bab v2 ok
DESCRIPTION
beton pembahasan laporanTRANSCRIPT
BAB V
PENGUJIAN KEKUATAN BETON DAN PEMBAHASAN
5.1 Pengujian Kekuatan Beton
Tanggal : 21 April 2011
Alat yang dipakai :
- Mesin tekan ELE
- Kaliper
- Penolok ukur
- Timbangan
Bahan :
- Benda uji berumur 28 hari.
Cara pengujian :
1. Benda uji Silinder dan balok yang dirawat selama 28 hari dengan
penyiraman dengan air dan menutup dengan karung yang
dibasahi setiap 2 hari sekali.
2. Setelah benda uji berumur 28 hari benda uji dilakukan uji. Benda
uji di timbang beratnya, kemudian diuji kuat tekan 9 silinder dan
1 silinder kuat tarik belah. Benda uji diletakkan pada tempat yang
telah tersedia pada mesin tekan. Sedangkan untuk balok
dilakukan uji lentur.
3. Didapat berat dan daya tahan untuk masing-masing benda uji
yang telah dicantumkan pada tabel berikut :
52
Tabel 5.1
Hasil Pengujian Beton Silinder
Silinder Umur
( hari )
Berat Silinder
( Kg )
Beban P
( kN )
Luas Bidang Tekan A
( mm2 )
1.1 28 11.7 380 17662.5
1.2 28 11.945 360 17662.5
1.3 28 11.812 360 17662.5
1.4 28 11.705 390 17662.5
1.5 28 11.726 360 17662.5
2.1 28 11.86 390 17662.5
2.2 28 11.76 400 17662.5
2.3 28 11.755 320 17662.5
2.4 28 12.25 300 17662.5
2.5 28 11.760 140 141300
53
5.2 Perhitungan Berat Jenis Beton
1. Volume silinder beton
V = 14
x 3.14 x 150 x 150 x 300
= 5298750 mm3
= 0,00529875 m3
2. Berat jenis silinder beton dihitung dengan cara :
Bj =
BeratVolume
Tabel 5.2
Hasil Perhitungan Berat Jenis Beton.
Silinder
Berat Jenis Beton
(
kg
m3
)
1.1 2208,068
1.2 2254,305
1.3 2229,205
1.4 2209,014
1.5 2212,975
2.1 2238,264
2.2 2219,391
2.3 2218,448
54
2.4 2311,866
Berta Jenis rata-rata Silinder adalah :
Berat jenis rata−rata=∑i=1
9in
=
2208.068+2254.305+229.205+2209.014+2212.975++2238.264+2219.391+2218.448+2311.8669
= 2233,504 kg/m3
Keterangan :
Dari hasil berat jenis yang didapat, bahwa semua berat jenis silinder
hampir sama dengan hasil rancangan yang didapat adalah 2230 kg/m3. Hal itu
menunjukan hasil campuran sudah sesuai dengan hasil rancangan, tetapi tidak
persis sama yang dikarenakan oleh kondisi dilapangan, keadaan agregat, keadaan
saat pencampuran kurang teliti, saat pengecoran yang dilakukan oleh orang yang
berbeda dan factor pembulatan anggka saat perhitungan maupun penimbangan
material yang dipengaruhi oleh keadaan alat.
55
5.2 Perhitungan kuat tekan beton
1. Luas permukaan tekan (A)
A=14
x π x D2 ¿
14
x3.14 x 1502 = 17662.5
Kuat tekan beton dapat dihitung dengan rumus :
σbk =
PA
dimana : σbk = kuat tekan beton (MPa) P = daya tahan silinder (N)
A = luas permukaan tekan (mm2)
Tabel 5.2
Hasil Perhitungan Kuat Tekan Beton Silinder.
