bab i-v kti hidrosefalus br

121
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penulisan Sehat adalah sebuah investasi, asset, dan harta yang paling berharga setiap individu. Health is not everything but, without health everything menjadi sebuah penyempurna jika sehat merupakan starting point untuk pembangunan. Menurut, WHO, sehat bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit melainkan juga keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun s Sebuah definisi yang sangat merefleksikan betapa kesehatan sebagai sesuat bersifat kompleks. Sebagai sebuah investasi, asset, maupun harta, kesehat strategis perannya dalam menentukan pembangunansuatu Negara. Kelompok individu yang dinamakan penduduk sebagai salah satu unsur dari berdirinya Negara, mempunyai suatu hak akan kesehatan (UUD 1945 pasal 28 H ayat 1 d pasal 34 ayat 3) sehingga pembangunan negaranya dapat berjalan dengan bai Kanker adalah pertumbuhan selabnormalyang cenderung menyaring jaringan disekitarnya dan menyebar keorgan tubuh lain yang letaknya jauh. terjadi karena profilerasi sel tak terkontrol yang terjadi tanpa batas da bagi penjamu. (Corwin, Elisaberth J.2009) Kanker esophagus adalah lesi ganas dari epitel esophagus. Ka ini terjadi di esofgus – pipa yang memanjang dari tenggorokan ke perut. Esoph merupakan suatu organ silindris berongga dengan panjang sekitar 2 berdiameter 2 cm, yang terbentang darihipofaring hinggakardia lambung. Esofagus membawa makanan yang kita telan ke dalam pencernaan untuk dicern (Prace A. Grace, Neil R. Borley. 2006). Kanker esophagus adalah salah satu tumor dengan tingkat keganasan ti prognosisnya buruk, walaupun sudah dilakukan diagnosis dini dan penatalak Kanker esophagus juga merupakan salah satu kanker dengan tingkat kesembuh terendah, dengan 5 year survival rata-rata kira-kira 10%, surviva

Upload: an-nisa-tanjung

Post on 21-Jul-2015

876 views

Category:

Documents


22 download

TRANSCRIPT

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Penulisan Sehat adalah sebuah investasi, asset, dan harta yang paling berharga bagi

setiap individu. Health is not everything but, without health everything is nothing, menjadi sebuah penyempurna jika sehat merupakan starting point untuk pembangunan. Menurut, WHO, sehat bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit melainkan juga keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial. Sebuah definisi yang sangat merefleksikan betapa kesehatan sebagai sesuatu yang bersifat kompleks. Sebagai sebuah investasi, asset, maupun harta, kesehatan sangat strategis perannya dalam menentukan pembangunan suatu Negara. Kelompok individu yang dinamakan penduduk sebagai salah satu unsur dari berdirinya Negara, mempunyai suatu hak akan kesehatan (UUD 1945 pasal 28 H ayat 1 dan pasal 34 ayat 3) sehingga pembangunan negaranya dapat berjalan dengan baik. Kanker adalah pertumbuhan sel abnormal yang cenderung menyaring jaringan disekitarnya dan menyebar keorgan tubuh lain yang letaknya jauh. Kanker terjadi karena profilerasi sel tak terkontrol yang terjadi tanpa batas dan tanpa tujuan bagi penjamu. (Corwin, Elisaberth J.2009) Kanker esophagus adalah lesi ganas dari epitel esophagus. Kanker ini

terjadi di esofgus pipa yang memanjang dari tenggorokan ke perut. Esophagus merupakan suatu organ silindris berongga dengan panjang sekitar 25 cm dan berdiameter 2 cm, yang terbentang dari hipofaring hingga kardia lambung. Esofagus membawa makanan yang kita telan ke dalam pencernaan untuk dicerna. (Prace A. Grace, Neil R. Borley. 2006). Kanker esophagus adalah salah satu tumor dengan tingkat keganasan tinggi, prognosisnya buruk, walaupun sudah dilakukan diagnosis dini dan penatalaksanaan. Kanker esophagus juga merupakan salah satu kanker dengan tingkat kesembuhan terendah, dengan 5 year survival rata-rata kira-kira 10%, survival ini terburuk

2

setelah kanker hepatobilier dan kanker pancreas. Kanker esophagus adalah salah satu diantara 10 kanker tersering dan kanker ke-6 yang menyebabkan kematian.kanker ini merupakan keganasan ke-3 pada gasterkolerektal dan kanker hepatoseluler. Kanker esophagus menunjukkan gambaran epidemiologi yang unik yang berbeda dengan keganasan lain. kanker esophagus memiliki variasi angka kejadian secara geografis berkisar dari 3 per 100.000 penduduk di Negara Barat sampai 140 kejadian per 100.000 penduduk di Asia Tengah. (Suratun, SKM, M.Kep, Lusianah, SKp, M.Kep.2010) Kira-kira 15 % kanker esophagus terdapat pada sepertiga bagian atas, 50 % terjadi pada sepertiga bagian tengah, dan 35 % ditemukan pada sepertiga bagian bawah esophagus. Hampir 95 % kanker esophagus merupakan karsinoma yang berasal dari epitel berlapis gepeng (squamous cell carcinoma) yang melapisi lumen esophagus. Adenokarsinoma yang ditemukan dengan frekuensi lebih jarang, berasal dari epitel toraks pada esophagus bagian distal. (Aru W. Sudoyo, dkk, 2009) Iritasi kronis dipertimbangkan beresiko tinggi menyebabkan kanker esophagus. Di Amerika Serikat, kanker esophagus telah dihubungkan dengan salah cerna alcohol dan penggunaan tembakau. Di Negara lain kanker esophagus telah dihubungkan dengan penggunaan pipa opium, konsumsi minuman panas berlebihan, dan defisiensi nutrisi khususnya kurang buah dan sayuran. Buah dan sayuran dianggap dapat meningkatkan perbaikan jaringan yang teriritasi. Prognosis klien dengan kanker esophagus adalah buruk, dengan angka bertahan hidup dalam lima tahun hanya sekitar 9 %. Harapan yang tidak menguntungkan ini dihubungkan dengan keadaan alamiah dari penyakit ini, karena penyakit tumbuh dengan cepat, bermetastase dengan sangat cepat dan merupakan penyakit tahap lanjut saat didiagnosis. (Suratun, SKM, M.Kep, Lusianah, SKp, M.Kep.2010)

Di Amerika Serikat, kanker esophagus relative jarang dijumpai akan tetapi merupakan kondisi maligna yang sangat letal. Pada tahun 1993 dari 11.300 kasus kanker esophagus kematian terjadi pada 10.200 pasien. Diseluruh dunia insidensi kanker esophagus dilaporkan berbeda-beda. Penyakit ini sering ditemukan didaerah

3

yang dikenal dengan julukan Asian Esophageal Cancer Belt yang terbentang dari tepi selatan laut Kaspi disebelah barat sampai ke utara Cina meliputi Iran, Asia Tengah, Afganistan, Siberia dan Mongolia. Dilaporkan di China insiden karsinoma esofagus 19,6/100.000 pada laki-laki dan 9,8/100.000 pada wanita, bahkan pada propinsi Hunan, Shanxi dan Hebey insiden mencapai 100/100.000 penduduk. Sedang Di Amerika dilaporkan insiden 6/100.000 pada laki-laki dan 1.6/100.000 pada wanita. Selain itu kanker esophagus banyak terdapat di Finlandia, Islandia, Afrika Tenggara, dan Perancis Barat Laut. Di Amerika Utara dan Eropa Barat, penyakit ini lebih sering tedapat pada laki-laki kulit hitam berusia lebih dari 50 tahun dengan status sosio-ekonomi rendah. (Aru W. Sudoyo, dkk, 2009) Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan chepalon yang berarti kepala. Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal secara aktif yang menyebabkan dilatasi system ventrikel otak dimana terjadi akumulasi cairan yang berlebihan pada satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid. Kita mengenal Hydrocephalus sebagai suatu kelainan yang biasanya terjadi pada bayi, dan ditandai dengan membesarnya kepala melebihi ukuran normal. Dalam keadaan normal, tubuh memproduksi cairan otak (Cairan Serebro Spinal = CSS) dalam jumlah tertentu, untuk kemudian didistribusikan dalam ruang-ruang ventrikel otak, sampai akhirnya diserap kembali. 1 Dalam keadaan dimana terdapat

ketidakseimbangan antara produksi dan penyerapan kembali, terjadi penumpukan cairan otak di ventrikel. Kondisi inilah yang dalam istilah medis dikenal sebagai hydrocephalus. Meskipun banyak ditemukan pada bayi dan anak, sebenarnya hydrocephalus juga bisa terjadi pada dewasa. Hanya saja, pada bayi gejala klinisnya tampak lebih jelas, sehingga lebih mudah dideteksi dan didiagnosis. Hal ini dikarenakan pada bayi ubun-ubunnya masih terbuka, sehingga adanya penumpukan cairan otak dapat dikompensasi dengan melebarnya tulang-tulang tengkorak.

4

Terlihat pembesaran diameter kepala yang makin lama makin membesar seiring bertambahnya tumpukan CSS. Sedangkan pada orang dewasa, tulang tengkorak tidak lagi mampu melebar. Akibatnya berapapun banyaknya CSS yang tertumpuk, takkan mampu menambah besar diameter kepala. Hidrosefalus bukan merupakan penyakit yang spesifik; agaknya,

hidrosefalus ini menggambarkan kelompok keadaan yang beragram yang merupakan akibat dari terganggunya sirkulasi dan absorpsi CSS atau, pada keadaan yang jarang, akibat dari meningkatnya produksi oleh papilloma pleksus koroid. ( Behrman, Kliegman, Arvin, 2000 ). Hidrosefalus merupakan penimbunan cairan serebrospinalis dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar. Jumlah cairan bisa mencapai 1,5 liter bahkan ada sampai 5 liter, sehingga tekanan intrakranial sangat tinggi. Hidrosefalus sering di jumpai sebagai kelainan konginetal namun bisa pula oleh sebab postnatal. Angka kejadian hidrosefalus kira-kira 30 % yang di temui sejak lahir, dan 50% pada 3 bulan pertama. Frekuensi hidrosefalus ini utero 2:2000 bayi, dan kira-kira 12% dari semua kelainan konginetal. Hidrosefalus sering menyebabkan distosia persalinan. Dan setelah lahir dan tetap hidup akan menjadi masalah pediatri dan sosial. Pasien hidrosefalus merupakan pasien yang sangat menderita dan memerlukan perawatan khusus dan benar karena ada kerusakan saraf yang menimbulkan kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran sampai pada gangguan pusat vital dan resiko terjadi dekubitus. Di Amerika Serikat insidens hidrosefalus congenital adalah 1 dari 1000 kelahiran dimana insiden hydrosefalus dapatan tidak diketahui secara pasti.

