bab ii tinjuan pustaka 2.1 hipertensi 2.1.1 definisieprints.umm.ac.id/48941/3/bab ii-.pdf ·...

25
10 BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah yaitu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih besar atau sama dengan 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang (Smeltzer & Bare, 2008). Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik secara intermiten atau terus menerus. Umumnya, tekanan darah sistolik yaitu 139 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik yaitu 89 mmHg atau lebih menunjukkan hipertensi (Djuantoro, 2014). Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi berbagai macam faktor resiko yang dimilki seseorang. Faktor pemicu hipertensi dibedakan menjadi yang tidak dapat dikontrol yaitu seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, umur, RAS. Dan berbagai faktor yang dapat dikontrol seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok, pola konsumsi makanan yang mengandung natrium dan lemak jenuh, dan stres (Yonata, 2016). Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisiten) dapat menimbulkan kerusakan ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner), dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak

Upload: others

Post on 09-Nov-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/48941/3/BAB II-.pdf · diastolik 80-89, dan dikatakan hipertensi derajat 1 jika tekanan sistolik 140-159 dan

10

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi

2.1.1 Definisi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan

darah yaitu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih besar atau sama

dengan 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih besar atau sama dengan

90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam

keadaan cukup istirahat atau tenang (Smeltzer & Bare, 2008).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan

darah sistolik dan diastolik secara intermiten atau terus menerus. Umumnya,

tekanan darah sistolik yaitu 139 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik

yaitu 89 mmHg atau lebih menunjukkan hipertensi (Djuantoro, 2014).

Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi

berbagai macam faktor resiko yang dimilki seseorang. Faktor pemicu

hipertensi dibedakan menjadi yang tidak dapat dikontrol yaitu seperti riwayat

keluarga, jenis kelamin, umur, RAS. Dan berbagai faktor yang dapat dikontrol

seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok, pola konsumsi

makanan yang mengandung natrium dan lemak jenuh, dan stres (Yonata,

2016).

Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu

lama (persisiten) dapat menimbulkan kerusakan ginjal (gagal ginjal), jantung

(penyakit jantung koroner), dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak

Page 2: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/48941/3/BAB II-.pdf · diastolik 80-89, dan dikatakan hipertensi derajat 1 jika tekanan sistolik 140-159 dan

11

dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Penyakit

hipertensi dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Hipertensi mencetuskan

timbulnya plak aterosklerotik diarteri serebral dan arteriol, yang menyebabkan

oklusi arteri, cidera isekemik, dan stroke sebagai komplikasi yang panjang

(Yonata, 2016).

2.1.2 Epidemiologi

Angka kejadian hipertensi didunia masih sangat tinggi.Menurut Word

Health Organization (WHO) tahun 2016 bahwa terdapat 600 juta penderita

hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap

tahunnya. Di seluruh dunia, hipertensi mengakibatkan kurang lebih 7,5 juta

kematian dari 12,8% total kematian secara keseluruhan. Data dari WHO

menyebutkan bahwa kejadian hipertensi terbanyak ditemukan di Afrika,

dengan persentase sebanyak 46% dari jumlah keseluruhan kasus dunia, baik

pada laki-laki maupun perempuan (WHO, 2016).

Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan data didapatkan hasil

sebesar 25,8%. Provinsi Kalimantan Selatan merupakan daerah dengan

jumlah penderita hipertensi tertinggi yaitu sekitar 44,1%, kemudian diikuti

dengan Provinsi Kalimantan Barat yaitu 41,8%, selanjutnya di Provinsi

Kalimantan Timur yaitu 40,6%, dan disusul oleh Provinsi Jawa Barat 38,5%

(Riskesdas, 2018). Hipertensi Provinsi Jawa Timur, persentase hipertensi

sebesar 13,47% atau sekitar 935.736 penduduk, dengan proporsi laki-laki

sebesar 13,78% (387.913 penduduk) dan perempuan sebesar 13.25% (547.823

penduduk) (Dinkes Jatim, 2017).

Page 3: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/48941/3/BAB II-.pdf · diastolik 80-89, dan dikatakan hipertensi derajat 1 jika tekanan sistolik 140-159 dan

12

2.1.4 Klasifikasi

a. Menurut Nasional Institute of Health, sebuah lembaga kesehatan nasional di

Amerika Serikat mengklasifikasikan tekanan darah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah menurut Nasional Institute of

Health

Kategori Sistolik Diastolik

Normal ≤119 ≤79

Pra hipertensi 120-139 80-89

Hipertensi derajat 1 140-159 90-99

Hipertensi derajat 2 ≥160 ≥100

Sumber : NHI (2014)

Pada tabel 2.1 menjelaskan bahwa klasifikasi tekanan darah menurut

Nasional Institute of Health yaitu dikatakan tekanan darah normal jika tekanan

darah sistolik ≤119 dan diastolik ≤79, dan dikatakan tekanan darah diatas

batas normal atau pra hipertensi yaitu tekanan darah sistolik 120-139 dan

diastolik 80-89, dan dikatakan hipertensi derajat 1 jika tekanan sistolik 140-

159 dan diastolik 90-99, serta dikatakan hipertensi derajat 2 jika tekanan darah

sistolik ≥160 dan diastolik ≥100.

b. Klasifikasi menurut JNC (Joint National Comitte on Prevention, Detection,

Evaluatin, and Treatment of Hight Blood Pressure) yaitu:

Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa menurut JNC

Kategori Sistolik Dan/Atau Diastole

Normal <120 Dan <80 Pra- hipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99

Hipertensi tahap 2 ≥160 Atau ≥100

Sumber : Chobanian et al JNC 2013

Pada tabel 2.2 menjelaskan bahwa Klasifikasi menurut JNC yaitu

dikatakan tekanan darah normal jika tekanan darah sistolik <120 dan diastolik

<80, dan dikatakan tekanan darah diatas batas normal atau pra hipertensi

Page 4: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/48941/3/BAB II-.pdf · diastolik 80-89, dan dikatakan hipertensi derajat 1 jika tekanan sistolik 140-159 dan

13

yaitu tekanan darah sistolik 120-139 dan diastolik 80-89, dan dikatakan

hipertensi derajat 1 jika tekanan sistolik 140-159 dan diastolik 90-99, serta

dikatakan hipertensi derajat 2 jika tekanan darah sistolik ≥160 dan diastolik

≥100.

