bab ii tinjauan pustaka penelitian i putu gita lasmana ......terhadap referensi secara real time...

45
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terkait Penelitian I Putu Gita Lasmana, Bambang Hidayat, Inung Wijayanto (2011), yang berjudul “Identifikasi Kualitas Nada Pada Ugal Secara Real Time Melalui Analisis Waktu Frekuensi Menggunakan Transformasi Waveletmengidentifikasi kualitas nada pada ugal secara real time dengan menggunakan Transformasi Wavelet sebagai pendekomposisi sinyal dan Fast Fourier Transform untuk memperoleh ciri dari hasil dekomposisi. Hasil dari identifikasi nada berupa perbandingan frekuensi pada ugal yang memiliki kualitas yang baik sebagai ugal referensi terhadap hasil identifikasi nada pada ugal lain yang akan diuji kualitasnya sehingga didapatkan tingkat kualitas nada pada ugal yang diuji tersebut terhadap ugal referensi. Perbandingan kualitas nada dan ugal uji terhadap referensi dan mampu mengetahui perbandingan tinggi rendahnya nada uji terhadap referensi secara real time dengan waktu komputasi sebesar 39,5669 detik dan memiliki akurasi sistem 100 % untuk nilai SNR di atas – 10 dB, Mother wavelet coiflet memiliki rata-rata nilai penyimpangan nilai ciri yang lebih kecil dibandingkan mother wavelet haar, symlets, dan daubechies. Mother wavelet terbaik untuk sistem ini adalah mother wavelet coiflet, Akurasi sistem terhadap pengaruh noise AWGN untuk masing-masing nilai SNR, SNR 0 dB menghasilkan tingkat akurasi sebesar 100 %, SNR - 10 dB, SNR - 30 dB menghasilkan tingkat

Upload: others

Post on 28-Jan-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Penelitian Terkait

    Penelitian I Putu Gita Lasmana, Bambang Hidayat, Inung Wijayanto

    (2011), yang berjudul “Identifikasi Kualitas Nada Pada Ugal Secara Real Time

    Melalui Analisis Waktu Frekuensi Menggunakan Transformasi Wavelet”

    mengidentifikasi kualitas nada pada ugal secara real time dengan menggunakan

    Transformasi Wavelet sebagai pendekomposisi sinyal dan Fast Fourier Transform

    untuk memperoleh ciri dari hasil dekomposisi. Hasil dari identifikasi nada berupa

    perbandingan frekuensi pada ugal yang memiliki kualitas yang baik sebagai ugal

    referensi terhadap hasil identifikasi nada pada ugal lain yang akan diuji

    kualitasnya sehingga didapatkan tingkat kualitas nada pada ugal yang diuji

    tersebut terhadap ugal referensi. Perbandingan kualitas nada dan ugal uji terhadap

    referensi dan mampu mengetahui perbandingan tinggi rendahnya nada uji

    terhadap referensi secara real time dengan waktu komputasi sebesar 39,5669 detik

    dan memiliki akurasi sistem 100 % untuk nilai SNR di atas – 10 dB, Mother

    wavelet coiflet memiliki rata-rata nilai penyimpangan nilai ciri yang lebih kecil

    dibandingkan mother wavelet haar, symlets, dan daubechies. Mother wavelet

    terbaik untuk sistem ini adalah mother wavelet coiflet, Akurasi sistem terhadap

    pengaruh noise AWGN untuk masing-masing nilai SNR, SNR 0 dB menghasilkan

    tingkat akurasi sebesar 100 %, SNR - 10 dB, SNR - 30 dB menghasilkan tingkat

  • 9

    akurasi sebesar 50 %, SNR - 50 dB menghasilkan tingkat akurasi sebesar 0 %,

    dimana Semakin besar SNR maka akurasinya semakin kecil.

    Penelitian yang dilakukan oleh Anak Agung Putri Gita Pratiwindya,

    Bambang Hidayat (2011). “Deteksi Nada Pada Alat Musik Tradisional Bali

    Menggunalan Transformasi Wavelet dan Jaringan Saraf Tiruan”. Pada penelitian

    ini mengidentifikasi masing-masing nada yang sedang dimainkan pada musik

    tradisonal Bali. Sistem yang dibuat menerapkan Transformasi Paket Wavelet

    sebagai pembentuk vektor ciri dan Jaringan Saraf Tiruan (JST) Back Propagation

    untuk menganalisa jenis nada pada alat musik tradisional Bali tersebut.

    Lelareyna Kassa, Agus Lahinta, Abd. Azis Bouty dalam penelitian yang

    berjudul Penerapan Metode Transformasi Wavelet Dalam Pembelajaran

    Solmisasi Nada, hasil penelitian menunjukan bahwa metode Wavelet Transform

    dapat menyelesaikan masalah dalam melakukan deteksi pitch dengan menghitung

    frekuensi dasar gelombang dengan frekuensi standar yang sudah baku. Aplikasi

    menghasilkan informasi nada beserta nilai frekuensi standar dari setiap nada

    sehingga dapat diketahui jenis suara yang dimiliki seseorang berdasarkan

    kemampuannya dalam menjangkau frekuensi nada terendah sampai dengan nada

    tertinggi.

    Ketut Agustini (2007), dalam penelitian yang berjudul Biometrik Suara

    Dengan Transformasi Wavelet Berbasis Orthogonal Deubenchies, Transformasi

    Wavelet berbasis orthogonal daubenchies dapat digunakan dalam proses

    identifikasi pembicara pada bagian pemrosesan awal (praproses) sinyal untuk

    mendapatkan informasi (ciri) sinyal tersebut. Sistem identifikasi pada tahap

  • 10

    praproses Daub4 level 10 menghasilkan tingkat generalisasi tertinggi sebesar

    86%. Pada transformasi wavelet, tingkat (level) dekomposisi mempengaruhi

    tingkat pengenalan jaringan yaitu makin tinggi tingkat dekomposisi maka tingkat

    pengenalan jaringan semakin menurun. Jaringan syaraf tiruan propagasi balik baik

    digunakan untuk pembentukan referensi pembicara dan pencocokan pola.

    Dalam penelitian yang dilakukan oleh Arya Adi Prakasa Bangun, Achmad

    Rizal, Gelar Budiman, (2010). “Deteksi Melody Pada Gitar Menggunakan

    Transformasi Wavelet”. Dari pengujian dan analisis sistem yang dilakukan

    terhadap proses deteksi melody gitar maka dapat diambil kesimpulan Pada hasil

    simulasi gitar elektrik dihasilkan nilai akurasi yang cukup bagus, pada tempo 85

    bpm pada senar 4, 5 dan 6 mencapai 95.24%, tempo 95 bpm pada senar 1, 2 dan 3

    mencapai 100% , tempo 110 bpm pada senar 1, 2 dan 3 mencapai 100% , tempo

    120 bpm pada senar 4, 5 dan 6 mencapai 100%, tempo 205 bpm pada senar 1, 2

    dan 3 mencapai 78.57%, tempo 225 bpm pada senar 4, 5 dan 6 mencapai 41.47%.

    Terlihat bahwa akurasi yang bagus terletak pada tempo ≤ 205 bpm. Pada hasil

    simulasi gitar akustik dihasilkan nilai akurasi yang tidak bagus, pada tempo 85

    bpm pada senar 4, 5 dan 6 mencapai 27.90%, tempo 95 bpm pada senar 1, 2 dan 3

    mencapai 77.27%, tempo 110 bpm pada senar 1, 2 dan 3 mencapai 100.00%,

    tempo 120 bpm pada senar 4, 5 dan 6 mencapai 38.88%, tempo 205 bpm pada

    senar 1, 2 dan 3 mencapai 77.77%, tempo 225 bpm pada senar 4, 5 dan 6

    mencapai 27.27%. terlihat bahwa akurasi yang bagus terletak pada melodi dengan

    menggunakan senar 1, 2 dan 3. Proses Denoising pada Wavelet untuk mother

    yang berbeda-beda memiliki kelebihan masing-masing, tergantung dari level

  • 11

    thresholding yang di beri. Nilai ketidakakuratan pada sistem lebih banyak

    disebabkan oleh ketidaktepatan nada dan kurang bagusnya jenis senar gitar.

