hpsi-brief case volga dan saiga case
DESCRIPTION
lawTRANSCRIPT
HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum penyelesaian Sengketa Internasional
Volga Case, Rusia v. Australia, 2002 dan Saint Vincent and the Grenadines v. Guinea Case
(1997)
Dosen:
- H. Atip Latipulhayat, S.H., LL.M., Ph.D- Prita Amalia S.H., M.H
Disusun Oleh Kelompok 5
M. Gani Kurnia (110110100059) Saskia Destin (110110100078)
M. Joza Akbar (110110100062) Jihan Khoirini (110110100097)
Hidayat (110110100065) Aktria Wika S. (110110100101)
Annisa Rachmawati (110110100070) Kanigara H. (110110100109 )
Aditya Rachman (110110100072) Indira Dewi (110110100114)
Mona Lasisca (110110100074)
Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran
Jl. Dipati Ukur No. 35 Bandung Tlp/ Fax (022) 253370
KASUS 1 : Volga Case, Rusia v. Australia, 2002
A. FAKTA HUKUM
Kasus Volga adalah salah satu kasus di Mahkamah Internasional Hukum Laut (International
Tribunal for the Law of the Sea/ITLOS) berkenaan dengan pelepasan segera (prompt release)
kapal dan awaknya yang ditahan oleh suatu negara. Dalam kasus Volga, penggugatnya adalah
Federasi Rusia dan Australia sebagai tergugat. Persoalan utama yang disengketakan dalam
kasus ini adalah bertalian dengan “uang jaminan yang layak atau keamanan lainnya (reasonable
bond and other security)” dalam pengertian Pasal 73 (2) United Nations Convention on the Law
of the Sea 1982 (UNCLOS 1982). Dalam menentukan kelayakan “uang jaminan” dalam proses
pelepasan segera kapal dan awaknya yang ditahan. Fakta kasus Volga, penetapan oleh ITLOS
(Mahkamah) tentang kelayakan uang jaminan”.
- Volga adalah kapal ikan yang mengibarkan bendera Federasi Rusia. Pemiliknya adalah
Olbers Co. Limited, suatu perusahaan yang berkedudukan di Rusia dengan nakhoda
Alexander Vasilkov, warga negara Russia.
- Pada 7 Februari 2002, Volga dinaiki oleh anggota militer Australia dari “Australian
military helicopter from the Royal Australian Navy frigate HMAS Canberra”.
- Pada saat dinaiki, Volga berada pada posisi sekitar 51°35S, 78°47E, yang terletak di luar
batas ZEE Australia di kawasan Pulau Heard dan McDonald.
- Pada tanggal yang sama, nakhodanya ditahan oleh HMAS Canberra.
- Pada tanggal 19 Februari 2002, dilakukan penahanan dan Volga dikawal ke pelabuhan
Frementle Australia Barat.
- Pada tanggal yang sama, nakhoda dan awaknya juga ditahan berdasarkan the Fisheries
Management Act 1991.
- Pada 20 Februari 2002, disampaikan pemberitahuan penyitaan kepada nakhoda,
terhadap kapal Volga (termasuk semua jaring, jebakan dan peralatan-peralatan serta
hasil tangkapan).
- Pada tanggal 27 Februari 2002 dibuat laporan penilaian, yang disiapkan untuk tujuan
jaminan bahwa Volga bernilai US$ 1 juta/million dan bahan bakar, pelumas serta
peralatan bernilai AU$ 147,460. Pada waktu ditangkap di atas Volga ditemukan hasil
tangkapan sebanyak 131.422 ton ikan Patagonian toothfish (Dissostichus eleginoides)
dan 21.494 ton umpan yang dilelang pada 20 Mei 2002 senilai AU$ 1,932,579.28.
- Pada 6 Maret 2002, tiga anggota awak kapal (the chief mate, the fishing master and the
fishing pilot), semua berkewarganegaraan Spanyol, dituntut telah menggunakan kapal
ikan asing di Zona Perikanan Australia (AFZ) untuk tujuan komersial tanpa surat izin bagi
kapal asing. Ketiganya, menerima untuk membayar uang jaminan masing-masing
sejumlah AU$ 75,000 tunai, menyerahkan semua “passports dan seaman’s papers, dan
tinggal di tempat yang ditetapkan oleh the Supervising Fisheries Officer with the
Australian Fisheries Management Authority (AFMA).
- Pemilik Volga mendepositkan pembayaran sejumlah AU$ 225,000 di pengadilan bagi
ketiga anggota awak pada atau sekitar tanggal 23 Maret 2002.
- Sebelumnya, pada tanggal 16 Maret 2002, nakhoda Volga meninggal di rumah sakit
Australia. Dia tidak didakwa melakukan suatu kejahatan sampai dia meninggal.
- Pada tanggal 30 Mei 2002, tiga anggota awak kapal mendapat berbagai variasi
persyaratan uang jaminan yang memungkinkan mereka kembali ke Spanyol.
- Kemudian pada tanggal 14 Juni 2002, the Supreme Court of Western Australia (Wheeler
J), atas banding oleh the Commonwealth Director of Public Prosecutions, memutuskan
jaminan bervariasi yang dikeluarkan pada 30 Mei 2002, supaya diwajibkan, sebagai
pengganti AU$ 75,000, yang ada dengan jumlah simpanan sebesar AU$ 275,000.
- Pada waktu Tirbunal (ITLOS) mulai memeriksa kasus ini, pada tanggal 16 Desember
2002, the Full Court of the Supreme Court of Western Australia telah menguatkan
banding atas ketiga anggota awak Volga menurut keputusan Wheeler J (Hakim
Wheeler). The Full Court memerintahkan bahwa tiga anggota awak diizinkan
meninggalkan Australia dan kembali ke Spanyol, dimana masing-masing dikenakan uang
jaminan yang harus mereka didepositkan secara tunai untuk: MANUEL PEREZ LIJO
sebesar AU$ 95,000.00; dan JOSE MANUEL LOJO EIROA dan JUAN MANUEL GONZALEZ
FOLGAR, masing-masing sebesar AU$ 75,000.00.
- Pemilik Volga mengajukan permohonan ke “the Federal Court of Australia” untuk
menghentikan penyitaan kapal. Dalam jawaban atas permintaan pemilik bagi pelepasan
kapal sambil menunggu tindakan hukum, Pejabat Australia menetapkan uang jaminan
sejumlah AU$ 3,320,500.00 untuk pelepasan Volga, yang terdiri dari:
1. suatu jaminan mencakup nilai kapal, bahan bakar, pelumas dan peralatan
penangkap ikan (AU$ 1,920,000);
2. Jumlah (AU $ 412.500) untuk mengamankan pembayaran denda potensial
dikenakan dalam proses pidana yang masih tertunda terhadap anggota awak;
3. Jaminan (AU $ 1.000.000) terkait dengan pelaksanaan operasional dari VMS dan
tindakan pentaatan upaya konservasi oleh CCAMLR. Sesuai dengan ketentuan 292
UNCLOS 1982 Federasi Rusia memasukan gugatan (permohonan) terhadap Australia
ke ITLOS yang meminta pelepasan kapal Volga dan tiga awaknya pada tanggal 2
Desember 2002.
B. PERMASALAHAN HUKUM
1. Apakah dalam sistematis penyelenggaraan prosedur penyitaan dan penahanan yang
dilakukan oleh Australia telah memenuhi aturan UNCLOS 1982?
