bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1. deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi osis...

47
54 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Subjek Penelitian SMA Negeri 1 Salatiga merupakan salah satu SMA Negeri yang ada di Salatiga yang terletak di Jalan Kemiri I nomor 1 Salatiga. SMA Negeri 1 Salatiga berdiri sejak 1 Juli 1954 dan memiliki luas lahan 7749 m 2 . Dalam penyelenggaraan program pendidikan bagi sekolah, SMA Negeri 1 Salatiga memiliki Visi “Beriman, Berkarakter, Berbudaya, Berdaya Saing, dan Berwawasan Lingkungan”. Sebagai salah satu sekolah menengah negeri, SMA Negeri 1 Salatiga telah memperoleh penilaian akreditasi sekolah dengan nilai A (amat baik), selain itu SMA Negeri 1 Salatiga telah berhasil memperoleh sertifikasi ISO 9001:2008 di tahun 2012. Sedangkan dari segi penyelenggaraan pendidikan di SMA Negeri 1 Salatiga, terdapat dua program pembelajaran yakni program Intra Kurikuler dan Ekstra Kurikuler. Program Intra Kurikuler sekolah meliputi program pembelajaran dengan kelas percepatan (yang menempuh masa studi selama 4 semester), kelas akselerasi, dan kelas reguler yang terdiri dari 3 jurusan (IPA, IPS dan Bahasa), sedangkan program Ekstra Kurikuler terdiri dari program wajib, penunjukan dan pilihan. Adapun misi dari SMA Negeri 1 Salatiga adalah: 1. Mewujudkan insan yang bertaqwa melalui pendidikan dengan melaksanakan ajaran agama;

Upload: others

Post on 31-Jul-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

54

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Subjek Penelitian

SMA Negeri 1 Salatiga merupakan salah satu

SMA Negeri yang ada di Salatiga yang terletak di Jalan

Kemiri I nomor 1 Salatiga. SMA Negeri 1 Salatiga berdiri

sejak 1 Juli 1954 dan memiliki luas lahan 7749 m2.

Dalam penyelenggaraan program pendidikan bagi

sekolah, SMA Negeri 1 Salatiga memiliki Visi “Beriman,

Berkarakter, Berbudaya, Berdaya Saing, dan

Berwawasan Lingkungan”.

Sebagai salah satu sekolah menengah negeri,

SMA Negeri 1 Salatiga telah memperoleh penilaian

akreditasi sekolah dengan nilai A (amat baik), selain itu

SMA Negeri 1 Salatiga telah berhasil memperoleh

sertifikasi ISO 9001:2008 di tahun 2012. Sedangkan

dari segi penyelenggaraan pendidikan di SMA Negeri 1

Salatiga, terdapat dua program pembelajaran yakni

program Intra Kurikuler dan Ekstra Kurikuler. Program

Intra Kurikuler sekolah meliputi program pembelajaran

dengan kelas percepatan (yang menempuh masa studi

selama 4 semester), kelas akselerasi, dan kelas reguler

yang terdiri dari 3 jurusan (IPA, IPS dan Bahasa),

sedangkan program Ekstra Kurikuler terdiri dari

program wajib, penunjukan dan pilihan.

Adapun misi dari SMA Negeri 1 Salatiga adalah:

1. Mewujudkan insan yang bertaqwa melalui

pendidikan dengan melaksanakan ajaran agama;

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

55

2. Mewujudkan insan berakhlak mulia melalui

keteladanan;

3. Mewujudkan insan berkarakter melalui kegiatan

intrakurikuler, ekstrakurikuler dan kegiatan

organisasi sekolah;

4. Mewujudkan insan yang gemar meneliti dan cinta

lingkungan;

5. Mewujudkan insan yang menjunjung tinggi

kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotong-

royongan;

6. Mewujudkan insan yang aktif, kreatif, inovatif

dan kompetitif secara nasional dan internasional.

Sedangkan tujuan pendidikan di SMA Negeri 1

Salatiga adalah:

1. Mampu melaksanakan kurikulum 2013 dan

program Cerdas Istimewa Bakat Istimewa (CIBI);

2. Mampu memperoleh medali dalam olimpiade

Matematika, Sains dan prestasi non akademik

tingkat nasional dan internasional;

3. Mampu melaksanakan proses pembelajaran yang

aktif, kreatif, dan inovatif untuk semua mata

pelajaran;

4. Mampu memiliki tenaga pendidik dan

kependidikan yang profesional;

5. Mampu memiliki sarana dan prasarana

pembelajaran yang memadai serta berbasis

Information Communication Technology (ICT);

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

56

6. Mampu memiliki layanan manajemen berbasis

Information Communication Technology (ICT) dan

manajemen mutu ISO 9001:2008;

7. Mampu menjalin kerjasama dengan stakeholder

untuk menggali dana yang memadai, wajar dan

berkeadilan untuk meningkatkan kemajuan

sekolah;

8. Mampu memiliki perangkat penilaian yang

relevan;

9. Mampu memiliki lingkungan yang hijau, bersih,

indah dan nyaman;

10. Mampu mewujudkan nilai-nilai keagamaan dan

mampu beradaptasi dengan perkembangan

budaya global sesuai jati diri bangsa.

SMA Negeri 1 Salatiga juga memiliki beberapa

program unggulan yang membedakan SMA Negeri 1

Salatiga dengan SMA lainnya yang ada di wilayah

Salatiga. Program sekolah yang menjadi unggulan di

SMA Negeri 1 Salatiga antara lain:

a) Program SKS

Program dimana peserta didik dapat menentukan

sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang

hendak diikuti, walaupun penerapan SKS di SMAN

1 Salatiga masih semi paket.

b) Program Kelas Percepatan.

Program kelas percepatan merupakan program

sekolah dimana peserta didik dapat menempuh

masa studinya di sekolah menengah selama 4

semester/2 tahun. Dimana kelas percepatan ini

satu jam pelajaran hanya 30 menit saja, dan dalam

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

57

pelaksanaannya kelas percepatan memiliki waktu

belajar yang berbeda dengan kelas reguler.

c) Ekstrakurikuler

Kegiatan non akademik yang didukung sekolah

dengan menyediakan berbagai kegiatan

ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi

Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis

Permusyawarahan Kelas), PD Vege (Persekutuan

Doa), PMR (Palang Merah Remaja), KOJAR

(Pramuka), Paskibra (Pasukan Pengibar Bendera),

SRC (Smanssa Robotic Club), Fokuss (Forum

Komunikasi Siswa Siswa Smanssa), KIR (Karya

Ilmiah Remaja), PLG Jaga Bhumi, Merpati Putih

(Bela Diri), PMR, Pramuka, Seni Gamelan

(Karawitan), Seni Tari, SKI (Solidaritas Kerohanian

Islam), X-Filis (Ekstra Film Smanssa), Sadaco,

Tenis Meja, Futsal, Basket, PKS (Patroli Keamanan

Sekolah), Drama, Koperasi, Edensor (Debat), Voli,

dan VBC (Viva Brio Choir).

d) Ujian Nasional menggunakan Computer Based Test

(CBT)

Dimana sistem ujian yang digunakan dalam ujian

nasional menggunakan sistem komputer, sehingga

hasil yang didapat lebih terpercaya dan akurat.

e) Program Adiwiyata

Program Adiwiyata merupakan program penge-

lolaan lingkungan hidup di sekolah, dimana SMAN

1 Salatiga menjadi salah satu sekolah yang

ditunjuk untuk mengikuti program Adiwiyata ini.

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

58

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Dalam sub-bab ini akan disajikan hasil penelitian

dari aspek konteks, masukan, proses, dan hasil dari

pelaksanaan program sistem kredit semester (SKS) di

SMA Negeri 1 Salatiga.

4.2.1. Aspek Konteks (Context)

Aspek konteks ini meliputi empat hal yaitu

identifikasi kebutuhan, latar belakang pelaksanaan

program, kebijakan dari pemerintah, dan visi misi

sekolah.

4.2.1.1. Identifikasi Kebutuhan

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti

lakukan dengan Kepala Sekolah sebagai berikut:

“SKS ini bertujuan agar pembelajaran sesuai dengan

minat dan bakat anak, karena dengan SKS tatap muka bisa dilanjutkan di luar jam pelajaran.

Tentunya bukan SKS murni tetapi masih SKS semi

paket, saya kira kalau di perguruan tinggipun kalau

SKS murni bisa tidak pulang sampai malam ya. Di

sini ada 6 seri mata pelajaran ya mbak ada 4 seri juga, disini juga ada kelas percepatan dimana harus

ditempuh dalam 4 semester. Dengan SKS ini anak

bisa memilih sesuai dengan IP yang didapatkannya,

jadi memang tujuan kami untuk hal-hal seperti itu.

Jika ada anak pintar kan kasihan kalau harus

menunggu teman-temannya, jadi dengan SKS si pintar ini bisa mendapatkan SKS lebih banyak. SKS

sudah berjalan selama 3 tahun di SMAN 1 Salatiga.

Program SKS ini juga bertujuan untuk menjawab

tuntutan jaman, dan untuk melayani anak-anak

sesuai dengan kebutuhannya, dengan SKS ini kami bisa melayani anak-anak sesuai dengan apa yang

dibutuhkannya.”(Wawancara Rabu, 2 September

2015).

Lebih lanjut lagi hasil wawancara dengan Wakil

Kepala Sekolah bagian kurikulum menyebutkan:

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

59

“Pada waktu itu SMAN 1 Salatiga terpilih sebagai

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI),

padahal untuk menjadi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) dalam pelaksanaan pembelaja-rannya harus

mengunakan sistem kredit semester (SKS). Sehingga

agar SMAN 1 Salatiga bisa segera menjadi SBI maka

sekolah menggunakan program SKS. Kemudian RSBI

dihentikan, tetapi SMAN 1 Salatiga tetap

menggunakan program SKS. Pada waktu itu merujuk pada permendikbud 81 A sebenarnya bukan hanya

sekolah RSBI saja yang bisa melaksanakan program

SKS, tetapi juga sekolah dengan kategori mandiri dan

sekolah-sekolah berstandar Nasional sudah bisa

melaksanakan program SKS. Dalam sks tersbeut ada ketentuan bahwa beban belajar di SMA bisa paling

cepet 2 tahun, paling lama 5 tahun, tetapi kemudian

direvisi menjadi paling lama 4 tahun. Selain tujuan

untuk menjadi sekolah SBI, SMAN 1 Salatiga

menggunakan program SKS dengan tujuan untuk bisa

memfasilitasi peserta didik agar lebih cepat menyelesaikan sekolahnya di SMA, terutama bagi

peserta didik dengan kategori Cerdas Istimewa (CI).

