bab 1 bari

52
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang mengandung lemak, protein, dan garam tinggi tapi rendah serat pangan (dietary fiber), membawa konsekuensi terhadap berkembangnya penyakit degeneratif (jantung, diabetes mellitus, aneka kanker, osteoporosis, dan hipertensi (http://id.wikipedia.org/wiki/Tekanan_darah_tinggi). Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 menunjukkan prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83 per 1.000 anggota rumah tangga. Pada umumnya perempuan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan pria. Orang sering cemas bila tekanan darahnya tinggi atau rendah. Tapi yang lebih penting sebenarnya adalah mengetahui batas toleransinya. Secara umum ada dua komponen tekanan darah, yaitu tekanan sistolik (angka

Upload: aditya-yudha

Post on 24-Nov-2015

31 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangPerubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang mengandung lemak, protein, dan garam tinggi tapi rendah serat pangan (dietary fiber), membawa konsekuensi terhadap berkembangnya penyakit degeneratif (jantung, diabetes mellitus, aneka kanker, osteoporosis, dan hipertensi (http://id.wikipedia.org/wiki/Tekanan_darah_tinggi). Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 menunjukkan prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83 per 1.000 anggota rumah tangga. Pada umumnya perempuan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan pria.Orang sering cemas bila tekanan darahnya tinggi atau rendah. Tapi yang lebih penting sebenarnya adalah mengetahui batas toleransinya. Secara umum ada dua komponen tekanan darah, yaitu tekanan sistolik (angka atas) alias kekuatan pendorong yang timbul akibat pengerutan bilik jantung, dan tekanan diastolik (angka bawah) yang merupakan kekuatan penahan pada dinding pembuluh darah saat jantung mengendur antardenyut. Akibat dari mengerut dan mengendurnya jantung ini timbul tekanan pada dinding arteri atau pembuluh darah. Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih besar daripada tekanan yang diperlukan untuk memelihara aliran darah yang tetap.Tekanan darah juga tergantung pada aktivitas tubuh seperti berolahraga, kegiatan rumah tangga, stres, rasa cemas ataupun rasa takut. Pada saat itu, tekanan darah meninggi dan bisa menembus batas normal. Namun, dengan beristirahat tekanan darah akan kembali normal. Dikatakan normal apabila tekanan sistolik tidak lebih dari 140 mm Hg dan tekanan diastolik tidak lebih dari 90 mm Hg. Yang paling ideal adalah 120/80 sistolik/diastolik). Tekanan dikatakan tinggi kalau sistolik lebih dari 160 mm Hg dan diastolik di atas 99 mm Hg, dan angka itu muncul selama tiga kali pemeriksaan berturut-turut dengan selang waktu 2 - 8 minggu.Dalam bukunya Kiat Menghindari Penyakit Jantung, dr. Mark Payne menekankan, bila seseorang sudah cenderung memiliki penyakit tekanan darah tinggi, nomor satu ia harus selalu memperhatikan diastoliknya. Sebagai patokan, untuk usia 20 - 60 tahun, batas normal diastolik 90 - 100 mm Hg. Di atas 65 tahun 100 - 110 mm Hg. Namun, "Bila angka diastolik di atas 85, seharusnya sudah mulai hati-hati," tulis dr. Sadoso Sumosardjuno, DSOK, dalam bukunya Pengetahuan Praktis Kesehatan Dalam Olahraga 3.Dr. James J. Lynch, Ph.D., guru besar psikologi dari University Maryland School of Medicine, Baltimore, AS, menyatakan, untuk mendapatkan tekanan darah ideal, pengukuran dilakukan pada saat seseorang tidak beraktivitas. Lynch menyarankan agar pengecekan tekanan darah yang meragukan diulang beberapa kali pada jarak waktu yang sama, misalnya setiap 24 jam. Bila ukuran tekanan darah Anda pada hari ini menunjukkan 170/110, jangan langsung panik. Usahakan untuk beristirahat dan tidur cukup. Kemudian esok harinya dan hari berikutnya pada jam yang sama diukur sekali lagi. Kalau memang tetap tinggi, mungkin Anda mempunyai kecenderungan berpenyakit tekanan darah tinggi. Kita perlu waspada dan mencari penyebabnya. Apakah ada faktor lain sebagai pencetus, misalnya akibat sampingan dari ginjal yang kurang beres, diabetes, atau kadar kolesterol dan trigliserida yang tinggi. Dalam kenyataan, 50% penderita hipertensi tidak menunjukkan gejala yang jelas, apalagi bila masih dalam taraf awal. Satu-satunya jalan untuk mengetahuinya adalah melakukan kontrol teratur terutama bagi yang berusia di atas 40 tahun. Untuk mereka yang mempunyai bawaan atau keturunan, pengontrolan hendaknya sudah dimulai sejak usia 20-30-an. (http://www.depkes.go.idindex.phpoption=articles&task=viewarticle&artid=20&Itemid=3) B. Tujuan Penulisan1. Tujuan Umum Untuk memperoleh informasi tentang klien, penyakit, dan kebutuhan klien serta meningkatkan kemampuan dalam penyusunan dan penyajian laporan studi kasus dari pengalaman nyata dilapangan serta melaksanakan asuhan keperawatan menggunakan pendekatan proses keperawatan.2. Tujuan Khususa. Mahasiswa mampu menerapkan proses keperawatan pada Asuhan keperawatan pada pasien Tn. S dengan gangguan system Kardiovaskuler, Hipertention Heart Disease (HHD) di