bab satu (jadi)

10
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga menggangu atau membahayakan kesehatan (KEPMENKES NO 1405/MENKES/XI/2002). Sumber bunyi yang mengakibatkan bising tersebut diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu bising interior dan eksterior. Bising interior bersumber dari kegiatan manusia, alat rumah tangga, mesin pabrik, alat musik, radio, motor kompresor pendingin dan lain lain. Sedangkan bising eksterior merupakan bising yang dihasilkan dari transportasi dan alat konstruksi. Kebisingan merupakan salah satu faktor pencemar fisik yang menjadi masalah kesehatan lingkungan. Intensitas bising yang melebihi nilai ambang batas dapat menyebabkan timbulnya gangguan kesehatan pada manusia, terutama gangguan pendengaran. 1

Upload: prasetyasari

Post on 11-Apr-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bhg

TRANSCRIPT

Page 1: Bab Satu (Jadi)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga

menggangu atau membahayakan kesehatan (KEPMENKES NO

1405/MENKES/XI/2002). Sumber bunyi yang mengakibatkan bising tersebut

diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu bising interior dan eksterior.

Bising interior bersumber dari kegiatan manusia, alat rumah tangga, mesin

pabrik, alat musik, radio, motor kompresor pendingin dan lain lain.

Sedangkan bising eksterior merupakan bising yang dihasilkan dari

transportasi dan alat konstruksi. Kebisingan merupakan salah satu faktor

pencemar fisik yang menjadi masalah kesehatan lingkungan. Intensitas bising

yang melebihi nilai ambang batas dapat menyebabkan timbulnya gangguan

kesehatan pada manusia, terutama gangguan pendengaran.

Gangguan pendengaran adalah suatu penyakit berkurang atau hilangnya

fungsi pendengaran disalah satu atau kedua telinga. Gangguan pendengaran

merupakan masalah utama pada pekerja-pekerja yang bekerja di tempat yang

terpapar kebisingan, misalnya pekerja di kawasan industri antara lain

pertambangan, penggalian (peledakan, pengeboran), perkapalan,

penerbangan, maupun mesin tekstil dan uji coba mesin-mesin jet. Hal ini akan

sangat merugikan para pekerja karena dapat menyebabkan ketulian yang

menetap (permanent threshold shift). Selain itu perusahaan juga akan

1

Page 2: Bab Satu (Jadi)

mengalami kerugian, misalnya menurunnya kinerja para pekerja serta

meningkatnya biaya kesehatan yang harus ditanggung perusahaan

(Buchari,2007). Gangguan pendengaran akibat bising (GPAB) atau noice

induce hearing loss (NIHL) adalah gangguan pendengaran akibat terpajan

bising yang cukup keras dalam jangka waktu cukup lama dan biasanya

diakibatkan bising di lingkungan kerja (Al Hafiz, 2010).

Di Amerika Serikat, berdasarkan National Institute for Deafness and

Communication Disorders (NIDCD) dan Occupational Safety and Health

Administrasion (OSHA) mengatakan bahwa lebih 30-40 juta masyarakat AS

terpajan bunyi bising, dan setengah diantaranya adalah pekerja aktif, sehingga

gangguan pendengaran akibat bising ini merupakan penyakit akibat kerja

yang menghabiskan cukup banyak biaya kesehatan. Bidang pekerjaan seperti

militer, pabrik, konstruksi, pertanian, pertambangan terutama yang berada di

negara berkembang melaporkan perlunya program konservasi pendengaran

akibat bising. Pasien merupakan seorang tentara pada bagian infantri. Telah

bertugas selama 15 tahun. Sering terpajan bunyi keras dari letusan senjata

seperti meriam dan pelontar roket. Salah satu senjata bahkan dapat terdengar

dari jarak 300 meter. Pasien sudah terbiasa memakai pelindung telinga dari

bunyi tersebut dengan selonsong peluru. Kenyataan ini harus jadi

pertimbangan kembali dalam memakai alat pelindung pendengaran. Makin

tinggi intensitas bising, jangka waktu terkena yang diizinkan menjadi

semakin pendek. Seperti untuk sound level 115 dB, waktu terkena yang

2

Page 3: Bab Satu (Jadi)

diizinkan hanya 15 menit sehari. Bahkan untuk sound level 140 dB, tidak

boleh terpajan walaupun sesaat. (Al Hafiz, 2010)

Nilai Ambang Batas kebisingan (NAB) berdasarkan waktu yang telah

ditetapkan yaitu 1 sampai 8 jam perhari untuk intensitas kebisingan antara 85

dB dan 94 dB. Pada satuan menit, waktu yang telah ditetapkan adalah 0,94

sampai 30 menit perhari untuk intensitas kebisingan antara 97 dB sampai 112

dB. Sedangkan dalam satuan detik, waku yang telah ditetapkan adalah 0,11

sampai 28,12 detik perhari untuk intensitas kebisingan antara 115 dB sampai

139 dB (PER.13/MEN/X/2011). NAB berdasarkan tempat yang telah

diizinkan antara lain 55 dB dikawasan terbuka hijau, rumah sakit,

pemukiman, sekolah dan tempat ibadah. Sedangkan untuk perkantoran,

kawasan industri, stasiun, pasar dan fasilitas umum lainnya antara 60-70 dB

(KEP-48/MENLH/11/1996).