Data terbaru menunjukkan bahwa nilai tekanan darah yang

sebelumnya dipertimbangkan normal ternyata menyebabkan peningkatan

resiko komplikasi kardiovaskuler. Data ini menunjukkan pembuatan

klasifikasi baru yang disebut pra hipertensi.

c. Klasifikasi menurut WHO (Word Health Organization)

Tabel 2.3 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut WHO

Kategori Sistolik (mmHg) Dan/Atau Diastole (mmHg)

Optimal ≤120 Dan ≤180

Normal 120-129 Dan/Atau 80-84

Normal-tinggi 130-139 Dan/Atau 85-89

Hipertensi tingkat 1 140-159 Dan/Atau 90-99

Hipertensi tingkat 2 160-179 Dan/Atau 100-109

Hipertensi tingkat 3 ≥180 Dan/Atau ≥110

Hipertensi sistol terisolasi

≥140 Atau <90

Sumber: ESC ESH Guidline 2013

Pada tabel 2.3 menjelaskan bahwa Klasifikasi menurut WHO yaitu

dapat dikatakan tekanan darah optimal jika tekanan darah sistolik ≤120 dan

diastolik ≤180, dapat dikatakan tekanan darah normal jika tekanan darah

sistolik 120-129 dan diastolik 80-84, dapat dikatakan normal tinggi jika

tekanan sistolik 130-139 dan diastolik 85-89, dapat dikatakan Hipertensi

tingkat 1 jika tekanan sistolik 140-159 dan diastolik 90-99, dapat dikatakan

hipertensi tingkat 2 jika tekanan sistolik 160-179 dan diastolik 100-109, dapat

dikatakan hipertensi tingkat 3 jika tekanan sistolik ≥180 dan diastolik ≥110,

Page 5: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/48941/3/BAB II-.pdf · diastolik 80-89, dan dikatakan hipertensi derajat 1 jika tekanan sistolik 140-159 dan

14

serta dapat dikatakan hipertensi sistol terisolasi jika tekanan darah sistolik

≥140 dan diastolik <90.

2.1.5 Etiologi

a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer.

Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi

esensial yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak

diketahui penyebabnya, walaupun dikaitkan dengan berbagai faktor gaya

hidup yang kurang sehat (Sari, 2017).

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang penyebabnya

diketahui, umumnya disebabkan oleh penyakit lain atau kerusakan organ

yang berhubungan dengan cairan tubuh, misalnya ginjal yang tidak

berfungsi, pemakaian kontrasepsi oral, dan terganggunya keseimbangan

hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan darah. Dapat

disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, dan penyakit jantung

(Widjadja, 2009).

2.1.6 Faktor resiko

A. Faktor resiko yang tidak bisa dirubah yaitu:

1) Genetik: faktor genetik ternyata juga memiliki peran terhadap

angka kejadian pada hipertensi. Penderita hipertensi esensial yaitu

sekitar 70-80% lebih banyak pada kembar monozigot (satu sel

telur) dari pada heterozigot (beda sel telur). Riwayat keluarga yang

menderita hipertensi juga menjadi suatu pemicu seseorang

menderita hipertensi, oleh sebab itu hipertensi disebut penyakit

turunan (Triyanto, 2014).

Page 6: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/48941/3/BAB II-.pdf · diastolik 80-89, dan dikatakan hipertensi derajat 1 jika tekanan sistolik 140-159 dan

15

2) Ras: orang berkulit hitam memiliki resiko yang lebih besar untuk

menderita hipertensi primer yaitu ketika predisposisi kadar renin

plasma yang rendah sehingga mengurangi kemampuan ginjal untuk

mengekskresikan kadar natrium yang berlebih (Kowalak, Weish, &

Mayer, 2011).

3) Usia: usia merupakan salah satu faktor terjadinya hipertensi,

semakin bertambahnya usia semakin besar pula resiko terjadinya

hipertensi. Hal ini disebabkan karena perubahan sturuktur pada

pembuluh darah seperti terjadi penyempitan lumen, serta dinding

pembuluh darah menjadi kaku dan elastisitasnya berkurang

sehingga dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah.

Menurut beberapa penelitian, terdapat kecenderungan bahwa pria

dengan usia 45 tahun lebih rentan mengalami peningkatan tekanan

darah, sedangkan pada wanita yaitu berumur diatas 55 tahun

(Widjaja, 2009).

4) Jenis kelamin: dalam hal ini, pria lebih cenderung menderita

hipertensi dibandingkan wanita. Hal tersebut terjadi karena adanya

dugaan bahwa pria memiliki gaya hidup yang kurang baik

dibandingkan dengan wanita. Akan tetapi terjadi peningkatan

hipertensi pada wanita setelah memasuki usia monoupose. Hal

tersebut disebabkan karena adanya perubahan hormonal yang

dialami wanita yang telah monoupose (Corwin, 2009).

