refarat hidrosefalus acc
TRANSCRIPT
Disususn Oleh : I MADE RADITYA M (05-012)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2014
Disususn Oleh : I MADE RADITYA M (05-012) Page 1
HIDROSEFALUS
I. PENDAHULUAN
Hidrosefalus telah dikenal sejak zaman Hippocrates. Saat itu hidrosefalus
dianggap sebagai penyebab epilepsi. Pengobatan hidrosefalus semula dilakukan
dengan mengiris kulit kepala. Baru pada tahun 1879 dilakukan operasi oleh Hilton.
Deskripsi tentang hidrosefalus cukup bervariasi. Dari beberapa defenisi
hidrosefalus yang dikenal di buku-buku, maka defenisi oleh Swaiman (1981)
memberikan gambaran yang lengkap bahwa hidrosefalus adalah pembesaran
ventrikulus otak sebagai akibat peningkatan jumlah cairan serebrospinal (CSS) yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsinya. Kondisi ini juga
bisa disebut sebagai gangguan hidrodinamik CSS. Kondisi seperti cerebral atrofi juga
mengakibatkan peningkatan abnormal CSS dalam susunan saraf pusat (SSP). Dalam
situasi ini, hilangnya jaringan otak meninggalkan ruang kosong yang dipenuhi secara
pasif dengan CSS. Kondisi seperti itu bukan hasil dari gangguan hidrodinamik dan
dengan demikian tidak diklasifikasikan sebagai hidrosefalus. (1,2,3,4)
II. KLASIFIKASI
Klasifikasi hidrosefalus cukup beragam, bergantung pada faktor yang berkaitan
dengannya. Berikut ini klasifikasi hidrosefalus yang sering dijumpai :
1. Menurut gambaran klinik, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan
hidrosefalus yang tersembunyi (occult hydrocephalus). Hidrosefalus yang tampak
jelas tanda-tanda klinis yang khas disebut hidrosefalus yang manifes. Sementara
itu, hidrosefalus dengan ukuran kepala yang normal disebut sebagai hidrosefalus
yang tersembunyi.(1)
2. Menurut waktu pembentukannya, dikenal hidrosefalus kongenital dan
hidrosefalus akuisita. Hidrosefalus yang terjadi pada neonatus atau berkembang
selama intra-uterin disebut hidrosefalus kongenital. Hidrosefalus yang terjadi
karena cedera kepala selama proses kelahiran disebut hidrosefalus infantil.
Hidrosefalus akuisita adalah hidrosefalus yang terjadi setelah masa neonatus atau
disebabkan oleh faktor-faktor lain setelah masa neonatus.(1)
Disususn Oleh : I MADE RADITYA M (05-012) Page 2
3. Menurut proses terbentuknya hidrosefalus, dikenal hidrosefalus akut dan
hidroseafalus kronik. Hidrosefalus akut adalah hidrosefalus yang terjadi secara
mendadak sebagai akibat obstruksi atau gangguan absorbsi CSS. Disebut
hidrosefalus kronik apabila perkembangan hidrosefalus tejadi setelah aliran CSS
mengalami obstruksi beberapa minggu. (1)
4. Menurut sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidosefalus non-
komunikans. Hidrosefalus non-komunikans berarti CSS sistem ventrikulus tidak
berhubungan dengan CSS ruang subaraknoid misalnya yang terjadi bila
akuaduktus Sylvii, atau foramina Luschka dan Magendie tersumbat. Hidrosefalus
komunikans adalah hidrosefalus yang memperlihatkan adanya hubungan antara
CSS sistem ventrikulus dan CSS dari ruang subaraknoid; contohnya, terjadi bila
penyerapan CSS di dalam vili araknoidalis terhambat. (1,2,3,4,5,6,7,8,9)
5. Pseudohidrosefalus dan hidrosefalus tekanan normal (normal pressure
hydrocephalus). Pseudohidrosefalus adalah disproporsi kepala dan badan bayi.
Kepala bayi tumbuh cepat selama bulan kedua sampai bulan kedelapan. Sesudah
itu disproporsinya berkurang dan kemudian menghilang sebelum berumur tiga
tahun. Hidrosefalus tekanan normal ditandai oleh pelebaran sitem ventrikulus otak
tetapi tekanan CSS dalam batas normal.(1)
III. EPIDEMIOLOGI
Frekuensi hidrosefalus lebih kurang 2 kasus per 1.000 kelahiran. Frekuensi
hidrosefalus dan spina bifida adalah 9.7% diantara kelainan perkembangan sistem
saraf. Hidrosefalus dapat terjad i pada semua umur. Juga tidak ada perbedaan ras. Pada
remaja dan dewasa lebih sering disebabkan oleh toksoplasmosis. (1)
Hidrosefalus infantil, 46% diantaranya adalah akibat abnormalitas prekembangan
otak, 50% karena perdarahan subaraknoid dan meningitis, kurang dari 4% akibat
tumor fossa posterior. (1)
Insiden hidrosefalus kongenital di AS adalah 3 per 1.000 kelahiran hidup
sedangkan insiden untuk hidrosefalus akuisita (aquired hydrocephalus) tidak diketahui
secara pasti karena penyebab penyakit yang berbeda-beda. Pada umumnya, Insiden
hidrosefalus adalah sama untuk kedua jenis kelamin, kecuali pada sindrom Bickers-
Disususn Oleh : I MADE RADITYA M (05-012) Page 3
Adams, X-linked hydrocephalus ditularkan oleh perempuan dan diderita oleh laki-laki.