Poliklinik Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARIb. Mahasiswa mampu mendokumentasikan Asuhan keperawatan pada pasien Tn. S dengan gangguan system Kardiovaskuler, Hipertention Heart Disease (HHD) di Poliklinik Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARIc. Mahasiswa mampu mengindentifikasi kesenjangan yang terjadi antara teori degan pelaksanaan Asuhan keperawatan pada pasien Tn. S dengan gangguan system Kardiovaskuler, Hipertention Heart Disease (HHD) di Poliklinik Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARIC. WaktuPelaksanaan pengkajian dan asuhan di lakukan pada tanggal 02 April sampai Dengan 02 April 2014D. TempatAsuhan keperawatan pada pasien Tn. S dengan gangguan system Kardiovaskuler, Hipertention Heart Disease (HHD) di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA1. Profil RSUD Palembang BARIA. Selayang PandangRumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI merupakan unsur penunjang pemerintah daerah di bidang pelayanan kesehatan yang merupakan satu-satunya rumah sakit umum milik Pemerintah Kota Palembang. Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI terletak di jalan Panca Usaha No.1 Kelurahan 5 Ulu Darat Kecamatan Seberang Ulu, dan berdiri di atas tanah seluas 4, 5 H. Bangunan berada lebih kurang 800 meter dari jalan raya jurusan Kertapati. Sejak tahun 2001 dibuat jalan alternative dari jalan Jakabaring menuju RSUD Palembang BARI dari jalan poros Jakabaring.B. Visi dan Misia. VisiUnggul, amanah, dan terpercaya di indonesiab. Misi Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang prima dengan berorientasi pada keselamatan dan ketepatan sesuai standar mutu berdasarkan pada etika dan profesionalisme yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Meningkatkan mutu manajemen sumber daya kesehatan. Menjadikan RSUD Palembang BARI sebagai rumah sakit pendidikan dan pelatihan di Indonesiac. MottoKesembuhan dan kepuasan pelanggan adalah kebahagian kami.C. Sejarah Berdirinya RSUD Palembang BARI1. Sejarah Berdirinyaa. Pada tahun 1985 sampai dengan 1994 RSUD Palembang BARI merupakan gedung poliklinik/Puskesmas Panca Usaha.b. Pada tanggal 19 Juni 1995 diresmikan menjadi RSUD Palembang BARI. Maka dengan SK Depkes nomor 1326/Menkes/SK/XI/1997, tanggal 10 November 1997 ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah kelas C. Kepmenkes RI Nomor : HK.00.06.2.2.4646 tentang pemberian status Akreditasi penuh tingkat dasar kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, tanggal 7 November 2003c. Kepmenkes RI nomor : HK.00.)6.2.2.4646 tenteng pemberian status akreditas penuh tingkat dasar kepada rumah sakit umum daerah palembang BARI, tanggal 7 november 2007d. Kepmenkes RI Nomor : YM. 01.10/111/334/08 tentang peningkatan kelas Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI menjadi kelas B, tanggal 2 April 2009.e. Ditetapkan sebagai BLUD-SKPD RSUD Palembang BARI berdasarkan keputusan Walikota Palembang No.915. B tahun 2008 tentang penetapan RSUD Palembang BARI sebagai SKPD Palembang yang menerapkan pola pengelolaan keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara penuh.2. Sejarah Pemegang Jabatan Direktura. Tahun 1986 s.d 1995: dr. Jane Lidya Tilahelu sebagai kepala Poliklinik/Puskesmas Panca Usaha.b. Tanggal 1 Juli 1995 s.d Juni 2000 : dr. Eddy Zarkaty Manasir, SpOG sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.c. Bulan Juli 2000 s.d November 2000 : Pelaksana Tugas dr. H. Dachlan Abbas SpB.d. Bulan Desember 2000 s.d Februari 2001 : Pelaksana tugasdr. M. Faisal Soleh, SpPD.e. Tanggal 14 November 2000 s.d 18 Januari 2012 : dr. Hj. Indah Puspita, H. A, MARS sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.f. Tanggal 19 Januari 2012 s.d sekarang : Dr. Hj. Makiani, M.M selaku Direktur RSUD Palembang BARI.D. Lokasi RSUD palembang BARIRSUD palembang BARI terletak di kecamatan seberang ulu 1 jalan panca usaha No.1 kelurahan 5 ulu Darat, bangunan berada 800 meter yang saat ini dirasakan sangat sempit, tepi jalan masih rawa-rawa dengan rumah-rumah penduduk masih kurang teratur. Sejak januari 2001 dibangun jalan alternatif dari jakabaring menuju RSUD palembang BARI yang bisa menuju kantor KORPRI kota palembang PDAM. Saat ini sedang diupayakan pembangunan jalan yang langsung menuju RSUD palembang BARI dari jalan poros jakabaring areal rumah sakit luasnya 45.605 m hampir 100% merupakan rawa-rawa yang kedalaman airnya menjaga kebersihan dari luar tanah 4.5 ditimbun 40% dan diatasnya sudah beberapa gedung untuk meningkatkan pelayanan kesehatan. E. Kepemilikan dan kelas RSUD palembang BARINama: RSUD palembang BARIPemilik: Pemerintah kota Palembang Alamat: Jl. Panca usaha No.1 kel.5. Ulu Darat kec. Seberang Ulu Telp (0711)519211-514165 Faks (0711) 519212Kota : Palembang Kelas/ Type : B dengan Akreditasi 16 pelayananF. Kepemilikan dan kelas RSUD palembang BARINama: RSUD palembang BARIPemilik: Pemerintah kota Palembang Alamat: Jl. Panca usaha No.1 kel.5. Ulu Darat kec. Seberang Ulu Telp (0711)519211-514165 Faks (0711) 519212Kota : Palembang Kelas/ Type : B dengan Akreditasi 16 pelayanan

