askep ckr praktek

Upload: maulanaahmad

Post on 09-Oct-2015

59 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

askep ckr praktek

TRANSCRIPT

  • 5/19/2018 askep ckr praktek

    1/21

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar belakang

    Cedera kepala hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama yang

    merupakan masalah kesehatan masyarakat karena insiden dan mortilitasnya yang tinggi.

    Akibat trauma kepala bagi pasien dan keluarga sangat mempengaruhi perubahan fisik

    maupun psikologis. Untuk itu diperlukan penanganan yang serius dalam memberikan

    asuhan keperawatan. Dalam memberikan pelayanan, keperawatan sebagai subsistem

    pelayanan kesehatan bekerjasama dengan pelayanan medis yaitu dokter, guna mencapai

    tujuan bersama yaitu untuk memenuhi kebutuhan pasien, disertai dengan kolaborasi

    dengan tim kesehatan lainnya (analis, gizi, dll).

    Pentingnya laporan kasus ini dibuat karena perawat berada di dalam posisi yang

    sentral untuk memahami perubahan-perubahan baik fisilogis maupun psikologis, di mana

    pasien dengan cedera kepala rata-rata dirawat dalam perawatan akut. Disinilah dirasakan

    betapa pentingnya peran tenaga perawat harus mampu menganalisa dan mengambil

    keputusan yang tepat dalam melakukan tindakan keperawatan.

    B. Tujuan penulisan

    1.

    Tujuan Umum

    Mendapatkan gambaran tentang asuhan keperawatan pada pasien dgn gangguan

    sistem neurologi : cedera kepala.

    2.

    Tujuan Khusus

    a. Diperolehnya gambaran dan pengalaman belajar dalam memberikan asuhan

    keperawatan pada pasien dgn gangguan system neurologi: cedera kepala.

    b.

    Dapat membandingkan perbedaan gangguan system neurologi : cedera kepala

    yang tepat di dalam teori dan praktek dilapangan.

  • 5/19/2018 askep ckr praktek

    2/21

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Konsep penyakit

    1. Definisi

    Cidera kepala adalah pukulan atau benturan mendadak pada kepala dengan

    atau tanpa kehilangan kesadaran (Tucker, 1998).

    Cidera kepala (terbuka dan tertutup) terdiri dari fraktur tengkorak, commusio

    (gegar) serebri, contusio (memar) serebri, laserasi dan perdarahan serebral yaitu

    diantaranya subdural, epidural, intraserebral, dan batang otak (Doenges, 2000:270).

    Cidera kepala diklasifikasikan berdasarkan:

    1. Keadaan kulit kepala dan tulang tengkorak

    1)

    Cidera kepala terbuka

    2)Cidera kepala tertutup

    2. Cidera pada jaringan otak (secara anatomis)

    1)

    Commusio serebri (gegar otak)

    2) Edema serebri

    3) Contusio serebri (memar otak)

    4)

    Laserasi

    (Ergan, 1998:642)

    3. Adanya penetrasi durameter (secara mekanisme)

    1)

    Cidera tumpul

    a. Kecepatan tinggi (tabrakan otomobil)

    b. Kecepatan rendah (terjatuh, dipukul)

    2)

    Cidera tembus

    Luka tembus peluru dan cidera tembus lainnya

    4.

    Tingkat keparahan cidera (berdasarkan GCS)

    1)

    Cidera Kepala Ringan (CKR) GCS 13-15

    2) Cidera Kepala Sedang (CKS) GCS 9-12

    3) Cidera Kepala Berat (CKB) GCS 3-8

  • 5/19/2018 askep ckr praktek

    3/21

    GCS (Glasgow Coma Scale)

    1. Membuka mata (E)

    Spontan

    Dipanggil/diperintah Tekanan pada jari/rangsang nyeri

    Tidak berespon

    2. Respon Verbal (V)

    Orientasi baik: dapat bercakap-cakap

    Bingung, dapat bercakap tapi disorientasi

    Kata yang diucapkan tidak tepat, kacau

    Tidak dapat dimengerti, mengerang

    Tidak bersuara dengan rangsang nyeri

    3. Respon Motorik

    Mematuhi perintah

    Menunjuk lokasi nyeri

    Reaksi fleksi

    Fleksi abnormal thdp nyeri (postur dekortikasi)

    Ekstensi abnormal

    Tidak ada respon, flacid

    4

    3

    2

    2

    5

    4

    3

    2

    1

    6

    5

    4

    3

    2

    1

    5.