Hidrosefalus dewasa mewakili sekitar 40% dari total kasus hidrosefalus. (4)
IV. ETIOLOGI
Apapun sebab dan faktor resikonya, hidrosefalus terjadi sebagai akibat obstruksi,
gangguan absorbsi atau kelebihan produksi CSS. Tempat predileksi obstruksi adalah
foramen Monroe, foramen Sylvii, foramen Luschka, foramen Magendi dan vili
araknoid.(1)
Hidrosefalus secara umum dapat disebabkan oleh banyak hal seperti tumor, infeksi,
peradangan dan perdarahan. (2,4,5,10)
Obstruksi CSS disebabkan oleh faktor-faktor intraventrikular, ekstraventrikular
dan kelainan kongenital. Faktor intraventrikular meliputi stenosis herediter, stenosis
intraventrikular, ventrikulitis, papiloma pleksus koroideus atau neoplasma lain. (1)
Faktor ekstraventrikular meliputi stenosis kompresi akibat tumor dekat ventrikulus,
tumor di fossa posterior atau tumor cerebellum. Kelainan kongenital meliputi
malformasi Arnold-Chairi dan sindrom Dandy Walker. (1)
Secara terperinci penyebab dari hidrosefalus adalah sebagai berikut :
1. Hidrosefalus kongenital (congenital Hydrocephalus) pada bayi dan anak-anak
dapat disebabkan oleh :
Malformasi batang otak menyebabkan stenosis dari akuaduktus Sylvius
Malformasi Dandy-Walker
Malformasi Arnold-Chiari tipe 1 dan tipe 2
Agenesis dari foramen Monroe
Kongenital toksoplasmosis
Sindrom Bickers-Adams (4)
2. Hidrosefalus akuisita (aquired Hydrocephalus) pada bayi dan anak-anak dapat
disebabkan oleh :
Massa lesi: biasanya tumor (misalnya, medulloblastoma, astrocytoma), tetapi
kista, abses, atau hematom juga dapat menjadi penyebab hidrosefalus ini.
Perdarahan: perdarahan intraventrikular dapat dikaitkan dengan prematur,
cedera kepala, atau pecahnya suatu malformasi vaskular.
Infeksi: Meningitis
Disususn Oleh : I MADE RADITYA M (05-012) Page 4
Idiopatik (4)
3. Hidrosefalus pada orang dewasa dapat disebabkan oleh :
Perdarahan subarachnoid (SAH), menghalangi dan membatasi penyerapan
dari CSS.
Hidrosefalus idiopatik.
Tumor bisa menyebabkan penyumbatan di sepanjang jalur CSS. Tumor yang
paling sering berhubungan dengan hidrosefalus adalah ependymoma,
papiloma pleksus choroid, adenoma hipofisis, hipotalamus atau glioma saraf
optik, dan metastasis tumor.
Meningitis (4)
V. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Anatomi
Secara umum sirkulasi CSS terdiri dari pleksus koroideus, ventrikulus, ruang
subaraknoid dan vili araknoidea.
1. Pleksus koroideus
Pleksus koroideus terletak pada ventrikulus lateralis, tertius dan quartus. Pada saat
embrio, pleksus ini berkembang dari invaginasi mesenkim pada daerah
mielensefalon selama minggu keenam intra-uterin. Pada usia minggu ke-7 sampai
ke-9, pleksus koroideus mulai kehilangan jaringan mesenkimal dan ditutupi oleh
sel-sel ependimal. (11)
Gambar 1. Potongan koronal dari ventrikulus lateralis dan tertius, tampak pleksus
koroideus (diambil dari kepustakaan 11)
2. Sistem ventrikulus
Disususn Oleh : I MADE RADITYA M (05-012) Page 5
a. Ventrikulus Lateralis
Ventrikulus lateral berjumlah dua buah dan berbentuk huruf C, secara
anatomi, ventrikel ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu bagian kornu
anterior, korpus dan kornu posterior. Corpus dari ventrikulus lateralis menjadi
dasar dari septum pelusida. (11)
b. Ventrikulus Tertius
Ventrikulus tertius berada diantara dua thalami dan dibatasi oleh
hypothalamus di bagian inferior. Bagian anterior dari ventrikulus tertius
berhubungan dengan lamina teminalis dan foramen interventrikularis atau
foramen Monroe. Sedangkan bagian posteriornya berhubungan dengan
ventrikulus quartus melalui aquaduktus cerebri Sylvii. (11)
c. Ventrikulus Quartus
Ventrikulus quartus terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian superior (bagian dari
isthmus rhombensefalon), intermedius (bagian metensefalon) dan inferior
(bagain mielensefalon). Dinding dari ventrikel ini dibatasi oleh sel-sel
ependim, berlanjut ke bawah oleh canalis sentralis dari medulla dan bagian
superior oleh aquaduktus cerebri Sylvii dan melebar ke foramen
lateralis/foramen Luschka. (11)
Gambar 2. Proyeksi ventrikel lateral, tertius dan quartus pada otak.
(diambil dari kepustakaan 11)
3. Spatium/Ruang Subaraknoid
Otak dan medulla spinalis dibungkus oleh menings yang terdiri dari tiga lapisan.
Dari luar ke dalam dimulai dari duramater, araknoid dan piamater. Duramater
merupakan lapisan paling superfisial dan melekat pada calvaria cranii, kemudian
Disususn Oleh : I MADE RADITYA M (05-012) Page 6
lapisan kedua adalah araknoid. Dan selaput otak (menings) yang langsung
melekat pada girus otak adalah piamater. Antara araknoid dan piamater terdapat
spatium subaraknoid. Spatium subaraknoid diisi oleh CSS dan arteri-arteri utama
yang memperdarahi otak. Pada bagian tertentu spatium subaraknoid melebar dan
membentuk suatu cisterna. Antara medulla dan cerebellum terdapat cisterna
magna. (11,12)
Gambar 3. Posisi dari sisterna ruang subaraknoid.
(diambil dari kepustakaan 11)
4. Granulatio dan vili araknoidea
Telah diketahui bahwa granulatio dan vili araknoidea sangat berperan penting
dalam mengatur aliran CSS ke sistem venosus pada tubuh manusia. (11)
Gambar 4. (Kiri) potongan koronal melalui verteks memperlihatkan vena, menings dan
granulatio arknoidea. (kanan) diagram granulatio.