Hal ini pertama kali dicetuskan oleh kepala sekolah

waktu itu, yaitu bapak Saptono. Pada waktu itu beliau

berpikiran selain agar SMAN 1 Salatiga menjadi skeolah SBI, pelaksanaan program SKS juga

dimaksudkan agar dapat meluluskan anak selama 2

tahun, sehingga nantinya hal ini dapat menjadi ciri

khusus dari SMAN 1 Salatiga.”(Wawancara Selasa, 1

September 2015). Dari kedua hasil petikan wawancara diatas,

dapat peneliti simpulkan bahwa pada mulanya yang

menjadi kebutuhan SMAN 1 Salatiga sehingga

menerapkan Sistem Kredit Semester (SKS) karena

adanya surat keputusan kepala dinas provinsi Jawa

Tengah yang menunjuk SMAN 1 Salatiga sebagai

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Dimana

dalam panduan pelaksanaannya sekolah RSBI ini

diwajibkan untuk menggunakan Sistem Kredit

Semester (SKS) dalam penyelenggaraan sistem program

pendidikan di sekolahnya. Namun ketika RSBI dihenti-

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

60

kan pihak sekolah tidak serta merta menghentikan

program SKS, hal ini dikarenakan munculnya

kebutuhan lain dalam penerapan program ini. Pihak

sekolah menganggap dengan adanya program SKS

sekolah dapat memfasilitasi peserta didik yang memiliki

kategori Cerdas Istimewa (CI) untuk dapat

mempersingkat masa studinya menjadi minimal 2

tahun.

Kepala Sekolah yang menjabat pada waktu itu

Bapak Saptono (di tahun 2011), sudah memiliki wacana

untuk menjadikan masa studi yang singkat sebagai

program unggulan di SMAN 1 Salatiga, sehingga

melalui SKS sekolah dapat mewujudkan wacana

tersebut. Dari pihak SMA Negeri 1 Salatiga telah

berinisiatif untuk mengajukan perijinan bagi penerapan

SKS di sekolahnya, namun karena adanya kendala

berkaitan dengan perijinan dari pihak Dinas Pendidikan

maka penerapan SKS belum bisa dilaksanakan.

Setelah dilakukan evaluasi serta adanya hasil

verifikasi dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah

pada tanggak 9-14 Desember 2012 dan tanggal 4-5

September 2013, maka ketika RSBI dihentikan SMAN 1

Salatiga diberikan persetujuan untuk tetap

melaksanakan SKS, dengan Surat Keputusan (SK) dari

Dinas Pendidikan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

terbit, dengan nomor 420/19148 yang bertanggal 11

Oktober 2013 (berdasarkan hasil studi dokumen).

Pernyataan dari Kepala Sekolah dan Wakil Kepala

Sekolah bagian Kurikulum tersebut juga didukung

dengan pernyataan dari para guru di SMAN 1 Salatiga,

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

61

yang menyebutkan tujuan dilaksanakannya program

SKS di SMAN 1 Salatiga berdasarkan kebutuhan

sekolah untuk memfasilitasi peserta didik dengan

kategori cerdas istimewa agar dapat menyelesaikan

studinya di sekolah menengah dengan jangka waktu

seminimal mungkin. Lebih dari itu program SKS juga

memberikan keuntungan bagi pihak guru untuk

memenuhi tuntutan mengajar sebanyak 24

jam/minggu, sedangkan bagi peserta didik program

SKS ini memberikan kesempatan bagi peserta didik

untuk mengembangkan minatnya (misalnya peserta

didik di jurusan IPA tetap bisa mengambil mata

pelajaran Ekonomi sebagai mata pelajaran lintas minat)

sehingga peserta didik mendapat kesempatan lebih

banyak untuk mengembangkan potensinya. Seperti

petikan wawancara dengan salah satu guru SMAN 1

Salatiga berikut ini:

“Setahu saya kenapa program SKS dilaksanakan di

SMAN 1 Salatiga, karena sekolah ingin memfasilitasi

siswa dengan kategori cerdas istimewa, sehingga para

siswa dapat lulus dari SMA dengan waktu seminimal

mungkin. Tetapi kalau di SMAN 1 Salatiga ini paling cepat ya 2 tahun siswa baru bisa lulus. Selain itu

program SKS ini juga memberikan kesempatan bagi

siswa untuk mengambil mata pelajaran yang disukai

walaupun bukan jurusannya, kita menyebutnya kelas

lintas minat. Jadi misalnya ada anak jurusan IPA tetapi pingin belajar bahasa Jerman, ya bisa-bisa saja

dengan adanya kelas lintas minat.”(Wawancara Senin,

31 Agustus 2015).

4.2.1.2. Kebijakan dari Pemerintah

Berdasarkan hasil studi dokumen, adapun

undang-undang yang menjadi landasan bagi

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

62

pelaksanaan program SKS adalah Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pada pasal 50 ayat (3); Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia nomor 32 Tahun 2013 tentang

Standar Nasional Pendidikan; Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2010 tentang

Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan Pasal 13

dan 19; Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

22 Tahun 2006 tentang Standar Isi pada bab III tentang

beban belajar; Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar

Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor

64 tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar

dan Menengah; Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar

Proses Pendidikan Dasar dan Menengah; Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 tahun

2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan

Menengah; Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum

2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah;

Peraturan Menteri Nomor 61 Tahun 2014 tentang

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Peraturan

Menteri Nomor 64 Tahun 2014 tentang Peminatan pada

Pendidikan Menengah; Peraturan Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81 A tahun

2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013, lampiran i

dan iv; Panduan Penyelenggaraan Sistem Kredit

Semester pada Sekolah Menengah Atas/Madrasah

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

63

Aliyah, tanggal 13 April 2010 dari Badan Standar

Nasional Pendidikan (BSNP); dan Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor

158 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Kredit

Semester pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan

Menengah.

4.2.2. Aspek Masukan (Input)

Aspek Masukan (Input) ini meliputi rencana

pelaksanaan program; Mekanisme Pelaksanaan

Program; Sumber Daya Sekolah; Pembiayaan; Sarana

dan Prasarana; dan Jadwal.

4.2.2.1. Rencana Pelaksanaan Program

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti

lakukan dengan Wakil Kepala Sekolah bagian kurikulum, peneliti mendapatkan informasi bahwa:

“…sekolah membuat sendiri buku panduannya.Kita

dapatnya lewat pelatihan-pelatihan, dan diklat-diklat,

karena pada waktu itu petunjuk teknis yang dibakukan itu belum ada, tetapi ada SMA yang sudah

melaksanakan program SKS terlebih dahulu, yaitu

SMA 78 Jakarta dan SMA 3 Bandung. Nah kita belajar

dari mereka. Pada waktu itu ketika masih gencar-

gencarnya RSBI mau menjadi SBI itukan sekolah-

sekolah yang RSBI itu harus bisa melaksanakan SKS, karena itu maka kemudian diadakan pelatihan besar-

besaran bagi sekolah RSBI itu, nah salah satu

narasumbernya ya dari SMA 78 Jakarta. Karena

mereka sudah melaksanakan lama, maka mereka

memberikan panduan dari sekolahnya. Baru kemudian dari SMA 1 Salatiga mengembangkan

sendiri. Nah, karena pada waktu itu setelah kita

mendapat pelatihan kemudian kita melakukan studi

banding kesana (ke SMA 78 Jakarta dan SMAN 3

Bandung). Ternyata dua sekolah ini memiliki dua versi

yang berbeda, kemudian kita meramu dari kedua

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

64

sekolah tersebut untuk kemudian diterapkan di SMAN

1 Salatiga.”(Wawancara Selasa, 1 September 2015).

Dari hasil wawancara dengan guru peneliti juga

mendapatkan keterangan bahwa:

“Dalam merencanakan program ini tidak semua guru dilibatkan. Kepala sekolah sudah membentuk Tim

Pengembangan Kurikulum (TPK) di dalamnya juga ada

anggota bidang kurikulum, nah tim inilah yang

terlibat dalam perencanaan program, mulai studi banding kemudian menyiapkan IHT (In house Training)

bagi guru-guru lain, mengikuti diklat, dan yang membuat buku panduan.”(Wawancara, Jumat 28

Agustus 2015).

Dari hasil wawancara dengan Kepala

Sekolah,Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum dan

Guru di SMAN 1 Salatiga, peneliti membuat simpulan

bahwa dalam perencanaan pelaksanaan program pihak

sekolah telah membentuk tim khusus dalam

perencanaan program yang beranggotakan Kepala

Sekolah, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum

beserta Guru-guru yang masuk dalam tim bidang

kurikulum yang selanjutnya disebut sebagai Tim

Pengembang Kurikulum (TPK). Dalam perencanaan

program Guru di SMAN 1 Salatiga tidak dilibatkan

secara keseluruhan demi efisiensi waktu dan efektifitas

kerja.

Dalam perencanaan program, tim pengembangan

kurikulum (TPK) mengikuti beberapa diklat (pendidikan

dan latihan) terkait dengan program SKS dimana

pembicaranya berasal dari guru-guru SMA Negeri 78

Jakarta, dan beberapa pakar SKS dari Dinas

Pendidikan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang

salah satunya merupakan Kepala Sekolah SMAN 1

Salatiga saat itu yakni Drs. Saptono Nugrohadi, M.Pd.,

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

65

M.Si. Kemudian tim pengembangan kurikulum (TPK)

melakukan studi banding ke beberapa sekolah yang

telah melaksanakan program SKS terlebih dahulu,

yaitu SMA Negeri 3 Bandung dan SMA 78 Jakarta.

Setelah melakukan diklat dan studi banding, tim

pengembangan kurikulum (TPK) membuat buku

panduan program SKS yang disesuaikan dengan

kondisi dan situasi sekolah yang dikembangkan dari

buku panduan yang diperoleh dari SMA Negeri 3

Bandung dan SMA 78 Jakarta.

Selanjutnya pihak sekolah mengadakan In House

Training (IHT) di tahun 2013 di SMA Negeri 1 Salatiga

dengan melibatkan seluruh guru dan staff sebagai

peserta, dengan pembicara yang berasal dari SMA

Negeri 3 Bandung. Di dalam In House Training (IHT)

tersebut tim pengembangan kurikulum memberikan

sosialisasi kepada guru tentang sistem kredit semester

yang akan diterapkan di SMAN 1 Salatiga.

