ca ovarium

7
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker ovarium adalah suatu keganasan ginekologi yang banyak dijumpai di kalangan wanita. Kanker ini berdasarkan atas sel-sel penyusun ovarium dapat dibagi menjadi tiga tipe utama yaitu: kanker ovarium tipe epithelial, germinal, dan stromal, dimana mayoritas kanker ovarium adalah yang berasal dari jenis epithelial. Kebanyakan kasus kanker ovarium yang berhasil ditemukan sudah mengalami metastase keluar ovarium sehingga mengakibatkan kanker ovarium sulit untuk disembuhkan dengan operasi ataupun kemoterapi. Hingga saat ini penyebab pasti dari kanker ovarium belum diketahui secara jelas, namun didapatkan beberapa faktor yang dianggap dapat menjadi penyebab timbulnya kanker ovarium antara lain: faktor lingkungan (diet, virus, atau limbah industri) adanya riwayat keluarga penderita kanker ovarium, mamae dan kolon, mutasi pada berbagai gen (seperti pada gen supresor BRCA1 dan BRCA2 pada kromosom 17 dan 13), umur di atas 50 tahun, wanita yang tidak memiliki anak atau nullipara, riwayat pemakaian terapi atau kontrasespsi hormonal, dan obesitas. 1

Upload: eurosia-ita-bria

Post on 19-Jan-2016

27 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ca ovarium merupakan kanker indung telur

TRANSCRIPT

Page 1: ca ovarium

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker ovarium adalah suatu keganasan ginekologi yang banyak dijumpai

di kalangan wanita. Kanker ini berdasarkan atas sel-sel penyusun ovarium dapat

dibagi menjadi tiga tipe utama yaitu: kanker ovarium tipe epithelial, germinal, dan

stromal, dimana mayoritas kanker ovarium adalah yang berasal dari jenis

epithelial. Kebanyakan kasus kanker ovarium yang berhasil ditemukan sudah

mengalami metastase keluar ovarium sehingga mengakibatkan kanker ovarium

sulit untuk disembuhkan dengan operasi ataupun kemoterapi. Hingga saat ini

penyebab pasti dari kanker ovarium belum diketahui secara jelas, namun

didapatkan beberapa faktor yang dianggap dapat menjadi penyebab timbulnya

kanker ovarium antara lain: faktor lingkungan (diet, virus, atau limbah industri)

adanya riwayat keluarga penderita kanker ovarium, mamae dan kolon, mutasi

pada berbagai gen (seperti pada gen supresor BRCA1 dan BRCA2 pada

kromosom 17 dan 13), umur di atas 50 tahun, wanita yang tidak memiliki anak

atau nullipara, riwayat pemakaian terapi atau kontrasespsi hormonal, dan obesitas.

Kanker ovarium adalah penyebab kematian kanker ginekologi yang utama

di Amerika serikat, sekitar 1 dari 70 wanita di Amerika terkena kanker ovarium,

dimana jumlah kasus baru dan angka mortalitas kanker ovarium meningkat setiap

tahunnya. Di Amerika Serikat pada tahun 2007 terdapat 22.430 kasus baru kanker

ovarium dan sebanyak 15.280 orang meninggal akibat kanker ovarium.

Diprediksikan pada tahun 2010 akan ditemukan 21.880 kasus baru, dengan angka

kematian sekitar 63,30%. Angka kejadian kanker ovarium di Indonesia

berdasarkan data Badan Registrasi Kanker pada tahun 2006 mencapai 5,99%.

