mpk agama fix

Upload: ira-ajah

Post on 02-Mar-2016

89 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

RANGKUMAN BAB IIIISLAM; ARTI DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA

A. MAKNA DAN SEJARAH ISLAM1. Pengertian IslamSecara etimologi, kata Islam berasal dari bahasa Arab. Diambil dari derivasi kata dasar salima-yaslamu-salamatan wa salaman, yang artinya selamat, damai, tunduk, patuh, menyerahkan diri, rela, puas, menerima, sejahtera, dan tidak cacat. (al-Munawwir, 1984: 669). Dari ilmu morfologis, Islam diambil dari aslama-yuslimu-Islaman, memiliki beragam makna, antara lain: ketaatan, menyerahkan diri, tunduk dan patuh. Pengertian Islam secara terminologis adalah agama atau peraturan-peraturan Allah s.w.t. yang diwahyukan kepada nabi dan rasul-Nya sebagai petunjuk bagi umat manusia agar mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sesuai dengan namanya, agama Islam yang disyariatkan Allah s.w.t. kepada nabi dan rasul-Nya itu berpangkal pada satu ajaran dasar, yaitu monoteisme murni (al-tauhid), dan satu tujuan, yaitu memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat (hasanah fi al-dunya wa al-akhirah). 2. Ruang Lingkup Agama IslamDitinjau dari segi ajaran dasarnya, ruang lingkup agama Islam mencakup tiga bagian, yaitu Aqidah, Syariah dan Akhlak.a. Aqidah menurut pengertian bahasa berarti ikatan, sangkutan atau simpul, sedangkan menurut pengertian yang sebenarnya adalah kepercayaan dan keyakinan yang menyatakan bahwa Allah s.w.t. itu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak beranak dan tidak diperanakkan serta tidak ada sesuatu apapun yang menyerupainya. b. Syariat, pengertiannya menurut bahasa adalah jalan, sumber air, petunjuk menuju sumber air atau jalan yang harus ditempuh setiap orang. Pengertian secara terminologis adalah peraturan-peraturan yang ditetapkan Allah s.w.t. sebagai pedoman hidup dan kehidupan manusia. Syariat secara garis besarnya terdiri dari dua bagian, yaitu ibadah, yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, seperti shalat, shiyam, haji, dan sebagainya. Kedua muamalah, yang berkaitan dengan sesamanya dan makhluk lain, yang berkaitan dengan kehidupan sosial, ekonomi, politik, peradaban, dan kebudayaan.c. Akhlak menurut bahasa adalah perbuatan, adat, peringai, tingkah laku secara umum, baik terpuji ataupun tercela. Menurut pengertian istilah, yang dimaksud akhlak adalah al-akhlak al-Islamiyah atau al-akhlak al-Karimah, yaitu tingkah laku, perbuatan dan peringai terpuji berdasarkan kepada al-Quran dan al-Sunnah. Selanjutnya akhlak dibagi menjadi dua bagian, yaitu akhlak terhadap Khalik atau pencipta (Allah s.w.t.) dan akhlak terhadap makhluk (yang diciptakan) yaitu segala sesuatu selain Allah s.w.t. Akhlak terhadap makhluk dibagi menjadi dua bagian yaitu manusia dan selain manusia. Akhlak terhadap manusia dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: terhadap alam jamadi (benda mati), alam nabati (flora), dan alam hewani (fauna). Akhlak terhadap manusia dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu terhadap Nabi/Rasul, akhlak terhadap diri sendiri, terhadap keluarga, masyarakat, akhlak terhadap bangsa dan hubungan antarbangsa.Aqidah, Syariah dan Akhlak merupakan satu kesatuan yang tidak bisa diceraipisahkan, satu sama lain terkait dan berkelindan. Namun demikian, aqidah tetap lebih diutamakan karena ia merupakan pondasi dari keduanya.3. Proses Turunnya Agama IslamTatanan agama Islam sebagai internalisasi dari nilai-nilai aqidah, syariah, dan akhlak, diturunkan oleh Allah s.w.t. kepada para Nabi dan Rasul-Nya melalui media bernama wahyu. Ia secara bahasa memiliki beberapa arti, antara lain: mentransformasikan sesuatu dengan proses yang sangat cepat (al-Quthubi, 1372:51) seperti yang terjadi kepada Nabi Muhammad (QS. Al-Najm. 53:10), berarti ilham sebagaimana yang terjadi kepada ibu Nabi musa as (QS. Al-Qashash, 28:7), berarti bisikan, dan berarti insting atau naluri yang dimiliki makhluk secara alamiah.Dari beberapa pengertian wahyu secara etimologis di atas, wahyu dapat dipakai untuk beberapa macam bentuk pemberitahuan yang halus dan khusus. Di antara bentuk-bentuk wahyu itu ialah: al-ruya al-shadiqah (mimpi yang benar), bisikan dalam hati, ilham dan percakapan yang disampaikan malaikat (M. Rasyid Ridha, 1983:185). Sedangkan pengertian wahyu secara terminologi atau istilah adalah kalam yang diwahyukan kepada Nabi atau Rasul-Nya sebagai petunjuk bagi umat manusia. Wahyu turun dengan tiga cara, sebagaimana tertuang dalam QS. Al-Syura, 42:51), yakni: (1) langsung, seperti yang terjadi kepada Nabi Ibrahim ketika mendapatkan wahyu untuk mengorbankan puteranya Ismail. (2) di belakang tabir, artinya ialah seorang Nabi atau Rasul dapat mendengar kalam Allah s.w.t. akan tetapi dia tidak dapat melihat-Nya (Departemen Agama RI, 1989:791). Hal ini seperti yang terjadi kepada Nabi Musa ketika meminta kepada Allah s.w.t. agar tampak dihadapan-Nya. (3) melalui perantara, yaitu Allah s.w.t. mengutus Malaikat Jibril, yang disebut juga Ruh al-Quds atau Ruh al-Amin, untuk menyampaikan wahyu kepada para Nabi dan Rasul-Nya. Menurut Ibnu Katsir (w.774), bentuk wahyu yang ketiga inilah yang sering terjadi. Diantaranya adalah wahyu yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad s.aw. di gua Hira (QS. Al-Alaq:1-5) dan wahyu yang kedua (QS. al-Muddatsir:1-5). Masih dalam bentuk yang ketiga, yakni dengan perantaraan Malaikat Jibril, juga memiliki tiga cara, yaitu: (1) Jibril as datang kepada nabi dengan bentuknya yang asli, sebagaimana disebutkan dalam QS. al-Najm, 53:13. (2) Jibril datang dengan menyerupai seorang laik-laki, yang menyampaikan kata-kata kepada-Nya, sehingga beliau mengetahui dan benar0benar hafal wahyu itu (Depag RI, 1990: 15). (3) Malaikat datang padanya, terdengar seperti gemerincingnya bel, kemudian nabi menerima wahyu itu, dalam riwayat lain datang seperti suara lebih. Cara ini adalah yang dirasakan berat oleh nabi. Malaikat menurunkan wahyu dalam hati nabi, dalam hal ini nabi tidak melihat sesuatu apapun, hanya merasakan bahwa wahyu berada dalam hati nabi.4. Fungsi Agama IslamAgama Islam merupakan agama samawi (berasal dari langit) yang diturunkan oleh Allah s.wt. kepada Nabi Muhammad s.a.w. sebagai kelanjutan dan penyempurnaan dari misi nabi-nabi sebelumnya. Tujuannya adalah untuk mengesakan Tuhan (monotheisme) dan menjadikan manusia sebagai makhluk yang beradab dan berbudi luhur, baik terhadap sesama manusia, makhluk lainnya, maupun terhadap lingkungan di sekitarnya. Sebagaimana agama samawi lainnya, agama Islam juga berfungsi untuk menuntut umatnya pada jalan yang benar (al-haqq) dan lurus (al-shirath al-mustaqim), yaitu jalan yang ditempuh oleh para nabi, para rasul, dan orang-orang saleh. Dengan begitu, manusia akan terhindar dari kesesatan dan kedzaliman yang akan menyengsarakan di dunia dan di akhirat.Untuk menopang fungsi dan cita-cita tersebut, sedikitnya ada lima prinsip yang dikedepankan oleh syariat Islam (maqashid al-syariah), yaitu: melindungi jiwa (himayah al-nafs), harta (himayah al-mal), keluarga (himayah al-ahl), akal pikiran (himayah al-aql), dan agama (himayah al-din). Kelima prinsip itu tertuang dalam kitab suci al-Quran dan al-Sunnah al-nabawiyah, diantaranya yaitu bertujuan untuk: (1) menjadikan manusia berkualitas dari sisi spiritual, intelektual, dan moral. (2) menyuruh kebaikan dan melarang segala bentuk kemungkaran. (3) membebaskan manusia dari kemusyrikan. (4) menciptakan perdamaian dan rekonsiliasi global.