Bukti untuk kegiatan perencanaan program SKS

di SMAN 1 Salatiga kurang mendukung dikarenakan

kegiatan tersebut sudah dilaksanakan ±4 tahun yang

lalu, sehingga peneliti kesulitan mendapatkan bukti

dokumentasi dari kegiatan IHT dan studi banding.

Namun, peneliti telah melakukan pengecekan data

kepada beberapa guru yang ikut terlibat dalam tim

pengembangan kurikulum, para guru membenarkan

bahwa kegiatan studi banding dan IHT pernah

dilakukan. Guru-guru yang tidak terlibat dalam tim

pengembangan kurikulum juga membenarkan adanya

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

66

kegiatan IHT sebelum program SKS dilaksanakan di

SMAN 1 Salatiga.

4.2.2.2. Mekanisme Pelaksanaan Program

Setelah berbagai sosialiasasi dilakukan, dan

program siap untuk dilaksanakan, pihak sekolah

memberikan sosisalisasi kepada peserta didik dan

orang tua peserta didik. Sosialiasi ini dilakukan di

setiap tahun ajaran baru bagi para peserta didik baru

dan para orang tua peserta didik baru di Masa

Orientasi Peserta Didik (MOPD), sehingga peserta didik

beserta orang tua mendapatkan gambaran tentang

program SKS. Hal ini sudah peneliti konfirmasi pada

saat wawancara dengan salah satu orangtua peserta

didik berikut ini:

“Pihak sekolah memberikan sosialisasi saat anak saya

masih kelas 1 dulu, saat masih jadi siswa baru.

Sebelum tahun ajaran dimulai kami mendapatkan

undangan dari sekolah. Dalam sosialiasi tersebut

dijelaskan Program SKS itu apa, bagaimana

pelaksanaannya, nanti manfaatnya apa, semua dijelaskan dengan lengkap.”(Wawancara Rabu, 26

Agustus 2015).

Pihak sekolah juga memberikan buku panduan

sistem kredit semester kepada peserta didik yang juga

digunakan oleh para guru SMAN 1 Salatiga. Tim

Kurikulum merupakan perancang dari buku panduan

sistem kredit semester yang digunakan di SMAN 1

Salatiga, dimana setiap tahunnya ajaran baru buku

panduan tersebut diperbaiki secara berkesinambungan

terutama dari struktur beban belajar, karena dalam

pelaksanaan program SKS sekolah mengalami

perubahan kurikulum yang semula menggunakan

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

67

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

kemudian berganti menjadi kurikulum 2013, yang

tentunya memberikan perbedaan dalam struktur beban

mengajar. Kepala sekolah mengatakan bahwa:

“Sekolah membuat panduan sendiri dengan melihat

situasi dan kondisi sekolah, tentunya pelaksanaan

SKS di masing-masing daerah berbeda-beda, misalnya panduan SKS di SMAN 1 Salatiga tentunya tidak sam

adengan panduan di SMA Pati,dll. Maka kami

melakukan analisis terlebih dahulu hingga akhirnya

bisa membuat buku panduan yang sesuai dengan

situasi dan kondisi di SMAN 1 Salatiga.”(Wawancara, Rabu, 2 September 2015)

Pendapat Kepala Sekolah tersebut juga didukung

dengan hasil wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah

bagian Kurikulum yang mengatakan:

“Bagian kurikulum yang merancang dan berwenang

menyusun buku, tetapi buku tersebut terus menerus

diperbaiki dari tahun ke tahun. Walaupun muatan

mata pelajarannya tidak bertambah, tapi terjadi

pergeseran-pergeseran di beban mata pelajarannya.

Kan KTSP dengan kurikulum 2013 tentu beban mata

pelajarannya juag berbeda. Nah buku itu berlaku

untuk tiap angkatan, jadi ketentuan-ketentuan yang

ada di buku panduan berlaku selama siswa tersebut

bersekolah di SMAN 1 Salatiga. Walaupun ada

perbaikan, perbaikan tersebut berlakunya ya untuk

angkatan selanjutnya.”(Wawancara Selasa, 1

September 2015).

Setelah dilakukan sosialisasi dan peserta didik

diberikan buku panduan sistem kredit semester ketika

Masa Orientasi Sekolah Peserta Didik (MOPD), peserta

didik kemudian diminta untuk mengisi data lintas

minat yang hendak di ambil di Kartu Rencana Studi

(KRS) yang sudah disiapkan oleh pihak sekolah.

Sehingga ketika tahun ajaran baru berlangsung peserta

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

68

didik telah mendapatkan jadwal sesuai dengan lintas

minat yang dikehendaki. Berikut pernyataan dari

Sedangkan untuk kriteria pengambilan beban

mengajar; penilaian, penentuan indeks prestasi, dan

kelulusan; serta cara menetapkan beban belajar pihak

sekolah mengikuti aturan sesuai dengan panduan dari

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang telah

peneliti paparkan di Bab II penelitian ini.

4.2.2.3. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia yang dimiliki SMAN 1

Salatiga meliputi :

1. Guru

Guru sebagai pelaksana program memegang

peranan penting dalam ketercapaian program agar

sesuai dengan tujuan awal. Apabila dilihat dari

kualitas sumber daya pengajarnya, secara

menyeluruh jumlah pengajar di SMAN 1 Salatiga

adalah 94 guru, dengan status kepegawaian 83

Guru Tetap (pegawai negeri sipil) dan 11 guru tidak

tetap (guru honorer) dengan pendidikan terakhir D2

sejumlah 1 orang, D3 sejumlah 3 orang, S1

sejumlah 83 orang dan S2/S3 sejumlah 8 orang.

Berdasarkan hasil wawancara para guru yan telah

peneliti lakukan di tanggal 24 Agustus 2015, 25

Agustus 2015, dan 31 Agustus 2015, peneliti

menyimpulkan bahwa para guru telah mendapatkan

penjelasan yang cukup jelas tentang program SKS,

walaupun guru tidak dilibatkan secara langsung

dalam perencanaan program. Guru memahami

mekanisme pelaksanaan program SKS melalui

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

69

sosialisasi dari bagian kurikulum dan dalam

kegiatan In House Training yang diadakan sekolah.

Namun guru sebagai pelaksana tidak memahami

secara keseluruhan seluk beluk program SKS,

dikarenakan dari pihak sekolah sudah memiliki tim

khusus bagi pengembangan kurikulum. Salah satu

guru di SMAN 1 Salatiga mengatakan bahwa:

“Kami di sini sebagai guru menjadi pelaksana program

ya mbak, jadi kami tahunya ya program sudah ada kemudian disosialisasikan kepada kami kemudian

kami yang melaksanakannya. Untuk jadwal, dan

seluk beluk program SKS itu yang lebih mengetahui

bagian kurikulum.”(Wawancara Selasa, 25 Agustus

2015).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala

Sekolah, masih ada beberapa guru yang belum

memenuhi kompetensi pedagogis. Hal tersebut

seperti petikan wawancara dengan kepala sekolah

berikut:

“Dari keseluruhan guru yang ada di SMA 1 Salatiga

sebanyak 85% telah memenuhi kompetensi pedagogis,

kepribadian, sosial dan profesional, sedangkan 15% masih belum memenuhi beberapa aspek, misalnya

dalam hal pedagogis, masih ada beberapa guru

bersifat monoton dalam mengajar dan tidak bersedia

mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Ada juga

beberapa guru yang tidak mau mengajar mata

pelajaran lain, misalnya mengajar Ekonomi ya hanya ekonomi, tidak mau mengajar akuntansi, dan lain-

lainnya. Padahal hal tersebut dapat membantu guru

tersebut untuk memenuhi jam mengajarnya.”

(Wawancara Rabu, 2 September 2015).

Pendapat yang hampir sama juga disampaikan

oleh Bapak Budiyanto selaku penangungjawab

pelaksanaan SKS di SMA Negeri 1 Salatiga sebagai

berikut:

“Guru-guru di SMA Negeri 1 Salatiga ini saya kira

sudah memenuhi kompetensi sesuai dengan bidang

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

70

mata pelajaran yang diampu masing-masing. Guru

sudah dapat bekerja sama dengan timnya dalam hal

koordinasi pembagian jumlah beban mengajar yang harus diampu. Guru-guru juga memberikan respon

yang baik terhadap pelaksanaan SKS, jika ada

kendala mereka langsung menyampaikannya kepada

saya bisa secara pribadi maupun dalam rapat guru.”

(Wawancara Selasa, 1 September 2015)

Berdasarkan uraian di atas dapat peneliti

simpulkan bahwa dari segi sumber daya manusia

khususnya guru sebagai pelaksana SKS sudah cukup

memadai. Para guru memiliki kompetensi pedagogis,

kepribadian, sosial dan profesional, walaupun masih

terdapat beberapa guru yang bersifat monoton dalam

mengajar, namun hal tersebut masih dalam batas

kewajaran, sehingga tidak menjadi kendala yang berarti

bagi keterlaksanaan program SKS di SMA Negeri 1

Salatiga.

2. Peserta didik

Dalam penerimaan peserta didik baru pihak

sekolah menggunakan proses seleksi. Hal ini

dikarenakan banyaknya calon peserta didik yang

berminat masuk ke SMAN 1 Salatiga, namun kuota

peserta didik baru yang dapat diterima oleh pihak

sekolah sangat terbatas. Dengan adanya proses

seleksi yang sekarang berupa pemberian peringkat

berdasarkan nilai UN, calon peserta didik dapat

melihat secara jujur dan terbuka proses penyaringan

calon peserta didik. Sehingga calon peserta didik yang

terpilih menjadi peserta didik di SMAN 1 Salatiga

memenuhi kriteria memuaskan secara akademik.

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

71

Pada tahun pelajaran 2014/2015 peserta didik di

SMA Negeri 1 Salatiga berjumlah 1215 peserta didik,

dengan rata-rata jumlah peserta didik per kelas

sebanyak 32 peserta didik. Pada saat seleksi PPDB

tahun pelajaran 2014/2015 nilai rata-rata UN

terendah adalah 73.3 dengan nilai rata-rata UN

tertinggi 79.8, dengan rata-rata keseluruhan nilai UN

75.3, dimana nilai rata-rata ini merupakan nilai

tertinggi dibandingkan 2 SMA negeri lainnya yang ada

di Salatiga. Selain itu peserta didik di SMA Negeri 1

Salatiga rata-rata berasal dari SMP favorit dan

unggulan di kota Salatiga.

