referat pjt bari obyn

33
BAB 1 PENDAHULUAN Keterbelakangan pertumbuhan dalam rahim (IUGR) berdasarkan definisinya terjadi bila berat lahir dari bayi neonatus berada di bawah persentil ke sepuluh selama umur gestasi tertentu. Keadaan ini penting karena dapat mengenali satu kelompok bayi kecil yang beresiko tinggi terhadap morbiditas dan mortalitas perinatal. Janin yang mempunyai keterbelakangan dalam pertumbuhan sangat rentan terhadap terhadap masalah-masalah seperti aspirasi mekoneum, asfiksia, polisitemia, hipoglikemia dan mungkin juga dapat mengalami keterbelakangan mental. Pengenalan dini pada keterbelakangan pertumbuhan ini menawarkan peluang untuk dapat meminimalkan efek buruk dari banyak komplikasi ini. Bayi baru lahir dengan keterbelakngan pertumbuhan dalam rahim sering terlihat kurus, pucat dan kulitnya kering. Tali pusat lebih sering terlihat tipis dan suram. Bayi- bayi ini kadang-kadang mempunyai pandangan mata yang lebar. Beberapa bayi tidak mempunyai penampilan kelainan gizi, tetapi secara keseluruhan kecil. Pada bayi dengan keterlambatan pertumbuhan perubahan tidak hanya terhadap ukuran panjang, berat dan lingkaran 1

Upload: aryanti-zilzal

Post on 30-Nov-2015

114 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat PJT Bari Obyn

BAB 1

PENDAHULUAN

Keterbelakangan pertumbuhan dalam rahim (IUGR) berdasarkan definisinya terjadi

bila berat lahir dari bayi neonatus berada di bawah persentil ke sepuluh selama umur

gestasi tertentu. Keadaan ini penting karena dapat mengenali satu kelompok bayi kecil

yang beresiko tinggi terhadap morbiditas dan mortalitas perinatal.

Janin yang mempunyai keterbelakangan dalam pertumbuhan sangat rentan terhadap

terhadap masalah-masalah seperti aspirasi mekoneum, asfiksia, polisitemia,

hipoglikemia dan mungkin juga dapat mengalami keterbelakangan mental. Pengenalan

dini pada keterbelakangan pertumbuhan ini menawarkan peluang untuk dapat

meminimalkan efek buruk dari banyak komplikasi ini.

Bayi baru lahir dengan keterbelakngan pertumbuhan dalam rahim sering terlihat

kurus, pucat dan kulitnya kering. Tali pusat lebih sering terlihat tipis dan suram. Bayi-

bayi ini kadang-kadang mempunyai pandangan mata yang lebar. Beberapa bayi tidak

mempunyai penampilan kelainan gizi, tetapi secara keseluruhan kecil.

Pada bayi dengan keterlambatan pertumbuhan perubahan tidak hanya terhadap

ukuran panjang, berat dan lingkaran kepala akan tetapi organ-organ di dalam badan

pun mengalami perubahan misalnya Drillen (1975) menemukan berat otak, jantung,

paru dan ginjal bertambah sedangkan berat hati, limpa, kelenjar adrenal dan thimus

berkurang dibandingkan bayi prematur dengan berat yang sama. Perkembangan dari

otak, ginjal dan paru sesuai dengan masa gestasinya.

1

Page 2: Referat PJT Bari Obyn

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 DEFINISI

Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) adalah bayi yang berat badannya di bawah

persentil ke 10 untuk usia gestasinya. Usher dan McLean menggunakan batasan PJT

bila berat lahir dibawah 2 standar deviasi (SD) dari berat rata-rata. Sedangkan Seeds

(1984) mendefinisikan PJT bila berat lahir dibawah persentil 5.

Sebagian besar yang kita ketahui tentang pertumbuhan janin manusia normal dan

abnormal sebenarnya didasarkan atas standar berat lahir yang merupakan titik akhir

pertumbuhan janin. Standar ini tidak memperlihatkan kecepatan pertumbuhan janin.

Sebenarnya, kurva berat lahir seperti itu hanya memperlihatkan pertumbuhan yang

terganggu pada gangguan pertumbuhan yang ekstrem saja. Yang penting, kurva-kurva

ini sekarang ini tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi janin yang gagal

mencapai ukuran potensial atau yang diharapkan, tetapi berat lahirnya lebih dari

persentil ke-10. Jadi, persentil berat lahir adalah alat ukur kegagalan pertumbuhan

yang tidak sempurna. Battaglia dan Lubchenco (1967) menggolongkan bayi-bayi kecil

untuk masa kehamilannya terbukti mengalami peningkatan resiko kematian neonatal.

Namun tidak semua janin dengan berat lahir dibawah persentil 10 dari berat

distribusi pada usia kehamilannnya memiliki komplikasi perinatal; beberapa kasus

janin dengan berat dibawah persentil 10 merupakan janin kecil yang konstitusional.

