intra industri.pdf

16
EFEK INTRA INDUSTRI ATAS PENGUMUMAN DELISTING PADA PERUSAHAAN NON DELISTING DI BURSA EFEK INDONESIA ARTIKEL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan Strata Satu Jurusan Manajemen Oleh : ERWIS WISNAN SEPTIYANTO 2008210220 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS SURABAYA 2012

Upload: kris

Post on 14-Apr-2016

55 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: intra industri.pdf

EFEK INTRA INDUSTRI ATAS PENGUMUMAN DELISTING PADA

PERUSAHAAN NON DELISTING DI BURSA EFEK INDONESIA

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Penyelesaian

Program Pendidikan Strata Satu

Jurusan Manajemen

Oleh :

ERWIS WISNAN SEPTIYANTO

2008210220

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS

SURABAYA

2012

Page 2: intra industri.pdf

1

Page 3: intra industri.pdf

1

EFEK INTRA INDUSTRI ATAS PENGUMUMAN DELISTING PADA

PERUSAHAAN NON DELISTING DI BURSA EFEK INDONESIA

Erwis Wisnan Septiyanto

STIE Perbanas Surabaya

Email : [email protected]

Jl. Nginden Semolo 34-36 Surabaya

ABSTRACT

Delisting is the removal of the effect from the list of securities listed on the stock

exchange, so that the effect can not be traded anymore in there. Delisted

companies is caused by an applications that is filled by listed companies and

delisted by stock exchenge because it doesn’t meet the listing requirements. This

research aims to test empirically the delisting announcement has the effect of

intra industry to non delisted companiesin similiar industries which was

considered as the contagion or competitive effects. The method of analysis used in

this study is one sample t-test. Based on the result of statistical test, it can be

concleded that delisting announcement has not the abnormal return and

significant level of liquidity of shares in non delisting firms in similiar industries.

The effect obtained is competitive effect, because of migration of delisting

company’s market share in non delsting because ofthe loss of a competitor that

has a positive effect for non delisting firms.

Key words: delisting, intra industry effect.

PENDAHULUAN

Perusahaan yang baru berdiri

maupun perusahaan yang akan

meningkatkan usahanya selalu

membutuhkan modal yang tidak

sedikit jumlahnya. Banyak alternatif

yang dapat ditempuh untuk

mendapatkan modal tambahan

tersebut, salah satu alternatif yang

bisa dipilih perusahan adalah dengan

cara listing di pasar modal. Bursa

efek memberikan banyak fasilitas

dan pelayanan atas perdagangan

komoditas, sedangkan pihak emiten

wajib memenuhi kewajiban finansial,

administratif, dan keterbukaan.

Dengan adanya hubungan tersebut,

maka salah satu pihak dapat

memutuskan hubungan setiap saat.

Jika pihak emiten merasa fasilitas

dan pelayanan yang diberikan oleh

bursa tidak lagi memenuhi tuntutan

para pemegang saham, emiten dapat

secara sukarela melakukan delisting

untuk mencari tempat lain bagi

perdagangan komoditasnya tersebut.

Sebaliknya dalam usaha menjaga

kualitas perdagangan di Bursa Efek

agar tidak menurun, jika pihak bursa

menilai bahwa emiten yang

bersangkutan tidak lagi memenuhi

kriteria untuk tetap dipertahankan di

Bursa, maka bursa dapat melakukan

delisting terhadap perusahaan

tersebut. Delisting adalah

penghapusan suatu surat penitipan

efek dari daftar efek yang tercatat di

Page 4: intra industri.pdf

2

Bursa, dapat terjadi karena

permohonan delisting SPEI yang

diajukan oleh perusahaan sponsor

dan yang kedua adalah didelisting

oleh Bursa. Dampak delisting

dirasakan oleh pemegang saham,

selain itu juga bisa dirasakan oleh

industri sejenis dan bursa secara

keseluruhan. Lang dan Stulz dalam

Rindu ( 2001 ) menjelaskan bahwa

perusahaan dalam satu industri

cenderung memperoleh efek dari

suatu pengumuman yang terjadi pada

perusahaan lain dalam industri

tersebut. Efek ini dinamakan efek

intra industri, yaitu adanya transfer

informasi dari perusahaan yang

mengumumkan suatu peristiwa

(reporter) kepada pihak lain yang

tidak mengumumkan suatu peristiwa

(non reporter) yang berada dalam

industri yang sama. Pengumuman

yang dilakukan oleh suatu

perusahaan dapat direaksi positif

ataupun negatif oleh perusahaan non

reporter dalam industri yang sama.

Penelitian ini bertujuan untuk

mengkaji kembali mengenai

pengaruh pengumuman delisting

pada perusahaan non delisting,

mengingat ada perbedaan -perbedaan

atas penelitian terdahulu. Adapun

hal-hal yang coba dikaji kembali

adalah reaksi pasar seputar

pengumuman delisting, dan kenaikan

tingkat likuiditas saham perusahaan

non delisting.

RERANGKA TEORITIS DAN

HIPOTESIS

Efficiency Market Hyphotesis

Menurut Fama (1970) menyajikan

tiga macam bentuk utama dari

effisiensi pasar berdasarkan dari

bentuk informasi, yaitu:

Efisiensi pasar berbentuk lemah, jika

harga sekuritas tercermin secara

penuh dari informasi masa lalu.

