bab i-v-lampiran ok

104
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan milenium (Millenium Development Goals) tahun 2015 dan Program Nasional bagi Anak Indonesia (PNBAI) adalah untuk menurunkan angka kematian bayi baru lahir, bayi dan balita. Arah dan tujuan pembangunan kesehatan yang sama ini telah dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004-2009. Dalam pembangunan kesehatan bagi anak, upaya menurunkan angka kematian bayi baru lahir, bayi dan balita dilakukan dengan berbagai cara diantaranya program peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan akses pelayanan kesehatan, peningkatan manajemen program kesehatan, peningkatan kemitraan serta pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam perawatan dan pengenalan tanda bahaya pada bayi baru lahir, bayi dan balita. 1 Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2009, Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 34/1000 kelahiran hidup. Bila angka ini dikonversikan secara matematis, maka setidaknya terjadi 400 kematian bayi perhari atau 17 kematian bayi setiap 1 jam di seluruh Indonesia, sedangkan Angka Kematian Balita (AKBAL) sebesar 44/1000 1

Upload: riosae

Post on 02-Aug-2015

92 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I-V-Lampiran OK

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu tujuan pembangunan milenium (Millenium Development Goals)

tahun 2015 dan Program Nasional bagi Anak Indonesia (PNBAI) adalah untuk

menurunkan angka kematian bayi baru lahir, bayi dan balita. Arah dan tujuan

pembangunan kesehatan yang sama ini telah dituangkan dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004-2009. Dalam

pembangunan kesehatan bagi anak, upaya menurunkan angka kematian bayi baru

lahir, bayi dan balita dilakukan dengan berbagai cara diantaranya program

peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan akses pelayanan kesehatan,

peningkatan manajemen program kesehatan, peningkatan kemitraan serta

pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam perawatan dan pengenalan tanda

bahaya pada bayi baru lahir, bayi dan balita.1

Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2009, Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 34/1000 kelahiran

hidup. Bila angka ini dikonversikan secara matematis, maka setidaknya terjadi

400 kematian bayi perhari atau 17 kematian bayi setiap 1 jam di seluruh

Indonesia, sedangkan Angka Kematian Balita (AKBAL) sebesar 44/1000

kelahiran hidup yang berarti terjadi 529 kematian/hari atau 22 kematian balita

setiap jamnya.2

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2009, ada beberapa

penyakit utama yang menjadi penyebab kematian bayi dan balita. Pada kelompok

bayi (0-11 bulan), dua penyakit terbanyak sebagai penyebab kematian bayi adalah

penyakit diare sebesar 31,4% dan pneumonia 24%, sedangkan untuk balita,

kematian akibat diare sebesar 25,2%, pneumonia 15,5%, Demam Berdarah

Dengue (DBD) 6,8% dan campak 5,8%.2

Dari data 10 penyakit terbanyak balita di wilayah kerja Puskesmas

Ambacang diantaranya tahun 2010 diantaranya yakni ISPA, penyakit kulit,

demam, diare, alergi kulit, pneumonia, penyakit telinga, penyakit mata, varicella

dan kecacingan. Sebagian besar dari penyakit tersebut dapat dikelola sesuai

1

Page 2: BAB I-V-Lampiran OK

dengan pedoman MTBS, seperti penyakit pneumonia, diare, campak, penyakit

telinga, dll. Tidak hanya pengelolaan secara kuratif, namun juga menuntun

petugas puskesmas dalam mengelola penyakit tersebut secara preventif dan

promotif. Jadi dapat disimpulkan bahwa MTBS sangat berperan penting dalam

menangani beberapa penyakit tersering pada bayi dan balita di Puskesmas

Ambacang secara komprehensif.3

Untuk meningkatkan kualitas dan akses pelayanan kesehatan bagi bayi

baru lahir, bayi dan balita, kegiatan yang dilakukan melalui penerapan

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Manajemen Terpadu Balita Sakit

(MTBS) adalah suatu program intervensi berisi penjelasan secara rinci

penanganan penyakit pada balita. Proses manajemen kasus MTBS dilaksanakan

pada anak umur 2 bulan sampai 5 tahun pada balita yang sakit dan pedoman ini

telah diperluas mencakup manajemen terpadu bayi muda (MTBM) bagi bayi umur

1 hari sampai 2 bulan baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Penanganan balita

ini menggunakan suatu bagan yang memperlihatkan langkah langkah dan

penjelasan cara pelaksanannya, sehingga dapat mengklasifikasikan penyakit yang

dialami oleh balita, melakukan rujukan secara cepat apabila diperlukan,

melakukan penilaian status gizi dan memberikan imunisasi kepada balita yang

membutuhkan. Selain itu ibu balita juga diberi konseling tatacara memberi obat di

rumah, pemberian nasihat mengenai makanan yang seharusnya kembali untuk

mendapatkan pelayanan tindak lanjut.4,5

Di Indonesia, MTBS sudah mulai dikembangkan sejak tahun 1996 oleh

Departemen Kesehatan yang bekerjasama dengan WHO dalam bentuk pelatihan

pada tenaga kesehatan. Tujuan dari pelatihan ini yaitu dihasilkannya petugas

kesehatan yang terampil menangani bayi dan balita sakit dengan menggunakan

tatalaksana MTBS. Sasaran utama pelatihan MTBS ini adalah perawat dan bidan,

akan tetapi dokter Puskesmas pun perlu terlatih MTBS agar dapat melakukan

supervisi penerapan MTBS di wilayah kerja Puskesmas. Pada kenyataannya di

Puskesmas Ambacang sendiri masih banyak petugas yang belum dilatih, petugas

yang pernah dilatih pun tidak diberi penyegaran tentang perkembangan terbaru,

sehingga pelayanan kesehatan bagi bayi baru lahir, bayi dan anak balita yang

dilakukan melalui penerapan MTBS tidak pernah terlaksana hingga saat ini. Hal

2

Page 3: BAB I-V-Lampiran OK

tersebut menunjukkan bahwa sumber daya dan proses pelayanan yang

berhubungan dengan MTBS belum sesuai dengan kaidah pelayanan prima,

dimana konsep pelayanan prima Departemen Kesehatan dimaknai sebagai

pelayanan terbaik dan yang memenuhi standar pelayanan, dipandang dari

perspektif pengguna atau donor, perspektif proses pelayanan dan perspektif

keuangan. Pelayanan prima ini baru dapat dicapai jika kualitas sumber daya

manusianya cukup profesional, inilah yang membuat penulis mengangkat

permasalahan mengapa belum terlaksananya pelayanan kesehatan dengan MTBS

di Puskesmas Ambacang sebagai sebuah Plan Of Action.5,6

1.2. Perumusan Masalah

1. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan tinggi angka kematian bayi baru

lahir, bayi dan balita di Puskesmas Ambacang?

2. Kenapa metode pelayanan kesehatan dengan MTBS belum terlaksana di

Puskesmas Ambacang?

3. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk terlaksananya metode pelayanan

kesehatan MTBS belum terlaksana di Puskesmas Ambacang?

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan umum

Meningkatkan kualitas dan akses pelayanan kesehatan bagi bayi baru lahir,

bayi dan anak balita melalui penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit

(MTBS) untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi baru lahir,

bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas Ambacang.

1.3.2. Tujuan khusus

1. Mengidentifikasikan masalah yang ada di Puskesmas Ambacang.

2. Menetapakan prioritas masalah penyebab tingginya angka kematian bayi

dan balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Ambacang.

3. Menganalisis penyebab tingginya angka kematian bayi dan balita di

wilayah kerja Puskesmas Ambacang melalui pendekatan peningkatan

3

Page 4: BAB I-V-Lampiran OK

kualitas pelayanan kesehatan, peningkatan manajemen program kesehatan,

serta pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam perawatan dan

pengenalan tanda bahaya pada bayi baru lahir, bayi dan balita.

4. Mencarikan alternatif solusi untuk menurunkan angka kematian dan

kesakitan bayi dan balita melalui penerapan metode pelayanan kesehatan

MTBS di Puskesmas Ambacang.

1.4. Manfaat Penulisan

Dengan penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan masukan

kepada pihak puskesmas dalam memecahkan permasalahan mengenai tingginya

angka kematian dan kesakitan bayi melalui impementasi MTBS di wilayah kerja

Puskesmas Ambacang.

4

Page 5: BAB I-V-Lampiran OK

BAB II

GAMBARAN UMUM

PUSKESMAS AMBACANG

2.1. Sejarah Puskesmas7

Puskesmas Ambacang diresmikan pada hari Rabu tanggal 5 Juli 2006.

Pada saat awal berdiri, Puskesmas Ambacang hanya mempunyai 15 orang staf,

dengan kepala puskesmas dr. Dewi Susanti Febri yang menjabat sampai bulan

Maret 2009, yang kemudian digantikan oleh dr. H. May Happy yang masih

menjabat sebagai kepala Puskesmas Ambacang hingga saat ini. Dalam

perkembangannya sampai saat ini telah terdapat 48 orang staf. Pada awal tahun

berdiri Puskesmas Ambacang, pelaksanaan programnya masih banyak

bekerjasama dengan Puskesmas Kuranji, karena 4 wilayah Puskesmas Ambacang

sebelumnya merupakan wilayah kerja Puskesmas Kuranji.

2.2. Kondisi Geografis7

Wilayah kerja Puskesmas Ambacang meliputi empat kelurahan dari

Sembilan kelurahan yang berada di kecamatan Kuranji, dengan luas wilayah

kerjanya terdiri dari 4 kelurahan yaitu,

1. Kelurahan Pasar Ambacang

2. Kelurahan Anduring

3. Kelurahan Ampang

4. Kelurahan Lubuk Lintah

Letak wilayah kerja Puskesmas Ambacang dilalui oleh jalan raya by pass

yang menghubungkan antara pelabuhan laut dan pelabuhan udara, dan merupakan

daerah evakuasi bagi masyarakat saat terjadinya bencana.

5

Page 6: BAB I-V-Lampiran OK

Gambar 2.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang7

Puskesmas Ambacang terletak pada ketinggian 36 meter pada posisi

00.55”422 LS dan 10.02”38 40 LU. Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas

Ambacang adalah sebagai berikut:

Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Korong Gadang

Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Pauh dan Kecamatan Padang

Timur

Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Padang Timur dan Kecamatan

Nanggalo

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pauh

Pada wilayah kerja Puskesmas Ambacang terdapat satu sungai di kelurahan

Pasar Ambacang. Dimana aktivitas warga kelurahan Pasar Ambacang seperti

mandi, mencuci dan kakus masih dilakukan di sungai tersebut.

2.3. Kondisi Demografis7

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ambacang adalah 43.114 jiwa

dengan kepadatan penduduk rata-rata dengan rincian sebagai berikut:

Kelurahan Pasar Ambacang :15.461 Jiwa

6

Page 7: BAB I-V-Lampiran OK

Kelurahan Anduring : 12.329 Jiwa

Kelurahan Ampang : 6.373 Jiwa

Kelurahan Lubuk Lintah : 8.951 Jiwa

2.4. Sarana dan Prasarana7

Data sarana dan prasarana kesehatan

1. Bangunan puskesmas induk : 2 unit

2. Bangunan puskesmas pembantu : 1 unit

3. Rumah paramedik : 2 unit

4. Kenderaan roda empat : 1 unit

5. Kenderaan roda dua : 3 unit

6. Rumah sakit : 1 buah

7. Rumah sakit bersalin : 2 buah

8. Klinik kesehatan : 2 buah

9. Praktek dokter swasta : 4 orang

10. Bidan praktek swasta : 7 orang

Data UKBM

1. Posyandu Balita : 28 buah

2. Posyandu Lansia : 4 buah

3. BATRA : 23 buah

4. Poskestren : 1 buah

Data dasar atau sasaran

1. Penduduk : 43.114 jiwa

2. Ibu hamil : 1011 orang

3. Ibu bersalin : 965 orang

4. Bayi : 919 orang

5. Balita : 4.500 orang

6. TK : 8 buah

7. SD : 22 buah

8. SMP/MTsn : 5 buah

9. SMA/SMK : 3 buah

7

Page 8: BAB I-V-Lampiran OK

10. Perguruan Tinggi : 1 buah

11. Rumah Ibadah : 65 buah

12. Panti Asuhan : 2 buah

13. Restoran/ Rumah Makan : 19 buah

14. Sarana air bersih : 6.726 buah

2.5. Ketenagaan7

Tenaga kesehatan Puskesmas Ambacang:

1. Dokter Umum : 3 orang

2. Dokter Gigi : 3 orang

3. SKM : 2 orang

4. Perawat (Akper) : 6 orang

5. Perawat (SPK) : 1 orang

6. Bidan (Akbid) : 10 orang

7. Bidan (DI) : 7 orang

8. Kesling (AKL) : 3 orang

9. Analisisi D III : 1 orang

10. Perawat Gigi : 2 orang

11. Asisten Apoteker : 3 orang

12. SLTA : 2 orang

13. Sopir : 1 orang

14. Tenaga Sukarela : 4 orang

2.6. Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi Penduduk

Penduduk wilayah kerja Puskesmas Ambacang sebagian besar beragama Islam,

dengan mata pencarian:

Tani : 45%

Pegawai negeri : 20%

ABRI : 2%

Buruh : 15%

Lain-lain : 18%

8

Page 9: BAB I-V-Lampiran OK

FILARIASISKARTINI

KEPALA PUSKESMASDr.Hj.MAY HAPPY.M.

TATA USAHASRI DESWATI

SP2TPASWITHA.D

PERENCANAANKa Pusk/TU

UMUM/KEPGGUSRIYANTI

BENDAHARA……

BARANGNENI INDRIANI

APBD/ASKES/DABISMATULLAH

JAMKESMASNURMAYANTI

B O KMARDALENA.SKM

UPAYA KESEHATANPERORANGAN

UPAYA KESEHATANMASYARAKAT

BP UMUMYANTRI NORA

BP GIGIDrg.UCHIRIA.H

KIASRI HILDA.SKM

LABORMEINI ELFIZA

APOTIKDARYATI

PROMKESYENI ASTUTI

KESLINGHASRI AMRA

P2P/SURVAILENTSURYA.SKM

GIZIMARDALENA.SKM

PENGOBATAN…..