B. Faktor resiko yang dapat dirubah yaitu:

1) Diet: konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung

berhubungan dengan berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa

Page 7: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/48941/3/BAB II-.pdf · diastolik 80-89, dan dikatakan hipertensi derajat 1 jika tekanan sistolik 140-159 dan

16

dikendalikan oleh penderita dengan mengurangi konsumsinya

karena dengan mengkonsumsi banyak garam dapat meningkatkan

tekanan darah dengan cepat pada beberapa orang, khususnya

dengan penderita hipertensi, diabetes, serta orang dengan usia

yang tua karena jika garam yang dikonsumsi berlebihan, ginjal

yang bertugas untuk mengolah garam akan menahan cairan lebih

banyak dari pada yang seharusnya didalam tubuh. Banyaknya

cairan yang tertahan mengakibatkan peningkatan pada volume

darah seseorang atau dengan kata lain pembuluh darah membawa

lebih banyak cairan. Beban ekstra yang dibawa oleh pembuluh

darah inilah yang menyebabkan pembuluh darah bekerja ekstra

yakni adanya peningkatan tekanan darah didalam dinding

pembuluh darah (Sari, 2017).

2) Pekerjaan: Resiko hipertensi meningkat seiring dengan kurangnya

aktivitas. Kurangnya aktivitas menyebabkan aliran darah tidak

lancar, dan oksigen serta nutrisi ke sel tubuh tidak adekuat

sehingga jantung harus bekerja lebih keras. Hal ini dikarenakan

otot jantung tidak bekerja secara efisien dan perlu bekerja lebih

keras untuk memompa darah (Kowalski, 2010).

3) Berat badan: faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga

berat badan dalam keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25%

diatas BB ideal) dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan

tekanan darah atau hipertensi. Obesitas merupakan ciri dari

populasi penederita hipertensi. Curah jantun dan sirkulasi volume

darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tingi dari pada

Page 8: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/48941/3/BAB II-.pdf · diastolik 80-89, dan dikatakan hipertensi derajat 1 jika tekanan sistolik 140-159 dan

17

penderita hipertensi yang tidak obesitas. Pada obesitas, tahanan

perifer pembuluh darah berkurang atau normal, sedangkan

aktivitas pada saraf simpatis meninggi dengan aktivitas renin

plasma yang rendah. Walaupun belum diketahui secara pasti

hubungan antara hipertensi dengan obesitas, terbukti bahwa daya

pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas

dengan hipertensi lebih tinggi dari pada penderita hipertensi

dengan berat badan normal (Widjaja, 2009).

4) Rokok: kandungan rokok yaitu nikotin dapat menstimulus

pelepasan pada katekolamin. Katekolamin yang mangalami

peningkatan menyebabkan peningkatan denyut jantung,

iritabilitas miokardial serta terjadi vasikontriksi yang dapat

meningkatkan tekanan darah. Katekolamin yaitu sekelompok

hormon yang memiliki gugus katekol yang di keluarkan oleh

kelenjar adrenal dalam menanggapi stres (Ardiansyah, 2012).

5) Kopi: substansi yang terkandung dalam kopi adalah kafein.

Kafein sebagai anti-adenosime (adenosime berperan untuk

mengurangi kontraksi otot jantung dan relaksasi pembuluh

darah, sehingga menyebabkan tekanan darah turun dan dapat

memberikan efek rileks) menghambat reseptor untuk saling

berikatan dengan adenosine sehingga menstimulus sistem saraf

simpatis dan menyebabkan pembuluh darah mengalami

konstriksi disusul dengan terjadinya peningkatan tekanan darah

(Adiba, 2009).

Page 9: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/48941/3/BAB II-.pdf · diastolik 80-89, dan dikatakan hipertensi derajat 1 jika tekanan sistolik 140-159 dan

18

6) Pengaruh stres: stres juga dapat meningkatkan aktivitas pada saraf

simpatis, peningkatan ini mempengaruhi meningkatnya tekanan

darah secara bertahap. Apabila terjadi stres berkepanjangan,

tekanan darah akan tetap tinggi. Stres adalah rasa takut dan cemas

dari perasaan dan tubuh kita terhadap perubahan lingkungan.

Secara fisiologis, bila ada sesuatu yang mengancam, kelenjar

pituitary otak mengirimkan “alarm” dan hormon ke kelenjar

endokrin, yang kemudian mengalirkan ke hormon adrenalin dan

hidrokortison ke dalam darah. Hasilnya, tubuh menjadi siap

untuk menyesuaikan diri terhadap suatu perubahan yang muncul.

Secara ilmiah, yang kita rasakan adalah degup jantung yang

berpacu lebih cepat dan keringat dingin yang biasanya mengalir di

tengkuk (Sari, 2017).

Dalam kondisi stres, tubuh langsung menyesuaikan diri

terhadap tekanan yang datang. Inilah sebabnya, banyak dikatakan

bahwa stres melebihi daya tahan atau kemampuan tubuh

biasanya. Akan tetapi, penyesuaian tubuh ini dapat menyebabkan

gangguan, baik fisik maupun psikis. Adanya hormon adrenalin

dan hidrokortison yang dihasilkan sebagai reaksi tubuh terhadap

stres, bila berlebihan dan berlangsung dalam jangka waktu lama,

dapat menyebabkan rangkaian reaksi dari organ tubuh lain (Sari,

2017).

2.1.7 Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah dengan melalui terbentuknya

angiotensin II dan angiotensin I oleh angiotensin converting enzyme (ACE). ACE

Page 10: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/48941/3/BAB II-.pdf · diastolik 80-89, dan dikatakan hipertensi derajat 1 jika tekanan sistolik 140-159 dan

19

memegang peran fisiologi yang penting dalam mengatur tekanan darah.

Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh

hormon renin akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di

paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah

yang memiliki peranan kunci dalam menaikan tekanan darah melalui dua aksi

utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH)

dan rasa haus. ADH di produksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja

pada ginjal untuk mengatur osmolalitasdan volume urin. Dengan meningkatnya

ADH, sangat sedikit urin yang disekresikan keluar tubuh (antidiuresis),

sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya,

volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dan

bagian intraseluler. Akibatnya volume darah meningkat yang pada akhirnya

akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi

aldosteron dan korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang

meiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan

ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan

mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan

diencerkan kembali dengan cara meningkatkan voume cairan ekstraseluler yang

pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah

(Muhammadun, 2010).