G. Dasar HukumRSUD palembang BARI dalam membentuk pelayanan terhadap masyarakat dilindungi oleh UU Hukum sebagai dasar untuk melaksanakan tugas meliputi :a. UU No.23 MenKes tahun 1992 tentang pokok-pokok kesehatanb. Keputusan menteri kesehatan RI No.326/MenKes /SK11/X1/1997 Tentang penetapan kelas RSUD palembang BARI menjadi Kelas c. Keputusan Wali kota palembang No.11 Tahun 2000 Tentang pelaksanaan PERDA Tahun 2000 Tentang organisasi Kerja RSUD Palembag BARId. Keputusan Wali kota No.50 Tahun 2001 tentang pelayanan RSUD palembang BARI dengan SK Wali kota No.23/keputusan kesehatan 2001 tentang pembagian hasil pungutan biaya pelayanan kesehatan e. UU No.22 Tahun 1999 tentang otonomi Daerah f. Program pembangunan Daerah (PROPERDA) kota palembang Tahun 2001-2005g. Peraturan Daerah kota palembang No.3 Tahun 2004 tentang perorganisasi dan tatanan kerja Rumah sakit umum Palembang BARIh. Keputusan Wali kota Palembang No.50 Tahun 2004 tentang pelaksanaan peraturan kota palembang Tahun 2004H. Fasilitas dan Pelayanan1. Fasilitas a. Instalasi Rawat Darurat (IRD) 24 jamb. Farmasi/Apotek 24 jamc. Rawat Jalan/poliklinik spesialisd. Bedah Sentrale. Central Sterilizied Suplay Departement (CSSD)f. Unit Rawat Intensif (ICU, NICU)g. Rehabilitasi Medikh. Radiologii. Laboratorium Klinikj. Patologi anatomik. Bank Darah2. Pelayanan Rawat Jalana. Poliklinik Spesialis Bedahb. Poliklinik Spesialis Dalamc. Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Kandungand. Poliklinik Spesialis Anake. Poliklinik Spesialis Mataf. Poliklinik Spesialis THTg. Poliklinik Spesialis Kulit dan Kelaminh. Poliklinik Spesialis Syarafi. Poliklinik Spesialis Jiwaj. Poliklinik Spesialis Jantungk. Poliklinik Gigil. Poliklinik Rehabilitasi Medikm. Poliklinik Psikologin. Poliklinik Terpadu3. PelayananRawat Inap :a. Perawatan VVIP dan VIPb. Perawatan kelas I, II, IIIc. Perawatan Penyakit Dalam Perempuand. Perawatan Penyakit Dalam Laki-lakie. Perawatan Anakf. Perawatan Bedahg. Perawatan ICUh. Perawatan Kebidanani. Perawatan Neonatus/ NICU/ PICU4. Fasilitas Dan Kendaraan Operasionala. Ambulance 118b. Ambulance Bangsalc. Ambulance siaga bencanad. Ambulance trauma centere. Mobil Jenazah5. Instalasi Gawat Darurata. Dokter jaga 24 jamb. Ambulan 24 jam6. Pelayanan penunjanga. Instalasi Laboratorium Klinisb. Instalasi Radiologi c. Instalasi Farmasid. Instalasi Gizie. Instalasi Pemeliharan Sarana Rumah Sakitf. Instalasi Pemeliharan Lingkungang. CSSD