Sehingga terdapat dua istilah yaitu pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan kecil masa

kehamilan (KMK). Janin dengan pertumbuhan terhambat merupakan janin yang kecil

masa kehamilan dengan menunjukkan adanya tanda hipoksia atau malnutrisi. Janin

dengan kecil masa kehamilan didefinisikan sebagai janin yang memiliki berat kurang

dari persentil 10, baik disebabkan karena pertumbuhan terhambat atau hanya kecil

yang konstitusional. 1,2

2

Page 3: Referat PJT Bari Obyn

2.2 INSIDENSI

Di Jakarta dalam suatu survei ditemukan bahwa pada golongan ekonomi rendah,

prevalensi PJT lebih tinggi (14%) jika dibandingkan dengan golongan ekonomi

menengah ke atas. Secara klinik awal pertumbuhan janin yang terhambat dikenal

setelah 28 minggu. Smith dkk, melakukan observasi pada 4.229 kasus dan menemukan

bahwa pertumbuhan yang suboptimal sejak trimester pertama berkaitan dengan

kelahiran preterm dan kejadian PJT 3,7.

Kejadian dan hasil perinatal 7 :

KejadianPJTAsimetris

PJTSimetris

Sesuai usia gestasi

Anomalies 14% 4% 3%

Morbiditas tidak serius 86% 95% 95%

Induksi persalinan (<36 wk) 12% 8% 5%

Tekanan darah tinggi dalam kehamilan (<32 wk)

7% 2% 1%

Intubasi dalam VK 6% 4% 3%

Neonatal ICU 18% 9% 7%

Respiratory distress syndrome 9% 4% 3%

Perdarahan intraventrikular(grade III atau IV)

2% <1% <1%

Kematian Neonatal 2% 1% 1%

Usia gestasi saat persalinan36.6 mgg ±

3.5 mgg37.8 mgg ±2.9 mgg

37.1 mgg ± 3.3 mgg

Kelahiran preterm <32 mgg 14% 6% 11%

2.3 PERTUMBUHAN JANIN NORMAL INTRAUTERIN

3

Page 4: Referat PJT Bari Obyn

Pertumbuhan janin intrauterine merupakan suatu perubahan yang terjadi sebagai

akibat bertambahnya ukuran janin dan peningkatan fungsi sistem organ yang

berlangsung selama kehamilan.

Proses pertumbuhan janin dibagi menjadi 3 fase pertumbuhan sel yang berturutan,

yaitu :

1. Fase hiperplasia, terjadi pada 16 minggu pertama kehamilan. Pada fase ini

ditandai dengan jumlah sel bertambah dengan cepat

2. Fase hiperplasia dan hipertrofi, terjadi pada usia kehamilan 16-32 minggu.

Pada fase ini terjadi peningkatan jumlah dan ukuran sel.

3. Fase hipertrofi sel, terjadi mulai usia kehamilan 32 minggu sampai aterm. Pada

fase inilah sebagian besar deposisi lemak dan glikogen janin terjadi.

Laju Pertumbuhan janin yang setara selama tiga fase pertumbuhan sel ini adalah 5

g/hari pada usia 15 minggu, 15-20 g/hari pada minggu ke-24, dan 30-35 g/hari pada

usia gestasi 34 minggu 4

2.4 KLASIFIKASI PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT

Pada tahun 1977, Campbell dan Thomas menjelaskan penggunaan rasio lingkar

kepala-terhadap-lingkar perut (LK/LP) secara ultrasonografik untuk membagi janin

menjadi subtipe ‘‘simteris“ yang berarti kecil proporsional dan ‘‘asimetris‘‘, yang

merujuk pada janin yang mempunyai pertumbuhan abdomen yang mengalami

perlambatan tidak proporsional 2,3.

A. Pertumbuhan janin terhambat simetris atau PJT tipe 1

- Terjadi pada kira-kira 23% dari semua kasus PJT

- Pada gangguan dini, akibat pajanan kimiawi, infeksi virus atau abnormalitas

perkembangan selular inheren yang disebabkan oleh aneuploidi secara teoritis dapat

menyebabkan penurunan relative jumlah serta besar sel.

- Terjadi penurunan proporsional besar kepala dan badan yang dihasilkan

4

Page 5: Referat PJT Bari Obyn

- Hambatan pertumbuhan simetris lebih menggambarkan perawakan kecil normal

yang telah ditentukan secara genetis.

B. Pertumbuhan Janin Terhambat Asimetris

- Secara keseluruhan PJT ternyata hanya 80% saja yang asimetrik pada penelitian

yang telah dilakukan.

- Pada kelainan sirkulasi uteroplasenta akibat dari perkembangan plasenta yang

abnormal, pasokan oksigen, masukan nutrisi, dan pengeluaran hasil metabolik

menjadi abnormal.

- Janin yang pasokan oksigen dan nutrisi yang kurang pada trimester akhir akan

menimbulkan PJT yang asimetrik. PJt asimetrik yaitu lingkar perut yang jauh lebih

kecil daripada lingkar kepala.

- Pada keadaan yang parah mungkin akan terjadi kerusakan tingkat seluler berupa

kelainan nukleus dan mitokondria.

- Gangguan pada kehamilan lanjut, seperti insufisiensi plasenta yang timbul akibat

hipertensi secara teoritis terutama akan mengganggu besar sel. Insufisiensi plasenta

penurunan transfer glukosa dan penyimpanan di hepar lingkar abdomen janin

– mencerminkan besarnya hepar akan mengecil.