Efisiensi pasar bentuk setengah kuat,

jika harga sekuritas secara penuh

mencerminkan semua informasi yang

dipublikasikan termasuk informasi

yang berada dilaporan keuangan

perusahaan emiten. Efisiensi pasar

bentuk kuat, jika harga sekuritas

secara penuh mencerminkan semua

informasi yang tersedia termasuk

informasi yang privat.

Delisting

Menurut Surat Keputusan Direksi

PT. Bursa Efek Indonesia Nomor :

Kep-00389/BEI/06-2009 tentang

Penghapusan Pencatatan ( Delisting )

Sertifikat Penitipan Efek Indonesia

( SPEI ) di Bursa pasal I.16, delisting

adalah adalah penghapusan SPEI dari

daftar SPEI yang tercatat di Bursa

sehingga SPEI tersebut tidak dapat

diperdagangkan lagi di Bursa.

Jenis-Jenis Delisting

Berdasarkan Surat Keputusan

Direksi PT. Bursa Efek Indonesia

Nomor : Kep-00389/BEI/06-2009

tentang Penghapusan Pencatatan

( Delisting ) SPEI pasal VIII.1,

delisting suatu SPEI dari daftar efek

yang tercatat di Bursa dapat terjadi

karena permohonan delisting SPEI

yang diajukan oleh perusahaan

sponsor dan delisting SPEI oleh

Bursa

Kriteria Delisting

Menurut Surat Keputusan Direksi

PT. Bursa Efek Indonesia Nomor :

Kep-00389/BEI/06-2009 tentang

Penghapusan Pencatatan ( Delisting )

SPEI oleh Bursa pasal VIII.3.1, maka

bursa akan melakukan delisting pada

perusahaan yang sekurang –

kurangnya mengalami satu kondisi

sebagai berikut (1) Perusahaan

Sponsor menjalani proses Delisting

di Bursa Efek Lain atau go private,

3

Page 5: intra industri.pdf

3

(2) Mengalami kondisi, atau

peristiwa, yang secara signifikan

berpengaruh negatif terhadap

kelangsungan usaha Perusahaan

Sponsor, baik secara finansial, atau

secara hukum, atau terhadap

kelangsungan status Pencatatan

Perusahaan Sponsor di Bursa Efek

Lain atau terhadap kelangsungan

status sebagai perusahaan publik

sebagaimana ditentukan oleh otoritas

Pasar Modal negara asal, (3)

Perdagangan SPEI Perusahaan

Sponsor di Pasar Reguler dan Pasar

Tunai disuspen sekurang-kurangnya

selama dua puluh empat bulan

terakhir.

Prosedur Delisting

Menurut Surat Keputusan Direksi

PT. Bursa Efek Indonesia Nomor :

Kep-00389/BEI/06-2009 tentang

Prosedur Penghapusan Pencatatan

( Delisting ) SPEI oleh Bursa pasal

VIII.3.2, maka prosedur atau tahapan

– tahapan yang harus dilalui dalam

proses delisting adalah sebagai

berikut (1) Apabila terdapat indikasi

bahwa Perusahaan Sponsor

mengalami satu atau lebih kondisi

sebagaimana dimaksud dalam

ketentuan VIII.3.1. diatas, maka

Bursa melakukan Dengar Pendapat

dengan Perusahaan Sponsor dan atau

Bank Kustodian, (2) Dalam hal

Bursa memutuskan untuk melakukan

Delisting, maka Bursa

memberitahukan keputusan akan

dilakukannya Delisting SPEI

Perusahaan Sponsor termasuk jadwal

pelaksanaanya kepada Perusahaan

Sponsor dan atau Bank Kustodian

yang bersangkutan pada Hari Bursa

yang sama diputuskannya Delisting

SPEI dimaksud dengan tembusan

kepada Bapepam dan LK, (3) Bursa

mengumumkan di Bursa mengenai

keputusan Delisting SPEI

Perusahaan Sponsor tersebut

termasuk jadwal pelaksanaan

Delisting SPEI Perusahaan Sponsor

yang bersangkutan. Pengumuman

dilakukan selambat-lambatnya pada

awal sesi I (satu) Hari Bursa

berikutnya setelah diputuskan

Delisting SPEI dimaksud, (4)

Apabila dipandang perlu Bursa dapat

melakukan Suspensi selama lima

Hari Bursa dan selanjutnya

diperdagangkan hanya di Pasar

Negosiasi selama dua puluh Hari

Bursa sebelum tanggal efektif

Delisting, (5) Delisting berlaku

efektif pada tanggal yang ditetapkan

oleh Bursa dalam keputusan

Delisting, dan diumumkan di Bursa.

Return Saham

Menurut Jogiyanto ( 2007: 434 )

Return merupakan tingkat

pengembalian yang diharapkan oleh

investor pada masa mendatang atas

investasi yang dilakukan pada saat

ini dan merupakan salah satu faktor

yang mendorong investor untuk

berinvestasi.