PUSTU L.LMAHYUNI

ANDURINGWAHYUNI

LUBUK LINTAHFITRA SURYANI

PS AMBACANGZAMLISMI

AMPANGRAADSMA.D

IBUSRI.SKM

ANAKGADIS.V

KBNURHAYATI

GUDANGDARWINA

IMUNISASIDEVI.S

D B DSastrawati

MALARIASastrawati

DIAREASRINA

P M SLinda Astuti

LANSIALinda Astuti

PUSKELKARTINI

POSKESKEL……

2.7 Struktur Puskesmas Ambacang tahun 20107

Gambar 2.2. Struktur Organisasi Puskesmas Ambacang

9

Page 10: BAB I-V-Lampiran OK

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Definisi Manajemen Terpadu Balita Sakit8

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan suatu pendekatan

terhadap balita sakit dengan menggunakan suatu algoritme yang dilakukan secara

terpadu dengan memadukan pelayanan promosi, pencegahan, serta pengobatan

terhadap lima penyakit penyebab utama kematian pada bayi dan balita di negara

berkembang, yaitu pnemonia, diare,campak, dan malaria serta malnutrisi.

3.2. Konsep MTBS8,9

Manajemen Terpadu Balita digagas oleh WHO dan UNICEF untuk

menyiapkan petugas kesehatan melakukan penilaian, membuat klasifikasi serta

memberikan tindakan kepada anak terhadap penyakit-penyakit yang umumnya

mengancam jiwa. MTBS bertujuan untuk meningkatkan keterampilan petugas,

memperkuat sistem kesehatan serta meningkatkan kemampuan perawatan oleh

kelua Praktik MTBS di Puskesmas.

3.2.1. Alur Pelayanan MTBS

Setelah mendaftar di loket, pasien balita sakit dibawakan kartu status dan

formulir pencatatan MTBS. Ini yang membedakan yang tanpa MTBS di mana

formulir MTBS tidak disertakan. Pasien kemudian menuju ruang MTBS untuk

diperiksa oleh case manager. Case manager di sini adalah bidan yang telah dilatih

MTBS yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan kegiatan MTBS.

Pemeriksaan dimulai dengan melakukan penilaian yang dilanjutkan

dengan pembuatan klasifikasi yang diikuti dengan pemberian tindakan. Cara

penilaian bergantung pada masalah yang dikerjakan yaitu dengan mengisi format

pencatatan MTBS yang meliputi bertanya, melihat, memeriksa, mendengar,

melihat dan meraba dan sebagainya. Klasifikasi ditetapkan setelah melihat hasil

gejala dan tanda yang ditemukan pada penilaian dan akan diteruskan dengan

melakukan tindakan yang sesuai. Tindakan ini juga mengacu pada buku bagan

MTBS. Adapun permasalahan yang dinilai meliputi tanda bahaya umum, batuk

10

Page 11: BAB I-V-Lampiran OK

atau sukar bernapas, diare, demam, masalah telinga, gizi buruk dan anemia, status

imunisasi, pemberian kapsul vitamin A serta pemberian makan dan konseling.

Konseling menjadi langkah selanjutnya dan menjadi bagian tak terpisah

dari alur MTBS. Case manager menentukan konseling apa yang diperlukan saat

pemeriksaan, misalnya perlu diberikan konseling kesehatan lingkungan, gizi atau

imunisasi dan juga berhak meminta petugas yang bersangkutan untuk melakukan

konseling. Setelah konseling selesai maka pasien disuruh kembali ke case

manager untuk diberikan konseling mengenai cara perawatan anak di rumah.

Pemeriksaan balita sakit di puskesmas ditangani oleh tim yang dipimpin

oleh pengelola MTBS yang berfungsi sebagai case manager. Semua kegiatan

pemeriksaan dan konseling tersebut dilakukan di ruang khusus MTBS.

3.2.2. Fungsi dan Kedudukan Case Manager

Kedudukan case manager tidak ada dalam struktur organisasi puskesmas.

Pemilihannya oleh kepala puskesmas berdasarkan pertimbangan pernah mengikuti

pelatihan dan sanggup untuk mengelola MTBS. Dalam keseharian pengelola

bertanggung jawab kepada koordinator KIA. Case manager bertanggung jawab

melakukan pemeriksaan dari penilaian membuat klasifikasi serta mengambil

tindakan serta melakukan konseling dengan dipandu buku bagan dan tercatat

dalam formulir pemeriksaan.

Case manager bertanggung jawab mengelola kasus balita sakit dari

penilaian, membuat klasifikasi, dan menentukan tindakan, serta manager

menentukan konseling yang diperlukan oleh pasien. Apabila memerlukan

konseling gizi, kesehatan lingkungan (kesling), serta imunisasi, petugas mengirim

ke petugas yang dibutuhkan dan pasien akan disuruh kembali kepada case

manager. Sesudah mendapatkan konseling baru dilakukan penulisan resep serta

penjelasan agar pengantar mematuhi perintah yang diberikan dalam pengobatan

di rumah. Konseling mengenai cara pemberian obat, dosis, lama pemberian,

waktu pemberian, cara pemberian dan lain-lain menjadi hal yang rutin dilakukan.

Hasil kegiatan pemeriksaan dicatat dalam register kunjungan, kemudian direkap

setiap akhir bulan untuk laporan kegiatan MTBS kepada Dinas Kesehatan.

11

Page 12: BAB I-V-Lampiran OK

Keberadaan tim dalam penanganan balita sakit sangat mendukung praktik

MTBS. Tim yang dipimpin oleh seorang manajer kasus (case manager) yaitu

seorang bidan yang bertanggungjawab kepada bidan koordinator KIA. Apabila

ada masalah yang berkenaan dengan MTBS bidan koordinator mengkonsultasikan

kepada kepala puskesmas. Manajer kasus mendistribusikan tugas serta pekerjaan

kepada anggota tim lainnya yaitu petugas gizi untuk menangani konseling gizi,

petugas imunisasi untuk pemberian imunisasi yang dibutuhkan anak pada saat

pemeriksaan serta petugas kesehatan lingkungan yang menangani penyuluhan

berkenaan dengan penyakit yang diakibatkan oleh perilaku dan lingkungan.

Kejelasan tugas dalam pembagian kerja menyebabkan penanganan kasus lebih

efektif. Masing-masing petugas bisa mengerti pekerjaan dan tugas-tugas yang lain

sehingga ketika petugas lain yang diperlukan tidak ada petugas yang ada bisa

mengambil alih. Sifat yang fleksibel antar anggota tim inilah yang membantu

dalam praktik MTBS sehingga pekerjaan terus berlangsung walaupun ada anggota

tim yang tidak ada

3.3. Perbedaan Pelayanan dengan MTBS dan tanpa MTBS

Tabel 3.1. Perbedaan Pelayanan dengan MTBS dan tanpa MTBS9

12

Page 13: BAB I-V-Lampiran OK

Pemberian konseling menjadi unggulan dan sekaligus pembeda dari alur

pelayanan sebelum MTBS. Materi meliputi kepatuhan minum obat, cara minum

obat, menasehati cara pemberian makanan sesuai umur, memberi nasehat kapan

melakukan kunjungan ulang atau kapan harus kembali segera. Dengan pemberian

konseling diharapkan pengantar atau ibu pasnien mengerti penyakit yang diderita,

cara penanganan anak di rumah, memperhatikan perkembangan penyakit anaknya

sehingga mampu mengenali kapan harus segera membawa anaknya ke petugas

kesehatan serta diharapkan memperhatikan tumbuh kembang anak dengan cara

memberikan makanan sesuai umurnya. Semua pesan tersebut tercermin dalam

Kartu Nasihat Ibu (KNI) yang biasanya diberikan setelah ibu atau pengantar balita

sakit mendapatkan konseling.9

Dari pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini terdapat pendekatan

yang terintegrasi dalam pemeriksaan balita sakit yaitu memadukan antara

pengobatan, promosi dan pencegahan dalam waktu yang bersamaan. Pengobatan

diberikan sesuai dengan klasifikasi, promosi ditekankan pada peningkatan

pemberian makan pada balita sakit sesuai umur yang dilakukan di tingkat rumah

tangga, sedangkan pencegahan penyakit ditekankan pada pemberian imunisasi,

konseling pemberian ASI dan makanan tambahan, pemberian suplemen kapsul

vitamin A dosis tinggi sesuai yang telah ditetapkan. 9

Manfaat Keterpaduan Intervensi dalam praktek MTBS ini adalah

mencegah kasus kehilangan kesempatan (missed opportunity) pada balita. Petugas

kesehatan selalu menanyakan status imunisasi serta sudah diberikan kapsul

vitamin A. Untuk langkah selanjutnya apabila disimpulkan pasien memerlukan

imunisasi serta kapsul vitamin A akan diberikan apabila tidak ada kontra indikasi

pemberian imunisasi. Dengan demikian balita tidak kehilangan kesempatan untuk

mendapatkan imunisasinya serta cakupan imunisasi akan bertambah. Intervensi

integrasi diharapkan dapat meningkatkan tumbuh kembang anak, mencegah

penyakit dan merespon terhadap penyakit yang diderita anak. Intervensi

dilaksanakan pada tingkat rumah tangga dan saat di puskesmas yaitu dengan

memberi penekanan pada penyuluhan pemberian makan dan penggunaan kelambu

di daerah malaria serta mencegah suatu penyakit dengan cara pemberian imunisasi

dan kapsul vitamin A. 8

13

Page 14: BAB I-V-Lampiran OK

Intervensi berupa pengobatan (kuratif), penyuluhan (promotif) dan

pencegahan (preventif). Intervensi bisa dilaksanakan di rumah pasien dan juga

bisa dilakukan di fasilitas kesehatan. Secara rinci bisa dilihat pada table 3.2.

Tabel 3.2. Intervensi Integrasi 8

Tabel 3.2 menjelaskan intervensi yang bisa dilaksanakan di rumah dan di

puskesmas. Harapan dilibatkannya keluarga ikut dalam proses pengobatan balita

sakit yaitu keluarga berdaya untuk menangani perawatan anak di rumah,

mengenali tanda-tanda yang membahayakan jiwa si anak serta mematuhi perintah

dalam pemberian obat.8

3.4. Keterampilan yang harus dimiliki petugas MTBS11

Untuk menjaga kualitas pelayanan dan meningkatkan ketrampilan, petugas

kesehatan dilatih standarisasi MTBS dengan mempelajari materi dasar dan materi

inti yang memberikan pengetahuan dan ketrampilan klinis dalam Manajemen

Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang terdiri dari : penilaian dan klasifikasi anak

sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun, menentukan tindakan, pengobatan, konseling

14

Page 15: BAB I-V-Lampiran OK

bagi Ibu, tindak lanjut serta tatalaksana bayi muda umur 1 hari sampai 2 bulan

(Manajemen Terpadu Bayi Muda/ MTBM). Selanjutnya untuk menjaga tetap

terpeliharanya ketrampilan petugas akan manajemen pengelolaan paripurna pada

balita, pelaksanaan di lapangan di terapkan pada formulir MTBS/MTBM yang

berupa ceklist pengamatan untuk membimbing petugas dalam melakukan

pelayanan kepada bayi dan balita.

Kompetensi yang diharapkan dari pelatihan MTBS adalah petugas

kesehatan bisa melaksanakan proses manajemen kasus penanganan balita sakit

dan bayi muda di fasilitas pelayanan kesehatan dasar seperti puskesmas,

puskesmas pembantu, pondok bersalin , klinik, balai pengobatan maupun melalui

kunjungan rumah. Dengan berpedoman pada buku bagan, petugas menangani

balita sakit dan bayi muda diantaranya dengan melakukan :

1. Menilai tanda tanda dan gejala penyakit, status imunisasi, status gizi dan

pemberian vitamin A

2. Membuat klasifikasi

3. Menentukan tindakan sesuai dengan klasifikasi anak dan memutuskan

apakah seorang anak perlu dirujuk

4. Memberi pengobatan pra rujukan yang penting, seperti dosis pertama

antibiotik, vitamin A, suntikan kinin dan perawatan anak untuk mencegah

turunnya gula darah serta merujuk anak.

5. Melakukan tindakan di fasilitas kesehatan (kuratif dan preventif) seperti

pemberian oralit, vitamin A dan imunisasi.

6. Mengajari ibu cara memberi obat di rumah (seperti antibiotik oral atau

obat anti malaria) dan asuhan dasar bayi muda

7. Memberi konseling kepada ibu mengenai pemberian makan pada anak

termasuk pemberian ASI dan kapan harus kembali ke fasilitas kesehatan.

8. Melakukan penilaian ulang dan memberi perawatan yang tepat pada saat

anak datang kembali untuk pelayanan tindak lanjut

Dalam melakukan proses manajemen kasus ini, terdapat dua kelompok

umur yaitu apabila anak umur 2 bulan sampai 5 tahun , menggunakan bagan

“penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun”. Sampai 5

tahun berarti anak belum mencapai ulang tahunnya yang kelima. Kelompok ini

15

Page 16: BAB I-V-Lampiran OK

termasuk balita umur 4 tahun 11 bulan, akan tetapi tidak termasuk anak yang

sudah berumur 5 tahun. Seorang anak yang berumur 3 bulan akan masuk dalam

kelompok umur 2 bulan sampai 5 tahun, dan bukan dalam kelompok 1 hari

sampai 2 bulan (Proses manajemen kasus dengan formulir MTBS). Apabila anak

belum genap berumur 2 bulan, maka ia tergolong bayi muda. Bagan yang

digunakan adalah “Penilaian, klasifikasi dan pengobatan bayi muda umur 1 hari

sampai 2 bulan” khusus mengenai bayi muda, bagan berlaku untuk bayi muda

sakit maupun sehat (Proses manajemen kasus menggunakan formulir MTBM).

Dengan menggunakan buku bagan penilaian & klasifikasi anak umur 2

bulan sampai 5 tahun, petugas mempraktikkan ketrampilan sebagai berikut :

1. Menanyakan kepada ibu mengenai masalah yang dihadapi

2. Memeriksa tanda bahaya umum

3. Menanyakan kepada ibu mengenai empat keluhan utama :

a. Batuk atau sukar bernafas

b. Diare

c. Demam

d. Masalah telinga

Apabila ada keluhan utama tersebut diatas maka dilanjutkan dengan :

1. Melakukan penilaian lebih lanjut gejala lain yang berhubungan dengan

gejala utama

2. Membuat klasifikasi penyakit anak berdasarkan gejala yang ditemukan.

3. Memeriksa dan mengklasifikasikan status gizi anak dan anemia.

4. Memeriksa status imunisasi dan pemberian vitamin A pada anak dan

menentukan apakah anak membutuhkan imunisasi dan atau vitamin A

pada saat kunjungan tersebut.

