iv. radiologi intra orall

28
FOTOGRAFI RADIOLOGI INTRA ORAL Radiografi intra oral adalah teknik pemotretan radiografis gigi geligi dan jaringan di sekitarnya, dengan film berada di dalam rongga mulut. Ada tiga metode dasar teknik Radiografi Intra Oral : * Periapikal : Biseksi & Pararel * Bitewing * Oklusa Topografi, Crossection & Oklusal Oblik PERIAPIKAL, adalah teknik radiografi Intra Oral yang mencakup gigi geligi dan jaringan sekitarnya sampai dengan daerah periapikal. INDIKASI : Mendeteksi adanya inflamasi / infeksi atau kelainan di daerah periapikal. Penilaian keadaan jaringan periodontal . Pemeriksaan paska trauma pada gigi geligi yang melibatkan

Upload: yongky

Post on 28-Jan-2016

375 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

..

TRANSCRIPT

Page 1: IV. Radiologi Intra Orall

FOTOGRAFI RADIOLOGI INTRA ORALRadiografi intra oral adalah teknik pemotretan radiografis gigi geligi dan

jaringan di sekitarnya, dengan film berada di dalam rongga mulut. Ada tiga metode dasar teknik Radiografi Intra Oral :

* Periapikal : Biseksi & Pararel

* Bitewing

* Oklusa Topografi, Crossection & Oklusal Oblik

PERIAPIKAL, adalah teknik radiografi Intra Oral yang mencakup gigi geligi dan jaringan sekitarnya sampai dengan daerah periapikal.

INDIKASI :

• Mendeteksi adanya inflamasi / infeksi atau kelainan di daerah periapikal.

• Penilaian keadaan jaringan periodontal .

• Pemeriksaan paska trauma pada gigi geligi yang melibatkan tulang alveolar di sekitarnya.

Page 2: IV. Radiologi Intra Orall

• Penilaian kondisi dan posisi gigi yang tidak erupsi.

• Mempelajari morfologi akar sebelum pencabutan gigi.

• Penilaian kondisi gigi selama perawatan endodontik.

• Penilaian preoperatif dan postoperatif setelah pembukaan (operasi) daerah apikal.

• Evaluasi detil kista apikal dan lesi lainnya di dalam tulang alveolar.

• Penilaian posisi dan prognosa implan.

POSISI IDEAL FILM DAN ARAH SINAR-X TERHADAP GIGI adalah :

• Gigi yang diperiksa dan film harus saling berkontak, apabila tidak mungkin,

diusahakan dapat sedekat mungkin.

• Letak gigi dan film harus sejajar.

• Untuk gigi insisivus dan kaninus film diletakkan vertikal, sedangkan premolar dan

molar film diletakkan horisontal.

• Arah tabung sinar-x diatur sedemikian sehingga berkas sinar-x jatuh tegak lurus

baik terhadap gigi dan film dalam bidang vertikal dan horisontal.

• Posisi film, gigi, dan arah sinar-X dapat diulang pada kondisi yang sama.

Page 3: IV. Radiologi Intra Orall

HAL - HAL YANG PENTING DIPERHATIKAN PADA PEMOTRETAN PERIAPIKAL

1. Pasien harus melepas alat-alat di daerah yang akan diperiksa. misalnya alat orthodonsi, gigi tiruan lepas atau kaca mata.

2. Posisi kepala penderia diatur sedemikian rupa :

Rahang Atas : “Garis hidung-telinga” sejajar lantai, dengan demikian pada waktu pasien membuka mulut, bidang oklusi rahang atas sejajar lantai.

Rahang Bawah : “ Garis ujung bibir-telinga” sejajar lantai, dengan demikian pada waktu pasien membuka mulut, bidang oklusi sejajar lantai.

3. Pemotretan gigi regio anterior atas biasanya ditahan dengan ibu jari, ragio anterior bawah, posterior kiri atas dan bawah ditahan dengan telunjuk kanan, regio posterior kanan atas dan bawah ditahan dengan telunjuk kiri.