2. TINJAUAN TEORITISA. Pengertian Hypertensi Heart Disease adalah penyakit jantung hipertensif ditegakan bila diketahui ventikel, kiri sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap-tahap, pertahanan pembuluh perifer dan beban akhir ventrikel kiri. Faktor yang menentukan hipertensi ventrikel kiri adalah derajat dan lamanya peningkatan diastol. Pengaruh faktor genetik disini lebih jelas, fungsi fungsi pompa ventrikel kiri selama hipertensi berhubungan erat dengan penyebab hipertropi dan terjadinya arterosklerosis koroner . (Kapita Selekta Kedokteran, 1999, FKUI, Media Aqesculapius, Jakarta).Hypertensi didefinisikan oleh Joint Committee on Detection, Evaluation and Treatment of Hight Blood Pressure (JNC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai primer/esensial (hampir 90% dari semua kasus) atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat dikenali, seringkali dapat diperbaiki. (Marilynn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta). Klasifikasi hypertensi menurut Doenges, 1999 ; adalah :a. Hypertensi berat diklasifikasikan pada orang dewasa sebagai peningkatan diastolic sampai 130 mmHg;b. Hasil pengukuran diastolic diatas 130 mmHg dipertimbangkan sebagai peningkatan pertama , kemudian maligna. Hypertensi sistolik juga merupakan factor risiko yang ditentukan untuk penyakit serebrovaskular dan penyakit iskemik jantung bila tekanan diastolic 90-115 mmHg.B. Etiologi1. Primer ( tidak diketahui )2. Penyakit parenkim ginjal3. Hipertensi renovaskuler4. Penyakit adrenal ( Aldosteronisme primer, adrenogenital primer).5. Penyakit Neurologis ( tekanan intracranial dengan cepat )6. Taksemia gravidarum7. Koartasio aorta.C. PatofisologiHipertensi merupakan suatu kelainan yang ditandai dengan peningkatan tekanan perifer. Hal ini menyebabkan penambahan beban jantung ( after load ) sehingga terjadi hipertropi ventrikel kiri sebagai proses kompensasi / adaptasi, hipertropi ventrikel kiri adalah suatu keadaan yang menggambarkan penebalan dinding dan penambahan masa ventrikel kiri. D. Mekanisme Klinis1. Anamnesaa. Sakit kepala hebat tiba-tiba, kebanyakan berlokasi di daerah tengkuk terutama pada pagi hari.b. Penglihatan kaburc. Anorexia, muntah-muntahd. Kelainan neurologis2. Pemeriksaan Fisika. Tekanan darah tinggi, terutama diastol, hemiplegia, apasia, hemianopsia.b. Gejala payah jantung, jantung dapat membesar.3. Laboratoriuma. Proteinosia, hematusia, mikroskopik.b. Ureum, Creatinin, kalium, fosfor, alkali.E. Pemeriksaan Penunjang/diagnostic1. Fhoto torax, posisi poster anterior, hipertrofi kensistrik, besar jantung dalam batas normal.2. Pemeriksaan laboratorium, darah vaksin, yang diperlukan adalah Hb, serta ureum dan creatinin untuk menilai fungsi ginjal, Glukosa, Kalium Serum, Kolestrol, Gliserin Serum.3. EKG F. Penatalaksanaan 1. Rawat, istirahat total 2. Diet rendah garam3. Pengobatan terhadap penyakit seperti payah jantung, perdarahan otak.4. Pemberian obat Hipertensi.