5. Menilai masalah / keluhan lain yang dihadapi anak

Keterampilan selanjutnya adalah menentukan tindakan dan memberi

pengobatan yang dibutuhkan. Pengobatan pada anak sakit dapat dimulai di klinik

dan diteruskan dengan pengobatan lanjutan di rumah. Pada beberapa keadaan ,

anak yang sakit berat perlu di rujuk ke rumah sakit untuk perawatan lebih lanjut.

Dalam hal ini perlu dilakukan tindakan pra rujukan sebelum anak di rujuk.

16

Page 17: BAB I-V-Lampiran OK

Pada bagian ini petugas mempunyai ketrampilan untuk :

1. Menentukan perlunya dilakukan rujukan segera

2. Menentukan tindakan dan pengobatan pra rujukan

3. Merujuk anak, menjelaskan perlunya rujukan, menulis surat rujukan

4. Menentukan tindakan dan pengobatan untuk anak yang tidak memerlukan

rujukan segera

5. Memilih obat yang sesuai dan menentukan dosis dan jadwal pemberian

6. Memberi cairan tambahan untuk diare dan melanjutkan pemberian makan.

7. Memberi imunisasi setiap anak sakit sesuai kebutuhan.

8. Memberi suplemen vitamin A

9. Menentukan waktu untuk kunjungan ulang.

Petugas kesehatan dilatih menyediakan waktu untuk menasehati ibu

dengan cermat dan menyeluruh. Pada bagian ini adalah penting bagi petugas

untuk memahami bahwa praktik menasehati/ konseling bagi ibu adalah

diharapkan ibu mampu menerapkan perawatan dirumah dengan baik. Pola

perawatan di rumah yang benar merupakan indicator keberhasilan petugas dalam

memberikan pemahaman / konseling mengenai masalah kesehatan anak ibu.

Sebagai alat komunikasi penggunaan kartu nasehat ibu (KNI) / Buku KIA, akan

membantu petugas untuk mempraktikkan konseling pada ibu.

Petugas akan mempraktikkan tugas konseling ini antara lain :

1. Menggunakan ketrampilan komunikasi yang baik

2. Mengajari ibu cara memberikan obat oral dirumah

3. Mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah

4. Mengajari ibu cara pemberian cairan di rumah

5. Melakukan penilaian pemberian ASI dan makanan anak

6. Menentukan masalah pemberian ASI dan makanan anak

7. Konseling bagi ibu tentang masalah pemberian ASI dan makanan

8. Menasehati ibu tentang :

a) Kapan kembali untuk kunjungan ulang

b) Kapan kembali segera untuk perawatan lebih lanjut

c) Kapan kembali untuk imunisasi dan pemberian vitamin A

17

Page 18: BAB I-V-Lampiran OK

d) Kesehatannya sendiri

9. Menentukan prioritas nasehat.

Pada tiap akhir kunjungan, petugas akan menjelaskan kapan harus

kunjungan ulang. Kadang seorang anak membutuhkan tindak lanjut untuk lebih

dari satu masalah. Pada kasus seperti ini, ibu diberitahu kapan waktu terpendek

dan pasti ibu harus kembali. Dan dijelaskan juga kemungkinan anak harus

kembali lebih awal jika masalah seperti demam menetap.

Tabel 3.3. Jadwal kunjungan ulang balita 2 bulan sampai 5 tahun11

Ada beberapa kunjungan ulang yang berbeda untuk masalah gizi yaitu :

1. Anak yang mempunyai masalah pemberian makan, dan ibu balita telah

dianjurkan untuk melakukan perubahan dalam hal pemberian makan,

kunjungan ulang dalam waktu 5 hari adalah untuk melihat apakah ibu

telah melakukan perubahan itu.

2. Anak yang tampak pucat (anemia),kunjungan ulang dalam 4 minggu untuk

memberi tambahan zat besi (yang penting anak dengan anemia akan

mendapat zat besi dengan total pemberian untuk 1 bulan dan mendapat

tindak lanjut setelah 1 bulan tersebut )

18

Page 19: BAB I-V-Lampiran OK

3. Anak yang menderita BGM, kunjungan ulang dalam waktu 4 minggu / 1

bulan untuk menimbang anak, menilai ulang pemberian makan dan

memberi nasehat lebih lanjut sesuai kartu Nasehat Ibu/ KIA.

Jadwal kunjungan ulang ini terdapat dalam kartu nasehat ibu, bersama

nasehat kapan harus kembali segera. Bagian terpenting dari kapan harus kembali

ini, petugas dilatih untuk selalu mengecek pemahaman ibu sebelum ibu

meninggalkan klinik. Dalam memberikan nasehat itu petugas dapat menggunakan

istilah istilah lokal yang mudah dimengerti ibu . Kartu nasehat ibu menampilkan

tanda tanda tersebut dalam bentuk kalimat maupun dalam gambar. Petugas akan

melingkari tanda-tanda yang harus diingat ibu. Petugas harus selalu menyadari

bahwa kata kata dan nasehat tersebut dimengerti oleh ibu. Jika ibu tidak mengerti,

mungkin ibu tidak akan kembali. Jika ibu tidak kembali pada saat anak menderita

pneumonia anak mungkin dapat meninggal.

Tabel 3.4. Kapan harus segera kembali pada balita 2 bulan sampai 5 tahun11

Dengan demikian, Konseling yang baik diharapkan akan memberikan

pemahaman kepada ibu balita akan perawatan balita yang benar dirumah, yang

pada akhirnya meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu akan perawatan

yang benar bagi balitanya.

19

Page 20: BAB I-V-Lampiran OK

Tabel 3.5. Jadwal kunjungan ulang bayi 1 hari sampai dengan 2 bulan11

Petugas harus memastikan bahwa setiap ibu yang bayinya sakit perlu

diberitahu kapan harus membawa bayinya untuk kunjungan ulangan kapan harus

segera dibawa ke petugas kesehatan :

1. Segera membawa bayinya kepetugas kesehatan jika timbul tanda

penyakitnya bertambah parah

2. Membawa bayinya untuk kunjungan ulang pada kurun waktu tertentu

untuk mngecek kemajuan pengobatan dengan antibiotik atau untuk

pemberian imunisasi berikutnya (kunjungan bayi sehat).

Tabel 3.6. menasehati ibu kapan harus segera dibawa ke petugas kesehatan11

Segera dibawa ke petugas kesehatan jika bayi menunjukkan salah satu

gejala berikut :

1. Gerakan bayi berkurang

2. Nafas cepat

3. Sesak nafas

4. Perubahan warna kulit ( kebiruan, kuning )

5. Malas / tidak bisa menetek atau minum

20

Page 21: BAB I-V-Lampiran OK

6. Badan teraba dingin atau panas

7. Beraknya campur darah ( ada darah dalam tinja )

8. Jika kulit kuning bertambah

9. Bertambah parah

Seperti halnya pada balita umur 2 bulan sampai 5 tahun , petugas

kesehatan dilatih untuk mempraktekkan ketrampilannya pada bayi 1 hari sampai 2

bulan sebagai berikut :

1. Menanyakan kepada ibu mengenai masalah yang dihadapi bayi muda

2. Memeriksa dan mengklasifikasi bayi muda untuk masalah :

a. Kejang

b. Gangguan nafas

c. Kemungkinan infeksi bakteri

d. Ikterus

e. Gangguan saluran cerna

f. Diare

g. Kemungkinan berat badan rendah

h. Masalah pemberian ASI

3. Menentukan status imunisasi pada bayi muda

4. Menilai masalah/ keluhan lain pada bayi muda maupun ibu

5. Menentukan tindakan (termasuk rujukan) dan memberi pengobatan pada

bayi muda

6. Memberikan konseling bagi ibu

7. Memberikan pelayanan tindak lanjut pada bayi muda.

Pada waktu kunjungan ulang , petugas kesehatan dapat menilai apakah

anak membaik setelah diberi obat atau diperlukan diberi tindakan lainnya. Sebagai

contoh, beberapa anak mungkin tidak bereaksi atas pemberian antibiotika tertentu

atau obat malaria, sehingga diperlukan obat pilihan kedua. Anak dengan diare

persisten membutuhkan tindak lanjut untuk memastikan bahwa diare telah

berhenti sama sekali. Anak dengan demam atau infeksi mata perlu dilihat jika

keadaanya tidak membaik. Anak dengan masalah pemberian ASI dan makanan

memerlukan tindak lanjut untuk memastikan bahwa mereka telah mendapat cukup

ASI/ makanan sehingga berat badannya bertambah.

21

Page 22: BAB I-V-Lampiran OK

Tindak lanjut merupakan hal yang penting. Petugas dianjurkan membuat

alur pelayanan khusus untuk kunjungan ulang. Karena petugas telah dilatih untuk

menangani apabila bayi atau balita berkunjung ulang ,maka apabila bayi atau

balita berkunjung ulang akan dilakukan sebagai

berikut, Petugas akan :

1. Menentukan apakah kunjungan anak adalah kunjungan ulang

2. Jika merupakan kunjungan ulang, menilai tanda tanda yang sesuai dengan

petunjuk dalam kotak tindak lanjut (dalam buku bagan) untuk klasifikasi

anak sebelumnya.

3. Memilih tindakan dan pengobatan berdasarkan tanda-tanda yang ada pada

anak saat kunjungan ulang. .

4. Jika anak mempunyai masalah baru, menilai dan mengklasifikasikan anak

seperti anak pada kunjungan pertama

Pada penanganan balita umur 2 bulan sampai 5 tahun, tindakan yang

dilakukan sesuai kotak tindak lanjut pada buku bagan dan ini hampir sama dengan

pada bayi muda. Beberapa klasifikasi untuk dilakukan tindak lanjut pada tabel

adalah sebagai berikut :

Tabel 3.7. Klasifikasi untuk dilakukan tindak lanjut11

Petugas telah dilatih keterampilan untuk mengetahui sebagai berikut :

1. Jika menemukan klasifikasi kuning berubah menjadi hijau, artinya

keadaan bayi muda membaik.

2. Kalsifikasi yang tetap kuning berarti keadaan bayi muda tetap.

22

Page 23: BAB I-V-Lampiran OK

3. Jika klasifikasi kuning menjadi merah, keadaan bayi muda memburuk

Bayi muda sakit yang tidak sembuh setelah diobati, mungkin saja ada

keadaan atau penyakit lain yang tidak diberikan saat pelatihan dan memerlukan

pengobatan lebih lanjut. Petugas akan merujuk bayi muda sakit jika :

1. Keadaan bayi memburuk atau

2. Keadaan bayi tetap dan obat pilihan kedua tidak tersedia atau

3. Petugas khawatir tentang keadaan bayi muda atau

4. Tidak tahu harus berbuat apa dengan bayi muda.

23

Page 24: BAB I-V-Lampiran OK

BAB IV

ANALISIS SITUASI

4.1. Analisis Situasi7

4.1.1. Program Puskesmas

Puskesmas Ambacang memiliki 6 program dasar ( Basic Six) yang

merupakan program pokok kerja puskesmas, yaitu :

1. Promosi Kesehatan

a. Peran Serta Masyarakat

Tabel 4.1. Pencapaian Program UKBM di wilayah kerja Puskesmas Ambacang

tahun 2010

No.

Program Target % Pencapaian % Kesenjangan

1. Posyandu Balita 28 100 28 100 -

2. Posyandu Lansia 6 100 6 100 -

3. Kader Aktif 112 100 97.5 87 13

4. TOGA 20 100 20 100 -

5. BATRA 23 100 23 100 -

7. POSBINDU 4 100 - - 100

8. Poskestren 1 100 1 100 -

9. Poskeskel 4 100 4 100 -

10. UKS 22 100 20 91 9

b. Penyuluhan Kesehatan Masyrakat

Tabel 4.2. Penyuluhan kesehatan masyarakat di dalam gedung dan diluar gedung

di wilayah kerja Puskesmas Ambacang tahun 2010

No. Program Target % Pencapaian % Kesenjangan

1. Frekuensi Penyuluhan Dalam Gedung

96 100 94 97,9 2,1

2. Frekuensi Penyuluhan Luar Gedung

336 100 359 106,8 + 6,8

24

Page 25: BAB I-V-Lampiran OK

2. KIA dan KB

Jumlah ibu hamil yang ada pada wilayah kerja Puskesmas Ambacang

sebanyak 1011 orang, sedangkan bayi berjumlah 919 orang.

a. Cakupan KN1, KN 2 dan KN lengkap

Tabel 4.3. target dan hasil pencapaian program KN1, KN 2 dan KN lengkap per

kelurahan Puskesmas Ambacang Tahun 2010

No.

Kelurahan Sasaran Bayi

KN 1 % KN 2 % KN Lengkap

%

1 Ps.Ambacang 330 322 97,5 306 92,73 286 86,672 Anduring 262 242 93,9 240 91,6 227 86,643 Lubuk Lintah 191 177 91,6 167 87,43 149 78,014 Ampang 136 136 100 134 98,53 109 80,15

Jumlah 919 877 95,43 847 92,17 768 83,46Kesimpulan yang dapat diambil dari tabel di atas adalah pencapaian KN 1

dan KN 2 melebihi dari target yang ditetapkan, di mana target yang harus dicapai

ialah 85 %, baik KN 1, KN 2 maupun KN lengkap. Sedangkan KN lengkap masih

belum mencapai target dengan kesenjangan (-1,54%).

b. Jumlah kasus BBLR, cakupan BBLR ditangani dan dirujuk

Tabel 4.4. Jumlah kasus BBLR, cakupan BBLR ditangani dan dirujuk per

kelurahan Puskesmas Ambacang Tahun 2010

No Kelurahan Jml BBLR BBLR Ditangani

% BBLR Dirujuk

%

1 Ps. Ambacang 12 org 10 org 83,3 2 org 16,672 Anduring 6 org 6 org 100 0 03 Lb. Lintah 6 org 3 org 50 3 org 504 Ampang 3 org 2 org 66,6 1 org 33,33

Jumlah 27 org 21 org 77,7 6 org 22,22Pencapaian kasus BBLR yang ditangani melebihi dari target yang

ditetapkan di mana target yang diberikan, yaitu 60%, sedangkan target yang

dicapai yaitu 77,7%.