2.5 ETIOLOGI

Etiologi dalam gangguan pertumbuhan janin dibagi menjadi 3 kategor 5,6i :

Faktor Ibu

Berat badan sebelum hamil dan status nutrisi yang kurang

Berat badan yang kurang selama kehamilan

Nutrisi yang kurang

Pengguna obat-obatan, alkoholik, merokok

Penyakit Paru

Penyakit Jantung

Penyakit Ginjal

5

Page 6: Referat PJT Bari Obyn

Diabetes Mellitus

Anemia

Hipertensi

Faktor Uterus dan Plasenta

Preeclampsia

Kehamilan Multiple

Malformasi Uterus

Faktor Janin

Abnormal kromosom

Infeksi Intaruteri

Penyebab retardasi pertumbuhan berdasarkan tipe retardasi;

1. Tipe simetris

a. Pertambahan berat badan maternal yang jelek.

Wanita dengan berat badan rendah atau peningkatan berat badan salam kehamilan

kuran/peningkatan berat badan terhenti setelah kehamilan 28 minggu akan

mempunyai resiko mengalami retardasi pertumbuhan janin. Akan tetapi pada

wanita yang mempunyai tubuh besar dan penambahan berat badan kurang /

dibawah rata-rata tanpa penyakit maternal  mungkin tidak disertai retardasi

pertumbuhan janin yang nyata.

b. Infeksi janin (virus, bakteri, protozoa)

Infeksi tersebut; virus rubella, sitomegalovirus, hepatitis A dan B, (berkaitan

dengan persalinan preterm), toksoplasmosis,malaria.

c. Malformasi kongenital

Semakin berat malformasi semakin besar pula bayi kemungkinan mengalami

retardasi pertumbuhan.

d.     Kelainan kromosom

Trisomi, (13,21), sindrom turner.

e.      Sindrom dwarf

6

Page 7: Referat PJT Bari Obyn

2. Kombinasi tipe simetris dan asimetris

a. Obat-obat teratogenik

Temakau, narkotik, alkohol, preparat anti konvulsan; fenitoin(dilantin),trimetadion

(tridion).

b. Malnutrisi berat

3. Tipe asimetris

a.  Penyakit vaskuler

Penyakit vaskuler kronis dan disertai preeklamsia dapat menyebabkan retardasi

pertumbuhan janin.

b. Penyakit ginjal kronis

c. Hipoksia kronis

Ibu yang tinggal didataran tinggi bayi yang dilahirkan mempunyai berat badan

rendah dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan oleh ibu yang tinggal didataran

yang lebih rendah. Dan ibu dengan penyakit jantung sianotik akan mengalami

pertumbuhan janin yang terhambat.

d. Anemia maternal

e. Abnormalitas plasenta dan tali pusat

 f. Solutio plasenta lokal yang kronis, infark yang luas, korioangioma dapat

menyebabkan retarasi pertumbuhan.

g. Janin multipel

h. Kehamilan preterm

i. Kehamilan ekstra uterine

Pada kasus PJT, pertumbuhan seluruh tubuh dan organ janin menjadi terbatas.

Ketika aliran darah ke plasenta tidak cukup, janin akan menerima hanya sejumlah kecil

oksigen, ini dapat berakibat denyut jantung janin menjadi abnormal, dan janin berisiko

tinggi mengalami kematian. Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT akan mengalami

keadaan berikut :

7

Page 8: Referat PJT Bari Obyn

a. Penurunan level oksigenasi

b. Nilai APGAR rendah (suatu penilaian untuk menolong identifikasi adaptasi bayi

segera setelah lahir)

c. Aspirasi mekonium (tertelannya faeces/tinja bayi pertama di dalam kandungan)

yang dapat berakibat sindrom gawat nafas

d. Hipoglikemi (kadar gula rendah)

e. Kesulitan mempertahankan suhu tubuh janin

f. Polisitemia (kebanyakan sel darah merah

2.6 MORTALITAS DAN MORBIDITAS

Angka kesakitan dan kematian perinatal cukup besar pada pertumbuhan janin

terhambat. Kematian janin akibat asfiksia saat lahir, aspirasi mekonium dan

hipoglikemia serta hipotermia neonatal meningkat, demikian pula prevalensi

timbulnya kelainan neurologis. Hal ini terjadi pada bayi aterm ataupun preterm. Usia

kehamilan kurang dari 32 minggu memiliki resiko kematian yang tinggi akibat

pertumbuhan janin terhambat.

Bayi dengan hambatan pertumbuhan akibat faktor virus kongenital, kromosom, atau

konstitusional dari ibu akan tetap berperawakan kecil sepanjang hidupnya. Bayi-bayi

dengan hambatan pertumbuhan in utero akibat insufisiensi plasenta sering akan

mengejar pertumbuhannya kembali setelah lahir dan mendekati potensial pertumbuhan

herediternya jika hidup di lingkungan yang optimal 2.

2.7 DIAGNOSIS

A. Faktor Ibu

Penetapan usia gestasi secara dini, perhatian pada penambahan berat badan ibu serta

pengukuran pertumbuhan fundus uteri dengan cermat selama kehamilan akan

menolong identifikasi kasus pertumbuhan janin terhambat. Kemudian identifikasi

tentang riwayat pertumbuhan janin terhambat pada kehamilan sebelumnya 2,3.

8

Page 9: Referat PJT Bari Obyn

B.Tinggi fundus Uteri

Cukup akurat untuk mendeteksi banyak janin yang kecil untuk masa kehamilan.