5

Internasional insiden dari hidrosefalus dapatan tidak diketahui. Sekitar 100.000 pemasangan shunting dilakukan setiap tahun pada Negara-negara berkembang tetapi sedikit infromasi yang tersedia untuk negara lainnya. Hidrosefalus adalah salah satu dari kelainan tersering yang menimpa lebih dari 10.000 bayi setiap tahun, dan lebih dari 50% kasus hidrosefalus adalah hidrosefalus congenital. Angka kejadian hidrosefalus di dunia cukup tinggi, di Netherland 650 kasus pertahun, di Amerika dilaporkan kasus hidrosefalus sekitar 2 permil. Sedangkan di Indonesia belum ada laporan keseluruhan hanya ada laporan dari Bali yaitu dari tahun 19922005 dilaporkan sekitar 812 kasus selama 14 tahun, kira-kira 10 permil (Maliawan., 2005). Menurut penelitian WHO untuk wilayah ASEAN jumlah penderita Hidrosefalus di beberapa negara adalah sebagai berikut, di Singapura pada anak 0-9 th : 0,5%, Malaysia : anak 5-12 th 15%, India anak 2-4 th 4%, di Indonesia berdasarkan penelitian dari Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia terdapat 3%. Berdasarkan Medical Record RSUP Haji Adam Malik Medan, pada tahun 2010 jumlah pasien penderita hidrosefalus berjumlah 15 orang. Lalu pada tahun 2011 dari bulan januari sampai bulan mei jumlah pasien penderita hidrosefalus adalah 10 orang. Dalam hal ini penulis mengamati suatu pengamatan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Medan. Guna mencapai tujuan kesehatan, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul Asuhan Keperawatan Pada An. D Dengan Gangguan

6

Sistem Neurologi; Hidrosefalus Di Ruang Rindu A-4 Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2011 1.2.Tujuan Penulisan 1.2.1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk memberi gambaran secara nyata tentang Asuhan Keperawatan Pada Tn. K Dengan Gangguan Sistem Pencernaan ; Karsinoma Esofagus Di Ruang Rindu B 2A Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2012. 1.2.2. Tujuan Khusus1. Dapat melakukan pengkajian keperawatan Pada Tn. K Dengan Gangguan

Sistem Pencernaan ; Karsinoma Esofagus Di Ruang Rindu B 2A Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2012.2. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan Pada Tn. K Dengan Gangguan

Sistem Pencernaan ; Karsinoma Esofagus Di Ruang Rindu B 2A Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2012.3. Dapat menyusun perncanaan keperawatan Pada Tn. K Dengan Gangguan

Sistem Pencernaan ; Karsinoma Esofagus Di Ruang Rindu B 2A Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2012.4. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan Pada Tn. K Dengan Gangguan

Sistem Pencernaan ; Karsinoma Esofagus Di Ruang Rindu B 2A Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2012.5. Dapat membuat evaluasi hasil Asuhan Keperawatan Pada Tn. K Dengan

Gangguan Sistem Pencernaan ; Karsinoma Esofagus Di Ruang Rindu B 2A Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2012.

7

1.3.Ruang Lingkup Penulisan Dalam karya tulis ilmiah ini, penulis hanya membatasi permasalahan pada satu kasus saja, yaitu Asuhan Keperawatan Pada Tn. K Dengan Gangguan Sistem Pencernaan ; Karsinoma Esofagus Di Ruang Rindu B 2A Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2012 yang dimulai pada tanggal 29 Mei 31 Mei 2012. 1.4.Metode Penulisan Metode yang digunakan pada penulisan karya tulis ilmiah ini adalah metode deskriptif, yaitu metode ilmiah yang menggambarkan secara nyata tentang Asuhan Keperawatan Pada Tn. K Dengan Gangguan Sistem Pencernaan ; Karsinoma Esofagus Di Ruang Rindu B 2A Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2012 melalui pendekatan: 1. Studi kasus

Yaitu dengan merawat langsung klien Karsinoma Esofagus dengan pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik. 2. Studi kepustakaan

Yaitu dengan mempelajari buku buku tentang Karsinoma Esofagus yang berhubungan dengan karya tulis ilmiah ini. 3. Studi dokumentasi

Dengan mempelajari status dan hasil pemeriksaan serta tindakan yang dilakukan pada klien Karsinoma Esofagus. 4. Teknik wawancara

8

Teknik ini untuk memperoleh data dengan wawancara langsung pada klien dan keluarga atau orang lain yang berhubungan dengan masalah penderita untuk mendapatkan data subjektif. 1.5. Manfaat Penulisan 1.Rumah sakit Agar Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan mampu meningkatkan derajat kesehatan dan keperawatan secara optimal pada klien dengan Karsinoma Esofagus. 2.Institusi Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa/i Akademi Keperawataan Helvetia Medan dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Karsinoma Esofagus. 3.Klien Untuk menambah pengetahuan bagi klien dan keluarga dalam melakukan perawatan klien dengan Karsinoma Esofagus setelah keluar dari rumah sakit.

BAB II

9

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Tinjauan Medis 2.1.1. Defenisi Hidrosefalus adalah keadaan patologis otak yang mengakibatkan

bertambahnya cairan serebrospinalis dikarenakan adanya tekanan intracranial yang meningkat. Hal ini menyebabkan terjadinya pelebaran berbagai ruang tempat mengalirnya liquor. (Vivian Nanny Lia Dewi. 2010 ) Hidrosefalus adalah jenis penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak ( CSS ). Penyakit ini juga dapat ditandai dengan dilatasi ventrikel serebral, biasanya terjadi secara sekunder terhadap obstruksi jalur CSS, dan disertai oleh penimbunan CSS di dalam cranium; secara tipikal, ditandai dengan pembesaran kepala, menonjolnya dahi, atrofi otak, deteriorasi mental dan kejang kejang. (Sudarti, M.Kes, Endang khoirunnisa, SST. Keb. 2010 ) Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan

bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel. Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan serebrospinal. (Wafi Nur Muslihatun. 2010 ) Hidrosefalus adalah keadaan patologis otak yang mengakibatkan

bertambahnya cairan serebrospinalis ( CSS ) dengan atau pernah dengan tekanan intracranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS. Harus dibedakan dengan pengumpulan cairan local tanpa 8

10

tekanan intracranial yang meninggi seperti pada kista porensefali atau pelebaran ruangan CSS akibat tertimbunnya CSS yang menempati ruangan sesudah terjadinya atrofi otak. ( Ngastiyah. 2005 ). Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal secara aktif yang menyebabkan dilatasi system ventrikel otak. ( R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong. 2004 ). Hidrosefalus merupakan obstruksi pada sirkulasi cairan serebrospinal yang menyebabkan penumpukan cairan disekeliling otak air pada otak . Hidrosefalus dapat bersifat konginital yang sering disertai spina bifida, dan akuisitas yang terjadi setelah infeksi, trauma atau tumor. Terapi biasanya didasarkan pada pengalihan cairan yang berlebihan itu kembali ke dalam sirkulasi lewat berbagai tipe pirau. ( Christine Brooker. 2001 ). Hidrosefalus adalah penimbunan cairan serebrospinalis dalam ventrikel otak sehingga kepala menjadi lebih besar dan terjadi pelebaran sutura dan ubun ubun. ( Arief Mansjoer. 2001 ) Hidrosefalus adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh produksi yang tidak seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal ( CSF ) di dalam sistem ventricular. Ketika produksi CSF lebih besar dari penyerapan, cairan cerebrospinal terakumulasi di dalam system ventricular. Hidrosefalus ( kepala air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani : Hydro yang berarti air dan cephalus yang berarti kepala ; sehingga kondisi ini sering dikenal dengan kepala air ) adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak ( cairan cerebrospinal ). Gangguan ini menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang

11

selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat pusat saraf yang vital. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Hidrosefalus ) Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang ruang tempat mengalirnya liquor. ( http://kusuma.blog.friendster.com/tag/askep-hidrochephalus/ ).

2.1.2. Anatomi Fisiologi 2.1.2.1.Anatomi

12

Gambar 1 : Penampang Ventrikel Otak Sumber : http://dokterrosfanty.blogspot.com/2009

Gambar 2 : Penampang Otak Sumber : http://medisch-article.blogspot.com/2010 Ruangan CSS mulai terbentuk pada minggu ke lima masa embrio, terdiri atas sistem ventrikel, sisterna magna pada dasar otak dan ruang subarachnoid yang meliputi seluruh susunan saraf. CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh

13

pleksus koroidalis kembali dalam peredaran darah melalui kapiler dalam piameter dan araknoid yang meliputi susunan sarap pusat ( CSS ). Hubungan antara sistem ventrikel dan ruang subaraknoid melalui foramen Magendie di median dan foramen Luschka di sebelah lateralis melalui foramen Monroi ke ventrikel III, dari tempat ini melalui saluran yang sempit akuaduktus Sylvii ke ventrikel IV, dan melalui foramen Luschka dan Magendie ke dalam subaraknoid melalui sisterna magna. Penutupan sisterna basalis menyebabkan gangguan kecepatan resorpsi CSS oleh sistem kapiler. ( Ngastiyah. 2005 ) Ventrikel otak merupakan rangkaian dari empat rongga dalam otak yang saling berhubungan dan dibatasi oleh ependima (semacam sel epitel yang membatasi semua rongga otak dan medulla spinalis) dan mengandung Cairan Serebrospinal . Empat ventrikel ini yaitu dua vetrikel lateralis, ventrikel ketiga dan ventrikel keempat. Dalam setiap ventrikel terdapat struktur sekresi khusus yang disebut pleksus koroideus. Pleksus koroideus inilah yang mensekresi liquor cerebrospinalis yang jernih dan tidak berwarna, yang merupakan cairan pelindung di sekitar SSP.

a. Ventrikel Lateralis

14

Pada setiap hemisfer serebri terdapat satu ventrikel lateral. Ventrikel lateral mempunyai hubungan dengan ventrikel ketiga melalui sepasang foramer interventrikularis Monroe. Ventrikel lateralis terbagi atas cornu anterior, corpus, cornu inferior dan cornu posterior. Cornu anterior (frontal) terdapat dalam lobus frontalis. Bagian atap dan dinding rostral dibatasi oleh corpus callosum. Cornu anterior dan kedua ventrikel ini dipisahkan oleh septum pellucidum. Dinding lateral dan dasar cornu anterior dibentuk oleh caput nucleus caudatum. Cornu anterior melanjutkan diri hingga ke foramen interventrikularis. Corpus terletak dalam lobus frontal dan parietalis, mulai dari foramen interventrikularis hingga splenium corpus callosum. Cornu inferior (temporale), letaknya mengarah ke caudal dan frontal mengelilingi aspect caudalis thalamus, meluas ke rostral ke dalam pars medialis lobus temporalis dan berakhir kira-kira 2,5 cm dari polus temporalis. Atap dan dinding lateral dibentuk oleh tapetum dan radiatio optical. Cornu posterior (occipital) berada di dalam lobus occipital. Serabut dari tapetum corpus callosum memisahkan ventrikel dari radiatio optica dan membentuk atap serta dinding cornu posterior.

b. Ventrikel Ketiga

15

Ventrikel ketiga terdapat dalam diensefalon. Ventrikel ketiga adalah celah sempit di antara dua ventrikel lateral. Ventrikel ketiga memiliki atap, dasar, dan dinding: anterior posterior dan dua lateral. Bagian atap dibentuk oleh tela koroidea. Dasarnya dibentuk oleh chiasma optic, tuber cinereum dan infundibulum. Di bagian rostral terdapat foramen interventrikulare Monroe yang menghubungkan ventrikel ketiga dalam ventrikel lateral. Di bagian posterior melanjutkan diri pada aquaductus serebri sylvii, dinding lateral dibagi oleh sulcus hipothalamikus menjadi pars superior dan pars inferior. Lantai ventrikel dibentuk oleh segmentum mesencephant, pedinculus serebri dan hypothalamus. c. Ventrikel Keempat Ventrikel keempat adalah sebuah ruangan pipih yang berbentuk belah ketupat dan berisi Cairan Serebrospinal. Ventrikel keempat terletak diantara batang dan otak dan serebellum. Di bagan rostral, ventrikel keempat melanjutkan diri dari aquaductus serebri sampai kanalis sentral dari medulla spinalis. Pada ventrikel keempat terdapat tiga lubang, sepasang foramen luschka dilateral dan satu foramen magendie di medial, yang berlanjut ke ruang subaraknoid otak dan medulla spinalis.

d. Kanalis Sentralis Medulla Oblongata dan Medulla Spinalis

16

Merupakan saluran kecil memanjang yang berjalan di dalam substansi mielum mulai dari pertengahan medulla oblongata ke arah bawah sampai ujung bawah medulla spinalis 5-6 cm dari filum terminale. Kanalis sentralis ini mengalami dilatasi berbentuk fusiformis yang disebut ventrikel terminalis. e. Ruang Subarakhnoid Merupakan ruang yang terletak di antara lapisan arakhnoid dengan piamater yang membungkus permukaan otak maupun medulla spinalis. Selain berisi CSS ruang sub arakhnoid ini juga berisi pembuluh-pembuluh darah otak dan medulla spinalis serta anyaman jaringan trabekular yang menghubungkan arakhnoid dengan piameter. Pada tempat-tempat tertentu di mana terdapat lekukan yang dalam antara satu bangunan dengan bangunan yang lain nampak ruang sub arakhnoid menjadi lebih lebar dan disebut sisterna sub arakhnoid. Beberapa sisterna yang kita ketahui adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6.7.

