case report geriatri- astri faluna revisi

14
PENATALAKSANAAN NUTRISI PADA LANSIA DENGAN DIABETES MELITUS Abstrak Latar belakang. Salah satu penatalaksanaan diabetes mellitus berupa terapi non farmakologis adalah pengaturan pola makan. Prinsip terapi nutrisi medis ini adalah melakukan pengaturan pola makan yang didasari pada status gizi penderita diabetes dan melakukan modifikasi diet berdasarkan kebutuhan masing-masing penderita. Presentasi Kasus. Dilaporkan Ny.T berusia 64 tahun yang menderita diabetes mellitus selama 2 tahun. Mendapatkan terapi nutrisi medis berupa pengurangan karbohidrat dan pembatasan glukosa, tetapi pasien tidak mengikuti terapi nutrisi dengan baik. Diskusi. Penderita tidak mengikuti terapi nutrisi medis Kesimpulan. Nutrisi lansia dengan diabetes memiliki peranan penting dalam pengendalian terhadap gula darah. Kata kunci : diabetes mellitus, nutisi, gizi, pola makan, penatalaksanaan.

Upload: dimas-mochamad-zaeni

Post on 21-Oct-2015

33 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Case Report Geriatri- Astri Faluna Revisi

PENATALAKSANAAN NUTRISI PADA LANSIA DENGAN DIABETES MELITUS

Abstrak

Latar belakang. Salah satu penatalaksanaan diabetes mellitus berupa terapi non farmakologis

adalah pengaturan pola makan. Prinsip terapi nutrisi medis ini adalah melakukan pengaturan pola

makan yang didasari pada status gizi penderita diabetes dan melakukan modifikasi diet

berdasarkan kebutuhan masing-masing penderita.

Presentasi Kasus. Dilaporkan Ny.T berusia 64 tahun yang menderita diabetes mellitus selama 2

tahun. Mendapatkan terapi nutrisi medis berupa pengurangan karbohidrat dan pembatasan

glukosa, tetapi pasien tidak mengikuti terapi nutrisi dengan baik.

Diskusi. Penderita tidak mengikuti terapi nutrisi medis

Kesimpulan. Nutrisi lansia dengan diabetes memiliki peranan penting dalam pengendalian

terhadap gula darah.

Kata kunci : diabetes mellitus, nutisi, gizi, pola makan, penatalaksanaan.

Page 2: Case Report Geriatri- Astri Faluna Revisi

Pendahuluan

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010,Diabetes melitus merupakan

suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya (Perkeni, 2011).

Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif kronis yang semakin

meningkat prevalensinya di masa mendatang(Setiawati,2004).Indonesia menempati peringkat

keempat negara dengan penderita DM terbanyak di dunia.WHO memprediksi adanya pe

ningkatan jumlah penyandangDM yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang.WHO

memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000

menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030(Perkeni, 2011).

Terapi gizi medis merupakan salah satu terapi non farmakologis yang sangat

direkomendasikan bagi penyandang DM. Terapi gizi medis ini prinsipnya adalah mengatur pola

makan yang berdasarkan pada status gizi DM dan melakukan modifikasi diet berdasarkan

kebutuhan individual. Empat pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makan, latihan

jasmani, obat berkhasiat hipoglikemik, dan penyuluhan namun itu belum cukup untuk menjamin

keberhasilan suatu terapi jika tidak diikuti dengan kepatuhan pasien.. Beberapa manfaat yang

telah terbukti dari terapi gizi medis ini antara lain : menurunkan berat badan, menurunkan

tekanan darah sistolok dan diastolic,menurunkan kadar glukosadarah, memperbaiki profil

lipid,meningkatkan sensitivitas reseptor insulin,memperbaiki system koagulasi darah

(Soegondo,2007)

Presentasi kasus

Ny. T berusia 64 tahun berasal dari Cibiru,Bandung. Memiliki latar belakang pendidikan

sekolah dasar kelas 3 dengan status janda, beragama islam. Karena status ekonomi yang kurang

serta pendidikan yang minim Ny.T memutuskan untuk mengadu nasib ke Jakarta sebagai

pembantu rumah tangga didaerah depok.karena usia yang sudah tua dan tidak mampu lagi untuk

bekerja serta tidak mempunyai keluarga dia memutuskan untuk masuk Panti Tresna Werdha