Penderita di RSUD Dr Soetomo adalah kanker payudara 941 pasien, kanker

ovarium 546 pasien dan kanker nasofaring 510 pasien. Ada tambahan 1.000

sampai 1.500 baru setiap tahunnya. Angaka kejadian meningkat dengan semakin

tuanya usia 15-16 per 100.000 pada usia 40-44 tahun menjadi paling tinggi

dengan angka kematain 57 per 100.000 pada usia 70 – 74 tahun.Usia median saat

diagnosis adalah 63 tahun dan 48 % penderita di atas 65 tahun. Pada tahun 2005,

1

Page 2: ca ovarium

2

Hanya 77% kasus yang mempunyai tingkat nilai survival 1 tahun, 44% kasus

yang mempunyai tingkat nilai suvival 5 tahun. Dan hanya 19% kasus saja kasus

yang di diagnosa sebelum metastasis terjadi. Hal tersebut disebabkan oleh karena

ketiadaan adanya deteksi dini peyakit dan kemajuan penyakit yang cepat.

Sehingga menyebabkan angka kematian yang sebabkan oleh kanker ovarium

meningkat karena belum ada metode skrining yang efektif untuk kanker ovarium.

70% kasus ditemukan kasus pada keadaan yang sudah usia lanjut yakni tumor

yang menyebar jauh metastase. Kebanyakan dari khasus keganasan pada ovarium

terdeteksi saat sudah memasuki stadium lanjut sehingga saat diketahui sudah

parah. Biasanya orang yang menderita Ca Ovarium tampak kurus dan perut asites.

(American Cancer Society 2010).

Kanker ovarium merupakan 4% dari semua kanker wanita dimana sering

terdeteksi pada stadium lanjut sehingga menyebabkan fatality rate yang tinggi. 5

years survival rate kanker ovarium adalah sekitar 50% dan mortality rate per

tahunnya pada wanita usia sama adalah 7,6 per 100.000 wanita (Rasjidi, 2010).

Kanker ovarium menjadi tantangan terbesar karena sulit dideteksi dimana pada

stadium awal tidak memberikan gejala yang berarti dan baru memberi gejala

apabila sudah metastase. Dari seluruh kasus, kanker baru ditemukan saat penderita

sudah berada pada stadium 2 atau 3. Prognosis 5 years survival rate untuk kanker

ovarium stadium 1 cukup baik yaitu sekitar 70-90%, sedangkan untuk penderita

dengan kanker ovarium stadium lanjut 5 years survival rate adalah kurang dari

20%. Tingginya angka kematian dan rendahnya harapan hidup selama lima tahun

pada kanker ovarium sangat ditentukan oleh seberapa dini ditemukannya stadium

kanker ovarium tersebut. Semakin dini stadium kanker ovarium ditemukan, maka

semakin tinggi angka harapan hidup dari penderita kanker ovarium sehingga

peranan deteksi dini merupakan hal yang sangat penting dalam upaya menurunkan

morbiditas dan mortalitas pada kanker ovarium (Ari 2008).

Hingga saat ini masih belum ada suatu prosedur yang dapat dipakai untuk

deteksi dini kanker ovarium. Beberapa metode yang digunakan untuk skrining

antara lain pemeriksaan pelvis, pemeriksaan transvaginal sonography (TVS) dan

monitoring CA125. Pemeriksaan pelvis selama pemeriksaan fisik rutin bisa

mengidentifikasi adanya karsinoma ovarium sebelum diseminasi abdomen

Page 3: ca ovarium

3

muncul, tapi belum ada data yang berkaitan dengan frekuensi dimana kanker

ovarium yang terdeteksi ditemukan pada pemeriksaan tahunan pelvis untuk wanita

yang asimtomatik. Meskipun pemeriksaan pelvis secara kontinyu dapat

direomendasikan bagi wanita yang berusia diatas 40 tahun, keuntungannya

sebagai prosedur skrining untuk kanker ovarium masih belum dapat ditetapkan

(Rasjidi 2010). Karst dan Drakin (2009) melaporkan bahwa TVS memiliki

sensitivitas yang rendah sebagai deteksi dini kanker ovarium dimana TVS mampu

mendeteksi besar volume dari tumor ovarium saja, sehingga dikatakan TVS hanya

mendeteksi tumor ovarium yang dapat mengakibatkan peningkatkan volume

secara signifikan. Di samping itu dapat terjadi hasil positif palsu karena tidak

selalu mampu membedakan kanker ovarium dengan massa jinak adneksa, seperti

kista dan fibroma, terutama pada wanita postmenopause. Kadar Ca-125

merupakan antigen yang diekspresikan oleh epitel amniotic dan coelomic fetal.