Pada tahun 2001 World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa

secara global penderita gangguan pendengaran di seluruh dunia mencapai 222

juta jiwa usia dewasa. Di Amerika lebih dari 35 juta jiwa pada usia 18 tahun

ke atas mengalami gangguan pendengaran dan semakin parah dengan

bertambah usianya (Hyeong, 2011). Pada kawasan Asia Tenggara terdapat 75

sampai 140 juta jiwa menderita gangguan pendengaran (Soetjipto, 2007).

Jumlah penderita gangguan pendengaran di Indonesia cukup dominan, yaitu

menduduki peringkat ke-4 dengan proporsi 4,6 % sesudah Sri Langka

(8,8 %), Myanmar (8,4 %) dan India (6,3 %) (Ali, 2006).

3

Page 4: Bab Satu (Jadi)

1.2 Rumusan Masalah

Faktor – faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian gangguan

pendengaran akibat kebisingan pada pekerja di PT Freeport, Papua ?

1.3 Pertanyaan Penelitian

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang berhubungan dengan

kejadian gangguan pendengaran akibat kebisingan pada pekerja di PT

Freeport, Papua

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Bagaimana hubungan APD dengan kejadian gangguan pendengaran

akibat kebisingan pada pekerja di PT Freeport, Papua Tahun 2015?

b. Bagaimana hubungan Jarak Keterpaparan dengan kejadian gangguan

pendengaran akibat kebisingan pada pekerja di PT Freeport, Papua

Tahun 2015 ?

c. Bagaimana hubungan Intensitas Kebisingan dengan kejadian

gangguan pendengaran akibat kebisingan pada pekerja di PT

Freeport, Papua Tahun 2015 ?

d. Bagaimana hubungan Frekuensi dengan kejadian gangguan

pendengaran akibat kebisingan pada pekerja di PT Freeport, Papua

Tahun 2015 ?

4

Page 5: Bab Satu (Jadi)

e. Bagaimana hubungan Keterpaparan Informasi dengan kejadian

gangguan pendengaran akibat kebisingan pada pekerja di PT

Freeport, Papua Tahun 2015 ?

f. Bagaimana hubungan Monitoring Supervisor dengan kejadian

gangguan pendengaran akibat kebisingan pada pekerja di PT

Freeport, Papua Tahun 2015 ?

1.5 Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti

Dari hasil penelitian ini penulis dapat mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian gangguan pendengaran akibat kebisingan di

PT Freeport, Papua Tahun 2015 serta menambah pengetahuan tentang

metode penelitian yang telah diperoleh selama perkuliahan.

b. Bagi Institusi

Sebagai dokumen dan bahan bacaan di perpustakaan untuk menambah

wawasan mahasiswa di Program Studi Kesehatan Masyarakat di

Universitas M.H Thamrin.

c. Bagi Pekerja di PT Freeport

Dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan agar

pekerja di PT Freeport, Papua dapat mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian gangguan pendengaran akibat kebisingan

sehingga dapat mencegah kejadian gangguan pendengaran akibat

kebisingan.

5

Page 6: Bab Satu (Jadi)

d. Bagi Perusahaan

1) Sebagai sarana menjalin kemitraan dengan FKM Universitas M.H.

Thamrin.

2) Sebagai sarana transfer wawasan dari ilmu pengetahuan yang dimiliki

oleh mahasiswa FKM Universitas M.H. Thamrin,

3) Peneliti dapat membantu proses analisis hubungan tingkat kebisingan

dilingkungan kerja dengan kejadian gangguan pendengaran pada

pekerja di PT. Freeport, Papua.

4) Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan terkait

manajemen kebisingan di area kerja.

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian ini diaksanakan di PT Freeport yang terletak di Papua. Tujuan

dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang

berhubungan dengan kejadian gangguan pendengaran akibat kebisingan pada

pekerja di PT Freeport, Papua. (Cross Sectional) dipilih sebagai desain studi

yang digunakan pada penelitian ini. Penelitian dilakukan pada bulan () 2015.

Ruang lingkup penelitian terbatas pada kelmpok pekerja di bagian ().

Variable Independen pada penelitian ini adalah Perilaku (Alat Pelindung

Diri, jarak keterpaparan, intensitas kebisingan dan fekuensi) dan Lingkungan

(keterpaparan informasi dan monitoring supervisor). Sedangkan variable

dependen adalah ganguan pendengaran pada pekerja di PT Freeport, Papua.

Data Primer tingkat kebisingan diperoleh dari hasil pengukuran kebisingan

6

Page 7: Bab Satu (Jadi)

menggunakan alat sound level meter. Gangguan pendengaran diperoleh

menggunakan pemeriksaan gangguan pendengaran dengan alat garpu tala.

Beberapa data primer lainnya seperti karakteristik pekerja berupa penggunaan

masa kerja, umur, riwayat penyakit dan perlaku pekerja berupa kebiasaan

merokok, penggunaan obat ototoksik serta penggunaan alat pelindung diri

(APD) di peroleh menggunakan kuesioner. Data terkait gambaran PT

Freeport, Papua diperoleh dari profil PT Freeport, Papua tahun 2015.

7