2.1.8 Manifestasi klinis

Tahap awal pasien kebanyakan tidak memiliki keluhan. Keadaan

simtomatik adalah keadaan dimana pasien biasanya mengalami peningkatan

tekanan darah disertai jantung yang berdebar-debar, rasa melayang (dizzy)

dan impoten. Hipertensi vaskuler terasa tubuh cepat untuk merasakan capek,

Page 11: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/48941/3/BAB II-.pdf · diastolik 80-89, dan dikatakan hipertensi derajat 1 jika tekanan sistolik 140-159 dan

20

sesak nafas, sakit pada bagian dada, bengkak pada kedua kaki atau perut

(setiati et al., 2014). Gejala yang sering muncul yaitu: sakit kepala, pendarahan

pada hidung, pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan (Irianto, 2014).

Hipertensi dasar seperti hipertensi sekunder akan mengakibatkan

penderita tersebut mengalami kelemahan otot pada aldosteronisme primer,

mengalami peningkatan berat badan dengan emosi yang labil pada sindrom

cushing, polidipsia, poliuria, feokromositoma dapat muncul dengan keluhan sakit

kepala, palpitasi, banyak keringat dan rasa melayang saat berdiri (postural dizzy)

(Setiati et al., 2014).

Hipertensi berat biasanya juga disertai dengan beberapa gejala lain

seperti gangguan pengelihatan, gangguan saraf, gangguan jantung, gangguan

fungsi ginjal, gangguan serebral (Otak). Gangguan pada serebral ini juga dapat

mengakibatkan kejang, pendarahan pada pembuluh darah otak, kelumpuhan,

gangguan kesadaran serta koma (Sari, 2017).

2.1.9 Komplikasi

Hipertensi dalam jangka waktu yang sangat lama akan merusak

endothel arteri dan mempercepat atherosclerosis. Komplikasi dari hipertensi

termasuk rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan

pembuluh darah besar. Hipertensi merupakan faktor resiko utama penyakit

serebrovaskuler yaitu stroke, transient ischemik attack, penyakit arteri koroner

yaitu infark miokard angina, penyakit gagal ginjal, demensia, dan atrial

fibrilasi. Bila penderita hipertensi memiliki faktor resiko kardiovaskuler yang

lain, maka akan meningkatkan mortalitas dan mobiditas akibat gangguan

kardiovaskuler tersebut (Murwani, 2011).

Page 12: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/48941/3/BAB II-.pdf · diastolik 80-89, dan dikatakan hipertensi derajat 1 jika tekanan sistolik 140-159 dan

21

Komplikasi yang terjadi pada penderita hipertensi menurut (Corwin,

2009 dan Shanty, 2011) yang menyerang organ-organ vital antara lain yaitu:

1. Penyakit Jantung

Peningkatan tekanan secara sistemik dapat meningkatkan resistensi

terhadap pemompaan dari ventrikel kiri sehinga beban jantung bertambah.

Sebagai akibatnya, terjadi hipertrofi pada ventrikel kiri untuk

meningkatkan kontraksi. Hipertrofi ini ditandai dengan ketebalan dinding

yang bertambah, fungsi ruang yang memburuk, dan dilatasi ruang jantung.

Akan tetapi, kemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah jantung

dengan hipertrofi kompensasi akhirnya terlampaui dan terjadinya dilatasi

dan “payah jantung”. Jantung semakin terancam seiringnya parahnya

aterosklerosis koroner. Angina pektoris juga dapat terjadi karena gabungan

penyakit penyakit arterial koroner yang cepat dan kebutuhan oksigen

miokard yang bertambah akibat penambahan massa miokard.

2. Stroke

Salah satu komplikasi darah tinggi adalah stroke. Stroke adalah

kerusakan jaringan otak yang disebabkan karena berkurangannya atau

berhentinya suplai darah secara tiba-tiba. Karena berkurang atau

berhentinya suplai darah ke otak inilah, sehingga jaringan otak yang

mengalami hal ini akan mati dan tidak dapat berfungsi lagi. Stroke

terkadang disebut dengan CVA (Cerebrovaskular accident).

3. Penyakit Arteri Koronaria

Hipertensi umumnya diakui sebagai faktor resiko utama penyakit

arteri koronaria, bersamaan dengan diabetes melitus. Plak terbentuk pada

percabangan arteri yang kearah arteri koronaria kiri, arteri koronaria kanan,

Page 13: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/48941/3/BAB II-.pdf · diastolik 80-89, dan dikatakan hipertensi derajat 1 jika tekanan sistolik 140-159 dan

22

dan agak jarang pada arteri sirromfleks. Aliran darah ke distal dapat

mengakibatkan terjadinya obstruksi secara permanen maupun sementara

yang disebabkan oleh akumulasi plak atau penggumpalan. Sirkulasi

kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus yang menghambat

pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium. Kegagalan sirkulasi kolateral

untuk menyediakan suplai oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat

terjadinya penyakit arteri koronaria.

4. Aneurisma

Pembuluh darah terdiri dari beberapa lapisan, tetapi ada yang terpisah

sehingga ada ruangan yang memungkinkan darah masuk. Pelebaran

pembuluh darah bisa timbul karena dinding pembuluh darah aorta terpisah

atau disebut aorta disekans. Hal ini dapat menimbulkan penyakit

aneurisma. Gejalannya adalah sakit kepala yang hebat serta sakit perut

sampai ke pinggang belakang dan di ginjal. Mekanismenya terjadi

pelebaran pembuluh darah aorta (pembuluh darah besar yang membawa

darah keseluruh tubuh). Aneurisma pada perut dan dada penyebab

utamanya yaitu pergeseran dinding pembuluh darah karena adanya proses

penuaan (aterosklerosis) dan tekanan darah tinggi memicu timbulnya

aneurisma.