Kekurangannya adalah ketidak tepatannya. Jensen dan Larsen (1991) serta

Walferen (1995) menemukan bahwa pengukuran simfisis-fundus membantu

mengidentifikasi hanya 40%. Meskipun demikian, hasil-hasil ini tidak mengurangi

pentingnya pengukuran fundus uteri. Antara usia gestasi 18 dan 30 minggu, tinggi

fundus uteri dalam sentimeter bertepatan dengan minggu gestasi. Bila ukurannya

lebih 2 sampai 3 cm dari tinggi seharusnya, pertumbuhan janin yang tidak sesuai

dapat dicurigai 2,3.

C.Pengukuran Ultrasonik

Semua kehamilan harus mendapatkan pemeriksaan ultrasonik secara rutin dengan

tujuan dapat membantu mendiagnosis pertumbuhan janin terhambat. Pemeriksaan

Ultrasonografi yang rutin pada usia gestasi 16 sampai 20 minggu untuk menetapkan

usia kehamilan dan menyingkirkan anomali yang tampak, diikuti oleh pemeriksaan

pada minggu ke 32 sampai 34 untuk mengevaluasi pertumbuhan janin. Metode

Ultrasonografi optimal untuk memperkirakan ukuran janin dan adanya

pertumbuhan janin terhambat. Menggabungkan ukuran kepala, abdomen dan femur

secara teoritis akan meningkatkan akurasi peramalan ukuran janin.

Lingkar abdomen yang diukur secara langsung pada bayi baru lahir juga ternyata

merupakan penanda anatomis penting untuk hambatan pertumbuhan. Pada janin

yang didiagnosis mengalami hambatan pertumbuhan karena lingkar abdomen

ultrasonik kurang dari persentil 5 untuk usianya. Observasi-observasi yang sudah

dilakukan menekankan bahwa pengukuran sonografik lingkar abdomen dapat

secara bermakna emnunjukkan pertumbuhan janin terhambat patologis.

Penggunaan Ultrasonografi untuk mendeteksi pertumbuhan janin terhambat tidak

mencegah luputnya diagnosis. Larsen dkk (1992) melakukan pemeriksaan

ultrasonografi mulai minggu ke 28 dan setiap 3 minggu sesudahnya pada 1000

kehamilan dengan resiko pertumbuhan janin terhambat.

9

Page 10: Referat PJT Bari Obyn

Menyatakan hasil perkiraan pertumbuhan janin secara ultrasonografik pada

trimester ketiga amat meningkatkan diagnosis janin-janin yang kecil untuk masa

kehamilan. Pada kelompok ini, pelahiran efektif juga meningkat, tetapi tanpa

perbaikan angka kematian atau kesakitan neonatal secara keseluruhan2,3.

Berikut batasan pengukuran Ultrasonografi yang ditemukan pada PJT :

1. Diameter Biparietale.

Memiliki variasi fisiologi yang sangat tinggi dengan semakin bertambahnya usia

kehamilan,sehingga bukan merupakan penentu yang ideal. Hal ini disebabkan oleh

lambatnya penurunan pertumbuhan tulang tengkorak karena malnutrisi dan adanya

berubah bentuk tengkorak oleh kekuatan luar (oligohidramnion, presentasi bokong).

Campbell (1972) 4, mengenali dua pola teknik pemeriksaan. Pada pola low-profile,

pertumbuhan kepala terus rendah di sepanjang kehamilan dan keadaan ini berkaitan

dengan anomali kongenital,infeksi serta abnormalitas kromosom, sedangkan pada

pola late-flattening ditandai dengan pertumbuhan kepala janin yang sebelumnya

normal diikuti dengan perlambatan pada trimester ketiga. Pola ini berkaitan dengan

faktor maternal dan plasental seperti hipertensi.2,3

2. Rasio lingkar kepala terhadap lingkar abdomen.

Normalnya lingkar kepala lebih besar dari lingkar abdomen sampai kehamilan

mencapai usia kurang dari 32 minggu. Pada usia kehamilan antara 32 dan 36

minggu, kedua sirkumferensia tersebut sama besarnya. Setelah usia 36 minggu,

sirkumferensia abdomen biasanya melampaui sirkuferensia kepala. Lingkar perut

(AC),diukur melewati hati. Merupakan parameter yang paling baik dengan

sensitivitas mencapai 82 % dan berguna secara klinik untuk menggambarkan status

nutrisi janin. Teknik ini dapat digunakan untuk mendeteksi retardasi pertumbuhan

janin, disamping itu dapat pula di bedakan pola pertumbuhan yang simetris ataupun

yang tidak simetris. 2,3

10

Page 11: Referat PJT Bari Obyn

3. Perkiraan kualitatif terhadap volume cairan amnion.

Dapat digunakan untuk mengenali retardasi pertumbuhan janin. Manning dkk

mengemukakan bahwa kantong cairan yang ukurannya kurang dari 1 cm, memiliki

korelasi yang erat dengan retardasi pertumbuhan janin. Basticle (1986) menegaskan

bahwa oligohidroamnion merupakan tanda yang mengkhawatirkan dan kalau

keadaannya berat, sering menjadi indikasi persalinan bayi. 2,3

4. Berat janin

Berbagai rumus yang berbeda berdasarkan hasil pengukuran diameter janin,

sikumferensia dan daerah dari semua bagian tubuh dapat digunakan untuk

mengukur taksiran berat janin yang dapat pula digunakan untuk mendeteksi adanya

retardasi pertumbuhan. 2,3

5. Derajat plasenta

Plasenta derajat III berhubungan dengan hampir 60% janin dengan PJT. Derajat

plasenta ditentukan berdasarkan lempeng korion. Derajat I memiliki lempeng

korion yang halus, biasanya terdapat pada kehamilan 30-32 minggu dan dapat

bertahan hingga aterm. Derajat II memiliki densitas berbentuk koma dan derajat III

