makalah ppd fiks banget

Upload: lyta-perwitasari

Post on 19-Jul-2015

132 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Pada dasarnya, setiap individu memiliki ciri-ciri dan karaktaristik yang berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan tersebut makin ketara sejalan dengan perkembangan individu seseorang menurut landgen (1980 : 578) merupakan variasi yang terjadi, baik aspek fisik maupun psiokologis.

Seperti manusia memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang diperoleh seseorang dari lingkungan baik lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat dimana ia bertempat tinggal. Salah satu yang bisa merubah karakter seseorang ialah lingkungan dimana ia belajar (sekolah). Pada hakekatnya, belajar adalah suatu proses kejiwaan atau peristiwa pribadi yang terjadi didalam diri setiap individu. Proses belajar itu sendiri apabila berjalan dengan baik, kelak akan memberi hasil yang kita sebut Hasil Belajar. Hasil belajar itu tidak akan bisa kita capai jika dalam diri kita sendiri tidak terjadi proses belajar. Jadi kita tidak usah heran apabila kita merasa tidak mencapai hasil apa-apa jika memang dalam diri kita tidak pernah terjadi proses belajar itu. Kalau proses itu berlangsung kurang mantap, maka hasilnya pun tidak akan memuaskan. Setiap orang bisa dikatakan selalu belajar dan juga dalam arti tertentu mengajar. Misalnya guru mengajar murid-muridnya. Pelatih mengajar para olahragawan, ibu rumah tangga mengajar pembantu rumah tangganya, dokter mengajar pasien-pasiennya tentang cara-cara penjagaan kesehatannya, kepala kantor mengajar pegawai-pegawainya, dan sebagainya. Kenyataan bahwa belajar dan mengajar adalah masalah setiap orang, maka perlu dan penting menjelaskan dan merumuskan masalah belajar itu, terutama bagi kaum pendidik profesional agar proses tersebut dapat menghasilkan perubahan karakter pada seseorang (siswa).

Perubahan Individu sebagai Hasil Belajar

Page 1

B. RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini sebagai berikut : 1. Apakah pengertian belajar secara umum ? 2. Apa sajakah teori belajar menurut pendapat beberapa ahli ? 3. Apa sajakah ciri-ciri dan tujuan belajar ? 4. Bagaimanakah proses belajar berlangsung ? 5. Apa sajakah macam-macam dari belajar ? 6. Bagamanakah hakekat dan manifestasi belajar ? 7. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ? 8. Bagaimanakah perubahan individu karena belajar ?

C. TUJUAN PENULISAN Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut : 1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. 2. Untuk mengetahui pengertian dari belajar secara umum dan teori belajar menurut pendapat beberapa ahli. 3. Untuk mengetahui ciri-ciri dan tujuan dari belajar. 4. Untuk mengetahui proses belajar berlangsung. 5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. 6. Untuk mengetahui perubahan individu karena belajar.

D. MANFAAT PENULISAN Adapun manfaat dari penulisan makalah ini sebagai berikut : 1. Sebagai sumber referensi mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. 2. Menambah wawasan dan pengetahun pengertian, teori, faktor-faktor belajar, serta perubahan individu karena belajar.

Perubahan Individu sebagai Hasil Belajar

Page 2

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BELAJAR Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang "belajar". Seringkali pula perumusan dan tafsiran itu berbeda satu sama lain. Dalam uraian ini kita akan berkenalan dengan beberapa perumusan saja, guna melengkapi dan memperluas pandangan kita tentang mengajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

pengalaman. (learning is defined as the modocation or strengthening of behavior through experiencing). Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan. Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lain tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan; belajar adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis, dan

seterusnya. Sejalan dengan perumusan di atas, ada pula tafsiran lain tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Selain pengertian di atas, berikut pendapat para ahli tentang pengertian belajar.

Moh. Surya (1997) : belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Perubahan Individu sebagai Hasil Belajar

Page 3

Witherington (1952) : belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.

Crow & Crow (1958) : belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru. Hilgard (1962) : belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi Di Vesta dan Thompson (1970) : belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman. Gage & Berliner : belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang muncul karena pengalaman Croncbach (1954) dalam bukunya Educational Psycology: Learning is shown by a change in behaviour as a result of experience (Belajar ditunjukkan oleh suatu perubahan di dalam perilaku sebagai hasil pengalaman)

Harold Spears (1955): learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction(belajar adalah untuk mengamati, untuk membaca, untuk meniru, untuk mencoba sesuatu pada diri mereka, untuk mendengarkan, untuk mengikuti arah)

McGeoh (1958): learning is a change in perfomance as a result of practice(belajar adalah suatu perubahan di perilaku sebagai hasil praktek)

Dibandingkan dengan pengertian pertama, maka jelas, tujuan belajar itu prinsipnya sama, yakni perubahan tingkah laku, hanya berbeda cara atau usaha pencapaiannya. Pengertian ini menitikberatkan pada interaksi antara individu dengan lingkungan. Dari pengertian-pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa : a. belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral changes, aktual, maupun potensial)

Perubahan Individu sebagai Hasil Belajar

Page 4

b. bahwa perubahan itu pada pokoknya adalh didapatkannya kecakapan baru c. bahwa perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja

B. TEORI BELAJAR MENURUT BEBERAPA ALIRAN PSIKOLOGI Dalam sejarah perkembangan psikologi, kita akan mengenal beberapa aliran psikologi. Tiap aliran psikologi tersebut memiliki tafsiran sendiri-sendiri tentang "belajar", menurut pandangannya masingmasing. Pandangan-pandangan itu umumnya berbeda satu sama lain dengan alasanalasan tersendiri. Dalam uraian ini, kita akan meninjau beberapa aliran psikologi

saja,dalam hubungannya dengan teori belajar, yakni : (1). Teori psikologi klasik, (2). Teori psikologi daya, (3). Teori mental state, (4). Teori psikologi behaviorisme, (5). Teori psikologi gestalt.