4. Perintahkan kepada pasien untuk menahan film tanpa menekan dan, tidak bergerak selama pemotretan.

Page 4: IV. Radiologi Intra Orall

PERIAPIKAL BISEKSI (METODE GARIS BAGI)Dasar teori teknik pemotretan radiografis metode garis bagi adalah :

1. Sudut yang dibentuk antara sumber panjang gigi dan sumbu panjang film dibagi dua sama besar yang selanjutnya disebut garis bagi.

2. Tabung sinar-X diarahkan tegak lurus pada garis bagi ini, dengan titik pusat sinar-X diarahkan ke daerah apikal gigi.

3. Dengan menggunakan prinsip segitiga sama sisi, panjang gigi sebenarnya dapat terproyeksi sama besarnya pada film.

 Penentuan Sudut Vertikal Tabung sinar-X adalah sudut yang dibentuk dengan menarik garis lurus titik sinar-X terhadap bidang oklusal.

   Penentuan Sudut Horisontal Tabung sinar-X, ditentukan oleh bentuk lengkung rahang dan posisi gigi. Dalam bidang horisontal titik pusat sinar-X diarahkan melalui titik kontak interproksimal, untuk menghindari tumpang tindih satu gigi

dengan gigi sebelahnya. 4. Film diletakan sedekat mungkin gigi yang diperiksa tanpa menyebapkan film

tertekuk.

Page 5: IV. Radiologi Intra Orall

TEKNIK PENENTUAN POSISI PEMOTRETAN :1. Film diletakan sedemikian rupa sehingga gigi yang diperiksa ada di

pertengahan film untuk gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah.

-          Incicivus dan Kaninus sumbu panjang gigi vertikal

-          Incicivus dan Kaninus sumbu panjang gigi vertikal

2. Kurang lebih 2mm dari film harus dilebihkan di atas permukaan oklusal / incisal untuk memastikan seluruh gigi dapat tercakup di dalam film. Perlu diperhatikan juga sisi yang menghadap tabung sinar-X adalah sisi yang menghadap gigi dengan tonjol orientasi menghadap kearah mahkota gigi.

3. Pasien diminta untuk menahan film dengan perlahan tanpa tekanan, dengan ibu jari atau telunjuk , (menahan film dengan tekanan yang berlebihan dapat menyebabkan film tertekuk dan menyebabkan distorsi pada gambar yang dihasilkan).

4. Tabung sinar-X diarahkan ke gigi dengan sudut vertikal dan horisontal yang tepat.

5. Lakukan penyinaran dengan kondisi yang telah ditentukan

(kV = 65; mA = 10; sec = 0,3 – 0,5 det)

Page 6: IV. Radiologi Intra Orall

TABEL SUDUT VERTIKAL DAN HORISONTAL

GIGI RA INCISIVUS KANINUS PREMOLAR MOLAR

Sudut vertikal 450 500 400 450

Sudut horisontal

5 - 300 600 700 85 - 950

GIGI RB INCISIVUS KANINUS PREMOLAR MOLAR

Sudut vertikal 250 200 150 50

Suduthorisontal

5 - 300 600 700 85 - 950

Sudut vertikal dan horisontal merupakan nilai rata-rata, yang mendekati kondisi yang ada. Hal-hal yang mempengaruhi besar kecilnya sudut ini adalah posisi kepala, posisi dan inklinasi masing-masing gigi, dan keadaan jaringan mulut di sekitar gigi yang diperiksa (mis: pelatum yang dangkal atau

dalam, lengkungan rahang yang sempit atau lebar dan lain sebagainya)

Page 7: IV. Radiologi Intra Orall

PERIAPIKAL PARALELTeori prinsip pemotretan:

1. Film diletakan pada film holder dan ditempatkan dalam mulut, pada posisi pararalel terhadap sumbu panjang gigi yang diperiksa.

2. Tube head (Cone) diarahkan tegak lurus terhadap gigi dan film.

3. Dengan menggunakan “Film holder” yang memiliki pemegang film dan penentu arah tubehead, teknik ini dapat diulang dengan posisi dan kondisi yang sama pada waktu yang berbeda (reproducible).