25

Page 26: BAB I-V-Lampiran OK

c. Data 10 penyakit terbanyak pada balita

Tabel 4.5. Data 10 penyakit terbanyak pada balita per kelurahan Puskesmas

Ambacang Tahun 2010

No. Penyakit Kelurahan JumlahPs. Ambacang Anduring Lb

LintahAmpang

1 ISPA 1025 728 586 480 28192 Infeksi Kulit 274 186 166 108 7343 Obs Demam 141 96 78 76 3914 Diare 103 86 71 40 3005 Alergi Kulit 58 32 28 20 1386 Pneumoni 35 23 18 17 937 Penyakit

Telinga36 17 16 16 85

8 Penyakit Mata

27 16 17 15 75

9 Varicella 18 17 16 15 6610 Kecacingan 10 5 4 3 22

Jumlah 1727 1206 1000 790 3823Penyakit ISPA menempati urutan pertama dan kecacingan menempati

urutan terakhir dari sepuluh penyakit pada anak yang ditemukan di KIA selama

tahun 2010. DKK memberikan target penemuan kasus pneumonia pada tahun

2010 yaitu 86% (387 orang) dari 10% jumlah balita yang menjadi sasaran

pneumoni. Sedangkan jumlah yang ditemukan di Puskesmas Ambacang selama

tahun 2010 berjumlah 93 kasus dengan pencapaian 24,03%, sedangkan target

yang belum tercapai yaitu 61,97%.

d. Cakupan DDTK Balita Per Kelurahan

Pencapaian DDTK Bayi

Tabel 4.6. hasil pencapaian DDTK bayi per kelurahan Puskesmas Ambacang

Tahun 2010

No. Kelurahan Jumlah Bayi Jumlah di DDTK %1 Ps. Ambacang 330 106 32,122 Anduring 262 86 32,823 Lb. Lintah 191 60 31,414 Ampang 136 54 39,71

Jumlah 919 306 33,3

26

Page 27: BAB I-V-Lampiran OK

Pencapaian DDTK anak balita

Tabel 4.7 hasil pencapaian DDTK anak balita per kelurahan Puskesmas

Ambacang Tahun 2010

No. Kelurahan Jumlah Anak Balita

Jumlah di DDTK %

1 Ps. Ambacang 1284 388 30,222 Anduring 1025 298 29,073 Lb. Lintah 743 319 42,934 Ampang 529 109 20,6

Jumlah 3581 1114 31,11

Pencapaian DDTK anak pra sekolah

Tabel 4.8. Hasil pencapaian DDTK anak pra sekolah per kelurahan Puskesmas

Ambacang Tahun 2010

No. Kelurahan Jumlah Anak Pra Sekolah Jumlah di DDTK %1 Ps. Ambacang 132 60 45,452 Anduring 58 15 25,863 Lb. Lintah 56 34 60,714 Ampang 101 30 29,7

Jumlah 347 139 40,06Pencapaian DDTK belum mencapai target sesuai dengan yang ditetapkan

yaitu 80%. Pencapaian DDTK masih bayi masih kurang sebanyak 46,7%,

pencapaian DDTK anak balita masih kurang sebanyak 46,7% dan pencapaian

DDTK anak pra sekolah masih kurang sebanyak 39,94% lagi.

e. Cakupan neonatus resti / komplikasi yang ditangani dan dirujuk

Tabel 4.9. Cakupan neonatus resti / komplikasi yang ditangani dan dirujuk per

kelurahan Puskesmas Ambacang Tahun 2010

No. Kelurahan Jumlah Neonatus

Resti

Neonatus Reesti

Ditangani

% Neonatus Resti

Dirujuk

%

1 Pasar Ambacang

13 10 76,92 3 23,08

2 Anduring 6 6 100 0 03 Lubuk Lintah 7 4 57,14 3 42,864 Ampang 3 2 66,67 1 33,33

Jumlah 29 22 75,86 7 24,14

27

Page 28: BAB I-V-Lampiran OK

Pencapaian neonatur resti yang ditangani melebihi dari target yang

ditentukan, di mana target yang ditetapkan adalah 60%, maka pencapaian lebih

dari target sebanyak 15,86%.

f. Cakupan kunjungan bayi (29 hari dan 11 bulan)

Tabel 4.10. cakupan kunjungan bayi (29 hari dan 11 bulan) per kelurahan

Puskesmas Ambacang Tahun 2010

No. Kelurahan Jumlah Bayi Jumlah Kunjungan Bayi

%

1 Pasar Ambacang 330 269 81,522 Anduring 262 210 80,153 Lubuk Lintah 191 156 81,684 Ampang 136 113 80,88

Jumlah 919 748 81,39Pencapaian kunjungan bayi masih belum mencapai target, di mana target

yang seharusnya dicapai pada tahun 2010 adalah 85%.

g. Cakupan ASI Eksklusif

Tabel 4.11. Cakupan ASI eksklusif per kelurahan Puskesmas Ambacang Tahun

2010

No. Kelurahan Jumlah Bayi 0-6 Bulan ASI Eksklusif %1 Pasar Ambacang 132 111 84,092 Anduring 105 53 50,483 Lubuk Lintah 76 42 55,264 Ampang 54 34 62,96

Jumlah 367 240 65,4Pencapaian cakupan ASI eksklusif baru mencapai 65,4% di mana yang

dimaksud adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai bayi berusia 6 bulan.

Sedangkan target pencapaiannya adalah 100%, jadi pencapaian di wilayah kerja

Puskesmas Ambacang masih kurang 34,6% lagi.

28

Page 29: BAB I-V-Lampiran OK

h. Data kematian bayi berdasarkan penyebab

Tabel 4.12. Data kematian bayi berdasarkan penyebab per kelurahan Puskesmas

Ambacang Tahun 2010

No Penyebab Kl. Ps. Ambacang

Kl. Anduring

Kl. Lb. Lintah

Kl. Ampang

Jumlah

1 BBLR 2 1 0 0 32 IUFD 1 2 3 1 73 Gastroenteritis 1 0 1 0 24 Pny Jantung

Bawaan1 0 1 0 2

5 Inf sal nafas akut

0 1 0 0 1

6 Oedem paru 1 0 0 0 17 Obs demam 2 1 0 0 38 Asfixia berat 1 0 0 0 19 Susp

Pneumoni1 0 0 1 2

Jumlah 10 5 5 2 22Lokasi terjadinya kematian bayi yang terbanyak adalah di kelurahan Pasar

Ambacang.

i. Data kematian anak balita berdasarkan penyebab

Tabel 4.13. data kematian anak balita berdasarkan penyebab per kelurahan

Puskesmas Ambacang Tahun 2010

No. Kelurahan Diare dengan Dehidrasi

Penyebab Gagal Jantung e.c.Peny. Jantung Bawaan

Aspirasi Tenggelam

Jumlah Kematian

1 Ps. Ambacang 0 0 1 12 Anduring 1 0 0 13 Lb. Lintah 0 1 0 14 Ampang 1 0 0 1

Jumlah 2 1 1 4Kematian anak balita terbanyak disebabkan diare, yaitu 2 dari 4 orang

anak balita meninggal.

j. Data kematian bayi dan balita

29

Page 30: BAB I-V-Lampiran OK

Tabel 4.14. data kematian bayi dan balita per kelurahan Puskesmas Ambacang

Tahun 2010

No. Umur Ps. Ambacang Anduring Lb. Lintah Ampang Jumlah1 Lahir mati 1 2 3 1 72 0-7 hari 4 1 0 0 53 8-28 hari 2 2 0 0 44 29 hari – 11 bulan 3 0 2 1 65 12 bulan – 5 tahun 1 1 1 1 46 Jumlah Kematian neonatal 6 3 0 0 97 Jumlah Kematian Bayi 10 5 5 2 228 Jumlah Kematian 0-5 tahun 11 6 6 3 26

Kematian bayi dan balita yang terbanyak terjadi pada anak yang lahir mati,

oleh karena itu puskesmas sebaiknya lebih meningkatkan pelayanan ANC.

k. Data bayi lahir prematur per kelurahan Puskesmas Ambacang Tahun

2010

Kelurahan Pasar Ambacang: 8 orang

Kelurahan Anduring : 3 orang

Kelurahan Lubuk Lintah : 3 orang

Kelurahan Ampang : 2 orang

l. Data bayi dan anak balita yang punya buku KIA

Tabel 4.15. Data bayi dan anak balita yang punya buku KIA per kelurahan

Puskesmas Ambacang Tahun 2010

No. Kelurahan Bayi Anak Balita Jumlah1 Pasar Ambacang 302 900 12022 Anduring 272 850 11223 Lubuk Lintah 185 602 7874 Ampang 153 502 655

Jumlah 912 2854 3766

m. Data sasaran ibu balita per kelurahan Puskesmas Ambacang tahun

2010

Kelurahan Pasar Ambacang: 1480 orang

Kelurahan Anduring : 1152 orang

Kelurahan Lubuk Lintah : 820 orang

Kelurahan Ampang : 630 orang

Jumlah : 4082 orang

n. Data bayi dan anak balita yang kelainan tumbuh kembang

30

Page 31: BAB I-V-Lampiran OK

Tabel 4.16. Data bayi dan anak balita yang kelainan tumbuh kembang per

kelurahan Puskesmas Ambacang Tahun 2010

No. Kelurahan Bayi Anak Balita Jumlah1 Pasar Ambacang 0 3 32 Anduring 0 0 03 Lubuk Lintah 0 1 14 Ampang 1 0 1

Jumlah 1 4 5

o. Data sasaran laki-laki dan perempuan

Tabel 4.17. data sasaran laki-laki dan perempuan per kelurahan Puskesmas

Ambacang Tahun 2010

No. Kelurahan Bayi Laki-laki

Bayi Perempuan

Anak Balita Laki-laki

Anak Balita Perempuan

Jumlah

1 Ps.Ambacang 160 170 640 644 16142 Anduring 130 132 513 512 12873 Lubuk Lintah 95 96 370 373 9344 Ampang 68 68 265 264 665

Jumlah 453 466 1788 1793 4500

p. Pelayanan kesehatan anak balita

Tabel 4.18. pelayanan kesehatan anak balita per kelurahan Puskesmas Ambacang

Tahun 2010

No. Kelurahan Sasaran Jumlah % Target1 Ps.Ambacang 1284 1042 81,15 782 Anduring 1025 667 65,07 783 Lb. Lintah 743 514 69,18 784 Ampang 529 475 89,79 78

Jumlah 3581 2698 75,34 78

3. Gizi

Wilayah kecamatan Kuranji merupakan daerah yang rawan masalah gizi

terutama gizi buruk.Puskesmas Ambacang memiliki 1 buah pojok Gizi

sebagai salah satu upaya untuk mengurangi angka kejadian masyarakat

kurang gizi.Akan tetapi pada pelaksanaannya pojok gizi belum maksimal

dilihat dari angka kunjungan yang rendah jika dibandingkan dengan

jumlah pasien yang datang berobat ke puskesmas yang seharusnya

datang ke pojok gizi. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah:

31

Page 32: BAB I-V-Lampiran OK

Pelaksanaan penimbangan balita dan penimbangan massal sekaligus

pemberian vitamin A pada bulan Februari dan Agustus.

Pemberian tablet Fe pada ibu hamil (bumil) dan vitamin A pada ibu

nifas (bufas).

Pemantauan garam beryodium dilaksanakan 2 x 1 tahun

Penjaringan status gizi dari bayi sampai anak sekolah (murid baru).

a. Pencapaian D/S, N/D, BMG/D

Pencapaian D/S

Tabel. 4.19. Pencapaian D/S Balita diwilayah kerja Puskesmas Ambacang Tahun

2010

No. KelurahanSasaranBalita 2010

Jumlah Rata-rata Balita ditimbang/Th(Tahun 2010)

Pencapaian D/S BalitaTahun2010

Tahun 2009

Tahun 2008

1. Ps.Ambacang

1614 1132 70,15 43,93 41,29

2. Anduring 1287 624 48,47 26,92 29,773. Lubuk Lintah 934 455 48,69 46,33 35,024. Ampang 665 449 67,54 44,28 33,65

Puskesmas 4500 2667 59,26 39,28 35,32

Target D/s tahun 2008 : 65% , Kesenjangan : 29,68%

Target D/s tahun 2009 : 65% , Kesenjangan : 25,72%

Target D/S tahun 2010 : 65% , Kesenjangan : 5,74 %

Pencapaian N/D

32

Page 33: BAB I-V-Lampiran OK

Tabel 4.20. Pencapaian N/D Balita diwilayah kerja Puskesmas Ambacang Tahun

2010

No.

KelurahanSasaranBalita

Th 2010

Jumlah Rata-rata D’

Jumlah Rata-rata Balita yg naik Berat badannya/Th

Pencapaian N/D BalitaTahun2010

Tahun 2009

Tahun 2008

1. Ps.Ambacang

1614 722,17 647,33 89,64 76,50 68,71

2. Anduring 1287 385,25 326,75 84,82 70,11 75,433. Lubuk

Lintah934 247,58 213,58 86,27 77,69 82,21

4. Ampang 665 335,33 306,67 91,45 74,76 65,03Puskesmas 4500 1702,58 1494,33 87,77 75,30 73,06

Target D/s tahun 2008 : 88% , Kesenjangan : 14,94%

Target D/s tahun 2009 : 89% , Kesenjangan : 13,7%

Target D/S tahun 2010 : 89% , Kesenjangan : 1,23 %

Pencapaian BGM/D

Tabel 4.21. Pencapaian BGM/D Balita diwilayah kerja Puskesmas Ambacang

Tahun 2010

No. KelurahanCakupan BGM/D Balita

Tahun 2010 Tahun 20091. Ps.Ambacang 0,79 1,082. Anduring 0,80 0,843. Lubuk Lintah 0,66 1,564. Ampang 0,45 0,91

Puskesmas 0,71 1,10Untuk tahun 2010 ini ternyata rata-rata jumlah balita yang BGM

sebanyak 18 anak dari rata-rata jumlah balita yang ditimbang yaitu

sebanyak 2692 anak atau berkisar 0,71 %. (Dapat dilihat di lampiran)

Angka ini masih jauh dalam ambang batas yaitu < 7 %.

b. Cakupan Distribusi pemberian kapsul vitamin A

33

Page 34: BAB I-V-Lampiran OK

Pada bayi dan balita

Tabel 4.22. Cakupan Pendistribusian Kapsul Vitamin A Bayi dan Anak Balita

Bulan Februari 2010 Diwilayah Kerja Puskesmas Ambacang

No.

KelurahanBayi Anak Balita

Sasaran2010

Pencapaian Sasaran2010

PencapaianAbs % Abs %

1. Pasar Ambacang 191 140 70.71 1284 1123 87,462. Anduring 157 100 63,69 1025 669 65,273. Lubuk Lintah 114 100 87,72 743 573 77,124. Ampang 82 65 79,27 529 495 93,57

Puskesmas 551 405 73,5 3581 2860 79,87Target Distribusi Vit.A tahun 2010 : 94 %

Kesenjangan pencapaian pada bayi : 20,5 %

Kesenjangan pencapaian pada balita : 14,13 %

Tabel 4.23. Cakupan Pendistribusian Kapsul Vitamin A Bayi dan Anak Balita

Bulan Agustus 2010 Diwilayah Kerja Puskesmas Ambacang

No.