2. Jurisdiksi negara manakah yang digunakan dalam mengadili kasus ini?
3. Apakah keputusan ITLOS telah memenuhi “proses pelepasan segera”?
C. ARGUMENTASI PARA PIHAK
Dalam permohonan dari Federasi Rusia dan dalam Pernyataan Tanggapan dari Australia, pihak-
pihak mengajukan hal-hal sebagai berikut:
a. Atas nama Federasi Rusia: Memohon kepada ITLOS (“Mahkamah”) untuk menyatakan
dan memutuskan sebagai berikut:
1. Menyatakan bahwa Mahkamah mempunyai yurisdiksi sesuai pasal 292 UNCLOS
1982 untuk memeriksa permohonan;
2. Menyatakan bahwa permohonan dapat diterima;
3. Menyatakan bahwa respondent (tergugat) melanggar pasal 73(2) UNCLOS dalam
hal responden menetapkan persyaratan pelepasan kapal Volga dan tiga awaknya
adalah tidak dibenarkan menurut pasal 73(2) atau tidak patut dalam pengertian
pasal 73(2);
4. Memutuskan bahwa responden melepaskan Volga dan nakhoda serta awaknya,
jika suatu jaminan atau keamanan yang dibebankan kepada pemilik dalam suatu
jumlah yang tidak melebihi AU$ 500,000 atau dalam jumlah serupa yang lain
dalam semua keadaan yang patut menurut pertimbangan Mahkamah;
5. Memutuskan bentuk jaminan atau keamanan seperti dimaksud angka 4 (d); dan
6. Memutuskan bahwa responden (tergugat) membayar biaya kepada penggugat
(pemohon) berkenaan dengan permohonan.
b. Atas nama Australia, dalam Pernyataan Tanggapan:
Australia memintah bahwa Mahkamah untuk membuat keputusan sebagaimana diminta
dalam Memorial Federasi Rusia. Termohon meminta Mahkamah untuk memutuskan:
1. bahwa besar dan persyaratan yang ditetapkan oleh Australia untuk melepaskan kapal
Volga dan awaknya adalah patut/layak (reasonable); dan
2. bahwa masing-masing pihak memikul biaya pengadilan sendiri-sendiri.
D. PUTUSAN
Putusan Kasus Volga
1. Menemukan bahwa Pengadilan memiliki yurisdiksi berdasarkan pasal 292 dari Konvensi
untuk menyetujui permohonan yang dibuat oleh Rusia pada tanggal 2 Desember 2002.
2. Menemukan bahwa permohonan sehubungan dengan dugaan ketidak sesuaian dengan
pasal 73, ayat 2, Konvensi dapat diterima.
3. Menemukan bahwa tuduhan yang dibuat oleh Pemohon bahwa Termohon tidak
memenuhi ketentuan Konvensi yang mengatur agar sesegera mungkin membebaskan
kapal atau awaknya setelah adanya jaminam berupa uang telah yang telah dipenuhi.
4. Memutuskan bahwa Australia harus segera melepaskan Volga dari berbagai obligasi
atau beban apapun setelah adanya putusan dari pengadilan
5. Menentukan bahwa obligasi atau sekuritas lainnya harus berjumlah 1.920.000 dollar
australia dan akan diumumkan oleh Australia
6. Menentukan bahwa obligasi harus dalam bentuk bank garansi dari bank yang
berwenang di Australia atau memiliki pengaturan yang sesuai dengan bank Australia
atau, jika disetujui oleh para pihak, dalam bentuk lain.
7. Memutuskan bahwa masing-masing pihak harus menanggung biaya sendiri.
8. Dengan 19 : 2 suara, Memutuskan bahwa Australia harus segera melepaskan Volga
setelah ada uang jaminan atau jaminan lainnya lain yang akan ditentukan oleh
Mahkamah;
9. Dengan 19 : 2 suara, Menentukan bahwa uang jaminan atau keamanan lainnya sejumlah
AU$ 1.920.000, harus disimpan (diposting) kepada Australia; dan
10. Suara bulat, Menentukan bahwa uang jaminan harus dalam bentuk bank garansi dari
bank yang ada di Australia atau memiliki perjanjian dengan bank Australia atau dalam
bentuk lain, jika disepakati oleh para pihak.
E. DASAR PERTIMBANGAN
a. Pertama, jaminan sejumlah AU$ 1,920,000 yang diminta untuk melepaskan kapal, yang
mencerminkan nilai kapal, bahan bakar, pelumas dan peralatan penangkap ikan serta
tidak disengketakan para pihak, adalah layak (reasonable) dalam pengertian pasal 292
Konvensi.
b. Kedua (sejumlah AU$ 412.500), Mahkamah menganggap setelah kepergian mereka dari
Australia, menetapkan jaminan bagi mereka tidak disajikan untuk tujuan praktis. Hal ini
dirasa tidak perlu dipertimbangkan oleh mahkamah, dalam keadaan saat ini, untuk
menangani masalah-masalah yang diangkat oleh Federasi Rusia.
c. Ketiga. Dalam menafsirkan ungkapan “jaminan atau keamanan lain” yang diatur dalam
pasal 73 (2), Mahkamah berpendapat bahwa ungkapan ini harus dilihat dalam konteks
dan kejelasan dari objek dan tujuannya. Konteks yang relevan termasuk ketentuan
Konvensi mengenai pelepasan segera dari kapal dan kru setelah penyerahan jaminan
atau keamanan. Ketentuan dimaksud adalah: Pasal 292, Pasal 220 (7), dan Pasal 226
(1b). Pasal-pasal ini menggunakan ekspresi “uang jaminan atau jaminan keuangan
lainnya” dan “penjaminan atau keamanan finansial yang tepat lainnya”.
Dilihat dalam konteks ini, istilah “jaminan atau keamanan lainnya” dalam Pasal 73 (2),
dalam pandangan Mahkamah, harus diinterpretasikan sebagai mengacu pada suatu
jaminan atau keamanan yang bersifat finansial. Mahkamah juga mengamati, dalam
konteks ini, yang mana Konvensi membayangkan pengenaan syarat-syarat tambahan
untuk suatu jaminan atau jaminan keuangan lainnya, secara jelas menyatakan begitu…
Mengikuti pandangan di atas bahwa persyaratan non-finasial tidak dapat dianggap
komponen dari jaminan atau keamanan keuangan lainnya untuk tujuan menerapkan
Pasal 292 sehubungan dengan dugaan pelanggaran Pasal 73 (2). Maksud dan tujuan dari
Pasal 73 (2) dibaca bersama dengan pasal 292 adalah untuk memberikan suatu
mekanisme bagi negera bendera untuk memperoleh pembebasan cepat dari kapal dan
awak yang ditangkap karena dugaan pelanggaran perikanan dengan pembebanan
keamanan/jaminan yang tidak layak (unreasonebleness) dapat dinilai dalam pengertian
finansial. Dimasukannya tambahan persyaratan non-finansial seperti keamanan tersebut
akan menggagal-kan maksud dan tujuan ini.
d. Mahkamah, dalam kerangka pemeriksaan menurut Pasal 292, tidak dapat menentukan
sikap tentang apakah syarat kerugian (pembebanan) seperti yang tertugat maksudkan
sebagai suatu “jaminan berprilaku baik/good behaviour bond” adalah pelaksanaan sah
dari hak berdaulat negara pantai di ZEEnya. Titik (the point) yang harus ditentukan
adalah apakah “jaminnan berperilaku baik” adalah jaminan atau keamanan dalam
pengertian dalam Pasal 73 (2) dan Pasal 292. Mahkamah mencatat bahwa Pasal 73 (2)
mengenai jaminan atau keamanan untuk melepaskan sebuah kapal “yang ditahan” yang
diduga keras melanggar hukum dari negara penahan. Membaca Pasal 73 secara
keseluruhan mengindikasikan adanya pertimbangkan atas upaya penegakan bertalian
dengan pelanggaran hukum dan peraturan negara pantai yang diduga keras telah
dilakukan. Dalam pandangan Mahkamah, suatu “good behaviour bond (jaminan
berprilaku baik)” guna mencegah pelanggaran hukum negara pantai pada masa
mendatang tidak dapat dipertimbangan sebagai suatu jaminan atau keamanan dalam
pengertian Pasal 73 (2), yang dibaca bersama dengan Pasal 292.
Berdasarkan pertimbangan di atas, dan dengan memperhatikan semua keadaan dalam
sengketa ini, Mahkamah menganggap bahwa jaminan seperti yang diminta oleh Australia tidak
layak (not reasonable) dalam pengertian Pasal 292 Konvensi. Berdasarkan pemikiran di atas,
Mahkamah menemukan bahwa permohonan (gugatan) berkenaan dengan dugaan ketidak-
sesuaian (non-compliance) dengan Pasal 73 (2) adalah well-founded (dapat dibenarkan dengan
tepat) untuk maksud dari pemeriksaan ini dan maka dari itu, Australia harus segera melepaskan
Volga setelah menempatkan suatu jaminan atau jaminan keuangan lainnya yang akan
ditentukan oleh Mahkamah. Atas dasar pertimbangan tersebut di atas, Mahkamah
berpandangan bahwa jaminan untuk melepaskan Volga, bahan bakar, pelumas dan peralatan
memancing harus dalam jumlah AU $ 1.920.000. Pandangan Mahkamah tentang kelayakan
uang jaminan sebesar nilai kapal, bahan bakar, pelumas dan peralatan penangkap ikan ini,
tercermin dalam putusan Mahkamah (ITLOS).