AR = R(it) - E(Rit)

AR = Abnormal Return sekuritas ke-

i pada periode peristiwa ke-t

Rit = Return realisasi yang terjadi

untuk sekuritas ke-i pada

periode peristiwa ke-t

E (Rit) = Return ekspektasi sekuritas

ke-i pada periode peristiwa ke-t

Dalam perhitungan Expected Return,

Penelitian ini menggunakan Market

Adjusted Model. Berdasarkan

penjelasan diatas mengenai

pengumuman delisting dan efek intra

industrinya.

Efek Kompetitif dan Contagion

Menurut Lang dan Stulz (1992) Efek

contagion terjadi ketika perusahaan

lain yang berada dalam sub sektor

Page 6: intra industri.pdf

4

industri sejenis mengalami abnormal

return negatif atau perubahan nilai

yang merugikan dengan adanya

pengumuman yang negatif, sehingga

pengumuman yang negatif tersebut

memberikan indikasi kondisi industri

yang memburuk. Efek kompetitif

terjadi ketika perusahaan lain yang

berada dalam sub sektor industri

sejenis mengalami abnormal return

positif atau kenaikan nilai harga

saham disebabkan berkurangnya

pesaing dalam industri yang sama,

sehingga dapat meningkatkan pangsa

pasar pada perusahaan sejenis.

Likuiditas Saham

Tingkat likuiditas saham merupakan

faktor yang mempengaruhi kualitas

dari suatu pasar modal. Likuiditas

dapat berupa informasi mengenai

pola fluktuasi harga sekuritas dimasa

lalu atau fluktuasi volume

perdagangan. Informasi tersebut akan

mempengaruhi harga beli dan harga

jual sekuritas. Likuiditas suatu

sekuritas dapat ditinjau dari beberapa

faktor, yaitu jumlah order pembelian

atau penjualan sekuritas, volume

perdagangan sekuritas dan kecepatan

munculnya order baru yang berakibat

terganggunya keseimbangan

permintaan dan penawaran suatu

sekuritas (Francis,1991,pp.84-86).

Disimpulkan bahwa likuiditas saham

adalah ukuran mudah atau sukarnya

suatu saham dipasarkan, dalam hal

ini diukur dengan harga dan lamanya

waktu yang diperlukan untuk

menjual harga saham tersebut.

Likuiditas sekuritas dapat diukur

dengan besarnya spread antara harga

bid dan harga ask, sehingga semakin

kecil spread maka semakin tinggi

likuiditasnya.

Bid – Ask Spread

Tingkat likuiditas dilihat dari

perubahan bid – ask spread yang

merupakan selisih dari harga

permintaan dan harga penawaran

saham yang ditransaksikan. Bid price

merupakan harga beli tertinggi yang

mengakibatkan para pemegang

saham bersedia menjual saham.

Sedangkan ask price merupakan

harga jual terendah yang

menyebabkan para pemegang saham

bersedia membeli saham. Likuiditas

saham yang meningkat ditandai

dengan bid – ask spread sebuah

saham yang lebih rendah.

Trading Volume Activity Volume perdagangan saham sering

digunakan untuk melihat keadaan

pasar yang sedang membaik atau

memburuk akibat adanya perubahan

harga saham, aktivitas volume

perdagangan saham dapat dilihat

dengan memakai indikator Trading

Volume Activity ( TVA ). TVA =

∑ saham perusahaan i yang

diperdagangkan pada waktu t

∑ saham perusahaan i yang beredar

pada waktu t Berdasarkan latar belakang dan

rumusan masalah yang diajukan

dalam penelitian ini, maka hipotesis

yang dapat dibentuk:

H1 : Pengumuman delisting

mengakibatkan abnormal return

terhadap perusahaan non delisting

dalam industri sejenis.

H2: Pengumuman delisting

mengakibatkan perubahan tingkat

likuiditas saham terhadap perusahaan

non delisting dalam industri sejenis.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Berdasarkan tujuan dari penelitian ini

maka dapat diklasifikasikan sebagai

penelitian kausal. Sugiyono

(1999:12) menjelaskan penelitian

Page 7: intra industri.pdf

5

kausal adalah penelitian yang

menghubungkan variabel satu

dengan variabel lainnya. Bila ditinjau

dari tujuannya maka penelitian ini

merupakan penelitian verifikatif.

Penelitian verifikatif adalah

penelitian yang bertujuan untuk

mengecek kebenaran hasil penelitian

terdahulu yang telah dilakukan oleh

beberapa peneliti maupun gabungan

penelitian dari beberapa orang

peneliti mengenai topik yang sama.

(Tandelilin, 2001 : 116). Bila dilihat

dari jenis datanya, penelitian ini

menggunakan data kuantitatif. Data

kuantitatif adalah data yang diukur

dalam suatu skala numerik. Dan bila

dilihat dari dari sumber datanya,

penelitian ini menggunakan data

sekunder. Data sekunder merupakan

data yang telah dikumpulkan oleh

lembaga pengumpul data dan

dipublikasikan kepada masyarakat

pengguna data.

Identifikasi Variabel

Berdasarkan kerangka pikir yang

telah disusun, variabel - variabel

yang dianalisis dalam penelitian ini

meliputi Reaksi Pasar yaitu

Abnormal Return (AR) dan tingkat

likuiditas saham yaitu Trading

Volume Activity ( TVA ).