B. Karakteristik Agama Islam

Sebagai agama, Islam memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan agama-agama besar lainnya yang dianut umat manusia di dunia. Dr.Yusuf al-Qardhawi, ulama Mesir terkemuka, dalam bukunya al-Khashaish al-Ammah li al-Islam, menjelaskan karakteristik Islam tersebut sebagai berikut: (1) Rabbaniyyah (ketuhanan), artinya Islam merupakan agama yang bersumber dari Allah s.w.t. bukan hasil ciptaan manusia. (2) Insaniyyah (kemanusiaan), yaitu Islam merupakan satu-satunya agama yang cocok dengan fitrah manusia. (3) Syumuliyyah (menyeluruh), artinya Islam merupakan agama yang mengatur segala aspek kehidupan manusia, mencakup akidah (teologi), ibadah, muamalah (hubungan antar sesama manusia), jinayah (pidana), ahwal syakhshiyyah (perdata), dan akhlak (moralita). (4) al-Waqiiyyah (real), artinya semua ajaran Islam adalah realistis, dapat dengan mudah diaplikasikan dalam kehidupan. (5) al-Wasathiyyah (moderat), yaitu ajarannya sangat memperhatikan unsur keseimbangan (balance) antara faktor materi atau jasmani dengan faktor immateri atau rohani. (6) al-Wudhuh (jelas), artinya Islam memiliki konsep yang jelas dalam membina umatnya. (7) al-Jamu baina al-Tsabat wa al-Murunnah (integritas antara permanen dan fleksibel), maksudnya bahwa ajaran Islam memperhatikan kondisi umat yang berbeda-beda, sehingga menyatukan dua aspek sekaligus, yaitu antara ajaran yang permanen dan fleksibel, atau antara azimah (ketetapan awal) dan rukhshah (keringanan).Risalah al-Quran yang disebut juga sebagai Risalah Ilahiyah menjadikan agama Islam sebagai agama fitrah, agama yang menjunjung tinggi akal pikiran, agama ilmu dan hikmah, agama kebebasan dan kemerdekaan. Risalah al-Quran begitu penting dalam membentuk jiwa manusia sehingga menjadi manusia yang berkebudayaan maju dan memiliki peradaban yang tinggi. Keberhasilan risalah Islamiyah tersebut, ditunjang oleh hakikat agama itu sendiri dan beberapa faktor lain, diantaranya:1. Islam Agama FitrahIslam merupakan agama fitrah, agama yang sesuai dengan naluri, tabiat dan bawaan alam manusia, yang dalam istilah agama disebut sifat Jibiliyah. Risalah Islam disebarkan untuk semua bangsa guna memperbaiki citra mereka yang telah rusak oleh kepercayaan dan keyakinan yang menyesatkan. Umat manusia diarahkan agar kembali ke fitrah Allah s.w.t. yaitu agama yang hak dan jalan yang benar. Setiap manusia dari kalangan manapun dan dari ras apapun, pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan fitrah. 2. Islam Agama TauhidAjaran Islam yang diajarkan para Nabi dan Rasul, tidak pernah berubah dari satu masa ke masa yang lain, yaitu aqidah tauhid, yakni kepercayaan dan keyakinan bahwa sesungguhnya Allah s.w.t. itu adalah Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Kuasa. Al-Quran juga menggambarkan singkap tingkah laku manusia yang tidak mengikuti petunjuk dan menentang ajaran para nabi, mereka digambarkan dalam persamaan untuk menentang ajaran agama itu. Ajaran dasar agama Islam (al-Aqidah al-Islamiyyah) yang disampaikan para nabi adalah sama, tidak pernah berubah dari masa ke masa, dari suatu nabi ke nabi yang lain, yaitu ajaran tauhid. Pengalaman-pengalaman yang dialami para nabi juga banyak persamaan. Semua itu diinformasikan al-Quran secara lengkap. 3. Islam Agama KebenaranIslam adalah agama yang mengedepankan nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Ajarannya bertujuan untuk mensejahterakan bahkan mencerahkan umat manusia menuju peradaban yang lebih maju. Tidak ada satu pun ajaran Islam yang bertentangan dengan akal sehat, ilmu pengetahuan dan teknologi, norma-norma etika, sosial, dan kemasyarakatan. Tetapi justru Islam datang untuk mengukuhkan hal itu semua, bahkan mempeloporinya.Di samping itu, kebenaran Islam semakin membahana dengan kehadiran Muhammad s.a.w. sebagai seorang nabi pilihan. Beliau tampil untuk menegakkan nilai-nilai humanism, egalitarianism, keadilan, dan toleransi di antara sesame umat manusia. Beliau juga memperingatkan umatnya agar menjauhi segara kebatilan, kedzaliman, kemungkaran, kediktatoran, penindasan, dan sikap semena-mena terhadap sesama.4. Islam Agama UniversalMelihat nilai-nilai luhur yang dikumdangkan oleh Islam di atas, tidak ragu lagi bahwa agama ini bersifat universal, sejak ala mini diciptakan sampai tibanya masa kehancuran (kiamat). Universalitas Islam ini memiliki dua pengertian, kembali pada pemahaman Islam. (1) Apabila Islam diartikan sebagai ajaran samawi yang berkelanjutan mulai Nabi Adam sampai Nabi Muhammad, maka universalitas Islam tersebut berarti nilai-nilai luhur yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, untuk kesejahteraan dan kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat. (2) Apabila Islam diartikan khusus sebagai agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad s.a.w. maka universalitas Islam di sini berarti bahwa agama tersebut ajarannya berlaku sampai akhir zaman (shalih li kulli zaman wa makan).Universalitas Islam tidak bisa terlepas dari misi Islam yang ajarannya rahmatan lil alamin (merupakan rahmat bagi alam semesta). Tidak hanya membawa kebaikan untuk umat manusia, melainkan juga membawa keberkahan untuk makhluk-makhluk lainnya. Dengan menggabungkan dua pengertian universalitas di atas, dapat disimpulkan bahwa Islam adalah ajaran yang menghargai pluralitas umat beragama, inklusivitas, moderat, dan toleran terhadap perbedaan yang ada. 5. Islam agama FleksibelDalam Islam dikenal adanya konsep azimah (tuntutan) dan rukhsah (keringanan)/ Selain itu, Islam juga dikenal sebagi agama yang anti kebatilan dan condong kepada kebenaran dan agama yang ajarannya penuh dengan kemudahan bagi setiap orang yang mengamalkannya.6. Islam Agama SempurnaKesempurnaan Islam bukan berarti stagnan (jumud) melainkan dinamis, mengikuti perkembangan zaman dan up to date. Karena itu, sempurna dapat diartikan sebagai fondasi awal yang mapan, mencakup berbgai bidang kehidupan. Adapun pilar-pilar agama lainnya, umay Islam dituntut untuk selalu melakukan trobosan-trobosan baru yang sesuai dengan semangat al-Quran.7. Islam Agama Ilmu PengetahuanAjaran Islam memerintahkan kepada umatnya agar rajin mencari ilmu, karena dengan ilmu itu seseorang akan memperoleh apa yang dicita-citakan. Kajian Islam dalam berbagai disiplin ilmu, baik disiplin ilmu kalam, fiqh, tasawuf, dapat dikembangkan dengan metode argumentative dan filosofis.8. Islam agama kebebasan dan kemerdekaanSetiap orang diberikan kebebasan memilih untuk menentukan jalan hidupnya, karena kebenaran dan kesesatan telah diketahui dengan jelas dari petunjuk al-Quran tersebut.9. Islam bersifat gradualIslam diturunkannya secara bertahap, gradual, dan tidak sekaligus. Hal ini dimaksudkan agar umat Islam mampu memahami ajaran agamanya secara mendalam melalui tahapan-tahapan yang tidak memberatkan dan tidak membosankan, tetapi justru menarik minat-minat mereka secara utuh.