(diambil dari kepustakaan 11)
Fisiologi aliran CSS
Disususn Oleh : I MADE RADITYA M (05-012) Page 7
Sebagian besar (sekitar 70%) CSS diproduksi oleh pleksus choroideus yang
terletak di dalam sistem ventrikel, terutama pada ventrikel lateralis. Produksi CSS
normal adalah 0,20-0,35 mL / menit; atau sekitar 300-500 ml/hari. Kapasitas
ventrikel lateralis dan tertius orang yang sehat adalah 20 mL dan total volume
CSS pada orang dewasa adalah 120 -160 mL. (2,4,8,11)
Aliran CSS dimulai dari pleksus choroideus yang terdapat pada ventrikulus
lateralis kemudian ke ventrikel tertius melalui foramen interventrikular (foramen
Monroe), dari ventrikel tertius CSS dialirkan ke dalam ventrikulus quartus melalui
aquaductus cerebri Sylvii, dan pada akhirnya ke ruang subaraknoid melalui
foramen Luschka dan Magendie dan selanjutnya diabsorbsi di granulatio dan vili
araknoidea ke sistem sinus venosus. (1,2,12,13)
Gambar 5. Tanda panah memperlihtakan aliran cairan serebrospinal dari ventrikulus
lateralis ke villi arachnoidea. (diambil dari kepustakaan 7)
Disususn Oleh : I MADE RADITYA M (05-012) Page 8
Gambar 6. Menings dan aliaran CSS. (diambil dari kepustakaan 12)
VI. PATOFISIOLOGI
Patogenesis hidrosefalus dapat dibagi dalam dua bentuk, yaitu sebagai berikut:
1. Bentuk hidrosefalus akut, didasari oleh faktor mekanik. Perdarahan otak,
tumor/infeksi/abses otak, stenosis akuaduktus cerebri Sylvii, hematoma
ekstradural dan edema otak akut akan mengganggu aliran dan absorbsi CSS
sehingga terjadi peningkatan TIK. Akibatnya tekanan intraventrikular meningkat,
sehingga kornu anterior ventrikulus lateral melebar. (1)
Kemudian diikuti oleh pelebaran seluruh ventrikulus lateralis. Dalam waktu
singkat diikuti penipisan lapisan ependim ventrikulus. Hal ini akan
mengakibatkan permeabilitas ventrikulus meningkat sehingga memungkinkan
absorbsi CSS dan akan menimbulkan edema substantia alba di dekatnya. (1)
Apabila peningkatan absorbsi ini dapat mengimbangi produksinya yang
berlebihan maka tekanannya secara bertahap akan menurun sampai normal,
meskipun penderita masih memeperlihatkan tanda-tanda hidrosefalus. Keadaan
Disususn Oleh : I MADE RADITYA M (05-012) Page 9
demikian ini disebut hidrosefalus tekanan normal. Namun biasanya peningkatan
absorbsi ini gagal mengimbangi kapasitas produksinya. Sehingga terjadi
pelebaran ventrikulus berkelanjutan dengan tekanan yang juga tetap meningkat. (1)
2. Hidrosefalus kronik terjadi beberapa minggu setelah aliaran CSS mengalami
sumbatan atau mengalami gangguan absorbsi, apabila sumbatan dapat
dikendalikan atau dihilangkan, tekanan intraventrikular akan menjadi progresif
normotensif karena adanya resorbsi transependimal parenkim paraventrikular.
Akibat dari peningkatan tekanan CSS intraventrikular mengakibatkan sistem
venosa menjadi kolaps dan penurunan volume aliaran darah, sehingga terjadi
hipoksia dan perubahan metabolisme parenkim (kehilangan lipid dan protein).
Akibat lebih jauh adalah terjadinya dilatasi ventrikulus karena jaringan
periventrikular menjadi atrofi. (1)
Patogenesis hidrosefalus komunikans dan non-komunikas dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Pada hidrosefalus komunikans terjadi hubungan langsung antara CSS sistem
ventrikulus dan CSS di ruang subaraknoid. Hambatan aliran CSS pada tipe ini
biasanya pada bagian distal dari sistem ventrikulus ini, yaitu pada ruang
subaraknoid (sebagai akibat fibrosis dari infeksi sebelumnya) atau pada granulatio
arachnoidea ( sebagai akibat kelainan bentuk struktur ini). Hal ini mengakibatkan
akumulasi CSS dan pembesaran ruang ventrikulus. (5,6,7,14)
Gambar 7. CT Scan potongan axial, dimana tampak semua ventrikel membesar. (dikutip dari
kepustakaan 3)
2. Pada hidrosefalus nonkomunikans, CSS pada ruang ventrikulus tidak bias
mencapai ruang subaraknoid karena adanya hambatan aliran CSS pada foramen
Disususn Oleh : I MADE RADITYA M (05-012) Page 10
Monroe, aquaductus cerebri Sylvii atau pada foramen Magendi dan Luschka.
Obstruksi pada foramen Monroe misalnya diakibatkan oleh tumor, menghalangi
aliran CSS dari ventrikulus lateralis ke ventrikulus tertius, mengakibatkan
akumulasi cairan dan pembesaran pada ventrikulus lateralis pada sisi yang
mengalami sumbatan. Obstruksi aquaductus cerebri Sylvii oleh tumor, peradangan
atau atresia kongenital mengakibatkan akumulasi cairan dan pembesaran pada
ventrikulus tertius dan kedua ventrikulus lateralis. Obstruksi pada foramen
Magendi dan Luschka oleh tumor, inflamasi atau atresia Kongenital
mengakibatkan akumulasi dan pembesaran pada ventrikulus quartus, ventrikulus
tertius dan kedua ventrikulus lateralis. (5,6,7)
(a)
(b)
Gambar 8. (a) CT scan kepala potongan axial pada anak umur 1 hari. (b) CT scan dengan
pendarahan intracerebral dgn pengabungan hydrosephalus dan pendarahan
dari 3 atau 2 pada ventrikel lateral.
Disususn Oleh : I MADE RADITYA M (05-012) Page 11
Gambar 9. Tanda panah memperlihtakan aliran cairan serebrospinal dari ventrikulus
lateralis ke villi arachnoidea dan lokasi-lokasi obstruksi CSS yang bisa
menyebabkan hidrosefalus (diambil dari kepustakaan 10).
VII. DIAGNOSIS
A. Gambaran Klinik
Gambaran klinik hidrosefalus dipengaruhi oleh umur penderita, penyebab, lokasi
obstruksi, durasi dan perlangsungan penyakit. Gejala-gejala yang menonjol
merupakan refleksi dari peningkatan TIK. Rincian gambaran klinik adalah sebagai
berikut :
1. Neonatus
Gejala hidrosefalus yang paling umum dijumpai pada neonatus adalah
iritabilitas. Sering kali anak tidak mau makan dan minum, kadang-kadang
kesadaran menurun kearah letargi. Anak kadang-kadang muntah, jarang yang
bersifat proyektil. Pada masa neonatus ini gejala-gejala lainnya belum tampak,
sehingga apabila dijumpai gejala-gejala sepeti diatas, perlu dicurigai hidrosefalus.(1,4)
Disususn Oleh : I MADE RADITYA M (05-012) Page 12
2. Anak umur kurang dari 6 tahun
Pada umumnya anak mengeluh nyeri kepala, sebagai suatu manifestasi
peningkatan TIK. Lokasi nyeri tidak khas. Kadang-kadang muntah di pagi hari.