    Penelitian yang dilakukan oleh Arya Adi Prakasa Bangun, 2010.

    Transformasi berbasis Wavelet merupakan salah satu sarana yang dapat

    digunakan untuk menganalisis (meneliti) sinyal-sinyal non-stasioner (yaitu sinyal

    yang kandungan frekuensinya bervariasi terhadap waktu), karena berkaitan

    dengan kemampuannya untuk memisah-misahkan berbagai macam karakteristik

    pada berbagai skala. Dalam beberapa tahun terakhir ini, metode ini telah

    dibuktikan kegunaannya dan sangat populer di berbagai bidang ilmu. Analisis

    Wavelet dapat digunakan untuk menunjukkan kelakuan sementara (temporal)

    pada suatu sinyal, misalnya dalam bidang geofisika (sinyal seismik), fluida, medik

    dan lain sebagainya. Metode Transformasi Wavelet ini dapat digunakan untuk

    menapis data atau meningkatkan mutu kualitas data; dapat juga digunakan untuk

    mendeteksi kejadian-kejadian tertentu serta dapat digunakan untuk pemampatan

    data Dari hasil pengujian didapatkan bahwa Transformasi Wavelet dapat

    digunakan untuk deteksi melody pada gitar dengan output tingkat akurasi pada

    tablatur gitar mencapai 100% pada gitar elektrik maupun pada gitar akustik.

    Penelitian yang dilakukan oleh [36]. Metode Independent Component

    Analysis (ICA) sangat dekat hubungannya dengan metode Blind Signal

    Separation yang dapat memisahkan sinyal-sinyal independent yang tercampur,

    dengan demikian sinyal suara yang akan dikenali dapat dipisahkan dari

    penginterferensinya. Untuk menguji tingkat akurasi pemisahan suara instrument

    musik ini, pemberian noise AWGN juga dibutuhkan karena sistem ini

    memberikan penekanan pada penentuan daerah waktu dan frekuensi dimana

  • 12

    harmoni dari sumber suara musik yang berbeda. Dalam penelitian ini, metode ICA

    yang digunakan dapat memisahkan musik instrument menjadi musik Saksofon,

    Gitar dan Piano yang individual dengan rata – rata nilai MSE sangat kecil

    mendekati nilai nol.

    Penelitian yang dilakukan oleh Mikhled Alfaouri and Khaled Daqrouq

    Communication and Electronics Engineering Department of Philadelphia

    University, Jordan, 19392 (2008), yang berjudul “ECG Signal Denoising By

    Wavelet Transform Thresholding”, sinyal EKG memainkan peran penting dalam

    diagnosis primer, prognosis dan analisis survival penyakit jantung. Sinyal

    elektrokardiogram berisi sejumlah informasi penting dapat dipergunakan dengan

    cara yang berbeda, Sinyal EKG memungkinkan untuk analisis aspek anatomi dan

    fisiologis otot jantung secara keseluruhan. sinyal EKG yang berbeda digunakan

    untuk memverifikasi metode yang diusulkan menggunakan software MATLAB.

    Metode yang disajikan dalam makalah ini dibandingkan dengan metode Donoho

    untuk sinyal denoising sementara hasil yang lebih baik diperoleh untuk sinyal

    EKG dengan algoritma yang diusulkan.

  • 13

    2.2 Keterbaharuan Penelitian

    Tabel 2.1 Stat of the Art

    No Judul Penulis Metode Deskripsi Hasil

    1 Analisis

    Ekstraksi Ciri

    Pada Suara

    Jantung

    Diastolik

    dengan

    menggunakan

    Wavelet

    Transform dan

    Wigner Ville

    Distribution

    Ira

    Puspasari,

    2013

    Wavelet

    Transform, dengan

    fungsi wavelet

    morlet dan Wigner

    Ville Distribution,

    data suara jantung

    normal dengan

    frekuensi sampling

    8000HZ dan lama

    perekaman 3,96

    detik.

    Continue Wavelet

    Transform mampu

    mendeteksi dua

    komponen, yaitu

    komponen A2 dan

    komponen P2 pada suara

    kedua jantung normal,

    informasi yang diberikan

    berupa durasi S2, durasi

    A2, durasi P2 dan split

    time antara A2 dan P2.

    Sedangkan Wigner-Ville

    Distribution

    memberikan informasi

    distribusi frekuensi

    komponen serta

    informasi temporal.

    Tetapi memiliki

    kelemahan yaitu terjadi

    interference term yang

  • 14

    mempengaruhi

    interpretasi dari

    frekuensi.

    2 Deteksi Molody

    Pada Gitar

    Menggunakan

    Transformasi

    Wavelet

    Arya Adi

    Prakasa

    Bangun,

    2010

    Untuk menentukan

    kontur Melody

    pada gitar

    digunakan

    Transformasi

    Wavelet sebagai

    alat untuk

    mengubah

    kawasan waktu

    menjadi kawasan

    frekuensi dan

    memberikan solusi

    berdasarkan

    window yang akan

    membagi sinyal

    suara dalam

    beberapa

    segmentasi.

    Dari hasil pengujian

    didapatkan bahwa

    Transformasi Wavelet

    dapat digunakan untuk

    deteksi melody pada

    gitar dengan output

    tingkat akurasi pada

    tablatur gitar mencapai

    100% pada gitar elektrik

    maupun pada gitar

    akustik.

    3 Indexing

    Melodic

    Sequences Via

    Alberto

    Pinto, 2009

    Menggunakan

    fungsi

    transformasi

    Representasi Haar salah

    satu metode yang

    mampu bekerja lebih

  • 15

    Wavelet

    Transform

    wavelet Haar,

    dengan

    mendekomposisi

    sinyal ke dalam

    dua bagian yaitu

    kencendrungan

    sinyal dan

    fluktuasi sinyal

    dari standar dalam

    istilah karakterisasi dan

    waktu komputasi yang

    efisien, maka dari itu

    kedua metode

    sebenarnya mampu

    mengkarakterisasi

    melodi, tampa

    menghilangkan relepansi

    fitur dari music tersebut.

    4 Analisis

    Ekstraksi Ciri

    Sinyal EMG

    Menggunakan

    Wavelet

    Discrete

    Transform

    Ikhwan

    Mustiadi,

    2012

    Menggunakan

    Metode DWT

    jenis Symlet level

    8, dengan

    menganalisa tiga

    sinyal berbeda,

    sinyal EMG

    Normal, Myopathy

    dan Neuropathy

    Dari hasil pengujian

    dengan 3 sinyal EMG

    yang berbeda,

    didapatkan error

    rekonstruksi paling kecil

    dengan menggunakan

    wavelet Simlet level 8.

    Dengan melakukan

    dekomposisi pada

    sinyal, memungkinka

    untuk melihat komponen

    sinyal pada range

    frekuensi tertentu,

    semakin banyak

  • 16

    koefisien detail yang

    dibuat, maka semakin

    spesifik komponen

    sinyal yang didapat.

    5 Cognitif Task

    Berdasarkan

    Ekstraksi Ciri

    Gelombang

    Otak

    Ahmad

    Ashari,

    2015

    Wavelet

    Transform dan

    Fast Fourier

    Transform, dengan

    mengelompokkan

    cognitive task

    bersasarkan

    kategorinya.

    Hasil penelitian ini

    menunjukkan bahwa

    tingkat akurasi hasil

    ekstraksi ciri gelombang

    otak dipengaruhi oleh

    cognitive task. Cognitive

    task setiap penelitian

    memiliki pengaruh

    terhadap hasil ekstraksi

    ciri gelombang otak

    yang berbeda-beda.

    Persamaan teknik

    cognitive task antar

    penelitian dapat

    dijadikan kategori

    tersendiri sesuai

    dengan teknik

    pengambilan cognitive

    task yakni relaksasi,

    motorik, dan gabungan

  • 17

    relaksasi-motorik.