Dissenting Opinion atas Putusan Kasus Volga
1. Dissenting Opinion dari hakim Anderson
a. Dalam ayat 73, Pengadilan telah menyatakan bahwa seluruh nilai kapal, termasuk
didalamnya nya peralatan dan simpanan, merupakan jaminan finansial yang wajar
untuk membebaskan kapal. Menurut saya. Materi yang tersedia untuk Pengadilan
diungkapkan tidak ada alasan untuk menyimpang dari standar nilai penuh.
Termohon telah mengajukan banyak faktual materi yang tidak digugat. Informasi
yang terdiri dari keterangan tertulis dari Australia dan saksi Spanyol untuk
memancing dengan Volga di 2001-2002. Dokumen tertentu yang ditemukan di atas
kapal Volga, dan data yang ditemukan dari hard disk komputer kapal, Tidak
menunjukan ada sengketa bahwa ketika ditangkap di sub-wilayah 58.5.2 dari Area
CCAMLR kapal itu tidak membawa VMS, tapi memang memiliki di atas kapal lebih
dari 131 ton dari Patagonian toothfish, senilai hampir AU $ 2m, tertangkap oleh
longlines.
b. Dalam paragraf 81-83, Pengadilan menyimpulkan bahwa hal yang berkaitan
penangkapan Volga tidak ada kaitannya dalam menilai kewajaran keamanan yang
dicari
oleh Australia bagi pembebasan kapal itu. Sekali lagi, saya sekedar berbagi
pendekatan ini karena Pengadilan tidak dalam kepemilikan semua fakta dan tugas
berdasarkan pasal 292 adalah untuk berurusan dengan "persoalan pembebasan,
bukan penangkapan, dan untuk melakukannya" tanpa prasangka "untuk manfaat
dari setiap kasus sebelum forum domestik. Prinsip yang sama tanpa prasangka
(praduga tak bersalah) harus berlaku untuk masalah yang lebih luas lainnya yang
beredar di antara para pihak.
c. Saya setuju bahwa dalam konteks ini mengacu pada "keamanan lainnya" mungkin
terbatas pada jaminan finansial, tetapi tidak perlu untuk mengekspresikan
pandangan akhir tentang hal ini. Ungkapan " the posting of reasonable bond"
agaknya tidak umum dalam pikiran saya. Persoalannya ternyata pada arti
sebenarnya dari kalimat ini.
2. Dissenting Opinion dari hakim Shearer
a. Untuk alasan yang diberikan di bawah ini, dalam pandangan saya fakta dan keadaan
sekitarnya kasus seharusnya diberikan bobot yang lebih besar oleh Pengadilan
dalam menilai kewajaran ikatan berdasarkan ketentuan artikel 73, ayat 2, dan 292,
ayat 1, dari Konvensi PBB tentang Hukum Laut, 1982 (selanjutnya disebut "Konvensi
").
b. Keadaan lain yang penting, ditunjukkan oleh Termohon, adalah sulitnya penegakan
hukum perikanan di lingkungan yang tidak ramah dari Samudra Selatan. Cuaca yang
terus suram dan dingin, dengan angin kencang dan gelombang besar. Jarak menjadi
tertutupi oleh kapal perikanan penegakan dan pesawat yang besar. Tanpa izin kapal
penangkap ikan didorong untuk percaya bahwa kemungkinan deteksi mereka cukup
kecil, dan potensi manfaat cukup tinggi, untuk membenarkan mengambil risiko.
c. Dalam kasus ini, jika hukuman jera yang sangat diperlukan oleh keadaan IUU fishing
di daerah di mana stok ikan terancam punah, seperti di Samudra Selatan, yang
obligasi untuk pembebasan kapal dan awak (atau setidaknya anggota awak
terkemuka) harus mencerminkan keseriusan pelanggaran tersebut.
F. ANALISA
Pokok sengketa dalam kasus Volga adalah “apakah persyaratan yang ditetapkan oleh
Australia untuk pelepasan segera kapal yang ditahannya melanggar kewajibannya berdasarkan
pasal 73 (1) setelah adanya uang jaminan yang layak atau jaminan lainnya”. Atau dengan kata
lain yang disengketakan adalah ‘kelayakan uang jaminan yang ditetapkan oleh Australia’.
Seperti disebutkan di atas, uang jaminan yang ditetapkan oleh Otoritas Australia (AFMA) adalah
sebesar AU$ 3,332,500, terdiri dari:
- Jaminan mencakup nilai kapal, bahan bakar, pelumas dan peralatan penangkap ikan
(AU$ 1,920,000);
- Sejumlah (AU $ 412.500) untuk mengamankan pembayaran denda potensial dikenakan
dalam proses pidana yang masih tertunda terhadap anggota awak; dan
- Jaminan (a security) (AU $ 1.000.000) terkait dengan pelaksanaan operasional sistem
pemantau kapal (VMS) dan tindakan pentaatan upaya konservasi oleh CCAMLR.
Dalam pandangan Mahkamah, jaminan sejumlah AU$ 1,920,000 yang diminta untuk
melepaskan kapal, yang mencerminkan nilai kapal, bahan bakar, pelumas dan
peralatan penangkap ikan serta tidak disengketakan para pihak, adalah layak
(reasonable) dalam pengertian pasal 292 Konvensi.
Berhubungan dengan komponen kedua (sejumlah AU$ 412.500), Mahkamah menganggap
setelah kepergian mereka dari Australia, menetapkan jaminan bagi mereka tidak disajikan
untuk tujuan praktis. Mahkamah tidak perlu mempertimbangkannya, dalam keadaan saat ini,
untuk menangani masalah-masalah yang diangkat oleh Federasi Rusia.
Selanjutnya, mengenai komponen ketiga. Dalam menafsirkan ungkapan “jaminan atau
keamanan lain” yang diatur dalam pasal 73 (2), Mahkamah berpendapat bahwa ungkapan ini
harus dilihat dalam konteks dan kejelasan dari objek dan tujuannya. Konteks yang relevan
termasuk ketentuan Konvensi mengenai pelepasan segera dari kapal dan kru setelah
penyerahan jaminan atau keamanan. Ketentuan dimaksud adalah: Pasal 292, Pasal 220 (7), dan
Pasal 226 (1b). Pasal-pasal ini menggunakan ekspresi “uang jaminan atau jaminan keuangan
lainnya” dan “penjaminan atau keamanan finansial yang tepat lainnya”. Dilihat dalam konteks
ini, istilah “jaminan atau keamanan lainnya” dalam Pasal 73 (2), dalam pandangan Mahkamah,
harus diinterpretasikan sebagai mengacu pada suatu jaminan atau keamanan yang bersifat
finansial.
Mahkamah juga mengamati, dalam konteks ini, yang mana Konvensi membayangkan
pengenaan syarat-syarat tambahan untuk suatu jaminan atau jaminan keuangan lainnya, secara
jelas menyatakan begitu. Mengikuti pandangan di atas bahwa persyaratan non-finasial tidak
dapat dianggap komponen dari jaminan atau keamanan keuangan lainnya untuk tujuan
menerapkan Pasal 292 sehubungan dengan dugaan pelanggaran Pasal 73 (2). Maksud dan
tujuan dari Pasal 73 (2) dibaca bersama dengan pasal 292 adalah untuk memberikan suatu
mekanisme bagi negera bendera untuk memperoleh pembebasan cepat dari kapal dan awak
yang ditangkap karena dugaan pelanggaran perikanan dengan pembebanan keamanan/jaminan
yang tidak layak (unreasonebleness) dapat dinilai dalam pengertian finansial.
Dimasukannya tambahan persyaratan non-finansial seperti keamanan tersebut akan
menggagal-kan maksud dan tujuan ini. Mahkamah, dalam kerangka pemeriksaan menurut Pasal
292, tidak dapat menentukan sikap tentang apakah syarat kerugian (pembebanan) seperti yang
tertugat maksudkan sebagai suatu “jaminan berprilaku baik/good behaviour bond” adalah
pelaksanaan sah dari hak berdaulat negara pantai di ZEEnya. Titik (the point) yang harus
ditentukan adalah apakah “jaminnan berperilaku baik” adalah jaminan atau keamanan dalam
pengertian dalam Pasal 73 (2) dan Pasal 292. Mahkamah mencatat bahwa Pasal 73 (2)
mengenai jaminan atau keamanan untuk melepaskan sebuah kapal “yang ditahan” yang diduga
keras melanggar hukum dari negara penahan.
