bab iv & v kti ckr susii

16
BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan antara kesenjangan teori dan kenyataan yang dipakai pada saat pemberiaan asuhan keperawatan pada klien Sdr. H dengan Cedera Kepala Ringan di ruang St. Antonius Rumah Sakit Dirgahayu Samarinda. Dalam pembahasan kasus ini penulis mulai menguraikan dengan urutan dalam proses keperawatan yaitu pengkajian, menetapkan diagnosa keperawatan sesuai dengan teori berdasarkan keluhan klien, merencanakan tindakan keperawatan, melakukan tindakan keperawatan, dan mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan yang diberikan pada klien cedera kepala ringan. A. Pengkajian

Upload: kharisma-amsirahk

Post on 03-Jan-2016

71 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

cx

TRANSCRIPT

Page 1: Bab IV & v Kti Ckr Susii

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan antara kesenjangan teori dan kenyataan

yang dipakai pada saat pemberiaan asuhan keperawatan pada klien Sdr.

H dengan Cedera Kepala Ringan di ruang St. Antonius Rumah Sakit

Dirgahayu Samarinda.

Dalam pembahasan kasus ini penulis mulai menguraikan dengan

urutan dalam proses keperawatan yaitu pengkajian, menetapkan diagnosa

keperawatan sesuai dengan teori berdasarkan keluhan klien,

merencanakan tindakan keperawatan, melakukan tindakan keperawatan,

dan mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan yang diberikan pada

klien cedera kepala ringan.

A. Pengkajian

Dalam tahap pengkajian ini penulis tidak mendapat banyak

hambatan karena setelah klien dan keluarga diberikan penjelasan

dengan metode pendekatan dan membina hubungan saling percaya,

klien dan keluarga kooperatif, serta mengerti dengan maksud dan

tujuan dari pengkajian yang penulis tujukan pada Sdr.H. Penulis juga

mendapatkan data dari list dari perawat yang bertugas di ruang St.

Antonius Rumah Sakit Dirgahayu.

Page 2: Bab IV & v Kti Ckr Susii

Berdasarkan teori Arif Mansjoer (2005) didapatkan tanda-tanda dan

gejala cedera kepala ringan secara umum seperti skor skala koma

Glasgow 15 (sadar penuh), tidak ada kehilangan kesadaran, klien

mengeluh nyeri kepala dan pusing, klien dapat menderita abrasi,

laserasi, atau hematoma kulit kepala.

Pada pengkajian yang ditujukan pada Sdr. H di ruang St. Antonius

kamar 14 bed 5 Rumah Sakit Dirgahayu Samarinda tanggal 7 Agustus

2009 pukul 08.00 wita diperoleh data subyektif yaitu klien mengatakan

nyeri kepala seperti tertusuk-tusuk dan pusing seperti berputar-putar,

nyeri kepala dan pusing dirasakan terus menerus bila klien melakukan

aktivitas maupun tidak melakukan aktivitas, skala nyeri 3, selain nyeri

kepala dan pusing klien mengatakan nyeri pada luka-luka lecet yang

ada di wajah dan tangan dan sulit untuk makan.

Dan hasil pengkajian yang penulis dapatkan pada Sdr.H

dibandingkan dengan pengkajian yang ada pada teori Suriadi & Rita

Yulianni ternyata terdapat kesenjangan yang ditemukan yaitu: pada

teori cedera kepala ringan ( Wahyu Widagdo) tanda dan gejala

cedera kepala ringan tidak ditemukan adanya keadaan mudah marah

dan orientasi terhadap waktu, tempat, dan orang. Setelah dilakukan

pengkajian klien tidak mengalami disorentasi waktu, tempat, dan

orang serta tidak temukan keadaan klien yang cepat marah klien

tampak kooperatif saat dilakukan pengkajian.

Page 3: Bab IV & v Kti Ckr Susii

B. Diagnosa Keperawatan

Setelah penulis mengumpulkan data, selanjutnya penulis

melakukan analisa data dan merumuskan diagnosa keperawatan.

Pada tahap diagnosa keperawatan ini, penulis menganalisa data yang

diperoleh baik yang dapat dicegah dan ditangani dengan tindakan

keperawatan. Penulis menyusun prioritas diagnosa keperawatan

berdasarkan Abraham Maslow dan kebutuhan yang sangat diperlukan

oleh klien saat ini.

Menurut Doenges (2006) diagnosa yang muncul pada pasien

cedera kepala adalah:

1. Nyeri kepala berhubungan dengan

trauma kepala).

2. Gangguan integritas kulit berhubungan

dengan trauma pada kulit.

3. Imobilisasi fisik berhubungan dengan

trauma kepala.

4. Resiko perluasan infeksi berhubungan

dengan adanya luka terbuka.

5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan intake oral yang tak adekuat.