KelurahanBayi Anak Balita

Sasaran2010

Pencapaian Sasaran2010

PencapaianAbs % Abs %

1. Pasar Ambacang 191 148 77,49 1284 1217 94,782. Anduring 157 105 66,88 1025 725 70,733. Lubuk Lintah 114 112 98,25 743 660 88,834. Ampang 82 80 97,56 529 525 99,24

Puskesmas 551 445 80,76 3581 3127 87,32Target Distribusi Vit.A tahun 2010 : 94 %

Kesenjangan pencapaian pada bayi : 13,24 %

Kesenjangan pencapaian pada balita : 6,68 %

Walau distribusi Vitamin A di bulan Februari dan Agustus tahun 2010

masih belum mencapai target. Akan tetapi bila kita lihat pencapaian distribusi

vitamin A di tahun-tahun sebelumnya yaitu tahun 2007, 2008 dan 2009

pencapaiannya mengalami peningkatan seperti yang tertera berikut ini :

Bayi : -Th 2007 : 41,7 % (Feb) dan 81,7 % (Agustus)

-Th 2008 : 78,89 % (Feb) dan 54,2 % (Agustus)

-Th 2009 : 60,7 % (Feb) dan 63,52 % (Agustus)

-Th 2010 : 73,5 % (Feb) dan 80,76 % (Agustus)

Anak Balita :

34

Page 35: BAB I-V-Lampiran OK

-Th 2007 : 26,4 % (Feb) dan 43,6 % (Agustus)

-Th 2008 : 70,91 % (Feb) dan 53,7 % (Agustus)

-Th 2009 : 64,1 % (Feb) dan 68,54 % (Agustus)

-Th 2010 : 79,87 % (Feb) dan 87,32 % (Agustus)

Pada ibu nifas

Tabel 4.24. Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A dan Tablet Fe pada Ibu Nifas

di wilayah kerja Puskesmas Ambacang tahun 2010

No. Kelurahan SasaranJumlah Ibu Nifas dapat Kapsul Vitamin A dan Tablet Fe

Abs %1. Ps. Ambacang 346 346 1002. Anduring 276 264 95,653. Lubuk Lintah 200 185 92,54. Ampang 143 138 96,50

Puskesmas 965 933 96,68Target vitamin A pada ibu nifas tahun 2010 :80%

Target tablet Fe pada ibu nifas tahun 2010 :80%

c. Cakupan distribusi tablet fe pada ibu hamil

Tabel 4.25. Cakupan Distribusi tablet Fe 1 dan Fe 3 Pada Ibu Hamil Diwilayah

Kerja Puskesmas Ambacang Tahun 2010

No. Kelurahan

SasaranBumil2010

Jumlah Ibu Hamil dapat Talet FeFe 1 Fe 3

Abs % Abs %1. Pasar

Ambacang363 354 97,52 317 87,33

2. Anduring 289 271 93,77 239 82,693. Lubuk Lintah 210 201 95,71 179 85,244. Ampang 149 149 100 130 87,25

Puskesmas 1011 975 96,44 865 85,56Target Distribusi Tablet Fe 1 dan Fe 3 bumil : 85 % dan 84 %

d. Kunjungan pasien ke POZI (Pojok Gizi)

Pasien yang datang ke POZI (Pojok Gizi) merupakan pasien

rujukan dari BP, KIA, keinginan sendiri dan posyandu. Mereka

datang dengan berbagai macam penyakit/keluhan yang berbeda.

Kegiatan POZI berupa konsultasi ataupun arahan tentang

makanan/diet sesuai penyakit/keluhan yang dirasakan. Berikut

jumlah kunjungan pasien POZI tahun 2010 berdasarkan penyakit

yang diderita :

35

Page 36: BAB I-V-Lampiran OK

Tabel 4.26. Kunjungan Pasien ke Pojok Gizi (POZI) Diwilayah Kerja Puskesmas

Ambacang tahun 2010

No Bulan Jumlah Kunjung

an

KEP DM BumilAnemi

a

HiperTensi

Obesitas

Lain-lain

1. Januari 22 5 5 12 - - -2. Februari 14 12 - 1 - - 1*3. Maret 27 22 5 - - - -4. April 14 6 6 - - 1 1**5 Mei 10 4 3 3 - - -6 Juni 13 6 4 3 - - -7 Juli 15 5 5 4 - - 1***8 Agustus 10 6 4 - - - -9 September 10 2 6 2 - - -10 Oktober 10 4 4 1 - - 1****11 November 15 5 6 4 - - -12 Desember 9 2 7 - - - -

169 79 55 30 - 1 4Ket : * = sulit makan, ** = gatal-gatal/alergi ***, =Hiperemesis , ****=Radang

sendi

e. Kegiatan penimbangan massal

Tabel 4.27. Hasil Rekapitulasi Penimbangan Massal Tahun 2010

No KelurahanSasaranBalita 2010

Ditim

bang

% BB/U TB/U BB/TB

Brk Krg Baik Lbh Pdk N Krs.s krs N Gmk1. Ps.Ambacang 1614 1336 82,78 11 37 1285 3 94 1242 1 13 1310 12

2. Anduring 1287 786 61,07 7 17 757 3 73 713 0 7 773 6

3. Lb.Lintah 934 743 79,55 5 7 727 4 24 719 2 6 733 2

4. Ampang 665 595 89,47 0 1 594 0 14 581 0 0 595 0

Puskesmas 4500 3460 76,89 23 62 3365 10 205 3255 3 26 3411 20

36

Page 37: BAB I-V-Lampiran OK

Pencapaian penimbangan massal sudah mencapai target yaitu 76,89 % (target >

70 %). Ditemukan kasus gizi buruk sebanyak 3 anak. Tetapi setelah dilakukan

validasi data penimbangan massal ternyata hanya ditemukan 1 kasus gizi buruk

yang merupakan kasus lama yang ditemukan di tahun 2009 yang lalu.

Tabel 4.28 Hasil Validasi Data Penimbangan Massal Tahun 2010

No. KelurahanBB/U TB/U BB/TB

Buruk Kurang Pendek Normal Kurus.S Kurus

1. Ps.Ambacang 9 0 5 4 0 72. Anduring 2 2 2 2 0 43. Lb.Lintah 2 0 1 1 1 14. Ampang 0 0 0 0 0 0

Puskesmas 13 2 8 7 1 12

f. PSG dan kadarzi

Sasarannya adalah keluarga yang memiliki balita. Pengumpulan

data dilaksanakan tanggal 3 s.d 7 Mei 2010 di 4 kelurahan yaitu

Ps.Ambacang, Anduring, Lubuk Lintah dan Ampang dengan

jumlah sampel masing-masingnya adalah 30 KK, 30 KK, 30 KK

dan 10 KK. Teknik pengambilan sampel secara random. Hasil dari

pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 4.29. Hasil Rekapitulasi Data PSG Kadarzi Tahun 2010

No Indikator KadarziPs.Ambacang

(30 KK)Anduring(30 KK)

Lubuk Lintah

(30 KK)

Ampang(10 KK)

Hasil % Hasil % Hasil % Hasil %1. Timbang BB teratur 15 50 18 60 26 87 6 202. ASI Ekslusif 3 10 24 80 21 70 4 133. Kons.Aneka ragam

mkn29 97 30 100 30 100 30 100

4. Kons.Garam beryodium

30 100 30 100 30 100 30 100

5. Kons.Suplemen Gizi 30 100 30 100 30 100 30 100Dari tabel diatas terlihat bahwa yang menjadi masalah adalah

rendahnya angka warga yang menimbang berat badannya secara

teratur dan rendahnya pemberian ASI ekslusif.

Hasil dari pengukuran antropometri adalah sebagai berikut :

37

Page 38: BAB I-V-Lampiran OK

Tabel 4.30. Data PSG Hasil Pengukuran Antropometri Tahun 2010

No. Kelurahan Jumlah balita Diukur

Status GiziBB/U TB/U BB/TB

1. Ps.Ambacang 36Buruk : -Kurang : 3Baik : 33

Pendek : 1Normal : 35

Krs.S : -Kurus : -Normal : 34Gemuk : 2

2. Anduring 24Buruk : 1 Kurang : 3 Baik : 20

Pendek : 7Normal : 17

Krs.S : -Kurus : 3Normal : 20Gemuk : 1

3. Lubuk Lintah 23Buruk : 1 Kurang : 2 Baik : 20

Pendek : 2Normal : 21

Krs.S : -Kurus : 2Normal : 20Gemuk : 1

4. Ampang 12Buruk : -Kurang : 4 Baik : 8

Pendek : 2Normal : 10

Krs.S : 1Kurus : 1Normal : 8Gemuk : 2

Puskesmas 95Buruk : 2Kurang : 12Baik : 81

Pendek : 12Normal : 83

Krs.S : 1Kurus : 6Normal : 82Gemuk : 6

Berdasarkan tabel diatas ditemukan balita dengan gizi buruk kurus

sekali 1. Tapi setelah divalidasi ternyata yang kurus sekali tidak

ada. Sedangkan gizi kurang sebanyak 12 anak dan selebihnya gizi

baik sebanyak 81 anak.

4. Kesehatan Lingkungan

38

Page 39: BAB I-V-Lampiran OK

Tabel 4.31 Data pemeriksaan kesehatan lingkungan Puskesmas Ambacang 2010

No. Program Sasaran Diperiksa Memenuhi

Syarat

%

1 Tempat Penyimpanan dan

penjualan pestisida

3 2 1 50%

2 Tempat Penjualan Makanan 79 54 34 62,9%

3 Tempat-tempat Umum 89 53 33 62,3%

4 Rumah 2798 693 249 35,9%

5 Industri 1 1 1 100%

6 Sarana air bersih 6728 674 335 (risiko

rendah)

4,9 %

7 Sekolah 22 6 2 33,3 %

8 Sampel air yang diperiksa

kimiawi

- - -

9 Sampel air yang diperiksa

bakteriologi

- - -

10 Sistem Pembuangan Air

Limbah (SPAL)

2867 624 371 59,4%

11 Jamban Keluarga 1876 575 300 52,17%

12 Tempat Pembuangan

Sementara (TPS)

723 610 361 59,1%

13 Ttempat Pembuangan Akhir

(TPA)

211 118 3 25,4%

Berdasarkan Tabel di atas terlihat bahwa pencapaian program kesehatan

lingkungan di wilayah kerja Puskesmas Ambacang masih banyak yang belum

mencakup seluruh sasaran.

Program kesehatan lingkungan juga membentuk klinik sanitasi di

Puskesmas Ambacang sebagai upaya pencegahan penyakit menular. Namun,

program ini belum terlaksana secara efektif. Dibuktikan dari kasus diare dengan

jumlah kasus 778, namun yang berkunjung ke klinik sanitasi hanya 220 orang

atau sekitar 28,3%.

5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2P)

39

Page 40: BAB I-V-Lampiran OK

Pemberian imunisasi lengkap pada bayi, wanita usia subur dan anak

sekolah, serta pelaksanaan surveilens merupakan usaha yang telah

dilakukan oleh Puskesmas Ambacang untuk melaksanakan program

pencegahan dan pemberantasan penyakit.

a. Cakupan imunisasi bayi

Tabel 4.40. Target dan hasil pencapaian program imunisasi bayi Puskesmas

Ambacang tahun 2010

No. Antigen Jumlah Sasaran

% target

Jumlah Pencapaian

% Pencapaian

% Kesenjangan

1 BCG 919 90 835 90,9 + 0,92 HB Uni

Jek919 90 864 94,0 + 4

3 Polio 1 919 90 863 93,9 + 3,94 DPT / HB

1919 90 851 92,6 + 2,6

5 DPT / HB 3

919 80 759 82,6 + 2,6

6 Campak 919 80 745 81,1 +1,1Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa program imunisasi bayi telah

mencapai target.

b. Cakupan imunisasi ibu hamil

Tabel 4.41. Target dan hasil pencapaian program imunisasi ibu hamil di

Puskesmas Ambacang tahun 2010

No. Antigen Jumlah Sasaran

% Target Jumlah Pencapaian

% Pencapaian

% Kesenjangan

1 TT 2 Plus 1011 80 640 63,3 -16,1Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa program imunisasi ibu hamil

belum mencapai target, terdapat kesenjangan 16,1%

c. Cakupan imunisasi anak sekolah

Tabel 4.42. Target dan hasil pencapaain program imunisasi anak sekolah di

Puskesmas Ambacang tahun 2010

No Antigen Jumlah Sasaran

% Target Jumlah Pencapaian

% Pencapaian

% Kesenjangan

1 BIAS Campak

766 100 711 92,8 -7,2

2 BIAS DT / TT

2209 100 2096 94,8 -5,2

40

Page 41: BAB I-V-Lampiran OK

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa program imunisasi anak sekoalah belum

mencapai target, terdapat kesenjangan 7,2 % untuk imunisasi campak dan

kesenjangan 5,2 % untuk imunisasi TT.

d. Cakupan imunisasi pasca gempa

Tabel 4.43. Target dan hasil pencapaian program imunisasi pasca gempa di

Puskesmas Ambacang tahun 2010

No Antigen Jumlah Sasaran

% Target

Jumlah Pencapaian

% Pencapaian

% Kesenjangan

1 PIN Campak

3526 95 2894 82,07 -12,93

2 PIN Polio 4359 95 3435 78,8 -16,2Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa program imunisasi pasca gempa belum

mencapai target, terdapat kesenjangan

e. Cakupan desa UCI Puskesmas Ambacang tahun 2010

Cakupan desa UCI dari Puskesmas Ambacang pada tahun 2010

meliputi empat kelurahan, yaitu Kelurahan Ampang, Kelurahan Lubuk

Lintah, Kelurahan Pasar Ambacang dan Kelurahan Anduring.

6. Pengobatan

Puskesmas Ambacang adalah Puskesmas rawat jalan yang melayani

pasien untuk berobat. Puskesmas Ambacang memiliki sebuah puskesmas

pembantu, yang terletak dikelurahan Lubuk Lintah. Rata-rata pasien yang

datang berobat per-bulannya adalah ± 2200 orang.

41

Page 42: BAB I-V-Lampiran OK

Diagram 4.1. Sepuluh penyakit terbanyak (dalam persen) dari bulan Januari

sampai bulan Desember selama tahun 2010.