    6 Speaker

    Identification

    using Wavelet

    Shannon

    Entropy and

    Probabilistic

    Neural Network

    Lei Lei,

    2016

    Wavelet Senon

    Entropy, dan

    Probabilistic

    Neural Network

    Dengan memanfaatkan

    WSE dan Probabilistic

    Neural Network (PNN).

    Kelebihan utama dari

    model yang telah

    diusulkan, dalam waktu

    yang bersamaan dapat

    meningkatkan kualitas

    suara yang baik untuk

    suara pembicara yang

    rendah melalui saluran

    telfon.

    7 Feature

    extraction of the

    Indonesian

    Phonemes Using

    Discrete

    Wavelet and

    Wavelet Packet

    Transform

    Risanuri

    Hidayat,

    2016

    Transformasi

    Wavelet Diskrit,

    Wavelet Paket

    Transform

    hasil dari penelitian ini

    menunjukkan bahwa

    DWT lebih efisien dan

    efektif dalam proses

    pengen

    alan ucapan orang

    Indonesia yang di

    dibandingkan dengan

    WPT, hasil penelitian

    menunjukkan rasio

    efektifitas 60 %

  • 18

    berbading 40 % dan

    efisieni rasio 57 %

    berbanding 43 %.

    8 Pengolahan

    Suara

    Menggunakan

    Transformasi

    Wavelet

    Transform

    Untuk

    Pengenalan

    Pembicara

    Rustati

    Rahmi,

    2010

    Menggunakan

    wavelet transform

    untuk pengenalan

    pembicara, untuk

    mengurangi

    discontinue signal

    dilakukan frame

    blocking dan

    windowing, pada

    awal dan akhir

    sinyal, kemudian

    refrensi pembicara

    dengan melakukan

    pelatihan sinyal

    suara, untuk

    mendapatkan pola

    suara yang

    berbeda,

    menggunakan JST

    Som Kohonen.

    Pengujian yang telah

    dilakukan pada tahap

    praproses dengan

    menetapkan proses

    ekstraksi ciri dengan

    wavelet tipe orthogonal

    yaitu Symlet, dengan

    ukuran vector (1 x 16)

    yang merupakan

    penjabaran dari proses

    frame. Dari hasil uji coba,

    maka didapat hasil dengan

    inputan 30 (tiga puluh)

    orang pembicara

    menghasilkan tingkat

    akurasi 90,67% tingkat

    keberhasilan. Namun

    dengan data input 5 (lima)

    orang pembicara

    dihasilkan tingkat akurasi

    sebesar 96% tingkat

    keberhasilan.

    9 Biometrik Suara Ketut Menggunakan Proses Ekstraksi ciri dari

  • 19

    Dengan

    Transformasi

    Wavelet

    Berbasis

    Ortogonal

    Daubenchies

    Agustini,

    2007

    Metode

    Transformasi

    Wavelet, dengan

    menggunakan

    lebar waktu 30 ms

    dimana tiap frame

    menyimpan 661

    (hasil pemulatan

    dari 661,5) sampel

    dengan ovellap

    (m) 50%, sehingga

    diperoleh jumlah

    frame dengan waktu

    perekaman selama 1

    detik sebesar 65

    frame (dengan

    tiap frame

    mengandung data

    sebanyak 22050 .

    Pembentukan model

    referensi pembicara

    dan

    pencocokan pola

    dilakukan

    menggunakan JST

    Daubenchies orde 4

    (daub4) pada level 10

    memberikan hasil tiap satu

    data file (satu file *.wav)

    pembicara (dari 10 data

    file setiap pembicara)

    menghasilkan koefisien

    sebanyak 134 elemen

    dengan elapsed time

    praprosesnya rata-rata

    sebesar 1,061 detik, dan

    pada saat 50 data suara

    yang digunakan untuk

    training

    diproses, membutuhkan

    waktu 96,479 detik.

  • 20

    Propagasi

    Balik.data).

    10 Probabilistic

    Neural Network

    Berbasis Gui

    Matlab Untuk

    Klasifikasi Data

    Rekam Medis

    Johan Adi

    Wicaksana,

    2016

    Menggunakan

    PNN untuk proses

    pengenalan

    dimana data

    pelatihan dan

    pengjian

    dikelompokkan

    dan sebagian

    sisanya digunakan

    sebagai data uji

    Berdasrkan beberapa penelitian yang telah dirangkum dalam Table 2.1,

    maka dalam penelitian ini diusulkan pendekatan baru dimana dalam proses

    pengenalan pola gamean rindik menggunakan Jaringan Syaraf Probabilistik

    (PNN), dan dalam proses mendapatkan nilai fitur atau ekstraksi fitur

    menggunakan Transformasi Wavelet Diskrit, dan fungsi Wavelet Haar,

    Debauchies, dan Symlet.

  • 21

    2.3 Wavelet

    Istilah wavelet pertama kali digunakan tahun 1909 yang tertulis dalam thesis

    milik Alfred Haar. Bentuk teoritis wavelet dikemukakan oleh Jean Morlet (dkk) di

    Marseille Theoretical Physics Center.

    Wavelet merupakan fungsi basis yang diisolasi dengan mengacu pada lokasi

    spasial atau waktu, dan frekuensi atau angka gelombang. Setiap wavelet memiliki

    karakteristik lokasi dan skala (Arobone, tanpa tahun). Basis wavelet berasal dari

    sebuah fungsi penskalaan atau dikatakan juga sebuah scaling function. Scaling

    function memiliki sifat yaitu dapat disusun dari sejumlah salinan dirinya yang

    telah didilasikan, ditranslasikan dan diskalakan. Menurut Sydney (1998), Wavelet

    merupakan gelombang mini (small wave) yang mempunyai kemampuan

    mengelompokkan energi citra dan terkonsentrasi pada sekelompok kecil koefisien,

    sedangkan kelompok koefisien lainnya hanya mengan-dung sedikit energi yang

    dapat dihilangkan tanpa mengurangi nilai informasinya. (dari Sutarno, 2010)

    Wavelet dibagi menjadi 2 berdasarkan ruang dan waktu yaitu wavelet 1D

    (Waktu) dan 2D (Ruang). Pengertian waktu di sini adalah untuk gelombang 1D,

    kita memulai point shifting dari sumber menuju akhir, sedangkan pengertian

    ruang di dalam wavelet 2D, point shifting-nya 2 dimensi.

    2.3.1 Keluarga Wavelet

    Sebuah gelombang (wave) biasanya didefinisikan sebagai sebuah fungsi

    osilasi dari waktu (space), misalnya sebuah gelombang sinusoidal. Sebuah

    wavelet merupakan gelombang singkat (small wave) yang energinya

    terkonsentrasi pada suatu selang waktu untuk memberikan kemampuan analisis

  • 22

    transient, ketidakstasioneran, atau fenomena berubah terhadap waktu (time-

    varying).

    Wavelet merupakan keluarga fungsi yang dihasilkan oleh wavelet basis

    y(x) disebut mother wavelet. Dua operasi utama yang mendasari wavelet adalah:

    1) penggeseran, misalnya y(x-1), y(x-2), y(x-b), dan

    2) penyekalaan, misalnya y(2x), y(4x) dan y(2jx).

    Kombinasi kedua operasi inilah menghasilkan keluarga wavelet. Secara umum,

    keluarga wavelet sering dinyatakan dengan formula:

    �,�(�) =

    �|�| �

    ���

    ��……………………………………………………….(2.1)

    dengan:

    a,b Î R; a _ 0 (R = bilangan nyata),

    a adalah paremeter penyekalaan (dilatasi),

    b adalah perameter penggeseran posisi (translasi) pada sumbu x, dan a adalah

    normalisasi energi yang sama dengan energy induk. Wavelet induk diskalakan dan

    digeser melalui pemisahan menurut frekuensi menjadi sejumlah sub-sub bagian.

    Untuk mendapatkan sinyal kembali dilakukan proses rekonstruksi wavelet.