Dapat disertai keluhan penglihatan ganda (diplopia) dan jarang diikuti penurunan
Visus. (1,3,4)
Gangguan motorik dan koordinasi dikenali melalui perubahan cara berjalan.
Hal ini disebabkan oleh peregangan serabut kortikospinal korteks parietal sebagai
akaibat pelebaran ventrikulus lateral. Serabut-serabut yang medial lebih dahulu
tertekan, sehingga menimbulkan pola berjalan yang khas. (1,4)
Anak dapat mengalami gangguan dalam hal daya ingat dan proses belajar.
Apabila dilakukan pemeriksaan psikometrik akan terlihat adanya labilitas
emosional dan kesulitan dalam hal konseptualisasi. (1,4)
Pada anak dibawah enam tahun, termasuk neonatus, akan tampak pembesaran
kepala karena sutura belum menutup secara sempurna. Pembesaran kepala ini
harus dipantau dari waktu ke waktu, dengan mengukur lingkar kepala. Kepala
yang besar (makrosefal) belum tentu disebabkan oleh hidrosefalus tetapi bisa
disebabkan oleh kraniostosis. (1,4)
Fontanela anterior tampak menonjol, pada palpasi terasa tegang dan padat.
Tidak ditemukannya fontanela yang menonjol bukan berarti tidak ada
hidrosefalus. Pada umur satu tahun, fontanela anterior sudah menutup atau oleh
karena rongga tengkorak yang melebar maka TIK secara relatif akan mengalami
dekompresi. (1,4)
Perkusi pada kepala anak memberi sensai yang khas. Pada hidrosefalus akan
terdengar suara yang sangat mirip dengan suara ketuk pada semangka masak.
Pada anak lebih tua akan terdengar suara kendi retak (cracked-pot). Hal ini
menggambarkan adanya pelebaran sutura. (1,4)
Vena-vena di kulit kepala sangat menonjol, terutama bila bayi menangis.
Peningktan TIK akan mendesak darah vena dari alur normal di basis otak menuju
ke sistem kolateral. (1,4)
Mata penderita hidrosefalus memperlihatkan gambaran yang khas, yang
disebut sebagai setting-sun sign : skelera yang berwarna putih akan tampak diatas
Disususn Oleh : I MADE RADITYA M (05-012) Page 13
iris. Paralisis nervus abdusens, yang sebenarnya tidak menunjukkan letak lesi,
sering dijumpai pada anak yang lebih tua atau pada orang dewasa. (1,4)
Kadang-kadang terlihat nistagmus dan strabismus. Pada hidrosefalus yang
sudah lanjut dapat terjadi edema papil atau atrofi papil. (1,4)
3. Dewasa
Gejala yang paling sering dijumpai adalah nyeri kepala. Sementara itu
gangguan visus, gangguan motorik/bejalan dan kejang terjadi pada 1/3 kasus
hidrosefalus pada usia dewasa. Pemeriksaan neurologi pada umumnya tidak
menunjukkan kelainan, kecuali adanya edema papil dan atau paralisis nervus
abdusens. (1,3,4)
4. Hidrosefalus tekanan normal
Hidrosefalus ini dicirikan dengan trias demensia, gangguan berjalan dan
inkontinensia urin. Hal ini terutama pada penderita dewasa. Gangguan berjalan
dicirikan oleh berjalan lambat, langkah pendek dengan pengurangan ketinggian
langkah dan ataksia dimana kaki diletakkan di permukaan jalan dengan kekuatan
yang bervarisasi. Pada saat mata tertutupakan tampak jelas ketidakstabilan postur
tubuh. Tremor dan gangguan gerakan halus jari-jari tangan akan mengganggu
tulisan tangan penderita. (1,4)
B. Gambaran Radiologi
1. Foto Polos Kepala
Foto polos kepala dapat memberikan informasi penting seperti ukuran
tengkorak, tanda peningkatan TIK, massa pada fossa cranii serta kalsifikasi
abnormal. Hidrosefalus pada foto polos kepala akan memberikan gambaran
ukuran kepala yang lebih besar dari orang ormal, pelebaran sutura, erosi dari
sella tursica, gambaran vena-vena kepala tidak terlihat dan memperlihatkan
jarak antara tabula eksterna dan interna menyempit. Selain itu, untuk kasus
yang sudah lama sering ditemukan gambaran impressiones digitate akibat
peningkatan TIK. (1,3)
Disususn Oleh : I MADE RADITYA M (05-012) Page 14
Gambar 10. Foto kepala pada anak dengan hidrosefalus. Tampak kepala yang membesar
kesemua arah. Namun, tidak terlihat vena-vena kepala pada foto diatas.
(dikutip dari kepustakaan 13).
2. USG
Pada 6-12 bulan pertama kehidupan, diagnosis hidrosefalus dapat ditegakkan
degan USG. Pada USG akan tampak dilatasi dari ventrikel tetapi USG sangat
jarang digunakan dalam mendiagnosis hidrosefalus.
Disususn Oleh : I MADE RADITYA M (05-012) Page 15
(a) (b)
Gambar 11 a & b. Foto USG kepala fetus pada trimester ketiga. Tampak dilatasi bilateral dari
kedua ventrikel lateralis (gambar a) dan penipisan jaringan otak (gambar b).
(dikutip dari kepustakaan 15).
3. CT Scan
Dengan menggunakan CTScan, kita dapat menentukan ukuran dari ventrikel.
Jika terdapat tumor atau obstruksi, maka dapat ditentukan lokasi dan ukuran
dari tumor tersebut. Pada pasien dengan hidrosefalus akan tampak dilatasi
dari ventrikel pada foto CT Scan serta dapat melihat posisi sumbatan yang
menyebabkan terjadinya hidrosefalus. Dengan CT-Scan saja hidrosefalus
sudah bisa ditegakkan. (16)
(b)
(a)
Disususn Oleh : I MADE RADITYA M (05-012) Page 16
(c)
Gambar 12. (a) dan (b) CT Scan kepala potongan axial pada pasien hifrosefalus,
dimana tampak dilatasi kedua ventrikel lateralis. (c) CT scan kepala
potongan axial pada anak umur 7 tahun, tampak fossa posterior dan
hypoplastic cerebellar hemispheres (hydrosepalus non komunikans).