C. Sumber Ajaran IslamDalam QS. al-Nisa, 4:59, dijelaskan bahwa sumber ajaran Islam dalah al-Quran, al-Sunnah atau al-Hadits, dan Ijtihad (rayu) dimana sumber hukum yang paling kuat adalah al-Quran, kemudian al-Hadis, lalu Ijtihad.1. Al-Quran sebagai Sumber Hukum Islama. Pengertian al-QuranAl-Quran adalah firman Allah s.w.t. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w., pada tanggal 17 Ramadhan sampai tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 H, secara berangsur-angsur melalui Malaikat Jibril, sebagai mukjizat dan pedoman hidup bagi umatnya, yang bernilai ibadah bagi orang yang membacanya.b. Kedudukan al-QuranAl-Quran merupakan pedoman pertama dan utama bagi umat Islam. Setiap persoalan selalu dikembalikan solusinya kepada al-Quran.c. Fungsi al-QuranSecara umum, al-Quran berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia menuju jalan yang benar, sekaligus pembeda antara kebenaran dan kebatilan.2. Al-Sunnah sebagai Sumber Hukum Islama. Pengertian al-SunnahSecara bahasa, al-Sunnah adalah cara atau kebiasaan. Secara definitive, al-sunnah adalah apa yang diucapkan, dikerjakan, dan diputuskan oleh Rasulullah s.a.w. sebagai penjabaran dan pelaksaan dari al-Quran. Al-Hadits secara etimologis berarti baru, dekat, dan kabar (berita), sedangkan al-Sunnah secara etimologis berarti jalan, baik yang terpuji maupun yang tercela, atau disebut juga dengan tradisi.b. Kedudukan al-SunnahPara ulama sepakat bahwa al-Sunnah menempati kedudukan kedua setelah al-Quran dalam hirarki sumber hukum Islam.c. Fungsi al-SunnahFungsi al-Sunnah terhadap al-Quran: 1) Bayan al-Taqrir wa al-Takid, yaitu al-Sunnah berperan untuk menetapkan dan memperkuat apa yang telah digariskan oleh al-Quran. 2) Bayan al-tafsir wa al-Tafhsil, yakni al-Sunnah berperan sebagai penjelas dan perinci ayat-ayat al-Quran yang masih mujmal (global), muthlak atau am (umum). 3) Bayan al-Tashri, yaitu penjelasan al-Sunnah yang berupa mewujudkan, mengadakan, atau menetapkan suatu hukum atau aturan-aturan syara yang tidak terdapat nashnya di dalam al-Quran.3. Ijtihad (Rayu) sebagai Sumber Hukum Islama. Pengertian IjtihadSecara etimologi, ijtihad berarti bersungguh-sungguh atau serius. Secara istilah, ijtihad berarti penggunaan rasio atau akal semaksimal mungkin guna menemukan sesuatu ketetapan hukum tertentu yang tidak diterapkan secaa tegas dal al-Quran dan al-Sunnah.b. Kedudukan IjtihadIjtihad menduduki posisi yang ketiga dalam hukum Islam, setelah al-Qur;an dan al-Sunnah. Dalam ijtihad timbullah sumber hukum lainnya yaitu Ijma (konsesus ulama), qiyas (analogi berdasarkan sebab atau illat masalah), urf (adat kebiasaan), maslahah mursalah (kepentingan umum), dan ihtisan.c. Lapangan IjtihadIjtihad terikat oleh ketentuan-ketentuan sebagai berikut: 1) ijtihad tidak berlaku dalam urusan penambahan ibadah mahdhah. 2) hasil ketetapan ijtihad sifatnya kondisional dan situasional, mungkin berlaku bagi seseorang tetapi tidak berlaku bagi orang lain. 3) keputusan ijtihad tidak boleh bertentangan dengan al-Quran dan al-Sunnah, 4) ketetapan ijtihad tidak melahirkan keputusan yang absolut, tetapi sifatnya relative. 5) dalam proses ijtihad harus mempertimbangkan berbagai aspek seperti aspek lingkungan, manfaat dan madharat atau akibat, motivasi, dan nilai-nilai yang menjadi cirri khas Islam, 6) ijtihad mencakup bidang muamalah, jinayat, politik, keluarga, dan dakwah, kedokteran, sain, teknologi, dsb.d. Peranan Ijtihad dalam Perkembangan Masyarakat IslamIjtihad memiliki peranan penting dalam pembinaan hukum Islam, diantaranya: 1) agar hukum Islam dapat ditetapkan secara fleksibel sehingga tidak kaku, 2) agar dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman, 3) dapat memudahkan penerapan ajaran Islam menurut situasi dan kondisi yang ada, 4) dapat mengembangkan intelektualitas umat Islam sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, 5) dapat meningkatkan dinamika masyarakat Islam yang heterogen, namun senantiasa hidup toleran dengan ukhuwah Islamiyah.

D. Muhammad s.a.w. sebagai Rasul dan Tokoh Sejarah1. Kerasulan Muhammad s.a.wPada zaman Jahiliyyah, terjadi pernikahan agung antara Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim al-Quraisy dengan Aminah binti Wahab. Dari pernikahan tersebut, lahirlah Nabi Muhammad s.a.w. pada hari Senin, 12 Rabiul Awwal Tahun Gajah, bertepatan dengan 20 April 570 M. Nabi Muhammad s.a.w. ditinggal ayahnya sejak ia masih dalam kandungan, ditinggal ibunya sejak usia enam tahun, dan ditinggal kakeknya sejak ia berusia 8 tahun. Setelah itu, beliau diasuh oleh pamannya, Abu Thalib, hingga ia menjadi dewasa. Setelah dewasa, beliau menikah dengan seorang saudagar wanita kaya raya, bernama Khadijah binti Khuwalid. Suatu ketika, pada malam bulan Ramadhan tahun 610 M, di sudut gua Hira, beliau dikejutkan oleh turunnya wahyu yang pertama dari Allah yaitu surat al-Alaq:1-5. Kemudian turun wahyu kedua, yaitu surat al-Mudatsir: 1-5, setelah itu, wahyu pun muncul terus menerus. Tiga tahun sesudah kerasulannya, perintah Allah s.w.t datang supaya Muhammad mengumumkan ajaran Islam yang masih disebarkan secara sembunyi-sembunyi.2. Keteladanan Nabi Muhammad s.a.w.Rasulullah s.a.w. sebagai suti tauladan yang harus diikuti kaum muslimin karena akhlak yang agung dan luhur. Dengan akhlak mulia tersebut, beliau berhasil berdakwah dengan gemilang hanya dalam kurang dari 23 tahun sehingga merombak tatanan masyarakar yang dungu dan bodoh menjadi masyarakat yang maju dan berperadaban tinggi. Sebagian dari akhlak Nabi yang terpuji ialah sikap pemaaf, kasih sayang terhadap sesama, tidak mau membanggakan diri, tidak sombong, rendah hati. Nabi s.a.w. merupakan manusia berakhlak mulia yang menjadikan dirinya sebagai orang pertama yang menerjemahkan al-Quran dalam kehidupannya.3. Peranan Nabi Muhammad s.a.w. dalam Membangun Peradabana. Keutamaan Nabi Muhammad s.a.wNabi Muhammad merupakan nabi ulul azmi, nabi terakhir yang rendah hati dan berakhlak mulia yang memiliki banyak kelebihan daripada nabi dan rasul lain. Diantara kelebihan tersebut, diantaranya: 1) diberikan kemampuan menyusun kalimat yang ringkas tetapi memiliki jangkauan makna yang luas dan kalimatnya menarik (Jawani al-Kalim), 2) dalam setiap menghadapi peperangan, beliau senantiasa menapat pertolongan Allah dengan tergentarnya hati musuh. 3) halalnya rampasan perang (ghanimah), 4) diperbolehkan bersuci dengan menggunakan tanah (tayamum) apabila tidak ditemukan air atau karena ada halangan lain, 5) risalah Nabi s.a.w. bersifat umum dan diperuntukkan bagi seluruh umat jin dan manusia, 6) nabi Muhammad s.a.w. sebagai penutup para nabi.7) diberikan hak syafaat yang akan bermanfaat bagi umatnya nanti di hari kiamat.b. Peranan Muhammad dalam Membangun PeradabanNabi Muhammad lahir di tengah-tengah jazirah Arab yang notabene memiliki kepercayaan terhadap berhala (paganism). Beliau perihatin melihat fenomena tersebut sehingga beliau sering mendekatkan dri kepada Allah s.w.t. Pada usia 40 tahun, beliau diangkat menjadi rasul dengan tujuan untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya terang benderang. Cahaya tersebut mampu menyadarkan manusia untuk menghilangkan strata sosial yang membawa pada primodialisme, kolonialisme, dan perbudakan. Tatkala wafat pada tahun 632 M, beliau telah berhasil menyatukan hampir semua suku Arab menjadi komunitas baru atau ummah.