    Tahap pertama analisis wavelet adalah menentukan tipe wavelet, yang disebut

    dengan mother wavelet atau analyzing wavelet, yang akan digunakan. Hal ini

    perlu dilakukan karena fungsi wavelet sangat bervariasi dan dikelompokkan

    berdasarkan fungsi dasar wavelet masing-masing. Beberapa contoh keluarga

  • 23

    wavelet adalah Haar, Daubechies, Symlets, Coiflets, dan lain sebagainya (Lihat

    gb. 2.1). (sutarno, 2010)

    Gambar 2.1 Contoh keluarga wavelet

    Ciri-ciri Wavelet Haar memiliki scaling function dengan koefisien c0 = c1

    = 1. Sedangkan Wavelet Daubechies dengan 4 koefisien (DB4) memiliki scaling

    function dengan koefisien c0 = (1+√3)/4, c1 = (3+√3)/4, c2 = (3-√3)/4, c3 = (1-

    √3)/4.

    Bagian dari keluarga wavelet ini adalah Mother wavelet, Father wavelet

    dan Daughter wavelet. Father wavelet merupakan sebuah fungsi skala, mother

    wavelet merupakan fungsi dari wavelet itu sendiri sedangkan daughter wavelet

    merupakan turunan dari mother wavelet. Secara umum father wavelet dinyatakan

    sebagai:

    (�) = ∑ c� (2� �)…………………………………………….…(2.2)

    dimana (�) adalah fungsi penskalaan

  • 24

    Dari persamaan father wavelet tersebut, wavelet yang pertama (mother

    wavelet) dapat dibentuk sebagai persamaan:

    ��(�) = ∑ ( 1)�� ���� (2� �)………………………………….(2.3)

    Dari persamaan di atas, dapat dibentuk wavelet berikutnya, dan

    seterusnya) dengan cara memampatkan dan meregangkan serta menggeser-geser

    mother wavelet.

    Setelah pemilihan mother wavelet, tahap selanjutnya membentuk basis

    wavelet yang akan digunakan untuk mentransformasikan sinyal. Suatu basis dapat

    dibentuk dengan mengubah nilai translasi dan dilasi dari mother wavelet-nya.

    Analisis temporal dilakukan dengan menggunakan basis wavelet frekuensi tinggi,

    sedangkan analisis frekuensi dilakukan dengan menggunakan basis wavelet

    frekuensi rendah. Operasi terhadap suatu sinyal hanya dapat dilakukan dengan

    menggunakan koefisien-koefisien wavelet yang berhubungan.

    2.4 Transformasi Wavelet

    Transformasi merupakan proses pengubahan data atau sinyal ke dalam

    bentuk lain agar lebih mudah dianalisis, seperti transformasi fourier yang

    mengubah sinyal ke dalam beberapa gelombang sinus atau cosinus dengan

    frekuensi yang berbeda, sedangkan transformasi wavelet (wavelet transform)

    mengubah sinyal ke dalam berbagai bentuk wavelet basis (mother wavelet)

    dengan berbagai pergeseran dan penyekalaan (Kadir, 1998 dari Sutarno, 2010).

  • 25

    Transformasi wavelet merupakan pengubahan sinyal ke dalam berbagai

    wavelet basis dengan berbagai pergeseran dan penyekalaan, oleh karena itu

    koefisien wavelet dari beberapa skala atau resolusi dapat dihitung dari koefisien

    wavelet pada resolusi tinggi berikutnya. Hal ini memungkinkan

    mengimplementasikan transformasi wavelet menggunakan struktur pohon yang

    dikenal sebagai algoritma pyramid (pyramid algorithm).

    Transformasi wavelet merupakan suatu proses pengubahan data dalam

    bentuk lain agar lebih mudah dianalisis. Proses transformasi wavelet dapat

    dilakukan dengan konvolusi atau dengan proses pererataan dan pengurangan

    secara berulang. Proses ini banyak digunakan pada proses dekomposisi, deteksi,

    pengenalan (recognition), pengambilan kembali citra (image retrieval), dan

    lainnya yang masih dalam penelitian (Zhang dkk., 2004 dari Sutarno, 2010).

    Transformasi wavelet merupakan sebuah fungsi konversi yang dapat

    digunakan untuk membagi suatu fungsi atau sinyal ke dalam komponen frekuensi

    yang berbeda, yang selanjutnya komponen-komponen tersebut dapat dipelajari

    sesuai dengan skalanya. Wavelet merupakan sebuah fungsi variabel real x, diberi

    notasi t dalam ruang fungsi L2( R ). Fungsi ini dihasilkan oleh parameter dilasi

    dan translasi, yang dinyatakan dengan persamaan :

    Rhaa

    bxhaaxba

    ,0;,0;)( 2/1, …………………….…(2.4)

    Zkjkxx jjba ,;22)( 2/, …………………………………………….(2.5)

    Dimana :

    adalah mother wavelet

  • 26

    a adalah parameter dilasi

    b adalah parameter translasi

    Fungsi wavelet pada persamaan (2.4) diperkenalkan pertama kali oleh Grossman

    dan Morlet, sedangkan persamaan (2.5) oleh Daubechies. Pada fungsi Grossman-

    Morlet, a adalah parameter dilasi dan b adalah parameter translasi, sedangkan

    pada fungsi Daubechies, parameter dilasi diberikan oleh Zj dan parameter translasi

    oleh k, kedua fungsi dapat dipandang sebagai mother wavelet, dan harus

    memenuhi kondisi : (x)dx = 0 Yang menjamin terpenuhi sifat orthogonal vector

    Pada dasarnya transformasi wavelet dapat dibedakan menjadi dua tipe

    berdasarkan nilai parameter translasi dan dilasinya, yaitu transformasi wavelet

    kontinu (continue wavelet transformasi) dan diskrit (disrete wavelet transform).

    Transformasi wavelet kontinu ditentukan oleh nilai parameter dilasi (a) dan

    translasi (b) yang bervariasi secara kontinyu, dimana a,b R dan a 0.

    transformasi wavelet diskrit didefinisikan untuk mengurangi redudansi yang

    terjadi pada transformasi kontinu dengan cara hanya mengambil nilai diskrit dari

    parameter a dan b, selanjutnya akan dibahas bagaimana penggunaan transformasi

    wavelet diskrit.

    Dibandingkan dengan CWT, transformasi DWT dianggap relatif lebih mudah

    pengimplementasiannya. Prinsip dasar dari DWT adalah bagaimana cara

    mendapatkan representasi waktu dan skala dari sebuah sinyal menggunakan

    tekhnik pemfilteran digital dan operasi sub-sampling (Reza, 2013). DWT biasanya

    digunakan untuk menghitung koefisien wavelet di segala skala yang

    memungkinkan. DWT ini juga menghasilkan jumlah data yang sangat besar.

  • 27

    Untuk menaksirkan sinyal hasil transformasi ini dibentuk filter Low Pass dan

    High Pass.

    2.4.1 CWT (Continu Wavelet Transform)

    Cara kerja transformasi ini adalah dengan menghitung konvolusi sebuah

    sinyal dengan sebuah jendela modulasi pada setiap waktu dengan tiap skala yang

    diinginkan. Jendela modulasi yang mempunyai skala fleksibel inilah yang biasa

    disebut induk wavelet atau fungsi dasar wavelet. (Reza, 2013). Untuk langkah-

    langkah transformasinya dapat diperlihatkan pada gambar (4) di bawah ini.

    Gambar 2.2 Langkah-langkah transformasi wavelet kontinyu (CWT)

    Pada CWT, skala dan frekuensi yang lebih tinggi berkorespondensi dengan

    wavelet yang paling renggang. Wavelet yang lebih renggang merupakan sinyal

    kasaran utama yang diukur oleh koefisien wavelet (Gambar 5). (Hurwitz, tanpa

    tahun)

  • 28

    Gambar 2.3. Hubungan tinggi rendahnya skala dengan frekuensi

    Pada gambar 5 diatas, diketahui bahwa: untuk skala rendah, sinyal wavelet

    mengalami pemampatan dan dia berkorespondensi dengan frekuensi yang tinggi,

    sedangkan untuk skala tinggi, perubahannya kasar dan lambat sebagai bukti dia

    berkorespondensi dengan frekuensi yang rendah.