(dikutip dari kepustakaan 4)
4. MRI
Dengan menggunakan MRI pada pasien hidrosefalus, kita dapat melihat
adanya dilatasi ventrikel dan juga dapat menentukan penyebab dari
hidrosefalus tersebut. Jika terdapat tumor atau obstruksi, maka dapat
ditentukan lokasi dan ukuran dari tumor tersebut. Selain itu pada MRI
potongan sagital akan terlihat penipisan dari korpus kalosum. (16)
Gambar 13. MRI potongan sagital pada hidrosefalus nonkomunikans akibat obstruksi
pada foramen Luschka dan magendie. Tampak dilatasi dari ventrikel
lateralis dan quartus serta peregangan korpus kalosum. (dikutip dari
kepustakaan 4)
Disususn Oleh : I MADE RADITYA M (05-012) Page 17
(a) (b)
Gambar 14 a & b. MRI potongan axial pada hidrosefalus nonkomunikans akibat
obstruksi pada foramen Luschka dan magendie. Tampak dilatasi dari
ventrikel lateralis (gambar a) dan ventrikel quartus (gambar b). (diambil
dari kepustakaan 4)
Gambar 15. MRI pada Neoplasma di vermis cerebellum dengan hidrosefalus
obstruktif (nonkomunikans). Tampak massa menekan ventikulus
quartus dan menyebabkan hidrosefalus obstruktif (gambar a). (diambil
dari kepustakaan 17).
VIII. DIAGNOSIS BANDING
Berdasarkan gambaran radiologi, hidrosefalus memiliki gambaran yang hampir sama
dengan holoprosencephaly, hydraencephaly dan atrofi cerebri.
1. Holoprosencephaly
Disususn Oleh : I MADE RADITYA M (05-012) Page 18
Holoprosencephaly muncul karena kegagalan proliferasi dari jaringan otak untuk
membentuk dua hemisfer. Salah satu tipe terberat dari holoprosencephaly adalah
bentuk alobaris karena biasa diikuti oleh kelainan wajah, ventrikel lateralis,
septum pelusida dan atrofi nervus optikus. Bentuk lain dari holoprosencephaly
adalah semilobaris holoprosencephaly dimana otak cenderung untuk berproliferasi
menjadi dua hemisfer. Karena terdapat hubungan antara pembentukan wajah dan
proliferasi saraf, maka kelainan pada wajah biasanya ditemukan pada pasien
holoprosencephaly. (8,18,19,20)
Gambar 16. CT Scan potongan axial pada alobaris holoprosencephaly.Tampak hemisfer kanan
dan kiri tidak terpisah (panah putih) dan Sistem ventrikel tidak terbentuk
sempurna sehingga tampak monoventrikel dan CSS mengisi sebagian besar dari
kranium. (dikutip dari kepustakaan20).
2. Hydranencephaly
Hydranencephaly muncul karena adanya iskemik pada distribusi arteri karotis
interna setelah struktur utama sudah terbentuk. Oleh karena itu, sebagian besar
dari hemisfer otak digantikan oleh CSS. Adanya falx cerebri membedakan antara
hydranencephaly dengan holoprosencephaly. Jika kejadian ini muncul lebih dini
pada masa kehamilan maka hilangnya jaringan otak juga semakin besar.
Biasanya korteks serebri tidak terbentuk, dan diharapkan ukuran kepala kecil
tetapi karena CSS terus di produksi dan tidak diabsorbsi sempurna maka terjadi
peningkatan TIK yang menyebabkan ukuran kepala bertambah dan terjadi ruptur
dari falx serebri. (8,18,19,20)
Disususn Oleh : I MADE RADITYA M (05-012) Page 19
Gambar 17. CT Scan potongam axial, tampak CSS mengisi daerah supratentorial. (dikutip
dari kepustakaan 22)
3. Atrofi Serebri
Secara progresif volume otak akan semakin menurun diikuti dengan dilatasi
ventrikel karena penuaan. Tetapi Atrofi didefinisikan sebagai hilangnya sel atau
jaringan, jadi atrofi serebri dapat didefinisikan sebagai hilangnya jaringan otak
(neuron dan sambungan antarneuron). Biasanya disebabkan oleh penyakit-
penyakit degeneratif seperti multiple sklerosis, korea huntington dan Alzheimer.
Gejala yang muncul tergantung pada bagian otak yang mengalami atrofi. Dalam
situasi ini, hilangnya jaringan otak meninggalkan ruang kosong yang dipenuhi
secara pasif dengan CSS. (4,20,21,22)
Gambar 18. CT Scan posisi axial pada pasien korea Huntington. Tampak pelebaran sulci
ysng menunjukan penciutan (atrofi) dari korteks serebri. (dikutip dari
kepustakaan 20).
IX. PENGOBATAN
1. Secara Medikamentosa:
Pengobatan dengan farmakologi dilakukan untuk menunda operasi. Biasa
dilakukan pada bayi premature dengan hidrosefalus post perdarahan.
Pengobatan dengan farmakologi tidak efektif untuk jangka waktu yang lama.
Pengobatan secara farmakologi bekerja dengan mengurangi produksi CSS
(Acetazolamide atau furosemide) dan meningkatkan penyerapan CSS.
Disususn Oleh : I MADE RADITYA M (05-012) Page 20
Hidrosefalus dengan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi tidak
memerlukan operasi. Dapat diberi asetazolamid dengan dosis 25-50 mg/kgBB.
Pada keadaan akut dapat diberikan manitol. Diuretik dan kortikosteroid dapat
diberikan walaupun hasinya kurang memuaskan. (1,4)
2. Operasi:
Operasi merupakan pilihan terapi
Punksi Lumbal ulangan dapat dilakukan pada pasien hidrosefalus setelah
perdarahan interventrikular
Choroid plexectomy
Membuka stenosis dari aquaductus cerebri sylvii
Shunt merupakan terapi yang banyak dilakukan pada kebanyakan orang.
Hanya 25% pasien dapat diobati tanpa melakukan shunt. Prinsip dari shunt
adalah membentuk hubungan atau saluaran antara ventrikulus dengan rongga
plura atau peritoneum.
Ventriculoperitoneal (VP) Shunt adalah yang paling banyak digunakan.
Ventriculoatrial (VA) Shunt dikenal juga sebagai vascular shunt, prinsipnya
menghubungkan ventrikel, vena jugularis dan vena cava superior ke atrium
kanan. Prosedur ini dilakukan pada pasien dengan kelainan abdominal seperti
peritonitis.