    Berdasarkan morfologi

    1) Fraktur tengkorak

    a. Kranium: linear/ stelatum, depresi/ non depresi, terbuka/ tertutup.

    b.

    Basis: dengan/ tanpa kebocoran cairan cerebrospinal, dengan/ tanpa

    kelumpuhan nervus VIII

    2)

    Lesi intra cranial

    a.

    Foxal: epidural, subdural, intraserebral

    b. Difus: konkusi ringan/ klasik, cidera aksonal difus.

    2. Etiologi

    Cidera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama

    pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas

    ( Mansjoer, 2000:3).

  • 5/19/2018 askep ckr praktek

    4/21

    Penyebab cidera kepala antara lain: kecelakaan lalu lintas, perkelahian,

    terjatuh, dan cidera olah raga. Cidera kepala terbuka sering disebabkan oleh peluru

    atau pisau (Corkrin, 2001:175).

    3. Patofisiologi

    Cidera kepala dapat terjadi karena benturan benda keras, cidera kulit kepala,

    tulang kepala, jaringan otak, baik terpisah maupun seluruhnya. Cidera bervariasi dari

    luka kulit yang sederhana sampai gegar otak, luka terbuka dari tengkotak, disertai

    kerusakan otak, cidera pada otak, bisa berasal dari trauma langsung maupun tidak

    langsung pada kepala. Trauma tak langsung disebabkan karena tingginya tahanan atau

    kekuatan yang merobek terkena pada kepala akibat menarik leher. Trauma langsung

    bila kepala langsung terbuka, semua itu akibat terjadinya akselerasi, deselerasi, dan

    pembentukan rongga, dilepaskannya gas merusak jaringan syaraf.

    Trauma langsung juga menyebabkan rotasi tengkorak dan isinya. Kerusakan

    itu bisa terjadi seketika atau menyusul rusaknya otak oleh kompresi, goresan, atau

    tekanan. Cidera yang terjadi waktu benturan mungkin karena memar pada permukaan

    otak, laserasi substansia alba, cidera robekan, atau hemmorarghi. Sebagai akibat,

    cidera skunder dapat terjadi sebagai kemampuan auto regulasi serebral dikurangi atau

    tidak ada pada area cidera, konsekuensinya meliputi hiperemia (peningkatan volume

    darah, peningkatan permeabilitas kapiler, serta vasodilatasi arterial, tekanan intra

    cranial) (Huddak & Gallo, 1990:226).

    Pengaruh umum cidera kepala juga bisa menyebabkan kram, adanya

    penumpukan cairan yang berlebihan pada jaringan otak, edema otak akan

    menyebabkan peningkatan tekanan intra cranial yang dapat menyebabkan herniasi

    dan penekanan pada batang otak (Price and Wilson, 1995:1010).

  • 5/19/2018 askep ckr praktek

    5/21

    Pathway

  • 5/19/2018 askep ckr praktek

    6/21

    4. Manifestasi Klinik

    Tanda dan gejala yang umum terjadi pada korban trauma kepala, yaitu:

    1)

    Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih.

    2) Gelisah.

    3) Mual dan muntah.

    4)

    Irritable.

    5) Pucat.

    6) Pusing.

    7) Hematoma.

    8) Cemas.

    9) Sukar dibangunkan

    Manifestasi klinis berdasarkan tingkatan cedera/trauma:

    1) Tingkat I

    Bila dijumpai adanya riwayat kehilangan kesadaran/pingsan yang sesaat setelah

    mengalami trauma dan kemudian sadar. Pada waktu diperiksa dalam keadaan

    sadar penuh, orientasi baik dan tidak ada deficit neurologis.

    2) Tingkat II

    Kesadaran menurun namun masih dapat mengikuti perintah yang sederhana dan

    dijumpai adanya deficit neurologis.