Gambar 1

Kerangka Pemikiran

Sumber: data diolah

Pengumuman

Delisting

Sektor Industri

Perusahaan

Delisting

Perusahaan

Non Delisting

Tingkat Likuiditas Saham Abnormal Return

Page 8: intra industri.pdf

6

Populasi, Sampel, dan Teknik

Pengambilan Sampel

Populasi yang digunakan adalah

semua saham yang tercatat di Bursa

Efek Indonesia selama tahun 2006 –

2010. Selanjutnya proses pemilihan

sampel dalam penelitian ini dibagi

menjadi dua bagian, yaitu proses

pemilihan sampel perusahaan

delisting dan sampel perusahaan non

delisting. Setelah seleksi perusahaan

delisting dilakukan, kemudian

ditentukan sampel bagi perusahaan

non delisting yang diseleksi. Teknik

yang digunakan untuk menentukan

sampel penelitian ini dengan

menggunakan purposive sampling

yaitu suatu teknik penetapan sampel

berdasarkan kesesuaian karakteristik

dengan kriteria pemilihan sampel

adalah (1) Data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

perusahaan non delisting yang ada

dalam industri yang sama dengan

perusahaan yang didelisting di Bursa

Efek Indonesia dari tahun 2006

sampai dengan tahun 2010,

(2)Perusahaan yang delisted karena

melakukan merger akan dikeluarkan

dari sampel, karena perusahaan yang

melakukan merger sahamnya

dikonversi kedalam saham baru

perusahaan lain, (3) Perusahaan yang

tidak memiliki industri lain atau

perusahaan tunggal akan dikeluarkan

dari sampel, karena jika tidak ada

perusahaan lain maka analisis tidak

dapat dilakukan, (4) Jika dalam satu

sektor industri yang sama terdapat

lebih dari satu perusahaan delisting,

maka tanggal yang digunakan adalah

perusahaan yang lebih dahulu

terdelisted, (5) Perusahaan yang tidak

memiliki data yang lengkap akan

dikeluarkan dari sampel, karena jika

tidak ada data maka analisis tidak

dapat dilakukan, (6) Perusahaan non

delisting yang akan diseleksi terlebih

dahulu dikelompokan sesuai dengan

size perusahaan dengan ukuran total

aset yang sebanding dengan

perusahaan yang terkena delisting.

Perusahaan – perusahaan yang

masuk ke dalam kriteria penelitian

ini tercatat sebanyak 48 perusahaan.

TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk

menjelaskan tentang variabel-

variabel pengamatan yaitu Abnormal

Return (AR) dan Trading Volume

Activity ( TVA ) setiap perusahaan

non delisting yang dijadikan sampel

penelitian, dihitung selama event

window sejak lima hari bursa

sebelum tanggal efektif delisted (t-5)

hingga lima hari bursa setelah

delisted (t+5). Abnormal return yang

didapat dari return realisasi dikurangi

return ekspektasi selama event

window kemudian dihitung rata –

rata seluruh sampel untuk

mendapatkan besarnya Average

Abnormal Return per hari.

Sedangkan tingkat likuiditas saham

dihitung dari jumlah volume saham

yang diperdagangkan dibagi dengan

jumlah saham perusahaan yang

beredar di Bursa selama event

window kemudian dihitung rata –

rata seluruh sampel untuk

mendapatkan besarnya Average

Trading Volume Activity per hari.

Uji Hipotesis

Pengujian Hipotesis pertama untuk

mendeteksi abnormal return positif

atau negatif yang didapat setelah

pengumuman delisting. Langkah

pengujian dengan menggunakan One

Sample T-test dua sisi:

(1)Merumuskan hipotesis H0 : µ = 0

artinya pengumuman delisting tidak

Page 9: intra industri.pdf

7

mengakibatkan abnormal return

terhadap perusahaan non delisting

dalam industri sejenis dan Ha : µ ≠ 0

artinya pengumuman delisting

mengakibatkan abnormal return

terhadap perusahaan non delisting

dalam industri sejenis,

(b)Menentukan α sebesar 5 %,

(c)Menentukan daerah penerimaan

dan penolakan, (d) Melakukan uji

hipotesis, H0 diterima jika –tabel ≤ t

hitung ≤ t tabel atau Sig. > 0,05 dan

H0 ditolak jika t hitung < -t tabel

atau t hitung > t tabel atau Sig. < 0,05

(e) Menarik kesimpulan Apabila Ho

diterima berarti pengumuman

delisting tidak mengakibatkan

abnormal return terhadap

perusahaan non delisting dalam

industri sejenis dan Apabila Ho

ditolak berarti pengumuman delisting

mengakibatkan abnormal return

terhadap perusahaan non delisting

dalam industri sejenis.

