 mg Metronidazole tab 4 x 500 mg
- Inj. Diazepam 4 x ½ ampul IV
- Inj. Ranitidine 2 x 1 ampul IV
- Neurodex 1 x 1 tab
- Ambroxol 3 x 1C
H. Tanggal : 26 April 2016
Keluhan : Batuk berdahak.
Status Generalis :
28
- GCS : E4M6V5
- TD : 120/90 mmHg
- PR : 78 x/menit
- RR : 21 x/menit
- T : 36,7 oC
Status Neurologis :
Nn. Cranialis :
- N. Trigeminus: Trismus berkurang, bisa buka mulut ± 3 jari
Fungsi Motorik :LKa LKi TKa TKi
Gerakan :cukup cukup cukup cukup
Kekuatan :5 5 5 5
Tonus :↑ ↑ ↑ ↑
Klonus :
Paha : tidak ada tidak ada
Kaki : tidak ada tidak ada
Refleks Fisisologis :
Biseps :normal normal
Triseps :normal normal
Periost radius :normal normal
Periost ulna :normal normal
KPR : normal normal
APR : normal normal
Refleks Patologi:
- Babinsky (-) (-)
- Chaddock (-) (-)
- Openheim (-) (-)
- Gordon (-) (-)
- Shcaffer (-) (-)
Fungsi Sensorik : tidak ada kelainan
Fungsi Luhur : tidak ada kelainan
Fungsi Vegetatif : tidak ada kelainan
29
Fungsi Gait dan keseimbangan: belum bisa dinilai
Gerakan Abnormal : tidak ada
GRM : tidak ada kelainan
DK : Generalized Tetanus
DT : Neuromuscular Transmission
DE : Infeksi Clostridium tetanii
Rencana Terapi :
- IVFD D5 gtt XX/menit.
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr IV
- Metronidazole tab 4 x 500 mg
- Inj. Diazepam 4 x ½ ampul
- Inj. Ranitidine 2 x 1 ampul IV
- Neurodex 1 x 1 tab
- Ambroxol 3 x 1C
- Diet nasi
- Mobilisasi duduk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
30
2.1. Definisi Tetanus
Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin
yang dihasilkan oleh Clostridium tetani ditandai dengan spasme otot yang
periodik dan berat 1.
Tetanus ini biasanya akut dan menimbulkan paralitik spastik yang
disebabkan tetanospasmin. Tetanospamin merupakan neurotoksin yang
diproduksi oleh Clostridium tetani 2,3.
Tetanus disebut juga dengan "Seven day Disease". Pada tahun 1890,
diketemukan toksin seperti strichnine, kemudian dikenal dengan
tetanospasmin, yang diisolasi dari tanah anaerob yang mengandung bakteri.
lmunisasi dengan mengaktivasi derivat tersebut menghasilkan pencegahan dari
tetanus 4.
Spora Clostridium tetani biasanya masuk kedalam tubuh melalui luka
pada kulit oleh karena terpotong, tertusuk ataupun luka bakar serta pada infeksi
tali pusat (Tetanus Neonatorum) 4,5,6,7,8,9.
2.2. Etiologi
Tetanus disebabkan oleh bakteri gram positif; Clostridium tetani. Bakteri
ini berspora, dijumpai pada tinja binatang terutama kuda, juga bisa pada
manusia dan juga pada tanah yang terkontaminasi dengan tinja binatang
tersebut. Spora ini bisa tahan beberapa bulan bahkan beberapa tahun, jika ia
menginfeksi luka seseorang atau bersamaan dengan benda daging atau bakteri
lain, ia akan memasuki tubuh penderita tersebut, lalu mengeluarkan toksin
yang bernama tetanospasmin 5.
Pada negara belum berkembang, tetanus sering dijumpai pada neonatus, bakteri
masuk melalui tali pusat sewaktu persalinan yang tidak baik, tetanus ini dikenal
dengan nama tetanus neonatorum 5,10,11.