Sisterna serebro medularis (sisterna magna) Sisterna pontis Sisterna interpendukularis Sisterna khiasmatik Sisterna vena serebri magna (sisterna superior) Sisterna sulkus lateralis Sisterna spinalis

( http://ilmubedah.info/hidrochepalus-waktu-tepat-operasi-2011) 2.1.2.2.Fisiologi

17

Adapun fisiologi otak menurut Syaifuddin tahun 2009 adalah : Otak memiliki fungsi yang berbeda antara bagian bagian yang menyusunnya diantaranya: 1. Serebrum Fungsi serebrum terdiri dari : Mengingat pengalaman pengalaman yang lalu Pusat persarafan yang menangani ; Aktivitas mental, Akal,

Intelegensi, Keinginan dan Memori Pusat menangis, buang air besar dan buang air kecil

2. Batang Otak Fungsi batang otak mencakup hal hal berikut ini : Mempersarafi struktur struktur di kepala dan leher dengan serat

sensorik dan motorik, penting untuk penglihatan, pendengaran, pengecapan, sensasi wajah, dan kulit kepala, kecuali nervus vagus ( saraf vagus ) mempersarafi organ rongga dada dan perut. Nervus vagus adalah saraf utama dalam system saraf parasimpatis. Kumpulan saraf pusat yang mengontrol fungsi jantung dan

pembuluh darah, respirasi dan banyak aktivitas pencernaan. Daerah ini juga berperan dalam memodulasi sensasi nyeri. Batang otak berperan dalam mengatur refleks refleks otot yang

terlihat dalam keseimbangan dan postur.

18

-

Seluruh batang otak dan thalamus berjalan saling berhubungan yang

disebut formasio retikularis. Jaringan ini mengintegrasikan semua masukan sinaps. Serat serat asendens berasal dari formasi retikularis dan membawa sinyal ke atas untuk membangunkan dan mengaktifkan korteks serebrum, menyusun system aktivasi retikuler yang mengontrol seluruh derajat kewaspadaan korteks dan penting dalam kemampuan mengarahkan perhatian. Pusat pusat yang bertanggung jawab untuk tidur terletak dalam

batangg otak. 3. Serebelum Pada serebelum, terdiri atas 3 bagian yang secara fungsional berbeda : a. Vestibulo serebelum ( Arkhioserebelum ) ; penting untuk

mempertahankan keseimbangan dan mengontrol gerakan mata. b. Spinoserebelum ( Paleaserebelum ) ; mengatur tonus dan gerakan volunter yang terampil dan terkoordinasi. c. Serebroserebelum ; berperan dalam perencanaan dan inisiasi aktivitas volunteer dengan memberikan masukan ke daerah daerah motorik korteks.

2.1.3. Klasifikasi

19

Terdapat 2 klasifikasi hidrosefalus, yang pertama berdasarkan sumbatannya dan yang kedua berdasarkan perolehannya. 1. Berdasarkan sumbatannya a. Hidrosefalus obstruktif tekanan CSS yang tinggi disebabkan oleh obstruksi pada salah satu tempat antara pembentuan CSS oleh pleksus koroidalis dan keluarnya dari ventrikel IV melalui foramen Luschka dan Magendie. b. Hidrosefalus komunikans KS Adanya peningkatan TIK tampa disertai adanya penyumbatan pada salah satu tempat pembentukan CSS 2. Berdasarkan perolehannya a. Hidrosefalus kongenital Hidrosefalus ini sudah diderita sejak lahir ( sejak dalam kandungan ). Ini berarti pada saat lahir, otak terbentuk kecil atau pertumbuhan otak terganggu akibat terdesak oleh banyaknya cairan dalam kepala dan tingginya TIK. Hidosefalus kongenital, diantaranya disebabkan oleh hal hal berikut ; Stenosis akuaduktus Sylvii, merupakan penyebab terbanyak pada bayi dan anak. Gejalanya akan terlihat sejak lahir dan dengan progresif atau dengan cepat berkembang pada bulan bulan pertama setelah lahir.

20

-

Spina bifida dan kranium bifida, brhubungan dengan sindrom ArnoldChlari.

-

Sindrom Dandy-Walker, terdapat kista besar di daerah fosa posterior. Kista araknoid, terjadi secara kongenital ataupun trauma suatu hematoma.

-

Anomali pembuluh darah, akibat adanya obstruksi akuaduktus.

b. Hidrosefalus didapat Pada hidrosefalus jenis ini, terjadi pertumbuhan otak yang sudah sempurna dan kemudian terjadi gangguan oleh karena adanya TIK yang tinggi. Kelainan ini biasanya terjadi pada bayi dan anak yang penyebabnya antara lain sebagai berikut : Infeksi, biasanya terjadi pada hidrosefalus pascameningitis, meningokel, dan ensefalokel. Pembesaran kepala terjadi beberapa minggu sampai bulan sesudah sembuh dari penyakit tersebut. Neoplasma, disebabkan karena adanya obstruksi mekanik pada saluran aliran CSS. Perdarahan intrakranial yang dapat menyebabkan hematoma di dalam otak, sehingga dapat menimbulkan penyumbatan. ( Vivian Nanny Lia Dewi. 2010 )

21

2.1.4. WOC ( Web Of Causation )Kelainan kongenital 1.Obstruksi salah satu tempat pembentukan (Ventrikel III/IV) 2. obstruksi pada duktus rongga tengkorak 3. Gangguan absorbs LCS (Foramen Monroe, Luscha, dan Magendie Hidrosefalus Nonkomunikans Pembesaran relative kepala MK : Hambatan mobilitas fisik Kelemahan fisik umum Penekanan Lokal MK : Resiko gangguan integritas kulit Herniasi falk serebri dan ke foramen magnum Kompresi batang otak Dipresi saraf kardiovaskuler dan pernafasan Koma Penurunan kesadaran MK : Penekanan pada saraf cranial II Edema papil MK : Disfungsi persepsi visual spasial dan kehilangan sensori Kerusakan fungsi motorik MK : Gangguan pemenuhan ADL MK : Nyeri Muntah Kejang MK : Resiko cedera Infeksi Peradangan jaringan otak Neoplasma Hodrosefalus Komunikans Perdarahan Fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak Obstruksi dari perdarahan Meningkatkan jumlah cairan dalam ruang subaraknoid

1.Obstruksi tempat pembentukan/penyerapan LCS 2.Rangsanganproduksi LCS Peningkatan jumlah cairan serebrospinal

Peningkatan TIK Defisit neurologis Inaktivitas Kemampuan batuk MK : Tidak efektif bersihan jalan nafas

Tindakan pembedahan Terpasang shunt Adanya post de Entre dan benda asing masuk ke otak MK : Resiko tinggi infeksi

-

Koping individu dan keluarga tidak efektif Perubahan proses keluarga

Intake nutrisi tidak adekuat

Intake cairan tidak adekuat

20

Kecemasan klien dan keluarga

( Sumber : Arif Muttaqin, 2008 )

MK : Nutisi kurang dari kebutuhan tubuh

MK : Defisit volume cairan tubuh

22

2.1.5. Etiologi Menurut Arief Mansjoer penyebab terjadinya hidrosefalus dikarenakan karena tidak lancarnya aliran serebrospinalis atau berlebihannya produksi cairan serebrospinalis. ( Arief Mansjoer. Kapita Selekta. 2001 ) Hidrosefalus dapat terjadi karena gangguan sirkulasi likuor di dalam system ventrikel atau oleh produksi berlebihan likuor. Hidrosefalus obstruktif atau nonkomunikan terjadi bila sirkulasi likuor otak terganggu, yang kebanyakan disebabkan oleh stenosis akuaduktus sylvius. Atresia foramen Magendi dan Luschka, malformasi vaskuler, atau tumor bawaan yang agak jarang ditemukan sebagai penyebab hidrosefalus. ( R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong. 2004 ). Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorpsi dalam ruang subarachnoid. Akibat penyumbatan terjadi dilatasi ruangan CSS di atasnya. Tempat yang sering tersumbat dan terdapat dalam klinik ialah foramen Monroi, foramen Luschka dan Magendie, sisterna magna dan sisterna basalis. Secara teoritis pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorpsi yang normal akan menyebabkan terjadinya hidrosefalus, tetapi dalam klinik sangat jarang dijumpai. ( Wafi Nur Muslihatun. 2010 ) Penyebab sumbatan pada aliran cairan serebrospinalis yang sering terdapat adalah kelainan bawaan , infeksi, neoplasma dan perdarahan. 1. Kelainan bawaan a. Stenosis akuaduktus sylvii Merupakan penyebab terbanyak pada bayi dan anak

23

b. Spina bifida dan kranium bifida Berhubungan dengan sindrom Arnold Chiari akibat tertariknya medula spinalis dengan medula oblongata dan serebelum letaknya lebih rendah sehingga menutupi foramen magnum. c. Sindrom Dandy Walker d. Kista araknoid e. Anomali pembuluh darah 2. Infeksi Akibat adanya infeksi menimbulkan perlekatan meningen sehingga dapat terjadi obliterasi subaraknoid. 3. Neoplasma 4. Perdarahan ( Ngastiyah. 2005 ) 2.1.6. Manifestasi Klinis Tanda klinis hidrosefalus adalah bervariasi dan tergantung pada banyak faktor, termasuk usia mulainya, sifat lesi yang menyebabkan obstruksi, dan lama serta kecepatan munculnya tekanan intrakranium. Pada bayi, angka percepatan pembesaran kepala merupakan tanda yang paling menonjol. Lagi pula, fontanela anterior terbuka lebar dan menonjol, dan vena kulit kepala dilatasi. Dahi lebar dan mata dapat berdeviasi ke bawah karena pergeseran pelebaran ceruk suprapineal pada tektum, menimbulkan tanda mata matahari terbenam . Tanda saluran panjang meliputi refleks tendo cepat, spastisitas, klonus ( terutama pada tungkai bawah ), dan tanda babinski adalah lazim karena denggangan dan gangguan serabut kortikospinal yang berasal dari daerah korteks motorik kaki. Pada anak yang lebih

24

tua, sutura kranialis sebagian tertutup sehingga tanda hidrosefalus dapat lebbih tidak kentara. Iritabilitas, lesu, nafsu makan buruk, dan muntah adalah lazim pada kedua kelompok usia ini, dan pada penderita usia yang lebih tua, nyeri kepala merupakan gejala yang menonjol. Perubahan secara bertahap dalam kepribadian dan kemunduran dalam produktivitas akademik menunjukkan adanya bentuk hidrosefalus progesif lambat. Pengukuran secara seri lingkaran kepala menunjukkan peningkatan kecepatan pertumbuhan. Perkusi tengkorak dapat menimbulkan tanda pot retak atau tanda Macewen, yang menunjukan adanya pelebaran suutura. Oksiput yang memendek menunjukan malformasi Chiari dan oksiput yang menonjol merupakan malformasi Dandy Walker. Papiledema, kelumpuhan saraf abdusen dan tanda traktus piramidalis, yang paling nyata pada tungkai bawah, tampak pada kebanyakan kasus. Malformasi Chiari terdiri dari 2 subkelompok, adalah sebagai berikut ; 1. Tipe 1, secara khas menimbulkan gejala saat remaja atau kehidupan dewasa dan biasanya tidak disertai dengan hidrosefalus. Penderita ini mengeluh nyeri kepala berulang, nyeri leher, sering kencing dan spastisitas tungkai bawah progresif. Deformitas terdiri dari berpindahnya tonsil selebelar ke dalam kanalis servikalis. Meskipun patogenesisnya belum diketahui, teori yang berlaku menunjukkan obstruksi bagian kaudal ventrikel keempat selama perkembangan janin adalah yang menjadi penyebab. 2. Tipe 2, ditandai dengan hidrosefalus progresif dan mielomeningokel. Lesi ini mewakili anomali otak belakang, mungkin karena kegagalan fleksura pontin selama embriognesis dan mengakibatkan pemanjangan ventrikel keempat dan kekusutan batang otak, dengan perpindahan vermis inferior, pons, dan medulla

25

ke dalam kanalis servikalis. Sekitar 10% dari malformasi tipe II menimbulkan gejala selama masa bayi yang terdiri dari stridor, menangis lemah, dan apnea, yang dapat dikurangi dengan menyimpangkan atau dengan dekompresi fossa posterior. Bentuk yang lebih lamban terdiri dari kelainan gaya berjalan, spastisitas, dan peningkatan inkoordinasi selama masa anak. Radiografi tengkorak sederhana menampakkan fossa posterior kecil dan pelebaran kanalis servikalis. Sken CT dengan kontras dan MRI menampakkan tonsil sereblum yang menonjol ke bawah ke dalam kanalis servikalis serta kelainan otak belakang. Anomali ini ditangani dengan dekompresi bedah. Malformasi Dandy Walker terdiri dari pembesaran kistik ventrikel keempat pada fossa posterior, yang akibat dari kegagalan perkembangan dasar ventrikel keempat selama embriogenesis. Sekitar 90% penderita yang menderita hidrosefalus, dan sejumlah besar anak memiliki anomali terkait, termasuk agenesis vermis serebellum posterior dan korpus kalosum. Bayi datang dengan peningkatan ukuran kepala cepat dan oksiput menonjol. Transiluminasi tengkorak mungkin positif. Kebanyakan anak memperlihatkan bukti tanda saluran panjang ataksia serebelar dan keterlambatan motorik serta kemampuan kognitif, yang mungkin karena disertai anomali struktur. Malformasi Dandy Walker ini ditatalaksana dengan menyimpangkan rongga kista, ( dan kadang kadang ventrikel juga ) bila ada hidrosefalus. ( Behrman, Kliegman, Arwin. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. 2000 ).