Sedangkan pengujian

Hipotesis kedua untuk mendeteksi

kenaikan atau penurunan tingkat

likuiditas saham yang didapat setelah

pengumuman delisting. Langkah

pengujian dengan menggunakan One

Sample T-test dua sisi:

(1)Merumuskan hipotesis H0 : µ = 0

artinya pengumuman delisting tidak

mengakibatkan perubahan signifikan

tingkat likuiditas saham perusahaan

non delisting dalam industri sejenis

dan Ha : µ ≠ 0 artinya pengumuman

delisting mengakibatkan perubahan

signifikan tingkat likuiditas saham

perusahaan non delisting dalam

industri sejenis, (b) Menentukan α

sebesar 5 %, (c) Menentukan daerah

penerimaan dan penolakan,

(d)Melakukan uji hipotesis, H0

diterima jika –tabel ≤ t hitung ≤ t

tabel atau Sig. > 0,05 dan H0 ditolak

jika t hitung < -t tabel atau t hitung >

t tabel atau Sig. < 0,05 (e) Menarik

kesimpulan Apabila Ho diterima

berarti pengumuman delisting tidak

mengakibatkan perubahan tingkat

likuiditas saham perusahaan non

delisting dalam industri sejenis dan

Apabila Ho ditolak berarti

pengumuman delisting

mengakibatkan perubahan tingkat

likuiditas saham perusahaan non

delisting dalam industri sejenis.

ANALISIS DESKRIPTIF

Pada analisis deskriptif akan

dijelaskan gambaran variabel yang

digunakan dalam penelitian ini.

Analisis deskriptif pada hipotesis

pertama adalah abnormal return

yang merupakan selisih antara Actual

Return dengan Expected Return

saham i pada hari ke t. Pada gambar

2 dapat dilihat pergerakan Average

Abnormal Return saham perusahaan

– perusahaan non delisting selama

event window yaitu 11 hari bursa,

sebanyak 18,18% atau 2 hari bursa

mengalami Average Abnormal

Return negatif, yang menunjukan

bahwa Actual Return yang didapat

lebih rendah daripada Expected

Return saham tersebut dan sisanya

sebanyak 81,81% atau 9 hari bursa

mengalami Average Abnormal

Return positif, yang menunjukan

bahwa Actual Return yang didapat

lebih besar dari Expected Return

saham tersebut. Dengan nilai

maksimum pada t-3 sebesar 0,01034

dan nilai minimum pada t-1 sebesar –

0,00400.

Page 10: intra industri.pdf

8

Gambar 2

AAR Selama Event Window

Sumber: data diolah

Sedangkan analisis deskriptif

pada hipotesis kedua adalah tingkat

likuiditas saham yang dihitung dari

jumlah volume saham yang

diperdagangkan dibagi dengan

jumlah saham perusahaan yang

beredar di Bursa. Pada gambar 3

dapat dilihat pergerakan Average

Trading Volume Activity saham

perusahaan – perusahaan non

delisting selama event window yaitu

11 hari bursa, sebanyak 0% atau 0

hari bursa mengalami Average

Trading Volume Activity negatif,

yang menunjukan bahwa tidak

adanya penurunan transaksi

perdagangan saham perusahaan non

delisting tersebut dan sisanya

sebanyak 100% atau 11 hari bursa

mengalami Average Trading Volume

Activity positif, yang menunjukan

bahwa adanya peningkatan transaksi

perdagangan saham perusahaan non

delisting. Dengan nilai maksimum

pada t+5 sebesar 0,00199 dan nilai

minimum pada t-5 sebesar

– 0,00029.

Gambar 3

ATVA Selama Event Window

Sumber: data diolah

-0,00500

0,00000

0,00500

0,01000

0,01500

t – 5 t – 4 t – 3 t – 2 t – 1 t 0 t + 1 t + 2 t + 3 t + 4 t + 5

AAR

0

0,0005

0,001

0,0015

0,002

0,0025

t – 5 t – 4 t – 3 t – 2 t – 1 t 0 t + 1 t + 2 t + 3 t + 4 t + 5

ATVA

Page 11: intra industri.pdf

9

PENGUJIAN HIPOTESIS

Pengujian Hipotesis Pertama

Pengujian ini dilakukan untuk

menguji hipotesis yang menyatakan

bahwa terdapat reaksi pasar sekitar

tanggal pengumuman delisting (5

hari sebelum sampai 5 hari sesudah)

yang diukur dengan abnormal return

pada perusahaan non delisting dalam

industri sejenis. Pengujian sampel

dilakukan menggunakan One Sample

T-test, uji t dua sisi yang digunakan

untuk mengetahui reaksi pasar positif

atau negatif yang terjadi selama

event window. Kemudian langkah –

langkah yang digunakan adalah

sebagai berikut: (a)Merumuskan

hipotesis H0 : µ = 0 artinya

pengumuman delisting tidak

mengakibatkan abnormal return

terhadap perusahaan non delisting

dalam industri sejenis dan

Ha : µ ≠ 0 artinya pengumuman

delisting mengakibatkan abnormal

return terhadap perusahaan non

delisting dalam industri sejenis,

(b)Menentukan α sebesar 5 %,

(c)Menentukan daerah penerimaan

Sumber: hasil uji SPSS, data diolah

dan penolakan, (d)Melakukan uji

hipotesis, H0 diterima jika –tabel ≤ t

hitung ≤ t tabel atau Sig. > 0,05 dan

H0 ditolak jika t hitung < -t tabel

atau t hitung > t tabel atau Sig. < 0,05

(e)Menarik kesimpulan Apabila Ho

diterima berarti pengumuman

delisting tidak mengakibatkan

abnormal return terhadap

perusahaan non delisting dalam

industri sejenis dan Apabila Ho

ditolak berarti pengumuman delisting

mengakibatkan abnormal return

terhadap perusahaan non delisting

dalam industri sejenis.