2.3. Patogenesis
Tetanospasmin adalah toksin yang menyebabkan spasme, bekerja pada
beberapa level dari susunan syaraf pusat, dengan cara:
31
a. Tobin menghalangi neuromuscular transmission dengan cara menghambat
pelepasan acethyl-choline dari terminal nerve di otot.
b. Karekteristik spasme dari tetanus (seperti strichmine) terjadi karena toksin
mengganggu fungsi dari refleks synaptik di spinal cord.
c. Kejang pada tetanus, mungkin disebabkan pengikatan dari toksin oleh
cerebral ganglioside.
d. Beberapa penderita mengalami gangguan dari Autonomik Nervous System
(ANS) dengan gejala: berkeringat, hipertensi yang fluktuasi, periodisiti
takikhardia, aritmia jantung, peninggian cathecholamine dalam urine 5,8,12.
Kerja dari tetanospamin analog dengan strychninee, dimana ia
mengintervensi fungsi dari arcus refleks yaitu dengan cara menekan neuron
spinal dan menginhibisi terhadap batang otak 5.
Timbulnya kegagalan mekanisme inhibisi yang normal, yang
menyebabkan meningkatnya aktifitas dari neuron yang mensarafi otot masetter
sehingga terjadi trismus. Oleh karena otot masetter adalah otot yang paling
sensitif terhadap toksin tetanus tersebut. Stimuli terhadap afferen tidak hanya
menimbulkan kontraksi yang kuat, tetapi juga dihilangkannya kontraksi agonis
dan antagonis sehingga timbul spasme otot yang khas. Ada dua hipotesis
tentang cara bekerjanya toksin, yaitu 1:
1. Toksin diabsorbsi pada ujung syaraf motorik dari melalui sumbu silindris
dibawa ke kornu anterior susunan syaraf pusat.
2. Toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk kedalam sirkulasi darah
arteri kemudian masuk ke dalam susunan syaraf pusat.
2.4. Patologi
Toksin tetanospamin menyebar dari saraf perifer secara ascending
bermigrasi secara sentripetal atau secara retrogard mencapai CNS. Penjalaran
terjadi didalam axis silinder dari sarung parineural. Teori terbaru berpendapat
bahwa toksin juga menyebar secara luas melalui darah (hematogen) dan
jaringan/sistem lymphatic 5.
32
2.5. Gejala Klinis
Masa inkubasi 5-14 hari, tetapi bisa lebih pendek (1 hari atau lebih lama
3 atau beberapa minggu) 8.
Ada tiga bentuk tetanus yang dikenal secara klinis, yakni 5:
1. Localited Tetanus (Tetanus Lokal)
2. Cephalic Tetanus
3. Generalized Tetanus (Tetanus Umum)
4. Selain itu ada lagi pembagian berupa neonatal tetanus 4,11,13.
Karekteristik dari tetanus sebagai berikut 1,12,13.
33
1. Kejang bertambah berat selama 3 hari pertama, dan menetap selama 5 -7
hari.
2. Setelah 10 hari kejang mulai berkurang frekwensinya
3. Setelah 2 minggu kejang mulai hilang.
4. Biasanya didahului dengan ketegangaan otot terutama pada rahang dari
leher. Kemudian timbul kesukaran membuka mulut (trismus, lockjaw)
karena spasme Otot masetter.
5. Kejang otot berlanjut ke kaku kuduk (opistotonus, nuchal rigidity)
6. Risus sardonicus karena spasme otot muka dengan gambaran alis tertarik
keatas, sudut mulut tertarik keluar dan ke bawah, bibir tertekan kuat .
7. Gambaran Umum yang khas berupa badan kaku dengan opistotonus,
tungkai dengan eksistensi, lengan kaku dengan mengepal, biasanya
kesadaran tetap baik.
8. Karena kontraksi otot yang sangat kuat, dapat terjadi asfiksia dan sianosis,
retensi urin, bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis (pada anak).
a. Tetanus Lokal (Lokalited Tetanus)
Pada lokal tetanus dijumpai adanya kontraksi otot yang persisten, pada
daerah tempat dimana luka terjadi (agonis, antagonis, dan fixator). Hal
inilah merupakan tanda dari tetanus lokal. Kontraksi otot tersebut biasanya
ringan, bisa bertahan dalam beberapa bulan tanpa progresif dan biasanya
menghilang secara bertahap 1.