5. Gagal ginjal

Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis yaitu terjadinya

kerusakan ginjal yang progresif dan tidak dapat diperbaiki dari berbagai

penyebab. Salah satunya yaitu pada bagian yang menuju ke kardiovaskular.

Mekanisme terjadinya hipertensi pada gagal ginjal kronis karena

Page 14: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/48941/3/BAB II-.pdf · diastolik 80-89, dan dikatakan hipertensi derajat 1 jika tekanan sistolik 140-159 dan

23

penimbunan garam dan air, atau sistem renin angiotensin aldosteron

(RAA).

6. Ensefalopati Hipertensi

Ensefalopati Hipertensi merupakan suatu keadaan peningkatan parah

tekanan arteri yang disertai dengan mual, muntah, dan nyeri kepala yang

berlanjut ke koma dan disertai tanda klinik defisit neurologi. Jika penyakit

ini tidak diterapi secara dini, sindrom ini akan berlanjut menjadi stroke,

ensefalopati menahun, atau hipertensi maligna. Kemudian, sifat

reversibilitas jauh lebih lambat dan jauh lebih meragukan.

2.1.10 Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan pada hipertrofi ventrikel kiri dapat dikaji dengan

menggunakan elektrokardiografi, protein dalam urine dapat dideteksi dengan

urinalisa. Dapat terjadi ketidakmampuan untuk mengonsentrasi urine dan

peningkatan nitrogen urea darah. Pemeriksaan khusus seperti renogram,

pielogram intravena, arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah,

dan penentuan kadar urine dapat juga dilakukan untuk mengidentifikasi klien

dengan penyakit renovaskuler. Serta adanya faktor resiko lainnya juga harus

dikaji dan dievaluasi (Mutaqqin, 2014:117).

2.1.11 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hipertensi menurut (Kemenkes RI, 2014) yaitu dapat

dilakukan dengan menggunakan terapi farmakologi ataupun dengan terapi

nonfarmakalogi denan cara memodifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup

dapat dilakukan dengan membatasi asupan garam tidak lebih dari ¼ - ½

sendok teh (6 gram/hari), menurunkan berat badan, menghindari minuman

berkafein, rokok dan beralkohol. Setelah umur 30 tahun, periksan tekanan

Page 15: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/48941/3/BAB II-.pdf · diastolik 80-89, dan dikatakan hipertensi derajat 1 jika tekanan sistolik 140-159 dan

24

darah anda setiap tahun, terutama bagi seseorang dengan riwayat keluarga

hipertensi. Olahraga juga diajurkan bagi pendererita hipertensi, dapat berupa

jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 menit dengan frekuensi 3-5x

dalam seminggu. Penting juga untuk cukup istirahat (6-8 jam) dan

mengendalikan stres.

2.1.11.1 Terapi nonfarmakologis

Adapun penatalaksanaan nonfarmakologis pada penderita

hipertensi bertujuan untuk menurunkan tekanan darah tinggi dengan cara

memodifikasi faktor resiko yaitu:

1. Mempertahankan berat badan ideal

Mempertahankan berat badan ideal sesuai Body Mass Index dengan

rentang 18,5-24,9 km/m2. BMI dapat diketahui dengan rumus membagi

berat badan dengan tinggi badan yang telah dikaudratkan dalam satuan

meter. Obesitas yang terjadi dapat diatasi dengan melakukan diet rendah

kolestrol kaya protein dan serat. Penurunan berat badan sebesar 2,5-5 kg

dapat menurunkan tekanan darah diastolik sebesar 5 mmHg (Dalimartha,

2008).

2. Mengurangi asupan natrium (sodium)

Mengurangi asupan sodium dilakukan dengan melakukan diet

rendah garam yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6 gr NaCl

atau 2,4 gr gram/hari), atau dengan mengurangi konsumsi garam sampai

dengan 2300 mg setara dengan satu sendok teh setiap harinya.

Penurunan tekanan darah sistolik sebesar 5 mmHg dan tekanan darah

diastolik sebesar 2,5 mmHg dapat dilakukan dengan cara yaitu

Page 16: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/48941/3/BAB II-.pdf · diastolik 80-89, dan dikatakan hipertensi derajat 1 jika tekanan sistolik 140-159 dan

25

mengurangi asupan garam menjadi 1/2 sendok teh/hari (Dalimartha,

2008).

3. Batasi konsumsi alkohol

Mengkonsumsi alkohol lebih daari 2 gelas perhari pada pria atau

lebih dari 1 gelas perhari pada wanita dapat meningkatkan tekanan darah,

sehingga membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol dapat

membantu dalam penurunan tekanan darah (PERKI, 2015).

4. Makan K dan Ca yang cukup dari diet

Kalium menurunkan tekanan darah yaitu dengan cara

meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersamaan dengan urin.

Konsumsi buah-buahan setidaknya sebanyak 3-5 kali dalam sehari dapat

membuat asupan potasium menjadi cukup. Cara mempertahankan

asupan diet potasium (>90 mmol setara 3500 mg/hari) adalah dengan

mengkonsumsi diet tinggi buah dan sayur (PERKI, 2015)

5. Menghindari merokok

Merokok dapat meningkatkan resiko komplikasi pada penderita

hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke. Kandungan utama rokok

adalah tembakau, didalam tembakau terdapat nikotin yang dapat

membuat jantung bekerja lebih keras karena mempersempit pembuluh

darah dan meningkatkan frekuensi denyut jantung serta tekanan darah

(Dalimartha, 2008).

6. Penurunan stress

Stress yang terlalu lama mengakibatkan terjadinya peningkatan

tekanan darah sementara. Adapun cara menghindari stress pada

penderita hipertensi yaitu dapat dilakukan dengan cara relakasasi otot,

Page 17: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/48941/3/BAB II-.pdf · diastolik 80-89, dan dikatakan hipertensi derajat 1 jika tekanan sistolik 140-159 dan

26

yoga atau dengan meditasi, mendengarkan musik klasik, dan menghirup

essential aromaterapi lavender yang dapat mengontrol sistem saraf

sehingga menurunkan tekanan darah yang tinggi (Hartono, 2007).