Maka dari data tersebut dapat peneliti simpulkan

dari segi kualitas peserta didik SMA Negeri 1 Salatiga

mendapatkan peserta didik dengan kualitas terbaik

dibandingkan dengan SMA negeri lainnya yang ada di

Salatiga. Sehingga hal ini juga dapat menjadi faktor

pendukung bagi terlaksananya program SKS di SMA

Negeri 1 Salatiga.

4.2.2.4. Pembiayaan

Berdasarkan keterangan dari Kepala Sekolah,

anggaran untuk program SKS termasuk dalam kegiatan

pembelajaran reguler. Anggaran yang dibutuhkan

dibuat dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah

(RKAS) yang diusulkan oleh masing-masing bidang,

dimana program SKS ini masuk ke dalam bidang

kurikulum. Berikut wawancara dengan Kepala Sekolah:

“Sebelum menjadi RKAS masing-masing bidang mengajukan anggarannya yang kemudian kami

seleksi menjadi RKAS, selanjutnya RKAS kami

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

72

mintakan tandatangan kepada Dinas Pendidikan,

karena sumber dana berasal dari orangtua melalui

SOP (Standart Operating Procedure)” (Wawancara Rabu, 2 September 2015)

Hal senada juga diungkapkan oleh Wakil Kepala

Sekolah bagian kurikulum yang menyebutkan bahwa:

“Karena program SKS sudah menjadi program sekolah

maka semua anggaran masuk ke dalam kegiatan

pembelajaran reguler, pembiayaannya dari berbagai

sumber. Ada yang dari BOS, dari orangtua. Semua

biaya dari bidang kurikulum kami tuangkan ke dalam

RKAS yang biasanya diajukan dari setiap bidang. Di

dalam RKAS kami tuangkan keseluruhan rencana

kegiatan dan anggaran yang kami butuhkan.”

(Wawancara Selasa, 1 September 2015)

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan

bahwa pembiayaan program sistem kredit semester di

SMAN 1 Salatiga, pihak sekolah tidak mengalami

kesulitan. Adanya dukungan dari berbagai pihak baik

Dinas Pendidikan dan orangtua peserta didik

membantu tercukupinya anggaran yang dibutuhkan

bagi pelaksanaan program. Adapun contoh Rencana

Kegiatan dan Anggaran Sekolah bagian kurikulum

terdapat di lampiran. Namun peneliti tidak dapat

mencantumkan besarnya anggaran yang dibutuhkan

karena hal tersebut bersifat internal dan tidak dapat

dipublikasikan.

4.2.2.5. Sarana dan Prasarana

Berdasarkan hasil observasi dapat dikatakan

bahwa sarana dan prasarana yang ada di SMAN 1

Salatiga tersedia dengan lengkap dan semua sarana

dan prasarana yang ada digunakan secara maksimal

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

73

oleh para guru dan peserta didik dalam proses belajar

mengajar. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara

dengan Wakil Kepala Sekolah bagian Sarana Prasarana

sebagai berikut:

“Terdapat 38 kelas dimana masing-masing kelas

sudah ada LCD; terdapat 5 lab komputer; 2 lab

bahasa; 2 lab fisika; 2 lab kimia; dan 2 lab biologi; 2 ruang agama untuk agama Kristen dan Katolik; 2

Masjid (Masjid yang lama dan masjid yang baru);

kantor yang terdiri dari ruang kepala sekolah, ruang

guru, ruang tamu, ruang wakil kepala sekolah, dan

ruang sarana prasarana; ruang komite; perpustakaan yang dilengkapi dengan komputer untuk mengakses

e-book, dan internet; ruang kerajinan; ruang

bimbingan konseling; UKS (Unit Kesehatan Sekolah);

lapangan basket; lapangan upacara; gedung

serbaguna; gudang; WC yang merangkap ruang ganti;

gudang; tempat parkir ; kantin; serta dapur. Sesuai dengan procedur standar ISO saya berserta tim

sarana prasarana juga terus melakukan pengecekan

fasilitas secara berkala dan melakukan perbaikan

dengan jangka waktu seminimal mungkin”

(Wawancara Kamis, 27 Agustus 2015)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, peneliti

kemudian melakukan pengecekan keabsahan data

melalui observasi, dimana hasil observasi terdapat

dalam pedoman observasi di lampiran 12.

Pendapat lain juga diutarakan oleh Peserta didik

yang mengatakan bahwa sudah terdapat sarana

prasarana yang memadai untuk pembelajaran,

walaupun masih diperlukan beberapa perbaikan,

seperti yang diungkapkan pada petikan wawancara

berikut ini:

“Sarana dan prasarana sudah memadai, walaupun

masih ada beberapa lab bahasa yang memerlukan

perbaikan terutama pada alat yang biasa digunakan untuk listening dan speaking. Sudah banyak yang

rusak sehingga jarang digunakan. Namun sarana dan

prasarana di SMAN 1 Salatiga sudah memuaskan,

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

74

ketika kami mengeluh tentang sesuatu misalnya

papan tulisnya rusak, pihak sekolah akan langsung

menggantinya hanya dalam waktu seminggu.” (Wawancara dengan Peserta didik kelas XII pada hari

Rabu, 26 Agustus 2015).

Namun berdasarkan hasil wawancara dengan

kepala sekolah masih ada beberapa sarana prasarana

sekolah yang perlu diperbaiki, misalnya perpustakaan.

Seperti dalam hasil petikan wawancara berikut ini:

“Secara keseluruhan sarana prasarana sudah cukup

memadai, namun tetap membutuhkan berbagai

perbaikan, misalnya perpustakaan yang masih kurang

layak. Walaupun sudah terdapat koleksi buku yang

cukup banyak, internet juga sudah ada untuk

mengakses e-book, sekarang sudah ada lebih dari 27 rombongan belajar sehingga diperlukan ruang

perpustakaan yang lebih besar, sehingga dari pihak

sekolah mengusulkan untuk membuat perpustakaan

menjadi 2 lantai tapi sampai sekarang masih belum di

ACC, karena anggaran yang dibutuhkan cukup besar, sekitar 1,2 M yang kami butuhkan.” (Wawancara

Rabu, 2 September 2015)

Sedangkan dari Wakasek kurikulum juga

menyebutkan untuk menjadi sekolah dengan program

SKS yang lebih baik sekolah masih membutuhkan

perbaikan di ruang kelas, dimana perlu penambahan

ruang kelas, seperti petikan wawancara berikut ini:

“Sarana prasarana di SMAN 1 Salatiga sudah

memadai, namun tetap dibutuhkan perbaikan. Karena

program SKS yang diterapkan di SMAN 1 Salatiga

masih semi paket, sehingga untuk menjadi benar-benar SKS diperlukan banyak ruangan sehingga pelaksanaan SKS dapat menerapkan moving class.”

(Wawancara Selasa, 1 September 2015)

Dari keterangan berbagai sumber wawancara di

atas dapat disimpulkan bahwa sarana prasarana yang

ada di SMAN 1 Salatiga sudah cukup baik dan sudah

digunakan secara maksimal dalam kegiatan belajar

mengajar, serta pengelolaan sarana dan prasarana juga

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

75

sudah baik, dan dapat dikatakan dari pihak bagian

sarana prasarana sudah cepat tanggap dalam

melakukan perbaikan-perbaikan. Namun tetap

diperlukan beberapa perbaikan seperti ruang

perpustakaan, ruang kelas, dan halaman depan

sekolahan yang sudah rusak juga memerlukan

perbaikan. Pihak sekolah sudah berupaya memperbaiki

dan mengusulkan anggaran, namun semuanya tetap

bergantung pada perijinan dari Dinas Pendidikan.

4.2.2.6. Jadwal

Jadwal merupakan bagian yang sangat penting

dalam pembelajaran dan juga pelaksanaan program.

Seperti yang peneliti paparkan sebelumnya pembuatan

jadwal diserahkan kepada bagian kurikulum, namun

tetap dalam pembuatannya bagian kurikulum

membutuhkan kerjasama dari pihak guru. Seperti

petikan wawancara dengan salah satu guru SMAN 1

Salatiga berikut ini :

“Dalam pembuatan jadwal terdapat beberapa kendala

yang dialami oleh guru, misalnya dalam hal pemenuhan jam mengajar 24 jam/minggu, terkadang

terdapat semester dimana SKS nya hanya sedikit

sedangkan sumber daya manusianya (guru) sangat

banyak, sehingga perlu dibagi jamnya secara adil.

Sehingga banyak guru Kimia, Fisika, dan Biologi yang

juga mengajar Pengolahan, Rekayasa, Budidaya dalam rangka memenuhi jam mengajarnya. Dalam

pelaksanaanya guru tetap diselaraskan dengan

kemampuan yang dimiliki misalnya pengolahan di

pegang oleh guru Kimia, guru Biologi dengan

Budidaya, Rekayasa dengan guru Fisika, dan Kerajinan dipegang oleh guru Ekonomi. Dalam

pembuatan jadwalnya pihak kurikulum memberikan

jumlah jam mengajar, kemudian dari Musyawarah

Guru Mata Pelajaran (MGMP) akan melakukan diskusi

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

76

dan membagi jam mengajar sesuai porsinya, dari hasil

diskusi akan dikembalikan kepada bagian kurikulum

untuk dibuatkan jadwal mengajarnya agar tidak saling bertabrakan.” (Wawancara Senin, 31 Agustus

2015)

Hal ini senada dengan yang diutarakan oleh

Wakasek bagian Kurikulum, bahwa dalam pembuatan

jadwal bagian kurikulum bekerjasama dengan guru.

Seperti kutipan wawancara berikut ini:

“Bagian kurikulum membagikan jumlah jam mengajar

kepada masing-masing mata pelajaran, yang

kemudian didiskusikan melalui MGMP. Dari MGMP

akan diberikan lagi kepada bagian kurikulum untuk

dibuatkan jadwalnya agar dari seluruh guru tidak ada

yang bertabrakan, sehingga pembuatan jadwal ini merupakan sesuatu yang sangat ruwet. Jadi tidak

menutup kemungkinana di awal semester terkadang

terjadi tabrakan jadwal di beberapa mata pelajaran,

namun seiring berjalannya waktu hal tersebut akan

dapat diperbaiki. Ditambah lagi perlunya penyamaan jam mengajar pada saat lintas minat, misalnya pada

hari Rabu, jurusan IPS semester 1 memiliki jadwal

yang sama dengan Bahasa semester 1, hal ini

dilakukan karena pada hari itu terdapat lintas minat dimana peserta didik melakukan Moving Class.”