Hasil pengujian pada tabel 1dibawah

Menunjukkan bahwa bahwa dalam

11 hari event window, yang memiliki

rata – rata abnormal return positif

sebanyak 9 hari, sedangkan

abnormal return negatif sebanyak 2

hari ( t-1 sebesar -0,0040008, t+4

sebesar -0,0014407 ). Rata – rata

abnormal return positif dan

signifikan terdapat pada t-5 sebesar

0,00791392 dan pada t-3 sebesar

0,01034308, sedangkan abnormal

return positif dan tidak signifikan

Tabel 1

PENGUJIAN HIPOTESIS ABNORMAL RETURN

Periode AAR T hitung T tabel Signifikansi Kesimpulan

t – 5 0,00791 1,892 2,0117 0,065 H0 Diterima

t – 4 0,00039 0,166 2,0117 0,869 H0 Diterima

t – 3 0,01034 1,300 2,0117 0,200 H0 Diterima

t – 2 0,00630 1,232 2,0117 0,224 H0 Diterima

t – 1 -0,00400 -0,712 2,0117 0,480 H0 Diterima

t 0 0,00965 0,986 2,0117 0,329 H0 Diterima

t + 1 0,00524 1,163 2,0117 0,251 H0 Diterima

t + 2 0,00524 0,874 2,0117 0,387 H0 Diterima

t + 3 0,00638 -0,278 2,0117 0,782 H0 Diterima

t + 4 -0,00144 0,553 2,0117 0,583 H0 Diterima

t + 5 0,00195 0,558 2,0117 0,579 H0 Diterima

Page 12: intra industri.pdf

10

terdapat pada t0 sebesar 0,00965053,

t+1 sebesar 0,00524899, t+2 sebesar

0,00524899, t+5 sebesar 0,00195035.

Berdasarkan hasil pengujian

hipotesis, menunjukkan bahwa nilai t

hitung untuk AAR pada t-1 sebesar

-0,712 yang berada diantara nilai t

tabel (±2,0117) dan berarti H0

diterima. Berdasarkan hasil tersebut

maka dapat disimpulkan bahwa

pengumuman delisting tidak

mengakibatkan abnormal return

signifikan terhadap perusahaan non

delisting, berarti investor tidak

bereaksi ketika pengumuman

delisting terjadi. Pengumuman

delisting tidak direspon investor

karena investor telah mengetahui

rencana pengumuman delisting

sudah dilakukan jauh hari

sebelumnya, misalnya: mengalami

kerugian selama 3 tahun berturut-

turut, tidak membayar deviden

selama 3 tahun berturut-turut, dan

tidak melakukan perdagangan saham

selama 6 bulan terakhir berturut-turut.

Dikarenakan beberapa hal tersebut

maka pengumuman delisting bagi

investor tidak dianggap sebagai

sinyal dan informasi positif.

Pengujian Hipotesis Kedua

Pengujian ini dilakukan untuk

menguji hipotesis yang menyatakan

bahwa terdapat perubahan tingkat

perdagangan saham sekitar tanggal

pengumuman delisting (5 hari

sebelum sampai 5 hari sesudah) yang

diukur dengan trading volume

activity pada perusahaan non

delisting dalam industri sejenis.

Pengujian sampel dilakukan

menggunakan One Sample T-test, uji

t dua sisi yang digunakan untuk

mengetahui perubahan positif atau

negatif yang terjadi selama event

window. Kemudian langkah –

langkah yang digunakan adalah

sebagai berikut: (1)Merumuskan

hipotesis H0 : µ = 0 artinya

pengumuman delisting tidak

mengakibatkan perubahan signifikan

tingkat likuiditas saham perusahaan

non delisting dalam industri sejenis

dan Ha : µ ≠ 0 artinya pengumuman

delisting mengakibatkan perubahan

signifikan tingkat likuiditas saham

perusahaan non delisting dalam

industri sejenis, (b) Menentukan α

sebesar 5 %, (c) Menentukan daerah

penerimaan dan penolakan,

(d)Melakukan uji hipotesis, H0

diterima jika –tabel ≤ t hitung ≤ t

tabel atau Sig. > 0,05 dan H0 ditolak

jika t hitung < -t tabel atau t hitung >

t tabel atau Sig. < 0,05 (e) Menarik

kesimpulan Apabila Ho diterima

berarti pengumuman delisting tidak

mengakibatkan perubahan tingkat

likuiditas saham perusahaan non

delisting dalam industri sejenis dan

Apabila Ho ditolak berarti

pengumuman delisting mengakibatka

perubahan tingkat likuiditas saham

perusahaan non delisting dalam

industri sejenis. Hasil pengujian

hipotesis kedua pada tabel 2 dibawah

menunjukkan rata – rata trading

volume activity positif terjadi selama

event window, rata – rata trading

volume activity positif dan signifikan

terjadi selama 5 hari pada t-5

sebesar 0,00029, t-4 sebesar 0,00045,

t-1 sebesar 0,00081, t+1 sebesar

0,00085 dan t+4 sebesar 0,00050.

Ditarik kesimpulan bahwa nilai t

hitung TVA pada t-1 sebesar 2,094

yang bernilai lebih besar dari nilai t

tabel (±2,0117) berarti H0 ditolak,

dengan demikian pengumuman

delisting mengakibatkan perubahan

signifikan tingkat likuiditas saham

perusahaan non delisting sejenis.