memiliki indentasi lempeng korion. 2,3

D.Velosimetri Doppler

Velosimetri Doppler arteri umbilikalis abnormal ditandai dengan tidak ada atau

berbaliknya aliran akhir diastolik yang menunjukkan tahanan yang meninggi, secara

unik telah dikaitkan dengan hambatan pertumbuhan janin. Penggunaan velosimetri

doppler dalam penatalaksanaan pertumbuhan janin terhambat telah

direkomendasikan sebagai kemungkinan pendukung untuk teknik pemeriksaan

janin lainnya seperti uji non-stres atau profil biofisik. 2,3

11

Page 12: Referat PJT Bari Obyn

Profil biofisik menurut Manning :

Variebel biofisik* Skor normal (skor =2) Skor abnormal (skor=0)

Gerakan nafas Paling sedikit 1 gerakan

nafas dalam 30 detik

Tidak terdapat gerakan

nafas lebih dari 30 detik

Gerakan badan janin Paling tidak 3 gerakan

badan janin yang jelas

2 atau ebih sedikit geraka

Tonus Paling tidak 1 episode

ekstensi aktif yang diikuti

fleksi pada badan atau

tungkai janin, termasuk

membuka tutup tangan

Ekstensi perlahan diikuti

fleksi sebagian atau

gerakan tungkai tanpa

fleksi atau tidak terdapat

gerakan janin

Denyut jantung janin < 26 minggu, paling tidak 2

akselerasi pada 10 denyut

selama 10 detik

26-36 minggu, paling tidak

2 akselerasi pada 10

denyut selama 15 detik

> 36 minggu, paling tidak 2

akselerasi pada 20 denyut

selama 20 detik

Kurang dari 2 episode

akselerasi dan selama

waktu yang telah

ditentukan

Volume cairan amnion Paling tidak 1 kantung

cairan amnion dengan

ukuran 2x2 cm

Tidak terdapat kantung

cairan amnion berukuran

2x2 cm

* semua parameter dinilai dalam 30 menit

12

Page 13: Referat PJT Bari Obyn

Fungsi Dinamik Janin – Plasenta

Skor 2 0

Reaktivitas DJJ ≥ 2 < 2

Akselerasi-stimulasi ≥ 2 < 2

Rasio SD A.Umbilikal < 3 ≥ 3

Gerak Napas-stimulasi ≥ 2 < 2

Indeks Cairan Amnion ≥ 10 < 10

Kurangi 2 nilai pada PJT dan Deselerasi

Apabila hasil Fungsi Dinamik Janin-Plasenta sebagai berikut :

< 5 → Seksio Sesaria

≥ 5 → Usia gestasi < 35 minggu ulangi FDJP dalam 2 minggu dan bila usia

gestasi ≥ 35 terminasi kehamilan.

2.8 Komplikasi Pertumbuhan Janin Terhambat

A. Dampak jangka pendek pada pertumbuhan janin terhambat

Bayi dengan PJT memiliki mortalitas lebih besar dibandingkan bayi dengan

berat lahir sesuai usia kehamilan. Risiko kematian neonatal dengan berat lahir

2000-2499 g empat kali lebih besar dibandingkan dengan neonatal yang berat

lahirnya 2500-2999g, dan risiko kematian sepuluh kali lebih besar dibandingkan

dengan neonatal yang berat lahirnya 3000-3499g. Di Brazil 67% dari seluruh

kematian neonatus disebabkan karena pertumbuhan janin terhambat, di Indonesia

sebesar 40% dan di Sudan sekitar 35 %.

Morbiditas neonatal pada PJT adalah asfiksia, aspirasi mekonium,

hipoglikemia, hipotermia, polisitemia, hipertensi pulmonal, infark serebral,

necrotizing enterocolitis,dan sepsis.

Bayi dengan PJT memiliki gangguan fungsi imunitas, sehingga risiko untuk

sakit diare 2-4 kali lebih besar dibandingkan dengan bayi yang berat lahirnya sesuai

usia kehamilan. Selain itu risiko untuk sakit pneumonia atau infeksi saluran

13

Page 14: Referat PJT Bari Obyn

pernapasan akut pada bayi dengan PJT hampir 2 kali lebih besar dibandingkan

dengan bayi yang berat lahir normal, dan memiliki risiko 3 kali lebih besar bila

berat lahirnya kurang dari 2000g.

Gangguan neurologik berupa penurunan konsentrasi, hiperaktif, penurunan

intelegensia, cerebral palsy bahkan skizofrenia ditemukan sebagai komplikasi dari

pertumbuhan janin terhambat. Penelitian oleh Martikainen (1992) ditemukan bahwa

bayi dengan pertumbuhan janin terhambat memiliki gangguan neurologik 2 kali

lebih besar dibandingkan dengan bayi dengan berat lahir sesuai dengan usia

kehamilannya. Gangguan neurologik tersebut lebih banyak ditemukan pada pria

dibandingkan wanita. Selain itu pada pertumbuhan janin terhambat tipe simetrik

lebih menyebabkan gangguan neurologik dibandingkan PJT tipe asimetrik.