26

Sedangkan menurut Sudarti, M.Kes, Endang khoirunnisa, SST. Keb. April 2010, manifestasi klinis hidosefalus berupa : 1. Ubun ubun besar bayi yang akan melebar dan menonjol 2. Pembuluh darah di kulit kepala makin jelas 3. Gangguan sensorik motorik 4. Gangguan penglihatan ( buta ) 5. Gerakan bola mata terganggu ( juling ) 6. Terjadi penurunan aktivitas mental yang progresif 7. Bayi rewel, kejang, muntah muntah, panas yang sulit dikendalikan 8. Gangguan pada fungsi vital akibat peninggian tekanan dalam ruang tengkorak yang berupa pernapasan lambat, denyut nadi turun dan naiknya tekanan darah sistolik 2.1.7. Komplikasi 1. Peningakatan tekanan intrakanial ( TIK ) 2. Kerusakan otak sehingga IQ menurun 3. Infeksi : septikimia, endokarditi, infeksi luka, nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses otak. 4. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik 5. Kematian ( http://wwwninasutianiblogspotcom.blogspot.com/2010 )

27

2.1.8. Terapi Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu mengurangi produksi CSS, mempengaruhi hubungan antara tempat produkdsi CSS dengan tempat absorbsi, serta pengeluaran likuor ( CSS ) ke dalam organ ekstrakranial. Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi 3 , yaitu : penanganan sementara, penanganan alternatif ( selain shunting ), serta operasi pemasangan pintas ( shunting ). Pemasangan sementara ditempuh melalui pemberian terapi konservatif medikamentosa. Pemberian terapi ini ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan pleksus koroid atau upaya meningkatkan resorbsinya. Penanganan alternatif ( selain shunting ), misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi radikal lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu malformasi. Saat ini cara terbaik untuk melakukan perforasi dasar ventrikel III adalah dengan teknik bedah endoskopik . Operasi pemasangan pimtas , bertujuan membuat saluran baru antara aliran likuor dengan kavitas drainase. Pada anak anak lokasi drainase yang tepilih adalah dari ventrikel, namun kadang pada hidrosefalus komunikans ada yang didrain ke rongga subaraknoid limbar. Ada 2 hal yang perlu diperhatikan pada periode pasca operasi, yaitu pemeliharaan luka kulit terhadap kontaminasi infeksi

28

dan pemantauan kelancaran dan fungsi alat shunt yang di pasang. Infeksi pada shunt meningkatkan resiko akan kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel dan bahkan kematian ( Wafi Nur Muslihatun. 2010 ) Terapi pada hidrosefalus tergantung pada penyebabnya. Manajemen medik, termasuk penggunaan asetazolamid dan furosemid, sementara dapat melegakan dengan mengurangi kecepatan produksi CSS, terapi hasil jangka panjangnya mengecewakan. Sebagian besar kasus hidrosefalus memerlukan shunt ekstrakranial terutama shunt ventrikuloperitoneum ( kadang kadang ventrikulostomi akan mencukupi ). Komplikasi shunt adalah infeksi bakteri, biasanya karena staphylococus epidermidis. Dengan persiapan yang cermat, angka infeksi shunt dapat dikurangi hingga 0 2 %. Hasil dari manajemen bedah intra uteri hidrosefalus janin adalah buruk, mungkin karena tingginya angka malformasi otak selain hidrosefalus. ( Behrman, Kliegman, Arwin. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. 2000 ). Penanganan dini adalah sangat penting untuk membantu membatasi dan mencegah kerusakan otak. Efek jangka panjang dari hidrosefalus sangat bergantung pada kondisi yang menyebabkan, keparahannya dan responnya terhadap pengobatan. Pemberian obat-obatan biasanya merupakan tindakan sementara pada kondisi yang emergensi dibutuhkan untuk mengurangi cairan yang berlebihan hingga dilakukan pemasangan shunt. Obat-obat yang diberikan adalah

asetazolamide dan furosemide yang berfungsi menurunkan sekresi oleh pleksus koroid akan tetapi harus disertai dengan monitoring yang hati-hati terhadap status

29

pernapasan dan keseimbangan elektrolit dan cairan. Isosorbid juga digunakan untuk meningkatkan reabsorpsi CSS. Berapa lama pertambahan lingkaran kepala diawasi untuk tujuan operasi bergantung pada pertambahan ukuran, kondisi klinis pasien, obstruksi dan ukuran ventrikel dari CT scan awal. Hidrosefalus sekunder oleh karena obstruksi subarachnoid akibat dari perinatal atau postnatal trauma atau ruptur dari vascular dapat mengalami arrest spontan. Infant dengan pembesaran ventricular, penekanan pada fontanella anterior dan tidak terdapat pembesaran kepala yang melebihi normal dinilai pada hari pertama dan kemudian setiap minggu. Bila tidak terdapat gejala dan tanda dari peningkatan tekanan, tetap terdapat penekanan pada fontanella anterior dan bila diameter kepala mengikuti ukuran pertumbuhan normal, CT scan diulang dalam satu bulan. CT scan harus diulang pada keadaan ini oleh karena pembesaran ventrikel yang progresif dapat terjadi tanpa gejala dan tanda dari peningkatan tekanan dan penekanan fontanella anterior dan ukuran normal dari lingkar kepala. Bila hasil CT scan ulang tidak memperlihatkan adanya perubahan dari CT scan awal, pasien dimonitor dengan interval 2 minggu hingga 2 bulan. Pada usia 2 3 bulan, CT scan ketiga dilakukan. Bila tetap tidak terdapat perubahan CT scan pasien dimonitor dengan interval satu bulan sampai usia 6 bulan kemudian dilakukan CT scan keempat. Bila tetap tidak ada perubahan CT scan maka dilatasi ventrikel dikemudian hari sedikit. Infant dengan riwayat hidrosefalus harus dimonitor dengan interval 3 bulan hingga berusia 12 bulan. Bila perkembangan neurologis dan pertumbuhan diameter kepala tetap normal CT scan kepala diulang

30

pada usia 12 bulan. Kemudian pasien harus dimonitoring dengan interval 6 bulan dan CT scan berikut dilakukan pada usia 2 tahun. 1. Operasi Ketika diagnosa hidrosefalus kongenital ditegakkan maka shunt dimasukkan ke dalam otak secara surgical dalam 48 jam untuk memungkinkan drainase dari CSS yang berlebihan. Umumnya, shunt mulai dimulai dari dalam ventrikel otak kemudian ditarik keluar dari brain ke dalam kulit scalp. Dilanjutkan dibawah kulit berjalan dibelakang telinga turun ke leher dan ke bagian lain dari tubuh biasanya abdomen yang kemudian mengabsorpsi CSS. Pengeluaran cairan yang berlebihan akan mengurangi tekanan dalam otak yang membantu mencegah atau meminimalkan kerusakan otak. Untuk hidrosefalus non komunikans ( disebabkan oleh obstruksi ) prosedur operasi disebut endoskopi ventrikulostomy ventrikel III ( ETV ) dapat dilakukan untuk menggantikan shunt. Pada ETV, lubang kecil dibuat di dalam ventrikel ketiga memungkinkan CSS mengalir bebas. Sementara ETV dapat digunakan selama pengobatan sebagai salah satu cara untuk mengganti shunt. ETV tidak digunakan sebagai terapi pada bayi. ETV dapat gagal dan bila hal tersebut terjadi maka perlu digantikan dengan shunt. Untuk alasan inilah ETV tidak digunakan secara luas 2. Septum Pellucidum Fenestration Septum pellucidum fenestration diindikasi bila terjadi obstruksi pada salah satu foramen Monroe menyebabkan dilatasi ipsilateral dari ventrikel lateral. Foramen kontralateral harus paten. Titik masuk adalah sekitar 5-6 cm paramedian

31

pada sisi ventrikel yang mengalami dilatasi didepan sutura coronaria. Neuronavigasi sangat membantu dalam menemukan titik masuk yang ideal. Setelah inspeksi dari septum, sisi fenestration dipilih. Pada kasus-kasus kronis septum biasanya tipis dan avaskular yang merupakan ciri dari perforasi tumpul. Perforasi di perluas dengan bantuan balon kateter Fogarty dan gunting. Pada kasus akut dengan septum pelucidum yang tebal area yang difenestrasi dikoagulasi dan bagian dari septum dipotong dengan gunting. 3. Temporal Ventriculostomy Temporal ventriculostomy diindikasi pada temporal atau temporal-occipital horns yang terjadi setelah infeksi akibat shunt atau pemindahan tumor intraventrikular ketika fenestrasi ke dalam ventrikel lateral tidak mungkin oleh karena variasi anatomis atau penebalan pada regio tersebut. 4. Foraminoplasty Foraminoplasty dari foramen monroe diindikasi pada obstruksi pada kedua foramina monroe menyebabkan dilatasi dari kedua ventrikel lateral. Bila septum pelusidum melebar oleh karena hidrosefalus lama hanya satu foramen yang harus diselamatkan. 5. Third Ventriculostomy Third ventriculostomy diindikasi pada semua obstruksi distal hingga ke dasar ventrikel ketiga. Sebelum operasi CT atau MRI scan potongan sagital sebaiknya dilakukan untuk melihat arteri basilar.

32

6. Pertimbangan untuk melakukan ETV adalah :

Prosedur sederhana dengan angka komplikasi yang rendah Untuk semua hidrosefalus obstruksi Hal hal dibawah ini meningkatkan kemungkinan keberhasilan ETV adalah : a. Hidrosefalus obstruksi b. Usia diatas 1 tahun c. Onset obstruksi baru d. Tidak ada riwayat meningitis atau perdarahan subarachmoid e. Pembesaran ventrikel f. Anatomi ventrikel masih normal.

Tujuan dari ETV adalah untuk mempertahankan tekanan normal tanpa perlu menggunakan shunt permanen. . Terminalis Fenestration Bila third ventriculostomy sulit untuk dilakukan, perforasi dari lamina Lamina

terminalis merupakan terapi alternatif. Oleh karena burrholes digunakan untuk menggantikan third ventriculostomy yang dilakukan bergantung pada lebar dari foramen Monroe. Bila foramen monroe lebar lamina terminalis dapat dilihat dengan menggunakan endoskopi rigid 0 derajat.

33

7. SHUNT

Gambar : Pemasangan Alat Shunt Gambar 3 : Pemasangan Alat Shunt Sumber : http://dokterrosfanty.blogspot.com/2009 Pertimbangan untuk shunt adalah :

80% dari seluruh pasien yang menjalani shunt akan direoperasi dalam kurun waktu 8 tahun

Teknologi saat ini menyebabkan komplikasi yang terlalu tinggi Shunt saat ini tidak fisiologis

Terdapat 2 macam shunting yaitu : 1. Eksternal CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan normal.