Silinder Kuat Tekan Silinder (MPa)
1.1 21.514
1.2 20.382
1.3 20.382
1.4 22.081
1.5 20.382
2.1 22.081
2.2 22.647
2.3 18.117
2.4 16.985
56
Kuat tekan silinder rata-rata adalah :
σbn=∑i=1
9in
¿21,514+20,382+20,382+22,081+20,382+22,081+22,647+18,117+16,985
9
= 20.50789 Mpa
Perhitungan nilai standar deviasi (Sd) dihitung dengan rumus :
Sd = √∑ (σ ' bk−σ ' bn )2
(n−1 )
dimana : σbk = kuat tekan masing-masing silinder
σbn = kuat tekan rata-rata silinder
n = 9
Sehingga nilai Sd didapat : 1.894467 MPa
Perhitungan kuat tekan rata-rata Silinder :
σ ' bk=σ ' bn+k . Sd
dimana : σ ' bk
= kuat tekan rata-rata silinder setelah dihitung
σ ' bn = kuat tekan rata-rata silinder
k = 1,64
Sd = Standar deviasi
Didapat kuat tekan silinder rata-rata = 20,50789 - ( 1,64 x 1.894467)
= 17.401 MPa
57
Pembahasan :
Dari hasil uji kuat tekan beton silinder didapatkan nilai kuat tekan pada
campuran pertama lebih besar dibandingkan nilai kuat tekan pada campuran
kedua, hal tersebut disebabkan karena pada awal proses pencampuran tingkat
ketelitian dan tenaga yang digunakan masih bagus, namun untuk pencampuran
kedua ketelitian sudah mulai berkurang karena faktor kelelahan, dan juga tenaga
yang digunakan untuk melakukan tumbukan pada cetakan beton sudah mulai
berkurang sehingga nilai kuat tekan beton pada campuran pertama lebih besar
dibandingkan nilai kuat tekan pada campuran kedua.
Hasil uji kuat tekan beton rata-rata benda uji silinder yang diperoleh
adalah 17,401 MPa, hasil ini tidak sesuai dengan kuat tekan yang ditargetkan
yaitu sebesar 25 MPa. Kuat tekan rata-rata yang didapatkan sangat jauh dari
harapan, hasil ini dipengaruhi oleh beberapa factor yang menyebabkan hasil yang
tidak sesuai harapan. Faktor tersebut antara lain :
1. Penambahan air pada campuran beton. Penambahan air yang dilakukan
tiap tahap campuran sampai 35%, penambahan ini terlalu besar dari
penambahan yang diijinkan. Sehingga penambahan yang terlalu besar
mempengaruhi kuat tekan beton, dimana kuat tekan beton akan menurun.
2. Gradasi Pasir. Pada gradasi pasir hasil pemeriksaan dengan ayakan,
didapatkan gradasi pasir yang mendekati zona 2, tetapi saat diplot pada
grafik gradasi tidak semua masuk ke dalam batas-batas zona 2 melainkan
hanya sebagian. Gradasi lebih cenderung masuk ke zona 1, sehingga
terjadi kesalahan pada perhitungan rancangan campuran beton (mix
design). Hal ini dikarenakan zona pasir yang digunakan adalah zona 2,
tetapi seharusnya zona pasir yang digunakan adalah zona 1. Pasir zona 1
tergolong pasir yang kasar atau memiliki gradasi kasar sehingga dalam
rancangan campuran akan terlihat bahwa agregat kasar yang diperlukan
58
akan lebih sedikit karena sumbangan gradasi kasar sudah banyak dari
gradasi pasir itu sendiri.
(a) (b) (c)
(d) (e) (f)
(g) (h) (i)
59
Gambar 5.1 Hasil Uji Kuat Tekan Silinder
Pola retakan yang terjadi pada silinder
Keterangan:
Dari gambar hasil uji kuat tekan di atas secara visual terlihat bahwa semua
retakan atau runtuhan terjadi pada dinding-dinding silinder. Hal itu terjadi akibat
adanya gaya tekan ke atas dan ke bawah yang diberikan pada silinder yang
menyebabkan terjadi penyebaran tegangan pada tubuh silinder, di mana
penyebaran tegangan ini memberikan dorongan ke arah luar tubuh silinder yang
berupa gaya horizontal sehingga pada saat silinder sudah tidak mampu menahan
gaya tersebut akan terlihat dinding silinder mulai mengembang dan terjadilah
retakan atau runtuhan pada dinding silinder. Hal ini dapat diilustrasikan pada
gambar di bawah.