(Wawancara Selasa, 1 September 2015)

Dari hasil wawancara dengan peserta didik kelas

X juga menyebutkan bahwa:

“Kalau mekanisme pelaksanaan SKS saya masih

bingung, belum mengerti sama sekali, tapi kalau jadwal pelajarannya jelas kok, bisa dibaca dengan

baik. Misalnya jadwal pindah kelas kapan dan dimana

itu sudah ada di jadwal, walau kadang-kadang masih

ada sih teman yang waktu awal-awal pembelajaran

sering salah masuk kelas. Tapi bukan karena jadwalnya yang tidak jelas sih, tapi lebih karena

bingung ruang kelasnya yang mana.” (Wawancara

Sabtu, 29 Agustus 2015)

Dari hasil wawancara dengan pihak guru dan

peserta didik dapat peneliti simpulkan jadwal yang

dibuat oleh bagian kurikulum sudah sangat jelas.

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

77

Sehingga peserta didik dan guru dapat melaksanakan

proses belajar mengajar dengan baik. Namun

berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah

akan muncul kendala pada jadwal jika sistem dapodik

yang mewajibkan satu kelas minimal 20 peserta didik

diberlakukan di Sekolah Menengah. Seperti petikan

wawancara berikut ini:

“Jadwal yang dibuat oleh bagian kurikulum sudah

sangat jelas dan dapat dipahami dengan baik, namun akan terdapat kendala ketika sistem dapodik

mewajibkan guru untuk mengajar minimal 20 peserta

didik, karena dengan program SKS ini pihak sekolah

tetap harus membuka kelas ketika ada peserta didik

yang berminat mengambil mata pelajaran tersebut walaupun jumlah pesertanya sedikit, misalnya hanya

3 peserta didik saja. Padahal dalam sistem dapodik

diperlukan minimal 20 peserta didik agar jam

mengajarnya diakui. Sehingga untuk menyiasati hal

ini pihak sekolah melakukan beberapa improvisasi

dalam program SKS. Pihak sekolah akan menutup kelas jika telah memenuhi kuota, sehingga peserta

didik yang sebenarnya berminat mengambil mata

pelajaran tersebut karena kuota sudah penuh dipaksa

mengambil mata pelajaran lain. Misalnya matematika,

banyak anak dari berbagai jurusan yang mengambil matematika sebagai mata pelajaran lintas minat

mereka, sehingga kuota untuk mata pelajaran ini

snagat banyak, untuk itu mata pelajaran ini hanya

dibuka beberapa kelas saja, agar mata pelajaran lain

juga mendapatkan peserta.” (Wawancara Rabu, 2

September 2015).

Dari hasil wawancara dan studi dokumen yang

peneliti lakukan, dapat peneliti simpulkan bahwa

penerapan program SKS di SMAN 1 Salatiga bersifat

semi paket, hal ini dilakukan agar guru tetap dapat

memenuhi kewajiban jam mengajarnya, dan juga

terjadi pemerataan jam mengajar bagi semua guru,

selain itu dari segi jadwal juga memudahkan bagian

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

78

kurikulum dalam membagi jam mengajar para guru.

(Contoh jadwal terdapat pada lampiran).

Dari bagian kurikulum mengatakan dalam

pembuatan jadwal sering terjadi kendala, hal ini

disebabkan ada sebagian guru yang tidak bersedia

mengajar mata pelajaran lain selain mata pelajaran

yang diampunya sehingga guru menjadi kekurangan

jam mengajar, dan dari pihak kurikulum kekurangan

sumber daya manusia (guru) untuk mengajar mata

pelajaran tertentu.

4.2.3. Aspek Proses (Process)

Hasil penelitian untuk aspek proses terbagi

menjadi beberapa hal, meliputi persiapan guru;

pelaksanaan SKS; dan penilaian hasil pembelajaran.

4.2.3.1. Persiapan Guru

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan

kepada salah satu guru di SMAN 1 Salatiga diperoleh

data bahwa dalam mempersiapkan pembelajaran

dengan program SKS dilakukan dengan membuat

rencana pembelajaran yaitu RPP (rencana Pelaksanaan

Pembelajaran), silabus, program tahunan (Prota) dan

program semester (Promes) yang dibuat di setiap awal

tahun ajaran baru melalui rapat kerja (Raker) dimana

masing-masing musyawarah guru mata pelajaran

(MGMP) bekerja bersama timnya untuk membuat

persiapan pembelajaran. Sedangkan dalam

pelaksanaan pembelajaran maisng-masing guru

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

79

menggunakan metode pembelajaran yang beragam

sesuai dengan kebutuhan peserta didik di kelas.

Pelaksanaan pembelajaran dengan program SKS

sama dengan pelaksanaan pembelajaran dengan

program-program sebelumnya, hanya dari segi jadwal

yang berbeda sesuai dengan petikan hasil wawancara

dengan salah satu guru pengampu mata pelajaran

Bahasa Jerman seperti berikut:

“Pelaksanaan pembelajaran dengan program SKS ini

sama seperti pelaksanaan pembelajaran seperti kurikulum terdahulu, karena program SKS ini lebih

menekankan pada kemandirian anak, sedangkan guru

hanya menjadi fasilitator saja. Jadi tidak ada strategi

mengajar yang khusus ataupun hal-hal khusus yang

perlu dipersiapkan. Semua bergantung kepada

masing-masing individu. Ada guru yang masih monoton, ada guru yang mau berkembang dan

menerapkan metode-metode baru, semuanya

bervariasi.” (Wawancara, Senin 24 Agustus 2015)

Hal tersebut juga disampaikan oleh guru

pengampu mata pelajaran Bahasa Inggris yang berkata

demikian:

“Persiapan guru dalam pelaksanaan pembelajaran dengan SKS ini sama seperti kurikulum-kurikulum

terdahulu. Persiapannya hanya bersifat prosedural,

dari membuat prota, promes, dan lain-lain. Tidak ada

yang berbeda. Metode pembelajaran yang digunakan

masih sama, materi juga masih sama. Yah paling

kalau ada metode-metode baru yang dapat kita aplikasikan di pembelajaran, baru dibutuhkan

persiapan, tapi selebihnya persiapan guru masih

sama.” (Wawancara, Senin, 31 Agustus 2015).

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat

disimpulkan dalam hal persiapan guru semuanya

berjalan sama seperti program-program terdahulu dan

tidak mengalami perubahan.

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

80

4.2.3.2. Pelaksanaan Sistem Kredit Semester

Pelaksanaan SKS di SMAN 1 Salatiga sudah

berjalan sesuai dengan tujuan awal. Dimana peserta

didik yang aktif akan mendapatkan SKS yang lebih

banyak sesuai dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)

yang didapatkan dimana mereka dapat mengambil

pengayaan di semester selanjutnya. Seperti yang

diungkapkan oleh Wakasek bagian Kurikulum berikut

ini:

“Ketika peserta didik aktif dan mendapatkan IPK yang

lebih bagus dibandingkan teman-temannya, sesuai dengan buku panduan peserta didik tersebut dapat

mengambil mata pelajaran lebih banyak di semester

selanjutnya, misalnya siswa semester 1 mendapat IPK

>3,6 maka siswa tersbeut di semester 2 dapat

mengambil mata pelajaran semester 2 ditambah mata

pelajaran semester 3. Dimana pelaksanaan pembelaja-rannya dilakukan di semester pendek yang biasanya

ada di akhir semester atau bisa juga di jam pelajaran

tambahan setelah pelajaran reguler selesai di semester

selanjutnya. Dimana semua anak di semester 2 yang

akan mengambil mata pelajaran tambahan semester 3 dikelompokkan menjadi satu kelas diluar jam

pelajaran reguler.” (Wawancara pra penelitian, Kamis

2 Juli 2015).

Sedangkan bagi peserta didik yang kurang aktif

dan memiliki nilai di bawah Kriteria Ketuntasan

Minimum (KKM) harus melakukan perbaikan yang

dilakukan di luar jam pelajaran reguler agar dapat

memperbaiki nilainya, seperti yang diungkapkan oleh

Wakasek bagian Kurikulum berikut ini:

“Ketika ada peserta didik yang tidak memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), peserta didik

tersebut berhak mengambil pengayaan di semester

pendek yang biasanya ada di akhir semester dimana

ada minimal 8 kali pertemuan, atau bisa juga

pengayaan dilakukan di luar jam pelajaran reguler di

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

81

semester berikutnya.” (Wawancara Selasa, 1

September 2015)

Pelaksanaan pembelajaran dengan program SKS

di SMAN 1 Salatiga masih semi paket. Dimana masih

terdapat mata pelajaran yang diwajibkan di masing-

masing jurusan (IPA, IPS, dan Bahasa), sedangkan

untuk mata pelajaran peminatan dan lintas minat,

peserta didik diberikan kebebasan untuk memilih mata

pelajarannya sendiri.

Sedangkan bagi peserta didik yang ingin

mengambil Percepatan, pihak sekolah membuat

berbagai seri mata pelajaran dimana dalam

pelaksanaannya peserta didik dibimbing agar dapat

menyelesaikan seluruh SKSnya dalam jangka waktu 2

tahun, agar peserta didik tersebut dapat mengikuti

Ujian Nasional bersama dengan peserta didik lainnya.

Hal inilah yang menjadi salah satu kendala penerapan

program SKS, pihak pemerintah belum memfasilitasi

peserta didik yang dapat menyelesaikan masa studinya

ketika berada di semester antara. Seperti pemaparan

Wakasek bagian kurikulum berikut ini:

“Pihak sekolah menuntun peserta didik dengan program percepatan agar dapat menyelesaikan masa

studinya selama 2 tahun, agar peserta didik tersebut

dapat mengikuti ujian bersama kakak tingkatnya.

Karena dari pemerintah belum memberikan regulasi

yang jelas bagi peserta didik yang dapat menyelesaikan studinya selama 2,5 tahun. Peserta

didik tersebut terpaksa harus menunggu sampai Ujian

Nasional dilaksanakan. Sehingga hal tersebut menjadi

sesuatu yang sia-sia. Oleh karena itu pihak sekolah

menyiasati dengan membuat seri mata pelajaran agar

para siswa dapat selesai dalam jangka waktu 3 tahun atau 3 tahun.” (Wawancara, Selasa, 1 Sepetember

2015)

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

82

Kendala lain yang muncul dalam pelaksanaan

SKS ini juga dialami oleh peserta didik yang telah

mengambil SKS lebih banyak dibandingkan teman-

temannya, seperti penuturan dari salah satu peserta

didik kelas XII seperti berikut:

“Program SKS menurut saya sesuatu yang kurang

bermanfaat, contohnya saya. Dulu di semester 3 saya

dapat mengambil mata pelajaran lebih banyak

dibandingkan teman-teman sehingga saya ikut

mengambil mata pelajaran tambahan dari semester 5.