4.1.2. Kerjasama Lintas Program dan Lintas Sektoral

1. Kerjasama Lintas Program

Kerjasama lintas program merupakan bentuk kerjasama yang dilakukan

antar program dalam ruang lingkup puskesmas itu sendiri. Kerjasama

lintas program sifatnya saling melengkapi demi tercapainya tujuan

program itu sendiri.

2. Kerjasama Lintas Sektoral

Kerjasama lintas sektoral merupakan kerjasama yang dilakukan oleh

puskesmas dengan pihak lain diluar puskesmas. Kerjasama lintas sektoral

biasanya dilakukan ketika ada program yang sifatnya lebih besar dan

memerlukan peranan pihak lain.

4.1.3. Sarana dan Prasarana

42

jan feb maret april mei juni juli agst sept okt nov des0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

ispa rematik hipertensi gastritis infeksi kulit peny.kulit alergi

peny.kulit jamur asma peny.pulpa peny.rongga mulut ginggivitis dmm yg tidak diketahui

penyakit lain2 diare

Diagram 4.2 Sepuluh penyakit terbanyak Puskesmas Ambacang Kuranji Tahun 2010

Page 43: BAB I-V-Lampiran OK

Puskesmas Ambacang terdiri dari satu bagian utama dan satu bagian

paviliun. Bagian utama terdiri dari dua lantai, pada lantai dasar terdiri dari

beberapa ruangan yang digunakan untuk IGD, BP, KIA/KB, konseling TB

dan imunisasi, Apotik, Gigi, dan ruangan rekam medis yang sekaligus

menjadi ruangan loket. Sedangkan pada lantai atas, terdapat ruangan gizi

yang bergabung dengan promosi kesehatan dan surveilens, ruang

pertemuan, dan klinik sanitasi. Kemudian pada paviliun, diguakan sebagai

ruangan tata usaha, ruang staf administrasi, ruang kepala puskesmas serta

laboratorium.

4.1.4. Ketenagaan dan Struktur Organisasi

43

ISP

A

RE

MA

TIK

GA

ST

RIT

IS

HIP

ER

TE

NS

I

PE

NY

.KU

LIT IN

FE

KS

I

PE

NY

.PU

LPA

DE

MA

M ID

IOP

AT

IK

PE

NY

.KU

LIT A

LER

GI

PE

NY

.KU

LIT JA

MU

R

PE

NY

.RO

NG

GA

MU

LUT

0

5

10

15

20

25

30

Page 44: BAB I-V-Lampiran OK

Puskesmas Ambacang yang diresmikan pada hari Rabu tanggal 5

Juli 2006 memiliki 43 orang staf dengan cakupan wilayah kerja Puskesmas

Ambacang yang memiliki jumlah penduduk 43. 114 jiwa, angka ini

didapatkan dari empat kelurahan yang menjadi tanggung jawab Puskesmas

ini dari sembilan kelurahan yang berada di Kecamatan Kuranji, dengan

rincian sebagai berikut:

Kelurahan Pasar Ambacang : 15.461 Jiwa

Kelurahan Anduring : 12.329 Jiwa

Kelurahan Ampang : 6.373 Jiwa

Kelurahan Lubuk Lintah : 8.951 Jiwa

4.2. Identifikasi masalah7

Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program Puskesmas tidak

memungkinkan untuk diselesaikan sekaligus atau seluruhnya, sehingga perlu

dilakukan penentuan prioritas masalah. Dalam hal ini metode yang kami gunakan

adalah teknik scoring. Dari masalah tersebut akan dibuat Plan of Action untuk

meningkatkan dan memperbaiki mutu pelayanan. Dari hasil pengamatan dan

wawancara langsung dengan pimpinan dan staf puskesmas, ada beberapa potensi

masalah yang didapatkan di Puskesmas Ambacang, yaitu:

1. Belum terlaksananya Pos Pembinaan Terpadu di wilayah kerja Puskesmas

Ambacang

Pada wilyah kerja Puskesmas Ambacang, sejak tahun 2009 beberapa PTM

masuk dalam 10 penyakit terbanyak berdasarkan jumlah kunjungan. PTM

tersebut berupa rematik, hipertensi, gastritis, penyakit kulit alergi. PTM ini

dari tahun 2009 ke tahun 2010 mengalami peningkatan. Peningkatan

tersebut dapat dilihat dalam table berikut

Tabel 4.44 PTM tahun 2009 dan 2010

No Penyakit tidak menular Tahun 2009 Tahun 2010

Jumlah kasus % kasus Jumlah kasus % kasus

1. Rematik 3504 12,67 3474 14,07

2. Gastritis 2976 10,76 2866 11,60

44

Page 45: BAB I-V-Lampiran OK

3. Hipertensi 2002 7,24 2337 9,46

4. Penyakit kulit alergi 1047 3,78 1325 5,36

Namun, usaha pemberdayaan masyarakat untuk PTM belum ada.

Untuk itulah diperlukan pemberdayaan UKBM, yaitu Posbindu sebagai

upaya promotif dan preventif dalam menangani masalah PTM.

Belum terbentuknya Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Ambacang

sampai saat ini, karena PTM belum menjadi perhatian pada tahun

sebelumnya dan posbindu tidak termasuk dalam 6 program pokok

puskesmas.

2. Belum optimalnya kinerja dari Klinik Sanitasi dalam pencegahan penyakit

berbasis lingkungan di Puskesmas Ambacang pada tahun 2010.

Berdasarkan laporan surveilans, jumlah penderita penyakit berbasis

lingkungan selama tahun 2010 di empat kelurahan di wilayah kerja

Puskesmas Ambacang, adalah sebagai berikut:

Tabel 4.45. Jumlah penderita penyakit berbasis lingkungan di Puskesmas

Ambacang tahun 2010

Kelurahan Diare Ispa Malaria DBD TB paru Campak Chikungunya

Ps.Ambacang 286 747 3 14 10 3 28

Lb.Lintah 168 561 - 8 9 3 1

Anduring 159 379 - 7 5 3 3

Ampang 165 721 - 7 7 4 4

Total 778 2408 3 36 31 13 36

Sedangkan berdasarkan laporan pencapaian klinik sanitasi program kesehatan

lingkungan, diperoleh data sebagai berikut :

45

Page 46: BAB I-V-Lampiran OK

Tabel 4.46 jumlah pasien yang berkunjung ke klinik sanitasi Puskesmas

Ambacang tahun 2010

No Bulan Penyakit Berbasis Lingkungan

Diare ISPA Malaria DBD Tb Paru

Campak

1 Januari s/d Juni

123 - 2 7 30 2

2 Juli 8 9 1 2 2 -

3 Agustus 17 9 - 1 4 1

4 September 11 3 - - 4 6

5 Oktober 27 5 - - 2 -

6 November 22 7 - - - 5

7 Desember 12 9 - 1 - -

Jumlah 220 42 3 11 42 14

Dari data di atas terlihat kesenjangan antara jumlah penderita

penyakit berbasis lingkungan yang dating ke Puskesmas Ambacang

dengan jumlah penderita penyakit berbasis lingkungan yang datang ke

Klinik Sanitasi.Contohnya pada kasus diare, dari 778 kasus, hanya 220

pasien yang mendapat pelayanaan di klinik sanitasi.

Dari observasi dan wawancara yang penulis lakukan dengan kepala

puskesmas dan pemegang program kesehatan lingkungan, diketahui

bahwasanya Rendahnya pencapaian klinik sanitasi ini, disebabkan klinik

sanitasi yang ada di Puskesmas Ambacang hanya di buka tiap hari senin

dan kamis, sehingga pasien yang memiliki penyakit berbasis lingkungan

yang datang di luar ke dua hari tersebut tidak terdata.

3. Rendahnya capaian D/S bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas

Ambacang tahun 2010

Dalam pelaksanaan Posyandu di empat kelurahan selama tahun

2010, didapatkan masih rendahnya pencapaian D/S selama tahun 2010.

46

Page 47: BAB I-V-Lampiran OK

Tabel. 4.47 Pencapaian D/S Balita diwilayah kerja Puskesmas Ambacang Tahun

2010

Bulan Kelurahan (%) Puskesmas

Ps.Ambacang Lb.Lintah Anduring Ampang

Januari 79,12 72.27 56,33 71,7 69,85

Februari 82,59 79,55 61,07 76,82 75,00

Maret 52,91 33,29 33,26 44,18 40,91

April 53,78 33,83 39,16 46,96 43,43

Mei 55,89 30,73 41,34 46,89 43,71

Juni 63,94 32,44 47,86 52,09 49,08

Juli 63,75 40,58 49,57 55,71 52,40

Agustus 88,97 82,66 67,13 82,00 80,19

September 64,56 27,84 49,73 53,20 48,83

Oktober 82,59 64,24 57,58 69,10 68,37

November 82,65 43,58 39,01 58,39 55,90

Desember 71,05 43,27 39,60 54,07 51,99

Rata-rata 70,15 48,69 48,47 69,54 59,26

Dari data diatas terlihat bahwa pencapaian D/S tahun 2010 yaitu 59,26 %,

belum mencapai target yaitu 65%, terdapat kesenjangan 5,74%.

4. Masih rendahnya angka pemberian ASI ekslusif di wilayah kerja

Puskesmas Ambacang

Berdasarkan hasil rekapitulasi data PSG kadarzi Tahun 2010, di dapatkan

jumlah pemberian asi eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Ambacang

sebagai berikut :

Tabel 4.48 jumlah pemberian Asi eksklusif di wilayah kerja Puskesmas

Ambacang tahun 2010

No Kelurahan Jumlah pemberian Asi Eksklusif

47

Page 48: BAB I-V-Lampiran OK

Hasil %

1 Pasar Ambacang (30 KK) 15 50

2 Lubuk Lintah (30KK) 21 70

3 Anduring (30KK) 24 80

4 Ampang (10KK) 4 13

5. Belum terlaksananya Manajermen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sebagai upaya

pengelolaan bayi dan balita sakit.

Hal ini didasarkan data 10 penyakit terbanyak pada balita dan data jumlah

kematian bayi dan balita di wilayah Kerja Ambacang Kuranji:

Tabel. 4.49 Data 10 Penyakit Terbanyak pada Balita per Kelurahan Puskesmas

Ambacang Tahun 2010

No.

Penyakit Kelurahan Jumlah

Ps Ambacang

Anduring Lb Lintah

Ampang

1 ISPA 1025 728 586 480 2819

2 Infeksi Kulit 274 186 166 108 734

3 Obs Demam 141 96 78 76 391

4 Diare 103 86 71 40 300

5 Alergi Kulit 58 32 28 20 138

6 Pneumoni 35 23 18 17 93

7 Penyakit Telinga

36 17 16 16 85

8 Penyakit Mata

27 16 17 15 75

9 Varicella 18 17 16 15 66

48

Page 49: BAB I-V-Lampiran OK

10 Kecacingan 10 5 4 3 22

Jumlah 1727 1206 1000 790 3823

Tabel 4.50 data Jumlah Kematian Bayi dan Balita Per Kelurahan Puskesmas

Ambacang Tahun 2010

No Penyebab Kl. Ps. Ambacang

Kl. Anduring

Kl. Lb. Lintah

Kl. Ampang

Jumlah

1 Bayi 10 5 5 2 22

2 Balita 1 1 1 1 4

6. Pencapaian Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) bayi, anak balita dan

anak pra sekolah yang belum memenuhi target

Tabel 4.51 hasil pencapaian DDTK bayi per kelurahan Puskesmas Ambacang

Tahun 2010

No Sasaran Jumlah Jumlah yang di DDTK

%

1 Bayi 919 306 33,3

2 Anak Balita 3581 1114 31,11

3 Anak pra sekolah

347 139 40,06

Jumlah 919 306

Dari tabel di atas tergambar bahwa pencapaian DDTK belum

memenuhi target sesuai yang ditetapkan 80 %. Dimana pencapaian DDTK

bayi masih kurang sebanyak 46,7 %, pencapaian DDTK anak balita masih

kurang 48,89 %, dan pencapaian DDTK anak pra sekolah masih kurang

sebanyak 39,93 % lagi

49

Page 50: BAB I-V-Lampiran OK

4.3. Penentuan Prioritas Masalah7

Setelah dilakukan observasi dan wawancara dengan pimpinan dan staf

Puskesmas Ambacang, maka didapatkan beberapa masalah :

1. Belum adanya POSBINDU (Pos Pembinaan Terpadu) sebagai upaya

penanggulangan kasus-kasus PTM (Penyakit Tidak Menular)

2. Belum optimalnya kinerja dari Klinik Sanitasi dalam pencegahan

penyakit berbasis lingkungan di Puskesmas Ambacang pada tahun

2010.

3. Rendahnya capaian D/S bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas

Ambacang tahun 2010

4. Masih rendahnya angka pemberian ASI ekslusif di wilayah kerja

Puskesmas Ambacang.

5. Belum terlaksananya Manajermen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sebagai

upaya pengelolaan bayi dan balita sakit.

6. Pencapaian Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) bayi, anak

balita dan anak pra sekolah yang belum memenuhi target

Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program Puskesmas tidak

memungkinkan untuk diselesaikan sekaligus atau seluruhnya, sehingga

perlu dilakukan penentuan prioritas masalah. Dalam hal ini metode yang

penulis gunakan adalah teknik scoring. Dari masalah tersebut akan dibuat

Plan of Action untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu pelayanan.