Kecenderungan penggunaan Ca-125 sebagai tes skriningkarena terdapat fakta

bahwa 83% pasien dengan kanker ovarium, 4 epithelial mempunyai kadar Ca-125

≥ 35 U/ml. Dimana peningkatan kadar ditemukan pada 50% pasien kanker pada

stadium I dan >90% pasien pada stadium lebih lanjut. Dapat pula terjadi positif

palsu pada Ca-125 karena petanda tersebut juga meningkat pada kanker lain

(pankreas, payudara, kandung kemih, hati dan paru) juga pada penyakit jinak

(kista ovarium, endometriosis, abses tuba ovarian, kehamilan ektopik) serta pada

kondisi fisiologis seperti pada kehamilan dan menstruasi (Rasjidi 2010).

Berdasarkan fakta-fakta di atas, maka para ahli mulai mengembangkan

berbagai metode dalam melakukan deteksi dini terhadap kanker ovarium melalui

pendekatan genetik, yaitu dengan mendeteksi kelainan genetik pada pasien kanker

ovarium. Salah satunya adalah gen p53 yang merupakan salah satu dari gen

penekan tumor (tumor suppressor gene). Hormon steroid seperti estrogen dan

progesteron dikaitkan dengan faktor risiko kanker ovarium, dimana estrogen

memicu proliferasi dan pertumbuhan sel kanker ovarium melalui reseptornya

yakni reseptor estrogen yang bertanggung jawab dalam proliferasi ovarium dan

reseptor estrogen yang berfungsi dalam proses modulasi diferensiasi.

Progesteron berperan dalam penurunan proliferasi seluler in vitro dan memicu

proses apoptosis melalui jalur caspase dan Fasl, mengatur regulasi ekspresi gen

Page 4: ca ovarium

4

proapoptosis seperti p53 dan BAX dan menurunkan ekspresi gen antiapoptosis

yaitu BCL-2 sehingga mencegah kerusakan oksidatif, sehingga pemberian pil

kontrasepsi yang mengandung progesterone dapat mengurangi risiko kanker

ovarium akibat penekanan proses ovulasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Mengetahui konsep kanker ovarium

2. Mengetahui gangguan pasien dengan kanker ovarium

3. Mengetahui asuhan keperawatan maternitas dengan kanker ovarium

1.3.Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Menjelaskan konsep teori dan membuat asuhan keperawatan pada pasien

dengan kanker ovarium.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Menjelaskan anatomi sistem reproduksi wanita

2. Menjelaskan definisi kanker ovarium

3. Menjelaskan penyakit dan faktor risiko kanker ovarium

4. Menjelaskan manifestasi klinik kanker ovarium

5. Menjelaskan stadium kanker ovarium

6. Menjelaskan patofisiologi kanker ovarium

7. Menjelaskan penatalaksanaan kanker ovarium

8. Menjelaskan metastase kanker ovarium

9. Menjelaskan asuhan keperawatan maternitas dengan kanker ovarium

1.4 Manfaat

Manfaat penulisan makalah ini adalah:

1. Bagi mahasiswa mampu memahami serta menerapkan asuhan keperawatan

pada pasien dengan kanker ovarium.

2. Bagi institusi sebagai sumber pustaka dan literatur dalam pengembangan ilmu

pengetahuan terutama tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker

Page 5: ca ovarium

5

ovarium dan meningkatkan progam pendidikan serta pengembangan di bidang

keperawatan.

3. Bagi masyarakat sebagai sumber informasi tentang asuhan keperawatan pada

pasien dengan kanker ovarium sehingga peningkatan upaya hidup sehat dapat

terlaksana dengan optimal.