Belajar Menurut Psikologi Klasik Menurut teori ini, manusia terdiri dari jiwa (mind) dan badan (body) atau zat (matter). Jiwa dan zat ini berbeda satu sama lain. Badan adalah suatu objek yang sampai ke alat indra, sedangkan jiwa adalah suatu realita yang nonmaterial, yang ada di dalam badan, yang berpikir, merasa, berkeinginan, mengontrol kegiatan badan, serta bertanggung jawab. Zat sifatnya terbatas dan bukan suatu keseluruhan realita, melainkan berkenaan dengan proses-proses material, yang terikat dengan hukum-hukum mekanis. Sedangkan jiwa merupakan fakta-fakta tersendiri, seperti : rasa sakit, frustasi, aspirasi, apresiasi, tujuan dan kehendak, itu semua bukan hasil daripada zat, tetapi mempunyai sumber tersendiri dalam realita yang berbeda, yang mempunyai hak berbicara dan secara relatif bebas dari hukum-hukum mekanis. Realita ini disebut mind substansi. Jiwa merupakan suatu substansi, artinya merupakan satu kesatuan tersendiri, beroperasi secara bebas dari zat, merupakan jiwa yang hidup (living soul), mempunyai kekuatan untuk berinisiatif, dapat menemukan hukum-

Perubahan Individu sebagai Hasil Belajar

Page 5

hukum alam dan menguasainya. Jiwa bersifat permanen, dalam arti tidak dapat melepaskan dari zat, bahkan dapat menstimulir proses zat itu, sehingga menghasilkan pengalaman baru. Jiwa dapat mengakibatkan sistem syaraf memperkaya pengalaman. Pengalaman-pengalaman ini bergantung pada mind substansi. Dalam hal ini, konsepsi yang diperoleh secara langsung berasal dari dunia luar melalui sense of experience. Konsepsi-konsepsi itu adalah merupakan abstraksi dari empiris (John Locke). Menurut teori ini, hakikat belajar adalah all learning is a process of developing or training of mind. Kita belajar melihat objek dengan menggunakan substansi dan sensasi. Kita mengembangkan kekuatan mencipta, ingatan, keinginan, dan pikiran, dengan melatihnya. Dengan kata lain pendidikan adalah suatu proses dari dalam atau inner development. Tujuan pendidikan adalah self-development atau self-cultivation atau self-realization.

Belajar Menurut Psikologi Daya Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari berbagai daya, mengingat, berpikir, merasakan, kemauan dan sebagainya. Tiap daya mempunyai fungsinya sendiri-sendiri. Tiap orang mempunyai/memiliki semua daya-daya itu, hanya berbeda kekuatannya saja. Agar daya-daya itu berkembang (terbentuk), maka daya-daya itu perlu dilatih, sehingga dapat berfungsi. Teori ini bersifat formal, karena mengutamakan pembentukan daya-daya. Anggapan ini sama halnya dengan daya-daya pada badan. Apabila suatu daya telah dilatih, maka secara tidak langsung akan mempengaruhi daya-daya lainnya dan seseorang dapat melakukan transfer of learning terhadap situasi lain. Untuk itulah maka kurikulum harus menyediakan mata pelajaran-mata pelajaran yang dapat mengembangkan daya-daya tadi. Tekanannya bukan terletak pada isi materinya, melainkan pada pembentukannya. Pendidikan dengan latihan pemilihan mata pelajaran dilakukan atas dasar pembentukan daya-daya secara efisien dan ekonomis. Kurikulum terorganisir dan diperuntukkan bagi semua anak, dan kurang mementingkan isi, minat anak

Perubahan Individu sebagai Hasil Belajar

Page 6

tidak diperhatikan, yang penting ialah kerja keras. Kebudayaan ditanamkan pada anak untuk mempersiapkannya ke tujuan masyarakat. Berkat kemajuan dalam psikologi, maka muncullah teori-teori baru yang disebut "Phrenologi". Phrenologi adalah kombinasi antara Psikologi daya dan fisiologi yang, pada prinsipnya menyatakan bahwa otak kita terbagi menjadi beberapa daerah dan tiap daerah mempunyai fungsi yang berbedabeda. Tiap fungsi itu terletak pada bagian tertentu pada otak. Dengan demikian terdapat karakteristik mental individual. Tiap fungsi mempunyai pusatnya masing-masing dan mengandung kesatuan fungsional.