‘
(a) (b) (c)
Gambar 5.2 Penyebaran Tegangan Pada Silinder
Pada gambar di atas, (a) setelah diberikan tekanan dari atas dan bawah silinder
terjadi penyebaran tekanan pada tubuh silinder. (b) akibat penyebaran tekanan,
uraian yang ke arah horizontal memberikan tekanan ke dinding silinder sehingga
60
dinding silinder mengembang. (c) tekanan yang tidak mampu ditahan oleh
dinding silinder mengakibatkan keruntuhan atau retakan pada dinding silinder.
5.4 Pengujian Kuat Tarik Belah Silinder
Tabel 5.3
Hasil Uji Kuat Tarik Belah Silinder.
Silinder Umur Berat Silinder
(Kg)
Beban P
(N)
Luas sisi tabung =
Π .D.L ( mm2 )
2.5 28 11.760 140000 141300
Gambar 5.3 Hasil uji kuat tarik belah beton silinder
Dari gambar hasil uji kuat tarik silinder, secara visual bahwa pecahan-
pecahan agregat pada tubuh silinder terlihat simetris. Hal itu membuktikan bahwa
daya lekat spesi pada agregat cukup kuat. Namun pada bagian atas silinder ( pada
gambar) terlihat sebaran agregat kasar dan halus sudah baik, sedangkan pada
61
Tiga agregat kasar yang terpecah terlihat simetris
Agregat kasar berwarna hitam yang terpecah terlihat simetris
Agregat kasar yang terpecah terlihat simetris
bagian bawah silinder (pada gambar) terlihat hanya besar terisi oleh agregat halus
saja. Keadaan ini tidak baik digunakan dalam sebuah konstruksi, karena tidak ada
agregat kasar yang mengisi dan akan mengurangi kekuatan pada beton.
. Pada proses kuat tarik belah dapat diilustrasikan seperti pada gambar di bawah:
(a) (b) (c)
Gambar 5.4 proses uji kuat tarik belah
Pada saat silinder diberikan beban seperti terlihat pada gambar (a), maka
pada tubuh silinder akan terjadi tarikan yang menyebabkan silinder terlbelah. Jika
pada silinder terjadi garis belahan seperti terlihat pada gambar (b), di mana garis
belahan tersebut terjadi pada agregat. Hal itu membuktikan bahwa daya lekat
spesi pada agregat cukup kuat. Sedangkan jika terjadi garis belahan seperti pada
gambar (c), di mana garis belahannya terjadi pada spesi yang melekat pada
agregat. Hal itu membuktikan bahwa daya lekat spesi pada agregat kurang kuat.
Pada hasil uji kuat tarik belah yang dilakukan pada praktikum, diperoleh
garis belahan terjadi pada agregat, yang terbukti dengan adanya pecahan agregat
yang simetris pada silinder. Jadi daya lekat spesi pada agregat kuat.
Kuat tarik belah beton yang ditentukan berdasarkan kuat tekan belah
silinder beton yang ditekan pada sisi panjangnya.
Kuat tekan belah silinder 140000 N.
Kuat tarik belah silinder = 2 P
πDL
62
=2 x140000
3.14 x150 x30000
= 1,981 MPa
Tabel 5.4
Kuat Tarik Belah Silinder.
Silinder2 P
πDL (MPa)
2.5 1.981
Menurut
Kuat tarik belah berada diantara 9% – 15% kuat tekan silinder.
Kuat tekan rata-rata = 17,401 MPa
9% - 15% dari 17,401 = 1.566 MPa – 2,610 MPa
Hasil kuat tarik belah 1,981 MPa, artinya masuk diantara 9% - 15% kuat tekan.
63
5.5 Pengujian Kuat Lentur Beton
Tanggal : 21 April 2011
Alat dan bahan
1. Benda uji berupa balok dengan ukuran 15 x 15 x 62.5 cm
2. Mesin tekan ELE
3. Timbangan
Cara kerja
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Balok diletakkan memanjang diantara dua perletakan dengan
diberi tekanan ditengah-tengah bentang.
3. Catat tekanan yang diterima balok pada saat patah.
Hasil percobaan :
Gambar 5.5 Balok Saat Diuji Kuat Lentur
Keterangan:
64
Terlihat pada gambar bahwa pada balok tidak terjadi proses retakan,
tetapi langsung mengalami patahan secara tiba-tiba (getas) sehingga proses
retakannya sulit untuk diamati.