    2.4.2 DWT (Discrete Wavelet Transform)

    Sesuai dengan fungsi mother wavelet di atas, bahwa fungsi wavelet

    penganalisis untuk transformasi wavelet diskrit dapat didefinisikan sebagai :

    j,k(x) = 2 j/2(2 j x – k) ; j,kZ ……………………….……………………..(2.6)

    dengan : Z adalah mengkondisikan nilai j dan k dalam nilai integer

    j adalah parameter frekuensi atau skala

    k adalah parameter waktu atau lokasi ruang

    berdasarkan fungsi di atas, representasi fungsi sinyal f(t) L2 (R) dalam domain

    wavelet diskrit didefinisikan sebagai :

    f(t) = a j,k j,k(t) ……………………….……………………………………(2.7)

    a j,k ini dibentuk oleh inner produk antara fungsi wavelet induk dengan f(t) :

  • 29

    a j,k = ( j,k f(t)) ………………………………………………………………..(2.8)

    sehingga f(t) dapat dinyatakan dengan :

    f(t) = (( j,k f(t)) j,k (t) ………………………………………………….…(2.9)

    barisan koefisien a j,k pada persamaan (2.8) merupak discrete wavelet transform

    (DWT) dari fungsi f(t), sehingga f(t) pada persamaan (2.7) disebut sebagai inverse

    DWT. Wavelet induk diskalakan dan digeser melalui pemisahan menurut

    frekuensi menjadi sejumlah sub-sub bagian. Untuk mendapatkan sinyal kembali

    dilakukan proses rekonstruksi wavelet.

    Discrete Wavelet Transform (DWT) adalah salah satu transformasi wavelet

    yang merepresentasikan sinyal dalam domain waktu dan frekuensi. DWT

    memiliki keunggulan di antaranya mudah diimplementasikan dan efisien dalam

    hal waktu komputasi. Analisis sinyal dengan DWT dilakukan pada frekuensi yang

    berbeda dengan resolusi yang berbeda pula dengan mendekomposisi sinyal

    menjadi komponen detail dan komponen aproksimasi. Pada transformasi ini

    terjadi filterisasi dan down sampling, yaitu pengurangan koefesien pada fungsi

    genap.

    2.4.3 Transformasi Wavelet Diskrit Maju

    Pada tahap ini dilakukan proses dekomposisi data citra, yang dimulai

    dengan melakukan dekomposisi terhadap baris dari data citra yang diikuti dengan

    operasi dekomposisi terhadap kolom pada koefisien citra keluaaran dari tahap

  • 30

    pertama. Cara kerja transformasi wavelet maju dapat digambarkan sebagai berikut

    Gambar 2.4 Transformasi Wavelet Maju Dua dimensi Skala Satu

    2.4.4 Transformasi Wavelet Diskrit Balik

    Transformasi ini merupakan kebalikan dari transformasi wavelet maju.

    Pada tahap ini dilakukan proses rekontruksi dengan arah yang berlawanan dari

    proses sebelumnya, yaitu dengan proses upsampling dari pemfilteran dengan

    koefisien-koefisien filter balik. Proses upsampling dilakukan untuk

    mengembalikan dan menggabungkan sinyal seperti semula. Proses ini dilakukan

    dengan menyisipkan sebuah kolom berharga nol diantara setiap kolom dan

    melakukan konvolusi pada setiap baris dengan sebuah filter satu dimensi. Hal

    yang sama dilakukan dengan menyisipkan sebuah baris nol diantara setiap baris

    dan melakukan konvolusi pada setiap kolom dengan filter yang lainnya. Filter

    yang digunakan pada transformasi ini adalag G0 dan G1yang mempunyai

    hubungan khusus terhadap filter-filter pada sisi dekomposisi. Koefisien-koefisien

    filter tersebut akan membentuk suatu kumpulan filter (filter bank) M kanal (dalam

    C j+1

    H1

    H0

    H1

    H0

    H1

    H0

    2

    2

    2

    2

    2

    2

    D j,d

    D j,h

    D j,v

    C j

    a. Operasi pada Baris b. Operasi pada kolom

  • 31

    hal ini M=2), sehingga harus memiliki hubungan rekontruksi sempurna (perfect

    reconstruction), yang berarti bahwa sinyal hasil transformasi wavelet balik harus

    sama dengan sinyal asli sebelum transformasi dilakukan.

    2.5 Transformasi Wavelet Menurut Fungsinya

    Transformasi wavelet merupakan sebuah fungsi konversi yang dapat

    digunakan untuk membagi suatu fungsi atau sinyal ke dalam komponen frekuensi

    yang berbeda, yang selanjutnya komponen-komponen tersebut dapat dipelajari

    sesuai dengan skalanya. Wavelet merupakan sebuah fungsi variabel real x, diberi

    notasi t dalam ruang fungsi L2( R ). Fungsi ini dihasilkan oleh parameter dilasi

    dan translasi, yang dinyatakan dengan persamaan :

    Rhaa

    bxhaaxba

    ,0;,0;)( 2/1, ……………………….(2.10)

    Zkjkxx jjba ,;22)( 2/, …………………………………………...(2.11)

    Fungsi wavelet pada persamaan (2.10) diperkenalkan pertama kali oleh Grossman

    dan Morlet, sedangkan persamaan (2.11) oleh Daubechies. Pada fungsi Grossman-

    Morlet, a adalah parameter dilasi dan b adalah parameter translasi, sedangkan

    pada fungsi Daubechies, parameter dilasi diberikan oleh Zj dan parameter translasi

    oleh k. kedua fungsi dapat dipandang sebagai mother wavelet, dan harus

    memenuhi kondisi :(x)dx = 0 yang menjamin terpenuhi sifat orthogonal vector

    Pada dasarnya transformasi wavelet dapat dibedakan menjadi dua tipe

    berdasarkan nilai parameter translasi dan dilasinya, yaitu transformasi wavelet

  • 32

    kontinu (continue wavelet transformasi) dan diskrit (disrete wavelet transform).

    Transformasi wavelet kontinu ditentukan oleh nilai parameter dilasi (a) dan

    translasi (b) yang bervariasi secara kontinyu, dimana a,b R dan a 0.

    transformasi wavelet diskrit didefinisikan untuk mengurangi redudansi yang

    terjadi pada transformasi kontinu dengan cara hanya mengambil nilai diskrit dari

    parameter a dan b.

    2.6 Wavelet Analysis

    Analisis wavelet merupakan sebuah tekhnik penjendelaan variable (variable

    windowing technique) dan mengijinkan penggunaan interval waktu yang panjang

    dimana kita menginginkan informasi frekuensi rendah yang lebih tepat, dan

    daerah/ wilayah yang lebih pendek dimana kita menginginkan komponen-

    komponen frekuensi yang lebih tinggi (Reza, 2013)

    Analisis wavelet mampu menunjukkan informasi sinyal yang tidak dimiliki

    oleh analisis sinyal yang lain, seperti kecenderungan, titik yang putus, dan

    kemiripan. Karena kemampuannya melihat data dari berbagai sisi, wavelet mampu

    menyederhanakan dan mengurangi noise tanpa memperlihatkan penurunan mutu.

    Di bawah ini terdapat gambar di bawah dimana ketika interval waktu

    gelombangnya panjang maka frekuensinya gelombangnya pasti rendah,

    sedangkan jika waktu gelombangnya lebih pendek, maka frekuensinya tinggi.