Lumboperitoneal Shunt, hanya digunakan pada hidrosefalus komunikans,
fistula CSF dan pseudotumor.
Torkildsen shunt sudah jarang digunakan. Prinsipnya adalah menghubungkan
anatara ventrikel dengan cisterna magna dan hanya efektif pada hidrosefalus
obstruktif didapat.
Ventriculopleural shunt merupakan pilihan kedua. (2)
X. MANAJEMEN ANESTESIA PERIOPERATIF
Manajemen anestesi perioperatif tergantung pada penyebab yang
mendasari hidrosefalus,kelainan kongenital yang terkait, dan efeknya pada
neurofisiologi anak, dan apakah terdapat tanda-tandadan gejala tekanan
Disususn Oleh : I MADE RADITYA M (05-012) Page 21
intrakranial yang hadir. Kita harus tahu apakah ini adalah akut atau kronis.
Riwayatmeningitis, kejang, perubahan tingkat kesadaran, sikap, hipertensi
intrakranial, sakit kepala, mual,muntah, atau tanda-tanda dehidrasi, nistagmus,
diplopia, pola pernapasan yang abnormal, hipertensiarteri, atau bradikardia
juga harus didapat. Kerusakan neurologis mendadak pada pasien pediatrik
selalumenjadi perhatian, dan harus diselidiki dan dikelola segera.
XI. PREMEDIKASI
Sedasi biasanya tidak diperlukan karena perubahan tingkat kesadaran
pasien yang sedangdipantau. Setiap depresi pernafasan yang dihasilkan dapat
menyebabkan hiperkapnea dengan peningkatanvolume tidal CO2. Sesegera
mungkin, akses intravena harus ditetapkan untuk persiapan keadaan
daruratdan juga sebagai induksi anestesi.
XII. ANESTESIA
Tindakan pencegahan latex direkomendasikan untuk pasien dengan
myelomeningocele yangmenjalani pemasangan shunt. Induksi anestesi secara
inhalasi dihindari karena semua agen inhalasimelebarkan pembuluh serebral
dan dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Pasien iberikan
preoksigenasi, dan induksi cepat yang dimodifikasi lebih disukai untuk
meminimalkan risiko aspirasi yang disebabkan oleh konsumsi makanan atau
penurunan pengosongan lambung yang disebabkan oleh peningkatan tekanan
intrakranial. Induksi anestesi biasanya dilakukan dengan thiopental intravena,
3sampai 4 mg / kg, diikuti oleh agen blok neuromuscular nondepolarisasi,
seperti rocuronium, 0,5 - 0,8 mg/ kg yang memiliki onset cepat dan durasi
sedang setelah pemberian intravena. Obat ini telah diberikan disecara
intramuscular di deltoid (1 mg / kg pada bayi dan 1,8 mg / kg pada anak-anak)
kondisi untuk intubasi trakea pada pasien pediatri, dan memberikan kondisi
yang memuaskan. Efek pada tekananintrakranial, tidak dipelajari.Agen
inhalasi ini diperkenalkan dalam konsentrasi rendah setelah hiperventilasi
yang memadai.Relaksasi otot dipertahankan selama prosedur, dan antibiotik
intravena, seperti vankomisin atauceftriaxone, diberikan perlahan selama 60
Disususn Oleh : I MADE RADITYA M (05-012) Page 22
menit setelah memeriksa sensitivitas terhadap obat tersebut.Jika diperlukan,
analgesik short-acting digunakan dalam dosis kecil. Dokter bedah biasanya
mengilfitrasike area bedah untuk mengurangi kebutuhan analgesik intravena
sehingga penilaian neurologis dapatdilakukan segera pada periode pasca
operasi. Pada akhir prosedur, perut disedot, dan trakea diekstubasiketika
pasien sepenuhnya terjaga.
XIII. PERAWATAN PASCA OPERASI
Pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dengan masker oksigen, dan
tanda-tanda vital dimonitor selama 1 jam. Stabilitas neurologis dikonfirmasi
sebelum dipindahkan ke ruangan untuk perawatan lanjutan
XIV. PROGNOSIS
A. Kelangsungan Hidup
Prognosis atau keberlangsungan penyakit sangat ditentukan oleh adanya
kelainan neural dan ekstraneural yang menetap. Pada sebagaian besar kasus, 50 %
kasus meninggal saat masih dalam uterus atau dilakukan terminasi pada
kehamilan karena adanya ketidak normalan yang terdeteksi. Dan 50% sisanya
berkembang menjadi ventricolomegaly yang progresif. Pada bayi seperti ini,
segera dilakukan Shunt dan memberikan hasil yang baik. (2)
B. Kelangsungan Organ
Pada anak-anak dengan hidrosefalus terjadi peningkatan ketidakmampuan
mental dan koqnitif. Kemampuan atau pengetahuan umum sangat berkurang bila
dibandingkan dengan populasi anak-anak pada umumnya, kebanyakan anak
mengalami keterbelakangan mental, verbal dan ingatan. Selain itu juga
menyebabkan kelainan pada mata. (9)
Disususn Oleh : I MADE RADITYA M (05-012) Page 23
DAFTAR PUSTAKA
1. Harsono, Editor. Perhimpunan dokter spesialis saraf Indonesia. Hidrosefalus:
Buku Ajar Neurologi Klinik. Yogyakarta : Gajah Mada University Press; 2005.
Hal. 209-16.
2. Bonnemann CG, Golden JA. Developmental Structural Disorders : Goetz CG,
Editor. Textbook of Clinical Neurology. 2nd Ed. Pennsylvania: Saunders; 2003. p
553-6.
3. Varma R, Williams SD. Wessel HB. Neurology : Zitelli BJ, Davis HW, Editor.
Atlas of Pediatric Physical Diagnosis. 5th Ed. New York : Blackwell Science;
2000. p 562-86.
4. Espay AJ.Hydrocephalus. 2009 Agustus 20. cited 2009 october 7. Available
from : URL : http://www.emedicine.medscape.com/artikel/1135286. (on line).
5. Porth CM, Gaspard KJ. Alterations in Brain Function: Essentials of
Pathophysiology. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins; 2004. p 667-71.
6. Bergman R, Afifi A. Hydrocephalus: Functional Neuroanatomy text and atlas.
2Ed. New York: McGraw-Hill; 2005. p 380-4.