B. Dampak Jangka Panjang

Beberapa penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan antara pertumbuhan

janin terhambat dengan penyakit pada saat dewasa nantinya seperti hipertensi

(Barker et al.1990), resistensi insulin (Phillips et al.1994), disfungsi vaskuler

(Martyn et al.1995), obesitas (Yajnik,2000), stroke (Sheffield, 1997), dan

dislipidemia (Barker et al.1993). Selain itu didapatkan penelitian yang menyatakan

bahwa pada pertumbuhan janin terhambat akan menyebabkan risiko terjadinya

kanker yang berhubungan dengan hormonal seperti kanker payudara (Le Marchand

et al.1988; Ekbom et al.1992; Sanderson et al.1996; Michels et al.1996), kanker

testis (Depue et al.1983; Brown et al.1986; Akre et al.1996), kanker ovarium

(Walker et al.1998), dan kanker prostate (Ekbom et al.1996; Tibbin et al.1995).

The Foetal Origins of Disease Hypothesis menyatakan bahwa keadaan kurang gizi

fetus pada periode perkembangan yang kritis in utero dapat menyebabkan

perubahan permanen pada struktur tubuh, fisiologi dan metabolisme. Perubahan ini

menyebabkan peningkatan kemungkinan penyakit jantung koroner (PJK) dan non

insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM) pada saat dewasa nantinya.

14

Page 15: Referat PJT Bari Obyn

2.9 PENATALAKSANAAN

Langkah pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasien-pasien yang

mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin kecil. Langkah kedua adalah

membedakan janin PJT atau malnutrisi dengan janin yang kecil tetapi sehat. Langkah

ketiga adalah menciptakan metode adekuat untuk pengawasan janin pada pasien-

pasien PJT dan melakukan persalinan di bawah kondisi optimal.

Untuk mengenali pasien-pasien dengan resiko tinggi untuk mengandung janin kecil,

diperlukan riwayat obstetrik yang terinci seperti hipertensi kronik, penyakit ginjal ibu

dan riwayat mengandung bayi kecil pada kehamilan sebelumnya. Selain itu diperlukan

pemeriksaan USG. Pada USG harus dilakukan taksiran usia gestasi untuk menegakkan

taksiran usia gestasi secara klinis. Kemudian ukuran-ukuran yang didapatkan pada

pemeriksaan tersebut disesuaikan dengan usia gestasinya. Pertumbuhan janin yang

suboptimal menunjukkan bahwa pasien tersebut mengandung janin PJT.

Tatalaksana kehamilan dengan PJT bertujuan, karena tidak ada terapi yang paling

efektif sejauh ini, adalah untuk melahirkan bayi yang sudah cukup usia dalam kondisi

terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu. Tatalaksana yang harus dilakukan

adalah : 8

1. Pertumbuhan Janin Terhambat pada saat dekat waktu melahirkan. Yang harus

dilakukan adalah segera dilahirkan

2. Pertumbuhan Janin Terhambat jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ

harus dicari pada janin ini, dan bila kelainan kromosom dicurigai maka

amniosintesis (pemeriksaan cairan ketuban) atau pengambilan sampel plasenta, dan

pemeriksaan darah janin dianjurkan

a. Tatalaksana umum : setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan kromosom

serta infeksi dalam kehamilan maka aktivitas fisik harus dibatasi disertai dengan

nutrisi yang baik. Tirah baring dengan posisi miring ke kiri, Perbaiki nutrisi dengan

menambah 300 kal perhari, Ibu dianjurkan untuk berhenti merokok dan

mengkonsumsi alkohol, Menggunakan aspirin dalam jumlah kecil dapat membantu

dalam beberapa kasus IUGR Apabila istirahat di rumah tidak dapat dilakukan maka

15

Page 16: Referat PJT Bari Obyn

harus segera dirawat di rumah sakit. Pengawasan pada janin termasuk diantaranya

adalah melihat pergerakan janin serta pertumbuhan janin menggunakan USG setiap

3-4minggu

b. Tatalaksana khusus : pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya dilahirkan,

hanya terapi suportif yang dapat dilakukan. Apabila penyebabnya adalah nutrisi ibu

hamil tidak adekuat  maka nutrisi harus diperbaiki. Pada wanita hamil perokok

berat, penggunaan narkotik dan alkohol, maka semuanya harus dihentikan

c. Proses melahirkan : pematangan paru harus dilakukan pada janin prematur.

Pengawasan ketat selama melahirkan harus dilakukan untuk mencegah komplikasi

setelah melahirkan. Operasi caesar dilakukan apabila terjadi distress janin serta

perawatan intensif neonatal care segera setelah dilahirkan sebaiknya dilakukan.

Kemungkinan kejadian distress janin selama melahirkan meningkat pada PJT

karena umumnya PJT banyak disebabkan oleh insufisiensi plasenta yang diperparah

dengan proses melahirkan

2.10 PENCEGAHAN

Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah. Bagaimanapun juga, faktor

seperti diet, istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol. Untuk mencegah komplikasi

yang serius selama kehamilan, sebaiknya seorang ibu hamil mengikuti nasihat dari

dokternya; makan makanan yang bergizi tinggi; tidak merokok, minum alkohol dan

menggunakan narkotik; mengurangi stress; berolahraga teratur; serta istirahat dan tidur

yang cukup. Suplementasi dari protein, vitamin, mineral, serta minyak ikan juga baik

dikonsumsi. Selain itu pence

gahan dari anemia serta pencegahan dan tatalaksana dari penyakit kronik pada ibu

maupun infeksi yang terjadi harus baik. 9,10

Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah PJT pada janin untuk setiap ibu

hamil sebagai berikut :

1. Usahakan hidup sehat.

16

Page 17: Referat PJT Bari Obyn

Konsumsilah makanan bergizi seimbang. Untuk kuantitas, makanlah seperti biasa

ditambah ekstra 300 kalori/hari.