Lokal tetanus ini bisa berlanjut menjadi generalized tetanus, tetapi
dalam bentuk yang ringan dan jarang menimbulkan kematian. Bisajuga
lokal tetanus ini dijumpai sebagai prodromal dari klasik tetanus atau
dijumpai secara terpisah. Hal ini terutama dijumpai sesudah pemberian
profilaksis antitoksin 5.
b. Cephalic tetanus
Cephalic tetanus adalah bentuk yang jarang dari tetanus. Masa
inkubasi berkisar 1 –2 hari, yang berasal dari otitis media kronik (seperti
34
dilaporkan di India), luka pada daerah muka dan kepala, termasuk adanya
benda asing dalam rongga hidung 12.
c. Generalized Tetanus
Bentuk ini yang paling banyak dikenal. Sering menyebabkan
komplikasi yang tidak dikenal beberapa tetanus lokal oleh karena gejala
timbul secara diam-diam. Trismus merupakan gejala utama yang sering
dijumpai (50 %), yang disebabkan oleh kekakuan otot-otot masseter,
bersamaan dengan kekakuan otot leher yang menyebabkan terjadinya kaku
kuduk dan kesulitan menelan. Gejala lain berupa Risus Sardonicus
(sardonic grin) yakni spasme otot-otot muka, opistotonus (kekakuan otot
punggung), kejang dinding perut. Spasme dari laring dan otot-otot
pernafasan bisa menimbulkan sumbatan saluran nafas, sianosis asfiksia.
Bisa terjadi disuria dan retensi urine, kompressi fraktur dan pendarahan
didalam otot. Kenaikan temperatur biasanya hanya sedikit, tetapi begitupun
bisa mencapai 40 0C. Bila dijumpai hipertermi ataupun hipotermi, tekanan
darah tidak stabil dan dijumpai takhikardia, penderita biasanya meninggal.
Diagnosa ditegakkan hanya berdasarkan gejala klinis 1.
d. Neotal tetanus
Biasanya disebabkan infeksi C. tetani, yang masuk melalui tali pusat
sewaktu proses pertolongan persalinan. Spora yang masuk disebabkan oleh
proses pertolongan persalinan yang tidak steril, baik oleh penggunaan alat
yang telah terkontaminasi spora C.tetani, maupun penggunaan obat-obatan
untuk tali pusat yang telah terkontaminasi 1.
Kebiasaan menggunakan alat pertolongan persalinan dan obat
tradisional yang tidak steril,merupakan faktor yang utama dalam terjadinya
neonatal tetanus 9,10.
2.6. Diagnosis
Diagnosis tetanus dapat diketahui dari pemeriksaan fisik pasien sewaktu
istirahat, berupa :
35
1. Gejala klinik : Kejang tetani, trismus, dysphagia, risus sardonicus (sardonic
smile).
2. Adanya luka yang mendahuluinya. Luka adakalanya sudah dilupakan.
3. Kultur: C. tetani (+).
4. Lab : SGOT, CPK meninggi serta dijumpai myoglobinuria 5.
2.7. Diagnosis Banding
Untuk membedakan diagnosis banding dari tetanus, tidak akan sukar
sekali dijumpai dari pemeriksaan fisik, laboratorium test (dimana cairan
serebrospinal normal dan pemeriksaan darah rutin normal atau sedikit
meninggi, sedangkan SGOT, CPK dan SERUM aldolase sedikit meninggi
karena kekakuan otot-otot tubuh), serta riwayat imunisasi, kekakuan otot-otot
tubuh), risus sardinicus dan kesadaran yang tetap normal 13.
Berikut ini tabel yang memperlihatkan diagnosis banding Tetanus 13:
Penyakit Gambaran Differential
Meningoencephalitis Demam, trismus (-), sensorium depresi
Polio Trismus (-), paralise tipe flacid
Rabies Gigitan binatang, trismus tidak ada,
oropharyngeal spasme (+)
Lesi Oropharyngeal Hanya lokal, rigiditas seluruh tubuh atau spasme
tidak ada
Peritonitis Trismus atau spasme seluruh tubuh (-)
Hysteria Trismus inkonstan, relaksasi komplet diantara
spasm
2.8. Prognosis
Prognosis tetanus diklasifikasikan dari tingkat keganasannya, dimana 1,2:
1. Ringan; bila tidak adanya kejang umum (generalized spasm)
2. Sedang; bila sekali muncul kejang umum
3. Berat; bila kejang umum yang berat sering terjadi.
36
Masa inkubasi neonatal tetanus berkisar antara 3 -14 hari, tetapi bisa
lebih pendek atau pun lebih panjang. Berat ringannya penyakit juga tergantung
pada lamanya masa inkubasi, makin pendek masa inkubasi biasanya prognosa
makin jelek 1,2.