 

Pengaturan posisi ini memenuhi persyaratan untuk mendapatkan posisi ideal penempatan film terhadap gigi yang diperiksa pada teknik pemotretan radiografis periapikal. Akan tetapi kondisi anatomis palatum dan lengkung rahang yang berbentuk kurva, menyebabkan film dan gigi tidak dapat ditempatkan secara paraleldan dalam keadaan saling berkontak (ada jarak antara film dengan gigi yang diperiksa). Dengan adanya jarak antara film dengan gigi ini menyebabkan pembesaran gambaran radografis yang dihasilkan. Untuk mengatasi keadaan ini maka digunakan tube dengan jenis “Long Cone”

Page 8: IV. Radiologi Intra Orall

Film Holder :

Ada berbagai macam film holder tetapi pada dasarnya terdiri dari tiga bagian utama :

1. Pemegang film yang dirancang sedemikian rupa sehingga letak film dapat sejajar dengan sumbu panjang gigi dan mencegah film tertekuk.

2. Bite block atau lempengan gigit.

3. Lingkaran penentu arah cone.

Beberapa jenis film holder yang dikenal :

• Precission X-Ray Instrument.

• XCP (Extention Cone Paralelling)

• Snap X-Ray Instrument

Akan tetapi jenis film holder yang direkomendasikan adalah : XCP

Page 9: IV. Radiologi Intra Orall

TEKNIK PEMOTRETAN RADIOGRAFIS TEKNIK PARALEL :

1. Untuk pemeriksaan gigi Incisive dan Kaninus rahang atas dan bawah gunakan film Holder khusus untuk ragio anterior, dengan film ditempatkan secara vertikal. Sedangkan untuk gigi premolar dan Molar gunakan film Holder khusus untuk regio posterior, film ditempatkan secara horisontal. Perlu perhatikan sisi film yang berwarna putih dan tonjol identifikasi menghadap kearah datangnya sinar-X.

2. Kepala pasien bersandar pada kursi, bidang oklusal horisontal sejajar dengan lantai.

3. Film holder beserta film ditempatkan didalam mulut sebagai berikut :

• Regio Incisive dan Kaninus rahang atas, ditempatkan seposterior mukin untuk mengantisipasi bentuk lengkung palatum, sehingga film dapat ditempatkan dengan benar dan tidak tertekuk.

• Regio Incisive dan Kaninus Rahang bawah, ditempatkan didasar mulut, segaris dengan Kaninus Rahang bawah atau Premolar.

• Regio Premolar dan Molar rahang atas, ditempatkan dipertengahan paltum untuk mengantisipasi bentuk lengkung palatum.

• Regio Premolar dan Molar Rahang bawah, ditempatkan sulkus Lingual, berhadapan dengan gigi yang diperiksa

Page 10: IV. Radiologi Intra Orall

4. Gigi yang diperiksa diusahakan menggigit bite block.

• Letakan gulungan kapas di bawah bite block, yang dapat menjaga film dan gigi pada posisi paralel, juga mengurangi rasa tidak nyaman karena adanya holder di dalam mulut.

• Pasien diminta menggigit secara perlahan, agar posisi bite block stabil.

• Lingkaran penentu arah sumber sinar-X, ditempatkan sesuai posisinya.

• Sesuaikan lingkaran penentu posisi dengan ujung Cone. Dengan ini sudut horisontal dan vaertikal sudah diatur pada posisi yang benar.

PERBANDINGAN TEKNIK PARALEL DAN BISEKSI

Keuntungan teknik Paralel :

-   Gambaran yang dihasilkan lebih giometris dengan sedikit sekali kemungkinan

terjadinya pembesaran gambar.

Tulang zygomatik tampak berada diatas apeks gigi Molar atas.

-   Tinggi puncak tulang periodontal dapat terlihat dengan jelas.

- Jaringan periapikal dapat tampak dengan jelas.

Page 11: IV. Radiologi Intra Orall

        

- Mahkota gigi dapat tampak dengan jelas sehingga karies proksimal dapat dideteksi dengan baik.

- Sudut vertikal dan horisontal, sudah ditentukan oleh lingkaran penentu posisi Cone pada Film Holder.

- Arah sinar-X sudah ditentukan pada pertengahan film, sehingga dapat menghindari Cone Cutting.

- Dapat membuat beberapa foto radiografis dengan posisi dan kondisi

yang sama pada waktu yang berbeda.