2. Hindari stress selama kehamilan.

Stress merupakan salah satu faktor pencetus hipertensi.

3. Hindari makanan obat-obatan yang tidak dianjurkan selama kehamilan.

Setiap akan mengkonsumsi obat, pastikan sepengetahuan/resep dokter kandungan.

4. Olah raga teratur.

Olah raga (senam hamil) dapat membuat tubuh bugar, dan mampu memberi

keseimbangan oksigenasi, maupun berat badan.

5. Hindari alkohol, rokok, dan narkoba.

6. Periksakan kehamilan secara rutin.

Pada saat kehamilan, pemeriksaan rutin sangat penting dilakukan agar kondisi ibu

dan janin dapat selalu terpantau. Termasuk, jika ada kondisi PJT, dapat diketahui

sedini mungkin. Setiap ibu hamil dianjurkan melakukan pemeriksaan setiap 4 minggu

sampai dengan usia kehamilan 28 minggu. Kemudian, dari minggu ke 28-36,

pemeriksaan dilakukan setidaknya setiap 2 minggu sekali. Selanjutnya, lakukan

pemeriksaan setiap 1 minggu sampai dengan usia kelahiran atau 40 minggu. Semakin

besar usia kehamilan, semakin mungkin pula terjadi hambatan atau gangguan. Jadi,

pemeriksaan harus dilakukan lebih sering seiring dengan bertambahnya usia

kehamilan.9,10

2.10 PROGNOSIS10

Prognosis PJT (terutama tipe II) lebih baik daripada bayi lahir kurang bulan, tetapi

sering pada anak ini memperlihatkan juga gangguan pertumbuhan setelah lahir.

Prognosis PJT tipe I (terutama dengan kelainan multipel) buruk.

17

Page 18: Referat PJT Bari Obyn

BAB III

PERAWATAN DAN PENATALAKSANAAN PERTUMBUHAN JANIN

TERHAMBAT PADA KEHAMILAN TRIMESTER KETIGA4,11

Penatalaksanaan pada Pertumbuhan janin terhambata pada trimester akhir, harus

ditentukan apakah ada anomali pada janin atau janin memiliki kondisi fisiologi yang

buruk. Penentuan waktu persalinan sangat penting, sering kali harus dipertimbangkan

antara risiko kematian janin atau terjadinya persalinan prematur.

Beberapa terapi yang dapat dilakukan sebelum persalinan:

18

Penatalaksanaan PJT

Kehamilan <38 mg

Kehamilan >38 mg

TerminasiBerat Ringan

Istirahat totalAsam folat

Fasilitas lengkap

Maturitas paruPerbandingan L.SKadar Fosfolipid, gliseroll

Fasilitas terbatas

Rujuk RS lain atau terapi sampai keadaan memungkinkan

Tidak matur

DeksametasonTerminasi

Matur

Terminasi

Rawat di RS-Tirah baring-Asam folat-Aspirin dosis kecil

Pertahankan kehamilan sampai 34 mg jika memungkinkan

Terminasi

Page 19: Referat PJT Bari Obyn

1. Istirahat

Mungkin merupakan satu-satunya terapi yang paling sering direkomendasikan.

Secara teori istirahat akan menurunkan aliran darah ke perifer dan meningkatkan aliran

darah ke sirkulasi uteroplasenta, yang diduga dapat memperbaiki pertumbuhan janin.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Laurin Dkk, menunjukkan bahwa rawat inap di

rumah sakit tidak bermanfaat, tidak terdapat perbedaan berat badan lahir antara pasien

yang dirawat inap dengan rawat jalan.

2. Suplementasi Nutrisi Ibu

Pada suatu penelitian ditemukan bahwa kurangnya nutrisi ibu memilki sedikit efek

pada berat lahir. Kekurangan kalori yang berat hingga lebih kecil 1500 kalori per hari

dihubungkan dengan penurunan berat bayi lahir rata-rata hampir 300 gram. Terdapat

data yang menunjukkan bahwa suplementasi nutrisi dalam bentuk asupan kalori oral

dan atau suplemen protein memilki sedikit efek dalam meningkatkan berat badan lahir.

Defisiensi beberapa logam pada asupan makanan ibu juga dihubungkan dengan

PJT. Walles Dkk. membuktikan bahwa kadar seng pada leukosit perifer, yang

merupakan indikator sensitif keadaan seng jaringan, menurun pada ibu dengan janin

dengan PJT.

