bab v fiks banget

Upload: doi-selviani

Post on 03-Mar-2016

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

30

BAB VHASIL DAN PEMBAHASAN

Pengolahan air pada prinsipnya memerlukan pengolahan dalam bidang fisika dan kimia. salah satu pengolahan air yang dilakukan secara kimia adalah dengan cara desinfeksi. Desinfeksi merupakan suatu proses yang bertujuan untuk mendestruksi sebagian besar mikroorganisme yang bersifat patogenik pada suatu instrumen dengan menggunakan cara fisik (pemanasan) maupun cara kimiawi (penambahan bahan kimia). Proses desinfeksi tidak bertujuan untuk mendestruksi mikroorganisme yang tidak bersifat patogenik atau yang masih berada pada kondisi spora. Istilah yang digunakan untuk suatu proses yang mendestruksi semua organisme hidup dan termasuk yang masih dalam kondisi spora adalah sterilisasi. Salah satu desinfeksi yang digunakan dalam pengolahan air di PDAM Tirta Satria Patikraja adalah proses klorinasi. Klorin adalah desinfeksi yang paling banyak digunakan karena efektif pada konsenterasi rendah, murah, dan membentuk residual jika digunakan pada dosis yang tepat. Penggunaan klorida (Cl2) untuk membunuh bakteri dalam air yang diperkenalkan oleh John L. Leal dengan penggunaan Ca(OCl)2 untuk proses desinfeksi air dalam pipa (McCarthy dan Smith, 1974). Pemeriksaan klorin dalam air dengan metode DPD dianalisa dengan menggunakan alat komparator. Yaitu berdasarkan pembandingan warna yang dihasilkan oleh zat dalam kuantitas yang tidak diketahui dengan warna yang sama yang dihasilkan oleh kuantitas yang diketahui dari zat yang akan ditetapkan, dimana kadar klorin akan dibaca berdasarkan warna yang dibentuk oleh pereaksi DPD (Vogel, 1994). Adapun prinsip kerja dari komperator klornya adalah Bila N,N-dietil-p-fenilendiamin (DPD) sebagai indikator dibubuhkan pada suatu larutan yang mengandung sisa klor aktif, reaksi terjadi seketika dan warna larutan menjadi merah. Sebagai pereaksi digunakan iodida (KI) yang akan memisahkan klor tersedia bebas, monokloramin dan dikloramin, tergantung dari konsentrasi iodida yang dibubuhkan. Reaksi ini membebaskan iodin I2 yang mengoksidasi indikator DPD dan memberi warna yang lebih merah pada larutan bila konsentrasi pereaksi ditambah. Untuk mengetahui jumlah klor bebas dan klor terikat maka larutan dititrasi dengan larutan FAS (Ferro Amonium Sulfat) sampai warna merah hilang, pH larutan harus antara 6,2 sampai 6,5 (Alaerts, 1984).Hasil pemeriksaan sisa kadar khlor di PDAM Tirta Satria Patikraja selama 32 hari melihatkan hasil seperti grafik dibawah ini:

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Sisa Klor Dengan Hari

Dari gambar 4.1 terlihat bahwa kadar sisa klor pada PDAM Tirta Satria Patikraja mengalami fluktatif dimana tidak didapatkan data yang bernilai konstan hanya beberapa data yang terlihat konstan pada hari pertama dan ke-2 yaitu 0,6 mg/L dan hari ke-9 sampai hari ke-11 dimana sisa kadar klor yang didapatkan pada resevoir adalah 0,8 mg/L serta pada hari ke-23 sampai hari ke-25 dimana didapatkan sisa kadar klor adalah 0,6 mg/L. Hasil pengukuran menunjukkan kadar residu klor sebesar 0,3 mg/L untuk kadar sisa klor terendah dan 1,2 mg/L untuk kadar sisa klor yang tertinggi selama 32 hari dimana kadar maksimum menurut Kepmenkes 907/2002 yaitu sebesar 5 mg/L, sehingga disimpulkan memenuhi persyaratan kualitas air minum dan tidak berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia. Residu klor pada prinsipnya sengaja dipelihara untuk memastikan bahwa tidak ada lagi mikroorganisme patogen dalam air (Slamet, 1996).Kemampuan desinfeksi klorin berasal dari sifat propertisnya sebagai oksidator kuat. Klorin mengoksidasi enzim yang berfungsi sebagai proses metabolis pada mikroorganisme. Pada proses klorinasi, sebelum berperan sebagai desinfektan, klorin yang ditambahkan akan berperan sebagai oksidator, sebagai persamaan reaksi :

H2S + 4Cl2 + 4H2O H2SO4 + 8HCl (Andhika, dkk, 2013)

Ada dua jenis reaksi yang terjadi jika klorin dibubuhkan kedalam air, yaitu hidrolisis dan ionisasi. Reaksi hidrolisis yang terjadi adalah :

Cl2 + H2O HOCL + HCl H+ + Cl- H+ + Cl-(residu bebas) (Andhika, dkk, 2013)Jika di perairan terdapat amonia : + HClO NH2Cl + H2O + H+ Monokloramin NH2Cl + HClO NHCl2 + H2ODikloramin NH2Cl + HClO NCl3 + H2ONitrogen triklorida (Andhika, dkk, 2013)

Reaksi kesetimbangan sangat dipengaruhi oleh pH. Pada pH 2, klor berada dalam bentuk klorin (Cl2); pada pH 2-7 , klor kebanyakan terdapat dalam bentuk HOCl; sedangkan pada pH 7,4 klor tidak hanya terdapat dalam bentuk HOCl tetapi juga dalam bentuk ion OCl-. Pada kadar klor kurang dari 1.000 mg/L, semua klor berada dalam bentuk ion klorida (Cl-) dan hipoklorit (HOCl) atau terdisosiasi menjadi H+ dan OCl- (Effendi, 2003). Klorin merupakan senyawa oksidator kuat yang berbahaya jika masuk kedalam tubuh manusia. Berikut tabel yang menjelaskan dampak kesehatan manusia yang diakibatkan oleh beberapa tingkatan konsenterasi klorin yang masuk kedalam tubuh :

Tabel 4.1 Dampak Tingkat Level Konsenterasi Klorin Konsenterasi klorDampak bagi Kesehatan

0,2 0,4 ppmMengganggu indera pembau dalam beberapa waktu

1 3 ppmIritasi membrane mukosa, mampu ditoleransi kurang lebih satu jam

5 15 ppmIritasi pada sistem pernafasan

30 ppmSakit dada, sulit bernafas, muntah, dan batuk

40 60 ppmLetal lebih dari 30 menit

1000 ppmFatal dalam waktu beberapa menit

(Linsley, 1991).Klorin sering digunakan sebagai disinfektan untuk menghilangkan mikroorganisme yang tidak dibutuhkan, terutama bagi air yang diperuntukkan bagi kepentingan domestik. Beberapa alasan yang menyebabkan klorin sering digunakan sebagai disinfektan adalah sebagai berikut : 1. Dapat dikemas dalam bentuk gas, larutan, dan bubuk. 2. Relatif murah. 3. Memiliki daya larut yang tinggi serta dapat larut pada kadar yang tinggi (7000 mg/L). 4. Residu klorin dalam bentuk larutan tidak berbahaya bagi manusia, jika terdapat dalam kadar yang tidak berlebihan. 5. Bersifat sangat toksik bagi mikroorganisme, dengan cara menghambat aktivitas metabolisme mikroorganisme tersebut (Linsley, 1991).

27