Belajar Menurut Teori Mental State Teori ini berpangkal pada psikologi asosiasi yang dikembangkan oleh J. Herbart yang pada prinsipnya, jiwa manusia terdiri dari kesankesan/tanggapan-tanggapan yang masuk melalui penginderaan. Kesan-kesan itu berasosiasi satu sama lain dan membentuk mental atau kesadaran manusia. Tambah kuat asosiasi itu tambah lama kesan-kesan itu tinggal di dalam jiwa kita. Kesan-kesan itu berasosiasi satu sama lain dan membentuk mental atau kesadaran. Kesan-kesan itu akan mudah diungkapkan kembali (reproduksi) apabila kesan-kesan itu tertanam dengan kuat dalam ruang kesadaran. Dan sebaliknya apabila kesan-kesan itu lemah, maka akan lebih mudah lupa. Jadi yang penting menurut teori ini ialah bahan-bahan atau materi yang disampaikan kepada seseorang. Teori ini bersifat materialistis, mengutamakan bahan. Jiwa yang baik apabila bahan yang diterima adalah baik, dalam arti sesuai dengan norma-norma etis.

Menurut teori ini, belajar adalah memperoleh pengetahuan melalui alat dria yang disampaikan dalam bentuk perangsang-perangsang dari luar. Pengalaman-pengalaman berasosiasi dan bereproduksi. Karena itu latihan memegang peranan penting. Lebih banyak latihan dan ulangan, maka akan lebih dan lebih lama pengalaman dan pengetahuan itu tinggal dalam kesadaran

Perubahan Individu sebagai Hasil Belajar

Page 7

dan ingatan seseorang, dan sebaliknya kurang ulangan dan latihan maka pengalaman/pengetahuan akan cepat terlupakan.

Belajar Menurut Psikologi Behavioristik Behaviorisme adalah suatu studi tentang kelakuan manusia.

Timbulnya aliran ini disebabkan rasa tidak puas terhadap teori Psikologi Daya dan teori Mental State. Sebabnya ialah karena aliran-aliran terdahulu hanya menekankan pada segi kesadaran saja. Dalam behaviorisme, masalah matter (zat) menempati kedudukan yang utama. Dengan tingkah laku segala sesuatu tentang jiwa dapat diterangkan. Behaviorisme dapat menjelaskan kelakuan manusia secara saksama dan menyediakan program pendidikan yang efektif. Dari uraian tersebut, ternyata konsepsi behaviorisme besar

pengaruhnya terhadap masalah belajar. Belajar ditafsirkan sebagai latihanlatihan pembentukan hubungan antara stimulus dan respons. Dengan memberikan rangsangan (stimulus), maka anak akan mereaksi dengan respons. Hubungan stimulus-respons ini akan menimbulkan kebiasaankebiasaan otomatis pada belajar. Jadi pada dasarnya kelakuan anak adalah terdiri atas respons-respons tertentu terhadap stimulus-stimulus tertentu. Dengan latihan-latihan maka hubungan-hubungan itu akan semakin menjadi kuat. Inilah yang disebut S-R Bond Theory. Kelakuan tadi akan dapat ditransferkan ke dalam situasi baru menurut hukum transfer tertentu pula. Keberatan terhadap teori ini, ialah karena teori ini menekankan pada refleks dan otomatisasi dan melupakan kelakuan yang bertujuan (a purposive behavior).

Belajar berdasarkan Conectionisme Thorridike dengan S-R Bond Theorynya menyusun hukum-hukum belajar sebagai benikut : a. Hukum pengaruh (The law of effect).

Perubahan Individu sebagai Hasil Belajar

Page 8

Hubungan-hubungan diperkuat atau diperlemah tergantung pada kepuasan atau ketidaksenangan yang berkenaan dengan penggunaannya. b. Hukum latihan (The law exercise). Atau prinsip use and disuse. Apabila hubungan itu Bering dilatih, maka la akan menjadi kuat (Fixed). c. Hukum kesediaan/kesiapan (The law of readiness). Apabila suatu ikatan (Bond) slap untuk berbuat, perbuatan itu memberikan kepuasan, sebaliknya apabila tidak slap maka akan menimbulkan ketidakpuasan/ketidaksenangan/terganggu. Hukum-hukum yang dikemukakan oleh Thorndike itu, lebih dilengkapi dengan prinsip-prinsip sebagai berikut : Siswa harus mampu membuat berbagai jawaban terhadap stimulus (multiple responses). Belajar dibimbing/diarahkan ke suatu tingkatan yang penting melalui sikap siswa itu sendiri. Suatu jawaban yang telah dipelajari dengan baik dapat digunakan juga terhadap stimulus yang lain (bukan stimuli yang semula), yang oleh Thorndike disebut dengan Perubahan Asosiatif (associative shifting). Jawaban-jawaban terhadap situasi-situasi baru dapat dibuat apabila siswa melihat adanya analogi dengan situasi-situasi terdahulu. Siswa dapat mereaksi secara selektif terhadap faktor-faktor yang esensial di dalam situasi (prepotent element) itu.