Asam eikosapentanoid yang terdapat pada minyak ikan, diduga dapat meningkatkan

berat lahir dan dapat digunakan dalam pencegahan dan terapi PJT. Asam ini bekerja

secara kompetisi dengan asam arakhidonat yang merupakan substrat dari enzim

siklooksigenase. Zat vasoaktif, tromboksan A2 (TxA2) dan prostasiklin I2 (PGI2)

telah diteliti sebagai mediator yang dapat menurunkan aliran uteroplasenta pada PJT

idiopatik. Prostasiklin merupakan vasodilator, dan tromboksan merupakan

vasokonstriktor yang kuat. Keseimbangan antara dua zat ini menghasilkan tonus

vaskuler pada uteroplasenta. Konsumsi minyak ikan diduga menghasilkan penurunan

sintesis tromboksan dan meningkatkan konsentrasi prostasiklin. Perubahan rasio ini

akan menghasilkan vasodilatasi yang menyebabkan peningkatan aliran darah

19

Page 20: Referat PJT Bari Obyn

utreroplasenta dan meningkatkan berat lahir, sehingga berguna dalam pencegahan dan

terapi PJT

3. Terapi Farmakologi

Aspirin dan Dipiridamol

Aspirin atau asam asetilsalisilat, menghambat enzim siklooksigenase secara

ireversibel. Pemberian aspirin dosis rendah 1-2 mg/kg/hari menghambat aktifitas

siklooksigenase dan menghasilkan penurunan sintesis tromboksan. Pemberian aspirin

dosis rendah berkaitan dengan peningkatan berat lahir rata-rata sebesar 516 gram. Juga

ditemukan peningkatan yang bermakna pada berat plasenta.

Dipiridamol, merupakan inhibitor enzim fosfodiesterase, dapat menghambat

penghancuran cyclic adenosine monophosphate (cAMP). Ini akan meningkatkan

konsentrasi cAMP yang dapat menyebabkan trombosit lebih sensitif terhadap efek

prostasiklin dan juga merangsang sintesis prostasiklin yang menghasilkan

vasodilatasi.

Beta mimeti. Obat ini memilki berbagai efek pada aliran daerah uteroplasenta. Salah

satunya adalah merangsang adenilat siklase miometrium yang menyebabkan relaksasi

uterus. Relaksasi ini akan menurunkan resistensi aliran darah uterus dan meningkatkan

perfusi. Efek vasodilatasi langsung pada arteri uterina juga meningkatkan perfusi

uterus. Secara teori hal ini bermanfaat pada pengobatan PJT 11.

20

Page 21: Referat PJT Bari Obyn

BAB IV

PENUTUP

Pertumbuhan janin intrauterine merupakan suatu perubahan yang terjadi sebagai

akibat bertambahnya ukuran janin dan peningkatan fungsi sistem organ yang

berlangsung selama kehamilan.Proses pertumbuhan janin dibagi menjadi 3 fase

pertumbuhan sel yang berturutan, yaitu :

1. Fase hiperplasia,

2. Fase hiperplasia dan hipertrofi

3. Fase hipertrofi sel

Untuk mengenali pasien-pasien dengan resiko tinggi untuk mengandung janin kecil,

diperlukan riwayat obstetrik yang terinci seperti hipertensi kronik, penyakit ginjal ibu

dan riwayat mengandung bayi kecil pada kehamilan sebelumnya. Selain itu diperlukan

pemeriksaan USG

Pada saat kehamilan, pemeriksaan rutin sangat penting dilakukan agar kondisi ibu

dan janin dapat selalu terpantau. Termasuk, jika ada kondisi PJT, dapat diketahui

sedini mungkin. Setiap ibu hamil dianjurkan melakukan pemeriksaan setiap 4 minggu

sampai dengan usia kehamilan 28 minggu. Kemudian, dari minggu ke 28-36,

pemeriksaan dilakukan setidaknya setiap 2 minggu sekali. Selanjutnya, lakukan

pemeriksaan setiap 1 minggu sampai dengan usia kelahiran atau 40 minggu

21

Page 22: Referat PJT Bari Obyn

DAFTAR PUSTAKA

1. Lin C C, Evans Mark I. Intrauterine Growth Retardation : Pathophysiology and

Clinical Management. United States of America : McGraw-Hill Book Company.

1984 : 4.

2. Cunningham F.G, Gant N.F, Leveno K.J, Gilstrap L.C, Hauth J.C, Wenstrom K.D.

Obstetri Williams. Edisi 21 . Jakarta : EGC. 2006 : 828 – 41.

3. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. 2008 : 696 – 701.

4. Cunningham F.G, Gant N.F, Leveno K.J, Gilstrap L.C, Hauth J.C, Wenstrom K.D.

Obstetri Williams. Edisi 21 . Jakarta : EGC. 2006 : 826

5. Wikipedia. Etiology of Intra Uterine Growth Restriction. Available at

http://en.wikipedia.org/wiki/Intrauterine_growth_restriction.

6. Midewiferoom. Pertumbuhan Janin Terhambat. Available at

http://midwiferoom.blog.com/2008/11/22/pertumbuhan-janin-terhambat/

7. Harper T. Fetal Growth Restriction. Dalam http:// www.emedicine.com . Diakses

tanggal 25 September 2011

8. Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT). Dalam http://www.klikdokter.com. Diakses

tanggal 25 September 2011

9. Waspadai Pertumbuhan Janin Terlambat (PJT). Dalam http://www.kafebalita.com .

Diakses tanggal 24 September 2011.

10. Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT). Dalam http://www.klikdokter.com. Diakses

tanggal 25 September 2011

11. Bianchi D.W, Crombleholme T.M, D’Alton M.E. Intrauterine Growth Restriction.

In: Fetology, Diagnosis and Management of the Fetal Patient. United States of

America: McGrow-Hill Co, Inc, 2000: 929-34

22

Page 23: Referat PJT Bari Obyn

23