Pasal 73 UNCLOS 1982 yang menentukan:
1. Negara pantai dapat, dalam melaksanakan hak berdaulatnya untuk melakukan
eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumber daya hayati di zona
ekonomi ekskluisf mengambil tindakan sedemikian, termasuk menaiki kapal,
memeriksa, menangkap dan melakukan proses pengadilan, sebagaimana diperlukan
untuk menjamin ditaatinya peraturan perundang-undangan yang ditetapkannya
sesuai dengan ketentuan Konvensi ini.
2. Kapal-kapal yang ditangkap dan awaknya harus segera dibebaskan setelah diberikan
suatu uang jaminan yang layak atau bentuk jaminan lainnya.
3. Hukuman negara pantai yang dijatuhkan terhadap pelanggaran peraturan
perundang-undangan perikanan di zona ekonomi eksklusif tidak boleh mencakup
pengurungan, jika tidak ada perjanjian sebalik-nya antara negara-negara yang
bersangkutan, atau setiap bentuk hukuman badan lainnya.
4. Dalam hal penangkapan atau penahanan kapal asing negara pantai harus segera
memeberitahu kepada negara bendera, melalui saluran yang tepat, mengenai
tindakan yang diambil dan mengenai setiap hukuman yang kemudian dijatuhkan”.
Jadi berdasarkan Pasal 73 UNCLOS 1982, jika kapal asing tidak mematuhi peraturan
perundang-undangan perikanan negara pantai di ZEE, negara pantai dapat menaiki, memeriksa,
menangkap dan melakukan proses pengadilan atas kapal tersebut dan memberitahu negara
bendera kapal. Akan tetapi kapal dan awak kapal yang ditangkap tersebut harus segera
dilepaskan dengan reasonable bond (uang jaminan yang layak) yang diberikan kepada negara
pantai. Hukuman yang dijatuhkan tidak boleh dalam bentuk hukuman badan yaitu penjara.
Dengan demikian hukum dan bentuk hukuman bagi kapal dan awaknya berbeda jika terjadi di
kawasan laut yang tunduk di bawah kedaulatan dengan yang terjadi di ZEE. Kewenangan
Negara pantai terhadap pelanggaran di ZEE terbatas hanya untuk menegakan hukum yang
bertalian dengan perikananan. Perbedaan ini dikarenakan di ZEE, negara pantai hanya
mempunyai hak berdaulat (sovereign rights) bukan kekedaulatan.
Jadi terbatas dengan hal-hal yang terkait dengan hak berdaulat yang dimiliki oleh Negara
pantai atau Negara kepulauan. Ketentuan pasal 73 (2) mewajibkan Negara pantai untuk segera
melepaskan kapal yang ditangkap dan awaknya setelah diberikan suatu uang jaminan yang
layak atau bentuk jaminan lainnya. Prosedur pelepasan segera diatur dalam Pasal 292. Prosedur
pelepasan segera kapal dan awaknya yang ditahan adalah sebuah inovasi dalam hukum laut
internasional.
Akan tetapi, meskipun Pasal 292 ayat (1) mensyaratkan bahwa uang jaminan atau jaminan
keuangan lainnya harus “masuk akal/layak (reasonable)”, tetapi UNCLOS 1982 justru tidak
memberikan rincian tentang “kelayakan” jaminan keuangan tersebut. Sehingga dalam kasus
Volga salah satu masalah hukum yang timbul adalah mengenai jumlah uang jaminan untuk
pelepasan kapal Volga.
Membaca Pasal 73 secara keseluruhan mengindikasikan adanya pertimbangkan atas
upaya penegakan bertalian dengan pelanggaran hukum dan peraturan negara pantai yang
diduga keras telah dilakukan. Dalam pandangan Mahkamah, suatu “good behaviour bond
(jaminan berprilaku baik)” guna mencegah pelanggaran hukum negara pantai pada masa
mendatang tidak dapat dipertimbangan sebagai suatu jaminan atau keamanan dalam
pengertian Pasal 73 (2), yang dibaca bersama dengan Pasal 292. Berdasarkan pertimbangan di
atas, dan dengan memperhatikan semua keadaan dalam sengketa ini, Mahkamah menganggap
bahwa jaminan seperti yang diminta oleh Australia tidak layak (not reasonable) dalam
pengertian Pasal 292 Konvensi.
Berdasarkan pemikiran di atas, Mahkamah menemukan bahwa permohonan (gugatan)
berkenaan dengan dugaan ketidak-sesuaian (non-compliance) dengan Pasal 73 (2) adalah well-
founded (dapat dibenarkan dengan tepat) untuk maksud dari pemeriksaan ini dan maka dari
itu, Australia harus segera melepaskan Volga setelah menempatkan suatu jaminan atau
jaminan keuangan lainnya yang akan ditentukan oleh Mahkamah. Atas dasar pertimbangan
tersebut di atas, Mahkamah berpandangan bahwa jaminan untuk melepaskan Volga, bahan
bakar, pelumas dan peralatan memancing harus dalam jumlah AU $ 1.920.000. Pandangan
Mahkamah tentang kelayakan uang jaminan sebesar nilai kapal, bahan bakar, pelumas dan
peralatan penangkap ikan ini, tercermin dalam putusan Mahkamah (ITLOS).
Berhubungan dengan keputusan Mahkamah (ITLOS) dalam kasus ini ada beberapa hal
yang dapat dikemukakan oleh penulis:
Dalam menetapkan kelayakan uang jaminan atau keamanan lainnya, hanya komponen
pertama yang layak (reasonable) menurut ITLOS, yaitu jaminan yang nilainya sama dengan
nilai kapal, bahan bakar, pelumas dan peralatan penangkap ikan. Sedangkan komponen
kedua dan ketiga merupakan komponen yang tidak layak (unreasonable). Di lapangan,
termasuk dalam kasus ini, ITLOS telah menemukan komponen-komponen yang tidak layak
(unreasonable), meliputi:
a. Nilai kapal yang ditahan telah dinilai (dievaluasi) terlalu tinggi oleh pengadilan Negara
penahan, seperti dalam kasus the “Camauco” dan the “Monte Confuro”;
b. Nilai kapal yang ditahan dimasukan dalam penentuan uang jaminan, seperti dalam
kasus Hoshimaru;
c. Denda untuk nakhoda atau pemilik kapal yang ditahan telah dinilai terlalu tinggi,
seperti dalam kasus Monte Confurco dan Hoshimaru; dan
d. Yang disebut “jaminan berlaku baik (good behaviour bond)’ seperti dalam kasus
Volga.
Jadi seperti terlihat dalam pertimbangan Mahkamah, maka komponen kedua dan
ketiga merupakan komponen yang tidak layak (unreasonable) menurut pengertian pasal 73
(2). Hal ini dapat memaklumi, menurut Oman and Bantz bahwa fungsi “jaminan” dalam
konteks tertentu cukup menyeimbang-kan antara hak untuk meminta pelepasan dengan hak
untuk mengadili dan menghukum.
Dalam kasus ini yang disengketakan oleh Federasi Rusia hanya “kelayakan uang jaminan”
untuk pelepasan kapal Volga, bukan ‘kelayakan uang jaminan’ terhadap ketiga awaknya.
Hal ini dapat dimaklumi mengingat ketiga awak tersebut berkewarganegaraan Spanyol,
sedangkan awak kapal yang berkewarganegaraan Federasi Rusia hanyalah nakhoda kapal
yang telah meninggal dunia sebelum proses pengadilan dilakukan oleh Australia. Dalam
hukum internasional, memang tidak ada kewajiban dari suatu negara untuk melindungi
warganegara asing di Negara lain. Suatu negara hanya berkewajiban melindungi
warganegaranya baik di negaranya sendiri maupun di negara lain.
Selain itu, penyebabnya adalah (kemungkinan) karena pada saat kasus ini diajukan ke
ITLOS, proses pengadilan terhadap ketiga awak tersebut sedang berlangsung. Federasi
Rusia dalam hal ini nampaknya tidak mau dianggap sebagai Negara “yang tidak
menghormati proses pengadilan Negara lain” atau dengan kata lain, dianggap melanggar
prinsip “non intervensi”.
Penetapan jumlah uang jaminan bagi pelepasan awak kapal ditetapkan melalui
Pengadilan Australia berdasarkan ketentuan Fesheries Management Act 1991.
