best practice

3
BEST PRACTICE: PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN SISWA MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMA SATU BOGOR TAHUN PELAJARAN 2010-2011 Sistem pengelolaan SMAN 1 Bogor menggunakan konsep Organizational Elements Model (OEM) atau Model Elemen Organisasi (MEO) sebagaimana Roger Kaufman kembangkan. MEO merupakan pendekatan sistem yang memperlakukan organisasi "sebagai perangkat komponen yang saling terkait yang berfungsi untuk mencapai tujuan yang sama". Sistem perencanaan meliputi komponen outcome atau dampak yang terkait dengan berbagai indikator kebutuhan siswa agar dapat beradaptasi dalam kehidupan bermasyarakat. Kecerdasan sekolah ditentukan oleh kemampuan merancang apa yang sebaiknya siswa peroleh dari sekolah. Sekolah dapat menjamin bahwa materi yang diberikan kepada siswa relevan dengan kebutuhan hidup di masa depannya. Pengembangan perencanaan kegiatan menurut Roger Kaufman meliputi: Produk/Mega : keluran berupa dampak terhadap pelanggan eksternal atau masyarakat. Output/Makro : keluaran organisasi yang disalurkan ke pihak eksternal organisasi. Produk/Mikro : keluaran hasil pengembangan pada tiap blok elemen. Proses merupakan cara, aktivitas, prosedur, metode yang digunakan secara internal dalam mengolah materi pelajaran, pelayanan belajar serta pendayagunaan teknologi. Input meliputi sumber daya insani, SDM, teknologi, riset, dan ilmu pengetahuan. Penerapan MEO merupakan cara efektif untuk mencapai hasil akhir yang diinginkan dengan mengelompokan unsur organisasi dalam lima elemen; yaitu, masukan, proses, produk, keluaran, dan hasil. Kiat Praktis Pengembangan Kemandirian Belajar Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler SMA Negeri 1 Bogor menggerakan belajar siswa melalui dua sayap kegiatan yaitu meningkatkan efektivitas intra dan ekstrakurikuler. Penguatan kegiatan ekstrakurikuler dibuktikan dengan keberhasilan oleh para siswa yang semakin meningkatkan kemampuan belajarnya sehingga menghasilkan daya saing yang semakin meningkat. Contoh kemenangan Nishrin Assely Qowamuna, siswi IPS kelas 12 dalam ajang olimpiade sains Bidang Ortohonologi Forensik di Indiana USA

Upload: subali-pranoto

Post on 03-Oct-2015

26 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Best practice

TRANSCRIPT

BEST PRACTICE: PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN SISWA MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMA SATU BOGOR TAHUN PELAJARAN 2010-2011

Sistem pengelolaan SMAN 1 Bogor menggunakan konsep Organizational Elements Model (OEM) atau Model Elemen Organisasi (MEO) sebagaimana Roger Kaufman kembangkan. MEO merupakan pendekatan sistem yang memperlakukan organisasi "sebagai perangkat komponen yang saling terkait yang berfungsi untuk mencapai tujuan yang sama".Sistem perencanaan meliputi komponen outcome atau dampak yang terkait dengan berbagai indikator kebutuhan siswa agar dapat beradaptasi dalam kehidupan bermasyarakat. Kecerdasan sekolah ditentukan oleh kemampuan merancang apa yang sebaiknya siswa peroleh dari sekolah. Sekolah dapat menjamin bahwa materi yang diberikan kepada siswa relevan dengan kebutuhan hidup di masa depannya.

Pengembangan perencanaan kegiatan menurut Roger Kaufman meliputi:

Produk/Mega : keluran berupa dampak terhadap pelanggan eksternal atau masyarakat.

Output/Makro : keluaran organisasi yang disalurkan ke pihak eksternal organisasi.

Produk/Mikro : keluaran hasil pengembangan pada tiap blok elemen.

Proses merupakan cara, aktivitas, prosedur, metode yang digunakan secara internal dalam mengolah materi pelajaran, pelayanan belajar serta pendayagunaan teknologi.

Input meliputi sumber daya insani, SDM, teknologi, riset, dan ilmu pengetahuan.