Page 13: intra industri.pdf

11

Sumber: hasil uji SPSS, data diolah

Berdasarkan hasil tersebut maka

dapat disimpulkan bahwa

pengumman delisting mengakibatkan

perubahan tingkat likuiditas saham

perusahaan non delisting dalam

industri sejenis. Perubahan signifikan

terjadi karena investor perusahaan

non delisting sudah mengetahui

rencana delisting sebelum resmi

diumumkan, misalnya: mengalami

kerugian selama 3 tahun berturut-

turut, tidak membayar deviden

selama 3 tahun berturut-turut, dan

tidak melakukan perdagangan saham

selama 6 bulan terakhir berturut-turut.

Dikarenakan beberapa hal tersebut

maka pengumuman delisting bagi

investor tidak dianggap sebagai

informasi positif sehingga investor

berlomba – lomba membeli saham

perusahaan lain yang tidak delisting

agar tidak mengalami kerugian. Hasil

pengujian yang dilakukan dalam

penelitian ini mengindikasikan

terdapat efek competitif yang terjadi

atas pengumuman delisting dapat

disebabkan berpindahnya pangsa

pasar perusahaan delisting ke

perusahaan non delisting karena

hilangnya perusahaan pesaing

sehingga berpengaruh positif bagi

perusahaan non delisting. Hal ini

menunjukkan bahwa setelah

pengumuman delisting investor

masih memperoleh return saham

yang lebih tinggi dari return yang

diharapkan serta meningkatnya

volume perdagangan saham selama

event window pengamatan.

KESIMPULAN,

KETERBATASAN, DAN SARAN

Berdasarkan analisis data dan

pengujian hipotesis yang telah

dilakukan terhadap variabel

abnormal return dan tingkat

likuiditas saham, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

(1)Pengumuman delisting tidak

mengakibatkan perubahan signifikan

pada abnormal return perusahaan

non delisting pada perusahaan

sejenis, akan tetapi efek contagion

terjadi pada sebelum pengumuman

delisting dan efek kompetitif terjadi

pada saat dan setelah pengumuman

delisting, dan (2)Pengumuman

delisting mengakibatkan perubahan

signifikan pada trading volume

activity perusahaan non delisting

pada perusahaan sejenis, efek

Tabel 2

PENGUJIAN HIPOTESIS LIKUIDITAS SAHAM

Periode ATVA T hitung T tabel Signifikansi Kesimpulan

t - 5 0,00029 2,280 2,0117 0,027 H0 Ditolak

t - 4 0,00045 2,757 2,0117 0,008 H0 Ditolak

t - 3 0,00108 1,309 2,0117 0,197 H0 Diterima

t - 2 0,00119 1,277 2,0117 0,208 H0 Diterima

t - 1 0,00081 2,094 2,0117 0,042 H0 Ditolak

t 0 0,00169 1,418 2,0117 0,163 H0 Diterima

t + 1 0,00085 2,087 2,0117 0,042 H0 Ditolak

t + 2 0,00140 1,959 2,0117 0,056 H0 Diterima

t + 3 0,00150 1,656 2,0117 0,104 H0 Diterima

t + 4 0,00050 2,162 2,0117 0,036 H0 Ditolak

t + 5 0,00199 1,835 2,0117 0,073 H0 Diterima

Page 14: intra industri.pdf

12

kompetitif terjadi pada saat event

window pengumuman delisting.

Dari kesimpulan diatas dapat

dijelaskan bahwa pengumuman

delisting tidak direaksi oleh

perusahaan non delisting yang berada

pada sub sektor industri yang sama.

Artinya terdapat efek intra industri

atas pengumuman delisting.

Abnormal return negatif namun tidak

signifikan terjadi sebelum

pengumuman delisting,

mengindikasikan adanya kebocoran

informasi bahwa investor perusahaan

non delisting sudah mengetahui

rencana delisting sebelum resmi

diumumkan pada masyarakat.

Terdapatnya abnormal return positif

namun tidak signifikan,

menunjukkan bahwa perusahaan non

delisting yang berada dalam

subsektor industri sejenis

mendapatkan efek kompetitif atas

pengumuman tersebut.

Sedangkan penjelasan kesimpulan

dari variabel tingkat likuiditas saham

adalah pengumuman delisting

direaksi oleh perusahaan non

delisting yang berada pada sub sektor

industri yang sama, karena terdapat

abnormal trading volume activity

positif namun tidak signifikan yang

mengindikasikan adanya kebocoran

informasi bahwa investor perusahaan

non delisting sudah mengetahui

rencana delisting sebelum resmi

diumumkan sehingga investor

berlomba – lomba membeli saham

perusahaan lain yang tidak delisting

agar tidak mengalami kerugian.

Terdapatnya abnormal trading

volume activity positif yang

signifikan, menunjukkan bahwa

perusahaan non delisting yang berada

dalam subsektor industri sejenis

mendapatkan efek kompetitif atas

pengumuman tersebut. Efek

kompetitif adalah efek yang terjadi

atas pengumuman delisting serta

dapat memberikan peluang bagi

perusahaan non delisting untuk

meningkatkan keuntungan bagi

perusahaannya dikarenakan

berkurangnya pesaing dalam

subsektor industri sejenis.