Kriteria nilai yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Urgensi

Merupakan tolak ukur penilaian masalah berdasarkan tingkat

kepentingan penyelesaian suatu masalah.

a. nilai 1 = tidak penting

b. nilai 2 = kurang penting

c. nilai 3 = cukup penting

d. nilai 4 = penting

e. nilai 5 = sangat penting

50

Page 51: BAB I-V-Lampiran OK

2. Kemungkinan intervensi

Merupakan tolak ukur penilaian masalah berdasarkan tingkat kesulitan

yang akan dihadapi dalam melakukan penyelesaian masalah.

a. nilai 1 = tidak mudah

b. nilai 2 = kurang mudah

c. nilai 3 = cukup mudah

d. nilai 4 = mudah

e. nilai 5 = sangat mudah

3. Biaya

Merupakan tolak ukur penilaian masalah berdasatkan besarnya biaya

yang dibutuhkan dalam penyelesaian masalah.

a. nilai 1 = sangat mahal

b. nilai 2 = mahal

c. nilai 3 = cukup mahal

d. nilai 4 = murah

e. nilai 5 = sangat murah

4. Mutu

Merupakan tolak ukur penilaian masalah berdasarkan kemungkinan

peningkatan mutu puskesmas setelah dilaksanakannya upaya-upaya

pemecahan masalah.

nilai 1 : sangat rendah

nilai 2 : rendah

nilai 3 : sedang

nilai 4 : tinggi

nilai 5 : sangat tinggi

Tabel 4.52. Tabel Penentuan Prioritas Masalah

Masalah Urgensi Intervensi Biaya Mutu Total Rank

Belum ada POSBINDU (Pos Pembinaan Terpadu) sebagai upaya penanggulangan kasus-kasus PTM (Penyakit Tidak Menular)

3 3 4 4 14 II

51

Page 52: BAB I-V-Lampiran OK

Rendahnya capaian D/S bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas Ambacang 2010

3 2 4 3 12 V

Masih rendahnya angka ASI ekskulsif di wilayah kerja Puskesmas Ambacang

2 2 4 3 11 VI

Belum optimalnya kinerja dari klinik sanitasi dalam pencegahan penyakit berbasis lingkungan di Puskesmas Ambacang pada tahun 2010

3 3 4 3 13 III

Belum terlaksananya Manajermen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sebagai upaya pengelolaan bayi dan balita sakit.

3 4 4 4 15 I

Pencapaian Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) bayi, anak balita dan anak pra sekolah yang belum memenuhi target

2 3 4 4 13 IV

Berdasarkan penilaian prioritas masalah dan diskusi lebih lanjut dengan

pimpinan dan staf puskesmas, maka yang menjadi prioritas masalah pertama

adalah Belum terlaksananya Manajermen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sebagai upaya

pengelolaan bayi dan balita sakit, karena itu penulis mengangkat masalah ini dalam

penulisan Plan Of Action.

4.4. Analisa Sebab Akibat Masalah

Berdasarkan penilaian prioritas di atas ditentukan bahwa masalah yang

menjadi prioritas di Puskesmas Ambacang adalah Tingginya Angka Kesakitan

dan Kematian Bayi dan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang . Dalam

hal ini, berdasarkan hasil observasi dan wawancara telah yang dilakukan terhadap

kepala dan staf puskesmas, sangat dipengaruhi oleh kurang optimalnya pelayanan

bayi dan balita Sakit melalui suatu manajemen terpadu. Untuk itu diperlukan

implementasi Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Ambacang

Belum terlaksananya implementasi MTBS dalam penanganan bayi dan

balita sakit bila ditinjau dari empat aspek :

1. Lingkungan

52

Page 53: BAB I-V-Lampiran OK

Tempat Balai Pengobatan KIA yang sempit. Ruang pelayanan

untuk KIA anak digabung dengan KIA ibu.

2. Manusia

(a) Masyarakat

(i) Masyarakat kurang mengetahui cara perawatan anak di

rumah, mengenali tanda-tanda yang membahayakan jiwa si

anak serta kapan harus membawa anak ke balai pengobatan

(b) Petugas Kesehatan

(i) Tidak adanya pelatihan MTBS kepada petugas kesehatan

di Puskesmas Ambacang

(ii) Tidak adanya suatu tim yang terdiri dari bidan/perawat,

petugas kesling, petugas gizi, petugas imunisasi dalam

melaksanakan pelayanan kesehatan bagi bayi dan balita

sakit.

3. Metode

(a) Kurangnya sosialisasi implementasi MTBS dari pihak Dinas

Kesehatan Kota

(b) Pelayanan bayi dan balita sakit hanya dicatat dalam kartu

status,tidak dibuatkan klasifikasi yang dikonversikan menjadi

diagnosa, tindakan berupa terapi dan konseling

4. Material

(a) Tidak adanya sarana prasarana MTBS seperti buku bagan

MTBS yang harus dimiliki petugas kesehatan, formulir MTBS,

bagan dinding MTBS

(b) Sarana dan prasarana di balai pengobatan KIA tidak memadai,

seperti tensimeter, stetoskop, pneumonia timer,dll

53

Page 54: BAB I-V-Lampiran OK

Tingginya angka kesakitan dan kematian bayi dan balita

Manusia

Masyarakat Masyarakat kurang mengetahui cara perawatan anak di rumah, mengenali tanda-tanda yang membahayakan jiwa si anak serta kapan harus membawa anak ke balai pengobatanPetugas Kesehatan-Tidak adanya pelatihan MTBS kepada petugas kesehatan di Puskesmas Ambacang Kuranji-Tidak adanya suatu tim yang terdiri dari bidan/perawat, petugas kesling, petugas gizi, petugas imunisasi dalam melaksanakan pelayanan kesehatan bagi bayi dan balita sakit.

Material-Tidak adanya sarana prasarana MTBS seperti buku bagan MTBS yang dimiliki petugas kesehatan, formulir MTBS, bagan dinding MTBS-Sarana dan prasarana di balai pengobatan KIA tidak memadai, seperti tensimeter, stetoskop, pneumonia timer,dll

Metode1.Kurangnya sosialisasi implementasi MTBS dari pihak DKK2. Pelayanan bayi dan balita sakit hanya dicatat dalam kartu status,tidak dibuatkan klasifikasi

Lingkungan Tempat Balai Pengobatan KIA yang sempitRuang pelayanan KIA ibu digabung dengan KIA anak

54

Diagram. 4.3. Diagram Ishikawa

Page 55: BAB I-V-Lampiran OK

4.5. Alternatif Pemecahan Masalah

1. Lingkungan

Mengupayakan ruangan pelayanan yang memadai. Ruang pelayanan

KIA anak dan KIA ibu dipisahkan

Rencana: Mengusahakan membuat ruangan baru,

memanfaatkan teras di depan KIA sementara waktu hingga

bangunan selesai

Pelaksana: Pihak puskesmas

Pelaksanaan :2011

Sasaran : Pimpinan puskesmas, DKK

Target: Tersedia ruang pelayanan KIA anak yang memadai

2. Manusia

Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan kepada ibu mengenai cara perawatan anak

di rumah, mengenali tanda-tanda yang membahayakan jiwa si anak

serta kapan harus membawa anak ke balai pengobatan

Rencana: Mengoptimalkan konseling setiap kali pelayanan,

Melakukan penyuluhan, Mengadakan Kartu Nasihat Ibu (KNI)

Pelaksana : Petugas kesehatan, dokter muda IKM

Pelaksanaan: Setiap kali pelayanan, petugas kesehatan

memberikan konseling kepada pengantar atau ibu pasien

mengenai penyakit yang diderita cara penanganan anak di

rumah, memperhatikan perkembangan penyakit anaknya

sehingga mampu mengenali kapan harus segera membawa

anaknya ke petugas kesehatan serta diharapkan memperhatikan

tumbuh kembang anak

Sasaran : Ibu-ibu

Target : Ibu memiliki pengetahuan yang baik mengenai cara

merawat anak di rumah, mengenali tanda-tanda yang

membahayakan jiwa si anak, tahu kapan harus dibawa ke balai

pengobatan dan memiliki Nartu Nasihat Ibu (KNI)

55

Page 56: BAB I-V-Lampiran OK

Petugas Kesehatan

Mengadakan sosialisasi dan pelatihan MTBS kepada petugas kesehatan

Rencana : Sosialisasi MTBS oleh dokter muda IKM,

Mengupayakan DKK untuk dapat melaksanana pelatihan MTBS

selama 6 hari efektif kepada petugas kesehatan

Pelaksana : Pimpinan puskesmas, DKK, dokter muda IKM

Pelaksanaan: Satu kali.

Sasaran :Dokter, bidan/ perawat

Target : Puskesmas memiliki petugas kesehatan yang

paham dan terlatih dalam menggunakan MTBS.

Membentuk tim pelayanan MTBS yang dipimpin oleh seorang case

manager

Rencana: Mengadakan musyawarah dalam membentuk tim dan

memilih case manager berdasarkan pertimbangan pernah

mengikuti pelatihan dan sanggup untuk mengelola MTBS

Pelaksana: Pimpinan dan staf puskesmas

Pelaksanaan: Satu kali

Sasaran: Bidan, petugas gizi, petugas kesling, petugas

imunisasi,dll

Target: puskesmas memiliki sebuah tim yang bertugas dalam

pelayanan MTBS yang dipimpin oleh seorang case manager

yang telah terlatih dan sanggup dalam mengelola MTBS.

3. Metode

Dilakukan penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan sampai 5

tahun, menentukan tindakan, pengobatan, konseling bagi Ibu,

tindaklanjut serta tatalaksana bayi muda umur 1 hari sampai 2 bulan

(Manajemen Terpadu Bayi Muda/ MTBM) .

Rencana : Diterapkan formulir MTBS/MTBM

Pelaksana:Pihak puskesmas

Pelaksanaan: Saat kali mengelola bayi dan balita sakit

Sasaran: Petugas kesehatan

56

Page 57: BAB I-V-Lampiran OK

Target : Petugas mampu dalam melakukan penilaian dan

klasifikasi anak sakit, menentukan tindakan, pengobatan dan

konseling bagi ibu sesuai MTBS.

4. Material

Mngupayakan agar petugas kesehatan memiliki pedoman dalam

menjalankan praktik MTBS

Rencana: Pengadaan Buku Bagan MTBS, Bagan Dinding

MTBS

Pelaksana: Dokter muda IKM

Pelaksanaan: Satu kali

Sasaran : Petugas Kesehatan

Target: Setiap petugas kesehatan memiliki Buku Bagan MTBS,

Tersedia Bagan Dinding MTBS

57

Page 58: BAB I-V-Lampiran OK

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari makalah ini dapat diambil kesimpulan bahwa tingginya

Angka Kesakitan dan Kematian Bayi dan Balita dipengaruhi oleh kurang

optimalnya pelayanan bayi dan balita sakit melalui suatu manajemen

terpadu. Untuk itu diperlukan implementasi Manajemen Terpadu Balita

Sakit (MTBS) di Puskesmas Ambacang

Belum terlaksananya implementasi MTBS dalam penanganan bayi dan

balita sakit bila ditinjau dari empat aspek :

1. Lingkungan

Tempat Balai Pengobatan KIA yang sempit. Ruang pelayanan

untuk KIA anak digabung dengan KIA ibu.

2. Manusia

(a) Masyarakat

(i) Masyarakat kurang mengetahui cara perawatan anak di

rumah, mengenali tanda-tanda yang membahayakan jiwa si

anak serta kapan harus membawa anak ke balai pengobatan

(b) Petugas Kesehatan

(i) Tidak adanya pelatihan MTBS kepada petugas kesehatan

di Puskesmas Ambacang

(ii) Tidak adanya suatu tim yang terdiri dari bidan/perawat,

petugas kesling, petugas gizi, petugas imunisasi dalam

melaksanakan pelayanan kesehatan bagi bayi dan balita

sakit.

3. Metode

(c) Kurangnya sosialisasi implementasi MTBS dari pihak Dinas

Kesehatan Kota

(d) Pelayanan bayi dan balita sakit hanya dicatat dalam kartu

status,tidak dibuatkan klasifikasi yang dikonversikan menjadi

diagnosa, tindakan berupa terapi dan konseling

58

Page 59: BAB I-V-Lampiran OK

4. Material

(c) Tidak adanya sarana prasarana MTBS seperti buku bagan

MTBS yang harus dimiliki petugas kesehatan, formulir MTBS,

bagan dinding MTBS

(d) Sarana dan prasarana di balai pengobatan KIA tidak memadai,

seperti tensimeter, stetoskop, pneumonia timer,dll

5.2. Saran

Beberapa saran yang dapat diusulkan dalam pemecahan permasalahan agar

Implementasi Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dapat berjalan dalam

rangka menurunkan Angka Kesakitan dan Kematian Bayi dan Balita di wilayah

kerja Puskesmas Ambacang yakni:

1. Mengupayakan ruangan pelayanan KIA anak yang memadai

2. Mengoptimalkan konseling setiap kali pelayanan, Melakukan

penyuluhan, Mengadakan Kartu Nasihat Ibu (KNI)

3. Mengadakan sosialisasi dan pelatihan MTBS kepada petugas

kesehatan

4. Membentuk tim pelayanan MTBS yang dipimpin oleh seorang

case manager

5. Diterapkan formulir MTBS/MTBM Pengadaan Buku Bagan

MTBS, Bagan Dinding MTBS

6. Pengadaan Buku Bagan MTBS, Bagan Dinding MTBS

7. Mengupayakan inventarisasi sarana dan prasarana yang memadai

untuk pelayanan kesehatan seperti tensimeter, stetoskop,

pneumonia timer,dsb

59

Page 60: BAB I-V-Lampiran OK

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI, Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat. Petunjuk

Teknis: Penggunaan dana APBN yang dilaksanakan di Propinsi,

Kabupaten/Kota Program Upaya Kesehatan Masyarakat dan Program

Perbaikan Gizi Masyarakat Tahun Anggaran 2007. Jakarta : 2007.

2. Statistic Indonesia. Sensus Penduduk 2007 : Angka Kematian Bayi (AKB)

menurut Propinsi, Kabupaten Kota, dan Jenis Kelamin. Diakses dari

http://www.Statistic Indonesia.com. pada tanggal 1 Februari 2011.

3. Laporan Tahunan Program KIA Puskesmas Ambacang Tahun 2010. Padang :

2011.

4. World Health Organization. Integrated Management of Childhood Illness :

Global status of Implementation. WHO, Juni 1999. Diakses dari

http://www.emro.who.int/cah/MDG-about.htm. pada tanggal 1 Februari 2011.

5. Departemen kesehatan RI dan WHO . Modul -1 MTBS: Pengantar . Dinkes

Jateng, 2006.

6. Mukti, A.G. Strategi Terkini Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan :

Konsep dan Implementasi. Penerbit Pusat Pengembangan Sistem Pembiayaan

dan Manajemen Asuransi / Jaminan Kesehatan. 2007. Yogyakarta : PT. Karya

Husada Mukti.

7. Laporan Tahunan Puskesmas Ambacang Tahun 2010. Padang : 2011.

8. Pan American Health Organization, About Integrated Management of

Childhiid Illnes (IMCI). Diakses dari http://www.paho.com pada tanggal 1

Februari 2011.

9. WHO and UNICEF. IMCI Adaptation Guide, Geneva. Diakses dari

http://www.who.int. pada tanggal 1 Februari 2011.

10. World Health Organization-UNICEF. Model Chapter for Textbooks : IMCI,

Integrated Management of Childhood Illness. Diakses dari

http://www.who.int/childadolescent-health/publications/IMCI/WHO_FCH_C

AH_00.40.htm pada tanggal 1 Februari 2011.