Dari diagnosa keperawatan menurut Doenges (2000) yang

tidak muncul pada diagnosa keperawatan pada klien Sdr. H yaitu:

Page 4: Bab IV & v Kti Ckr Susii

1. Resiko tidak efektifnya bersihan jalan nafas dan tidak efektifnya

pola nafas berhubungan dengan gagal nafas, adanya sekresi,

gangguan fungsi pergerakan, dan meningkatnya tekanan

intrakranial.

2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema

serebral dan peningkatan tekanan intrakranial.

3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan trauma atau

defisit neurologis.

4. Perubahan proses berpikir berhubungan dengan konflik psikologis.

5. Kecemasan keluarga terhadap keadaan klien berhubungan dengan

kondisi penyakit akibat trauma kepala.

6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Penjelasan

1. Resiko tidak efektifnya bersihan jalan nafas dan tidak efektifnya

pola nafas berhubungan dengan gagal nafas, adanya sekresi,

gangguan fungsi pergerakan, dan meningkatnya tekanan

intrakranial, tidak diangkat karena klien tidak mengalami sesak

napas dan tidak menggunakan oksigen.

2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema

serebral dan peningkatan tekanan intrakranial, tidak diangkat

karena tidak ditemukan perubahan tingkat kesadaran dan

kehilangan memori, klien composmentis atau sadar penuh.

Page 5: Bab IV & v Kti Ckr Susii

3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan trauma atau

defisit neurologis, tidak diangkat karena pada klien tidak

ditemukan disorentasi terhadap waktu, tempat, dan orang, klien

masih merespon terhadap ransangan.

4. Perubahan proses berpikir berhubungan dengan konflik psikologis,

tidak diangkat karena pada klien tidak ditemukan disorentasi

terhadap waktu, tempat, orang, lingkungan, dan kejadian, klien

masih mengingat semua kejadian dan masih merespon terhadap

ransangan.

5. Perubahan proses keluarga terhadap keadaan klien berhubungan

dengan kondisi penyakit akibat trauma kepala, tidak diangkat

karena keluarga menerima keadaan anaknya dan keluarga mau

berkerjasama dengan perawat dalam merawat klien.

6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi,

tidak diangkat karena keluraga dan klien mengetahui sebab dan

akibat yang ditimbulkan pada kejadian seperti ini.

C. Perencanaan

Perencanaan tindakan pada dasarnya dengan teori yang ada

pada perencaan. Dalam hal ini penulis tidak banyak mendapatkan

kesulitan karena dapat memprioritaskan masalah sesuai kebutuhan

dan kondisi klien. Dalam rencana asuahan keperawatan penulis

Page 6: Bab IV & v Kti Ckr Susii

menggunakan format rencana keperawatan berdasarkan diagnosa

keperawatan, tujuan, kriteria hasil. Rencana tindakan dan

rasionalisasi dari tindakan tersebut sesuai dengan tinjauan

kepustakaan, sehingga dengan jelas dapat diketahui rencana

tindakan apa saja yang akan dilakuakan.

Pada pembuatan tujuan, penulis membuat batasan waktu

sebagai tolak ukur untuk mencapai tujuan yang diharapkan sesuai

dengan keadaan klien.

Selain itu kriteria hasil yang dibuat sebagai petunjuk untuk

mengukur tercapai atau tidaknya suatu tujuan. Setelah penyusunan

kriteria hasil lalu membuat rencana tindakan.

Pada dasarnya rencanan tindakan asuhan keperawatan yang

penulis rencanakan sesuai dengan tinjauan pustaka. Penambahan

atau pengurangan rencana tindakan dari tinjauan kepustakaan yang

ada karena penulis berusaha menyesuaikan rencana tindakan

dengan kondisi klien dan penyebab masinig-masing masalah.

D. Implementasi

Dari keseluruhan rencana perawatan yang telah penulis susun

tidak seluruhnya dapat terlaksana karena pelaksanaan yang dilakukan

sesuai dengan kebutuhan klien. Dalam pelaksanaan yang dilakukan

sesuai dengan kebutuhan klien. Dalam pelaksanaan penulis

melakukan tiga tahap dalam implementasi keperawatan yaitu tindakan

Page 7: Bab IV & v Kti Ckr Susii

mandiri, tindakan kolaboratif, dan yang tidak kalah pentingnya adalah

proses pendokumentasian. Tindakan mandiri antara lain pemantauan

tanda-tanda vital khususnya suhu tubuh, pengawasan terhadap intake

dan output. Sedangkan tindakan kolaboratif antara lain melaksanakan

terapi sesuai instruksi dokter yaitu memberikan obat oral dan obat

injeksi.

E. Evaluasi

Evaluasi ini bertujuan untuk menilai hasil akhir dari keseluruhan

tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi ditulis dalam

catatan perkembangan yang berfungsi untuk mendokumentasikan

keadaan klien baik berupa keberhasilan maupun ketidak berhasilan

yang dilihat dari masalah yang ada dengan cara menanyakan,

mengamati, atau mengobservasi dan melakukan tindakan terhadap

klien.