  • Gambar 2.5 analisis wavelet berdasarkan waktu panjang gelombang

    Keuntungan utama dari analisis wavelet ini adalah untuk menganalisis area

    lokal pada sinyal yang lebih besar. Contohnya menganalisis area

    pada gambar di bawah ini:

    Gambar 2.6 Keuntungan dari analisis wa

    local di sinyal yang lebih besar (gambar lingkaran)

    33

    analisis wavelet berdasarkan waktu panjang gelombang

    dengan frekuensi, Rendi(2013)

    Keuntungan utama dari analisis wavelet ini adalah untuk menganalisis area

    pada sinyal yang lebih besar. Contohnya menganalisis area local

    bawah ini:

    Keuntungan dari analisis wavelet adalah untuk menganalisis

    di sinyal yang lebih besar (gambar lingkaran) , Rendi(2013)

    analisis wavelet berdasarkan waktu panjang gelombang

    Keuntungan utama dari analisis wavelet ini adalah untuk menganalisis area

    local seperti

    velet adalah untuk menganalisis area

    , Rendi(2013)

  • Gambar 2.7 Perbedaan antara koefisien

    pada koefisien Fourier

    sinyal (kiri), sedangkan pada wavelet bisa terdeteksi (kanan)

    2.7 Jaringan Syaraf Tiruan

    Jaringan Syaraf Tiruan (JST) merupakan suatu

    informasi yang mempunyai

    (JSB). JST tercipta sebagai suatu generalisasi model

    manusia (human cognition

    1. Pemrosesan informasi terjadi pada elemen sederhana yang d

    2. Sinyal mengalir diantara sel saraf/neuron

    penghubung

    3. Setiap sambungan penghubung memiliki bobot

    ini akan digunakan

    dikirim melaluinya.

    34

    Perbedaan antara koefisien Fourier dan koefisien

    tidak bisa mendeteksi sinyal lokal akibat efek diskontinyu

    sinyal (kiri), sedangkan pada wavelet bisa terdeteksi (kanan), Rendi(2013)

    Jaringan Syaraf Tiruan

    af Tiruan (JST) merupakan suatu sistem pemr

    informasi yang mempunyai karakteristik menyerupai jaringan syaraf biologi

    ebagai suatu generalisasi model matematis dari pemahaman

    human cognition) yang didasarkan atas asumsi sebagai berikut :

    Pemrosesan informasi terjadi pada elemen sederhana yang disebut neuron

    Sinyal mengalir diantara sel saraf/neuron melalui suatu sambungan

    Setiap sambungan penghubung memiliki bobot yang bersesuaian. Bobot

    ini akan digunakan untuk menggandakan / mengalikan sinyal yang

    dikirim melaluinya.

    dan koefisien wavelet,

    akibat efek diskontinyu

    , Rendi(2013)

    sistem pemrosesan

    yerupai jaringan syaraf biologi

    s dari pemahaman

    atas asumsi sebagai berikut :

    isebut neuron

    melalui suatu sambungan

    yang bersesuaian. Bobot

    untuk menggandakan / mengalikan sinyal yang

  • 35

    4. Setiap sel syaraf akan menerapkan fungsi aktivasi terhadap sinyal hasil

    penjumlahan berbobot yang masuk kepadanya untuk menentukan sinyal

    keluarannya.

    Model struktur neuron jaringan syaraf tiruan dijelaskan pada Gambar

    2.8 dan Gambar 2.9

    Gambar 2.9 Model Struktur JST

    Jaringan syaraf tiruan dapat belajar dari pengalaman, melakukan

    generalisasi atas contohcontoh yang diperolehnya dan mengabstraksi karakteristik

    esensial masukan bahkan untuk data yang tidak relevan. Algoritma untuk JST

    beroperasi secara langsung dengan angka sehingga data yang tidak numerik harus

    diubah menjadi data numerik. JST tidak diprogram untuk menghasilkan keluaran

    tertentu. Semua keluaran atau kesimpulan yang ditarik oleh jaringan didasarkan

    Gambar 2.8 Model Struktur JST

  • 36

    pada pengalamannya selama mengikuti proses pembelajaran. Pada proses

    pembelajaran, ke dalam JST dimasukkan pola-pola masukan (dan keluaran) lalu

    jaringan akan diajari untuk memberikan jawaban yang bisa diterima. Pada

    dasarnya karakteristik JST ditentukan oleh :

    1. Pola hubungan antar neuron (disebut arsitektur jaringan)

    2. Metode penentuan bobot-bobot sambungan (disebut dengan pelatihan atau

    proses belajar jaringan)

    3. Fungsi aktivasi

    2.7.1 Arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan

    Pada JST, neuron-neuron akan dikumpulkan dalam lapisan-lapisan

    (layer) yang disebut dengan lapisan neuron (neuron layers). Neuron-neuron pada

    satu lapisan akan dihubungkan dengan lapisanlapisan sebelum dan sesudahnya.

    Informasi yang diberikan pada jaringan syaraf akan dirambatkan lapisan ke

    lapisan, mulai dari lapisan masukan sampai ke lapisan keluaran melalui lapisan

    tersembunyi (hidden layer). Gambar berikut ini jaringan syaraf dengan 3 lapisan

    dan bukanlah struktur umum jaringan syaraf karena beberapa jaringan syaraf ada

    yang tidak memiliki lapisan tersembunyi. Faktor terpenting dalam menentukan

    kelakuan suatu neuron adalah fungsi aktivasi dan pola bobotnya. Umumnya

    neuron-neuron yang terletak pada lapisan yang sama akan memiliki keadaan yang

    sama sehingga pada setiap lapisan yang sama neuron-neuron memiliki fungsi

    aktivasi yang sama. Bila neuron-neuron pada suatu lapisan (misal lapisan

    tersembunyi) akan dihubungkan dengan neuronneuron pada lapisan lain (misal

    lapisan keluaran) maka setiap neuron pada lapisan tersebut (lapisan tersembunyi)

  • 37

    juga harus dihubungkan dengan setiap neuron pada lapisan lainnya (lapisan

    keluaran). Terdapat 3 macam arsitektur JST, yaitu:

    1. Jaringan dengan lapisan tunggal (single layer net) Jaringan ini hanya memiliki

    1 lapisan dengan bobot-bobot terhubung. Jaringan ini hanya menerima

    masukan kemudian secara langsung akan mengolahnya menjadi keluaran

    tanpa harus melalui lapisan tersembunyi. Pada gambar berikut neuronneuron

    pada kedua lapisan saling berhubungan. Seberapa besar hubungan antara 2

    neuron ditentukan oleh bobot yang bersesuaian. Semua unit masukan akan

    dihubungkan dengan setiap unit keluaran seperti terlihat pada Gambar 2.8.

    Gambar 2.10 Jaringan Dengan Lapisan Tunggal

    2. Jaringan dengan banyak lapisan (multilayer net) Jaringan ini memiliki 1 atau

    lebih lapisan yang terletak diantara lapisan masukan dan lapisan keluaran.

    Umumnya ada lapisan bobot-bobot yang terletak antara 2 lapisan yang

  • 38

    bersebelahan seperti terlihat pada Gambar 5. Jaringan dengan banyak lapisan

    ini dapat menyelesaikan permasalahan yang lebih sulit daripada lapisan

    tunggal, tentu saja dengan pembelajaran yang lebih rumit. Pada banyak kasus,

    pembelajaran pada jaringan dengan banyak lapisan ini lebih sukses dalam

    menyelesaikan masalah.

    Gambar 2.11 Jaringan Dengan Banyak Lapisan

    3. Jaringan dengan lapisan kompetitif (competitive layer net) Pada jaringan ini

    sekumpulan neuron bersaing untuk mendapatkan hak menjadi aktif.

    Umumnya hubungan antar neuron pada lapisan kompetitif ini tidak

    diperlihatkan pada diagram arsitektur. Gambar 6 menunjukkan salah satu

    contoh arsitektur jaringan dengan lapisan kompetitif yang memiliki bobot -.