Lampiran 1

60

Page 61: BAB I-V-Lampiran OK

KUESIONER DAN PRETEST PENGETAHUAN MTBS

KEPADA PETUGAS KESEHATAN PUSKESMAS AMBACANG

Petunjuk :

1. Pertanyaan merupakan multiple choice question (mcq)

2. Beri tanda silang (x) atau lingkar (o) pada setiap jawaban yang anda

anggap benar. Jawaban tidak boleh lebih dari 1 (satu)

Pertanyaan Kuesioner :

1. Pernahkah anda mendengar MTBS?

a. Pernah

Jika pernah, sebutkan dari mana : .....................

b. Tidak pernah

2. Apakah kepanjangan dari MTBS?

a. Metode Terpadu Bayi Sakit

b. Manajemen Terpadu Balita Sakit

c. Metode Terpadu Bayi Sehat

d. Manajemen Terpadu Balita Sehat

3. Apakah anda pernah mengikuti pelatihan MTBS?

a. Pernah

Jika pernah, sebutkan kapan dan dimana : .........................

b. Tidak pernah

4. Apakah tujuan dari MTBS?

a. Skrining prenatal untuk ibu hamil

b. Menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu dan anak

c. Meningkatkan angka kelahiran bayi

d. Menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi dan anak balita

61

Page 62: BAB I-V-Lampiran OK

5. Apakah sudah diterapkan pemeriksaan dengan MTBS di Puskesmas

Ambacang ?

a. Sudah

b. Belum

c. Tidak tahu

6. Menurut anda pentingkah peranan MTBS dalam pelayanan kesehatan

sebuah Puskesmas?

a. Penting, alasan .........

b. Tidak penting, alasan ................

Soal Pretest :

1. MTBS dibuat untuk kelompok umur anak tertentu. Kelompok pertama

adalah anak berusia 2 bulan – 5 tahun. Kelompok umur lainnya, yaitu :

a. Bayi muda - 2 bulan

b. 2 bulan

c. 1 bulan – 1 tahun

d. 6 tahun – 10 tahun

2. Anak berusia 3 bulan dikatakan bernafas cepat jika frekuensi nafasnya :

a. ≥ 40x/menit

b. > 40x/menit

c. ≥ 50x/menit

d. > 60x/menit

3. Bagaimanakah dosis dan jadwal amoksisilin untuk bayi berusia 5 minggu

dengan berat badan 3,5 kilogram dan memiliki infeksi bakteri lokal yang

akut :

a. 1/2 tablet dewasa, 3 kali sehari - selama 5 hari

b. 1/ 2 tablet anak-anak, 3 kali sehari - selama 5 hari

c. 1 sendok teh sirup, 3 kali sehari - selama 3 hari

d. 1/4 tablet dewasa, 2 kali sehari - selama 5 hari

62

Page 63: BAB I-V-Lampiran OK

4. Apa klasifikasi anak jika usianya 10 bulan, telah batuk-batuk selama 2

hari, pernapasannya lebih dari 46x/menit dan sudah terdapat tarikan

dinding dada ke dalam?

a. ISPA

b. Pneumonia berat atau penyakit sangat berat

c. Pneumonia

d. Observasi batuk

5. Anak perempuan usia 2 tahun diantar ibunya ke Puskesmas dengan berak-

berak encer, rewel, gelisah, mata cekung, turgor perut 2-5detik. Waktu

diberi minum, anak minum dengan lahap. Apakah klasifikasi anak

tersebut?

a. Diare tanpa dehidrasi

b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang

c. Diare dengan dehidrasi berat

d. Disentri

6. Seorang ibu mengeluhkan anaknya demam sudah 5 hari. Ujung tangan

anak teraba dingin, berak berwarna hitam dan terdapat bintik perdarahan di

kulit. Apakah tindakan yang akan anda berikan?

a. Beri dosis pertama paracetamol

b. Berikan ibuprofen pada anak

c. Lakukan pemeriksaan malaria

d. Rujuk segera

7. Seorang Ibu membawa bayinya yang berusia 3 hari ke Puskesmas dengan

kulit kuning sampai telapak tangan atau kaki. Tindakan yang akan anda

lakukan adalah :

a. Memberikan antibiotik sistemik

b. Melakukan asuhan dasar bayi muda, dan menasehati Ibu agar kembali 2

hari lagi

c. Mencegah agar gula darah tidak turun, merujuk segera

63

Page 64: BAB I-V-Lampiran OK

d. Melakukan asuhan dasar bayi muda

8. Klasifikasi anak-anak dengan mastoiditis, berupa :

a. Keluar cairan/nanah dari telinga <14 hari

b. Keluar cairan/nanah dari telinga ≥14 hari

c. Pembengkakan yang nyeri di belakang telinga

d. Pembengkakan yang nyeri di depan telinga

9. Berikut ini termasuk nasehat kepada ibu agar menjaga bayi tetap hangat

saat suhu badan turun adalah, kecuali:

a. Keringkan bayi segera setiap bayi basah

b. Bungkus bayi dengan kain kering dan hangat

c. Lakukan tindakan mempertahankan suhu tubuh dengan metode

kangguru

d. Mandikan bayi 2x sehari dengan air hangat

10. Berikut ini yang tidak termasuk tanda-tanda bahaya umum untuk anak

sakit usia 2 bulan – 5 tahun, adalah :

a. Anak tidak bisa minum atau menyusu

b. Anak selalu memuntahkan semua yang diminum

c. Keluar cairan/nanah dari kedua telinga

d. Anak menderita kejang

11. Cara pemberan vitamin A untuk anak usia 6-11 bulan, adalah :

a. Kapsul biru untuk bulan Februari dan Agustus

b. Kapsul merah untuk bulan Maret dan September

c. Kapsul biru untuk bulan Maret dan September

d. Kapsul merah untuk bulan Februari dan Agustus

12. Berikut ini nasehat kepada Ibu dalam upaya penanganan diare pada anak

di rumah adalah, kecuali :

a. Berikan cairan tambahan sebanyak anak mau

64

Page 65: BAB I-V-Lampiran OK

b. Berikan tablet Zinc selama 10 hari

c. Lanjutkan pemberian makanan anak seperti biasa sesuai usianya

d. Hindari pemberian makanan yang bersifat cair pada anak

13. Seorang Ibu mengeluhkan sakit pada payudaranya sehingga tidak mau

menyusui bayinya, apa yang anda lakukan sebagai petugas Puskesmas

dalam memecahkan masalah ini, kecuali :

a. Jelaskan bahwa ibu yang meminum obat dapat tetap menyusui bayinya

b. Jelaskan pada ibu bahwa ia dapat memberikan ASI pada saat keadaan

luka tidak begitu sakit

c. Sampaikan pada ibu, bahwa putting susu dapat diistirahatkan sementara

waktu kurang lebih 1x24 jam

d. Hentikan pemberian ASI sewaktu ibu minum obat sampai ibu sembuh

14. Berikut ini anjuran pemberian makanan kepada ibu untuk anak usia 6-9

bulan yang benar, adalah :

a. Jangan berikan anak makanan dan minumna selain ASI

b. Berikan anak makanan biscuit atau kue kaya gizi 2xsehari

c. Secara bertahap berikan anak bubur tim lumat

d. Berikan anak makanan keluarga 3x11 sendok makan perhari

TERIMA KASIH

(Dokter Muda FK Unand Periode 17 Januari – 12 Februari 2011)

65

Page 66: BAB I-V-Lampiran OK

Lampiran 2

HASIL PENGOLAHAN

KUESIONER DAN PRETEST PENGETAHUAN MTBS

KEPADA PETUGAS KESEHATAN PUSKESMAS AMBACANG

Total Responden : 21 orang petugas puskesmas

1. Pernahkah anda mendengar MTBS?

71%

29%

Pernah

Tidak pernah

2. Apakah kepanjangan dari MTBS?

a. Metode Terpadu Bayi Sakit

b. Manajemen Terpadu Balita Sakit

c. Metode Terpadu Bayi Sehat

d. Manajemen Terpadu Balita Sehat

86%

14%

a b c d

3. Apakah anda pernah mengikuti pelatihan MTBS?

66

Page 67: BAB I-V-Lampiran OK

29%

71%

Pernah

Tidak Pernah

4. Apakah tujuan dari MTBS?

a. Skrining prenatal untuk ibu hamil

b. Menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu dan anak

c. Meningkatkan angka kelahiran bayi

d. Menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi dan anak balita

100%a b c d

5. Apakah sudah diterapkan pemeriksaan dengan MTBS di Puskesmas

Ambacang ?

14%

43%

43%Sudah

Belum

Tidak tahu

6. Menurut anda pentingkah peranan MTBS dalam pelayanan kesehatan

sebuah Puskesmas?

67

Page 68: BAB I-V-Lampiran OK

100%

Penting

Tidak penting

7. MTBS dibuat untuk kelompok umur anak tertentu. Kelompok pertama

adalah anak berusia 2 bulan – 5 tahun. Kelompok umur lainnya, yaitu :

a. Bayi muda - 2 bulan

b. 2 bulan

c. 1 bulan – 1 tahun

d. 6 tahun – 10 tahun

Anak berusia 3 bulan dikatakan bernafas cepat jika frekuensi nafasnya :

e. ≥ 40x/menit

f. > 40x/menit

g. ≥ 50x/menit

h. > 60x/menit

15. Bagaimanakah dosis dan jadwal amoksisilin untuk bayi berusia 5 minggu

dengan berat badan 3,5 kilogram dan memiliki infeksi bakteri lokal yang

akut :

e. 1/2 tablet dewasa, 3 kali sehari - selama 5 hari

f. 1/ 2 tablet anak-anak, 3 kali sehari - selama 5 hari

g. 1 sendok teh sirup, 3 kali sehari - selama 3 hari

h. 1/4 tablet dewasa, 2 kali sehari - selama 5 hari

16. Apa klasifikasi anak jika usianya 10 bulan, telah batuk-batuk selama 2

hari, pernapasannya lebih dari 46x/menit dan sudah terdapat tarikan

dinding dada ke dalam?

e. ISPA

68

Page 69: BAB I-V-Lampiran OK

f. Pneumonia berat atau penyakit sangat berat

g. Pneumonia

h. Observasi batuk

17. Anak perempuan usia 2 tahun diantar ibunya ke Puskesmas dengan berak-

berak encer, rewel, gelisah, mata cekung, turgor perut 2-5detik. Waktu

diberi minum, anak minum dengan lahap. Apakah klasifikasi anak

tersebut?

e. Diare tanpa dehidrasi

f. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang

g. Diare dengan dehidrasi berat

h. Disentri

18. Seorang ibu mengeluhkan anaknya demam sudah 5 hari. Ujung tangan

anak teraba dingin, berak berwarna hitam dan terdapat bintik perdarahan di

kulit. Apakah tindakan yang akan anda berikan?

e. Beri dosis pertama paracetamol

f. Berikan ibuprofen pada anak

g. Lakukan pemeriksaan malaria

h. Rujuk segera

19. Seorang Ibu membawa bayinya yang berusia 3 hari ke Puskesmas dengan

kulit kuning sampai telapak tangan atau kaki. Tindakan yang akan anda

lakukan adalah :

e. Memberikan antibiotik sistemik

f. Melakukan asuhan dasar bayi muda, dan menasehati Ibu agar kembali 2

hari lagi

g. Mencegah agar gula darah tidak turun, merujuk segera

h. Melakukan asuhan dasar bayi muda

20. Klasifikasi anak-anak dengan mastoiditis, berupa :

e. Keluar cairan/nanah dari telinga <14 hari

f. Keluar cairan/nanah dari telinga ≥14 hari

g. Pembengkakan yang nyeri di belakang telinga

69

Page 70: BAB I-V-Lampiran OK

h. Pembengkakan yang nyeri di depan telinga

21. Berikut ini termasuk nasehat kepada ibu agar menjaga bayi tetap hangat

saat suhu badan turun adalah, kecuali:

e. Keringkan bayi segera setiap bayi basah

f. Bungkus bayi dengan kain kering dan hangat

g. Lakukan tindakan mempertahankan suhu tubuh dengan metode

kangguru

h. Mandikan bayi 2x sehari dengan air hangat

22. Berikut ini yang tidak termasuk tanda-tanda bahaya umum untuk anak

sakit usia 2 bulan – 5 tahun, adalah :

e. Anak tidak bisa minum atau menyusu

f. Anak selalu memuntahkan semua yang diminum

g. Keluar cairan/nanah dari kedua telinga

h. Anak menderita kejang

23. Cara pemberan vitamin A untuk anak usia 6-11 bulan, adalah :

e. Kapsul biru untuk bulan Februari dan Agustus

f. Kapsul merah untuk bulan Maret dan September

g. Kapsul biru untuk bulan Maret dan September

h. Kapsul merah untuk bulan Februari dan Agustus

24. Berikut ini nasehat kepada Ibu dalam upaya penanganan diare pada anak

di rumah adalah, kecuali :

e. Berikan cairan tambahan sebanyak anak mau

f. Berikan tablet Zinc selama 10 hari

g. Lanjutkan pemberian makanan anak seperti biasa sesuai usianya

h. Hindari pemberian makanan yang bersifat cair pada anak

70

Page 71: BAB I-V-Lampiran OK

25. Seorang Ibu mengeluhkan sakit pada payudaranya sehingga tidak mau

menyusui bayinya, apa yang anda lakukan sebagai petugas Puskesmas

dalam memecahkan masalah ini, kecuali :

e. Jelaskan bahwa ibu yang meminum obat dapat tetap menyusui bayinya

f. Jelaskan pada ibu bahwa ia dapat memberikan ASI pada saat keadaan

luka tidak begitu sakit

g. Sampaikan pada ibu, bahwa putting susu dapat diistirahatkan sementara

waktu kurang lebih 1x24 jam

h. Hentikan pemberian ASI sewaktu ibu minum obat sampai ibu sembuh

26. Berikut ini anjuran pemberian makanan kepada ibu untuk anak usia 6-9

bulan yang benar, adalah :

e. Jangan berikan anak makanan dan minumna selain ASI

f. Berikan anak makanan biscuit atau kue kaya gizi 2xsehari

g. Secara bertahap berikan anak bubur tim lumat

h. Berikan anak makanan keluarga 3x11 sendok makan perhari

Grafik hasil pretest pengetahuan MTBS petugas Puskesmas Ambacang

tahun 2011

71

Jumlah responden

Page 72: BAB I-V-Lampiran OK

72

Jumlah jawaban yang benar

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 140

5

10

15

20

3 3

6 6

3

Responden