Penerapan MEO merupakan cara efektif untuk mencapai hasil akhir yang diinginkan dengan mengelompokan unsur organisasi dalam lima elemen; yaitu, masukan, proses, produk, keluaran, dan hasil. Kiat Praktis Pengembangan Kemandirian Belajar Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler

SMA Negeri 1 Bogor menggerakan belajar siswa melalui dua sayap kegiatan yaitu meningkatkan efektivitas intra dan ekstrakurikuler. Penguatan kegiatan ekstrakurikuler dibuktikan dengan keberhasilan oleh para siswa yang semakin meningkatkan kemampuan belajarnya sehingga menghasilkan daya saing yang semakin meningkat. Contoh kemenangan Nishrin Assely Qowamuna, siswi IPS kelas 12 dalam ajang olimpiade sains Bidang Ortohonologi Forensik di Indiana USA merupakan salah satu contoh kemandirian belajar siswa. Sekalipun siswi IPS dia berprestasi juga dalam bidang matematika dan sains.

Meningkatnya produktivitas belajar siswa secara umum terlihat pada tabel siswa yang dapat diterima di perguruan tinggi dalam 10 tahun terakhir berada pada posisi terbaik rata-rata 95%.Efektivitas belajar dibuktikan pula dengan sejumlah perolehan prestasi siswa dalam berbagai ajang lomba tingkat nasional dan internasional menunjukkan perkembangan yang semakin baik. Puncak prestasi pada tahun 2010 ini diraih 16 piala dalam kompetisi bertaraf internasional.Prestasi yang siswa raih, diyakini oleh sekolah, merupakan buah pengaruh dari berbagai variabel utama yaitu kapasitas belajar siswa dan kemandirian belajarnya. Kemandiran ditunjukkan dengan kegiatan belajar bersama, menyelesikan tugas bersama, dan melalui interaksi siswa dalam berbagai kegiatan ekstra. Hal ini dapat berproses karena hampir seluruh siswa melakukan aktivitas ekstra hampir sepanjang hari karena secara kultural mereka betah di sekolah. Oleh karena itu, kegiatan ekstrakurikuler terbukti berpengaruh kuat terhadap intensitas belajar siswa di luarn kelas.

Untuk mendorong peningkatan intensitas belajar melalui kegiatan ekstrakurikuler sekolah menerapkan standar prosedur sebagai berikut;

Pada setiap pembentukan pengurus baru pada tiap kegiatan ekstra disepakati pula target memperoleh peluang belajar di perguruan tinggi.

Tiap unit kegiatan ekstrakurikuler wajib menyisihkan waktu bekerja sama dalam kegiatan ekstra untuk meningkatkan prestasi akademik dengan menggunakan indikator keberhasilan tiap organisasi yang efektif meraih prestasi kompetisi dan anggota yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi terbaik.

Memberikan penghargaan kepada peraih prestasi dalam kompetisi dan masuk perguruan tinggi yang terbanyak.

Melaksanakan kegiatan ekstra sebagai kolaborasi yang menyenangkan siswa, namun tetap mejaga waktu belajar menjadi porsi utama.

Menggunakan masjid, teras sekolah, ruang sekretariat menjadi ruang belajar yang sangat efektif untuk interaksi guru dan siswa.

Melaksanakan pertemuan secara berkala minimal tiga bulan sekali dengan kepala sekolah dan staf manajemen. Fokus pada kolaborasi dalam bidang yang diminati dan menjaga kerja sama dalam meningkatkan aktivitas bidang akademik. Mengembangkan kultur malu jadi pengurus jika tidak masuk perguruan tinggi terkemuka.Melalui pelaksanaan berbagai langkah tersebut, SMA Negeri 1 Bogor telah menajadi sekolah tempat siswa dapat belajar, para siswa berada di sekolah sepanjang hari. Setelah siswa melakukan aktivitas di mana pun mereka kembali ke kampusnya, ke sekretariatnya. Yang tersisih dari komunitas siswa penunggu sekolah, pada umumnya mereka tidak berhasil meraih prestasi terbaiknya. Dan mereka berhasil mewujudkan target belajarnya.

EMBED Visio.Drawing.11

_1367096872.vsdSumber Daya

Biaya

Penelitian & Ilmu peng.

Teknologi

SDM

Patner Kerja Sama, Distribusi

Masya rakat

Internal

Eksternal

Pasar

Kompetisi Dalam Kehidupan

Produk/Lulusan

Lingkungan PendidikanKebijakan Pemerintah, Standar, Perkembangan Ekonomi

Teknologi

Materi

Layanan