G. Manajemen Keperawatan1. Pengkajian Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10).Pengkajian meliputi : (Marilynn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta). a. Aktivitas / Istirahat Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung takipnea.b. Sirkulasi Gejala : riwayat hipertensi, arteroklerosis, penyakit jantung kroner, katup dan penyakit serebrovaskuler epide talpasi. Tanda : Kenaikan tekanan darah Hipertensi posturalc. Eliminasi Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol. Mual, muntah, Perubahan berat badan, Obesitas, Adanya edema.d. Neurosensoris Gejala : Keluhan pusing, Gangguan penglihatan, Peranan kekuatan.e. Nyeri / Ketidaknyamanan Gejala : Angina, Sakit kepala, Nyeri abdomen.2. DiagnosaDiagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17).Diagnosa keperawatan yang muncul pada Hypertensi Heart Disease menurut Marilynn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta.a. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertrofi/irigiditas (kekakuan) ventricular.b. Nyeri akut (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.d. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukkan berlebihan (kebutuhan metabolic), pola hidup monoton, keyakinan budaya.e. Koping individual inefektif berhubungan dengan krisis situasional/maturasional, perubahan hidup beragam, relaksasi tidak adekuat, sedikit atau tak pernah olahraga.f. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan/daya ingat, mis- intepretasi informasi, keterbatasan kognitif, menyangkal diagnosa.3. Intervensi / ImplementasiIntervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994:20)Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995:40).Intervensi dan implementasi keperawatan pasien dengan Hypertensi Heart Disease menurut Marilynn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta.a. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertrofi/irigiditas (kekakuan) ventricular.Tujuan : mempertahankan tekanan darah dalam rentang yang dapat diterima individu. Kriteria Hasil : Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah/beban kerja jantung. Memperlihatan irama dan frekuensi jajntung stabil.INTERVENSI / IMPLEMENTASIRASIONAL

Mandiri Pantau Tekanan Darah.

Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.

Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas.

Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler. Perbandingan dari TD memberikan gambaran yangn lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vascular. Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati/terpalpasi. S4 umum terdengar pada pasein hipertensi berat karena adanya hipertrofi atrium (peniingkatan volume/tekanan atrium), perkembangan S3 menunjukkan hipertrofi ventrikel dan kerusakan fungsi. Adanya krales, mengi, dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik. Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan dengan vasokontriksi/mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung.

Catat edema umum/tertentu.

Berikan lingkungan yang nyaman, batasi aktivitas/keributan, batasi pengunjung. Pertahankan aktivitas istirahat, Bantu ADL (Aktivity Dayli Living) pasien.

Kolaborasi Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan dan therapy. Dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vascular. Membantu untuk mengurangi rangsangan simpatis, meningkatkan relaksasi.

Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah dan perjalanan penyakit hypertensi.

Obat-obatan diberikan untuk mengurangi kedaruratan hipertensi.

b. Nyeri akut (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral. Tujuan : melaporkan nyeri hilang atau terkontrol. Kriteria hasil : Pasien mampu mengungkapkan metode yang yang memberikan pengurangan nyeri. Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.

INTERVENSI / IMPLEMENTASIRASIONAL

Mempertahankan tirah baring selama fase akut. Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala (tehnik relaksasi). Meminimalkan stimulasi/ meningkatkan relaksasi. Menurunkan tekanan vascular serebral dan yang memperlambat/memblok respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.

Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, mis ; mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk. Bantu ADL sesuai indikasi/kebutuhan.

Berikan cairan/makanan lunak, perawatan mulut yang teratur.Kolaborasi Untuk pemberian analgetik atau antiansietas mis ; diazepam sesuai indikasi.

Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vascular serebral.

Pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala. Meningkatkan kenyamanan umum.

Menurunkan/mengontrol nyeri dan menurunkan rangsangan saraf simpatis, diazepam mengurangi ketidaknyamanan yang diperberat oleh stress.

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. Tujuan : berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan. Kriteria hasil : Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur. Menunjukan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologis.INTERVENSI / IMPLEMENTASIRASIONAL

Mandiri Kaji respons pasien terhadap aktivitas, perhatikan vital sign sebelum dan sesudah aktivitas. Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologis.

Instruksikan kepada pasien tentang tehnik menghemat energi.

Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan. Mengurangi penggunaan energi, membantu keseimbangan suplai O2. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas.

d. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukkan berlebihan (kebutuhan metabolic), pola hidup monoton, keyakinan budaya. Tujuan : mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan kegemukan. Kriteria hasil : Menunjukakn perubahan pola makan (missal ; pilihan makanan, kuantitas, dsb). Mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan optimal. Melakukan/mempertahankan program olahraga yang tepat secara individual.

INTERVENSI / IMPLEMENTASIRASIONAL

Mandiri Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan kegemukan.

Kegemukan adalah risiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena disproporsi antara kapasitas aorta dan penignkatan curah jantung berkaitan dengan penignkatan massa tubuh.

Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam dan gula sesuai indikasi.

Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan.

Kaji ulang masukan kalori dan pilihan diet.Kolaborasi Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi. Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya arterosklerosis dan kegemukan yang merupakan predisposisi hipertensi dan komplikasinya. Motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal. Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan. Mengidentifikasi kekuatan/ kelemahan dalam program diit terakhir. Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet.

e. Koping individual inefektif berhubungan dengan krisis situasional/maturasional, perubahan hidup beragam, relaksasi tidak adekuat, sedikit atau tak pernah olahraga. Tujuan : mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya. Kriteria hasil : Menyatakan kesadaran kemampuan koping pribadi. Mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk menghindari/ mengubahnya. Mendemonstrasikan penggunaan ketrampilan/ metode koping efektif.INTERVENSI / IMPLEMENTASIRASIONAL

Kaji keefektifan koping, dengan mengobservasi perilaku. Mekanisme adaftif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang mengatasi hipertensi kronik, dan mengintegrasikan terapi.

Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka angsang, penurunan toleransi sakit kepala, ketidakmampuan untuk mengatasi /menyelesaikan masalah. Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya. Motivasi pasien untuk mengevaluasi prioritas/tujuan hidup.

Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu. Manifestasi mekanisme koping mal-adaptif mungkin merupakan indicator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi menjadi penentu utama TD diastolic.

Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respons seseorang terhadap stressor. Focus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada relatif terhadap pandangan pasien tentang apa yang diinginkan. Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistic untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya.

f. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan/daya ingat, mis- intepretasi informasi, keterbatasan kognitif, menyangkal diagnosa. Tujuan : menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan. Kriteria hasil : Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan. Mempertahankan tekanan darah dalam parameter normal.INTERVENSI / IMPLEMENTASIRASIONAL

Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.

Perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit.

Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak. Hindari menggunakan istilah tekanan darah normal tapi gunakan istilah terkontrol saat menggambarkan TD pasien dalam batas yang diinginkan.

Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor risiko kardiovaskular yang dapat diubah, mis ; obesitas, diet tinggi lemak jenuh, serta perubahan pola hidup sehat. Jelaskan tentang obat yang diresepkan bersamaan dengan rasional, dosis, efek samping yang diperkirakan serta efek yang merugikan serta idiosinkrasi.

Memberikan dasar pemahaman tentang peningkatan tekanan darah dan mengklarifikasi istilah medis yang sering digunakan. Karena pengobatan untuk hipertensi adalah sepanjang kehidupan, maka dengan mnyampaikan ide terkontrol akan membantu pasien untuk memahami kebutuhan untuk melanjutkan pengobatan/ medikasi. Faktor-faktor risiko ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskular serta ginjal.

Informasi yang adekuat dan pemahaman tentang efek samping adalah umum dan sering menghilang dengan berjalannya waktu dengan demikian meningkatkan kerjasama rencana pengobatan.

BAB IIITINJAUAN KASUS

Asuhan keperawatan pada pasien Tn. S dengan gangguan system Kardiovaskuler, Hipertention Heart Disease (HHD) di Poliklinik Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI

Tanggal Pengkajian: 02 April 2014Jam: 10.30 WIBTanggal MRS: 02 April 2014No.RM: 10-14-67Ruang: Poli PDLDx. masuk: HHD

A. IDENTITASNama: Tn. SJenis Kelamin: Laki-lakiUmur: 57 TahunStatus : MenikahAgama: IslamPendidikan: SMAPekerjaan : WiraswastaSuku bangsa: Palembang, IndonesiaAlamat: Siliwangi, No.354 RT. 10 RW. 03

B. DATA FOKUSData Subjektif: Klien mengatakan sakit kepala dibagian tengkuk, Kadang kadang dadanya terasa sakit dan tubuhnya lemas.Data Objektif : Klien terlihat lemah TTV : TD: 200/120 mmHg N: 90 x/menit RR: 24 x/menit T: 36,5 0c C. ETIOLOGINoDATAETIOLOGIMASALAH

1. DS : Klien mengatakan Sering sakit kepala di bagian tengkuk

DO : klien terlihat menahan sakit kepalaTTV:TD:200/120mmHg N: 90 x/menit RR: 24 x/menit T: 36,5 0c Nyeri kepala:P : Peningkatan vaskuler serebralQ : Nyeri sedangR : Di kepala, khususnya bagian tengkukS : Skala 5T : Terus menerus, dan meningkat saat beraktivitas.