E. Masuknya Agama Islam di Indonesia1. Perkembangan Dakwah Islama. Periode Rasulullah s.a.wIslam mulai diperkenalkan oleh Nabi Muhammad s.a.w. pada awal abad ketujuh Masehi di kota Makkah kepada masyarakat Arab Jahiliyyah. Setelah berhasil mengubah masyarakat jahiliyyah menuju masyarakat berada, nabi pun berhijrah ke Madinah. Di kota Madinah beliau menempuh tiga langkah strategis. 1) membangun masjid sebagai tepat ibadah sekaligus pusat kegiatan dakwah, politik, dan musyawarah. 2) memperaaudarakan kaum muhajirin dan kaum anshar. 3) membuat piagam Madinah untuk mempersatukan berbagai etnis, suku dan agama. Pada tahun 8 H, terjadilah penaklukan kota Makkah atau yang disebut Fath Makkah. Bagi mereka yang tidak mau masik Islam tetapi tidak memusuhi Islam, beliau memberikan hak-hak kewarganegaraanya dan membiarkan mereka memeluk agama masing-masing dan bagi mereka yang memerangi, beliau bersama kaum muslimin berjihad untuk menumpasnya sampai mereka menyerah.b. Periode al-Khurafa al-Rasyidun (11-41H/ 632-661 M)Setelah rasulullah s.aw. wafat, kepemimpinan diserahkan kepada Abu Bakar al-Shiddiq. Pada masa Abu Bakar, banyak masalah internal terjadi. Lalu masalah itu diselesaikan dan ekspedisi dakwah dilancarkan ke irak hingga hirrah. Setelah wafat, Abu Bakar digantikan oleh Umar bin Khattab. Wilayah Isalam berhasil dikuasai yaitu jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar Persia, dan Mesir. Selain itu umar juga mengatur administrasi, mendirikan baitul mal. Setelah umar wafat, digantikan oleh Utsman bin Affan. Islam berhasil mengekspansi wilayah sampai ke Armenia, Tunisia, Cyrus, Rhodes, bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristan. Selama 12 tahun memerintah, utsman berjasa dalam membangun bendungan untuk menjada arus banir yang besar dan mengartur irigasi. Beliau juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid, dan memperluas masjid Nabawi di Madinah. Setelah Utsman wafat, kaum muslimin membaiat Ali bin Abi Thalib, yang memerintah selama enam tahun. Berliau banyak mengalami pergolakan internal dan mengalami banyak peperangan sehingga Ali bin Abi Thalib pun menyerahkan kekuasaannya pada Muawiyah bin Abi Sufyan. c. Periode bani umayah, Periode bani abbasiyah, Periode turki usmani.

2. Masuknya Islam di IndonesiaTerkait dengan polemik kapan masuknya Islam ke Indonesia, berdasarkan historiagrafi klasik terdapat empat grand pointer: a) Islam dibawa langsung dari arab b) Islam diperkenalkan oleh para guru dan juru dakwah profesional c) penduduk yang mula-mula masuk Islam berasal dari kalangan penguasa, d) mayoritas para juru dakwah profesional datang pada abad ke 12 dan ke 13. Azyumardi Azra mengatakan bahwa meskipun mungkin Islam teah diperkanalkan ke nusantara sejak abad ke 7 M, tetapi hanya setelah abad ke 12 pengaruh Islam kelihatan lebih nyata dan proses Islamisasi baru menagalami akselerasi antara abad ke 12 dan abad ke 16. Ada tiga teori besar tentang tempat asal datangnya Islam ke Indonesia, a) teori yang menyatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab, b) teori yang mengatakan bahwa Islam datang dari India, c) teori yang dikembangkan Fatimi menyatakan bahwa Islam datang dari benggali (Bangladesh). Dari segi perjalanannya, Islam masuk ke Indonesia melalui dua jalur, yakni a) jalur utara: Arab-Damaskus-Baghdad-Gujarat-Srilanka-Indonesia dan b) jalur selatan: Arab-Yaman-Srilanka-indonesia. Cara penyebaran Islam di Indonesia, yaitu a) perdagangan, b) pernikahan, c) pembebasan budak.

3. Sejarah perkembangan agama Islam di Indonesiaa. Perkembangan Islam di sumateraAbad XIII-XV M, berdiri kerajaan Samudera pasai yang merupakan kerajaan Islam pertama. Raja-raja yang memerintah: 1) Sultan al-Malikus Shalih, 2) Sultan al-Malikuz Zhahir I, 3) Sultan al-Malikuz II, 4) Sultan Zainal Abidin 5) Sultan Iskandar. Selain itu, berdiri kerajaan Aceh yang mengalami masa keemasan pada masa Sultan Iskandar Muda.b. Perkembangan Islam di jawaIslam di jawa banyak disebarkan oleh wali songo, yang terdiri dari: 1) Maulana Malik Ibrahim di Gresik, 2) Sunan Ampel di Surabaya, 3) Sunan Bonang di Tuban, 4) Raden Fatah di Demak, 5) Sunan Drajat di Demak, 6) Sunan Kalijaga di Semarang, 7) Sunan Kudus di Kudus, 8) Sunan Muria di Kudus, 9) Sunan Gunung Djati di Cirebon dan banten. Mereka menyebarkan Islam dengan mendirikan perguruan-perguruan untuk menggembleng santri-santrinya agar menjadi manusia muslim berkualitas sebagai kader dakwah.c. Perkembangan Islam di SulawesiRaja Gowa, Daeng Manrabia yang bergelar sultan Alauddin dan raja Tallo yang bergelar sultan Abdullah telah masuk Islam sehingga Islam menyebar di Sulawesi.d. Perkembangan Islam di Kalimantan.Pada abad XVI Islam memasuki daerah kerajaan Sukadana, pada 1590, kerajaan sukadana masuk Islam dimana yang menjadi sultan pertama adalah sultan Giri Kusuma. Setelah itu digantikan sultan Muhammad Syafiuddin.e. Perkembangan Islam di nusantara bagian timurPerkembangan Islam di Maluku berkembang dengan pesat sehingga banyak berdiri kesultanan-kesltanan yang berdaulat seperti kesultanan Ternate, Tidore, dan Bacan. Setelah itu berkembang ke Maluku Utara, Nusa Tenggara.