Belajar Menurut Psikologi Kognitif Teori kognitif berpijak pada tiga hal, ialah Perantara sentral (central intenndiaries). 1. Proses-proses pusat otak (central brain), misalnya ingatan atau ekspektasi merupakan integrator tingkah laku yang bertujuan. Pendapat ini berdasarkan pada inferensi tingkah laku yang tampak (diamati). 2. Pertanyaan tentang apa yang dipelajari? Jawabannya adalah struktur kognitif, bahwa yang dipelajari adalah fakta, kita mengetahui di manaPerubahan Individu sebagai Hasil Belajar Page 9

adanya, yang mengetahui alternate routes illustrates cognitive structure. Variabel tingkah laku nonhabitual adalah struktur kognitif sebagai bagian dari apa yang dipelajari. 3. Pemahaman dalam pemecahan masalah. Pemecahan suatu masalah ialah dengan cara menyajikan pengalamnan lampau dalam bentuk struktur perseptual yang mendasari terjadinya insight (pemahaman) di mana adanya pengertian mengenai hubungan-hubungan yang esensial. Preferensi yang digunakan adalah the contemporary structuring of the problem. Prinsip-prinsip Belajar Teori Kognitif 1. Gambaran perseptual sesuai dengan masalah yang dipertunjukkan kepada siswa adalah kondisi belajar yang penting. Suatu masalah belajar yang terstruktur dan disajikan upaya gambaran-gambaran yang esensial terbuka terhadap inspeksi dari siswa. 2. Organisasi pengetahuan harus merupakan sesuatu yang mendasar bagi guru atau perencana pendidikan. Susunannya dari yang sederhana ke yang kompleks, dalam arti dari keseluruhan yang sederhana ke keseluruhan yang lebih kompleks. Masalah bagian keseluruhan adalah masalah organisasi, dan tidak bertalian dengan teori pola kompleksitas. Sesuai dengan pandangan mengenai pertumbuhan kognitif, maka organisasi pengetahuan tergantung pada tingkat perkembangan siswa. 3. Belajar dengan pemahaman (understanding) adalah lebih permanen (menetap) dan lebih memungkinkan untuk ditransferkan, dibandingkan dengan rote learning atau belajar dengan formula. Berbeda dengan teori Stimulus Respon, teori yang menitikberatkan pada pentingnya

kebermaknaan dalam belajar dan mengingat (retention). 4. Umpan balik kognitif mempertunjukkan pengetahuan yang benar dan tepat dan mengoreksi kesalahan belajar. Siswa menerima atau menolak sesuatu berdasarkan konsekuensi dari siapa yang telah diperbuatnya. Dalam hal ini kognitif setara dengan penguatan (reinforcement) pada S-

Perubahan Individu sebagai Hasil Belajar

Page 10

R theory, tetapi teori kognitif cenderung menempatkan titik beratnya pada pengujian hipotesis melalui umpan balik. 5. Penetapan tujuan (goal-setting) penting sebagai motivasi belajar. Keberhasilan dan kegagalan menjadi hal yang menentukan cara menetapkan tujuan untuk waktu yang akan datang. 6. Berpikir devergen menuju ke ditemukannya pemecahan masalah atau ke terciptanya produk yang bermlai dan menyenangkan. Berbeda dengan berpikir konvergen yang menuju ke mendapatkan jawaban-jawaban yang benar secara logjka. Berpikir devergen menuntut dukungan (umpan balik) bagi upaya tentatif seseorang yang onsinal agar supaya dia dapat mengamati dirinya sebagai kreatif potensial.

Belajar Menurut Psikologi Gestalt Dalam aliran ini ada beberapa istilah yang artinya sama ialah field, patters, organisme, closure, integration, wholistic, configuration, dan gestalt. Karena itu psikologi gestalt sering disebut psikologi organisme atau field theory. Menurut aliran ini, jiwa manusia adalah suatu keseluruhan yang berstruktur. Suatu keseluruhan bukan terdiri dari bagian-bagian atau unsur-unsur. Unsur-unsur itu berada dalam keseluruhan menurut struktur yang telah tertentu dan saling berinteralisi satu sama lain. Pandangan ini sangat berpengaruh terhadap tafsiran tentang belajar. Beberapa pokok yang perlu mendapat perhatian antara lain ialah : 1. Timbulnya kelakuan adalah berkat interaksi antara individu dan lingkungan di mana faktor apa yang telah dimiliki (natural endowment) lebih menonjol. 2. Bahwa individu berada dalam keadaan keseimbangan dinamis, adanya gangguan terhadap keseimbangan itu akan mendorong timbulnya kelakuan. 3. Mengutamakan segi pemahaman (insight).

Perubahan Individu sebagai Hasil Belajar

Page 11

4. Menekankan kepada adanya situasi sekarang, di mana individu menemukan dirinya. 5. Yang utama dan pertama ialah keseluruhan, dan bagiian-bagian hanya bermakna dalam keseluruhan itu. Prinsip-prinsip Belajar Gestalt (Field Theory) 1) Belajar dimulai dari suatu keseluruhan. Keseluruhan yang menjadi permulaan, baru menuju ke bagian-bagian. Dari hal-hal yang kompleks menuju ke hal-hal yang sederhana. Dari keseluruhan organisasi mata pelajaran menuju tugas-tugas harian yang beruntun. Belajar dimulai dari satu unit yang kompleks menuju ke hal-hal yang mudah dimengerti, deferensiasi pengetahuan dan kecakapan. 2) Keseluruhan memberikan makna kepada bagian-bagian. Bagian-bagian terjadi dalam suatu keseluruhan. Bagian-bagian itu hanya bermakna dalam rangka keseluruhan tadi. Dengan demikian keseluruhan yang memberikan makna terhadap suatu bagian, misal: sebuah ban mobil hanya bermakna kalau menjadi bagian dari mobil, sebagai roda. Sebuah papan tulis hanya bermakna sebagai papan tulis kalau ia berada dalam kelas, sebuah tiang kayu hanya bermakna sebagai tiang kalau menjadi satu dari sebuah rumah dan sebagainya. 3) Individuasi bagian-bagian dari keseluruhan. Mula-mula anak melihat sesuatu sebagai keseluruhan. Bagian-bagian dilihat dalam hubungan fungsional dengan keseluruhan. Tetapi lambat laun ia mengadakan deferensiasi bagian-bagian itu dari keseluruhan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil atau kesatuan yang lebih kecil. Contoh : mula-mula anak melihat/mengenal wajah ibunya sebagai satu keseluruhan/kesatuan. Lambat laun dia dapat memisahkan mana mata ibu, mana hidung ibu, mana telinga ibu, kemudian ia melihat bahwa wajah ibunya itu cantik atau jelek, atau menarik dan sebagainya. 4) Anak belajar dengan menggunakan pemahaman atau insight.