34

2. Internal a. b. CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-Kjeldsen) Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronhus. Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum. Lumbo Peritoneal Shunt

CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan. Komplikasi :

Ada 2 komplikasi utama pasca operasi pemasangan shunt pada hidrosefalus yaitu 1. Tidak berfungsinya shun 2. Infeksi shunt Komplikasi lainnya, yaitu :

Disproporsi craniocerebral Craniosinostosis pasca operasi shunt Ascites karena CSS Keadaan CSS yang rendah Hematoma subdural

35

Komplikasi dari endoscopy third ventriculostomy yang terjadi seperti :

Penumpukan subdural kontusio thalamus perdarahan kortikal perdarahan subarachnoid hebat (SAH) kematian SAH dari robekan arteri basiler yang mengalami perforasi dan infeksi Meningitis

( http://ilmubedah.info/hidrochepalus-waktu-tepat-operasi-2011 ) 2.1.9. Pemeriksaan Penunjang 1. Pengukuran Lingkar kepala setiap hari 2. Pertumbuhan/pembesaran kepala yang cepat 3. CT Scan : mempertegas adanya dilatasi ventrikel dan membantui dalam memgidentifikasi kemungkinan penyebabnya( Neoplasma,

kista,malformasi konginetal atau perdarahan intra kranial ) 4. MRI ( Magnetic Resonance Imaging) : memberi informasi mengenai stuktur otak tanpa kena radiasi 5. EEG : untuk mengetahui kelainan genetik atau metabolik 6. Isotope Ventriculograms

36

Gambar 4 : Hasil CT-Scan Sumber : http://info-bedah-saraf.blogspot.com/2009 2.2.Tinjauan Keperawatan Langkah proses keperawatan ada lima, dimana tahap-tahap tersebut ridak dapat dipisahkan, dan saling berhubungan. Tahap-tahap ini secara bersama-sama membentuk lingkaran pemikiran dan tindakan yang kontinu, yang mengulangi kembali kontak dengan pasien. Tahap-tahap dalam proses keperawatan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pengkajian 2. Diagnosa keperawatan 3. Perencanaan 4. Pelaksanaan 5. Evaluasi. (Tarwoto-Wartonah, 2006)

37

2.2.1. Pengkajian Pengkajian keperawatan menurut Arif Muttaqin adalah: a. Aktivitas / Istirahat Gejala : 1. Perasaan tidak enak ( malaise ) 2. Keterbatasan yang ditimbulkan oleh kondisinya Tanda :1.

Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter.

Kelemahan secara umum, keterbatasan dalam rentang gerak, penurunan kekuatan otot otot ekstremitas. 2. 3. b. Sirkulasi Gejala :1. Hipotensi, bradikardi, dan tekanan nadi berat

Paralisis/hemiplegia Mudah lelah

c. Eliminasi Tanda : 1. Adanya inkontinensia dan / atau retensi.

d. Makanan / Cairan

38

Gejala

: 1. 2. Kehilangan nafsu makan Kesulitan menelan

Tanda

: 1. 2. 3. Anoreksia, muntah Turgor kulit jelek, membrane mukosa kering. Hiposekmia

e. Hygiene Tanda : 1. f. Neurosensori Gejala : 1. 2. Sakit kepala Parestesia, terasa kaku pada semua persarafan yang terkena, Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri

kehilangan sensasi ( kerusakan pada saraf cranial ). 3. Gangguan dalam penglihatan, seperti diplopia

Tanda

:

39

1.

Kehilangan memori, sulit dalam mengambil keputusan

( dapat merupakan awal gejala berkembangnya hidrosefalus komunikan yang mengikuti meningitis bacterial ) 2. Mata ( ukuran / reaksi pupil ) ; unisokor atau tidak berespons

terhadap cahaya ( peningkatan TIK ), nistagmus ( bola mata bergerak gerak terus menerus )3.

Ptosis ( kelopak mata atas jatuh ). Karakteristik fasial

( wajah ) ; perubahan pada fungsi motorik dan sensorik (saraf cranial terkena) g. Nyeri / Kenyamanan Gejala :1.

Sakit kepala ( berdenyut dengan hebat, frontal ) mungkin

akan diperburuk oleh ketegangan ; leher / punggung kaku ; nyeri pada gerakan ocular, fotosensitifitas. Tanda :1.

Tampak terus terjaga, perilaku distraksi / gelisah. Menangis /

mengaduh / mengeluh. h. Pernapasan Gejala : 1. Peningkatan produksi secret

40

Tanda

: 1. Peningkatan kerja pernapasan2.

Perubahan mental dan gelisah Kemampuan batuk menurun Stridor, ronkhi

3. 4. i. Keamanan Gejala : 1.

Imunisasi yang baru saja berlangsung ; terpajan pada

meningitis, tepajan oleh campak, herpers simpleks, gigitan binatang. 2. Tanda :1. 2.

Gangguan penglihatan / pendengaran

Suhu meningkat, menggigil Keluhan secara umum ; tonus otot flaksid atau spastic ;

paralisis atau hemiplegia. 3. Gangguan sensasi

j. Penyuluhan / Pembelajaran

41

Gejala

: 1. 2. 3. Adanya riwayat menggunakan obat Hipersensitif terhadap obat Masalah medis sebelumnya :

Pertimbangan

Rencana pemulangan : Mungkin membutuhkan bantuan pada semua bidang, meliputi perawatan diri dan mempertahankan tugas / pekerjaan rumah. (Arif Muttaqin, 2008)2.2.2. Diagnosa Keperawatan

1. Resti peningkatan TIK berhubungan dengan peningkatan jumlah CSS. 2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sputum, peningkatan sekresi secret, dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan, adanya jalan nafas buatan pada trakea, ketidak mampuan batuk/batuk efektif. 3. Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK, terpasang shunt. 4. Gangguan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan mencerna makanan, peningkatan kebutuhan metabolisme. 5. Resti cedera berhubungan dengan kejang.

42

6. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kesadaran, kelemahan fisik umum, pembesaran kepala. 7. Ansietas keluarga berhubungan dengan keadaan yang kritis pada klien. 8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan misinterpretasi informasi, tidak mengenal sumber sumber informasi, ketegangan akibat krisis situasional. 9. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas, tidak adekuatnya sirkulasi ferifer. 10. Resiko deficit cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah, asupan cairan kurang, peningkatan metabolism. 11. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan port d entre organism skunder akibat trauma ( Arif Muttaqin, 2008 ).2.2.3. Intervensi, Implementasi

Diagnosa Keperawatan I Resti peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan peningkatan jumlah cairan serebrospinal Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam tidak terjadi peningkatan TIK pada klien

Kriteria Hasil : 1. Klien tidak gelisah 2. Klien tidak mengeluh nyeri kepala 3. Mual mual dan muntah

43

4. GCS : E4M6V5 5. Tidak terdapat papiledema 6. TTV dalam batas normal Intervensi / Implementasi : 1. Kaji factor penyebab dari situasi / keadaan individu / penyebab koma / penurunan perfusi jaringan dan kemungkinan penyebab peningkatan TIK. Rasional : Deteksi dini untuk memprioritaskan intervensi, mengkaji status neurologis / tanda tanda kegagalan untuk menentukan perawatan kegawatan atau tindakan pembedahan. 2. Monitor tanda tanda vital tiap 4 jam Rasional : Suatu keadaan normal bila sirkulasi serebral terpeliharadengan baik atau fluktuasi ditandai dengan tekanan darah sistemik, penurunan dari autoregulator kebanyakan merupakan tanda penurunan difusi local vaskularisasi darah serebral. 3. Evaluasi pupil Rasional :

44

Reaksi pupil dan pergerakan kembali dari bola mata merupakan tanda dari gangguan nervus/saraf jika batang otak terkoyak. Keseimbangan saraf antara simpatis dan parasimpatis merupakan respons reflex nervus cranial. 4. Monitor temperature dan pengaturan suhu lingkungan Rasional : Panas merupakan refleks dari hipotalamus. Peningkatan kebutuhan metabolisme dan O2 akan menunjang peningkatan TIK.5.

Pertahankan kepala/leher pada posisi yang netral, usahakan dengan sedikit bantal. Hindari penggunaan bantal yang tinggi pada kepala. Rasional : Perubahan kepala pada satu sisi dapat menimbulkan penekanan pada vena jugularis dan menghambat aliran darah otak ( menghambat drainase pada vena cerebral ), untuk itu dapat meningkatkan tekanan intracranial.

6. Berikan periode istirahat antara tindakan perawatan dan batasi lamanya prosedur. Rasional : Tindakan yang terus menerus dapat meningkatkan TIK oleh efek rangsangan kumulatif. 7. Kurangi rangsangan ekstra dan berikan rasa nyaman seperti masase punggung, lingkungan yang tenang, sentuhan yang ramah dan

suasana/pembicaraan yang tidak gaduh

45

Rasional : Memberikan suasana yang tenang dapat mengurangi respons psikologis dan memberikan istirahat untuk mempertahankan TIK yang rendah. 8. Cegah / hindari valsava maneuver Rasional : Mengurangi tekanan intratorakal dan intraabdominal sehingga menghindari peningkatan TIK. 9. Bantu pasien jika batuk, muntah Rasional : Aktivitas ini dapat meningkatkan intrathorak/tekanan dalam torak dan tekanan dalam abdomen di mana aktivitas ini dapat meningkatkan tekanan TIK. 10. Kaji peningkatan istirahat dan tingkah laku pada pagi hari. Rasional : Tingkah nonverbal ini dapat merupakan indikasi peningkatan TIK atau memberikan refleks nyeri di mana pasien tidak mampu mengungkapkan keluhan secara verbal, nyeri yang tidak menurun dapat meningkatkan TIK.

46

11. Berikan penjelasan pada pasien ( jika sadar ) dan orang tua tentang sebab akibat TIK meningkat.

Rasional : Eningkatkan kerja sama dalam meningkatkan perawatan klien dan mengurangi kecemasan. 12. Observasi tingkat kesadaran dengan GCS Rasional : Perubahan kesadaran menunjukkan peningkatan TIK dan berguna menentukan lokasi dan perkembangan penyakit.13. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian O2, cairan intravena dan

pemberian obat. Rasional : 1. Mengurangi hipoksemia, di mana dapat meningkatkan vasodilatasi cerebral dan volume darah dan menaikan TIK. 2. Pemberian cairan mungkin diinginkan untuk mengurangi edema serebral, peningkatan minimum pada pembuluh darah, tekanan darah dan TIK. 3. Untuk menurunkan inflamasi dan mengurangi edema jaringan.

47

Diagnosa Keperawatan II Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sputum, peningkatan sekresi secret, dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan, adanya jalan nafas buatan pada trakea, ketidak mampuan batuk/batuk efektif. Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam klien mampu meningkatkan dan mempertahankan keefektifan jalan nafas agar tetap bersih dan mencegah aspirasi. Kriteria Hasil : 1. Bunyi nafas terdengar bersih. 2. Ronki tidak terdengar. 3. Trackeal tube bebas sumbatan. 4. Menunjukkan batuk yang efektif. 5. Tidak ada lagi penumpukan secret di saluran pernafasan. Intervensi / Implementasi : 1. Kaji keadaan jalan nafas.

48

Rasional : Obstruksi mungkin dapat disebabkan oleh akumulasi secret, sisa cairan mucus, perdarahan, bronkospasme, dan/atau posisi dari trakeostomi/selang endotrakeal yang berubah. 2. Evalusi pergerakan dada dan auskultasi suara nafas pada kedua paru (bilateral).

Rasional : Pergerakan dada yang simetris dengan suara nafas yang keluar dari paru paru yang menandakan jalan nafas tidak terganggu. Saluran nafas bagian bawah tersumbat dapat terjadi pada pneumonia/atelektasis akan

menimbulkan perubahan suara nafas seperti ronki atau mengi.3. Lakukan pengisapan lender jika diperlukan, batasi duarasi pengisapan

dengan 15 detik atau lebih. Gunakan kateter pengisap yang sesuai, cairan fisiologis steril. Rasional : Pengisapan lender tidak selama dilakukan terus menerus, dan durasinya pun dapat dikurangi untuk mencegah bahaya hipoksia. Diameter kateter pengisap tidak boleh lebih dari 50% diameter jalan nafas untuk mencegah hipoksia.

49

4. Atur/ubah posisi secara teratur ( tiap 2 jam ). Rasional : Mengatur pengeluaran secret dan ventilasi segmen paru paru, mengurangi risiko atelektasis. 5. Berikan minum hangat jika keadaan memungkinkan. Rasional : Membantu mengencerkan secret, mempermudah pengeluaran secret. 6. Jelaskan klien tentang keguanaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan secret di saluran pernafasan.