RANGKUMAN BAB IVKERANGKA DASAR DAN ESENSI AJARAN ISLAM

A. Kerangka dasar agama Islam1. Akidah, syariah, dan akhlakDalam hadis Jibril disebutkan bahwa kerangka dasar agama Islam terdiri dari tiga bagian, yakni Aqidah, syariah, dan akhlak.Aqidah menurut bahasa berarti ikatan, sangkutan atau simpul, membangun lengkung, mengkokohkan, membuat dan mengadakan perjanjian, berasal dari kata aqada-yaqidu. Secara istilah, aqidah berarti keyakinan yang kuat yang dipercayai dalam hati, lafadz jamanya Aqaid (al-Munawwir, 1984:1023). Secara etimologi, syariah adalah jalan, sumber air, jalan menuju sumber air atau jalan raya, peraturan, undang-undang, hukum, syariat Islam, hukum alam, ilmu syariat, sedangkan menurut terminologi, syariat adalah peraturan-peraturan atau hukum yang ditetapkan Allah bagi manusia melalui Rasul-nya. Syariat terdiri dari dua bagian, yaitu: (1) ibadah yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, (2) muamalah yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dan makhluk lain, yang berkaitan dengan hubungan sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan. Peraturan mengenai muamalah diantaranya terdiri dari dua bagian, yaitu kaidah-kaidah yang mengatur hubungan perdata, seperti hukum perkawinan (munakahat), hukum waris, dan lain-lain, dan kaidah yang mengatur hukum publik, seperti jinayat (pidana), khilafah (al-Ahkam al-Sutaniyah); hukum ketatanegaraan. Syiar: hukum internasional, mukhashamat: hukum acara pidana dan sebagainya.Apabila akhlak dikatikan dengan kalimat Islam, yang disebut al-Akhlak al-Islamiyah atau Al-Akhlak al-Karimah berarti perbuatan dan tingkah laku yang baik dan terpuji, sesuai dengan tuntunan al-Quran dan al-sunnah. Akhlak secara garis besar terbagi menjadi dua bagian yaitu akhlak terhadap Khalik ayaitu Allah s.w.t. dan akhlak terhadap makhluk. Makhluk adalah segala yang diciptakan Allah, yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu manusia dan bukan manusia. Akhlak terhadap manusia terdiri dari akhlak terhadap Nabi dan Rasul, akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap keluarga, terhadap masyarakat, terhadap bangsa dan antarbangsa. Akhlak terhadap selain manusia dibagi menjadi tiga bagian, yaitu terhadap benda mati, terhadap alam nabati atau flora, dan terhadap alam hewani atau fauna. Ajaran tentang dasar-dasar agama Islam ini, terjalin berkelindan dalam rukun agama yang disebut oleh Hadis Nabi yang terkenal dengan Hadis Jibril tersebut di atas, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan.

2. Hubungan Kerangka Dasar dan Sumber Ajaran IslamKerangka dasar ajaran Islam yang terdiri dari aqidah, syariah, dan akhlak di atas bersumber dari al-Quran dan al-Sunnah. Oleh karena itu, jika kata Islam digandengkan setelah kata akidah, syariah, atau akhlak, maka secara etimolgi berarti konsep aqidah, syariah, dan akhlak yang fondasi dan sumbernya berasal dari al-Quran dan al-Sunnah serta tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

3. Hubungan Kerangka Dasar Ajaran Islam dengan Ilmu Kalam, Fiqh, dan TasawufIlmu kalam atau ilmu teologi adalah suatu disiplin ilmu yang mengkaji secara mendalam masalah ketuhanan dan sifat-sifat-Nya. Ilmu fiqh adalah suatu disiplin ilmu yang mengkaji secara mendalam ilmu syariah, yang terdiri dari ibadah. Ilmu tasawuf adalah suatu disiplin ilmu yang melakukan pendalaman terhadap ilmu akhlak, mengkaji tentang bagaimana mensucikan jiwa dari noda-noda yang mengotorinya.Hubungan ketiga ilmu ini dengan kerangka dasar ajaran Islam sangat erat. Ilmu kalam berbicara secara mendetail tentang aqidah Islam yang benar, menyangkut masalah keimanan, keislaman, dan ketauhidan. Dikarenakan ilmu ini berkaitan dengan aqidah yang merupakan fondasi utama yang permanen, maka ilmu ini tidak mengalami perubahan yang signifikan dari dulu sampai sekarang. Ilmu fiqh membahas tentang syariah Islam yang meliputi tata aturan ibadah, muamalah, perdata, pidana, dsb. Karena Syariah Islam bersifat shalih li kulli amkinah wa azminah (selalu relevan untuk diterapkan di berbagai tempat sepanjang masa), maka para ulama mencari format masing-masing dalam mengamalkan syariah tersebut sesuai dengan tempat dan masa ketika mereka berada. Meskipun pada prinsipnya sama-sama bersumber dari al-Quran dan al-Sunnah. Ilmu tasawuf disebut juga zuhud, merupakan intisari dari semua unsur di atas. Ilmu ini, tidak saja membahas berbagai hal dari ajaran Islam secara lahiriah, tetapi dikembangkan sesuai ruhul ibadah dan ruhul muamalah dalam susunan batinnya.

B. Ketauhidan Allah1. Pengertian dan dasar Ketauhidan AllahAqidah Islamiyah yang dikenal dengan aqidah tauhid, yaitu kepercayaan dan keyakinan yang menyatakan bahwa Allah s.w.t. adalah Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Kuasa. Aqidah tauhid mengarahkan umat manusia untuk meyakini dengan teguh pada Allah s.w.t. yang mutlak wujud-Nya.2. Macam-macam TauhidDalam perkembangannya, menurut Imam al-Thahawi dalam kitabnya Syarh al-Aqidah al-Thahawiyyah, tauhid tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian: (1) tauhid rububiyyah, yaitu pengakuan seorang manusia bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang menciptakan langit, bumi, dan segala isinya. (2) tauhid uluhiyyah, yaitu persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah kecuali Allah s.w.t. dan (3) tauhid al-asma wa al-shifah, yaitu tauhid yang bertujuan untuk mengesakan nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya.3. Implementasi Tauhid dalam KehidupanKalimat syahadat merupakan bukti pengakuan seorang hamba atas keesaan Allah. Persaksian (syahadat) tersebut terdiri dari dua kalimah: (1) syahadat Tauhid (persaksian untuk mengakui keesaan Allah), dan (2) syahadat Rasul (persaksian untuk mengakui kerasulan Muhammad s.a.w)

C. Hari Akhir, Qada dan Qadar, serta Hubungannya dengan Etos Kerja

1. Pengertian Hari AkhirRukun iman yang keenam, hari akhir, merupakan hari pembalasan bagi amal perbuatan diri manusia, ketika mereka hidup di dunia. Balasan nanti di akhirat, sesuai dengan amal perbuatan manusai yang berada di dunia. Menurut Eliade, hari akhir (eschatologhy) termasuk bagian dari agama dan filsafat yang menguraikan secara runtut semua persoalan dan pengetahuan tentang hari akhir, kematian, alam barzah, kehidupan surga dan neraka, siksa bagi yang berdosa dan pahala bagi yang berbuat baik, hari kebangkitan, serta pengadilan pada hari itu, dsb.Terjadinya hari kiamat merupakan suatu kepastian. Menurut para ahli: a) planet-planet dari tata surya beredar menurut ketentuan hukum alam (sunnatullah) yang berjalan rapi, teratur, dan serasi. Namun, hal itu tidak selamanya, karena pada akhirnya meraka akan menjadi tidak beraturan beredarnya serta satu sama lain saling bertabrakan, sehingga hancur alam ini. b) asal mula bumi terdiri dari kabut atau gas panas. Di dalam perut bumi masih terdapat gas-gas yang menurut sifatnya berkembang dan mendesak keluar. Suatu saat, apabila tekanan melemah dan menjadi dingin atau tekanan atmosfernya berkurang, maka terjadinya letusan gunung atau gempa. Kalau semua isi perut bumi itu demikian, maka secara total bumi akan hancur, dan kiamat besar telah tiba.2. Pengertian Qada dan QadarSecara bahasa, Qada berarti hukum, perintah kabar, menghendaki, dan menjadikan, sedangkan menurut istilah, Qada adalah ketentuan Allah yang terjadi sejak zaman azali tentang makhluk, menyangkut baik, buruk, susah, senang, manfaat, madharat, sehat, sakit, dan berbagai macam ketentuan Allah yang tidak akan berubah-ubah sampai terwujudnya kehendak Allah tersebut. Secara bahasa, Qadar adalah ketentuan atau ukuran, sedangkan secara istilah, qadar adalah ketetapan Allah yang telah berlaku terhadap semua makhluk-Nya dalam bentuk dan batasan-batasan tertentu, sesuai dengan ilmu dan hikmah yang dikehendakinya. Qadar disebut sebagai takdir.3. Pengaruh Keyakinan pada Hari Akhir, Qada dan Qadar, Terhadap Peningkatan Etos KerjaHari akhir, qada, dan qadar, merupakan alat untuk memotivasi umat manusia agar menjadi makhluk yang tunduk, patuh, dan taat kepada Allah. Dengan mematuhi perintah Allah, ia akan beribadah dan bekerja keras demi mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Apabila seorang manusia mempercayai adanya hari akhir, qada dan qadar, dan penghisaban amal, maka ia akan bersunggguh-sungguh melakukan kebajikan dan bekerja keras untuk mencapai yang tebaik bagi dirinya, keluarganya, kerabat, tetangga, dan seluruh bangsanya, demi mengharap ridha Allah.