Sedangkan uang jaminan bagi pelepasan kapal Volga dilakukan oleh Australian
Fesheries Management Authority (AFMA). Hal ini kiranya dapat dijadikan pelajaran
berharga bagi Indonesia dalam menentukan tindakan terhadap kapal asing dan
awaknya yang melakukan IUU Fishing di ZEE Indonesia. Pengadilan yang berwenang
pengadili kapal asing sesuai dengan UU No. 31/2004 dan UU No.45/2009, antara lain
berkaitan dengan:
a. Penggunaan bahan kimia, biologis, peledak, alat/bangunan yang dapat
membahayakan kelestarian sumberdaya ikan dan/lingkungan (Psl.84 UU
No.31/2004);
b. Melakukan pencemaran dan/atau kerusakan sumberdaya ikan dan/ lingkungannya
(Psl.86 UU No.31/2004);
c. Membawah peralatan penangkap ikan yang mengganggu dan merusak
kelangsungan sumberdaya ikan (Psl. 85 UU No.45/2009);
d. Tidak memliki SIPI dan tidak membawah SIPI asli (Psl.93 ayat 2 dan 4 UU
No.45/2009);
e. Memalsukan SIUP, SIPI dan SIKPI (Psl. 94A UU No.45/2009);
f. Nakhoda yang tidak memiliki izin berlayar (Psl.98 UU No.45/2009).
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) yang berwenang menentu-kan “uang
jaminan” jika pemilik kapal mengajukan permohonan pelepasan terhadap kapal miliknya.
Keputusan ITLOS dalam kasus ini terbatas dengan “proses pelepasan segera” menurut
Pasal 292, oleh karena itu ITLOS tidak dapat mempertimbangkan masalah umum dari IUU
Fishing. Sehingga dalam kasus ini ITLOS seakan “mengabaikan” pendirian Australia atas
komponen ketiga yang digambarkan sebagai “good behaviour bond”, yakni jaminan agar
tindakan serupa tidak dilakukan pada masa yang akan datang. Australia menyatakan dalam
tanggapannya bahwa penipisan stok Patagonian tootfish di Samudera Bagian Selatan
merupakan masalah yang serius dan keprihatinan internasional. ITLOS menanggapi hal ini
‘memahami keprihatinan internasional tentang illegal, unregulated and unreported fishing
(IUU Fishing) dan menghargai tujuan di balik kebijakan yang diambil oleh negara-negara
untuk menangani masalah ini. Pasal 292 mendamaikan kepentingan Negara bendera untuk
memiliki kapal dan awaknya dibebaskan segera dengan kepentingan Negara penahan
untuk menjaga pentaatan terhadap hukum dan perundang-undangan serta “memadukan
keseimbangan yang adil antara dua kepentingan.” Kemudian perlu diingat bahwa dalam
“proses pelepasan segera” di ITLOS selalu ada kecenderungan bagi penggugat (pemohon)
untuk menyengketakan bahwa jaminan atau jaminan lainnya oleh negara penahan
ditetapkan terlalu tinggi.
G. PENUTUP
1. Berdasarkan uraian di atas, mengakhiri tulisan ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
Penegakan IUU Fishing suatu negara pantai menurut UNCLOS 1982, mencakup penegakan
IUU Fishing di kawasan laut yang tunduk di bawah kedaulatan negara pantai dan kawasan
laut dimana negara pantai memiliki hak berdaulat atau di ZEE.
2. ITLOS menetapkan jumlah uang jaminan yang layak (reasonable bond) dalam kasus Volga
tidak jauh berbeda dengan (mempertimbangkan) nilai kapal, bahan bakar, pelumas dan
peralatan penangkap ikan yang ada di atas kapal. Jadi ITLOS hanya mengabul komponen
pertama dari tiga komponen “uang jaminan “yang ditetapkan Australia.
3. Bagi Indonesia untuk menghukum pelaku IUU Fishing harus dilihat tempat terjadinya
tindakan tersebut. Di laut laut yang berada di bawah kedaulatan atau di ZEE. Jika di ZEE
(atau bahkan di laut di bawah kedaulatan) sebaiknya dikenakan hukuman denda, sebab
hukuman badan (penjara), di samping tidak dianjurkan oleh UNCLOS 1982 juga akan
merugikan Indonesia, karena harus menanggung biaya hidup pelaku. Sebaliknya,
hukuman berupa reasonable bond dapat meminimalisir kerugian Indonesia akibat IUU
Fishing; dan Namun demikian, berkaca dari kasus Volga, negara pantai harus hati-hati.
Penetapan jumlah “uang jaminan atau keamanan lainnya“ harus dilakukan secara layak
dengan tidak menilai harga kapal yang ditahan terlalu tinggi, memasukan nilai kapal
dalam jaminan, denda bagi nakhoda atau pemilik kapal terlalu tinggi, dan memasukan
komponen yang tidak bersifat finansial.
Kasus 2 : Saint Vincent and the Grenadines v. Guinea Case (1997),
A. Fakta Hukum
Kasus yang menyangkut penangkapan kapal tanker minyak “saiga” dan awaknya pada
tanggal 28 oktober 1997. Penangkapan ini terjadi pada suatu titik di luar Zona Ekonomi
Ekslusif.Kapal tersebut mengibarkan bendera Saint Vincent dan Grenadines. Awak kapal
tersebut adalah berkewarganegaraan Ukraina dan Senegal dan terlibat dalam pengisian
bahan bakar di laut.Ketika penangkapan ini berlangsung melibatkan tembakan yang
dilepaskan oleh pihak pabean Guinea yang mengakibatkan cederanya beberapa anggota
kapal saiga. Setelah penangkapan tersebut, kapal dibawa ke pelabuhan di Conarky,
Guinea dan kargo yang mereka bawa berupa minyak dengan gas di habiskan oleh pihak
Pabean.
Kapal tanker The Saiga mempunyai registrasi sementara (provisionally registrated) di St.
Vincent pada tanggal 12 maret 1997. Registrasi ini akan berakhir 6 (enam) bulan
kemudian, dan direncanakan The saiga akan mendapatkan registrasi permanen
(permanent registration) pada tanggal 28 November 1997.
Pemerintah Saint Vincent dan Grenadines mengajukan permohonan dengan Pengadilan
pada 13 November 1997 untuk membebaskan kapal dan awaknya. Permohonan
pembebasan ini segera di periksa dan ditangani secepatnya dengan sangat teliti selama
tiga minggu.Putusan mahkamah itu telah dipenuhi kemudia kapal dan awaknya di
bebaskan dari tahanan oleh parah pihak guinea yang berwenang. Pembebasan itu atas
pencatatan obligasi sebesar U$ 400.000 seperti yang telah ditentukan oleh majelis
dalam pengadilan penghakiman yang disampaikan pada 4 Desember 1997
Permohonan ini diajukan pada majelis menurut prosedur untuk mendorong menuntut
pembebasan kapal dan awak yang di akomodir juga dalam pasal 292 UN Convention on
The Law of The Sea.Dalam kasus seperti ini, majelis hanya dapat berurusan dengan
permintaan permbebasan dan penentuan obligasi atau keamanan lainnya dengan dasar
yang membebaskan dapat memerintahkan.
Negara Guinea menolak permintaan pengadilan tersebut untuk membebaskan kapal
awaknya. Pada tanggal 10 Desember 1997 negara guiena mengajukan tuntutan bahwa
The saiga telah melakukan tindakan criminal juga menyebutkan bahwa St. Vincent
bertanggung jawab secara perdata (Civilly liable). Pada tanggal 17 Desember 1997
pengadilan tingkat pertama Conarky memutuskan bahwa nahkoda kapal bersalah.
Pada tanggal 22 Desember 1997 ditentang kembali oleh St. Vincent atas putusan
tersebut.St. Vincent mengajukan pendapat bahwa hal ini bertentangan dengan Konvensi
Hukum Laut 1982, demikian pula dalam hal legalitas penahanan dan penuntutannya.
Pada tanggal 13 Januari 1998, pengadilan tingkat banding (The Court of Appeal of
Conarky) juga berpendapat bahwa nahkoda kapal bersalah secara tidak sah melakukan
impor, membeli dan menjual minyak di Guinea dan menghukum sang nahkoda selama 6
tahun penjara, dan memerintahkan untuk menyita kargo berikut kapalnya sebagai
garansi perlindungan.
B. Permasalahan Hukum
1. Bagaiamana penerapan meaknisme hukum terhadap keputusan tingkat pertma, tingkat
banding , dan keputusan ITLOS?