Tapi saya malah menjadi kelelahan dan mendapat nilai kurang memuaskan karena selain pelajaran

reguler saya harus ikut pelajaran tambahan di luar

jam pelajaran reguler. Apalagi setelah di semester 5

sekarang, karena mata pelajaran itu sudah saya ambil

di semester 3, saya hanya bisa duduk diam di kelas

dan tetap mengikuti pelajaran tapi tidak mendapatkan nilai, karena nilai sudah saya dapatkan di semester 3.

Saya sebenarnya diperbolehkan keluar ruangan, tapi

untuk apa, toh saya sendirian tidak ada temannya, ya

akhirnya tetap ikut pelajaran di kelas.” (Wawancara

Rabu, 26 Agustus 2015).

Sedangkan pemaparan dari salah satu guru

SMAN 1 Salatiga, menyebutkan dengan aturan yang

baru dimana sekolah menerapkan “five days school”

pada tahun ajaran 2015/2016 sehingga terjadi

penyesuaian jadwal yang menyebabkan program SKS

diperbaiki kembali yang menyebabkan terganggunya

program SKS yang telah berjalan sebelumnya.

Sedangkan dari guru SMAN 1 Salatiga yang lain,

menyebutkan kendala dalam penerapan program SKS

ini disebabkan kurangnya SKS yang didapatkan, seperti

dalam petikan wawancara berikut ini:

“Kendala pelaksanaan SKS itu dikarenakan adanya tuntutan dari pemerintah yang mewajibkan guru

mengajar 24 jam, sedangkan di semester tertentu SKS

untuk mata pelajaran tersebut sangat sedikit.

Sehingga SKSnya hanya sedikit sedangkan jumlah

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

83

guru mata pelajaran tersebut banyak. Sehingga

akhirnya guru harus mengajar mata pelajaran lain

untuk memenuhi jam mengajarnya.” (Wawancara Senin, 31 Agustus 2015).

Sedangkan berdasarkan hasil wawancara yang

berasal dari peserta didik di kelas XII, menyebutkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang mencolok

antara program SKS dengan pembelajaran

menggunakan kurikulum biasa. Peserta didik merasa

penjelasan di buku panduan SKS kurang rinci

sehingga masih banyak pertanyaan muncul tentang

program SKS. Seperti petikan wawancara dengan

salah satu peserta didik kelas XII berikut ini:

“Waktu awal aku masuk belum ada yang namanya KRS, nah setelah aku kelas XI baru muncul yang

namanya KRS. Karena aku dan temen-temen masih

belum paham itu KRS, aku coba tanya ke pembimbing

akademik atau wali kelas. Tapi wali kelas belum tahu

jawabannya trus mau ditanyain ke bagian kurikulum.

Tapi sampai ditunggu lama tidak ada penjelasan lebih lanjut. Coba cari di buku panduan juga tidak ada.”

(Wawancara Rabu, 26 Agustus 2015)

Berdasarkan hasil wawancara secara

keseluruhan dapat disimpulkan bahwa peserta didik

kelas XII yang telah melaksanakan program SKS

selama ±2 tahun masih belum memahami program

SKS secara keseluruhan. Peserta didik hanya

mengikuti jadwal yang dibuat oleh pihak sekolah.

Lebih dari itu, dapat peneliti simpulkan masih

terdapat kendala dalam pelaksanaan program SKS

terutama berkaitan dengan mekanisme pelaksana-

annya dan kurangnya regulasi dari pemerintah untuk

mendukung program ini.

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

84

4.2.3.3. Penilaian Hasil Pembelajaran

Pelaksanaan penilaian hasil belajar di SMAN 1

Salatiga dilakukan sesuai dengan panduan dari BSNP,

dimana penilaian meliputi penilaian kompetensi sikap,

penilaian kompetensi pengetahuan, dan penilaian

kompetensi keterampilan sesuai dengan yang peneliti

paparkan di bab II penelitian ini.

Pelaksanaan penilaian hasil belajar di SMAN 1

Salatiga mengalami perbaikan-perbaikan sesuai dengan

kebutuhan sekolah, dimana dalam penilaian

kompetensi pengetahuan terutama dalam tes tertulis,

bagian kurikulum membuat tes ulangan harian yang

dilakukan secara serempak. Namun berdasarkan hasil

wawancara dengan peserta didik menyebutkan bahwa:

“Ulangan harian yang dilakukan secara serempak

membuat lebih mudah berkonsentrasi dalam belajar,

tapi dalam penyusunan jadwalnya kadang kurang

memperhatikan kebutuhan siswa, misalnya dalam

satu hari ada ulangan harian Sejarah bersamaan dengan Geografi dimana kedua mata pelajaran

tersebut bersifat hafalan semua. Makanya kalau bisa

kan dalam pembuatan jadwal ulangan harian hafalan

bisa dipasangkan dengan hitung-hitungan, misalnya

sejarah dengan akuntansi.” (Wawancara Jumat 28 Agustus 2015)

Pelaksanaan penilaian program SKS ini dijabar-

kan ke dalam laporan hasil belajar peserta didik,

dimana dari bagian kurikulum telah membuat desain

untuk laporan hasil belajarnya. Desain ini kemudian

dijadikan sebuah program komputer, dimana hal ini

memudahkan guru dalam menginput nilai. Seperti yang

dipaparkan oleh salah satu guru berikut ini:

“Dalam pembuatan rapor kami para guru tinggal menginput nilai ke dalam program, nanti waktu

dicetak atau diprint sudah keluar laporan hasil belajar

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

85

peserta didik yang terdiri dari 4 lembar. Program

komputer itu juga dapat membaca sendiri misalnya

nilai 80 nanti keluar nilai A atau B, itu semua sudah ada di program tersebut. Nah, kemudian tugas para

pembimbing akademik untuk mengecek apakah

sudah sesuai atau belum, karena bisa jadi program

melakukan kesalahan, yang nilainya bagus 80 di

raporkeluar C, nilai 60 juga keluar C hal seperti itu

pernah terjadi sebelumnya.” (Wawancara Selasa, 25 Agustus 2015)

Sedangkan dalam hasil penilaiannya, yang

berupa Indeks prestasi kumulatif, peserta didik juga

mengeluhkan karena sistem yang dipakai merugikan

peserta didik, seperti petikan hasil wawancara berikut

ini:

“Kalau di rapor kan pakainya nilai A,B,C dan

sebagainya, nah kadang itu kan perubahan nilai yang

terjadi tidak signifikan, misalnya aku yang di semester

1 dapat nilai 76, di semester 2 dapat nilai 78, tapi masuk ke dalam rapor tetap saja nilainya B-. Padahal

perubahan nilai 2 poin saja itu kan berarti buat kami.

Makanya inginnya di rapor selain nilai A,B,C juga ada

nilai berupa angka seperti dulu, jadi kelihatan

peningkatannya walau hanya 1 poin.” (Wawancara

Jumat, 28 Agustus 2015)

Laporan hasil belajar penilaian peserta didik yang

ada di SMAN 1 Salatiga juga menyesuaikan dengan

kebutuhan masing-masing peserta didik. Ada laporan

hasil belajar yang terdiri dari semester 1 saja, tapi juga

ada peserta didik yang menerima dua macam laporan

hasil belajar, dimana laporan hasil belajar pertama

berisi nilai mata pelajaran yang diambil di semester ini,

sedangkan laporan hasil belajar yang satunya berisi

nilai mata pelajaran yang diambil dari kelebihan SKS

yang dimiliki. Untuk contoh desain laporan hasil

pembelajaran, peneliti lampirkan pada lampiran 4.

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

86

Berdasarkan hasil wawancara dengan orangtua

peserta didik penilaian dalam laporan hasil belajar

sudah cukup jelas dan dapat dipahami, karena

sistemnya hampir sama dengan sistem yang dialami

para orangtua peserta didik semasa kuliah dahulu,

seperti berikut :

“Rapornya sudah jelas ya kalau menurut saya, mudah

dibaca soalnya tidak beda jauh dengan sistem

penilaian waktu saya kuliah dulu. Jadi saya tidak

mengalami kendala untuk memahami hasil belajar putra saya.” (Wawancara Rabu, 26 Agustus 2015)

4.2.4. Aspek Produk

Dalam aspek produk, akan dibahas mengenai 2

hal yaitu ketercapaian tujuan dan keberlanjutan

program.

4.2.4.1. Ketercapaian Tujuan

Dalam sub bab ketercapaian tujuan, peneliti

memaparkan hasil penilaian terhadap program

berdasarkan hasil wawancara mendalam apakah sudah

sesuai dengan tujuan awal yang direncanakan oleh

pihak sekolah. Dari hasil wawancara dengan berbagai

pihak diperoleh kesimpulan program sistem kredit

semester (SKS) sudah berjalan sesuai dengan tujuan

awal program. Dimana dalam aspek komponen konteks

disebutkan tujuan program SKS adalah memfasilitasi

peserta didik yang memiliki kategori cerdas istimewa

(CI) untuk dapat menyelesaikan masa studinya menjadi

2 tahun, dan dalam pelaksanaannya SMA Negeri 1

Salatiga telah membuka kelas percepatan yang telah

berjalan dari tahun pelajaran 2014/2015 sampai

sekarang dengan jumlah peserta didik kelas percepatan

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

87

untuk kelas X sebanyak 30 orang, dan kelas XI

sebanyak 21 anak. Selain kelas percepatan tersebut

peserta didik juga tetap memiliki kesempatan untuk

mmpersingkat masa studinya melalui kelas reguler

namun dengan tingkat SKS yang lebih banyak

dibandingkan teman-teman satu angkatannya.

Lebih dari itu, terdapat peningkatan prestasi

akademik dari rekap UN yang dilakukan oleh

sekolahan. Hal tersebut menunjukkan dengan program

SKS peserta didik diajak untuk lebih mandiri dalam

menentukan beban belajar serta lebih bertanggung

jawab terhadap pilihannya. Hal ini sesuai dengan hasil

petikan wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah

sebagai berikut:

“Program SKS ini banyak sekali manfaatnya bagi

peserta didik. Selain peserta didik dapat

mempersingkat masa studinya yang awalnya 3 tahun

menjadi 2 tahun, peserta didik juga dapat lebih

mandiri dalam menentukan masa depannya. Peserta didik dapat memilih beban belajarnya sendiri, dapat

lebih mandiri dan bertanggung jawab. Nyatanya hasil

UN di sini dari tahun ke tahun juga semakin baik,

dari peringkat di propinsi juga semakin bagus, bisa

jadi hal ini juga dikarenakan adanya program SKS ini,

sehingga anak-anak lebih nyaman dalam belajar sehingga prestasinya jadi semakin bagus.”