  • 39

    Gambar 2.12 Jaringan dengan lapisan kompetitif

    2.8 Probabilistic Neural Network

    Probabilistic Neural Network (PNN) dikembangkan pertama kali oleh

    Donald F. Specht pada tahun 1988. Probabilistic Neural Network adalah suatu

    metode jaringan saraf tiruan (neural network) yang menggunakan pelatihan

    (training) supervised. PNN termasuk dalam struktur Feedforward. PNN berasal

    dari jaringan Bayesian dan algoritma statistik bernama Kernel Fisher Discriminant

    Analysis. Kaidah Bayes dapat digunakan untuk melakukan klasisfikasi terhadap

    sejumlah kategori. Pengambilan keputusan didasarkan pada hasil perhitungan

    jarak antara fungsi kepekatan peluang dari vector ciri. PNN biasanya digunakan

    untuk masalah klasifikasi.

    Secara garis besar, PNN mempunyai tiga lapisan yaitu (Haykin, 1998):

    a. Input layer

    Input layer merupakan layer data input bagi PNN.

    b. hidden layer

    Pada layer ini menerima data dari input layer yang akan diproses dalam PNN.

  • 40

    c. output layer

    Pada layer ini, node output berupa binary yang menghasilkan keputusan

    klasifikasi.

    Gambar 2.13 Layer pada PNN

    2.8.1 Stuktur Network PNN

    Struktur PNN lebih detail terdiri dari 3 bagian yaitu input layer, radial

    basis layer dan competitive layer (Wu, 2007). Pada struktur PNN jenis ini

    biasanya digunakan untuk klasifikasi pengenalan struktur daun. Radial Basis

    Layer melakukan evaluasi jarak vektor antara vektor input dan baris weight dalam

    matriks bobot (weight). Jarak tersebut diskala oleh radial basis function non

    lineary. Pada competitive layer dilakukan pencarian jarak terpendek dan

    menemukan training pattern dari input pattern berdasarkan jaraknya. Berikut ini

    adalah struktur PNN lebih detail yang diilustrasikan pada skema dibawah ini:

  • 41

    Gambar 2.14 Struktur PNN

    Pada input layer terdapat vektor input ditunjukkan dengan P, digambarkan sebagai

    vertikal hitam pada Gambar 2.12 dengan dimensi R x 1. Radial Basis Layer

    (RBF) merupakan hidden unit dalam PNN. Dalam radial basis layer, jarak vektor

    antara vektor input P dan vektor Weight (W) dibuat dari tiap baris dari matriks

    bobot/weight (W) yang dikalkulasi. Jarak antara vektor didefinisikan sebagai dot

    product antara dua vektor. Diasumsikan dimensi W adalah Q x R. Dot product

    antara p dan baris ke-i dari yang dihasilkan W elemen ke-i dari jarak vektor

    ||W P||,dimana dimensinya adalah Q x 1, yang ditunjukkan pada gambar diatas.

    Simbol “-“ menyatakan jarak antar vektor. Kemudian, vektor bias b dikombinasi

    dengan ||W P|| dengan multiplikasi element-by-element, yang digambarkan

    dengan ”.*” pada Gambar 2. Hasilnya ditunjukkan sebagai : N = ||W-P||.*b

    2.8.2 Arsitektur PNN

    Kerja PNN didasarkan pada penghitungan nilai fungsi kepekatan peluang

    (fi(x)) untuk setiap data (vector). Fungsi (f(x)) merupakan fungsi pengambilan

  • 42

    keputusan Bayes (g(x)), untuk data (vector) x dan xij yang telah dinormalisasi.

    Persamaan fungsi ��(x) atau ��(x) dituliskan sebagai berikut (Specht 1992,

    Zaknich 1995)

    ��(�) = ��(�) =�

    (��)�� �� ��

    ∑ ���� ����� ���

    ������� �����

    �.����

    ����� ……………..…(2.10)

    dengan i = 1, 2, …, K. dimana:

    t adalah Transpose

    i adalah Jumlah Kelas

    j adalah Jumlah Pola

    xij adalah Vektor pelatihan ke j dari kelas i

    x adalah Vektor pengujian

    Mi = Jumlah vector pelatihan dari kelas i

    ρ adalah Dimensi vector x

    σ adalah Faktor penghalus, (standar deviasi)

    Sampel data untuk pelatihan tidak sama dengan sampel data untuk data pengujian

    PNN. Blok diagram arsitektur PNN, disajikan pada gambar di bawah ini.

  • 43

    Gambar 2.15 Arsitektur PNN

    Posisi node – node yang dialokasikan dalam PNN setelah lapisan input, adalah:

    1. Node lapisan pola (Pattern Layer), digunakan 1 node pola untuk setiap

    data pelatihan yang digunakan. Setiap node pola, merupakan perkalian

    titik (dot product) dari vector masukkan x yang akan diklarifikasikan,

    dengan vector bobot xij, yaitu Zi = x . xij , kemudian dilakukan operasi non

    – linier terhadap Zi sebelum menjadi keluaran yang akan mengaktifkan

    lapisan penjumlahan, operasi non – linier yang digunakan exp[(Zi – 1) / σ2

    ], dan bila x dan ��� dinormalisasikan terhadap panjang vector, maka

    persamaan yang digunakan pada lapisan pola, adalah:

    ��� ���� ����

    �(�� ���

    ����………………………………………………….(2.11)

  • 44

    2. Node lapisan penjumlahan (Summation Layer), menerima masukan dari

    node lapiran pola yang terkait dengan kelas yang ada, persamaan yang

    digunakan pada lapisan ini adalah:

    ∑ ��� ���� ����

    � (�� ���)

    �������� …………………………………………(2.12)

    3. Node lapisan keluaran (Output layer), menghasilkan keluaran biner (0,1),

    dan hanya mempunyai variabel bobot tunggal Ck. Ck dihitung

    menggunakan persamaan:

    �� =������

    ������

    ���

    ��� ……………………………………………(2.13)

    Dimana :

    ��� adalah jumlah pelatihan pola dari kelas 0ik

    ��� adalah jumlah pelatihan pola dari kelas 0jk

    2.8.3 Cara Kerja PNN

    Jaringan syaraf probabilistik dapat digunakan untuk menyelesaikan

    masalah klasifikasi. Misalkan terdapat Q pasangan vektor input & target, dengan

    target terdiridari K elemen, maka pada target, satu elemen akan bernilai 1, dan

    elemen-elemen lainnya akan bernilai 0. Sehingga tiap-tiap vektor input akan

    berhubungan dengan 1 vektor dari K kelas.

    Bobot-bobot input pada lapisan pertama akan bernilai sama dengan vektor

    input, (misal : P). Output lapisan pertama, a1, merupakan hasil aktivasi dari jarak

    antara vektor input dengan bobot input dikalikan dengan bias. Nilai a1 ini akan

    mendekati 1 apabila vektor input mendekati vektor bobot, (jarak mendekati 0).

  • 45

    Apabila input vektor dekat dengan beberapa bobot input, maka akan ada beberapa

    elemen a1 yang dekat dengan 1. Ouput lapisan pertama ini akan menjadi input

    bagi lapisan output.

    Pada lapisan output, bobot-bobot lapisan akan dibuat sama dengan

    vektorvektor target. Tiap-tiap vektor target ini akan bernilai 1 hanya pada baris

    yang berhubungan dengan vektor input tertentu, yang lainnya akan bernilai 0.

    Neuron pada lapisan output akan menjumlahkan hasil perkalian antara bobot

    output dikalikan dengan a1 (n2). Output jaringan akan bernilai 1 apabila n2 besar,

    sebaliknya akan bernilai 0 jika n2 kecil.

    2.9 Tangga Nada Pentatonis

    Pentatonis berasal dari kata penta yang artinya lima dan tone yang

    artinya nada, jadi tangga nada pentatonis hanya terdiri dari lima nada pokok.

    Nada-nada dalam tangga nada pentatonis tidak dilihat berdasarkan jarak nada,

    melainkan berdasarkan urutannya dalam tangga nada.

    Gambar 2.16 Tangga Nada Pentatonis, Suwarmin(2013)

  • 46

    Tangga nada pentatonik ditemukan di seluruh dunia: dalam tuning krar di Ethiopia

    dan gamelan di Indonesia, juga pada melodi dari lagu spiritual Afrika-Amerika.