Adapun yang dijadikan keterbatasan

dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut: (1)Periode penelitian ini

hanya lima tahun, sehingga hasil

penelitian ini masih belum dapat

menjelaskan secara sempurna

mengenai kandungan informasi dari

pengumuman delisting pada jangka

panjang, (2)Perusahaan non delisting

yang masuk dalam sampel penelitian

ada yang hanya satu perusahaan,

sehingga terjadi ketidakseimbangan

proporsi sampel antara industri yang

sama. Misalnya, sub sektor industri

konstruksi yang hanya terdiri dari

perusahaan petrosea, sedangkan sub

sektor property and real estate yang

terdapat enam perusahaan non

delisting yang masuk seleksi sampel.

Saran yang dapat diberikan dari

penelitian ini untuk penelitian

selanjutnya adalah sebagai berikut:

(1) Investor tidak perlu khawatir

dengan adanya pengumuman

delisting, karena hanya menimbulkan

reaksi sesaat, (2) Diharapkan pada

penelitian selanjutnya untuk sampel

perusahaan sebaiknya ditentukan

minimal perusahaan non delisting

yang diambil pada tiap – tiap industri

yang sama, (3) Diharapkan pada

penelitian selanjutnya, variabel

pengukuran tingkat likuiditas saham

tidak hanya dihitung dengan trading

volume activity saja namun ditambah

dengan pengukuran bid dan ask

spread.

Page 15: intra industri.pdf

13

DAFTAR RUJUKAN

Chandy, P.R., Salil K. And Nirajan

Tripathy. 2004. Empirical

Evidence on the Effects of

Delisting from the National

Market System. Journal of

Economics and Finance, Volume

28 Number 1. Spring 2004.

Eduardus Tandelilin. 2001. Analisis

Investasi dan Manajemen

Portofolio. Edisi Pertama.

Yogyakarta : BPPE.

Foster, George. 1986. Financial

Statement Analysis. New Jersey :

Prentice Hall, Englewood Cliffs

Imam Ghozali. 2009. Aplikasi

Analisis Multivariate Dengan

Program SPSS. Semarang:

Badan penerbit Universitas

Diponegoro.

Jogiyanto, 2000, Teori Portofolio

dan Analisis Investasi, Edisi

Kedua. BPFE-UGM.

Yogyakarta.

_______, 2007. Teori Portofolio dan

Analisis Investasi. Dosen

Fakultas Ekonomi Universitas

Gadjah Mada. Yogyakarta.

Lang, Larry H.P. And Rene M. Stulz.

1992. Contagion and

Competitive Intra Industry

Effects of Bankcruptcy

Announcements. Journal of

Financial Economics. Vol. 32,

PP. 45-60

Luciana Almilia., & Emanuel, K.,

2005. “Analisis Kandungan

Informasi dan Efek Intra Industri

Pengumuman Stock Split yang

dilakukan oleh Perusahaan

bertumbuh dan tidak

bertumbuh”. Journal Ekonomi

dan Bisnis Indonesia, Vol. 20.

hal 0215-0248.

Panchapagesan, Venkatesh dan

Werner, Ingrid M. 2004. From

Pink Slips to Pink Sheets :

Market Quality Around

Delisting from Nasdaq.

Rindu Rika Gamayuni . 2001. “Efek

Intra Industri Atas Pengumuman

Delisting StudiEmpiris Di Bursa

Efek Jakarta”. Simposium

Nasional Akutansi IV. Hal 287-

304.

Surat Keputusan Direksi PT. Bursa

Efek Jakarta Nomor : Kep-

00389/BEI/06-2009 tentang

Penghapusan Pencatatan

(Delisting) dan Pencatatan

Kembali (Relisting) Saham di

Bursa.

Page 16: intra industri.pdf

14

CURRICULUM VITAE

Nama Lengkap : Erwis Wisnan Septiyanto

Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 13 September 1991

Alamat Rumah : Perumahan Sumput Asri BU-23 Driyorejo Gresik

No. Telp : 085648243166

Perguruan tinggi : STIE Perbanas Surabaya

Program Studi : Strata 1

Jurusan : Manajemen

NIM : 2008210220

Alamat Perguruan Tinggi : Jl. Nginden Semolo 34-36 Surabaya

RIWAYAT PENDIDIKAN

Sekolah / Universitas Tahun

STIE PERBANAS SURABAYA 2008-2012

SMAN 1 DRIYOREJO 2005-2008

SMPN 1 DRIYOREJO 2002-2005

SDN 1 SUMPUT 1996-2002

PENGALAMAN ORGANISASI

Keterangan Periode

SEKRETARIS II UKM ENGLISH CLUB STIE

PERBANAS SURABAYA 2010 - 2011

SIE PERLENGKAPAN UKM ENGLISH CLUB STIE

PERBANAS SURABAYA 2009 - 2010

KARYA ILMIAH

Keterangan Periode

Studi Kelayakan Bisnis “ Selai Lidah Buaya ” 2011

PKM-P Efek Intra Industri Atas Pengumuman Delisting

Pada Perusahaan Non Delisting Di Bursa Efek Indonesia 2012

Efek Intra Industri Atas Pengumuman Delisting Pada

Perusahaan Non Delisting Di Bursa Efek Indonesia 2012