7. Aromaterapi (relaksasi)

Aromaterapi adalah salah satu teknik penyembuhan alternatif yang

menggunakan minyak esensial untuk memberikan kesehatan dan

kenyamanan emosional, setelah aromaterapi tersebut digunakan akan

membantu kita untuk rileks sehingga menurunkan aktifasi vasokontriksi

pembuluh darah, aliran darah menjadi lancar dan menurunkan tekanan

darah (Sharma, 2009).

2.1.11.2 Terapi farmakologis

Obat-obatan antihipertensi dapat dipakai sebagai obat tunggal

atau dicampur denan obat lain, obat-obatan ini diklasifikasikan menjadi

lima kategori menurut (Mutaqqin, 2014 dan Sari, 2017).

1. Diuretik

Hidroklorotiazid adalah diuretik yang paling sering diresepkan

untuk mengobati hipertensi ringan. Obat anthipertensi diuretik

digunakan untuk membantu ginjal mengeluarkan cairan dan garam yang

berlebih dari dalam tubuh melalui urine. Beberapa contoh obat

anthipertensi diuretik antara lain yaitu Chlortalidone dan

Hydrochlorothiazide.

2. Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitor

Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitor ini digunakan

untuk mencegah produksi hormon angiotensin II dalam tubuh.

Hormon inilah yang dapat menyebabkan terjadinya penyempitan

Page 18: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/48941/3/BAB II-.pdf · diastolik 80-89, dan dikatakan hipertensi derajat 1 jika tekanan sistolik 140-159 dan

27

pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Beberapa

contoh obat anthipertensi ACE inhibitor antara lain Ramipril dan

Captopril.

3. Beta Blocker

Beta Blocker digunakan untuk memperlambat detak jantung

menurunkan kekuatan kontraksi jantung sehingga aliran darah yang

terpompa lebih sedikit dan tekanan darah berkurang. Selain itu, beta

blocker juga berperan dalam menurunkan pelepasan renin di plasma.

Beberapa contoh obat antihipertensi beta blocker antara lain Timolol,

Atenolol, dan Bisoprolol.

4. Calsium Chanel Blocker (CCB)

Calsium Chanel Blocker (CCB) atau dikenal dengan bloker kanal

kalsium digunakan untuk memperlambat laju kalsium yang melalui otot

jantung dan yang masuk kedalam pembuluh darah. Dengan demikian,

pembuluh darah dapat rileks dan membuat aliran darah lancar.

Beberapa obat antihipertensi CCB antara lain Felodipine dan

Nifedipine.

5. Vasodilator

Vasodilator digunakan untuk menimbulkan relaksasi otot

pembuluh darah sehingga tidak terjadi penyempitan pembuluh darah

dan tekanan darahpun berkurang. Dengan terjadinya vasodilatasi,

tekanan darah akan turun dan natrium serta air tertahan, sehingga

terjadi edema perifer. Diuretik dapat diberikan bersama-sama dengan

vasodilator yang bekerja secara langsung untuk mengurangi edema.

Refleks takikardia disebabkan oleh vasodilatasi dan menurunnya

Page 19: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/48941/3/BAB II-.pdf · diastolik 80-89, dan dikatakan hipertensi derajat 1 jika tekanan sistolik 140-159 dan

28

tekanan darah tersebut. Beberapa obat antihipertensi vasodilator antara

lain Prazosin dan Hidralazin.

2.2 Musik klasik

2.2.1 Definisi Musik Klasik

Jamulus berpendapat bahwa musik adalah suatu hasil karya seni

dalam bentuk lagu atau komposisi musik mengungkapkan pikiran dan persaan

penciptanya melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk

dan struktur lagu dan ekspresi sebagai satu kesatuan. Sama halnya dengan

Rina berpendapat bahwa musik merupakan salah satu cabang kesenian yang

pengungkapannya dilakukan melalui suara atau bunyi-bunyian (Mutaqqin,

2014). Banyak jenis terapi musik yang dapat digunakan untuk terapi yaitu

musik klasik, instrumental, jazz, dandut, pop rock dan keroncong. Salah satu

diantaranya yaitu musik klasik yang bermanfaat menjadikan badan, pikiran,

dan mental menjadi lebih sehat (Aditia, 2012:4). Studi kesehatan jiwa, telah

menunjukkan terapi musik sangat efektif dalam meredakan kegelisahan dan

stres, mendorong perasaan rileks serta meredakan depresi. Terapi musik

klasik membantu orang yang memiliki masalah emosional dalam

mengeluarkan perasaan, sehingga membuat perubahan positif dengan suasana

hati, memantau memecahkan masalah dan memperbaiki masalah. Terapi

musik klasik juga termasuk salah satu penanganan dalam menangani stres dan

kecemasan serta dapat menurunkan tekanan darah (Aizid, 2011:6).

Musik klasik dapat diartikan sebagai berikut: musik yang berasal dari

masa lalu, namun tetap disukai hingga kini. musik yang berasal dari masa

sekitar abad ke 18, semasa hidup kompanis Hayden dan Mozart, yang jadi

dikenal sebagai periode klasik, musik yang perbuatan dan penyajiannya

Page 20: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/48941/3/BAB II-.pdf · diastolik 80-89, dan dikatakan hipertensi derajat 1 jika tekanan sistolik 140-159 dan

29

memakai bentuk, sifat dan gaya dari musik yang berasal dimasa lalu

(Yuhana, 2010: 51).