7. Guyton AC, Hall JE. Cerebral Blood Flow, Cerebrospinal Fluid, and Brain
Metabolism: Textbook of Medical Physiology. 11th Ed. Pennyslvania: Elsevier Inc;
2006. p 761-8.
8. Fenichel GM. Increased Intracranial Pressure; Disorders of Cranial Volume and
Shape: Clinical Pediatric Neurology A Signs and Symptoms Approach. 5thEd.
Pennyslvania: Elsevier Inc.; 2005. p 91-7; 353-69.
9. Johnston MV, Kinsman S. Congenital Anomalies of the Central Nervous System:
Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, Editors. Nelson Textbook of Pediatrics.
17th Ed. Pennsylvania: Saunders; 2004. p 1983-92.
10. Silbernagl, S. Lang, F. Cerebrospinal Fluid Blood-Brain Barrier: Color Atlas of
Pathophysiology. New York : Thieme; 2000. p 356-7.
11. Collins P. Embryology and Developmental: Bannister LH, Berry MM, Collins P,
Dyson M, Julian ED, Ferguson MWJ, Editors. Gray’s Anatomy : The Anatomical
Basis of Medicine and Surgery. 38thEd. Unted States of America : Person
Professional Limited; 1995. p 1202-18.
Disususn Oleh : I MADE RADITYA M (05-012) Page 24
12. Barker RA, Barasi S, Neal MJ. Meninges and Cerebrospinal Fluid: Neuroscience
at a glance. United states of America: Blackwell Science; 2000. p. 40-1.
13. Anonymous.Cradleboarding. 2008 November 1. cited 2009 october 14.
Available from : URL :
http://www.starchildproject.com/images/not_deformed/HydroXRay.jpg. (on line).
14. Chapman S, Nakielny R. Large Head In Infancy: Aids to Radiological Differential
Diagnosis. 4thEd. Pennyslvania: Elsevier Inc.; 2003. p 421-5.
15. Horenstein M. Aqueductal stenosis causing obstructive hydrocephalus. 2009
September 25. cited 2009 october 21. Available From : URL :
http://www.ultrasound-images.com. (on line).
16. Eisenberg RL, Margulis AR. Normal Pressure Hydrocephalus :The Right Imaging
Study A Guide for Physicians. 3rd. New York: Springer; 2008. p 506-9.
17. Scarabino T, Salvolini U, Jinkins JR. Intracranial Hypertension: Emergency
Neuroradiology. New York: Springer Berlin Heilberg; 2006. p 203-11.
18. Barnes P, Levine D. MR Imaging of Fetal CNS Abnormalities: Levine D, Editor.
Atlas of Fetal MRI. New York: Taylor & Francis; 2005. p 25-47.
19. Bardo DME. 2009 Agustus. cited 2009 october 21. Available from : URL :
http://www.appliedradiology.com. (on line).
20. Sjair Z. Tomografi Komputer Kepala: Ekayuda I, Editor. Radiologi Diagnostik
FKUI. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. p 387-91.
21. Anonymous. Cerebral Atrophy. 2009 September 15. cited 2009 october 21.
Available from : URL : http://www.wikipedia.com. (on line).
22. Anonymous, Creadleboarding, 1998 December 12. [cited 2009 December 29].
Avaiblable from: URL : http://www.lexic.us./definition.of/hyranencephaly. (on
line).
Disususn Oleh : I MADE RADITYA M (05-012) Page 25
LAPORAN KASUS
II.1. IDENTITAS
Nama : An G
Umur : 7 bulan
Jenis kelamin : Laki – laki
BB : 9 kg
Agama : Kristen
Alamat : Merauke, Papua
Tanggal masuk : 19 Juni 2012
II.2. ANAMNESIS (alloanamnesis)
Riwayat penyakit
A. Keluhan utama : Kepala membesar
B. Keluhan tambahan : -
C. Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang dengan keluhan kepala semakin
membesar sejak usia 3bulan, awalnya pasien lahir dengan cara sectio
caesaria,setelah 3bulan pasien dilahirkan orang tua pasien melihat kepala
pasien lunak dan tidak keras semakin hari kepala pasien semakin membesar
dan lunak dan mata pasien terlihat seperti matahari terbenam(sunset
fenomena) pada kedua mata pasien lalu kedua orang tua pasien membawa
pasien ke dokter, dan dokter menganjurkan untuk dirawat jalan. Pada masa
kehamilan ibu pasien tidak mengalami penyakit tertentu. Untuk BAK dan
BAB pasien tidak ada keluhan. Pasien rencana akan dilaksanakan operasi VP
Shunt yang pertama pada hari kamis tgl 21/06/12
D. Riwayat penyakit dahulu:
- Riwayat kejang disangkal
- Riwayat penyakit jantung bawaan disangkal
- Riwayat penyakit kelainan darah disangkal
Disususn Oleh : I MADE RADITYA M (05-012) Page 26
- Riwayat penyakit asma disangkal
- Riwayat penyakit alergi obat disangkal
- Riwayat operasi VP Shunt (-) dengan diagnosa hidrosephalus
E. Riwayat penyakit keluarga
- Ibu pasien memiliki riwayat hipertensi
- Riwayat penyakit toxoplasmosis disangkal
II.3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : Compos mentis
Nadi : 105 x/menit
Suhu : 36,6 0 celcius
Pernapasan : 24 x/ menit
STATUS LOKALIS
Kepala : bentuk kepala makrocefali,lingkar kepala 65cm, sutura
melebar,ubun-ubun belum tertutup,tampak pelebaran pembuluh darah,
deformitas (-)
Rambut : -
Mata : CA +/+, SI -/-, RCL +/+, RCTL +/+, pupil isokor, mata
tampak sperti ‘sunset fenomena’
Hidung : simetris, sekret (-), deviasi septum (-),tampak seperti
‘sudle nose’
Telinga : Normotia, serumen (-)
Mulut : simetris, sianosis (-), tidak kering,
Disususn Oleh : I MADE RADITYA M (05-012) Page 27
Leher : kelenjar getah bening tidak teraba membesar,
Thorax :
Paru : Suara nafas bronkovesikuler, Rh -/-, Wh
-/-.