Rasional : Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik. Diagnosa Keperawatan III Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK, terpasang shunt. Tujuan : Nyeri berkurang /hilang atau beradaptasi.

Kriteria Hasil : 1. Nyeri berkurang atau dapat beradaptasi

50

2. Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.3. Klien tidak gelisah

4. Skala nyeri ( 0 3 / ringan ) Intervensi / Implementasi : 1. Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non invasive. Rasional : Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri. 2. Ajarkan relaksasi : teknik teknik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatkan relaksasi masase.

Rasional : Akan melancarkan peredaran darah, sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan akan terpenuhi, sehingga akan mengurangi nyeri. 3. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut. Rasional :

51

Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal hal yang menyenangkan. 4. Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang Nyman ; misalnya waktu tidur, belakangnya dipasang bantal kecil. Rasional : Istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan. 5. Tingkatkan pengetahuan tentang sebab sebab nyeri dan menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung. Rasional : Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya dan dapat membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik. 6. Observasi tingkat nyeri dan respons motorik klien, 30 menit setelah pemberian obat analgetik untuk mengkaji efektifitasnya dan setiap 1 2 jam setelah tindakan perawatan selama 1 2 hari. Rasional : Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang objektif untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat. 7. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik.

52

Rasional : Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri berkurang. Diagnosa Keperawatan IV Gangguan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan mencerna makanan, peningkatan kebutuhan metabolism. Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.

Kriteria Hasil : 1. Mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh. 2. Memperlihatkan kenaikan berat badan sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium. Intervensi / Implementasi : 1. Evaluasi kemampuan makan klien Rasional : a. Klien mengalami kesulitan dalam mempertahankan berat badannya. b. Mulut klien kering akibat obat obatan dan mengalami kesulitan

mengunyah dan menelan. c. Klien berisiko terjadi aspirasi akibat penurunan refleks batuk. 2. Observasi / timbang berat badan jika memungkinkan. Rasional :

53

Tanda kehilangan berat badan ( 7 10% ) dan kekurangan intake nutrisi menunjang terjadinya masalah katabolisme, kandungan glikogen dalam otot, dan kepekaan terhadap pemasangan ventilator.3. Kaji fungsi system gastrointestinal, yang meliputi suara bising usus, catat

terjadinya perubahan di dalam lambung seperti mual, muntah. Observasi pergerakan perubahan pergerakan usus, misalnya diare, konstipasi. Rasional : Fungsi system gastrointestinal sangat penting untuk memasukkan makanan. Ventilator dapat menyebabkan kembung pada lambung dan perdarahan lambung. 4. Lakukan pemeriksaan laboratorium yang diindikasikan, seprti ; serum, transferin, BUN/kreatinin dan glukosa. Rasional : Memberikan informasi yang tepat tentang keadaan nutrisi yang dibutuhkan klien. Diagnosa Keperawatan V Resiko cedera berhubungan dengan kejang Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam perawatan klien bebas dari cedera yang disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran. Kriteria Hasil : 1. Klien dan orang tua mengetahui pelaksanaan kejang

54

2. Menghindari stimulasi kejang 3. Melakukan pengobatan teratur untuk menurunkan intensitas kejang. Intervensi / Implementasi : 1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan orang tua cara penanganan saat kejang. Rasional : Data dasar untuk intervensi selanjutnya. 2. Ajarkan klien dan orang tua tentang metode mengontrol demam. Rasional : Orang tua dengan anak yang pernah mengalami kejang demam harus dicegah. Melalui program yang memberi keamanan yang tinggi dan tindakan pencegahan yang aman, yaitu tidak hanya dapat hidup aman, tetapi juga mengembangkan pencegahan epilepsy akibat cedera kepala. 3. Anjurkan orang tua agar mempersiapkan lingkungan yang aman seperti batasan ranjang, papan pengaman, dan alat suksion selalu berada daekat klien. Rasional : Melindungi klien bila kejang terjadi. 4. Anjurkan untuk menghindari rangsangan cahaya yang berlebihan. Rasional :

55

Klien sering mengalami peka rangsang terhadap cahaya yang sangat silau. Bebapa klien perlu menghindari stimulasi fotik. Dengan mengugunakan kacamata hitam atau menutup salah satu mata dapat membantu mengontrol masalah ini. 5. Anjurkan mempertahankan tirah baring total selama fase akut. Rasional : Mengurangi risiko jatuh / terluka jika vertigo, sinkope, dan ataksia terjadi. 6. Kolaborasi pemberian terapi ; fenitoin ( dilantin ). Rasional : Terapi medikasi untuk menurunkan respons kejang berulang.

Diagnosa Keperawatan VI Hambatan mobilitas fisik b/d penurunan kesadaran, kelemahan fisik umum, pembesaran kepala. Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya. Kriteria Hasil : 1. Klien dapat ikut serta dalam program latihan 2. Tidak terjadi kontraktur sendi 3. Bertambahnya kekuatan otot 4. Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas. Intervensi / Implementasi :

56

1. Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan. Kaji

secara teratur fungsi motorik. Rasional : Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas. 2. Ubah posisi klien tiap 2 jam. Rasional : Menurunkan risiko terjadiny iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang dtertekan. 3. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien. Rasional : Peningkatan kemampun dalam mobilitas ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapis.

Diagnosa Keperawatan VII Ansietas keluarga berhubungan dengan keadaan yang kritis pada klien Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam ansietas orang tua klien berkurang.

Kriteria Hasil : 1. Keluarga mau menerima keadaan pertumbuhan dan perkembangan anaknya yang dialami sekarang 2. keluarga tampak tenang dan mau bekerja dalam perawatan dan panatalaksanaan. Intervensi / Implementasi :

57

1. Bina hubungan saling percaya antara perawat keluarga dokter dalam pengumpulan data / pengkajian dan penatalaksanaan. Rasional : Rasa percaya yang terbina antara perawat keluarga klien / klien - dokter merupakan modal dasar komunikasi efektif dalam pengumpulan data, menemukan masalah dan alternative pemecahan masalah. 2. Diskusikan dan informasikan dengan jelas sesuai tingkat pengetahuan dan pengalaman keluarga tentang keadaan anaknya. Rasional : Diskusi merupakan metode efektif untuk menyampaikan informasi untuk diterima dan dipertimbangkan oleh keluarga, sehingga informasi tersebut mendapat tanggapan dan kooperatif serta partisipatif yang

berkesinambungan. 3. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya dan mengungkapkan perasaan cemasnya. Rasional : Asertivitas dalam menghadapi sesuatu dengan segala perasaan dan kepuasan akan mendorong atau memberi semangat untuk memfasilitasi tingkat pertumbuhan dan perkembangan anaknya mencapai tingkat optimal sesuai dengan kelompok sebayanya.

58

4. Beri penguatan sebagai kekuatan untuk meningkatkan tingkat psikologis yang baik dan positif sehingga termotivasi untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Diagnosa Keperawatan VIII Kurang pengetahuan berhubungan dengan misinterpretasi informasi, tidak mengenal sumber sumber informasi, ketegangan akibat krisis situasional Tujuan : Dalam waktu 1 x 30 menit klien akan memperlihatkan kemampuan pemahaman yang adekuat tentang penyakit dan pengobatannya. Kriteria Hasil : Klien mampu secara subjektif menjelaskan ulang secara sederhana terhadap apa yang telah diindikasikan. Intervensi / Implementasi : 1. Kaji kemampuan belajar, tingkat kecemasan, partisipasi, media yang sesuai untuk belajar. Rasional : Indikasi progresif atau reaktivasi penyakit atau efek samping pengobatan, serta untuk evaluasi lebih lanjut.

2. Identifikasi tanda dan gejala yang perlu dilaporkan ke perawat. Rasional :

59

Meningkatkan kesadaran kebutuhan tentang perawatan diri untuk meminimalkan kelemahan. 3. Jelaskan instruksi dan informasi misalnya penjadwalan pengobatan. Rasional : Meningkatkan kerja sama/partisipasi terapetik dan mencegah putus obat. 4. Kaji ulang resiko efek samping pengobatan. Rasional : Dapat mengurangi rasa nyaman dari pengobatan untuk perbaikan kondisi klien. 5. Motivasi klien mengekspresikan ketidaktahuan/kecemasan dan beri informasi yang dibutuhkan. Rasional : Memberikan kesempatan untuk mengoreksi kesalahan persepsi dan mengurangi kecemasan. Diagnosa Keperawatan IX Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas, tidak adekuatnya sirkulasi ferifer. Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam klien memperlihatkan perilaku mampu memperlihatkan keutuhan kulit. Kriteria Hasil :

60

1. Klien mampu berpartisipasi terhadap pencehan luka. 2. Mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka. 3. Tidak ada tanda tanda kemerahan atau luka, kulit kering. Intervensi / Implementasi :1. Anjurkan untuk melakukan latihan ROM ( range of motion ) dan mobilisasi

jika mungkin. Rasional : Meningkatkan aliran darah ke semua daerah. 2. Ubah posisi tiap 2 jam. Rasional : Menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah. 3. Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah daerah yang menonjol. Rasional : Menghindari tekanan yang berlebih pada daerah yang menonjol. 4. Lakukan masase pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan pada waktu berubah posisi. Rasional : Menghindari kerusakan kapiler kapiler.

61

5. Bersihkan dan keringkan kulit. Jaga linen tetap kering. Rasional : Meningkatkan integritas kulit dan mengurangi risiko kelembaban kulit. 6. Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar terhadap kehangatan dan pelunakan jaringan tiap mengubah posisi. Rasional : Hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan. 7. Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma, panas terhadap kulit. Rasional : Mempertahankan keutuhan kulit. Diagnosa Keperawatan X Resiko defisit cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah, asupan cairan kurang, peningkatan metabolisme. Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam tidak ada tanda tanda edema

Kriteia Hasil : Klien dapat menunjukan tekanan darah, berat badan, nadi, intake dan output dalam batas normal. Intervensi / Implementasi : 1. Pertahankan secara ketat asupan dan keluaran.

62

Rasional : Untuk mencegah dan mengidentifikasi secara dini terjadi kelebihan cairan. 2. Timbang berat badan setiap hari. Rasional : Peningkatan berat badan merupakan indikasi berkembangnya atau bertambahnya edema sebagai manifestasi dari kelebihan cairan. 3. Monitor tanda vital, seperti tekanan darah, nadi. Rasional : Kekurangan cairan dapat menunjukan gejala peningkatan nadi dan tekanan darah menurun.

4. Catat perubahan turgor kulit, kondisi mukosa mulut dan karakter sputum. Rasional : Penurunan kardiak output berpengaruh pada perfusi fungsi otak. Kekurangan cairan selalu diidentifikasikan dengan turgor kulit berkurang, mukosa mulut kering, dan secret yang kental. 5. Hitung jumlah intake dan output cairan. Rasional :

63

Memberikan informasi tentang keadaan cairan tubuh secara umum untuk mempertahankannya tetap seimbang. 6. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi ; a. Berikan cairan per infuse bila diindikasikan b. Monitor kadar elektrolit jika diindikasikan Rasional : 1. Mempertahankan volume sirkulasi dan tekanan osmotic. 2. Elektrolik, khususnya potasium dan sodium dapat berkurang jika klien mendapatkan deuretik. Diagnosa Keperawatan XI Resti infeksi berhubungan dengan port d entre organisme skunder akibat trauma Tujuan : Infeksi tidak terjadi

Kriteria Hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti rubor, dolor, kalor, tumor, dan fungsiolasea. Luka insisi baik, tidak ada infeksi

Intervensi / Implementasi : a. Observasi keadaan luka

64

Rasional : Mendeteksi dini terjadinya proses infeksi dan untuk mengawasi penyembuhan luka b. Ganti balutan minimal 1 x 1 hari Rasional : Diharapkan luka dalam keadaan bersih dan kering sehingga bakteri penyebab infeksi tidak dapat bekembang biak c. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptic Rasional : Untuk mencegah masuknya bakteri penyebab infeksi d. Pastikan balutan tertutup dengan benar Rasional : Balutan yang tertutup dengan benar dapat mencegah masuknya bakteri penyebab infeksi e. Berikan antibiotic sesuai dengan advis dokter Rasional : Antibiotik sangat diperlukan dalam pengobatan luka karena untuk menurunkan jumlah organisme pada luka yang berinfeksi

65

2.2.4. Evaluasi Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor yang terjadi selama tahap pengkajian, analisisi, perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Meski tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan proses integral pada setiap tahap proses keperawatan. Pengumpulan data perlu direfisi untuk menentukan apakah informasi yang telah dikumplkan sudah mencukupi dan apakah perilaku yang diobservasi sudah selesai. Diagnosa juga perlu dievaluasi dalam hal keakuran dan kelengkapannya, tujuan dan intervensi dievaluasi adalah untuk menentukan apakah tujuan tersebut dapat tercapai secara efektif (Nursalam, 2001). Evaluasi dari diagnosa di atas pada hidrosefalus adalah :1.