2. Apakah pembebasan terhadap kapal m/v Saiga beserta crew-nya bertentangan dengan
konvensi Hukum Laut?
C. Putusan Badan Peradilan
Pada tanggal 13November 1997, St. Vincent mengajukan permohonanagar The Saiga
berikut awak kapalnya segeradibebaskan berdasarkan Pasal 292 KHL 1982.
Padatanggal 4 Desember 1997, The International Tribunalfor The Sea (The Tribunal)
meminta agar kapal TheSaiga berikut awaknya dibebaskan. Negara Guineamenolak
permintaan pengadilan tersebut untukmembebaskan kapal beserta awaknya.
Pada tanggal10 Desember 1997 negara Guinea mengajukantuntutan bahwa The Saiga
telah melakukan tindakankriminal, juga menyebutkan bahwa St. Vincentbertanggung jawab
secara perdata (civilly liable). Padatanggal 17 Desember 1997 pengadilan tingkat
pertamaConakry memutuskan bahwa nakhoda kapal bersalah.
Selanjutnya pada tanggal 22 Desember 1997 St.Vincent menentang putusan tersebut
denganmengajukan pendapat bahwa hal ini bertentangandengan Konvensi Hukum Laut 1982,
demikian puladalam hal legalitas penahanan dan penuntutannya. Pada tanggal 13 Januari 1998,
St. Vincent memohonpada The Tribunal untuk menentukan provisionalmeasures pending
constitution of the arbitral tribunal.
Pada tanggal 3 Februari 1998, pengadilan tingkatbanding (The Court of Appeal of
Conakry) jugaberpendapat bahwa nakhoda kapal bersalah secaratidak sah melakukan impor,
membeli dan menjualminyak di Republik Guinea dan menghukum sangnakhoda 6 (enam) tahun
penjara, dan memerintahkanuntuk menyita kargo berikut kapalnya sebagai jaminan atas
Perlindungan Lingkungan Laut
Pada tanggal 11 Maret1998 Guinea dan St. Vincent setuju untuk membawa masalah ini
kepada The Tribunal (The 1998Agreement).
Pada tanggal 28 Februari 1998 Guineamembebaskan The Saiga berikut nakhoda dan
awakkapalnya. Pada tanggal 11 Maret 1998 the Tribunalmenentukan tindakan sementara
(provisionalmeasures) dengan menetapkan bahwa Guinea dapatmenahan diri untuk
membicarakan enforcing anyjudicial or administrative measure against the M/ VSaiga, its
master and the other members ofthe crew, itsowners or operators. Selama persidangan
berlangsung,Guinea keberatan menerima klaim dari St. Vincentdengan alasan bahwa kapal The
Saiga tidak memilikiregistrasi St. Vincent pada waktu terjadi penangkapan,tidak adanya
keterkaitan antara St. Vincent dan kapal.
Dengan demikian kerugian individual dan perusahaanyang diakibatkan kapal The Saiga
bukanlahdidasarkan atas nasionalitas dari St. Vincent.Padatanggal 1 Juli 1909. The Tribunal
dengan suara 18berbanding 2, memberikan suatu keputusan:
" ... rejected those arguments and found that Guinea hadviolated the rights of St. Vincent under
the Convention:
(1) in arresting, detaining, and seizing The Saiga,detaining its crew, confiscating its cargo,
androsecuting and convicting the master,
(2) in arrestingThe Saiga in contravention of the Convention'sprovisions on hot pursuit, and
(3) in using excessiveforce contrary to international law while stopping andarresting The Saiga.
Lihat Bernard H. Oxman,
"International Decisions".
PENJELASAN PUTUSAN PENGADILAN
Pada tanggal 4 Desember 1997, The International Tribunalfor The Sea (The Tribunal)
memutuskan bahwa diantaranya :
Bahwa Pengadilan (The International Tribunal for The Sea) memiliki yurisdiksi
berdasarkan pasal 292 Perserikatan Bangsa-BangsaKonvensi Hukum Laut (UNCLOS) untuk
meanggapi Permohonan yang diajukan oleh Saint Vincent danGrenadines pada 13 November
1997.
(Finds that the Tribunal has jurisdiction under article 292 of the United Nations
Convention on the Law of the Sea to entertain the Application filed by Saint Vincent and
the Grenadines on 13 November 1997.)
Memutus bahwa Permohonan (St.Vincent) dapat diterima.
(Finds that the Application is admissible)
Meminta agar Guinea harus segera melepaskan M / V Saiga dan awaknya dari tahanan.
(Orders that Guinea shall promptly release the M/V Saiga and its crew from detention)
Putusan ini didasarkan pada ketentuan Konvensi UNCLOS pasal 292 yang menyatakan bahwa :
Pasal 292
Pelepasan segera kendaraan air dan awaknya
1. Dalam hal pejabat suatu Negara Peserta telah melakukan penahanan kendaraan air yang
mengibarkan bendera Negara Peserta lain dan dituduhkan bahwa Negara yang menahan
itu tidak memenuhi ketentuan-ketentuan Konvensi ini untuk segera membebaskan
kendaraan air atau awaknya setelah penitipan sejumlah uang jaminan atau jaminan
keuangan lainnya, maka masalah pembebasan dari penahanan dapat diserahkan kepada
pengadilan atau mahkamah manapun yang disepakati oleh para pihak atau, dalam hal tidak
tercapainya kesepakatan demikian dalam waktu 10 (sepuluh) hari sejak waktu penahanan
berdasarkan pasal 287 atau Mahkamah Internasional Hukum Laut, kecuali jika para pihak
bersepakat secara lain.
2. Permohonan untuk pembebasan dapat diajukan hanya oleh atau atas nama Negara
bendera kendaraan air tersebut.
3. Pengadilan atau mahkamah harus menangani permintaan untuk pembebasan tanpa
penundaan dan harus menangani hanya masalah pembebasan dengan tidak mengurangi
kepentingan perkara manapun di hadapan forum domestik yang selayaknya terhadap
kendaraan air itu, pemiliknya atau awaknya. Pejabat Negara yang menahan tetap
berwenang untuk melepaskan kendaraan air itu atau awaknya setiap waktu.
4. Setelah menyerahkan sejumlah uang jaminan atau jaminan keuangan lainnya yang
ditetapkan oleh pengadilan atau mahkamah, pejabat Negara yang menahan harus segera
mematuhi keputusan pengadilan atau mahkamah perihal pembebasan kendaraan air
tersebut atau awaknya.
Perihal penolakan atas permintaan yang diatas oleh Negara Guinea untuk membebaskan kapal
The Saiga dan berserta awak kapalnya karena mendasarkan pada ketentuan Konvensi UNCLOS
pasal 73 yang menyatakan bahwa :
Pasal 73
Penegakan Peraturan perundang-undangan Negara pantai
1. Negara pantai dapat, dalam melaksanakan hak berdaulatnya untuk melakukan eksplorasi,
eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumber kekayaan hayati di zona ekonomi
eksklusif mengambil tindakan demikian, termasuk menaiki kapal, memeriksa, menangkap
dan melakukan proses peradilan, sebagaimana diperlukan untuk menjamin ditaatinya
peraturan perundang-undangan yang ditetapkannya sesuai dengan ketentuan Konvensi
ini.
2. Kapal-kapal yang ditangkap dan awak kapalnya harus segera dibebaskan setelah diberikan
suatu uang jaminan yang layak atau bentuk jaminan lainnya.
3. Hukuman Negara pantai yang dijatuhkan terhadap pelanggaran peraturan perundang-
undangan perikanan di zona ekonomi eksklusif tidak boleh mencakup pengurungan, jika
tidak ada perjanjian sebaliknya antara Negara-negara yang bersangkutan, atau setiap
bentuk hukuman badan lainnya.
4. Dalam hal penangkapan atau penahanan kapal asing Negara pantai harus segera
memberitahukan kepada Negara bendera, melalui saluran yang tepat, mengenai tindakan
yang diambil dan mengenai setiap hukuman yang kemudian dijatuhkan.
Tetapi sebenarnya pasal 73 ini tidak bisa dijadikan alasan untuk menjadikan dasar hukum
Negara Guinea untuk menyanggah, dikarenakan apabila kita melihat pada pasal 73 ayat (2) dan
pasal 292 ayat (1) ketentuan Konvensi UNCLOS tersebut, tidak adanya penawaran yang
dilakukan oleh Negara Guinea perihal adanya uang jaminan untuk pembebasan kapal The Saiga
beserta awak kapalnya kepada St. Vincent. Sehingga St. Vincent tidak dapat
menitipkan/membayarkan uang jaminan tersebut.