(Wawancara Selasa, 1 September 2015).

Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Kepala Sekolah dalam kutipan wawancara berikut ini:

“Program SKS ini banyak sekali manfaatnya bagi

peserta didik, banyak peserta didik yang mengambil SKS lebih banyak dibandingkan teman-temannya,

berarti banyak juga peserta didik yang memiliki

kemampuan cerdas istimewa. Selain itu nilai UN juga

meningkat, kemudian banyak juga lulusan SMAN 1

Salatiga yang diterima di Universitas favorit, misalnya

UGM, UI, ITB, dan Universitas Negeri lainnya.”(Wawancara Rabu, 2 September 2015).

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

88

4.2.4.2. Keberlanjutan Program

Pihak pelaksana program SKS di SMA Negeri 1

Salatiga, baik dari Kepala Sekolah, Wakil Kepala

Sekolah, dan guru merasa mendapatkan manfaat dari

pelaksanaan program SKS. Hal ini telah dipaparkan

dalam ketercapaian tujuan pelaksanaan program.

Sehingga dari hasil wawancara diperoleh simpulan

bahwa program akan tetap dilanjutkan, namun tetap

dengan beberapa perbaikan. Program SKS yang

diterapkan di SMA Negeri 1 Salatiga telah disesuaikan

dengan kondisi dan situasi sekolah, sehingga program

SKS yang telah berjalan akan tetap digunakan di SMA

Negeri 1 Salatiga.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Wakil Kepala

Sekolah bagian kurikulum, program SKS yang

diterapkan di SMA Negeri 1 Salatiga sudah cukup layak

dijadikan role model bagi sekolah-sekolah lain.

Walaupun dalam penerapannya di SMA Negeri 1

Salatiga masih mengalami beberapa kendala, namun

kendala-kendala tersebut dapat teratasi seiring

berjalannya program. Pihak penyelenggara program

juga tetap akan terus melakukan perbaikan agar

program SKS yang dijalankan semakin baik untuk

kedepannya, dan semakin meminimalisir kendala-

kendala yang dihadapi.

Ibu Kepala Sekolah juga berpendapat bahwa

program SKS di SMA Negeri 1 Salatiga sebagai berikut:

“Program SKS di SMA Negeri 1 Salatiga ini akan tetap

kami lanjutkan sampai ada inovasi-inovasi baru sesuai dengan perkembangan jaman, namun sejauh

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

89

ini program SKS sudah berjalan dengan baik, dan

menurut saya kalau untuk dikatakan layak, ya sudah layak untuk dijadikan role model bagi sekolah-sekolah

lain yang hendak melaksanakan program SKS.”(Wawancara Rabu, 2 September 2015).

Pendapat serupa juga disampaikan oleh para

guru, berdasarkan hasil wawancara dapat peneliti

simpulkan bahwa para guru setuju jika program SKS

tetap dilanjutkan, karena program ini merupakan salah

satu fasilitas bagi peserta didik untuk dapat

mengembangkan bakatnya. Selain itu karena program

SKS yang berjalan di SMA Negeri 1 Salatiga sudah

berjalan cukup baik, sehingga perlu diterapkan juga di

sekolah-sekolah lain, dan program SKS di SMA Negeri 1

Salatiga sudah dapat dikatakan layak untuk ditiru oleh

sekolah-sekolah lain.

Pendapat lain juga disampaikan oleh peserta didik kelas XII yang mengatakan demikian:

“Program SKS di SMA Negeri 1 Salatiga menurut saya

tidak perlu dilanjutkan tidak apa-apa, mungkin

karena saya tidak mau ambil SKS lebih banyak sih, jadi menurut saya ya tidak terlalu banyak

manfaatnya. Tapi kalau untuk teman-teman yang

ingin lulus dalam jangka waktu yang relatif lebih

singkat program SKS ini perlu dilanjutkan.”

(Wawancara Rabu, 26 Agustus 2015)

Demikian juga disampaikan oleh peserta didik kelas X yang mengatakan demikian:

“Program SKS di SMA Negeri 1 Salatiga menurut saya

tidak perlu dilanjutkan, mungkin karena saya masih

murid baru sih jadi bagi saya belum ada manfaatnya,

yang saya rasakan sekarang sih malah membuat

tambah bingung dan ribet saya dengan program SKS ini.” (Wawancara Rabu, 26 Agustus 2015)

Berdasarkan uraian di atas, dapat peneliti

simpulkan pihak sekolah beserta dengan pelaksana

program merasa program SKS perlu dilanjutkan, dan

program yang ada di SMA Negeri 1 Salatiga sudah layak

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

90

dijadikan role model bagi sekolah lain, namun peserta

didik sebagai pihak pelaksana merasa belum adanya

manfaat yang dapat mereka rasakan dari adanya

program SKS, sehingga mereka berpendapat program

SKS untuk dihentikan.

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian

Pada bagian ini disajikan pembahasan mengenai

hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya.

Pembahasan hasil penelitian dilakukan untuk

menjelaskan hasil analisis dan jawaban terhadap

rumusan masalah yang diajukan yaitu bagaimana

konteks, masukan, proses, dan hasil program Sistem

Kredit Semester di SMA Negeri 1 Salatiga.

4.3.1. Konteks

Evaluasi konteks merupakan evaluasi yang paling

mendasar dan memiliki misi untuk menyediakan suatu

rasioanal atau landasan atau sebagai latar belakang

suatu program. Evaluasi konteks dilaksanakan sebagai

suatu kebutuhan serta memberikan informasi bagi

pengambilan keputusan dalam perencanaan suatu

program. Berdasarkan uraian di atas, penyusunan

sebuah program sebaiknya didasarkan atas kebutuhan.

Kebutuhan apa yang hendak dipenuhi dengan adanya

program tersebut dan apakah program tersebut

memang diperlukan.

Dari hasil penelitian yang peneliti telah lakukan di

SMA Negeri 1 Salatiga mengenai sistem kredit semester,

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

91

pihak sekolah melaksanakan program tersebut

berdasarkan atas kebutuhan:

a) Sebagai sekolah unggulan sekaligus mantan

sekolah yang menerapkan RSBI maka SMAN 1

Salatiga berupaya untuk menjadi sekolah

rujukan, dalam hal ini program-program yang

terkait dengan peningkatan mutu pendidikan di

kota Salatiga, salah satunya untuk

mengakomodasikan kebutuhan anak-anak

dengan kategori Cerdas Istimewa (CI). Sehingga

pihak sekolah ingin memfasilitasi peserta didik

dengan kategori Cerdas Istimewa tersebut dengan

melaksanakan program SKS. Program SKS ini

memberikan peluang bagi peserta didik untuk

dapat mempersingkat masa studinya dari 3

tahun menjadi 2 tahun. Selain itu peserta didik

juga dapat menentukan sendiri beban belajarnya

dan dapat memilih mata pelajaran sesuai dengan

minat dan bakatnya.

b) Dari segi konteks regulasinya, adanya peluang

yang dimiliki SMAN 1 Salatiga sebagai sekolah

yang ditunjuk oleh pihak Dinas Pendidikan

untuk melaksanakan program SKS, hal ini juga

didukung dengan dikeluarkannya SK Penyeleng-

garaan Program SKS dan SK Penyelenggaraan

Program Percepatan Belajar dengan Pengayaan.

Program SKS mulai dilaksanakan di SMA Negeri

1 Salatiga sejak tahun ajaran 2012/2013 dan

telah menjadi program unggulan di SMA Negeri 1

Salatiga sampai saat ini.

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

92

4.3.2. Masukan (Input)

Dalam penelitian di SMA Negeri 1 Salatiga,

sumber-sumber yang dimiliki untuk mencapai tujuan

program SKS meliputi rencana pelaksanaan,

mekanisme pelaksanaan, guru, peserta didik,

pembiayaan, sarana dan prasarana, serta jadwal.

Berdasarkan hasil penelitian di SMA Negeri 1 Salatiga

menunjukkan bahwa dari segi rencana pelaksanaan

pihak sekolah melakukan penelitian pendahuluan

melalui kegiatan survey dan diklat berkaitan dengan

program SKS. Bagian kurikulum berserta tim

pengembangan kurikulum, kemudian membuat

panduan program SKS yang telah disesuaikan dengan

situasi dan kondisi sekolah, baru kemudian pihak

sekolah melakukan sosialisasi kepada guru dan staff

terkait melalui in house training (IHT).

Sedangkan dari segi mekanisme pelaksanaan,

bagian kurikulum berserta kepala sekolah melakukan

sosialisasi kepada calon peserta didik beserta orangtua

peserta didik. Pihak sekolah juga memberikan buku

panduan sistem kredit semester, dimana seluruh

informasi mengenai program terdapat dalam buku

tersebut.

Dari segi sumber daya manusia yang meliputi

guru dan peserta didik, pihak sekolah mengalami

beberapa kendala, dikarenakan adanya beberapa guru

yang tidak mau terlibat dalam pelaksanaan program

sehingga menyulitkan dalam proses pelaksanaan

program, contohnya dalam pembagian tugas mengajar

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

93

dan pembuatan jadwal. Dari segi peserta didik, pada

awal pelaksanaan terutama bagi peserta didik baru,

masih banyak peserta didik yang mengalami kendala

dan kebingungan dalam pelaksanaannya karena

program SKS merupakan sesuatu yang baru bagi

mereka. Namun, seiring berjalannya waktu peserta

didik akan semakin memahami dan mengikuti dengan

baik program SKS tersebut.

Dari hasil pembahasan yang peneliti sampaikan

di atas, maka hasil penelitian yang telah peneliti

lakukan sesuai dengan hasil penelitian Nurmalisa

(2013) bahwa terdapat pengaruh kuat antara kesiapan

sekolah terhadap pelaksanaan sistem kredit semester.

SMA Negeri 1 Salatiga sebagai salah satu SMA favorit di

Salatiga memiliki sumber daya manusia yang sangat

kompeten dari segi guru, dan memiliki peserta didik

dengan prestasi nilai unggulan dibandingkan SMA

Negeri lainnya, dikarenakan adanya seleksi yang ketat

dalam penerimaan peserta didik baru. Oleh karena itu

kesiapan sekolah tersebut juga merupakan faktor

penting dalam keterlaksanaan program SKS.