Kerugian teknik paralel :

1. Penggunaan film holder dapat menyebabkan rasa tak nyaman pada pasien, terutama regio posterior, karena dapat menyebabkan rasa ingin muntah.

2. Film holder, sulit penggunaanya bagi operator yang tak berpengalaman.

3. Kondisi anatomis dalam rongga mulut sering menyulitkan teknik ini. Misalnya: palatum yang datar dan dangkal.

4. Apeks gigi kadang tampak sangat dekat dengan tipe film.

5. Sulit menggunakan film holder untuk Regio Molar-3 rahang bawah.

Page 12: IV. Radiologi Intra Orall

6. Bila menggunakan short cone, tidak dapat menghasilkan gambaran radiografis yang baik.

7. Film holder harus selalu disterilisasi dengan autoclave.

Keuntungan teknik biseksi :

1. Relatif lebih nyaman untuk pasien, karena tak ada alat tambahan lain, kecuali film.

2. Penentuan posisi relatif lebih sederhana dan cepat.

3. Bila penentuan sudut horisontal dan vertikalnya benar, gambaran radiografis yang dihasilkan akan sama besar dengan yang sebenarnya, dan memadai untuk hampir semua indikasi pemotretan.

4. Tak perlu sterilisasi khusus, karena tidak menggunakan alat bantu tambahan.

Kerugian teknik biseksi :

1. Kemungkinan distorsi pada gambaran radiografis yang dihasilkan sangat besar.

2. Kesalahan sudut vertikal mengakibatkan pemanjangan atau pemendekan gambar

Page 13: IV. Radiologi Intra Orall

3. Tinggi tulang periodontal, tidak dapat dilihat dan dinilai dengan baik.

4. Bayangan tulang zygomatik sering tanpak menutupi regio akar gigi Molar.

5. Sudut vertikal dan horisontal dapat berbeda pada setiap pasien, dengan demikian untuk menghasilkan gambaran yang baik, diperlukan operator yang terampil dan berpengalaman.

6. Tidak bisa mendapatkan gambaran dengan kondisi dan posisi yang sama, pada gigi yang sama diwaktu yang berbeda, karena tidak ada alat bantu yang dapat digunakan sebagai patokan.

7. Dapat terjadi Cone Cutting bila titik pusat sinar-X tidak tepat dipertengahan film.

8. Kesalahan penentuan sudut horisontal dapat menyebabkan tumpang tindih mahkota dan akar antara gigi yang berdekatan.

9. Sulit mendeteksi karies proksimal, pada gambaran radiografis mahkota gigi yang mengalami distorsi.

10. Gambaran radiografis akar bukal gigi Premolar dan Molar rahang atas sering mengalami pemendekan.

Page 14: IV. Radiologi Intra Orall

BITEWING Adalah teknik pemotretan radiografis yang dapat menghasilkan gambaran

radiografis daerah mahkota sampai dengan leher gigi, dan jaringan periodontal di daerah interdental regio rahang atas dan bawah pada satu lembar film dengan indikasi:

1. Untuk mendeteksi karies, terutama rampan karies pada gigi sulung (karies interproksimal, karies sekunder, karies pit dan fisur, kondisi kedalaman karies).

2. Menilai kondisi hasil restorasi.

3. Menilai keadan jaringan periodontal, sebatas daerah leher gigi. TEKNIK PEMOTRETAN :

1. “Tab” atau “Tab Platform” harus diletakan pada pertengahan film dan sejajar dengan tepi atas dan bawah film.

2. Film dapat diatur posisinya dalam arah horisontal atau vertikal.

3. Film dan gigi harus saling berkontak, atau diatur sedekat mungkin.

4. Posisi film dan gigi harus sejajar, sehingga pada lengkungan rahang tersebut

Page 15: IV. Radiologi Intra Orall

4. memerlukan dua kali pemotretan dengan dua film (untuk gigi Premolar dan Molar), agar diperoleh hasil yang baik.

• Pada bidang horisontal, Tubehead harus diarahkan sedemikian rupa sehingga sinar-X jatuh tegak lurus pada gigi dan film, dan melalui seluruh titik kontak gigi-gigi yang diperiksa.