Kemudian setelah para pihak sepakat untuk membawa untuk membawa masalah ini kepada
ITCLOS (International Tribunal for the Law of The Sea) pada tanggal 11 Maret1998. Maka dihari
yang sama, ITCLOS menetapkan putusan sebagai berikut :
Menetapkan tindakan sementara berikut menurut pasal 290, ayat 1, dariKonvensi:
“Guinea harus menahan diri dari mengambil atau menegakkan setiap tindakan hukum atau
administrativeterhadap M / V Saiga, Guru dan anggota lain dari kru, pemilik atauoperator,
sehubungan dengan insiden yang mengarah pada penangkapan dan penahanankapal pada
tanggal 28 Oktober 1997”
(Prescribes the following provisional measure under article 290, paragraph 1, of
theConvention:
“Guinea shall refrain from taking or enforcing any judicial or administrative measure against
the M/V Saiga, its Master and the other members of the crew, its owners or operators, in
connection with the incidents leading to the arrest and detention of the vessel on 28 October
1997 and to the subsequent prosecution and conviction of the Master.”)
Berikut pasal 290 ayat 1 ketentuan Konvensi UNCLOS :
Pasal 290
Tindakan sementara (Provisional measures)
Apabila suatu sengketa telah diserahkan sebagaimana mestinya kepada suatu
pengadilan atau mahkamah yang prima facie berpendapat bahwa ia mempunyai
yurisdiksi berdasarkan Bab ini atau Bab XI, bagian 5, maka pengadilan atau mahkamah
itu dapat menetapkan tindakan sementara apapun yang dipandang memadai menurut
keadaan untuk memelihara hak masing-masing pihak dalam sengketa atau untuk
mencegah kerugian yang berat terhadap lingkungan laut, sambil menunggu keputusan
akhir (final decision).
Dari penetapan inilah sebenarnya yang mengenyampingkan putusan padatanggal 17 Desember
1997 pengadilan tingkat pertamaConakry yang memutus bahwa nakhoda kapal bersalah, serta
putusan pada tanggal 3 Februari 1998, pengadilan tingkatbanding (The Court of Appeal of
Conakry) yang berpendapat bahwa nakhoda kapal bersalah secaratidak sah melakukan impor,
membeli dan menjualminyak di Republik Guinea dan menghukum sangnakhoda 6 (enam) tahun
penjara, dan memerintahkanuntuk menyita kargo berikut kapalnya sebagai jaminan atas
Perlindungan Lingkungan Laut.
Dan pada akhirnya pada tanggal 1 Juli 1909The Tribunal dengan suara 18berbanding 2,
memberikan suatu keputusan yaitu :
Menolak argumen-argumen dan menyatakan bahwa Guinea telah melanggar hak-hak St
Vincent berdasarkan Konvensi:
dalam menangkap, menahan, dan menyita The Saiga, menahan awak, menyita
kargo, dan menghukum nahkoda,
dalam penangkapan The Saiga bertentangan dengan ketentuan Konvensi Hak
pengejaran seketika , dan
telah menggunakan kekuatan yang berlebihan dan bertentangan dengan hukum
internasional ketika menghentikan dan menangkap The Saiga.
"Keputusan Internasional".
( rejected those arguments and found that Guinea hadviolated the rights of St. Vincent under
the Convention:
in arresting, detaining, and seizing The Saiga,detaining its crew, confiscating its cargo,
androsecuting and convicting the master,
in arrestingThe Saiga in contravention of the Convention'sprovisions on hot pursuit,
and
in using excessiveforce contrary to international law while stopping andarresting The
Saiga.
"International Decisions". )
Putusan akhir ini didasarkan pada pasal 111 Konvensi UNCLOS, yaitu :
Pasal 111
Hak Pengejaran seketika
(Right of hot pursuit)
Pengejaran seketika suatu kapal asing dapat dilakukan apabila pihak yang berwenang dari
Negara pantai mempunyai alasan cukup untuk mengira bahwa kapal tersebut telah
melanggar peraturan perundang-undangan Negara itu. Pengejaran demikian harus
dimulai pada saat kapal asing atau salah satu dari sekocinya ada dalam perairan
pedalaman, perairan kepulauan, laut teritorial atau zona tambahan negara pengejar, dan
hanya boleh diteruskan di luar laut teritorial atau zona tambahan apabila pengejaran itu
tidak terputus. Adalah tidak perlu bahwa pada saat kapal asing yang berada dalam laut
teritorial atau zona tambahan itu menerima perintah untuk berhenti, kapal yang memberi
perintah itu juga berada dalam laut teritorial atau zona tambahan.Apabila kapal asing
tersebut berada dalam zona tambahan, sebagaimana diartikan dalam pasal 33,
pengejaran hanya dapat dilakukan apabila telah terjadi pelanggaran terhadap hak-hak
untuk perlindungan mana zona itu telah diadakan.
2. Hak pengejaran seketika harus berlaku, mutatis mutandis bagi pelanggaran-pelanggaran
di zona ekonomi eksklusif atau di landas kontinen, termasuk zona-zona keselamatan
disekitar instalasi-instalasi di landas kontinen, terhadap peraturan perundang-undangan
Negara pantai yang berlaku sesuai dengan Konvensi ini bagi zona ekonomi eksklusif atau
landas kontinen, termasuk zona keselamatan demikian.
3. Hak pengejaran seketika berhenti segera setelah kapal yang dikejar memasuki laut
teritorial Negaranya sendiri atau Negara ketiga.
4. Pengejaran seketika belum dianggap telah dimulai kecuali jika kapal yang mengejar telah
meyakinkan diri dengan cara-cara praktis yang demikian yang mungkin tersedia, bahwa
kapal yang dikejar atau salah satu sekocinya atau kapal lain yang bekerjasama sebagai
suatu team dan menggunakan kapal yang dikejar sebagai kapal induk berada dalam batas-
batas laut teritorial atau sesuai dengan keadaannya di dalam zona tambahan atau zona
ekonomi eksklusif atau di atas landas kontinen. Pengejaran hanya dapat mulai setelah
diberikan suatu tanda visual atau bunyi untuk berhenti pada suatu jarak yang
memungkinkan tanda itu dilihat atau didengar oleh kapal asing itu.
5. Hak pengejaran seketika dapat dilakukan hanya oleh kapal-kapal perang atau pesawat
udara militer atau kapal-kapal atau pesawat udara lainnya yang diberi tanda yang jelas
dan dapat dikenal sebagai kapal atau pesawat udara dalam dinas pemerintah dan
berwenang untuk melakukan tugas itu.
6. Dalam hal pengejaran seketika dilakukan oleh suatu pesawat udara :
(a) ketentuan-ketentuan dalam ayat 1 dan 4 harus berlaku mutatis mutandis;
(b) pesawat udara yang memberikan perintah untuk berhenti harus melakukan
pengejaran kapal itu secara aktif sampai kapal atau pesawat udara Negara pantai
yang dipanggil oleh pesawat udara pengejar itu tiba untuk mengambil alih
pengejaran itu, kecuali apabila pesawat udara itu sendiri dapat melakukan
penangkapan kapal tersebut. Adalah tidak cukup untuk membenarkan suatu
penangkapan di luar laut teritorial bahwa kapal itu hanya terlihat oleh pesawat
udara sebagai suatu pelanggar atau pelanggar yang dicurigai, jika kapal itu tidak
diperintahkan untuk berhenti dan dikejar oleh pesawat udara itu sendiri atau oleh
pesawat udara atau kapal lain yang melanjutkan pengejaran itu tanpa terputus.
7. Pelepasan suatu kapal yang ditahan dalam yurisdiksi suatu Negara dan dikawal ke
pelabuhan Negara itu untuk keperluan pemeriksaan di hadapan pejabat-pejabat yang
berwenang tidak boleh dituntut semata-mata atas alasan bahwa kapal itu dalam
melakukan perjalanannya, dikawal melalui sebagian dari zona ekonomi eksklusif atau laut
lepas jika keadaan menghendakinya.
8. Dalam hal suatu kapal telah dihentikan atau ditahan di luar laut teritorial dalam keadaan
yang tidak membenarkan dilaksanakannya hak pengejaran seketika, maka kapal itu harus
diberi ganti kerugian untuk setiap kerugian dan kerusakan yang telah diderita karenanya.