Page 8: Bab IV & v Kti Ckr Susii

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Selama penulis melaksankan praktek keperawatan selama dua

hari mulai dari tanggal 7 agustus sampai dengan 8 agustus 2009 pada

Sdr.H dengan cedera kepala ringan di ruang St. Antonius Rumah Sakit

Dirgahayu, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengkajian, pengumpulan data yang penulis lakukan pada Sdr.H

dengan cedera kepala ringan yang meliputi biodata, riwayat

kesehatan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, program

terapi dan data fokus, secara lengkap data Sdr. H dapat dilihat

pada bab III.

2. Pada kasus Sdr.H ditemukan lima diagnosa keperawatan tiga

diagnosa aktual dan dua diagnosa resiko dimana kelima diagnosa

tersebut terdapat tiga dalam teori dan berdasarkan respon yang

ditujukan pada saat pengkajian dan dua diagnosa yang lain tidak

Page 9: Bab IV & v Kti Ckr Susii

ada dalam teori tetapi terdapat pada diagnosa pada cedera kepala

yang lain.

3. Adapun tujuan yang ingin dicapai pada perencanaan adalah

gangguan rasa nyaman nyeri berkurang sampai dengan hilang,

gangguan integritas kulit dapat teratasi sebagian,imobilisasi fisik

teratasi, resiko perluasan infeksi dapat teratasi sebagian, dan

resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi.

Penyusunan rencana ini juga disesuaikan kemampuan klien serta

saranan dan prasarana yang ada.

4. Dalam tahap pelaksanaan penulis menerapkan pengetahuan dan

keterampilan berdasarkan ilmu-ilmu keperawatan dan ilmu-ilmu

yang lain yang terkait secara terintegrasi berdasarkan rencana

yang telah dibuat sebelumnya. Dalam hal ini keluarga juga sangat

membantu dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.

5. Semua diagnosa yang diangkat dapat teratasi secara keseluruhan

dan semua tindakan dan evaluasi yang dilaksanakan telah

didokumentasi dengan lengkap baik langsung oleh penulis atau

rekan sejawat melalui proses pendelegasian.

6. Proses pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien cedera

kepala ringan pada dasarnya sama dengan pendokumentasian

semua jenis penyakit medikal bedah.

Page 10: Bab IV & v Kti Ckr Susii

B. Saran

Saran – saran yang penulis buat untuk meningkatkan perawatan

pada klien dengan cedera kepala ringan adalah sebagai berikut:

1. Untuk Perawat

a. Untuk dapat melakukan pengkajian dengan baik dan

mendapatkan data yang aktual hendaknya kita meningkatkan

kemampuan interpersonal dan mempersiapkan sarana dan

prasarana penunjang dengan baik. Hal yang harus dikaji

adalah keseluruhan aspek dan tidak hanya berfokus pada

penyakitnya saja.

b. Dalam membuat diagnosa keperawatan hendaknya tidak hanya

mengacu pada teori saja tetapi disesuaikan dengan keadaan

kondisi klien.

c. Dalam merencanakan asuhan keperawatan hendaknya klien

mengacu pada teori yang ada hubungannya dengan masalah

klien dan juga disesuaikan.

d. Dalam melaksankan tindakan keperawatan selain melibatkan

klien juga melibatkan pihak keluarga, sehingga tujuan dari

asuhan keperawatan dapat tercapai, juga perlu kerjasama

antara tim kesehatan yang terkait dalam menangani masalah

Page 11: Bab IV & v Kti Ckr Susii

klien, agar bila ingin mendelegasikan suatu rencana tindakan

tidak terjadi kekeliruan.

e. Untuk mengatasi masalah – masalah yang belum teratasi perlu

dibuat modifikasi antara rencana tindakan yang harus

disampaikan pada perawat ruangan yang melakukan perawatan

selanjutnya.

f. Saat mendokumentasikan asuhan keperawatan hendaknya

jelas dan lengkap hingga dapat dipertanggung jawabkan dan

tanggung gugatkan bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan,

juga proses pendelegasian yang baik perlu ditingkatkan lagi

dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.

2. Untuk Klien dan Keluarga

a. Menganjurkan untuk mengkomsumsi makanan yang tinggi gizi

untuk membantu proses penyembuhan.

b. Menganjurkan untuk banyak istirahat.

c. Menganjurkan klien untuk minum obat secara teratur sesui

dengan dosis yng diberikan.

d. Menganjurkan klien untuk tetap merawat kebersihan diri supaya

luka – luka yang ada di wajah cepat sembuh.

e. Menganjurkan klien untuk berhati – hati dalam mengendari

motor agar tidak terjadi lagi kejadian yang sama.

Page 12: Bab IV & v Kti Ckr Susii