Prognosa tetanus neonatal jelek bila:
1. Umur bayi kurang dari 7 hari
2. Masa inkubasi 7 hari atau kurang
3. Periode timbulnya gejala kurang dari 18 ,jam
4. Dijumpai muscular spasm 1,6,8,10,12,13.
Case Fatality Rate (CFR) tetanus berkisar 44-55%, sedangkan tetanus
neonatorum > 60% 1,2.
2.9. Komplikasi
Komplikasi pada tetanus yaang sering dijumpai: laringospasm, kekakuan
otot-otot pematasan atau terjadinya akumulasi sekresi berupa pneumonia dan
atelektase serta kompressi fraktur vertebra dan laserasi lidah akibat kejang.
Selain itu bisa terjadi rhabdomyolisis dan renal failure 11,13.
2.10. Penatalaksanaan
2.10.1. Umum
Tujuan terapi ini berupa mengeliminasi kuman tetani, menetralisirkan
peredaran toksin, mencegah spasme otot dan memberikan bantuan pemafasan
sampai pulih. Dan tujuan tersebut dapat diperinci sebagai berikut 1,8,10:
1. Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya, berupa
membersihkan luka, irigasi luka, debridement luka (eksisi jaringan
nekrotik), membuang benda asing dalam luka serta kompres dengan
H202 ,dalam hal ini penata laksanaan, terhadap luka tersebut dilakukan
1-2 jam setelah ATS dan pemberian antibiotika. Sekitar luka disuntik
ATS.
37
2. Diet cukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung kemampuan
membuka mulut dan menelan. Bila ada trismus, makanan dapat
diberikan personde atau parenteral.
3. Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan
terhadap penderita
4. Oksigen, pernafasan buatan dan trachcostomi bila perlu.
5. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
2.10.2. Obat- obatan
1. Antibiotika :
Diberikan parenteral Peniciline 1,2 juta unit / hari selama 10 hari,
IM. Sedangkan tetanus pada anak dapat diberikan Peniciline dosis
50.000 Unit / KgBB/ 12 jam secafa IM diberikan selama 7-10 hari. Bila
sensitif terhadap peniciline, obat dapat diganti dengan preparat lain
seperti tetrasiklin dosis 30-40 mg/kgBB/24 jam, tetapi dosis tidak
melebihi 2 gram dan diberikan dalam dosis terbagi (4 dosis). Bila
tersedia Peniciline intravena, dapat digunakan dengan dosis 200.000
unit /kgBB/ 24 jam, dibagi 6 dosis selama 10 hari 1,8,10.
Antibiotika ini hanya bertujuan membunuh bentuk vegetatif dari
C.tetani, bukan untuk toksin yang dihasilkannya. Bila dijumpai adanya
komplikasi pemberian antibiotika broad spektrum dapat dilakukan 1,8,10.
2. Antitoksin
Antitoksin dapat digunakan Human Tetanus Immunoglobulin
(TIG) dengan dosis 3000-6000 U, satu kali pemberian saja, secara IM
tidak boleh diberikan secara intravena karena TIG mengandung "anti
complementary aggregates of globulin", yang mana ini dapat
mencetuskan reaksi allergi yang serius 1,8,9.
Bila TIG tidak ada, dianjurkan untuk menggunakan tetanus
antitoksin, yang berawal dari hewan, dengan dosis 40.000 U, dengan
cara pemberiannya adalah: 20.000 U dari antitoksin dimasukkan
38
kedalam 200 cc cairan NaC1 fisiologis dan diberikan secara intravena,
pemberian harus sudah diselesaikan dalam waktu 30-45 menit.
Setengah dosis yang tersisa (20.000 U) diberikan secara IM pada daerah
pada sebelah luar 1,8,9.
3. Tetanus Toksoid
Pemberian Tetanus Toksoid (TT) yang pertama, dilakukan
bersamaan dengan pemberian antitoksin tetapi pada sisi yang berbeda
dengan alat suntik yang berbeda. Pemberian dilakukan secara I.M.
Pemberian TT harus dilanjutkan sampai imunisasi dasar terhadap
tetanus selesai 1,8,9.
4. Antikonvulsan
Penyebab utama kematian pada tetanus neonatorum adalah kejang
klonik yang hebat, muscular dan laryngeal spasm beserta
komplikaisnya. Dengan penggunaan obat – obatan sedasi/muscle
relaxans, diharapkan kejang dapat diatasi 1,8,9.