Pemahaman adalah kemampuan melihat hubungan-hubungan antara berbagai faktor atau unsur dalam situasi yang problematis, seperti

Perubahan Individu sebagai Hasil Belajar

Page 12

simpanse dapat melihat hubungan antara beberapa buah kotak menjadi sebuah tangan untuk mengambil buah pisang karena ia sedang lapar.

C. CIRI-CIRI BELAJAR Dengan pengertian tersebut, maka temyata belajar sesungguhnya memiliki ciri-ciri (karakteristik) tertentu. 1) Belajar berbeda dengan kematangan Pertumbuhan adalah saingan utama sebagai pengubah tingkah laku. Bila serangkaian tingkah laku matang melalui secara wajar tanpa adanya pengaruh dari latihan, maka dikatakan bahwa perkembangan itu adalah berkat kematangan (maturation) dan bukan karena belajar. Bila prosedur latihan (training) tidak secara cepat mengubah tingkah laku, maka berarti prosedur tersebut bukan penyebab yang penting dan perubahan-perubahan tak dapat diklasifikasikan sebagai belajar. Memang banyak perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh kematangan, tetapi juga tidak sedikit perubahan tingkah yang disebabkan oleh interaksi antara kematangan dan belajar, yang berlangsung dalam proses yang rumit. Misalnya, anak mengalami kematangan untuk berbicara, kemudian berkat pengaruh percakapan masyarakat di sekitarnya, maka dia dapat berbicara tepat pada waktunya. 2) Belajar dibedakan dari perubahan fisik dan mental Perubahan tingkah laku juga dapat terjadi, disebabkan oleh terjadinya perubahan pada fisik dan mental karena melakukan suatu perbuatan berulangkali yang mengakibatkan badan menjadi letih/lelah. Sakit atau kurang gizi juga dapat menyebabkan tingkah laku berubah, atau karena mengalami kecelakaan tetapi hal ini tak dapat dinyatakan sebagai hasil perbuatan belajar. Gejala-gejala seperti kelelahan mental, konsentrasi menjadi kurang,

melemahnya ingatan, terjadinya kejenuhan, semua dapat menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku, misalnya berhenti belajar, menjadi bingung, rasa kegagalan, dan sebagainya. Tetapi perubahan tingkah laku tersebut tak dapat digolongkan sebagai belajar. Jadi perubahan tingkah laku yang

Perubahan Individu sebagai Hasil Belajar

Page 13

disebabkan oleh perubahan fisik dan mental bukan atau berbeda dengan belajar dalam arti sebenamya.

3) Ciri belajar yang hasilnya relatif menetap Hasil belajar dalam bentuk perubahan tingkah laku. Belajar berlangsung dalam bentuk latihan (practice) dan pengalaman (experience). Tingkah laku yang dihasilkan bersifat menetap dan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Tingkah laku itu berupa perilaku (performance) yang nyata dan dapat diamati. Misalnya, seseorang bukan hanya mengetahui sesuatu yang perlu diperbuat, melainkan juga melakukan perbuatan itu sendiri secara nyata. Jadi istilah menetap dalam hal ini, bahwa perilaku itu dikuasai secara mantap. Kemantapan ini berkat latihan dan pengalaman.

D. TUJUAN BELAJAR Jika dirinci, sebenarnya tujuan belajar itu sangat banyak, dan untuk mencapai suatu tujuan harus diciptakan suatu system lingkungan tertentu. Apabila tujuan belajar itu adalah pengembangan nilai efektif, maka memerlukan system lingkungan yang berbeda dengan tujuan belajar lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman yaitu, Tujuan belajar untuk pengembangan nilai afeksi memerlukan system lingkungan yang berbeda dengan system yang dibutuhkan untuk belajar pengembangan gerak, dan begitu seterusnya. (Sadirman, 1990 ; 28) Tujuan-tujuan belajar yang diusahakan untuk dicapai dengan tindakan intruksional, biasanya berbentuk pengetahuan dan keterampilan, serta sikap sedangkan tujuan-tujuan yang lebih merupakan hasil sampingan yaitu misalnya : kemampuan berfikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima pendapat orang lain.

Secara umum tujuan belajar itu ada tiga jenis yaitu sebagai berikut : 1. Untuk mendapatkan pengetahuan Mempunyai pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Dengan perkataan lain tidak dapat

Perubahan Individu sebagai Hasil Belajar

Page 14

mengembangkan

kemampuan

berfikir

tanpa

bahan

pengetahuan.