Klien tidak gelisah, klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual mual

dan muntah, GCS : E4M6V5, tidak terdapat papiledema, dan TTV dalam batas normal. 2. Bunyi nafas terdengar bersih, ronki tidak terdengar, trackeal tube bebas sumbatan, menunjukkan batuk yang efektif, dan tidak ada lagi penumpukan secret di saluran pernafasan.

66

3. Nyeri berkurang atau dapat beradaptasi, dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri, klien tidak gelisah, dan Skala nyeri ( 0 3 / ringan ). 4. Mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh, dan memperlihatkan kenaikan berat badan sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium. 5. Klien dan orang tua mengetahui pelaksanaan kejang, menghindari stimulasi kejang, dan melakukan pengobatan teratur untuk menurunkan intensitas kejang. 6. Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur sendi, bertambahnya kekuatan otot, dan klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas 7. Keluarga mau menerima keadaan pertumbuhan dan perkembangan anaknya yang dialami sekarang, dan keluarga tampak tenang dan mau bekerja dalam perawatan dan panatalaksanaan. 8. Klien mampu secara subjektif menjelaskan ulang secara sederhana terhadap apa yang telah diindikasikan. 9. Klien mampu berpartisipasi terhadap pencehan luka, mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka, tidak ada tanda tanda kemerahan atau luka, kulit kering. 10. Klien dapat menunjukan tekanan darah, berat badan, nadi, intake dan output dalam batas normal.

67

11. Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti rubor, dolor, kalor, tumor, dan fungsiolasea serta luka insisi baik dan tidak ada infeksi BAB III TINJAUAN KASUS 3.1.Pengkajian 3.1.1. Identitas Klien Nama Umur Tanggal Lahir Jenis Kelamin Status Perkawinan Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat Tanggal masuk/ Jam Ruangan /RS/Puskesmas : An. D : 1 Tahun : 12 Maret 2010 : Laki - Laki : Belum Kawin : Islam :: Dibawah umur : Perbaungan Dusun I Serba Nanti : 22 Desember 2010 / 23:10 WIB : Rindu A-4 Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tanggal Pengkajian : 04 06 Mei 2011

68

Identitas Orang Tua : Nama Ayah Umur Pekerjaan Suku / Bangsa Agama Pendidikan Alamat 63 : Tn. T : 28 tahun : Karyawan Swasta : Jawa / Indonesia : Islam : S1 : Perbaungan Dusun I Serba Nanti

Nama Ibu Umur Pekerjaan Suku / Bangsa Agama Pendidikan Alamat

: Ny. B : 26 tahun : IRT : Jawa / Indonesia : Islam : SMP : Perbaungan Dusun I Serba Nanti

69

3.1.2. Kedudukan Anak Dalam Keluarga Dan Keadaan Saudarah Kehamilan Ab Lahir Mati Lahir Hidup Jenis Kelamin L/P Umur Keadaan Sekarang

39 minggu

-

-

Hidup

Laki Laki

1 tahun

Sakit

3.1.3. Alasan Dirawat A. Keluhan Utama Pada tanggal 22 Desember 2010, klien masuk ke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pukul 23:10 WIB dibawah oleh orang tuanya dengan keluhan kepala anaknya semakin lama bertambah besar, kepala sakit ( skala nyeri 4 6/ sedang ), menangis, demam dan lingkar kepala klien saat lahir 31 cm dan saat ini 56 cm, dialami klien sejak 5 bulan yang lalu. B. Riwayat Kesehatan 1. Riwayat Kesehatan Sekarang Pada saat pengkajian tanggal 04 Mei 2011 orang tua klien mengatakan klien sering menangis, sakit kepala ( skala nyeri 4-6/sedang ), demam dan kepala klien semakin lama bertambah besar, lingkar kepala klien saat ini 56 cm TD : 90/60 mmHg, Temp : 39 0C, HR : 130 x/I, RR : 35 x/i 2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

70

Orang tua klien mengatakan klien tidak perna menderita penyakit yang serius, yang pernah dialami klien hanya penyakit biasa seperti demam, batuk, pilek dan mencret yang penyebabnya tidak diketahui. Semuanya sembuh setelah minum obat yang dibeli dibalai pengobatan ( bidan desa ). Klien tidak mempunyai riwayat alergi dengan makanan yang di konsumsi oleh klien dan obat.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga Orang tua klien tidak mempunyai penyakit keturunan dan didalam keluarga orang tua klien tidak ada yang mengalami penyakit seperti yang diderita klien. 3.1.4. Genogram

Keterangan Gambar : : Laki-laki : Perempuan : Laki-laki Meninggal : Perempuan Meninggal

71

: Klien : Tinggal Serumah : Garis Perkawinan : Garis Keturunan 3.1.5. Riwayat Anak1. Pada masa anak dalam kandungan, ibu memeriksakan kandungan sebanyak

4 kali dan diperiksa oleh dokter, tempat pemeriksaan adalah puskesmas, imunisasi yang didapat adalah TT. Makanan ibu waktu hamil cukup, obat obatan yang diminum pada saat hamil adalah Vitamin B kompleks dan obat penambah darah,2. Pada waktu dilahirkan, ibu melahirkan dipuskesmas, ditolong oleh dokter,

bayi dilahirkan secara biasa yaitu bayi lahir dengan spontan pervagina. Keadaan bayi setelah lahir, bayi menangis spontan, BB : 3,5 kg, TB : 48 cm, lingkar kepala sewaktu lahir 31 cm dan saat setelah lahir cacat congenital tidak ada, ikterus pada bayi tidak ada, tida ada kejang, paralisis, perdarahan, trauma persalinan dan penurunan BB. Anak mendapatkan ASI segera setelah lahir.3.1.6. Kebutuhan Bio Psoko Sosial Dalam Kehidupan / Kebiasaan

Sehari hariA. Dalam bernafas, frekuensi RR : 35 x / menit dan bernafas secara spontan.

72

B. Pada masa bayi, anak mendapat ASI eksklusif dan mendapat makanan padat

diberikan pada usia 7 bulan dengan cara pemberiannya yaitu dicampur dengan susu botol, sedangkan untuk makanan pantangannya tidak ada.

Keadaan Sekarang : 1. Alergi Klien tidak mempunyai alergi baik dari segi makanan maupun minuman yang klien konsumsi.2. Makanan tambahan diberikan pada umur : 7 bulan berupa makanan

padat 3. Makanan sekarang yang diberikan : a. Makanan yang paling disenangi :

Makanan yang paling di sukai oleh klien tidak ada.b.

Makanan yang paling tidak disenangi :

Makanan yang paling tidak di sukai oleh klien tidak ada. c. Frekwensi makan sehari :

Frekuensi makan klien 3 x sehari, nafsu makan klien baik. d. Jumlah minum sehari :

73

Sebelum masuk rumah sakit klien minum susu botol 5 6 gelas / hari ( 1000 1200 cc/hari ), minuman yang disukai klien adalah susu botol. Sesudah masuk rumah sakit klien minum susu botol sebanyak 4 5 gelas / hari. 4. Jenis makanan : Sebelum masuk rumah sakit klien makan 3 x sehari, sedangkan makanan sehari hari adalah nasi padat dengan cara pemberiannya yaitu dicampur dengan susu botol diberikan pada usia 7 bulan, dan klien menyukai semua makanannya sedangkan makanan yang disukai klien adalah tidak ada dan klien tidak ada makanan pantangan. Sesudah masuk rumah sakit klien makan 3 x sehari, dan diet yang diberikan oleh pihak rumah sakit adalah minum susu dan makanan lunak ( M II ), nafsu makan klien baik. 5. Nafsu makan klien pada pagi, sore dan malam tidak ada masalah. Dalam melakukan aktivitas, klien memerlukan bantuan sepenuhnya dari orang tua / perawat. C. Tidur Sebelum masuk rumah sakit klien tidur siang 2 3 jam / hari, dan tidur malam 10 - 12 jam / hari.

74

Sesudah masuk rumah sakit klien tidur siang 2 jam ( 13:00 15:00 WIB ) dan tidur malam dari jam 21:00 06:00 WIB, klien tidak mengalami kesulitan diwaktu tidur. D. Eleminasi ( BAK dan BAB ) BAK Sebelum masuk rumah sakit frekuensi BAK klien 5 6 x / hari, banyaknya 1200 1500 cc / hari, warnanya kuning jernih, kelainan tidak ada, dan baunya khas. Sesudah masuk rumah sakit frekuensi 5 x / hari, banyaknya 1000 1200 cc / hari, warnanya kuning jernih, kelainan tidak ada, dan baunya khas dan mengganti popok sebanyak 4 x / hari. BAB Sebelum masuk rumah sakit klien BAB 2 3 x / hari, warna kuning, konsistensi lembek, bau khas dan tidak ada perdarahan atau kelainan. Sesudah masuk rumah sakit klien BAB 3 x / hari, warna kuning, konsistensi lembek, bau khas dan tidak ada perdarahan atau kelainan E. Aktifitas dan latihan Skala kekuatan otot 5 ( baik ) , kebutuhan klien saat ini di bantu oleh orang tua klien sendiri, klien sudah dapat menggenggam mainan dengan kuat dan erat, keadaan umum tampak lemah. F. Personal Hygiene

75

Sebelum masuk rumah sakit klien mandin 2 x / hari ( pagi dan sore ), gosok gigi 2 x / hari, cuci rambut 2 x / hari dan potong kuku 1 x / minggu dibantu oleh orang tua. Setelah masuk rumah sakit klien mandi 2 x / hari, potong kuku 1 x / minggu, dan dibantu oleh orang tua dan perawat, tidak ada hambatan dalam melakukan personal hygiene. G. Konsep Diri Masalah yang di hadapi anak saat ini sangat mempengaruhi klien sehingga anak jadi rewel dan mudah menangis.H. Hubungan anak dengan ayah / ibu dan keluarga lain lain ; cukup baik.

3.1.7. Pengawasan Kesehatan, Immunisasi dan Penyakit Yang Pernah Diderita Sewaktu bayi klien memiliki KMS ( Kartu Menuju Sehat ), karena ibu ingin sekali mengetahui perkembangan dan nutrisi yang diberikan kepada anaknya sudah cukup atau belum. Immunisasi : Imunisasi yang didapat anak diantaranya BCG 1x, Hepatitis B 1x, DPT 3x, polio 3x dan campak 1x. Penyakit yang pernah diderita klien saat bayi adalah demam, batuk, pilek dan mencret, semuanya sembuh dengan memberikan obat yang dibeli di balai pengobatan ( bidan desa ).

76

3.1.8. Perkembangan anak : Pada motorik kasar anak sudah dapat memegang makanan atau mainan dengan kuat dan erat, motorik halus anak sudah dapat membedakan perbedaan mana orang tua dan mana yang bukan orang tua. Pada kemampuan berbahasa anak dapat menyebutkan kata-kata seperti MA MA, DA DA, PA PA. Sosialisasi anak dengan orang lain cukup baik kecuali dengan perawat, anak akan menangis jika melihat perawat.