Ganbar 5.7 Balok Kuat Lentur Campuran ke-3
Keterangan:
Terlihat pada gambar diatas bahwa patahan terjadi pada tengah-tengah
bentang. Jika dengan seksama awal patahan terjadi pada sisi bagian bawah balok
yang mengalami tarik.
Beban yang diberikan = 33 KN (beton patah)
Volume balok (V) = 15 x 15 x 62.5 = 13500 cm³
Berat balok = 32 kg = 32000 gr
Berat jenis = 2,22 gr/cm³
Luas penampang (A) = 0,15 x 0,15 = 0,0225 m²
Reaksi Perletakan
65
P1=16.5 kN P2= 16.5 kN
C A D E B F
8.75cm 15cm 15cm 15cm 8.75cm
62.5 cm
∑ MB = 0
AV.0,45 – P1.0,3 – P2
. 0,15 = 0
` AV.0,45 – 16.5 . 0,3 – 16.5 . 0,15 = 0
AV = 16.5 KN
BV = 16.5 KN
Perhitungan bidang Momen :
► Tinjau kiri :
1. Batang CA (0 ~ 0,0875)
Mx = 0
2. Batang AD (0,0875 ~ 0,2375)
Mx = Av (x – 0,0875)
66
2,475 KN m
0,15 m0,15 m0,15 m 0,0875 m0,0875 m
+ 16,5 kN
+ 16,5 kN
= 16.5 (x – 0,0875)
x = 0,0875 Mx = 0
x = 0,2375 Mx = 2.475 KN m
3. Batang DE (0,2375 ~ 0,3875)
Mx = 16.5 (x – 0,0875) – 16.5 (x – 0,2375)
x = 0,2375 Mx = 2.475 KN m
x = 0,375 Mx = 2.475 KN m
►Tinjau kanan :
4. Batang FB (0 ~ 0,0875)
Mx = 0
5. Batang BE (0,0875 ~ 0,2375)
Mx = 16.5 (x – 0,0875)
x = 0,0875 Mx = 0
x = 0,2375 Mx = 2.475 KN m
Bidang Momen
Bidang Gaya Lintang
67
Inersia penampang :
Penampang berbentuk segi empat :
b = 0,15 m
h = 0,15 m
I = b . h³
= 0,15 . (0,15)³
= 4,21875 x 10-5 m4
Y = m = 0,075 m
Tegangan / kuat lentur balok :
σ max =
M .YI
= 2 , 475 x0 ,075
4 , 21875 x 10−5
= 4400 KN/m² = 4,4 N/mm2 = 4,4 MPa
68
150 cm
150 cm
-4,4 MPa
+ 4,4 MPa
Pembahasan:
Jadi berdasarkan hasil pengujian dan perhitungan pada beton bertulang
atau balok uji di dapatkan nilai momen maksimum sebesar 2,475 kN m. Sehingga
tegangan lentur maksimum pada balok uji adalah sebesar ± 4,4 MPa. Nilai negatif
berarti pada bagian sisi yang diberikan beban, serat beton mengalami tekan
maksimum sebesar 4.4 Mpa. Sedangkan nilai positif berarti pada bagian sisi
sebaliknya, serat beton mengalami tarik maksimum sebesar 4,4 Mpa. Pada saat
melakukan uji kuat lentur pada balok seharusnya diamati proses balok tersebut
mengalami retakan saat diberikan beban. Namun ini sulit diamati karena proses
patahan beton terjadi secara tiba-tiba (getas).
Dari hasil uji kuat tekan dan kuat tarik beton di dapatkan bahwa nilai kuat
tarik beton jauh lebih kecil dibandingkan nilai kuat tekan beton. Jadi sesuai
dengan sifat beton itu sendiri yaitu beton lebih kuat menerima tekan dari pada
menerima tarikan. Untuk mengatasi hal ini, serat yang mengalami tarikan perlu
diberi tulang untuk mendukung kekuatan beton sehingga dapat mencegah adanya
patahan secara tiba-tiba (getas) pada suatu kontruksi bangunan.
69