D. Dasar Pertimbangan
Pada tanggal 10 Desember 1997
Negara Guinea mengajukan tuntutan bahwa The Saiga telah melakukan tindakan kriminal, juga
menyebutkan bahwa St. Vincent bertanggung jawab secara perdata (civilly liable).
Pada tanggal 17 Desember 1997
Pengadilan tingkat pertama Conakry memutuskan bahwa nakhoda kapal bersalah.
Pada tanggal 22 Desember 1997
St. Vincent menentang putusan tersebut dengan mengajukan pendapat bahwa hal ini
bertentangan dengan Konvensi Hukum Laut 1982, demikian pula dalam hal legalitas penahanan
dan penuntutannya.
Pada tanggal 13 Januari 1998
St. Vincent memohon pada The Tribunal untuk menentukan provisional measures pending
constitution of the arbitral tribunal.
Pada tanggal 3 Februari 1998
Pengadilan tingkat banding (The Court of Appeal of Conakry) juga berpendapat bahwa nakhoda
kapal bersalah secara tidak sah melakukan impor, membeli dan menjual minyak di Republik
Guinea dan menghukum sang nakhoda 6 (enam) tahun penjara, dan memerintahkan untuk
menyita kargo berikut kapalnya sebagai guarantee for/ jaminan Perlindungan Lingkungan Laut:
Upaya Pencegahan Pencemaran Lingkungan Laut dengan adanya Hak Pelayaran Intemasional di
Perairan Indonesia payment of the fine.
Pada tanggal 11 Maret 1998
Guinea dan St. Vincent setuju to transfer the arbitral proceedings to The Tribunal (The 1998
Agreement).
Pada tanggal 28 Februari 1998
Guinea membebaskan The Saiga berikut nakhoda dan awak kapalnya.
Pada tanggal 11 Maret 1998
The Tribunal menentukan tindakan sementara (provisional measures) dengan menetapkan
bahwa Guinea dapat menahan diri untuk membicarakan enforcing any judicial or administrative
measure against the M/ V saiga, its master and the other members gfthe crew, its owners or
operators.
Guinea keberatan menerima klaim dari St. Vincent dengan alasan bahwa kapal The Saiga tidak
memiliki registrasi St. Vincent pada waktu terjadi penangkapan, tidak adanya keterkaitan antara
St. Vincent dan kapal. Dengan demikian kerugian individual dan perusahaan yang diakibatkan
kapal The Saiga bukanlah didasarkan atas nasionalitas dari St. Vincent.
Pada tanggal 1 Juli 1909.
The Tribunal dengan suara 18 berbanding 2, memberikan suatu keputusan:
" rejected those arguments and found that Guinea had violated the rights of St. Vincent under
the Convention:
(1) in arresting, detaining, and seizing The Saiga, detaining its crew, confiscating its
cargo, and prosecuting and convicting the master,
(2) in arresting The Saiga in contravention of the Convention's provisions on hot pursuit,
and
(3) in using excessive force con.tr a. ry to international law while stopping and arresting
The Saiga. Lihat Bernard H. Oxman,"International Decisions".
E. Analisa
Kasus ini merupakan kasus dimana sebuah kapal tanker (M/V Saiga) dituduh melakukan
perbuatan kriminal berupa penyelundupan minyak (fuel oil) di wilayah Guinea. Berdasarkan
data yang diperolah, M/V Saiga di tangkap diperairan di luar wilayah Zona ekonomi ekslusif
Guinea sehari setelah melakukan pengisisan fuel oil kepada 3 (tiga) kapal penangkap ikan
berlisensi Guinea. Sehari setelah itu otoritas Guinea melakukan pengejaran serta penangkapan
terhadap kapal M/V Saiga dan bahkan hingga melukai 2 crew kapal yang bersangkutan.
Setelah dilakukannya penangkapan, pada tanggal 13 november 1997 St. Vincent
mengajukan permohonan agar M/V Saiga berikut awak kapalnya segera dibebaskan
berdasarkan pasal 292 Konvensi Hukum Laut, pada tanggal 4 desember 1997 The International
Tribunal for The Sea meminta juga kepada Guinea agar segera melakukan pembebasan
terhadap M/V Saiga beserta awak kapalnya, namun Guinea tidak melakukannya.
Pada tanggal 10 desember 1997 Guinea melakukan tuntutan dengan menyatakan kapal
M/V Saiga telah melakukan perbuatan Kriminal. Kemudian pada tanggal 17 desember 1997
pengadlan tingkat pertama Conakry (guinea) menyatakan nakhoda kapal bersalah secara tidak
sah melakukan impor, menjual dan membeli minyak di republik guinea dan menghukum
nakhoda 6 (enam) tahun penjara. Putusan ini dikuatkan oleh pengadilan tingkat banding
conakry (guinea) pada tanggal 3 february 1998.
Pada tanggal 22 desember 1997 St. Vincent menggugat republik Guinea karna tidak
segera melakukan pembebasan terhadap kapal m/v Saiga beserta crew-nya, perbutan ini
dianggap bertentangan dengan konvensi Hukum Laut demikian pula dengan legalitas
penahanan dan penuntutan yang dilakukan oleh republik Guinea diangggap bertentangan
dengan konvensi.
ITLOs menyatakan Guinea bersalah dan harus membebaskankapal m/v Saiga beserta
crew-nya. Kemudian pada Pada tanggal 28 february 1998 republik guinea melakukan
pembebasan sesuai dengan putusan ITLOs.
Walaupun pada keputusan akhirnya ITLOS (international Tribunal For law Of the sea)
menyatakan bahwa Guinea melakukan kesalahan terhadap penahanan kapal M/V Saiga, namun
beberapa hakim berpendapat sebaliknya.
Ketika penangkapannya 28 oktober 1998 M/V Saiga ada dalam keadaan dimana
sertificate dari St. Vincent sudah ada dalam keadaan tidak berlaku (sudah lewat masa enam
bulan dari dikeluarkannya pada tanggal 12 maret 1997 – 12 agustus 1997) hal ini lah yang
membuat pihak Guinea merasa keberatan karena menurut hemat meraka st. Vincent sudah
tidak ada kaitannya dengan kapal M/V Saiga sehingga seharusnya ST. Vincent tidak harus
membela M/V saiga.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Solihin., Perikanan Indonesia Dalam Kepungan Organisasi Pengelolaan Perikanan
regional dan Internasional., http://ikanbijak.wordpress.com/2008/04/21/perikanan-indonesia-
dalam-kepungan-organisasi. Diakses 25 Oktober 2012.
Anthony Csabafi, Imre., The Concept of State Jurisdiction in International Space Law.,Martinus
Nijhoff, The Hague, 1971 Blakely,Laurance., The End of the Viarsa Saga And the Legality of
Australia’s Vessel Forfeiture Penalty For Illegal Fishing in Its Exclusive Economic Zone.,, hal. 680.
Dalam http://digital.law.washington.edu/…/17PacRimLPoly. Diakses 29 Oktober 2012.
Donald R, Rothwell., Multilateralism and International Ocean-Resources Law: Chapter 9. The
“Volga” Case (Russian Federation v Australia): Prompt Release and the Right and Interest of Flag
and Coastal States. Dalam http://escholarship.org/uc/item/4w9953kp#page-3. Diakses 30
Oktober 2012.
Gullett,Warwick., Prompt release procedures and the challenge for ficheries law enforcement:
the judgement of the international tribunal for the law of the sea in the ‘Volga’ case (Russian
Federation v Australia). Dalamhttp://www.ro.uow.au/cgi/viewcontent.egi?.article. Diakses 17
Oktober 2012.
ITLOS., Cases, Contentious Cases, dalam http://www.itlos.org. Diakses tanggal. 25 Oktober
2012.
Jianjun GAO., Reasonableness of the Bond under Article 292 of the LOS Convention: Practice of
the ITLOS., dalamhttp://chinesejil.oxfordjournals.org/content/7/1/115.full.pdf+html. Diakses 28
Oktober 2012.
Kasijan Romimohtarto., “Pengelolaan Pemanfaatan Kekayaan Hayati dan Nabati di Perairan
Indonesia”., Seminar Hukum Nasional Kelima Tahun 1990., BPHN, Jakarta, 1991
Md. Saiful Karim., Conflicts over Protection of Marine Living Resources: The ‘Volga Case’