Belajar dari RM Barlingmascakeb March 9, 2008 Banyak bupati dan walikota yang menaruh harapan pada konsep Regional Management untuk menjadi wadah kerjasama antar daerah. Bagaimana kelebihan konsep ini!alam Buku Regional Management, "anduan "embentukan dan "engelolaan #200$% yang diterbitkan &ementerian 'egara "ercepatan !aerah (ertinggal #&"!(%, dikatakan bahwa &onsep Regional Management #RM% dan penerapannya, sebenarnya telah lama dikembangkan di sejumlah negara di benua )ropa, seperti *erman, Belanda, +wiss, dan sebagainya. &onsep ini terbukti menjadi instrumen atau model kerjasama antara daerah yang berhasil melahirkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, pen ciptaan pelayanan yang berkualitas kepada rakyat, dan menciptakan proses integrasi sosial, budaya dan politik y ang kuat. RM merupakan bentuk kelembagaan yang bersiat desentralistik #non-struktural%, bukan sentralistik#struktural%. eliat gagasan ini bermula dari ketidakpuasan daerah terhadap kebijakan sentralistik yang menjadi /genrekebijakan re1im rde Baru kala itu. Banyak kalangan yang berpendapat bahwa sistem sentralisasi sudah tak lagi manjur untuk menjawab tantangan pengembangan daerah. "enerapan konsep RM di 3ndonesia dimulai di *awa (engah pada tahun 2002 dengan terbentuknya RM Barlingmascakeb yang beranggotakan 4 kabupaten, yakni5 Banjarnegara, "urbalingga, Banyumas, 6ilacap, dan &ebumen. RM Barlingmascakeb terbentuk dari keinginan pemerintah daerah, yang dipelopori oleh beberapa inisiator lokal. "embiayaan RM ini berasal dari swadaya setiap anggota. +etiap anggota RM Barlingmascakeb berkewajiban membayar iuran anggota sebesar Rp 740 *uta per tahun #pada tahap awal pembentukan%. 3uran ini digunakan untuk membiayai aktiritas RM Barlingmascakeb.