    3) Tingkat III

    Kesadaran sangat menurun dan tidak dapat mengikuti perintah walaupun yang

    sederhana sama sekali. Penderita masih bisa bersuara, namun susunan kata dan

    orientasinya kacau, gaduh gelisah. Respon motorik bervariasi dari keadaan yang

    mampu melokalisir rasa nyeri sampai tidak ada respon sama sekali desebrasi.

    4) Tingkat IV

    Tidak ada fungsi neurologis sama sekali.

    5. Penatalaksanaan

    1) Penatalaksanaan Keperawatan

    a. Menjamin kelancaran jalan nafas dan control vertebra cervicalis

    b. Menjaga saluran nafas tetap bersih, bebas dari secret

    c. Mempertahankan sirkulasi stabil

    d. Melakukan observasi tingkat kesadaran dan tanda tanda vital

    e.

    Menjaga intake cairan elektrolit dan nutrisi jangan sampai terjadi hiperhidrasi

    f. Menjaga kebersihan kulit untuk mencegah terjadinya decubitus

  • 5/19/2018 askep ckr praktek

    7/21

    g. Mengelola pemberian obat sesuai program

    2) Penatalaksanaan Medis

    a.

    Oksigenasi dan IVFD

    b. Terapi untuk mengurangi edema serebri (anti edema)

    Dexamethasone 10 mg untuk dosis awal, selanjutnya:

    a)

    5 mg/6 jam untuk hari I dan II

    b) 5 mg/8 jam untuk hari III

    c) 5 mg/12 jam untuk hari IV

    d) 5 mg/24 jam untuk hari V

    c. Terapi neurotropik: citicoline, piroxicam

    d. Terapi anti perdarahan bila perlu

    e.

    Terapi antibiotik untuk profilaksis

    f. Terapi antipeuretik bila demam

    g. Terapi anti konvulsi bila klien kejang

    h.

    Terapi diazepam 5-10 mg atau CPZ bila klien gelisah

    i. Intake cairan tidak boleh > 800 cc/24 jam selama 3-4 hari

    6. Komplikas

    Kemunduran pada kondisi pasien mungkin karena perluasan hematoma intrakranial,

    edema serebral progresif, dan herniasi otak

    Edema serebral dan herniasi

    Edema serebral adalah penyebab paling umum peningkatan TIK pada pasien

    yang mendapat cedera kepala, puncak pembengkakan yang terjadi kira kira 72 jam

    setelah cedera. TIK meningkat karena ketidakmampuan tengkorak untuk membesar

    meskipun peningkatan volume oleh pembengkakan otak diakibatkan trauma. Sebagai

    akibat dari edema dan peningkatan TIK, tekanan disebarkan pada jaringan otak dan

    struktur internal otak yang kaku. Bergantung pada tempat pembengkakan, perubahan

    posisi kebawah atau lateral otak (herniasi) melalui atau terhadap struktur kaku yang

    terjadi menimbulkan iskemia, infark, dan kerusakan otak irreversible, kematian.

    Defisit neurologik dan psikologik

    Pasien cedera kepala dapat mengalami paralysis saraf fokal seperti anosmia

    (tidak dapat mencium bau bauan) atau abnormalitas gerakan mata, dan defisit

    neurologik seperti afasia, defek memori, dan kejang post traumatic atau epilepsy.

    Pasien mengalami sisa penurunan psikologis organic (melawan, emosi labil) tidak

    punya malu, emosi agresif dan konsekuensi gangguan.

  • 5/19/2018 askep ckr praktek

    8/21

    Komplikasi lain secara traumatik:

    1. Infeksi sitemik (pneumonia, ISK, sepsis)

    2.

    Infeksi bedah neurologi (infeksi luka, osteomielitis, meningitis, ventikulitis, abses

    otak)

    3. Osifikasi heterotropik (nyeri tulang pada sendi sendi)

    Komplikasi lain:

    1. Peningkatan TIK

    2. Hemorarghi

    3. Kegagalan nafas

    4. Diseksi ekstrakranial

    B. Asuhan Keperawatan CKS

    1.