Peningkatan tekanan jantung

Peningkatan tekanan padapembuluh darah

Peningakatan vaskuler serebralNyeri ( sakit kepala)

1. DS : Klien mengatakan tubuhnya lemas

DO : Klien terlihat lemahTTV:TD : 200/120mmHg N: 90 x/menitRR: 24 x/menitT: 36,5 0c Penurunan afterload

Penurunan oksihemoglobin

Penurunan suplai oksigenIntoleransi aktifitas

C. IMPLEMENTASINoMasalahJamImplementasi

1. Nyeri ( sakit kepala ) b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral11.30 WIB1. Mengkaji tanda- tanda vital2. Melakukan EKG3. Kolaborasi dengan tim medis

2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan umum ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen11.30 WIB1. Mengkaji tanda vital2. Kolaborasi dengan tim medis

BAB IVPEMBAHASANA. PengkajianPasien datang ke Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Palembang BARI tanggal 02 April 2104 dengan diagnosa Hipertention Heart Disease (HHD), dan merupakan kunjungan ulang. Pada saat pengkajian pasien mengeluh sakit kepala dan tubuhnya lemas. Dengan keadaan tanda vital Tekanan Darah 200/120 mmHg, Nadi 90 x/meni, Pernapasan 24 x/menit, suhu tubuh 36,5 0c. B. Diagnosa KeperawatanBerdasarkan data analisa dari pengkajian yang dilakukan didapatkan masalah-masalah keperawatan Tn. S yaitu: 1. Nyeri ( sakit kepala ) b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan umum ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigenC. Rencana KeperawatanPerencanaan merupakan matarantai antara penerapan kebutuhan pasien dengan melaksanakan tindakan keperawatan. Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan teori yang disesuaikan dengan kondisi pasien saat pengkajian. Pada prinsipnya perencanaan ini disusun dalam rangka mengurangi dan mengatasi serta mencegah masalah kesehatan yang mungkin pada pasien. Dalam membuat perencanaan diperlukan kolaborasi dengan tim medis yang lain.

D. EvaluasiAdapun tujuan dari pemberian asuhan keperawatan pada Tn. S yaitu untuk mengatasi masalah keperawatan berupa nyeri kepala, intoleransi aktivitas, dan resiko penurunan curah jantung.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN A. KesimpulanSetelah penulis melaksanakan analisa sintesa tehadap masalah keperawatan pada Tn. S dengan HHD di Poliklinik RSUD Palembang BARI maka penulis mengambil kesimpulan bahwa sebagai berikut :1. Pengkajian Pengkajian dilakukan melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik secara langsung agar data yang di dapat adalah data yang valid dan akurat.2. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan yang muncul sebagai masalah adanya data yang menunjukkan adanya gangguan. Adapun masalah keperawatan yang muncul pada Tn. S dengan HHD yaitu :1. Nyeri ( sakit kepala ) b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral1. Intoleran aktivitas b.d kelemahan umum ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

1. IntervensiDalam melaksanakan asuhan keperawatan yang telah direncanakan juga perludilakukan kerjasama yang baik antara pasien dan perawat agar pelaksanaan dapat dilaksanakan secara berkesinambungan.4. EvaluasiDari hasil evaluasi menunjukkan bahwa intervensi pada klien Tn. S telah dilakukan, dan rawat jalan dilanjutkan.B. SARAN1. Bagi MahasiswaDiharapkan dapat meningkatkan lagi perawatan dengan asuhan keperawatan pada Tn S dengan HHD di Poliklink RSUD Palembang Bari.2. Bagi Institusi PendidikanDiharapkan akademik memberikan bimbingan, pelatihan kepada mahasiswa terutama dalam praktik asuhan keperawatan pada Tn S dengan HHD di Poliklink RSUD Palembang Bari.3. Bagi RSUD Palembang BARI Bimbingan klinik kepada mahasiswa yang diterima hendaknya tetap dipertahankan keefektifannya. Dan bila perlu lebih ditingkatkan lagi karena bentuk bimbingan klinik di RSUD Palembang BARI, khususnya di Ruang Bersalin setelah sesuai dengan tujuan dari praktek klinik lapangan mahasiswa STIkes Muhammadiyah Palembang sehingga kompetensi praktek dapat tercapai.