D. Hak dan Kewajiban Asasi Manusia1. Pengertian Hak dan Kewajiban ManusiaSebagai makhluk yang diciptakan Allah s.w.t. manusia memiliki hak dan kewajiban semenjak ia dilahirkan ke dunia ini. Hak yang paling mendasar, yang dimiliki manusia adalah hak asasi. HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia sebagai anugerah Allah s.w.t. bersifat kodrati, universal, dan abadi, berkaitan dengan harkat dan martabatnya. Hak berfungsi untuk menjamin kelangsungan hidup, kemerdekaan, perkembangan manusia dan masyarakat, yang idak boleh diabaikan, dirampas, atau diganggu gugat oleh siapapun. Selain memiliki hak asasi, manusia juga memiliki kewajiban yang harus dilakukan. Antara hak dan kewajiban harus serasi, selaras, dan seimbang serta tidak boleh timpang.HAM memiliki ciri-ciri pokok, yaitu: a) HAM tidak perlu diberikan, diberi atau diwarisi. b) bersifat universal, c) HAM tidak bisa dilanggar, d) dipandang sebagai norma yang penting, e) hak ini mengimplikasikan kewajiban bagi individu maupun pemerintah. Kewajiban adalah segala sesuatu yang harus dilakukan. Kewajiban-kewajiban kita antara lain, menghormati HAM, menjalankan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya, mematuhi norma-norma dan hukum-hukum yang ada dalam masyarakat. Jenis HAM, antara lain: a) hak untuk hidup, b) hak untuk berkeluarga dan mempunyai keturunan, c) hak mengembangkan diri, d) hak atas kebebasan informasi, e) hak atas keamanan, f) hak kesejahteraan.

2. Hubungan Hak dan Kewajiban Manusia.Hak merupakan klaim yang dibuat oleh orang atau kelompok yang satu terhadap yang lain atau terhadap masyarakat. Kewajiban merupakan sesuatu hal yang harus dilaksanakan untuk dapat memperoleh haknya. Oleh Karena itu, hak dan kewajiban setiap manusia harus dapat berjalan seimbang atau dapat disebut juga bahwa antara hak dan kewajiban terjadi korelasi atau hubungan timbal balik. Antara hak dan kewajiban harus seimbang sehingga dapat menimbulkan perasaan tenang dan nyaman dari setiap individu, baik secara pribadi ataupun sebagai anggota masyarakat.3. Tanggung Jawab Manusai Terhadap Hak dan Kewajiban AsasinyaHAM adalah hak yang sudah diberikan dan melekat pada diri manusia yang sesuai dengan kodratnya sebagai pemberian dari Tuhan YME. Oleh karena itu, kita sebagai manusia diharapkan memiliki tanggung jawab yang sesuai dengan hak dan kewajiban yang telah kita tetapkan agar kehidupan setiap manusia dapat berjalan dengan baik dan berkesinambungan. Tanggung jawab dapat diwujudkan dengan mejalankan kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan demi terpenuhinya hak yang dituntut.4. HAM dalam Tinjauan IslamAjaran Islam tentang HAM dapat dijumpai dalam sumber utama ajarannya yaitu al-Quran dan al-Sunnah yang merupakan sumber ajaran normatif, juga terdapat dalam praktik kehidupan umat Islam. Sejarah menunjukkan mengenai keberpihakan Islam terhadap HAM, yaitu pada pendeklarasian Piagam Madinah oleh Nabi s.a.w. sebagai konstitusi pertama umat manusia di dunia, terus berkesinambungan sampai sekarang. Ajaran pokok dalam piagam madinah, yaitu: semua pemeluk Islam adalah satu umat walaupun mereka berbeda ras, bangsa dan suku. Hubungan antara komunitas musim dengan non muslim didasarkan pada prinsip; a) berinteraksi secara baik dengan sesama tetangga, b) saling membantu dalam menghadapi musuh bersama, c) membela mereka yang teraniaya, d) saling menasehati, e) menghormati kebebasan beragama. Dilihat dari tingkatannya, ada tiga bentuk HAM dalam Islam. Pertama hak dasar (dharury). Sesuatu dianggap hak dasar apabila hak tersebut dilanggar, bukan hanya membuat manusia sengsara, tetapi juga hilang eksistensinya. Kedua, hak sekunder, yakni hak-hak yang bila tidak dipenuhi akan berakibat pada hilangnya hak-hak elementer. Ketiga, hak tersier (tahsiniy) yakni hak yang tingkatannta lebih rendah dari hak primer dan sekunder.

RANGKUMAN BAB VPRANATA SOSIAL ISLAM

A. Keluarga Sakinah, Mawaddah, dan RahmahKeluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang anggota-anggotanya terikat secara lahir dan batin dan terikat secara hukum karena pertalian darah dan pernikahan. Ikatan tersebut menetapkan kedudukan tertentu pada masing-masing anggota keluarga, ada hak dan kewajiban, tanggung jawab bersama, saling mengharapkan, dan saling mengasihi. Suatu keluarga inti biasanya terdiri dari suami, istri, dan anak-anak. Keluarga yang lebih besar juga terdiri dari kakek, nenek, keponakan, paman dan bibi, baik dari pihak ayah maupun ibu. Ayat 21 dalam Qs. al-Rum menunjukkan bahwa salah satu tujuan utama pernikahan adalah menciptakan keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah antara suami, istri, dan anak-anaknya serta keluarga lain.1. Pengertian Keluarga Sakinah, Mawaddah, dan RahmahKata Sakinah berasal dari bahasa Arab yang berarti tenang atau ketenangan. Sakinah merupakan suatu ketenangan yang harus didahului oleh gejolak karena dalam setiap rumah tangga diwarnai dengan gejolak, bahkan kesalahpahaman, namun ia dapat segera tertanggulangi, lalu melahirkan sakinah (ketenangan). Kata Mawaddah memiliki arti kelapangan dada dan terhindarnya jiwa seseorang dari kehendak yang buruk. Mawaddah adalah cinta sejati. Cinta yang dibingkai dalam hati yang mawaddah, tidak lagi akan memutuskan hubungan, ini disebabkan karena hatinya begitu lapang dan terhindar dari keburukan-keburukan. Pintu-pintunya pun telah tertutup untuk bisa dihinggapi keburukan lahir dan bathin. Sedangkan Rahmah adalah kasih sayang, kondisi psikologis yang muncul di dalam hati karena menyaksikan ketidakberdayaan, sehingga mendorong yang bersangkutan untuk memberdayakannya. Dengan demikian, keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah, adalah keluarga yang didalamnya penuh dengan ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan, akibat menyatunya pemahaman dan kesucian hati, serta bergabungnya kejelasan pandangan dengan tekad yang kuat. 2. Proses Terbentuknya Keluarga Sakinah, Mawaddah, dan RahmahAda beberapa hal yang perlu digarisbawahi untuk mencapai atau membangun keluarga sakinah, antara lain:a. Pesan untuk SuamiNabi Muhammad s.a.w., berpesan dalam haji wadha, kepada para suami untuk berlaku baik kepada kaum istri karena istri adalah partner hidup.b. Pesan bagi Kaum WanitaMuhammad s.aw, menyampaikan pesan kepada kaum wanita sebagai istri dan ibu rumah tangga agar senantiasa taat pada suaminya apabila perintahnya itu baik.3. Karakteristik Keluarga Sakinah, Mawaddah, dan Warahmaha. Mendidik KeluargaKebahagiaan paling tinggi dalam kehidupan adalah memperoleh petunjuk dan hidayah dari Allah s.w.t., serta memiliki anak-anak yang shalih, yang menjadi kebanggaan keluarga dan masyarakatnya. Orang tua yang baik adalah mereka yang selalu mengarahkan anak-anaknya kepada jalan yang diridhai oleh Allah s.wt. Karena itu, kita harus menjadikan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan sebagai pedoman bersama seluruh keluarga dalam mengarungi bahtera kehidupan.b. Berbakti pada Orang tuaBerbakti kepada orang tua, dalam pandangan Islam, merupakan suatu keharusan yang selalu dijaga dengan baik. Dalam beberapa ayat al-Quran disebutkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua demikian pentingnya, sehingga diletakkan pada posisi yang signifikan, setelah kita berbakti kepada Allah s.w.t.4. Makna Keluarga Sakinah, Mawaddah, dan RahmahSalah satu tujuan pernikahan dalam Islam adalah untuk menciptakan ketenangan dan kebahagiaan dalam rumah tangga. Konsep Islam, dalam berkeluarga dapat dilihat dalam hubungan keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Nabi s.a.w. memerintahkan kepada suami agar berhati lembut dan menujukkan perilaku yang baik terhadap istrinya. Begitupula istri yang mempunyai hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan dan dilindungi. Hak dan keawajiban tersebut melekat pada setiap orang, sebagai perwujudan dari harkat dan martabatnya yang harus dihormati.