    Pengkajian

    Data fokus yang perlu dikaji:

    1) Riwayat kesehatan meliputi: keluhan utama, kapan cidera terjadi, penyebab

    cidera, riwayat tak sadar, amnesia, riwayat kesehatan yang lalu, dan riwayat

    kesehatan keluarga.

    2) Pemeriksaan fisik

    1.

    Keadaan umum

    2.

    Pemeriksaan persistem

    a) Sistem persepsi dan sensori (pemeriksaan panca indera: penglihatan,

    pendengaran, penciuman, pengecap, dan perasa)

    b) Sistem persarafan (tingkat kesadaran/ nilai GCS, reflek bicara, pupil,

    orientasi waktu dan tempat)

    c)

    Sistem pernafasan (nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan kepatenan

    jalan nafas)

    d)

    Sistem kardiovaskuler (nilai TD, nadi dan irama, kualitas, dan frekuensi)

    e)

    Sistem gastrointestinal (nilai kemampuan menelan, nafsu makan/ minum,

    peristaltik, eliminasi)

    f) Sistem integumen ( nilai warna, turgor, tekstur dari kulit, luka/ lesi)

    g) Sistem reproduksi

    h) Sistem perkemihan (nilai frekuensi b.a.k, volume b.a.k)

    3.Pola fungsi kesehatan

    1)

    Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan (termasuk adakah kebiasaan

    merokok, minum alcohol, dan penggunaan obat obatan)

  • 5/19/2018 askep ckr praktek

    9/21

    2) Pola aktivitas dan latihan (adakah keluhan lemas, pusing, kelelahan, dan

    kelemahan otot)

    3)

    Pola nutrisi dan metabolisme (adakah keluhan mual, muntah)

    4) Pola eliminasi

    5) Pola tidur dan istirahat

    6)

    Pola kognitif dan perceptual

    7) Persepsi diri dan konsep diri

    8) Pola toleransi dan koping stress

    9) Pola seksual dan reproduktif

    10) Pola hubungan dan peran

    11) Pola nilai dan keyakinan

    2.

    Diagnosa Keperawatan

    Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan cidera kepala adalah

    sebagai berikut:

    1)

    Perfusi jaringan tidak efektif (spesifik serebral) berhubungan dengan aliran arteri

    dan atau vena terputus.

    2) Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik.

    3)

    Hipertermi berhubungan dengan trauma (cidera jaringan otak, kerusakan batang

    otak)

    4) Pola nafas tak efektif berhubungan dengan hipoventilasi

    5)

    Kerusakan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kemampuan kognitif,

    afektif, dan motorik)

    6) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kemampuan kognitif,

    motorik, dan afektif.

    7) Defisit perawatan diri: makan/ mandi, toileting berhubungan dengan kelemahan

    fisik dan nyeri.

    8)

    Kurang pengetahuan berhubungan dengan penurunan kemampuan kognitif,

    motorik, dan afektif.

    9) Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran.

    10)Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan status hipermetabolik.

    11)Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma/ laserasi kulit kepala

    12)Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

    berhubungan dengan mual, muntah.

  • 5/19/2018 askep ckr praktek

    10/21

    13)PK: peningkatan TIK dengan proses desak ruang akibat penumpukan cairan/

    darah di dalam otak.

    3. Rencana Perawatan

    NoDiagnosa

    KeperawatanTujuan dan kriteria hasil Intervensi

    Perfusi jaringan tak

    efektif (spesifik sere-

    bral) b.d aliran arteri

    dan atau vena

    terputus, dengan

    batasan karak-

    teristik:

    1.

    Perubahan respon

    motorik

    2. Perubahan status

    mental

    3. Perubahan respon

    pupil

    4.

    Amnesia

    retrograde (gang-

    guan memori)

    NOC:

    1. Status sirkulasi,

    2.

    Perfusi jaringan

    serebral

    Setelah dilakukan tindakan

    keperawatan selama .x 24

    jam, klien mampu men-capai

    :

    1. Status sirkulasi dengan

    indikator:

    2.

    Tekanan darah sis-tolik

    dan diastolik dalam

    rentang yang diharapkan

    3.