Sebaliknya kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah yang memiliki kecendrungan lebih besar perkembangannya di dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peranan guru sebagai pengajar lebih dominan. Adapun jenis interaksi atau cara yang dipergunakan untuk kepentingan itu pada umumyadengan model kuliah atau menggunakan metode ceramah, pemberian tugas-tugas bacaan. Dengan cara demikian anak didik/siswa akan diberikan pengetahuan sehingga menambah

pengetahuannya. 2. Penambahan konsep dan keterampilan Penambahan konsep atau merumuskan konsep juga memerlukan suatu keterampilan. Jadi keterampilan yang bersifat jasmani adalah

keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat diamati, sehingga akan menitik beratkan pada keterampilan gerak/penampilan anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah yang dapat dilihat, tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan serta kketerampilan

berfikir, kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep. Keterampilan tentang sesuatu dapat dikembangkan di dalam diri anak, dengan cara memberikan latihan-latihan. Demikian juga mengungkapkan perasaan melalui bahasa tulis atau lisan. Interaksi yang mengarah kepada pengembangan keterampilan mempunyai kaidah-kaidah tertentu dan bukan semata-mata hanya menghafal atau meniru 3. Pembentukan sikap Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk ini diperlukan kecakapan mengarahkan motivasi dan berfikir dengan tidak

Perubahan Individu sebagai Hasil Belajar

Page 15

lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau modal. Dalam interaksi belajar mengajar guru akan senantiasa diobservasi,dilihat, didengar, ditiru, semua perilakunya oleh para siswanya. Dengan demikian besar kemungkinannya para siswa akan meniru sikap dan perilaku gurunya. Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik tidak akan terlepas dari penanaman nilai-nilai luhur kepribadian bangsa yaitu pancasila serta nilai-nilai keagamaan. Oleh karena itu guru tidak sekedar sebagai pengajar, tetapi betul-betul sebagai pendidik yang selalu berusaha menanamkan, mewariskan nilai-nilai luhur tersebut kepada anak didiknya.

Jadi pada dasarnya tujuan belajar itu adalah untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Hal ini sesuai dengan pendapat Saediman yaitu : a. Hal ihwal keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif) b. Hal ihwal personal, kepribadian atau sikap (afektif) c. Hal ihwal kelakuan, keterampilan atau penampilan (psikomotorik).

E. PROSES BELAJAR Kalau dikaitkan lagi dengan belajar mengajar sebagai suatu keseluruhan proses maka dapatlah dikatakan bahwa seseorang mulai belajar kalau diawali dengan menciptakan situasi yang dapat menimbulkan keinginan atau kebutuhan dalam diri seseorang untuk memperoleh kecakapan baru. Teori-teori tentang bagaimana belajar itu terjadi dapat dibedakan dalam 2 golongan, yaitu: Teori molecular: teori ini berpendapat bahwa perkembangan tingkah laku itu tergantung pada belajar. Golongan molecular ini menggunakan introspeksi sebagai salah satu metode dalam psikologi.

Dan bahwa segala tingkah laku manusia terbentuk dari pengalamanpengalaman individu atau Karena latihan (Bertujuan Historik) Teori molar: teori ini berpendapat bahwa yang primer adalah keseluruhan misalnya sepeda itu lebih daripada sejumlah onderdil. Para penganut teori ini juga memakai metode introspeksi. Para penganut teori molar lebih

Perubahan Individu sebagai Hasil Belajar

Page 16

menekankan pengalaman masa kini dalam tingkah laku manusia. Struktur dari problem yang dihadapi sekarang lebih menentukan bagaimana penyelesaian problem itu daripada pengalaman masa lampau.

F. MACAM-MACAM BELAJAR 1. Belajar abstrak: menggunakan cara-cara berpikir abstrak dengan akal yang kuat serta prinsip, konsep dan generalisasi. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata 2. Belajar ketrampilan: belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot neuromuscolar. Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai

ketrampilan jasmaniah tertentu. 3. Belajar sosial :belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk

menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalahmasalah sosial seperti masalah keluarga,persahabatan dan kelompok. 4. Belajar pemecahan masalah : belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistemati, logis, teratur dan teliti. Tujuannya untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk

memecahkan masalah secara rasional lugas dan tuntas. 5. Belajar rasional : belajar dengan menggunakan kemampuan berfikir secara logis dan rasional. Tujuannya untuk memperoleh keanekaragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep.

Perbedaannya pada belajar rasional tidak memberi tekanan khusus pada penggunaan bidang studi eksakta. 6. Belajar kebiasaan : proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu.

Perubahan Individu sebagai Hasil Belajar

Page 17

7. Belajar apresiasi : belajar mempertimbangkan arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa dalam menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu. 8. Belajar pengetahuan : belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Tujuannya agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya.

G. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR 1. Faktor yang berasal dari luar diri pelajar yaitu: Faktor non sosial seperti keadaan suhu, cuaca, waktu dan alat yang digunakan Faktor sosial yaitu faktor manusia, misalnya bahwa kehadiran orang lain pada saat akan membawa pengaruh pada kegiatan belajar. 2. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar Faktor-faktor fisiologis yaitu keadaan tonus jasmani, keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan jasmani yang tidak segar Faktor-faktor Psikologis, adalah hal-hal yang mendorong manusia untuk belajar seperti yang dikatakan Arden. N. Frandsen, yaitu: a. Adanya sifat ingin tahu b. Adanya sifat kreatif c. Adanya keinginan untuk mendapat simpati d. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan e. Adanya ganjaran/hukuman sebagai hasil dari belajar itu f. Adanya keinginan mendapatkan Rasa Aman apabila menguasai pelajaran.

Perubahan Individu sebagai Hasil Belajar

Page 18

H. MANIFESTASI BELAJAR Hakekat dari perbuatan belajar adalah perubahan prilaku dan pribadi. Perubahan dalam konteks belajar itu bersifat fungsional/struktural, material, dan behavioral, serta Keseluruhan Pribadi. Secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Belajar Merupakan Perubahan Fungsional Pendapat ini dikemukakan oleh penganut teori daya (Faculty Psikology) dan paham nativisme. Paham ini berpendirian bahwa jiwa manusia itu terdiri atas sejumlah fungsi-fungsi yang memiliki daya atau kemampuan tertentu (missal: daya mengingat, berfikir, dll). Agar dayadaya itu berlaku secara fungsional maka harus dilatih, maka dari itu dalam contect ini belajar adalah melatih daya. Jadi hasil belajar dalam bidang tertentu menurut teori ini akan dapat ditransferkan ke bidang-bidang lain, teori ini kita temukan dalam teori kognitivisme. Dalam teori keseimbangannya yang disebut

Accomodation dijelaskan bahwa struktur fungsi kognitif itu dapat berubah kalau individu berhadapan dengan hal-hal yang baru yang tidak dapat diorganisasikan kedalam struktur yang telah ada. Dengan demikian belajar dalam hal ini mengandung makna perubahan Struktural. b. Belajar Merupakan Perkayaan Materi (Material) dan Perkayaan Pola-pola Prilaku baru (Behavior) Pendapat ini dikemukakan oleh para penganut paham ilmu jiwa Asosiasi (Johnlocke dan Herbart) lebih jauh lagi faham Empirisme. Paham ini berasumsi bahwa pada kelahirannya jiwa manusia itu laksana bejana kosong yang harus diisi agar dapat berfungsi. Maka dalam konteks ini belajar dapat diartikan sebagai suatu proses pengisian jiwa dengan pengetahuan-pengetahuan, banyaknya melalui hafalan. c. Belajar Merupakan Perubahan Prilaku Pribadi secara Keseluruhan Pendapat ini dikemukakan oleh para penganut paham jiwa gestalt yang lebih jauh lagi bersumber pada paham Organimismic Psychology. pengalaman-pengalaman yang sebanyak-

Perubahan Individu sebagai Hasil Belajar

Page 19

Dalam konteks ini belajar merupakan prilaku organisme sebagai totalitas yang bertujuan keseluruhan lebih penting daripada bagian-bagian dengan kata lain meskipun hal yang dipelajari itu bersifat khusus namun akan mempunyai makna bagi totalitas pribadi individu yang bersangkutan. Dari ketiga pandangan di atas dapat kita simpulkan bahwa belajar itu dapat dimanifestasikan dalam 3 hal: 1. Pertambahan Materi Pengetahuan yang berupa fakta, informasi, prinsip, dll. 2. Penguasaan pola-pola: Prilaku Kognitif (pengamatan, proses berfikir, dll.) Prilaku Afektif (sikap-sikap, apresiasi, dll.) Prilaku Psikomotor (keterampilan-keterampilan)

3. Perubahan dalam sifat-sifat kepribadian

I. PERUBAHAN SEBAGAI HASIL BELAJAR Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah perubahan perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu : a. Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional). Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasilhasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar. Misalnya, seorang mahasiswa sedang belajar tentang psikologi pendidikan. Dia menyadari bahwa dia sedang berusaha mempelajari tentang Psikologi Pendidikan. Begitu juga, setelah belajar Psikologi Pendidikan dia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan memperoleh sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan Psikologi Pendidikan.

Perubahan Individu sebagai Hasil Belajar

Page 20

b. Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu). Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya.

Misalnya, seorang mahasiswa telah belajar Psikologi Pendidikan tentang Hakekat Belajar. Ketika dia mengikuti perkuliahan Strategi Belajar Mengajar, maka pengetahuan, sikap dan keterampilannya tentang Hakekat Belajar akan dilanjutkan dan dapat dimanfaatkan dalam mengikuti perkuliahan Strategi Belajar Mengajar. c. Perubahan yang fungsional. Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang. Contoh : seorang mahasiswa belajar tentang psikologi pendidikan, maka pengetahuan dan

keterampilannya dalam psikologi pendidikan dapat dimanfaatkan untuk mempelajari dan mengembangkan perilaku dirinya sendiri maupun mempelajari dan mengembangkan perilaku para peserta didiknya kelak ketika dia menjadi guru. d. Perubahan yang bersifat positif. Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan. Misalnya, seorang mahasiswa sebelum belajar tentang Psikologi Pendidikan menganggap bahwa dalam dalam Prose Belajar Mengajar tidak perlu mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual atau perkembangan perilaku dan pribadi peserta didiknya, namun setelah mengikuti pembelajaran Psikologi Pendidikan, dia memahami dan berkeinginan untuk menerapkan prinsip prinsip perbedaan individual maupun prinsip-prinsip perkembangan individu jika dia kelak menjadi guru.