• Pada bidang vertikal, Tubehead harus diarahkan sedikit kearah bawah (+ 5 – 8o terhadap bidang horisontal/oklusal)

TEKNIK PEMOTRETAN :

1. Gunakan film dengan ukuran yang sesuai, dengan “tab” diletakan pada posisi yang benar.

-          31 x 41 mm untuk pasien dewasa.

-          22 x 35 mm untuk pasien anak-anak di bawah 12 tahun.

2. Kepala pasien bersandar pada kursi, bidang oklusal horisontal sejajar lantai.

3. Keadaan lengkung rahang harus diperhatikan, karena menentukan jumlah film yang dibutuhkan.

Page 16: IV. Radiologi Intra Orall

4. Pegang tab dengan ibujari dan telunjuk, kemudian letakan dalam mulut dengan tepi bawah film berada di sulkus lingual, dan sisi berwarna putih menghadap gigi yang akan diperiksa.

5. Tepi anterior film ditempatkan di distal gigi-gigi kaninus bawah, dengan demikian tepi posterior film akan berada di mesial aspek gigi Molar-3 bawah.

6. Tab ditempatkan di atas permukaan oklusal gigi rahang bawah.

7. Pasien diintruksikan menggigit tab dengan kuat.

8. Pada waktu pasien menggigit, operator menarik tab, untuk memastikan film berkontak dengan gigi.

9. Cone diarahkan ke daerah titik kontak, tegak lurus film dan gigi, dengan sudut vertikal + 5- 8o ke arah bawah.

KEUNTUNGAN :

1. Sederhana

2. Biayanya relatif murah, dan efisien karena dengan satu lembar film dapat diperoleh gambaran gigi rahang atas dan bawah.

3. Tab digunakan hanya sekali pakai, sehingga tidak memerlukan sterilisasasi.

4. Mudah digunakan untuk pasien anak-anak

Page 17: IV. Radiologi Intra Orall

KERUGIAN :

1. Sangat membutuhkan keterampilan operator, dalam menentukan sudut horisontal dan vertikal.

2. Sering terjadi Cone Cutting di daerah anterior film.

3. Letak film mudah berubah, karena terdorong lidah.

4. Tidak dapat digunakan pada kasusu kelainan yang mencapai daerah

periapikal

Page 18: IV. Radiologi Intra Orall

 OKLUSAL Adalah teknik radiografi intra oral dengan film diletakan pada bidang oklusal.

Ukuran film yang digunakan : 5,7 x 7,6 cm

Radiografi Intra Oral metode Oklusal dibagi menjadi :

RAHANG ATAS

• Topografi Rahang atas (Upper standard Occlusal = Standard Occlusal)

• Crossection Rahang atas (Vertex Occlusal)

• Oklusal Oblik Rahang atas (Upper Oblique Occlusal)

 

RAHANG BAWAH

• Topografi Rahang bawah (Lower 45o Occlusal = Standard Occlusal)

• Crossection Rahang bawah (Lower 90o Occlusal Vertex Occlusal = True Occlusal)

• Oklusal Oblik Rahang bawah (Lower Oblique Occlusal = Oblique Occlusal)

Page 19: IV. Radiologi Intra Orall

TOPOGRAFI RAHANG ATAS (UPPER STANDARD OCCLUSAL = STANDARD OCCLUSAL)

Teknik pemotretan ini menghasilkan gambaran bagian anterior rahang atas beserta gigi-gigi anterior rahang atas.

Indikasi :

1. Untuk melihat keadaan gigi anterior atas sampai dengan daerah periapikal.

2. Mendeteksi adanya gigi Kaninus impaksi, gigi-gigi supernumerari, dan odontoma.

3. Menentukan posisi Kaninus, dengan menggunakan metode parallax.

4. Evaluasi ukuran dan perluasan lesi kista atau tumor di daerah anterior maksila.

5. Menilaikeadaan fraktur gigi anterior dan tulang alveolar rahang atas.

 

Teknik Pemotretan :

1. Pasien duduk dengan kepala bersandar, bidang oklusal horisontal sejajar lantai.

2. Film ditempatkan didalam mulut dengan sisi berwarna putih menghadap ke atas, diatas bidang oklusal gigi rahang bawah. Pasien diminta menggigit film dengan

Page 20: IV. Radiologi Intra Orall

2. sumbu panjang film melintang pada pasien dewasa, sedang pada pasien anak-anak film memanjang anteroposterior.