    Tidak ada ortostatik

    hipotensi

    4. Tidak ada tanda tan-da

    PTIK

    5. Perfusi jaringan serebral,

    dengan indicator :

    a)

    Klien mampu

    berko-munikasi

    dengan je-las dan

    sesuai ke-

    mampuan

    b) Klien

    menunjukkan

    perhatian,

    Monitor Tekanan Intra Kranial

    1. Catat perubahan respon klien

    terhadap stimu-lus /

    rangsangan

    2.

    Monitor TIK klien dan

    respon neurologis terhadap

    aktivitas

    3.

    Monitor intake dan output

    4. Pasang restrain, jika perlu

    5. Monitor suhu dan angka

    leukosit

    6. Kaji adanya kaku kuduk

    7. Kelola pemberian antibiotic

    8.

    Berikan posisi dengan kepala

    elevasi 30-40O dengan leher

    dalam posisi netral

    9.

    Minimalkan stimulus dari

    lingkungan

    10. Beri jarak antar tindakan

    keperawatan untuk

    meminimalkan peningkatan

    TIK

    11.

    Kelola obat obat untuk

    mempertahankan TIK dalam

    batas spesifik

    Monitoring Neurologis (2620)

    1.

    Monitor ukuran,

  • 5/19/2018 askep ckr praktek

    11/21

    konsen-trasi, dan

    orientasi

    c) Klien mampu

    mem-prosesinformasi

    d) Klien mampu

    mem-buat

    keputusan de-

    ngan benar

    e) Tingkat

    kesadaran klien

    membaik

    kesimetrisan, reaksi dan

    bentuk pupil

    2. Monitor tingkat kesadaran

    klien3. Monitor tanda-tanda vital

    4. Monitor keluhan nyeri

    kepala, mual, dan muntah

    5.

    Monitor respon klien

    terhadap pengobatan

    6. Hindari aktivitas jika TIK

    meningkat

    7. Observasi kondisi fisik klien

    Terapi Oksigen (3320)

    1. Bersihkan jalan nafas dari

    secret

    2.

    Pertahankan jalan nafas tetap

    efektif

    3. Berikan oksigen sesuai

    instruksi

    4. Monitor aliran oksigen,

    kanul oksigen, dan

    humidifier

    5. Beri penjelasan kepada klien

    tentang pentingnya

    pemberian oksigen

    6.

    Observasi tanda-tanda

    hipoventilasi

    7.

    Monitor respon klien

    terhadap pemberian oksigen

    8. Anjurkan klien untuk tetap

    memakai oksigen selama

    aktivitas dan tidur

  • 5/19/2018 askep ckr praktek

    12/21

    2 Nyeri akut b.d

    dengan agen injuri

    fisik, dengan batasan

    karakteristik:1. Laporan nyeri

    ke-pala secara

    verbal atau

    non verbal

    2. Respon

    autonom

    (perubahan

    vital sign,

    dilatasi pupil)

    3. Tingkah laku

    eks-presif

    (gelisah, me-

    nangis,

    merintih)

    4.

    Fakta dari

    observasi

    5. Gangguan

    tidur (mata

    sayu, menye-

    ringai, dll)

    NOC:

    1. Nyeri terkontrol

    2. Tingkat Nyeri

    3.

    Tingkat kenyamananSetelah dilakukan asuhan

    keperawatan selama . x 24

    jam, klien dapat :

    1.

    Mengontrol nyeri, de-

    ngan indikator:

    a)Mengenal faktor-

    faktor penyebab

    b)Mengenal onset nyeri

    c)

    Tindakan pertolong-

    an non farmakologi

    d)Menggunakan anal-

    getik

    e)Melaporkan gejala-

    gejala nyeri kepada

    tim kesehatan.

    f)Nyeri terkontrol

    2. Menunjukkan tingkat

    nyeri, dengan

    indikator:

    a. Melaporkan nyeri

    b.

    Frekuensi nyeri

    c.

    Lamanya episode

    nyeri

    d.

    Ekspresi nyeri; wa-

    jah

    e. Perubahan respirasi

    rate

    f. Perubahan tekanan

    darah

    Manajemen nyeri (1400)

    1. Kaji keluhan nyeri lokasi,

    karakteristik onset/durasi

    frekuensi kualitas danberatnya nyeri.