Budi Mulya III Ciracas yang dibantu oleh petugas pada tahun 2011. Sebelumnya Ny T pernah

ditampung di daerah ceger. Dalam keseharian Ny.T dipanti hanya melakukan aktivitas ringan

seperti duduk-duduk, nonton televisi dan kurang berolahraga

Page 3: Case Report Geriatri- Astri Faluna Revisi

Pada saat pertama kali datang ke panti werda dilakukan cek kesehatan untuk pertama

kalinya dengan keluhan seringbuang air kecil pada malam hari, mudah haus, mudah lapar dan

nafsu makan meningkat tetapi BB turun.seringpusing, badan pegal, tangan dan kaki seperti

ditusuk, gangguan tidur. Dari pemeriksaan fisik Ny.T didapatkan berat badan 55kg dan tinggi

badan 146cm tekanan darah 130/80mmHg, serta pada pemeriksaan laboratorium didapatkan

GDS 422 mg/dl. Sehingga Ny.T didiagnosis DM. Pada hasil pemeriksaan kejiwaan didapatkan

hasil kooperatif.Ny.T mempunyai riwayat ISPA dan kadar asam urat yangtinggi

Menurut Ny.T pemberian makan bagi pasien DM di Panti Werdha telah diatur sesuai

dengan kebutuhan gizi per hari.Pemberian nasi pada pasien DM di Panti Werdha dikurangi untuk

mengurangi asupan karbohidrat. Menurut Ny.T, beliau sering melanggar pemberian asupan gizi

yang sesuai dengan kebutuhan gizi beliau, dengan memakan makanan yang mengandung banyak

glukosa seperti kue, buah – buahan manis yang diberikan pengunjung,dan sering makan dalam

porsi yang banyak tanpa sepengetahuan perawat.

Ny.T mendapatkan pengobatan berupa captropil 25mg/1x/hari , antalgin/1x/hari dan

glibenclamide 5mg/1x/hari. Tetapi Ny.T tidak teratur dalam meminum obat. Dan bila obat tidak

diminum teratur dan terlalu banyak asupan makanan yang tidak sesuai nutrisi gizi, Ny.T

mengeluh kaki menjadi bengkak dan gula darah meningkat.

Teori Singkat

Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadarglukosa darah.Guna penentuan

diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara

enzimatik dengan bahan darah plasma vena.Penggunaan bahan darah utuh (wholeblood), vena,

ataupunangka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO.Sedangkan untuk

tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa

darah kapiler dengan glucometer (Perkeni, 2011).

Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes.Kecurigaan adanya DM

perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti di bawah ini:

- Keluhan klasik DM berupa: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang

tidak dapat dijelaskan sebabnya

- Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi

pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita

Page 4: Case Report Geriatri- Astri Faluna Revisi

Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara:

1. Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >200 mg/dL sudah

cukup untuk menegakkan diagnosis DM

2. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL dengan adanya keluhan klasik.

3. Tes toleransi glukosa oral (TTGO). Meskipun TTGO dengan beban 75 g glukosa lebih sensitif

dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun pemeriksaan ini

memiliki keterbatasan tersendiri.TTGO sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek

sangat jarang dilakukan karena membutuhkan persiapan khusus.

Tabel 1. Kriteria diagnosis DM

1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu 200 mg/dL (11,1 mmol/L) Glukosa plasma

sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu

makan terakhir

Atau

2. Gejala klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa 126 mg/dL (7.0 mmol/L) Puasa diartikan

pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam

Atau

3. Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO 200 mg/dL (11,1 mmol/L) TTGO yang dilakukan

dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus

yang dilarutkan ke dalam air.

* Pemeriksaan HbA1c (>6.5%) oleh ADA 2011 sudah dimasukkan menjadi salah satu kriteria

diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana laboratorium yang telah terstandardisasi dengan baik.

(Perkeni, 2011).

Tujuan penatalaksanaan DM secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup

penyandang diabetes.Terapi Nutrisi Medis (TNM) merupakan bagian dari penatalaksanaan

diabetes secara total. Kunci keberhasilan TNM adalah keterlibatan secara menyeluruh dari

anggota tim(dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien dan keluarganya).Setiap

penyandang diabetes sebaiknya mendapat TNM sesuai dengan kebutuhannya guna mencapai

sasaran terapi.Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran

Page 5: Case Report Geriatri- Astri Faluna Revisi

makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan

kalori dan zat gizi masingmasing individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan

pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan,terutama

pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.(Perkeni, 2011).