Di Bagian llmu Kesehatan Anak RS Dr. Pirngadi/ FK USU, obat
anti konvulsan yang dipergunakan untuk tetanus noenatal berupa
diazepam, obat ini diberikan melalui bolus injeksi yang dapat diberikan
setiap 2 – 4 jam. Pemberian berikutnya tergantung pada basil evaluasi
setelah pemberian anti kejang 7.
Bila dosis optimum telah tercapai dan kejang telah terkontrol,
maka jadwal pemberian diazepam yang tetap dan tepat baru dapat
disusun 1,8,9.
Dosis diazepam pada saat dimulai pengobatan (setelah kejang
terkontrol) adalah 20 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 8 kali pemberian
(pemberian dilakukan tiap 3 jam). Kemudian dilakukan evaluasi
terhadap kejang, bila kejang masih terus berlangsung dosis diazepam
dapat dinaikkan secara bertahap sampai kejang dapat teratasi. Dosis
maksimum adalah 40 mg/kgBB/hari (dosis maintenance) 1.
39
Bila dosis optimum telah didapat, maka jadwal pasti telah dapat
dibuat, dan ini dipertahan selama 2-3 hari, dan bila dalam evaluasi
berikutnya tidak dijumpai adanya kejang, maka dosis diazepam dapat
diturunkan secara bertahap, yaitu 10 -15 % dari dosis optimum tersebut.
Penurunan dosis diazepam tidak boleh secara drastis, oleh karena bila
terjadi kejang, sangat sukar untuk diatasi dan penaikkan dosis ke dosis
semula yang efektif belum tentu dapat mengontrol kejang yang
terjadi.Bila dengan penurunan bertahap dijumpai kejang, dosis harus
segera dinaikkan kembali ke dosis semula. Sedangkan bila tidak terjadi
kejang dipertahankan selama 2 - 3 hari dan dirurunkan lagi secara
bertahap, hal ini dilakukan untuk selanjutnya. Bila dalam penggunaan
diazepam, kejang masih terjadi, sedang dosis maksimal telah tercapai,
maka penggabungan dengan anti kejang lainnya harus dilakukan 1.
Pengobatan menurut Adam R.D. pada saat onset, - 3000 - 6000
unit, tetanus immune globulin satu kali saja 1.
- 1,2 juta unit Procaine penicilin sehari selama 10 hari, Intramuscular.
Jika alergi beri tetracycline 2 gram sehari.
- Perawatan luka, dibersihkan, sekitar luka beri ATS (infiltrasi)
- Semua penderita kejang tonik berulang, lakukan trachcostomi, ini
harus dilakukan tuk mencegah cyanosis dan apnoe.
- Paraldehyde baik diberikan melalui mulut.
- Jika cara diatas gagal, dapat diberi d-Lubocurarine IM dengan dosis
15 mg setiap jam sepanjang diperlukan, begitu juga pernafasan
dipertahankan dengan respirator.
Sedangkan pengobatan menurut Gilroy 5:
1. Pada kasus ringan :
Penderita tanpa sianosis: 90 - 180 begitu juga promazine 6 jam dan
barbiturat secukupnyanya untuk mengurangi spasme.
Kasus berat : 1. Semua penderita dirawat di ICU (satu team)
40
2. Dilakukan tracheostomi segera. Endotracheal tube minimal harus
dibersihkan setiap satu jam dan setiap 3 hari ETT harus diganti
dengan yang baru.
3. Curare diberi secukupnya mencegah spasme sampai 2 jam.
Pernafasan dijaga dengan respirator oleh tenaga yang berpengalaman
4. Penderita rubah posisi/miringkan setiap 2 jam. Mata dibersihkan tiap
2 jam mencegah conjuntivitis
5. Pasang NGT, diet tinggi, cairan cukup tinggi, jika perlu 6 1./hari
6. Urine pasang kateter, beri antibiotika.
7. Kontrol serum elektrolit, ureum dan AGDA
8. Rontgen foto thorax
9. Pemakaian curare yang terlalu lama, pada saatnya obat dapat
dihentikan pemakaiannya. Jika KU membaik, NGT dihentikan.
Tracheostomy dipertahankan beberapa hari, kemudian
dicabut/dibuka dan bekas luka dirawat dengan baik.