    2. Observasi respon

    ketidaknyamanan secara

    verbal dan non verbal.

    3. Pastikan klien menerima

    perawatan analgetik dg tepat.

    4. Gunakan strategi komunikasi

    yang efektif untuk

    mengetahui respon

    penerimaan klien terhadap

    nyeri.

    5.

    Evaluasi keefektifan

    penggunaan kontrol nyeri

    6. Monitoring perubahan nyeri

    baik aktual maupun

    potensial.

    7. Sediakan lingkungan yang

    nyaman.

    8. Kurangi faktor-faktor yang

    dapat menambah ungkapan

    nyeri.

    9.

    Ajarkan penggunaan tehnik

    relaksasi sebelum atau

    sesudah nyeri berlangsung.

    10. Kolaborasi dengan tim

    kesehatan lain untuk memilih

    tindakan selain obat untuk

    meringankan nyeri.

    11.

    Tingkatkan istirahat yang

  • 5/19/2018 askep ckr praktek

    13/21

    g.Kehilangan nafsu

    makan

    3. Tingkat kenyamanan,

    dengan indicator :a) Klien melaporkan

    kebutuhan tidur

    dan istirahat

    tercukupi

    adekuat untuk meringankan

    nyeri.

    Manajemen pengobatan (2380)

    1.

    Tentukan obat yangdibutuhkan klien dan cara

    mengelola sesuai dengan

    anjuran/ dosis.

    2.

    Monitor efek teraupetik dari

    pengobatan.

    3. Monitor tanda, gejala dan

    efek samping obat.

    4. Monitor interaksi obat.

    5.

    Ajarkan pada klien / keluarga

    cara mengatasi efek samping

    pengobatan.

    6.

    Jelaskan manfaat pengobatan

    yg dapat mempengaruhi gaya

    hidup klien.

    Pengelolaan analgetik(2210)

    1. Periksa perintah medis

    tentang obat, dosis &

    frekuensi obat analgetik.

    2. Periksa riwayat alergi klien.

    3. Pilih obat berdasarkan tipe

    dan beratnya nyeri.

    4.

    Pilih cara pemberian IV atau

    IM untuk pengobatan, jika

    mungkin.

    5. Monitor vital sign sebelum

    dan sesudah pemberian

    analgetik.

    6. Kelola jadwal pemberian

    analgetik yang sesuai.

  • 5/19/2018 askep ckr praktek

    14/21

    7. Evaluasi efektifitas dosis

    analgetik, observasi tanda

    dan gejala efek samping,

    misal depresi pernafasan,mual dan muntah, mulut

    kering, & konstipasi.

    8. Kolaborasi dgn dokter untuk

    obat, dosis & cara pemberian

    yg diindikasikan.

    9. Tentukan lokasi nyeri,

    karakteristik, kualitas, dan

    keparahan sebelum

    pengobatan.

    10. Berikan obat dengan prinsip

    5 benar

    11.

    Dokumentasikan respon dari

    analgetik dan efek yang tidak

    diinginkan

    3 Defisit self care b.d

    de-ngan kelelahan,

    nyeri

    NOC:

    Perawatan diri :

    (mandi, Makan Toiletting,

    berpakaian)

    Setelah diberi motivasi

    perawatan selama .x24

    jam, ps mengerti cara

    memenuhi ADL secara

    bertahap sesuai kemam-puan,

    dengan kriteria :

    1.

    Mengerti secara seder-

    hana cara mandi,

    makan, toileting, dan

    berpakaian serta mau

    mencoba se-cara aman

    NIC:Membantu perawatan diri

    klien Mandi dan toileting

    Aktifitas:

    1. Tempatkan alat-alat mandi di

    tempat yang mudah dikenali

    dan mudah dijangkau klien

    2. Libatkan klien dan damping

    3.

    Berikan bantuan selama klien

    masih mampu mengerjakan

    sendiri

    NIC: ADL Berpakaian

    Aktifitas:

    1.