Masalah Gizi Nutrisi merupakan bagian dari perawatan diabetes untuk segala usia, tetapi

ada pertimbangan tambahan untuk lansia dengan diabetes. Meskipun kebutuhan energi menurun

dengan usia, kebutuhan nutrient dan kalori pada lansia lebih rendah. Lansia mungkin berisiko

untuk gizi karena anoreksia, diubah rasa dan bau,kesulitan menelan, masalah mulut / gigi, dan

fungsional gangguan yang menyebabkan kesulitan makanan. Pola makan yang ketat harus

diperhatikan pada lansia diabetes.Mini Gizi Penilaian khusus dirancang untuk orang dewasa

yang lebih tua, untuk melakukan dan membantu menentukan apakah rujukan ke ahli diet

terdaftar untuk terapi nutrisi medis adalah diperlukan(Miller, 2002).

Gambar 1. Acuan pemberian makanan untuk lansia dengan DM (Tufts University, 2002)

Ahli diet , bekerja sama dengan anggota lain dari perawatan kesehatan tim , memainkan

peran yang sangat penting dalam mengembangkan rencana perawatan untuk orang tua dengan

diabetes. The American Dietetic Association pendukung bahwa masyarakat harus mengkonsumsi

cukup serat dari varietas makanan nabati (Marlett, 2002).

Diskusi Kasus

Page 6: Case Report Geriatri- Astri Faluna Revisi

Seperti yang telah jelaskan oleh Perkeni (2011), penegakan diagnosis DM ditemukannya

keluhan klasik+ glukosa plasma sewaktu >200 mg/dL.Dan dari hasil wawancara dengan Ny.T

didapatkan keluhan Ny.T sering buang air kecil pada malam hari, mudah haus, mudah lapar dan

nafsu makan meningkat tetapi BB turun.sering pusing, badan pegal, tangan dan kaki seperti

ditusuk, gangguan tidur.Pada pemeriksaan laboratoriumNy.T didapatkan GDS 422 mg/dl.

Terapi Nutrisi Medis (TNM) merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes secara

total.Setiap penyandang diabetes sebaiknya mendapat TNM sesuai dengan kebutuhannya guna

mencapai sasaran terapi.

Perhitungan jumlah kalori ditentukan oleh status gizi, umur, ada tidak nya stress akut,

dan kegiatan jasmani. Penentuan status gizi dapat dipakai indeks masa tubuh (IMT) atau rumus

brocca..

Penentuan status gizi Ny.T berdasarkan rumus brocca :

Ny.T berusia 64 tahun, mempunyai tinggi badan 146 cm dan berat badan 55 kg , dalam

kesehariannya hanya melakukan aktivitas ringan.

Perhitungan kebutuhan kalori:

Berat Badan Ideal = ( TB cm – 100 ) kg

= (146 cm – 100 ) kg

= 46 kg

Status gizi = ( BB aktual : BB ideal ) x 100%

= ( 55 kg : 46 kg ) x 100%

= 120%

Jumlah kebutuhan kalori per hari :

- Kebutuhan kalori basal = BB ideal x 25 kalori

= 46 x 25 kalori

= 1150 kalori

- Koreksi umur dikurangi 10% untuk dekade antara 60 dan 69 tahun

= 10% x 1150 kalori = 115 kalori

Page 7: Case Report Geriatri- Astri Faluna Revisi

- Kebutuhan untuk aktivitas ditambah 20%

= 20% x 1150 kalori = 230 kalori

- Koreksi karena kelebihan berat badan gemuk dikurang 20%

= 20% x 1150 kalori = 230 kalori

Jadi total kebutuhan kalori perhari untuk penderita : 1150 kalori – 115 kalori + 230

kalori – 230 kalori = 1035 kalori

Distribusi makanan :

1. Karbohidrat 60% = 60% x 1035 kalori = 621 kalori dari karbohidrat yang setara dengan

155,25 gram karbohidrat ( 621 kalori : 4 kalori/gram karbohidrat )

2. Protein 20% = 20% x 1035 kalori = 207 kalori dari protein yang setara dengan 51,75

gram protein ( 207 kalori : 4 kalori/gram protein )

3. Lemak 20% = 20% x 1035 kalori = 207 kalori dari lemak yang setara 23 gram lemak

( 207 kalori : 9 kalori/gram lemak) (Perkeni, 2011).

Sedangkan asupan yang diterima oleh Ny.T tidaklah sesuai dengan perhitungan yang ada,

karena Ny.T, sering melanggar pemberian asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhan gizi

beliau.Sehingga penatalaksanaan nutrisi pada Ny.T tidak maksimal.