2.11. Pencegahan
Seorang penderita yang terkena tetanus tidak imun terhadap serangan
ulangan artinya dia mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapat tetanus
bila terjadi luka sama seperti orang lainnya yang tidak pernah di imunisasi.
Tidak terbentuknya kekebalan pada penderita setelah ianya sembuh
dikarenakan toksin yang masuk kedalam tubuh tidak sanggup untuk
merangsang pembentukkan antitoksin (karena tetanospamin sangat poten dan
toksisitasnya bisa sangat cepat, walaupun dalam konsentrasi yang minimal,
yang mana hal ini tidak dalam konsentrasi yang adekuat untuk merangsang
pembentukan kekebalan) 10,11,14.
Ada beberapa kejadian dimana dijumpai natural imunitas. Hal ini
diketahui sejak C. tetani dapat diisolasi dari tinja manusia. Mungkin organisme
yang berada didalam lumen usus melepaskan imunogenic quantity dari toksin.
Ini diketahui dari toksin dijumpai anti toksin pada serum seseorang dalam
riwayatnya belum pernah di imunisasi, dan dijumpai/adanya peninggian titer
41
antibodi dalam serum yang karakteristik merupakan reaksi secondary imune
response pada beberapa orang yang diberikan imunisasi dengan tetanus toksoid
untuk pertama kali 10,11,14.
Dengan dijumpai natural imunitas ini, hal ini mungkin dapat menjelaskan
mengapa insiden tetanus tidak tinggi, seperti yang semestinya terjadi pada
beberapa negara dimana pemberian imunisasi tidak lengkap/ tidak terlaksana
dengan baik 10,11,14.
Sampai pada saat ini pemberian imunisasi dengan tetanus toksoid
merupakan satu-satunya cara dalam pencegahan terjadinya tetanus. Pencegahan
dengan pemberian imunisasi telah dapat dimulai sejak anak berusia 2 bulan,
dengan cara pemberian imunisasi aktif (DPT atau DT) 10,11,14.
42
DAFTAR PUSTAKA
1. Adams. R.D, et al : Tetanus in: Principles of Neurology, McGraw-Hill, 1997, 1205-1207.
2. Behrman.E.Richard: Tetanus, edition 15th, Nelson, W.B.Saunders Company, 1996, 815 -817.
3. Feigen. R.D : Tetanus. In : Bchrmlan R.E, Vaughan V C , Nelson W.E , eds. Nelson Textbook of pediatrics, ed. 13 th, Philadelphia, W.B Saunders Company, 1987, 617 - 620.
4. Glickman J, Scott K.J, Canby R.C: Infectious Disese, Phantom notes medicine, ed. 6 th, Info Acces and Distribution Ltd, Singapore,1995, 53-55.
5. Gilroy, John MD, et al :Tetanus in : Basic Neurology, ed.1.982, 229-230
6. Harrison: Tetanus in :Principles of lnternal Medicine, volume 2, ed. 13 th, McGrawHill. Inc,New York, 1994, .577-579.
7. Hendarwanto: llmu Penyakit Dalam, jilid 1, Balai Penerbit FK UI, Jakarta, 1987, 49- 51.
8. Krugman Saaul, Katz L.. Samuel, Gerhson AA, Wilfert; Infectious diiseases of children, ed. 9 th, St Louis, Mosby, 1992, 487-490
9. Lubis, CP: Management of Tetanus in Children, Paeditricaa Indonesiana, vol.33, Depart. Of Child Health, Medical School, University of Indonesia, Sept-Okt 1993, 201-208.
10. Menkes, JH: Textbook of child Neurology, in Tetanus Neonatorun, ed. 3 th, Lea and Frebringer, Philadelphia, 1985, 521-522.
11. Peter. G. Red Book, Report of the committee on infectious diseases, ed.24 th, American Academy of Pediatrics, 1997, 518-519.
12. Scheld, Michael W. Infection of the central nervous system, Raven Press Ltd, New York, 1991, 603 -620..
13. Srikiatkhachord Anaan, dkk; Tetanus, Arbor Publishing Coorp. Neurobase, 1993, 1- 13.
14. Samuels, AM. Tetanus, Maanual of Neurologic Therapeutic, ed. 2 nd, Ljttle Brown, and Company, Boston, 1978, 387-390.
43