Perubahan Individu sebagai Hasil Belajar

Page 21

e. Perubahan yang bersifat aktif. Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan. Misalnya, mahasiswa ingin memperoleh pengetahuan baru tentang psikologi pendidikan, maka mahasiswa tersebut aktif melakukan kegiatan membaca dan mengkaji buku-buku psikologi pendidikan, berdiskusi dengan teman tentang psikologi pendidikan dan sebagainya. f. Perubahan yang bersifat permanen. Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya. Misalnya, mahasiswa belajar mengoperasikan komputer, maka penguasaan

keterampilan mengoperasikan komputer tersebut akan menetap dan melekat dalam diri mahasiswa tersebut. g. Perubahan yang bertujuan dan terarah. Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Misalnya, seorang mahasiswa belajar psikologi pendidikan, tujuan yang ingin dicapai dalam panjang pendek mungkin dia ingin memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang psikologi pendidikan yang diwujudkan dalam bentuk kelulusan dengan memperoleh nilai A. Sedangkan tujuan jangka panjangnya dia ingin menjadi guru yang efektif dengan memiliki kompetensi yang memadai tentang Psikologi Pendidikan. Berbagai aktivitas dilakukan dan diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. h. Perubahan perilaku secara keseluruhan. Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya. Misalnya, mahasiswa belajar tentang TeoriTeori Belajar, disamping memperoleh informasi atau pengetahuan tentang Teori-Teori Belajar, dia juga memperoleh sikap tentang

Perubahan Individu sebagai Hasil Belajar

Page 22

pentingnya seorang guru menguasai Teori-Teori Belajar. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan dalam menerapkan Teori-Teori Belajar. Menurut Gagne (Abin Syamsuddin Makmun, 2003), perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk : 1. Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan sebagainya. 2. Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya: penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah kecakapan dalam membedakan (discrimination), memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan masalah. 3. Strategi kognitif; kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara cara berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada pada proses pemikiran. 4. Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan vertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak. 5. Kecakapan motorik; ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.

Perubahan Individu sebagai Hasil Belajar

Page 23

Sementara itu, Moh. Surya (1997) mengemukakan bahwa hasil belajar akan tampak dalam : 1. Kebiasaan; seperti : peserta didik belajar bahasa berkali-kali menghindari kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar. 2. Keterampilan; seperti : menulis dan berolah raga yang meskipun sifatnya motorik, keterampilan-keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi. 3. Pengamatan; yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera secara obyektif sehingga peserta didik mampu mencapai pengertian yang benar. 4. Berfikir asosiatif; yakni berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya dengan menggunakan daya ingat. 5. Berfikir rasional dan kritis yakni menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis seperti bagaimana (how) dan mengapa (why). 6. Sikap yakni kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan. 7. Inhibisi (menghindari hal yang mubazir). 8. Apresiasi (menghargai karya-karya bermutu). 9. Perilaku afektif yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was dan sebagainya.

Perubahan Individu sebagai Hasil Belajar

Page 24

BAB III KESIMPULAN Belajar dapat disimpulkan bahwa: a. belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral changes, aktual, maupun potensial) b. bahwa perubahan itu pada pokoknya adalh didapatkannya kecakapan baru c. bahwa perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja Teori belajar menurut beberapa aliran psikologi, yakni : 1) Teori psikologi klasik 2) Teori psikologi daya 3) Teori mental state 4) Teori psikologi behaviorisme 5) Teori psikologi gestalt Tujuan belajar itu ada tiga jenis yaitu sebagai berikut : 1. Untuk mendapatkan pengetahuan 2. Penambahan konsep dan keterampilan 3. Pembentukan sikap Teori-teori tentang bagaimana belajar itu terjadi dapat dibedakan dalam 2 golongan, yaitu: Teori molecular Teori molar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar antara lain: 1. Faktor yang berasal dari luar diri pelajar 2. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar Faktor-faktor fisiologis Faktor-faktor Psikologis

Belajar dapat dimanifestasikan dalam 3 hal, yaitu: a) Pertambahan Materi Pengetahuan yang berupa fakta, informasi, prinsip, dll.

Perubahan Individu sebagai Hasil Belajar

Page 25

b) Penguasaan pola-pola prilaku kognitif, afektif dan psikomotor c) Perubahan dalam sifat-sifat kepribadian Ciri-ciri dari perubahan perilaku menurut Moh Surya, yaitu : a. Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional). b. Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu). c. Perubahan yang fungsional. d. Perubahan yang bersifat positif. e. Perubahan yang bersifat aktif. f. Perubahan yang bersifat pemanen. g. Perubahan yang bertujuan dan terarah. h. Perubahan perilaku secara keseluruhan. Menurut Gagne perubahan perilaku dapat berbentuk : 1. Informasi verbal 2. Kecakapan intelektual 3. Strategi kognitif 4. Sikap 5. Kecakapan motorik Hasil belajar akan tampak dalam : 1. Kebiasaan 2. Keterampilan 3. Pengamatan 4. Berfikir asosiatif 5. Berfikir rasional dan kritis Sikap Inhibisi Apresiasi 6. Perilaku afektif

Perubahan Individu sebagai Hasil Belajar

Page 26