B. Implikasi Sosial Kehidupan KeluargaPembentukan keluarga merupakan salah satu jalan untuk merealisasikan tujuan-tujuan yang lebih besar, yang meliputi berbagai aspek kemasyarakatan dan mempunyai pengaruh yang kuat dan mendasar dalam pembentukan masyarakat yang maju dan beradab.1. Tanggung Jawab dalam KeluargaSetiap anggota keluarga mempunyai tanggung jawab tertentu kepada keluarganya, agar keluarganya dapat bertahan hidup bahkan meningkat taraf kehidupannya secara ekonomi maupun sosial. Tanggung jawab tersebut adalah: (1) hidup secara baik dalam rumah tangga, saling cinta mencintai dan saling menyayangi, (2) suami istri harus memelihara kesucian diri di dalam dan di luar rumah tangga, (3) mempunyai hak dan kewajiban yang seimbang, yang dilaksanakan sesuai dengan kemampuan kewajiban dan hak itu, (4) kekayaan yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama suami-istri, dinikmati bersama dan dipergunakan utnutk membesarkan anak-anak yang (juga) menjadi tanggung jawab bersama. (5) suami istri bertanggung jawab atas pemeliharaan dan pendidikan anak mereka. (6) anak-anak harus patuh dan menghormati orang tuanya. (7) berbakti kepada orang tua untuk selamanya, dan (8) berdoa untuk kebahagiaan dan kebaikan orang tua, baik mereka masih hidup ataupun telah wafat.2. Tanggung Jawab SosialManusia sebagai makhluk sosial, hidup dalam suatu masyarakat yang para anggotanya saling mempunyai ketergantungan satu sama lain. Dari interaksi tersebut, menciptakan suatu hak dan kewajiban, yang membawa setiap manusia mempunyai tanggung jawab tertentu dalam kehidupan masyarakat. Pelaksanaan kewajiban terhadap masyarakat, termasuk juga kewajiban terhadap negara.3. Hubungan Tanggung Jawab Keluarga dengan Kehidupan SosialKeluarga adalah unit terkecil yang menjadi pendukung dan pembangkit lahirnya bangsa dan masyarakat. Selama pembangkitan itu mampu menyalurkan arus yang kuat dan sehat, selama itu pula masyarakat bangsa akan menjadi sehat dan kuat. Keluarga mempunya andil besar bagi tegak-runtuhnya suatu masyarakat.

C. Masjid dan Pembangunan Umat IslamPada umumnya, masjid yang ada dapat dikategorikan dalam dua bagian, yaitu: (1) Masjid yang sesuai dengan konsep ajaran Islam, atau paling tidak, bisa mendekati fungsi masjid yang dicontohkan oleh Rasulullah s.a.w, dan (2) masjid-masjid yang tidak sesuai lagi dengan profil masjid yang dikehendaki ajaran Islam.Masjid dalam kategori pertama, biasanya dikelola dengan manajemen modern, ia bukan saja berfungsi sebagai tempat ibadah mahdhah, tetapi juga berfungsi sebagai pusat dakwah dan peradaban Islam. Dari masjid itu, dikembangkan dakwah Islam, pendidikan, pusat studi, pusat informasi Islam, pusta kegiatan ekonomi, sosial, dan kegiatan kemasyarakatan lainnya. Kebersihan, keindahan, keagungan dan nilai seninya yang menonjol dengan jelas sehingga menimbulkan kekaguman bagi setiap orang yang memasukinya. Masjid dalam kategori kedua adalah masjid-masjid yang tidak memenuhi persyaratan sebagai masjid ideal, baik dari segi bangunan fisiknya maupun dari segi sarana dan manajemennya. Masjid seperti ini biasanya hanya dipergunakan sebagai tempat ibadah madhah saja. Kegiatan ibadah dan khutbah di masjid itu sangatlah tidak menunjang dalam beribadah.1. Fungsi Masjid Masa Rasulullah s.a.wSecara etiomologis, masjid merupakan isim makan dari kata sajada-yasjudu-sujudan, yang artinya tempat sujud, dalam rangka beribadah kepada Allah s.w.t. atau tempat untuk mengerjakan shalat. Secara sosiologis, masjid adalah suatu tempat atau bangunan tertentu yang diperuntukkan bagi orang-orang muslim untuk mengerjakan shalat, baik secara perseorangan maupun jamaah. Sedangkan bangunan yang serupa masjid, yang dipakai untuk mengerjakan shalat wajib dan sunnah, yang tidak dipakai untuk shalat jumat disebut mushalla. Kata ini merupakan isim makan dari shalla-yusalli-shalatan yang artinya tempat shalat. Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa setiap masjid berarti mushalla, tetapi tidaklah semua mushalla adalah masjid. Mushalla sering disebut dengan nama tajug, langgar, surau, meunasah dan sebagainya.Pada awal perkembangan dakwah Islam periode Madinah, ketika Nabi s.a.w. berhijrah, tempat yang pertama kali dibangun adalah Masjid Quba. Setelah pembangunan Majid Quba, Rasulullah s.a.w melanjutkan perjalanan ke Madinah, disanapun yang pertama beliau lakukan adalah membangun masjid raya yang bernama Masjid Nabawi. Fungsi masjid Nabawi, antara lain: (1) untuk melaksanakan ibadah mahdhah seperti shalat wajib, shalat sunnah, sujud, itikaf dan shalat-shalat sunnah yang bersifat insidental seperti shalat Ied, shalat gerhana, dsb. Seminggu sekali setiap hari Jumat dilaksanakan shalat Jumat dengan didahului dua khutbah untuk membina keimanan dan ketakwaan kaum muslimin. (2) sebagai pusat pendidikan dan pengajaran islam. (3) sebagai pusat informasi Islam. (4) tempat menyelesaikan perkara dan pertikaian, menyelesaikan masalah hukum dan peradilan serta menjadi pusat penyelesaian berbagai problem yang terjadi pada masyarakat. (5) masjid sebagai pusat kegiatan ekonomi. (6) sebagai pusat kegiatan sosial dan politik. 2. Masjid Masa DepanPada masa depan, masjid harus menata dirinya dengan menampilkan sosok yang mengagumkan, baik dari segi bangunan fisik, arsitektur, seni dan sarana-sarananya seperti pada masa Nabi s.a.w. Aktualisasi dari peran masjid yang terjadi pada masa Nabi s.a.w. misalnya bisa kita lakukan dengan: (1) pembangunan sarana fisik yang memadai, (2) kegiatan ibadah mahdhah harus berjalan dengan teratur, sehingga bisa membantu untuk mendatangkan kekhusuan bagi mereka yang beribadah di sana. (3) masjid diarahkan untuk mendidik generasi muda Islam dalam pemantapan aqidah dan pengamalan syariah dan akhlak. (4) sebagai pusat informasi Islam, (5) pusat dakwah diwujudkan dengan pembentukan lembaga-lembaga dakwah, diskusi-diskusi rutin, dll. (6) pusat penyelesaian masalah bisa diwujudkan dengan merekrut para pakar dalam berbagi ilmu disiplin. (7) sebagai pusat kegiatan sosial, ekonomi dan politik.3. Masjid dalam Tinjauan SosiologisMasjid dalam tinjauan sosiologis merupakan bangunan yang monumental dan religius, ia menjadi pusat kegiatan pendidikan, dakwah, dan peradaban. Masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah mahdhah atau tindakan ritual semata, melainkan juga sebagai tempat untuk kegiatan-kegiatan masyarakat yang positif dan bermanfaat.