3. Cone diarahkan di pertengahan sebelah atas pasien, mengarah ke bawah, kearah batang hidung, dengan sudut 65o – 70o terhadap film.

4.  CROSSECTION RAHANG ATAS (VERTEX OCCLUSAL)

Teknik pemotretan ini memperlihatkan rahang atas pada potongan melintang. Pada teknik pemotretan ini, untuk mendapatkan gambaran potongan melintang rahang atas, sinar-X harus melalui jaringan tulang tengkorak, sehingga memerlukan radiasi yang relatif besar. Untuk mengurangi dosis radiasi pada pasien diperlukan kaset dengan ukuran 5,7 x 7,6 cm yang dilengkapi dengan intensifying screen.

Indikasi :

Menilai posisi Kaninus impaksi dalam arah Bucco-Palatal.

 

Teknik Pemotretan :

1. Pasien duduk dengan kepala bersandar, bidang oklusal horisontal sejajar dengan lantai.

Page 21: IV. Radiologi Intra Orall

 2. Film ditempatkan di dalam mulut dengan sisi berwarna putih menghadap

ke atas, diatas bidang oklusal gigi rahang bawah. Film diletakan dipertengahan mulut dengan sumbu panjang film memanjang anteroposterior. Pasien diminta menggigit film dengan perlahan.

3. Cone diarahkan dipertengahan sebelah atas pasien, mengarah ke bawah, melalui pertengahan kepala pasien. Sinar-X pusat diarahkan kurang lebih sejajar sumbu gigi Incisive atas.

Akan tetapi teknik ini jarang di gunakan karena memiliki banyak kerugian antara lain :

   -   Gambaran sering tampak kurang jelas.

     -   Sinar-X melewati beberapa organ penting misalnya : mata dan lain-lain.

- Sulit mendapatkan Cassette dengan ukuran kecil. Untuk mengatasi keadaan di atas, (untuk memperoleh potongan melintang rahang atas) dapat dilakukan dengan memodifikasi teknik Crossection rahang atas, yaitu dengan memperbesar sudut sinar-X terhadap film, menjadi + 80o dan diarahkan ke dahi pasien.

Page 22: IV. Radiologi Intra Orall

OKLUSAL OBLIK RAHANG ATAS (UPPER OBLIQUE OCCLUSAL)

Teknik pemotretan ini memperlihatkan satu sisi rahang atas daerah posterior beserta gigi-gigi posterior.

 

Indikasi :

1. Penilaian daerah periapikal gigi posterior rahang atas, khusunya pada pasien dewasa yang tidak dapat menggunakan Dental Film.

2. Evaluasi ukuran dan perluasan lesi seperti kista, tumor, kelainan di tulang alveolar regio posterior maksila.

3. Menilai keadaan dasar sinus maksilaris.

4. Membantu melihat keadaan akar gigi yang terdorong masuk ke sinus pada waktu pencabutan gigi.

5. Menilai fraktur gigi posterior dan tulang sampai daerah tuberositas.

Page 23: IV. Radiologi Intra Orall

Teknik Pemotretan :

1. Pasien duduk dengan kepala bersandar, bid oklusal horisontal sejajar dengan lantai.

2. Film ditempatkan di dalam mulut dengan sisi berwarna putih menghadap ke atas, diatas bidang oklusal gigi rahang bawah. Film diletakan dipertengahan mulut dengan sumbu panjang film memanjang anteroposterior. Filem ditempatkan pada posisi yang diperiksa. Pasien diminta menggigit film dengan perlahan.

3. Cone diarahkan di sebelah atas pasien, mengarah ke bawah, mengarah ke pipi dengan sudut 65o – 70o terhadap film. Dipertengahan regio yang

diperiksa. TOPOGRAFI RAHANG BAWAH (LOWER 45O OCCLUSAL = STANDARD OCCLUSAL

Teknik pemotretan ini memperlihatkan gigi anterior rahang bawah dan mandibula bagian anterior. Gambaran radiografisnya mirip hasil teknik biseksi, tapi mencakup daerah yang lebih luas.