Menurut Yuhana (2010: 56) musik klasik adalah jenis musik yang

menggunakan tangga nada diatonis, yakni sebuah tangga nada yang

menggunakan aturan dasar teori pembanding serta musik klasik telah

mengenal harmoni yaitu hubungan nada-nada dibunyikan serempak dalam

akord-akord serta menciptakan struktur musik yang tidak hanya berdasar

pada pola-pola ritme dan melodi.

2.2.2 Aplikasi Terapi Musik Klasik Dalam Bidang Kesehatan

Terapi musik merupakan metode penyembuhan dengan musik yaitu

melalui energi yang dihasilkan oleh musik itu sendiri (Natalina, 2013). Jenis

musik yang seringkali menjadi acuan adalah musik klasik karena memiliki

rentang nada yang luas dan tempo yang dinamis. Tidak hanya musik klasik,

semua jenis musik sebenarnya dapat digunakan sebagai terapi musik seperti

lagu-lagu relaksasi maupun popular. Namun yang perlu diperhatikan adalah

memilih lagu dengan tempo sekitar 60 ketuka/menit yang bersifat rileks,

karena bila terlalu cepat maka stimulus yang masuk akan membuat kita

mengikuti irama tersebut sehingga keadaan istirahat yang optimal tidak

tercapai. Dengan mendengarkan musik klasik, sistem limbic teraktivasi dan

individu menjadi rileks sehingga tekanan darah menurun. Selain itu alunan

musik dapat menstimulus tubuh memproduksi molekul Nitrat Oksida (NO),

molekul ini bekerja pada tonus pembuluh darah sehingga dapat mengurangi

tekanan darah (Nurrahmani, 2012).

Musik klasik adalah musik yang mempunyai efek penyelaras (seirama

dengan jantung) sehingga mempengaruhi penurunan pelepasan katekolamin

Page 21: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/48941/3/BAB II-.pdf · diastolik 80-89, dan dikatakan hipertensi derajat 1 jika tekanan sistolik 140-159 dan

30

plasma dalam pembuluh darah yang dapat merangsang saraf simpatoadenerik

sehingga akan mempengaruhi hormon stress-released yang menyebabkan

terjadinya relaksasi sehingga denyut jantung berkurang dan tekanan darah

menurun (Komala, 2011).

2.2.3 Fisiologi Terapi Musik Klasik Dalam Menurunkan Tekanan

Darah

Ketika musik klasik didengarkan akan menghasilkan stimulus yang

dikirim dari akson-akson serabut asendes ke neuron-neuron dari reticular

activiting system (RAS), Stimulus kemudian ditransmisikan oleh nukleus spesifik

dari thalamus melewati area korteks adrenal, sistem limbik dan corpus

collusumdan melewati area pada sistem saraf otonom dan sistem neuron

endokrin (Kwoalski, 2010).

Sistem limbik bertanggung jawab dalam mengontrol emosi dan juga

mempunyai peran dalam belajar dan mengingat. Lokasi yang berbatasan

dengan korteks cerebral dan batang otak yaitu sistem limbik, dibentuk oleh

cincin yang dihubungkan cigulate gyrus, hipokampus, fornik, badan – badan

mammilary, hypotalamus, traktus mammilathalamic, thalamus anterior, dan bulbs

olfatorius. Ketika musik dimainkan semua bagian dihubungkan dengan sistem

limbik terstimulasi sehingga menghasilkan perasaan dan ekspresi (Kwoalski,

2010). Sistem syaraf otonom kemudian akan mengurangi pelepasan

katekolamin dan plasma menjadi rendah dan juga menyebabkan terjadinya

pelepasan stress-released hormon. Hal ini mengakibatkan tubuh mengalami

relaksasi, denyut jantung berkurang dan terjadi penurunan tekanan darah

(Samola, 2007).

Page 22: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/48941/3/BAB II-.pdf · diastolik 80-89, dan dikatakan hipertensi derajat 1 jika tekanan sistolik 140-159 dan

31

Intervensi menggunakan terapi musik dapat mengubah ambang otak

yang dalam keadaan stres menjadi lebih adaptif secara fisiologis dan efektif.

Musik tidak membutuhkan otak untuk berfikir maupun menginterpretasi,

tidak pula dibatasi oleh fungsi intelektual maupun pikiran mental. Musik tidak

memiliki batasan–batasan sehingga begitu mudah diterima oleh organ

pendengaran. Musik diterima melalui saraf pendengaran kemudian diartikan

oleh otak atau sistem limbik. Musik dapat pula beresonasi dan bersifat

naluriah sehingga dapat langsung masuk otak tanpa melalui jalur kognitif

(Kushariyadi, 2011).

Efek musik pada neuron endokrin menurut Komala (2011) adalah

memelihara keseimbangan tubuh melalui sekresi hormon – hormon dan zat

kimia kedalam darah. Efek musik ini terjadi dengan cara:

1. Musik merangsang pengeluaran endofrin yang merupakan opiat tubuh

secara alami dihasilkan gland pituitary yang berguna dalam mengurangi

nyeri, mempengaruhi mood dan memori.

2. Mengurangi pengeluaran katekolamin seperti epineprin dan norepineprin

dari medulla adrenal. Pengurangan pada katekolamin dapat mengurangi

frekuensi nadi, tekanan darah, asam lemak bebas dan pengurangan

konsumsi oksigen.

3. Mengurangi kadar glukortikoid, CRH, ACTH yang dihasilkan selama

stres.

Dalam terapi musik dikenal dengan istilah entraiment. Entraiment

(penyelaras) merupakan suatu proses adanya dua objek yang bergetar pada

frekuensi yang sama akan cenderung untuk menghasilkan resonan simpatis

yang sangat menguntungkan. Tempo musik dapat digunakan unruk keadaan

Page 23: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/48941/3/BAB II-.pdf · diastolik 80-89, dan dikatakan hipertensi derajat 1 jika tekanan sistolik 140-159 dan

32

fisiologis, merubah irama didalam tubuh (irama jantung atau pola nafas)

yang disebabkan oleh getaran musik. Musik memiliki potensi untuk

menyelaras denyut jantung melalui impuls atau tempo untuk menyelaras

pernapasan melalui iramanya (Komala, 2011).