D. Zakat dan Pemberdayaan Ekonomi Umat1. Pengertian ZakatSecara bahasa, zakat berarti tumbuh, suci, dan berkah. Secara istilah, zakat berarti kadar harta tertentu yang diberikan seseorang kepada yang berhak menerimanya dengan beberapa syarat yang ditetapkan.2. Hukum ZakatZakat hukumnya adalah fardhuain atau wajib bagi setiap orang Islam, pria dan wanita, yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu.3. Syarat Wajib ZakatSyarat wajib zakat terdiri dari (1) muslim, (2) merdeka, (3) milik sempurna, (4) mencapai nishab atau batas minimal diwajibkannya zakat.4. Macam-macam zakatZakat ada dua macam: (1) zakat mal (harta), yaitu bagian harta kekayaan seseorang atau badan hukum yang wajib diberikan kepada orang-orang tertentu, setelah mencapai jumlah tertentu dan setelah dimiliki selama jangka waktu tertentu pula. Jenis kekayaan itu dapat dikelompokkan sebagai berikut: (a) Hewan ternak, terdiri dari unta, sapi dan kerbau, kambing, dan ternak yang lain. (b) Zakat emas dan perak. (c) zakat uang. (d) zakat makanan pokok. (e) zakat hasil tambang. (f) zakat rikaz. Rikaz (harta emas atau perak yang terpendam (harta karun) yang terpendam dalam tanag selama bertahun-tahun yang tidak diketahui lagi pemiliknya). (g) harta perniagaan. (h) zakat fitrah.5. Cara PelaksanaanyaWaktu menunaikan zakat fitrah, yaitu: (1) waktu yang mubah atau diperbolehkan, yaitu dari awal bulan Ramadhan sampai akhir bulan tersebut. (2) waktu wajib menunaikan zakat fitrah, dimulai sejak terbenam matahari pada waktu maghrib di akhir bulan Ramadhan atau malam Idul Fitri sampai shalat Idul Fitri dilaksanakan. (3) waktu yang paling utama, yaitu dibayar setelah shalat subuh sampai shalat Id dilaksanakan. (4) waktu makruh, yaitu bila ditunaikannya zakat fitrah itu selesai shalat Idul Fitri sampai waktu maghrib pada hari itu juga. (5) waktu haram, yaitu memberikan zakat fitrah setelah masuk waktu maghrib pada hari Idul Fitri.6. Mustahik (yang berhak menerima zakat)Ada delapan golongan yang berhak menerima zakat, dijelaskan dalam surat at-Taubah ayat 60, yaitu: (1) orang fakir, (2) orang miskin, (3) mualaf (orang-orang yang baru masuk Islam), (4) hamba sahaya, (5) amil (panitia yang mengelola zakat), (6) gharim (orang yang berhutang), (7) musafir atau ibnu sabil (orang yang kehabisan biaya dalam perjalanan) dan (8) sabilillah (orang yang berjuang menegakkan agama Islam).7. Fungsi Zakat Terhadap Pemberdayaan Ekonomi UmatBerdasarkan sudut pandang ekonomi, zakat merupakan upaya menciptakan distribusi pendapatan menjadi lebih merata. Selain untuk tujuan distribusi, zakat merupakan sumber pendapatan dan pembiayaan kegiatan ekonomi. Zakat yang dikelola dengan baik, mendorong pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan, economic growth with equality.

E. Masyarakat IslamiMasyarakat Islami adalah masyarakat yang seluruh atau sebagian besar anggotanya merupakan orang-orang muslim dan berpedoman pada aqidah dan hukum Islam.1. Pengertian Masyarakat IslamMasyarakat Islami adalah masyarakat yang dibentuk berdasarkan etika Ketuhanan Yang Maha Esa, yang bertopang pada: (a) mentaati perintah Allah s.w.t. yang dicerminkan dengan kasih sayang terhadap sesama anggota masyarakat. (b) bersyukur terhadap rahmat dan nikmat Allah s.w.t., yang dicerminkan pada upaya mewujudkan kesejahteraan dan kemashlahatan masyarakat material dan spiritual, berlandaskan pada kaidah-kaidah moral yang mulia. (c) rasa dekat dengan Tuhan yang dicerminkan dalam perasaan takut pada larangan-Nya yang akan membentuk sikap dan jiwa yang adil dan bertanggung jawab, menghindari tingkah laku curang dan menolak kejahatan dalam anggota masyarakat.2. Karakteristik Masyarakat Islamia. Masyarakat Islami adalah masyarakat terbuka, berdasarkan pengakuan pada kesatuan umat dan cita-cita persaudaraan sesama manusia.b. Masyarakat Islami adalah masyarakat yang terpadu, integratif, dimana agama menjadi perekat yang menyatukannya.c. Masyarakat islami adalah masyarakat yang dinamis dan progresif, karena manusia ditugaskan sebagai khalifah Allah di muka bumi. Mereka diperintahkan untuk mewujudkan shibghah Allah dan keagungan serta kemuliaan-Nya.d. Masyarakat Islami adalah masyarakat yang demokratis, baik secara spiritual, sosial, ekonomi, maupun demokrasi politik.e. Masyarakat Islami adalah masyarakat yang berkeadilan, yang membentuk semua aspek dari keadilan sosial, baik di bidang moral, hukum, ekonomi dan politik yang telah ditetapkan, dalam aturan dan kelembagaan yang telah disepakati.f. Masyarakat Islami adalah masyarakat yang berwawasan ilmiah, terpelajar, karena sangat menekankan pada ilmu pengetahuan dan teknologi.g. Masyarakat Islami adalah masyarakat yang disiplin, Allah s.w.t telah menetapkan ajarannya berdasarkan aturan-aturan dan batas-batas yang terang, yang berkaitan langsung dengan kedisplinan, baik dalam bidang ibadah maupun muamalah.h. Masyarakat Islami menentukan pada kegiatan keumatan yang memiliki tujuan yang jelas dan perencanaan yang sempurna, menggunakan manejemen yang rasional dan efektif.i. Masyarakat Islami membentuk persaudaraan yang tangguh, menekankan kasih sayang antar sesama.j. Masyarakat Islami adalah masyarakat yang sederhana, yang berkesinambungan.3. Makna Masyarakat Islam dalam KehidupanMasyarakat Islami merupakan misi al-Quran yang harus diwujudkan dan diusahakan oleh setiap pribadi muslim, tidak cukup hanya dengan diwacanakan atau dikhutbahkan.

28