case 3 revisi

18
CASE 3 : CARDIAC SYNCOPE Seorang laki-laki, 60 tahun, datang ke rumah sakit diantar istrinya, dengan riwayat 3 kali pingsan dalam 4 hari terakhir. Pasien memiliki riwayat infarks miokard 3 tahun yang lalu, tetapi sudah membaik dalam 6 bulan terakhir. Pasien rutin mengkonsumsi obat ramipril 5 mg dan bendroflumethiazide 2,5 mg, aspirin dan simvastatin. Hasil anamnesa didapatkan pasien sadar dan orientasi baik. Pemeriksaan fisik didapatkan nadi 60 kali/menit, tekanan darah 140/70 mmHg, frekuensi nafas 14 kali/menit, saturasi oksigen 99%, glukosa darah 4,7 mmol/L. Pasien melaporkan bahwa 3 episode pingsan tersebut terjadi mendadak saat ia duduk, tetapi pasien mengingat bahwa perasaan panas dan pening terjadi sebelum pingsan. Setelah bangun dari pingsan, pasien melaporkan pening, dingin dan berkeringat, namun beberapa menit kemudian semua kembali normal. Selama pingsan, tidak ada laporan inkontinensia, cedera maupun lidah tergigit. Istri pasien melaporkan bahwa sebelum pingsan, pasien tampak pucat dan tubuhnya gemetar selama beberapa detik, kulit teraba dingin. Serangan pingsan terjadi selama tidak lebih dari 5 menit, setelah pingsan pasien bicara tidak jelas dan menanyakan apa yang terjadi pada istrinya, pucat

Upload: mutmainnah-sari

Post on 18-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

pemecahan kasus

TRANSCRIPT

CASE 3 : CARDIAC SYNCOPESeorang laki-laki, 60 tahun, datang ke rumah sakit diantar istrinya, dengan riwayat 3 kali pingsan dalam 4 hari terakhir. Pasien memiliki riwayat infarks miokard 3 tahun yang lalu, tetapi sudah membaik dalam 6 bulan terakhir. Pasien rutin mengkonsumsi obat ramipril 5 mg dan bendroflumethiazide 2,5 mg, aspirin dan simvastatin. Hasil anamnesa didapatkan pasien sadar dan orientasi baik. Pemeriksaan fisik didapatkan nadi 60 kali/menit, tekanan darah 140/70 mmHg, frekuensi nafas 14 kali/menit, saturasi oksigen 99%, glukosa darah 4,7 mmol/L. Pasien melaporkan bahwa 3 episode pingsan tersebut terjadi mendadak saat ia duduk, tetapi pasien mengingat bahwa perasaan panas dan pening terjadi sebelum pingsan. Setelah bangun dari pingsan, pasien melaporkan pening, dingin dan berkeringat, namun beberapa menit kemudian semua kembali normal. Selama pingsan, tidak ada laporan inkontinensia, cedera maupun lidah tergigit. Istri pasien melaporkan bahwa sebelum pingsan, pasien tampak pucat dan tubuhnya gemetar selama beberapa detik, kulit teraba dingin. Serangan pingsan terjadi selama tidak lebih dari 5 menit, setelah pingsan pasien bicara tidak jelas dan menanyakan apa yang terjadi pada istrinya, pucat dan berkeringat selama 5-10 menit. Pasien tidak ada riwayat palpitasi, auskultasi menunjukkan murmur sistolik ringan. Pemeriksaan EKG menunjukkan Q patologis pada lead II, III dan aVF. Pemeriksaan laboratorium didapatkan potassium 3, mmol/L, fungsi renal dan tes darah lainnya ditemukan normal. Radiografi dada menunjukkan kardiomegali dan ECG menunjukkan regurgitasi mitral ringan dengan disfungsi sistolik ringan.1. Apa yang terjadi pada pasien? Sinkop, seizure atau yang lainnya? Jelaskan!2. Manajemen apakah yang harus segera dilakukan pada pasien?3. Mengapa pasien gemetar sebelum serangan?4. Apakah penyebab pingsan pada kasus?5. Terapi farmakologi apakah yang sesuai untuk pasien, dan apakah nursing consideration terkait terapi tersebut?6. Edukasi kesehatan apakah yang sesuai untuk pasien sesuai kasus?7. Buatlah rencana keperawatan (diagnose keperawatan, tujuan, intervensi dan rasional sesuai kasus!JAWAB:1. Yang terjadi pada pasien adalah sinkop kardiak, sinkop adalah kehilangan kesadaran dan kekuatan postural tubuh serta kemampuan untuk berdiri karena pengurangan aliran darah ke otak dan biasnya hanya terjadi dalam waktu yang tidak lama sebagaimana manifestasi klinis sinkop kardiak sama dengan tanda-tanda yang terjadi pada pasien, yaitu :Data subjektif: perasaan panas dan pening (sebelum pingsan) dan pening, dingin, berkeringat (setelah pingsan)Data objektif: Pasien pucat, gemetar beberapa detik, kulit teraba dingin (sebelum pingsan) dan pasien bicara tidak jelas, pucat, berkeringat 5-10 menit (setelah pingsan)Sinkop terjadi ketika aliran darah ke otak berkurang (anoksia) nyata minimal selama lima atau enam detik dan terjadi penurunan cardiac output (CO). Selain itu pasien memiliki riwayat infark miokard, dalam hal ini menjadi penyebab sinkop kardiak pada pasien, dimana terjadi aritmia mendadak dan penurunan curah jantung. Kambuhnya penyakit infark miokard pada pasien ditandai dengan hasil EKG yang menunjukkan Q patologis pada lead II, III dan aVF maksudnya terjadi kematian otot jantung pada bagian inferior jantung pasien. Dimana kita tahu bahwa bagi inferior jantung terdapat ventrikel yang berfungsi memompa darah untuk memasok darah ke otak. Hal ini diperkuat dengan: Radiografi dada menunjukkan kardiomegali (ukuran jantung membesar/menebal) karena otot jantung berusaha memompa darah dan ECG menunjukkan regurgitasi mitral ringan (kebocoran aliran balik memalalui katup mitral) dengan disfungsi sistolik ringan (fungsi ejeksi menurun)2. Manajemen yang harus dilakukan pada pasien: Posisi trendelenberg Periksa ABC Berikan oksigen, resusitasi cairan jika perlu Anamnesis Pemantauan TTV secara berkala Pemeriksaan EKG Mempersiapkan:Terapi farmakologi yang sesuai, alat pacu jantung, dan terapi bedah 3. Pasien gemetar sebelum serangan karena Serangan gemetar yang disebabkan gangguan fungsional sistem saraf pusat. Tremor terjadi akibat adanya gangguan pada saraf pusat di bagian tepi. Jadi bukan karena adanya kelainan pada fungsi otak, melainkan gangguan pada proses transfer saraf dari tulang belakang yang berurusan dengan organ tubuh yang mengalami tremor. Pada orang yang normal, pesan sensoris dari organ tubuh tertentu disampaikan dulu ke saraf pusat. Setelah diolah, baru kemudian pesan itu disampaikan kembali ke organ tersebut dalam bentuk aktivitas motoris (gerakan). Tapi pada orang yang mengalami tremor, sebelum sampai ke saraf pusat, pesan sensoris itu di-by pass oleh radiks, dan langsung diwujudkan dalam bentuk gerakan. Selain itu dari hasil pemeriksaan diagnostic menunjukkan kadar glukosa darah