Jantung : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Ekstremitas : Akral hangat (+) pada kedua lengan dan
tungkai, oedema (-)
Abdomen : supel, bising usus(+)4x/menit
STATUS NEUROLOGIS
Kesadaran : compos mentis
GCS : E4 V5 M6 : 15
Pupil
isokor/anisokor : isokor, diameter 3mm/3mm
Posisi : sentral
TANDA RANGSANG MENINGEAL
Kaku kuduk : Sulit dilakukan
Brudzinski I : Sulit dilakukan
Brudzinski II : Sulit dilakukan
Laseque : Sulit dilakukan
Kernig : Sulit dilakukan
Disususn Oleh : I MADE RADITYA M (05-012) Page 28
NERVUS KRANIALIS
N I
Daya penghidu :tidak dilakukan
N II
Ketajaman penglihatan (hitung jari) : tidak dilakukan
Pengenalan warna : tidak dilakukan
Lapang pandang (konfrontasi) : tidak dilakukan
Funduskopi : tidak dilakukan
N III, N IV, N VI
Ptosis : -/-
Strabismus : -
Nistagmus : tidak dilakukan
Exoptalmus : -
Enoptalmus : -
Gerakan bola mata
Lateral : tidak dilakukan
Medial : tidak dilakukan
Atas lateral : tidak dilakukan
Atas medial : tidak dilakukan
Bawah medial : tidak dilakukan
Bawah lateral : tidak dilakukan
Disususn Oleh : I MADE RADITYA M (05-012) Page 29
Atas : tidak dilakukan
Bawah : tidak dilakukan
Mengigit(M.messeter,M temporalis) : tidak dilakukan
Membuka mulut : tidak dilakukan
Sensibilitas :
Atas : tidak dilakukan
Tengah : tidak dilakukan
Bawah : tidak dilakukan
Refleks masseter : tidak dilakukan
N. VII
Pasif
Kerutan kulit dahi : tidak dilakukan
Kedipan mata : dapat dilakukan
Aktif
Mengerutkan dahi : tidak dilakukan
Mengerutkan alis : tidak dilakukan
Menutup mata dengan kuat : tidak dilakukan
Meringis/menyeringai : tidak dilakukan
Menggembungkan pipi : tidak dilakukan
Gerakan bersiul : tidak dilakukan
Daya pengecapan lidah 2/3 lidah depan : tidak dilakukan
Disususn Oleh : I MADE RADITYA M (05-012) Page 30
N. VIII
Mendengarkan detik arloji : tidak dilakukan
Tes schwabach : tidak dilakukan
Tes rinne : tidak dilakukan
Tes weber : tidak dilakukan
N. IX
Arcus pharynx : tidak dilakukan
Posisi uvula : tidak dilakukan
Daya pengecapan lidah 1/3 belakan : tidak dilakukan
Refleks muntah : tidak dilakukan
N. X
Arcus pharynx : tidak dilakukan
Bersuara : tidak dilakukan
Menelan : tidak dilakukan
N. XI
Memalingkan kepala : tidak dilakukan
Sikap bahu : tidak dilakukan
Mengangkat bahu : tidak dilakukan
N. XII
Menjulurkan lidah : tidak dilakukan
Atrofi lidah artikulari : tidak dilakukan
Disususn Oleh : I MADE RADITYA M (05-012) Page 31
Tremor lidah : tidak dilakukan
Fasikulasi : tidak dilakukan
MOTORIK
Kekuatan : baik
tonus : hipotonus
trofi : eutrofi
REFLEKS FISOLOGIS
Refleks tendon
Refleks biceps : +/+
Refleks triseps : +/+
Refleks patella : +/+
Refleks achilles : +/+
REFLEKS PATOLOGIS
Hoffman trommer : tidak dilakukan
Babinski : tidak dilakukan
Chaddock : tidak dilakukan
Openheim : tidak dilakukan
Gordon : tidak dilakukan
Schaefer : tidak dilakukan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium tanggal : 19 juni 2012
Disususn Oleh : I MADE RADITYA M (05-012) Page 32
Darah lengkap
Hb : 11,0 gr/dl
Lekosit : 10.200 /ml
Hematokrit : 34 %
Eritrosit : 4,8 juta/ mm³
Trombosit : 189.000/ mm³
MCV : 65 fl
MCH : 21,0 pg
MCHC : 32,7 %
Elektrolit
Natrium : 137 mmol/l
Kalium : 4,8 mmol/l
Klorida : 108 mmol/l
Kalsium : 8,6 mmol/1
SGOT/ AST : 73 UI/l
SGPT/ ALT : 59 UI/l
Ureum darah : 18 mg/dl
Kreatinin darah: 0,6 mg/dl
Pemeriksaan CT-Scan :
• Tampak pelebaran hebat ventrikel kanan
kiri dan ventrikel III yang mendesak dan
memipihkan seluruh kedua hemisfer
cerebri, ventrikel IV tak melebar.
• Sulcus dan gyrus tak dapat dinilai
• Pons ,CPA dan cerebelum tak tampak
kelainan.
• Tulang kalvaria intak
Kesan :
Ventrikulomegali sangat mungkin stenosis
Aquaductus silvii
Disususn Oleh : I MADE RADITYA M (05-012) Page 33
KESIMPULAN KONSUL ANESTESI
- Status fisik ASA IV
- Acc. Operasi
LAPORAN ANESTESI PASIEN
a) Diagnosis pra-bedah : Hidrosefalus
b) Diagnosis post-bedah : Hidrosefalus pasca VP shunt
c) Jenis pembedahan : VP – Shunt
d)Jenis anestesi : anestesi umum (General Anestesi)
Premedikasi anestesi : Millos 0,5mg dan Fentanyl 10 mEg
Induksi : Noveron 5mg,Novalgin 100mg , Kalmethason 1,25mg
Relaksasi : Noveron
Pemeliharaan anestesi : Sevofluran + O2Analgetik + Antalgin 125 mg
Teknik anestesi : Semi – open
-Induksi intravena dengan Fentanil 5 µg dan induksi inhalasi dengan Sevofluran
2%
-Intubasi dengan ET no.4 (tanpa cuff) dengan laringoskop bladelengkung no.1 1/2
didahului oleh pelumpuh otot Roculax 5 mg
-Maintenance dengan Sevofluran + O2
Respirasi : Kontrol respirasi
Posisi : Supine
Infus : Asering
Status fisik : ASA IV
Induksi mulai : 17.30-19.30 WIB
Operasi mulai : 17.55-19.30 WIB
Operasi selesai : 19.30 WIB
Berat badan pasien : 9 Kg
Durasi operasi : 1 jam 25 menit
Pasien puasa : 4 jam
Disususn Oleh : I MADE RADITYA M (05-012) Page 34