    Informasikan pada klien

    dalam memilih pakaian

  • 5/19/2018 askep ckr praktek

    15/21

    tanpa cemas

    2. Klien mau

    berpartisipasi dengan

    senang hati tanpakeluhan dalam

    memenuhi ADL

    selama perawatan

    2. Sediakan pakaian di tempat

    yang mudah dijangkau

    3.

    Bantu berpakaian yangsesuai

    4. Jaga privcy klien

    5. Berikan pakaian pribadi yg

    digemari dan sesuai

    NIC: ADL Makan

    1. Anjurkan duduk dan berdoa

    bersama teman

    2. Dampingi saat makan

    3.

    Bantu jika klien belum

    mampu dan beri contoh

    4. Beri rasa nyaman saat makan

    4 PK: peningkatan

    tekan-an intrakranial

    b.d pro-ses desak

    ruang akibat

    penumpukan cairan /

    darah di dalam otak

    (Carpenito, 1999)

    Batasan

    karakteristik :

    1. Penurunan

    kesadar-an

    (gelisah,

    disori-entasi)

    2.

    Perubahan

    motorik dan

    persepsi

    sensasi

    3.

    Perubahan

    Setelah dilakukan tindakan

    keperawatan selama ....x 24

    jam dapat mencegah atau

    meminimalkan komplikasi

    dari peningkatan TIK, dengan

    kriteria :

    1. Kesadaran stabil

    (orien-asi baik)

    2. Pupil isokor, diameter

    1mm

    3.

    Reflek baik

    4. Tidak mual

    5. Tidak muntah

    1. Pantau tanda dan gejala

    peningkatan TIK

    a)Kaji respon membuka

    mata, respon motorik, dan

    verbal, (GCS)

    b)Kaji perubahan tanda-

    tanda vital

    c)

    Kaji respon pupil

    d)Catat gejala dan tanda-

    tanda: muntah, sakit

    kepala, lethargi, gelisah,

    nafas keras, gerakan tak

    bertujuan, perubahan

    mental

    2. Tinggikan kepala 30-40Ojika

    tidak ada kontra indikasi

    3.

    Hindarkan situasi atau

    manuver sebagai berikut:

  • 5/19/2018 askep ckr praktek

    16/21

    tanda vi-tal

    (TD

    meningkat,

    nadi kuat danlambat)

    4. Pupil

    melebar, re-

    flek pupil

    menurun

    5. Muntah

    6. Klien

    mengeluh

    mual

    7. Klien

    mengeluh

    pandangan

    kabur dan

    diplopia

    a)Masase karotis

    b)Fleksi dan rotasi leher

    berlebihan

    c)

    Stimulasi anal dengan jari,menahan nafas, dan

    mengejan

    d)Perubahan posisi yang

    cepat

    e) Ajarkan klien untuk

    ekspirasi selama

    perubahan posisi

    4. Konsul dengan dokter untuk

    pemberian pe-lunak faeces,

    jika perlu

    5. Pertahankan lingkungan yang

    tenang

    6. Hindarkan pelaksanaan urutan

    aktivitas yang dapat

    meningkatkan TIK (misal:

    batuk, penghisapan,

    pengubahan posisi, meman-

    dikan)

    7. Batasi waktu penghisapan

    pada tiap waktu hingga 10

    detik

    8.

    Hiperoksigenasi dan

    hiperventilasi klien se-belum

    dan sesudah penghisapan

    9. Konsultasi dengan dokter

    tentang pemberian lidokain

    profilaktik sebelum

    penghisapan

    10.

    Pertahankan ventilasi optimal

  • 5/19/2018 askep ckr praktek

    17/21

    melalui posisi yang sesuai dan

    penghisapan yang teratur

    11. Jika diindikasikan, lakukan

    protokol atau kolaborasidengan dokter untuk terapi

    obat yang mungkin termasuk

    sebagai berikut:

    a)

    Sedasi, barbiturat

    (menurunkan laju meta-

    bolisme serebral)

    b)Antikonvulsan (mencegah

    kejang)

    c)

    Diuretik osmotik

    (menurunkan edema

    serebral)

    d)

    Diuretik non osmotik

    (mengurangi edema

    serebral)

    e)

    Steroid (menurunkan

    permeabilitas kapiler,

    membatasi edema serebral)

    f)

    Pantau status hidrasi,

    evaluasi cairan masuk dan

    keluar)

  • 5/19/2018 askep ckr praktek

    18/21

    BAB III

    PENUTUP

    A. KESIMPULAN

    Dari hasil penulisan laporan kasus ini, maka penulis dapat membuat kesimpulan seperti

    dibawah ini :

    1. Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi substansi otak dengan

    atau tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak.