Prinsip kerja dari terapi ini yaitu responden diminta dalam posisi

tenang, kemudian nyalakan musik klasik bethoven symphony no.5 pada

handphone dan sambungkan ke speaker (earphone), pastikan volume musik

sesuai dan tidak terlalu keras. Kemudian responden diminta untuk

mendengarkan musik tersebut selama 15 menit. Pengukuran tekanan darah

dilakukan sebelum dan 10 menit sesudah dilakukan intervensi (Hidayah,

Danamik & Elita, 2015).

2.3 Aromaterapi Lavender

2.3.1 Definisi Aromaterapi

Aromaterapi berasal dari kata aroma yang berarti harum atau wangi,

dan therapy yang dapat diartikan sebagai cara pengobatan dan penyembuhan.

Sehingga aromateapi adalah suatu cara perawatan tubuh yang atau

penyembuhan penyakit dengan minyak esensial (essential oil) (Jailani, 2009).

Menurut Muchtaridi & Moeloyo (2015) aromaterapi didefinisikan dalam dua

kata yaitu aroma yang berarti wangi-wangian (Fragrance) dan therapy yang

berarti perlakuan pengobatan. Secara ilmiah diartikan sebagai wangi-wangian

yang memiliki pengaruh terhadap fisiologi manusia.

Aromaterapi merupakan terapi modalitas dan pengobatan alternatif

dengan menggunakan sari tumbuhan aromatik murni berupa bahan cairan

tanaman yang mudah menguap dan senyawa aromatik lain dari tumbuhan.

Cairan tersebut diperoleh melalui berbagai macam cara pengobatan yang

Page 24: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/48941/3/BAB II-.pdf · diastolik 80-89, dan dikatakan hipertensi derajat 1 jika tekanan sistolik 140-159 dan

33

dikenal sebagai minyak esensial. Aromaterapi merupakan terapi tambahan

yang dilakukan disamping terapi konvensional (Kushariyadi, 2011).

2.3.2 Definisi Lavender

Lavender memiliki nama latin Lavandul afficinalis syn. L. Angustifolia.

Tumbuhan yang termasuk dalam suku Lamiaciae ini memiliki 25-30 spesies.

Kini lavender berkembang diseluruh Eropa selatan, Australia, dan Amerika

Serikat. Lavender adalah tumbuhan pendek bercabang yang tumbuh hingga

ketinggian sekitar 60 cm. Minyak lavender dari bunga yang berwarna ungu

memberikan aroma yang harum dan menenangkan (Hartanto, 2010).

Minyak lavender memiliki banyak potensi karena terdiri dari beberapa

kandungan yaitu, menurut penelitian, dalam 100 gram minyak lavender

tersusun atas beberapa kandungan, seperti: minyak esensial (13%), alpha-

pinene (0,22%), camphene (0,06%), beta-myrcene (5,33%), p-cymene (0,3%),

limonene (1,06%), cineol (0,51%), linalool (26,12%), borneol (1,21%), terpinen-4-o1

(4,64%), linail acetate (26,32%), geranyl acetate (2,14%), dan caryophyllene

(7,55%). Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa kandungan

utama dari bunga lavender adalah linail asetat dan linalool (C10H8O) (McLain

DE, 2009). Kandungan linalool asetat tersebut mampu mengendorkan dan

melemaskan sistem kerja urat-urat syaraf dan otot-otot yang tegang (Andria,

2014).

2.3.3 Fisiologi Aromaterapi Lavender Dalam Menurunkan Tekanan

Darah

Aromaterapi lavender memiliki kandungan utama yaitu linalool asetat

yang ketika dihirup akan di intrepretasikan oleh sel neuron dan akan

dihantarkan ke sistem limbik dan hipotalamus untuk diolah menjadi implus

Page 25: BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/48941/3/BAB II-.pdf · diastolik 80-89, dan dikatakan hipertensi derajat 1 jika tekanan sistolik 140-159 dan

34

listrik. Pesan yang telah dihantarkan ke seluruh tubuh dapat memicu

pelepasan substansi neurokimia otak (Ridho, 2015).

Aroma atau bau yang wangi dan menyenangkan akan menstimulasi

thalamus untuk mengeluarkan enkefalin yang merupakan hormon yang

dapat menghilangkan rasa sakit alami dan memberikan efek relaksasi atau

perasaan tenang. Bahan-bahan dari aromatik seperti aromaterapi lavender

tersebut akan merangsang sistem saraf otonom, sistem ini akan mengontrol

gerakan involunter pada sistem pernafasan dan tekanan darah. Sirkulasi

sistem saraf otonom dapat menyebabkan dilatasi arteriol sehingga dapat

melancarkan sirkulasi peredaran darah. Sistem saraf otonom berperan

penting dalam mempertahankan tekanan darah agar tetap normal, dimana

sistem ini berinteraksi dengan sistem renin dan angiotensin yang dapat

menyebabkan terjadinya hipertensi. Aromaterapi juga dapat memberikan

perasaan tenang dan rileks pada jasmani, rohani, dan pikiran (Astuti &

Nugrahwati, 2018). Manfaat lain dari aromaterapi lavender yaitu anti radang,

menghilangkan bengkak, dan dapat menetralisirkan racun (Ridho, 2015).

Prinsip kerja dari terapi ini yaitu responden diminta dalam posisi

tenang, kemudian teteskan essential lavender pada kapas sebanyak 3 tetes,

dan responden diminta untuk menghirup 2-3 kali tarikan nafas dalam secara

teratur selama 10 menit. Pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum dan

10 menit sesudah dilakukan intervensi (Suviani, Artana & Putra, 2014).