Page 24: IV. Radiologi Intra Orall

Indikasi :

1. Melihat daerah periapikal gigi Incsive bawah, terutama untuk pasien anak-anak, dan pasien dewasa yang tidak dapat menggunakan Dental Film.

2. Evaluasi ukuran dan perluasan lesi seperti kista, atu Tumor di daerah anterior mandibula.

3. Menilai pergesran yang terjadi pada fraktur mandibula bagian anterior dalam bidang vertikal.

Teknik pemotretan :

1. Pasien duduk dengan kepala bersandar, bidang oklusal horisontal sejajar dengan lantai.

2. Film ditempatkan di dalam mulut dengan sisi berwarna putih menghadap ke bawah, diatas bidng oklusal gigi rahang bawah. Filem diletakan di pertengahan mulut dengan sumbu panjang film memanjang anteroposterior. Pasien diminta menggigit film dengan perlahan.

3. Cone diarahkan keatas dipertengahan rahang bawah mengarah ke dagu

pasien, dengan sudut 45o terhadap film.

Page 25: IV. Radiologi Intra Orall

CROSSECTION RAHANG BAWAH (LOWER 90O OCCLUSAL VERTEX OCCLUSAL = TRUE OCCLUSAL)

Teknik ini memperlihatkan potongan melintang rahang bawah dan dasar mulut, dengan indikasi :

1. Mendeteksi adanya dan posisi batu kelenjar liur pada duktus kelenjar submandibula.

2. Menilai keadaan gigi-gigi rahang bawah impeksi dalam arah bucco-lingual.

3. Evaluasi adanya ekspansi di daerah rahang bawah akibat tumor, kista, atau kelainan tulang lainnya dalam arah bucco-lingual.

4. Menilai pergeseran yang terjadi pada fraktur mandibula bagian anterior

dalam bidang horisontal. Teknik Pemotretan :

1. Film ditempatkan di dalam mulut dengan sisi berwarna putih menghadap ke bawah, diatas bidang oklusal gigi rahang bawah. Film diletakan dipertengahan mulut dengan sumbu panjang film melintang. Pasien diminta menggigit film dengan perlahan.

2. Kepala pasien bersandar, ditengadahkan sejauh mungkin.

3. Cone diarahkan keatas di pertengahan rahang bawah mengarah ke daerah Molar, dengan sudut 90o terhadap film.

Page 26: IV. Radiologi Intra Orall

OKLUSAL OBLIK RAHANG BAWAH (LOWER OBLIQUE OCCLUSAL = OBLIQUE OCCLUSAL)

Teknik pemotretan ini menghasilkan gambaran radiografis satu sisi rahang bawah, terutama daerah kelenjar submandibula. Akan tetapi karena sinar-X arahnya oblik, maka gambaran anatomis tahang bawah yang terproyeksi mengalami distrosi. Indikasi :

1. Mendeteksi adanya dan posisi batu kelenjar liur di kelenjar submandibula.

2. Menilai keadaan gigi Molar-3 bawah impaksi dalam arah bucco-lingual.

3. Evaluasi adanya perluasan dan akspansi akibat tumor, kista, atau kelainan tulang lainnya di daerah posterior sampai dengan angulus mandibula.

4. Menilai pergeseran yang terjadi pada fraktur mandibula bagian anterior dalam bidang horisontal.

 

 Teknik Pemotretan :

1. Film ditempatkan di dalam mulut dengan sisi berwarna putih menghadap ke bawah, diatas bidang oklusal gigi rahang bawah, pada daerah yang diperiksa. Film diletakan dengan sumbu panjang film dalam arah antero-posterior. Pasien diminta menggigit film dengan perlahan.

Page 27: IV. Radiologi Intra Orall

 2. Kepala pasien bersandar, dan menengok kearah berlawanan dengan sisi

yang diperiksa dengan dagu diangkat.

3. Cone diarahkan ke atas dan depan, dari belakang dan di bawah angulus

mandibula sejajar permukaan lingual mandibula

Page 28: IV. Radiologi Intra Orall

SelesaiTerima kasih……..

WASSALAMUALAIKUM………..

….WR……WB………………