Dalam Islam, tuntunan kehidupan berkiblat pada dua sumber utama yakni Al-Qur'an dan Al-

Hadits. Demikian pula tentang Pola Makanan Sehat dalam Islam tercantum berbagai aturan dan

disebutkan sebagai salah satu perintah untuk mensyukuri nikmat Allah dengan mengelola

sumber daya alam dengan baik. Makanan sehat di dalam Islam sangatlah penting untuk

disimak, hal ini beliputi bukan hanya pada persoalan hukum halal atau haram makanan, tetapi

kualitas (bobot kandungan gizi) dan efek kesehatan makanan terhadap tubuh.

Allah berfirman dalam Al Qur’an surat Al A’raf ayat 31: “Hai anak Adam, kenakan

pakaianmu yang indah disetiap memasuki masjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebih-

lebihan. Sesungguhnya allah tidak menyukai orang-orang yang belebih-lebihan.”

Hal senada dapat ditemukan di surat Al Baqarah 168:“Hai sekalian manusia makan-

makanlah yang halal lagi baik dariapa yang terdapatdi bumi dan jangan kamu mengikuti

langkah-langkah syaitan, karena syaitan musuh yang nyata bagimu

Page 8: Case Report Geriatri- Astri Faluna Revisi

Dalam Al-Qur'an prinsip makanan sehat adalah tidak berlebih-lebihan. Rasulullah

bersabda: “Anak Adam tidak memenuhkan suatu tempat yang lebih jelek dari perutnya.

Cukuplah bagi mereka beberapa suap yang dapat memfungsikan tubuhnya. Kalau tidak

ditemukan jalan lain, maka (ia dapat mengisi perutnya) dengan sepertiga untuk makanan,

sepertiga untuk minuman, dan sepertiganya lagi untuk pernafasan” (HR Ibnu Majah dan Ibnu

Hibban).

Lalu prinsip lain yang disebutkan pada dalil lainnya adalah halal dan tayyiban, yang

dimaksud dengan halal yakni diketahui atau jelas riwayat makanannya (misalnya bersumber dari

mana dan diproses dengan cara seperti apa) selain itu memenuhi standar halal makanan yang

banyak disebutkan dalam Al-Qur'an maupun Hadits. Sementara istilah tayyiban disini yakni

kualitas kandungan gizi/nutrisi dalam makanan (Iwan,2011).

Kesimpulan

Ny.T tidak teratur dalam melakukan terapi gizi medis.Mengakibatkan penatalaksanaan

nutrsi pada Ny.T tidak maksimal.

Ucapan terima kasih

Saya ucapkan puji syukur kepada Allah SWT, karena tugas laporan kasus ini dapat

selesai tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih juga saya berikan kepada dosen-dosen yang

telah membimbing saya, dr. Aditarahma Imaningdyah, SpPK yang telah meluangkan waktu

untuk menyelesaikan laporan kasus ini. Terima Kasih kepada dr.Hj.RW. Susilowati,Mkes dan

DR. Drh. Hj. Tititek Djannatun sebagai koordinator blok elektif ini serta kepada dr. Faisal,

SpPD, sebagai dosen pengampu. Tentu saja, juga untuk pasien Ny.T, dan semua oma opa serta

para petugas panti Tresna Werda Budhi Mulya III Ciracas. Selain itu, juga kepada keluarga dan

teman-teman kelompok 6 geriatri yang telah membantu dalam proses pembuatan laporan kasus

ini.

Daftar Pustaka

Iwan asep. 2011. Makanan Sehat dalam Islam dan Pola Makan ala Rasulullah diunduh

dari http://www.makanansehat.web.id/2012/12/makanan-sehat-dalam-islam-dan-

pola.html pada Rabu, 27 november 2013 .

Page 9: Case Report Geriatri- Astri Faluna Revisi

Marlett JA, McBurney MI, Slavin JL. American dietetic association. Position of the

American dietetic association: health implications of dietary fiber. J Am Diet Assoc

2002;102(7):993–1000.

Miller CKEL, Edwards L, Kissling G et al. Nutrition education improves metabolic

outcomes among older adults with diabetes mellitus: Results from a randomized

controlled trial. Prev Med 2002;34:252–259.

Perkumpulan Endrokrinologi Indonesia, 2011.Konsensus pengelolaan dan pencegahan

diabetes melitus tipe 2 di Indonesia.

Setiawati SH. Sistem rujukan Pasien diabetes melitus. Dalam: penatalaksanaan diabetes

melitus terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2004. Hal.191-196

Soegondo S, Gustaviani R. Sindrome Metabolik. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat

Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI: 2007. Hal.1864-4.

Tufts University, 2002: TUFTS food guide pyramid for older adults. Available at

http://nutrition.tufts.edu/docs/ pyramid.pdf, accessed 27November 2013.