    2.

    Penyebab yang sering ditemukan dari CKR adalah Sebagian besar disebabkan oleh

    kecelakaan lalu lintas, perkelahian, jatuh dan cedera oleh raga dan Cedera kepala

    terbuka sering disebabkan akibat benda tajam dan tembakan sehingga dapat

    menyebabkan fraktur tulang dan laserasi dura mater.

    3. Adapun tanda dan gejala penyakit CKR atau Cidera Kepala Ringan yang di alami Nn.

    G adalah : Pasien mengatakan, saya semalam pusing dan bagian telinga kanan saya

    sakit bila ditekan, karena terbentur waktu jatuh dari motor, semalam saya ada muntah

    1 kali dan nafsu makan saya berkurang dari biasanya, badan saya terasa lemah dansaya malas mau beraktivitas / bergerak. Pasien tampak memegang kepalanya, Pasien

    tampak meringis kesakitan, Kepala pasien tampak diverban, Pasien tampak lemah,

    Pasien tampak berbaring ditempat tidur, Pasien makan menghabiskan porsi makan

    yang disediakan, BB 40 Kg, Infus RL drif Ketopain 1 amp dan Cedantron 1 amp 20

    tts/mnt, Observasi TTV : S : 370C , : 84 x/mt , P : 20 x/mt, TD : 130 / 80 mmHg

    4. Dari pengkajian yang dilakukan dari tanggal 10 April 2008, maka penulis dapat

    membuat Diagnosa keperawatan :

    1. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan

    edema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial.

    2.

    Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

    dengan muntah dan anorexia.

    3. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik

    5.

    Selama tiga hari penulis melakukan pengkajian dan menerapkan asuhan keperawatan

    maka hasil evaluasi penulis dapat menyimpulkan masalah yang dialami Nn. G adalah

    Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan edema

  • 5/19/2018 askep ckr praktek

    19/21

    serebral dan peningkatan tekanan intrakranial belum teratasi setelah dilakukan evaluasi

    tanggal 12 April 2008, Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang

    berhubungan dengan muntah dan anorexia dan Intoleransi aktivitas yang berhubungan

    dengan kelemahan fisik teratasi setelah dilakukan evaluasi tanggal 11 April 2008.

    B. SARAN

    Adapun saran yang dapat penulis berikan adalah :

    1. Diharapkan pada keluarga Nn. G untuk memperhatikan kesehatannya, terutama

    teratur minum obat dan melakukakan tindakan-tindakan pencegahan.

    2. Hal-hal yang harus dilakukan oleh Nn. G ialah jangan bekerja yang terlalu berat,

    lebih banyak istrahat.

  • 5/19/2018 askep ckr praktek

    20/21

    DAFTAR PUSTAKA

    Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume II. Edisi 8.

    Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

    Carpenito, L.J. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan dan Masalah

    Kolaborasi. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

    Doenges, M.E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku

    Kedokteran EGC.

    Hudak dan Gallo. 1996. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Volume II. Edisi 6.

    Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

    Marion Johnson, dkk. 2000.Nursing Outcomes Classification (NOC) SecondEdition. Mosby.

    Mc. Closkey dan Buleccheck. 2000. Nursing Interventions Classification (NIC) Second

    Edition. Mosby.

    NANDA. 2005. Nursing Diagnosis: Definition and Classification. Philadelphia: North

    American Nursing Diagnosis Association.

  • 5/19/2018 askep ckr praktek

    21/21

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN CKR

    DI RUNAG TOPAZ RS KEN SARAS

    UNGARAN

    DISUSUN OLEH:

    SINTA ANGGARIYANTI

    (010213a007)

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN

    2014