3.1.9. Pengetahuan Orang Tua Tentang Penyakit / Kesehatan Anaknya Orang tua klien selama ini tidak mengetahui tentang penyakit, tanda dan gejala, penyebab dan penanganan penyakit yang diderita anaknya. 3.1.10. Pemeriksaan Fisika. Tanda Tanda Vital ( hari Rabu, tanggal 04 Mei 2011 Jam 20:30 Wib )

Keadaan umum klien lemah, kesadaran compos mentis, suhu 39 0C, tekanan darah 90 / 60 mmHg, denyut nadi 130 x / menit, frekuensi pernafasan 35 x / menit, penampilan bersih, ciri cirri tubuh ; rambut hitam dan lurus, kulit kuning langsat. b. Pemeriksaan Head to Too

77

1. Kesan Umum Kebersihan anak ; cukup, keadaan gizi sedang, gerakan gerakan anak aktif tidak ada gangguan sama sekali dalam hal tersebut. 2. Warna Kulit, kuning langsat dan tidak ada kelainan. 3. Suara waktu menangis, pada saat dilahirkan klien menangis dengan spontan dan pada saat keadaan sekarang, klien menangis dengan suara normal / keras.4. Tonus ; baik, klien dapat menahan tekanan yang diberikan seperti gerak

grafitasi, skala kekuatan otot 5 ( baik ). 5. Turgor ; baik, dapat kembali dengan cepat bila di tekan atau dicubit. 6. Oedema ; tidak terlihat oedema pada tubuh klien.7. Kepala ; bentuk kepala bulat, kepala klien membesar, tulang temporalis

melebar, ubun ubun membesar menonjol bila anak menangis, ukuran kepala 56 cm, terdapat luka pemasangan shunt.8. Mata ; bola mata bulat simetris, tidak ada kelainan pada visus /

ketajaman mata, sclera dan conjungtiva, dan tidak ada pemakaian alat bantu.9. Hidung ; gerakan sayap hidung dan suara waktu bernafas ada, klien

tidak mengalami pilek, fungsi penciuman klien bagus ditandai dengan klien dapat membedakan bau bauan, tidak ada perdarahan, peradangan mukosa, polip dan tidak ada pemakaian alat bantu.

78

10. Telinga ; bersih, bentuk telinga normal, lengkap simetris kiri dan kanan,

daun telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada penumpukan serumen, tidak ada cairan yang keluar dari telinga. Fungsi pendengaran bagus ditandai dengan klien dapat membedakan suara suara.11. Mulut ; bentuk bibir normal, mukosa bibir lembab, pergerakan bibir

normal, reflek menelan bagus ditandai dengan setiap makanan yang diberikan dapat ditelan tanpa dikeluarkan lagi12. Gigi ; bersih, jenis gigi ; gigi susu sudah mulai ada, lidah bersih.

13. Leher ; tidak ada pembesaran kelenjar tiroid14. Thorax ; insfeksi : pergerakan dada simetris, frekwensi pernafasan 35 x /

menit, auskultasi : bunyi nafas vesikuler, dan perkusi : dada kiri / kanan : resonansi.15. Cord / jantung ; peningkatan frekwensi jantung ( takikardia ) frekwensi

130 x / menit, pada saat dilakukan pemeriksaan dengan cara inspeksi / perkusi sianosis dan nyeri dada tidak ada, auskultasi bunyi jantung I dan II normal ( lup dup ) sedangkan bunyi jantung III tidak ditemukan, capila refil kembali < 2 detik.16. Abdomen ; peristaltic baik, bentuk simetris, pusat bersih, keadaan turgor

kulit baik, tidak ada nyeri tekan, pembesaran hepar, dan pembesaran limfe, dan tidak ada tanda tanda infeksi

79

17. Genitalia ; jenis kelamin laki - laki, hygiene bagus, pada kulit tidak

terdapat lesi, kelainan tidak ada, nyeri tekan tidak ada, cairan kental tidak ada, pembesaran / pembengkakan di daerah scrotum tidak ada.18. Ukuran ukuran ; BB ; 11 kg, TB / panjang badan ; 60 cm, suhu ; 390

C, nadi ; 130 x / menit, pernafasan ; 35 x / menit

19. Kepandaian anak sekarang ; Pada motorik kasar anak sudah dapat

memegang makanan atau mainan dengan kuat dan erat, motorik halus anak sudah dapat membedakan perbedaan mana orang tua dan mana yang bukan orang tua. Pada kemampuan berbahasa anak dapat menyebutkan kata-kata seperti MA MA, DA DA, PA PA. 3.1.11. Pemeriksaan Penunjang a.b.

Diagnosa Medis Pemeriksaan Laboratorium Test Satuan gr / dl K/UL K/UL

: Hidrosefalus : Tanggal 29 April 2011 Hasil 8,80 14,53 477 Normal 13, 0-18,0 5, 0- 11,0 150-450

HGB (hemoglobin) WBC (leukosit) PLT (trombosit)

Hasil CT Scan dan MRI pada tanggal 27 April 2011 kesan menunjukan pembesaran ventrikel 3.1.12. Therapy 1.2.

Bedrest Diet M II ( makanan lunak dan susu )

80

3.

Obat obatan yang diberikan : Nama Obat Indikasi Efek Samping

IVFD Nacl 0,225 % : 10 Untuk mengganti cairan gtt / menit tubuh. IVFD D5 % : 10 gtt / Untuk mengganti cairan menit tubuh. Injeksi Novalgin 30 mg / Nyeri pasca operasi Mual, muntah, nyeri 8 jam ( cabut gigi, perut, rasa terbakardi ulu episiotomi ), hati dismenorea, sakit kepala, demam, reumatoid artritis, osteoartritis, spondilitis ankilosa. Injeksi Ceftriaxon 250 Infeksi saluran nafas mg / 12 jam bawah, kulit dan tulang, saluran kemih yang disebabkan S. pneumonia, S. aureus, H. influenza, Klebsiela, S. epidermidis, Pr. Mirabilis, Ps. Aerugenosa, dan vulgaris; gonore nonkompliksasi dan infeksi genitourinaria yang disebabkan N. gonore; septikemia yang disebabkan S. aureus, S. pneumonia. Injeksi Phenytoin 30 mg / 8 jam Epilepsi grandmal, epilepsi psikomotor, epilepsi fokal, neuralgia. Ulkus peptikum, refluks esofagitis, sindrom ZollingerEllison, mastositosis, adenoma endokrin multiple Nyeri tempat suntikan, reaksi hipersensitif, eosinofilia, sakit kepala, vaginitis atau moniliasis, diaforesis.

Pusing, ataksia, nistagmus, mual, muntah, kulit kemerahan, letargia. Sakit kepala, diare, ginekomastia, reaksi alergi dan hipersensitivitas, astralgia.

Injeksi Cimetidine 20 mg / 8 jam

81

3.2.Analisa Data Nama Diagnosa Medis Tanggal Pengkajian No. Data : An. D : Hidrosefalus : 04 Mei 2011 Etiologi Masalah

82

1.

DS : Orang tua klien mengatakan anaknya sering menangis.

Peningkatan Tekanan Intrakranial

Gangguan Rasa Nyaman Nyeri

DO :-

Terdapatnya luka pemasangan shunt pada daerah kepala Klien tampak lemah Skala nyeri 4 6 (sedang). Ukuran cm. kepala 56

-

-

Klien tampak gelisah TTV : TD ; 90/60 mmHg, HR ; 130 x/menit, RR ; 35 x/menit, Temp;390C. Penumpukan cairan yang berlebihan di kepala Gangguan Mobilitas Fisik ; Kepala

2.

DS : - Orang tua klien mengatakan kepala anaknya semakin hari bertambah besar. DO : -

Ukuran kepala 56 cm Kebutuhan klien saat ini di bantu oleh orang tua klien sendiri Tulang melebar temporalis

-

Keadaan umum klien lemaha Skala kekuatan otot 5 TTV : TD ; 90/60 mmHg, HR ; 130

83

x/menit, RR ; 35 x/menit, Temp ; 39 0 C. 3. DS : - Orang tua klien mengatakan takut akan ketidak sembuhan penyakit yang diderita anaknya. DO : Keluarga klien sering bertanya tentang keadaan dan prognosis anaknya. Keluarga gelisah tampak Kurangnya informasi tentang sumbersumber penyakit hidrosefalus Kurang Pengetahuan Tentang Penyakit Hidrosefalus

-

Kesadaran umum komposmentis.

3.3.Diagnosa Keperawatan1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan

intrakranial ditandai dengan orang tua klien mengatakan anaknya sering menangis, terdapatnya luka pemasangan shunt pada daerah kepala, klien tampak lemah, skala nyeri 4 6 sedang, ukuran kepala 56 cm, klien tampak gelisah, TD ; 90/60 mmHg, HR ; 130 x/menit, RR ; 35 x/menit, Temp ; 390

C.

84

2. Gangguan mobilitas fisik ; kepala berhubungan dengan pembesaran kepala

ditandai dengan orang tua klien mengatakan kepala anaknya semakin hari bertambah besar, ukuran kepala 56 cm, kebutuhan klien saat ini di bantu oleh orang tua klien sendiri, tulang temporalis melebar, keadaan umum klien lemah, skala kekuatan otot 5, TD ; 90/60 mmHg, HR ; 130 x/menit, RR ; 35 x/menit, Temp ; 39 0C.3. Kurang pengetahuan tentang penyakit hidrosefalus berhubungan dengan

kurangnya informasi tentang sumber sumber penyakit hidrosefalus ditandai dengan orang tua klien mengatakan takut akan ketidak sembuhan penyakit yang diderita anaknya, keluarga klien sering bertanya tentang keadaan dan prognosis anaknya, keluarga tampak gelisah.

85

3.4.

NCP ( Nursing Care Planing atau Rencana Asuhan Keperawatan ) Tujuan & Kriteria Hasil Asuhan Keperawatan Intervensi Rasional a. Berikan tindakan a. Pendekatan dengan pereda nyeri menggunakan relaksasi dan (nonfarmakologi) pada nonfarmakologi lainnya klien telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri. b. Ajarkan teknik b. Akan melancarkan relaksasi pada klien. peredaran darah, sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan akan terpenuhi, sehingga akan mengurangi nyeri c. Kaji skala nyeri c. Untuk menentukan klien seberapa parahnya nyeri yang dialami klien d. Analgetik memblok d. Kolaborasi dengan lintasan nyeri, sehingga dokter dalam nyeri berkurang. pemberian analgetik

No. 1.

Diagnosa Keperawatan

Gangguan rasa nyaman nyeri Tujuan : berhubungan dengan peningkatan - Nyeri tekanan intrakranial ditandai dengan berkurang/hilang dalam orang tua klien mengatakan anaknya 3 hari perawatan sering menangis, terdapatnya luka Kriteria Hasil : pemasangan shunt pada daerah - Dapat kepala, klien tampak lemah, skala mengidentifikasi nyeri 4 6 sedang, ukuran kepala 56 aktivitas yang cm, klien tampak gelisah, TD ; 90/60 meningkatkanatau mmHg, HR ; 130 x/menit, RR ; 35 menurunkan nyeri. 0 x/menit, Temp ; 39 C. - Klien tidak gelisah - Skala nyeri (03)/ringan

80

86

2.

Gangguan mobilitas fisik ; kepala Tujuan : berhubungan dengan penumpukan - Klien mampu cairan yang berlebihan di kepala melaksanakan aktivitas ditandai dengan orang tua klien fisik sesuai dengan mengatakan kepala anaknya semakin kemampuannya hari bertambah besar, ukuran kepala Kriteria Hasil : 56 cm, kebutuhan klien saat ini di - Klien dapat ikut bantu oleh orang tua klien sendiri, serta dalam program tulang temporalis melebar, keadaan latihan umum klien lemah, skala kekuatan - Tidak terjadi otot 5, TD ; 90/60 mmHg, HR ; 130 kontraktur sendi x/menit, RR ; 35 x/menit, Temp ; 39 - Bertambahnya 0 C kekuatan otot - Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas

a. Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan. b. Kaji secara teratur fungsi motorik c. Ubah posisi klien tiap 2 jam

a. Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas b. Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas c. Menurunkan risiko terjadinya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan d. Peningkatan kemampun dalam mobilitas ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapis a. Rasa percaya yang terbina antara perawat keluarga klien / klien dokter merupakan modal dasar komunikasi efektif dalam pengumpulan data, menemukan masalah dan alternative pemecahan masalah

d. Kolaborasi dengan dokter dan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien

3.

Kurang pengetahuan tentang Tujuan : penyakit hidrosefalus berhubungan - Kurang pengetahuan dengan kurangnya informasi tentang keluarga tentang sumber sumber penyakit penyakit hidrosefalus hid