Hasil penelitian ini juga relevan dengan hasil

penelitian Sa’diyah (2012) dimana sebagai pelaksana

pemahaman guru di SMA Negeri 1 Salatiga sudah

cukup mendalam. Guru tidak hanya mengetahui garis

besar program SKS, tetapi juga memahami konsep

dasar program SKS dan ikut terlibat secara langsung

dalam pelaksanaan serta implementasinya di sekolah.

Dari segi pembiayaan pihak sekolah mendapat-

kan dukungan penuh dari Dinas, komite dan orangtua

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

94

peserta didik dalam melaksanakan program SKS.

Sehingga bagian kurikulum memiliki keleluasaan

dalam membuat RKAS (Rencana Kegiatan dan

Anggaran Sekolah). Dimana RKAS tersebut akan

diajukan utnuk disetujui oleh Kepala Sekolah, dan

Kepala Sekolah mengajukan ke Dinas sehingga dana

yang dipakai berasal dari dana BOS dan orangtua

peserta didik yang diajukan melalui SOP.

Pembiayaan yang mencukupi juga mendukung

sarana prasarana yang dimiliki oleh SMA Negeri 1

Salatiga. Secara umum sarana prasarana yang dimiliki

oleh SMA Negeri 1 Salatiga cukup lengkap dan dalam

kondisi baik. Dari bagian sarana prasarana juga

melakukan perawatan dan pengecekan sarana

prasarana secara berkala. Perbaikan sarana prasarana

yang rusak juga dilakukan dengan cepat, namun masih

perlu dilakukan penambahan sarana prasarana yang

perlu dilakukan oleh pihak sekolah, contohnya perbai-

kan perpustakaan agar koleksi buku yang disediakan

lebih mendukung peserta didik dalam proses belajar

mengajar, serta perlu adanya penambahan ruang kelas

agar program SKS dapat berjalan dengan moving class.

Selanjutnya dari segi jadwal pelajaran, peserta

didik merasa jadwal yang diberikan oleh pihak sekolah

sudah cukup jelas dan dapat dipahami dengan baik.

Dari pihak guru juga merasakan hal yang serupa,

karena guru juga dilibatkan dalam pembuatan jadwal

melalui MGMP (musyawarah guru mata pelajaran),

sedangkan bagian kurikulum sebagai tim yang

membuat jadwal sehingga tidak ada jadwal pelajaran

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

95

yang bertabrakan. Walaupun dalam pembuatan jadwal

terdapat beberapa kendala, namun kendala tersebut

dapat teratasi dengan baik oleh pihak kurikulum.

4.3.3. Proses

Dalam aspek proses akan dibahas rencana dan

proses pelaksanaan program Sistem Kredit Semester

(SKS) meliputi persiapan guru, pelaksanaan SKS, dan

penilaian hasil pembelajaran. Dalam persiapan guru

tidak terdapat perbedaan dengan persiapan yang

dilakukan dengan program lain. Guru tetap

mempersiapkan instrumen pembelajaran meliputi: RPP,

Silabus, Promes, Prota dan media pembelajaran. Semua

persiapan dilakukan bersama melalui raker dan MGMP

(musyawarah guru mata pelajaran).

Pelaksanaan pembelajaran di SMA Negeri 1

Salatiga, sudah berjalan sesuai dengan rencana

pelaksanaan program, dimana peserta didik dapat

mengambil beban belajar (SKS) yang lebih banyak jika

mendapatkan nilai (IPK) yang lebih tinggi pula. Dalam

segi pembelajaran, banyak guru yang sudah

menggunakan metode yang bervariatif, namun masih

terdapat juga beberapa guru yang monoton dengan

metode ceramah. Namun Kepala Sekolah berpendapat

dari keseluruhan guru hanya terdapat 15% guru yang

masih monoton.

Dalam penerapan program SKS untuk tahun

ajaran baru yaitu 2015/2015 pihak sekolah

memerlukan beberapa perbaikan karena adanya aturan

“five days school” dari pemerintah, sehingga

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

96

menyebabkan banyaknya penyesuaian jadwal. Selain

itu terdapat pula kendala dalam pembagian jam

mengajar agar sesuai dengan tugas pokok guru yang

mewajibkan mengajar 24 jam dalam seminggu.

Kendala-kendala tersebut dapat diatasi oleh pihak

sekolah dengan memberikan beban mengajar di luar

mata pelajaran yang dikuasai oleh guru yang

bersangkutan. Sehingga seluruh guru dapat memenuhi

jam mengajarnya dengan baik.

Dari segi penilaian hasil pembelajaran pihak

sekolah sudah membuat program yang didesain khusus

untuk menginput data hasil evaluasi peserta didik,

sehingga memudahkan guru dalam menginput nilai

peserta didik. Namun, dalam penerapannya masih

terdapat kendala dalam pembuatan rapor bagi siswa

yang mengambil SKS lebih banyak dibandingkan

teman-teman satu angkatannya. Pihak sekolah

kemudian memberikan 2 jenis rapor kepada peserta

didik tersebut agar memudahkan orangtua peserta

didik dalam memahami rapor yang diberikan.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian

Rakhmawati (2011) dimana implementasi program SKS

di SMA Negeri 1 Salatiga sudah cukup sesuai dengan

panduan penyelenggaraan program yang diterbitkan

oleh BSNP. Walaupun terdapat beberapa improvisasi

dari sekolah berkaitan dengan teknis pelaksanaan di

lapangan karena menyesuaikan dengan situasi dan

kondisi sekolah di SMA Negeri 1 Salatiga.

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

97

4.3.4. Hasil (Product)

Evaluasi hasil merupakan evaluasi yang

dilakukan untuk mengukur keberhasilan pencapaian

tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi hasil

merupakan tahap akhir dan berfungsi untuk

membantu penanggungjawab program dalam

mengambil keputusan. Dari hasil wawancara yang

peneliti lakukan, ketercapaian tujuan dari program

terbukti dengan adanya peningkatan nilai ujian

nasional (UN) dari tahun ke tahun, selain itu dari sikap

peserta didik yang lebih mandiri dan bertanggungjawab

dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya di

sekolah. Pihak sekolah telah mampu menampung

peserta didik dengan kategori Cerdas Isimewa (CI)

dengan adanya kelas percepatan sehingga peserta didik

dapat menyelesaikan studinya dalam waktu lebih

singkat yaitu 2 tahun.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil

penelitian Feldhaus dan Omari (2010), dimana peserta

didik yang mengambil SKS lebih banyak memiliki

kecerdasan akademik yang melebihi rata-rata teman-

temanya, dan dari segi nilaipun mereka lebih unggul

dibandingkan teman-temannya, sehingga para peserta

didik di SMAN 1 Salatiga dengan kategori Cerdas

Istimewa mampu menyelesaikan pendidikannya di

jenjang sekolah menengah denagn jangka waktu 2

tahun.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian

Wellman (2005) yang menyebutkan banyak sekali pro

dan kontra dalam penerapan sistem kredit semester di

Page 45: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

98

sekolah menengah, banyak pula masalah yang akan

muncul dalam penerapannya. Namun permasalahan-

permasalah tersebut dapat teratasi dengan baik, seperti

yang terjadi di SMA Negeri 1 Salatiga.

4.3.5. Keberlanjutan Program

Berdasarkan teori yang mendasari keberlanjutan

program di Bab II dalam penelitian ini, maka hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa:

1. Efektivitas

Dari hasil evaluasi yang telah peneliti lakukan

program SKS yang dilaksanakan di SMAN 1

Salatiga telah mencapai hasil yang diharapakan.

Hal ini dibuktikan dengan banyaknya peserta

didik yang mengikuti kelas percepatan sebanyak

51 peserta didik, dengan demikian sekolah telah

berhasil memfasilitasi peserta didik dengan

kategori Cerdas Istimewa (CI) untuk menyalurkan

bakatnya di bidang akademik dengan cara

mempersingkat masa studinya di Sekolah

Menengah.

2. Efisiensi

Dari hasil evaluasi yang telah peneliti lakukan,

tidak dibutukan usaha khusus dalam penerapan

program SKS. Sekolah dengan kategori mandiri

sudah dapat menerapkan program SKS.

Keefektivitasan program SKS didukung oleh kerja

sama antara penanggungjawab program dan

pelaksana program, sehingga terjadi koordinasi

Page 46: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

99

yang sangat baik dan program pun dapat berjalan

dengan lancar.

3. Kecukupan dan Perataan

Berdasarkan hasil evaluasi yang telah peneliti

lakukan melalui model CIPP, dapat peneliti

simpulkan bahwa pihak sekolah baik

penanggungjawab maupun pihak pelaksana

program merasakan manfaat dengan adanya

program SKS, diantaranya SMAN 1 Salatiga

menjadi satu-satunya skeolah yang menerapkan

program SKS, sehingga program SKS ini menjadi

ciri khusus bagi SMAN 1 Salatiga; SMAN 1

Salatiga dapat memberikan kesempatan kepada

peserta didik dengan kategori Cerdas Istimewa

untuk mengembangkan bakat dan minatnya; dan

bagi guru manfaat program SKS ini adalah

memberikan peluang bagi guru untuk dapat

memenuhi beban mengajarnya sesuai dengan

aturan Dinas Pendidikan yang mewajibkan beban

mengajar 24 jam/minggu.

4. Responsivitas

Program SKS ini mendapatkan tanggapan yang

baik dari berbagai pihak, terutama Dinas

Pendidika. Hal ini terbukti dengan adanya

dukungan dari Dinas melalui SK yang

diperuntukkan bagi SMAN 1 Salatiga yang

memberikan landasan hukum bagi pelaksanaan

program SKS, kelas percepatan dan kelas

percepatan dengan pengayaan.

Page 47: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi ... · ekstrakurikuler yang meliputi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), MPK (Majelis ... dan iv; Panduan Penyelenggaraan

100

5. Kelayakan

Berdasarkan penelitian evaluasi yang telah

peneliti lakukan program SKS ini merupakan

program yang dapat memberikan peluang bagi

sekolah yang ingin melanjutkan program

Akselerasi yang telah dihentikan oleh Pemerintah.

Dengan adanya program SKS, sekolah tetap

dapat memberikan peluang bagi peserta didik

untuk dapat lulus dengan waktu seminimal

mungkin.

Berdasarkan 6 kriteria utama dalam memberikan

rekomendasi kebijakan di atas, maka peneliti

simpulkan bahwa program SKS dapat tetap dilanjutkan

dengan beberapa revisi meliputi kendala-kendala yang

menjadi penghambat bagi keterlaksanaan program.