    Tangga nada pentatonik pada umumnya digunakan pada musik tradisional di

    Indonesia misalnya pada musik gamelan. Pada musik gamelan terbagi atas dua

    tangga nada yaitu pelog dan slendro. Tangga nada pelog cenderung memberikan

    perasaan tenang, hormat dan memuja sedangkan tangga nada slendro bersifat

    riang gembira dan bersemangat.

    Gambar 2.17 Titi Laras Pentatonis dan Slendro, Suwarmin(2013)

    2.9.1 Pulsa dan Pola Irama

    Ketika kita mendengar sebuah musik baik itu musik rock, reggae, blues,

    pop maupun tradisional, secara tidak sadar mungkin kita akan mengikuti

    ketukannya dengan mengetuk ujung kaki pada lantai, menggerak-gerakkan

    kepala, menepukkan tangan pada paha dan sebagainya. Ketukan ini memiliki

    durasi tertentu yang besarnya sama, konstan dan teratur. Ketukan dasar lagu

    dengan panjang durasi yang tetap ini dinamakan pulsa. Sedangkan bila ketukan

  • 47

    tersebut memiliki durasi yang panjangnya tidak sama tetapi konsisten dan

    berulang-ulang dengan pola tertentu, maka ia dinamakan sebagai irama Pola

    irama terbentuk dari berbagai alat musik ritmis, tetapi juga alat musik melodis.

    2.9.2 Birama

    Tanda Birama atau disebut juga time signature adalah tanda untuk

    menentukan jumlah hitungan dan nilai setiap hitungan pada setiap birama.Tanda

    birama ditempatkan pada awal musik. berisi dua angka dimana angka yang satu

    diletakkan sebelum angka yang lainnya. Angka yang di atas menunjukkan jumlah

    ketukan pada setiap ruas birama. Angka yang di bawah merupakan satuan nilai

    not yang dijadikan patokan tempo, misalnya tanda birama 4/4 dapat kita artikan

    bahwa dalam satu birama terdapat 4 not 1/4. Untuk tanda birama 2/4 berarti dalam

    satu birama terdapat 2 not seperempat dst.

    Contoh Tanda Birama :

    a. Birama 4/4

    Tanda Birama 4/4 ialah birama yang paling umum digunakan di hampir setiap

    genre musik. Ini berarti setiap birama ada empat hitungan dan setiap hitungan

    bernilai seperempat atau empat not seperempat dalam setiap birama.

    Gambar 2.18 Birama 4/4, Suwarmin(2013)

  • 48

    b. Birama 3/4

    Tanda birama 3/4 berarti setiap birama ada tiga hitungan dan setiap

    hitungan bernilai seperempat atau ada tiga not seperempat dalam setiap birama.

    Gambar 2.19 Birama ¾, Suwarmin(2013)

    c. Birama 6/8

    Tanda birama 6/8 berarti setiap birama ada enam hitungan dan setiap hitungan

    bernilai seperdelapan atau ada 6 not 1/8 yang menjadi patokan tempo.

    Gambar 2.20 Birama 6/8, Suwarmin(2013)

    d. Birama 2/4

    Tanda birama 2/4 berarti setiap birama ada dua hitungan dan setiap hitungan

    bernilai seperempat atau ada dua not seperempat dalam setiap birama.

    Gambar 2.21 Birama 2/4, Suwarmin(2013)

  • 49

    2.10 Rindik

    Hasil wawancara dengan I Putu Gunarta, S.Pd., gamelan rindik merupakan

    alat musik tradisional masyarakat Bali yang terbuat dari potongan-potongan

    bambu. Bambu yang digunakan untuk membuat Rindik ini biasanya merupakan

    bambu pilihan, sehingga tidak mudah pecah dan menghasilkan suara yang baik.

    Alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul menggunakan alat tabuh secara

    bergantian sehingga menghasilkan suara yang merdu. Rindik terbuat dari bambu

    atau dalam bahasa bali di sebut dengan tiing tutul dan tiing mambang, bambu

    dipilih kualitas yang lebih bagus supaya mengeluarkan reng atau bunyi yang lebih

    baik.

    a. Fungsi Alat Musik Rindik

    Rindik biasanya ditampilkan sebagai salah satu alat musik pengiring

    pertunjukan tarian joged bumbung. Sesuai perkembangan dan inofasi alat musik

    tradisional khususnya di Bali, gamelan rindik juga sering ditampilkan untuk

    mengiringi upacara pernikahan atau resepsi. Alunan suaranya yang khas sangat

    cocok dan membuat suasana dalam acara tersebut semakin terasa romantis.

    b. Bentuk Alat Musik Rindik

    Rindik merupakan alat musik yang terbuat dari bambu yang sudah dipotong-

    potong dan ditata sesuai ukurannya. Jumlah potongan bambu tersebut biasanya

    terdiri dari 11 buah sampai 13 buah. Setiap buah bambu memiliki ukuran yang

    berbeda dan nada yang berbeda pula. Semakin besar ukuran bambu maka semakin

    bernada rendah, sebaliknya semakin kecil bambu tersebut maka semakin tinggi

    nada yang dihasilkan. Bambu tersebut ditata diatas tempat(pelawah) dimulai dari

    nada paling rendah di sudut kiri hingga nada paling tinggi di sudut paling kanan.

  • 50

    Nada yang dihasilkan oleh Rindik ini merupakan nada Pentatonic atau Laras

    slendro, yang berarti hanya memiliki 5 nada utama. Rindik ini dimainkan dengan

    menggunakan 2 buah alat pemukul yang terbuat dari karet dan memiliki ukuran

    yang berbeda. Pemukul berukuran besar biasanya digunakan di tangan sebelah kiri

    begitu juga sebaliknya. Hal ini dikarenakan nada paling kiri lebih rendah sehingga

    saat dimainkan terdapat sebuah keseimbangan nada.

    c. Cara Memainkan Alat Musik Rindik

    Cara memainkan Rindik ini juga membutuhkan keahlian khusus dan feel yang

    cocok. Rindik biasannya dimainkan dengan dua tangan, dimana fungsi keduanya

    berbeda. Pada tangan kanan memainkan kotekan sedangkan yang kiri memainkan

    melodi. Sehingga apabila digabungkan akan menghasilkan suara yang merdu.

    Pemain Rindik juga dibedakan menjadi dua macam, yang pertama

    memainkan pokok lagu/gendhing, dan satunya memainkan sangsih. Apabila

    keduanya dipadukan maka akan menghasilkan suara yang harmonis.Dalam

    permainan Rindik juga terdapat teknik pukulan yang dinamakan ngundil, yaitu

    teknik pukulan yang dilakukan tangan kiri pemain sangsih dimana pukulan

    tersebut menyelingi pukulan tangan kiri pemain pokok yang sudah divariasikan.

    Pada pertunjukan joged bumbung, teknik seperti itu sering disebut dengan jegog.

    d. Perkembangan Alat Musik Rindik

    Perkembangan musik Rindik menjadi salah satu alat musik yang

    lebih fleksibel dan memiliki fungsi yang lebih banyak. Selain bisa digunakan

    sebagai pengiring pertunjukan tari, musik Rindik juga bisa ditampilkan sebagai

    pertunjukan musik seperti pengiring pernikahan dan resepsi. Selain itu juga bisa

  • 51

    ditampilkan di acara festival budaya, penyambutan tamu besar dan acara budaya

    lainnya.

    Rindik menggunakan nada slendro, gamelan rindik terdiri dari lima nada

    dasar dalam nada bali, dengan sebelas bilah babu yang di mulai dari nada : ndong,

    ndeng, ndung, ndang, nding, yang diilustrasikan pada Gambar 2.22.

    Gambar 2.22 Ilustrasi nada dari bilah bambu gamelan rindik

    2.11 Pengenalan Pola

    Pengenalan pola (pattern recognition) dapat diartikan sebagai proses

    klasifikasi dari objek atau pola menjadi beberapa kateori atau kelas, dan bertujuan

    untuk pengambilan keputusan (Theodori dan Koutroumbas, 2006).

    Pola adalah bentuk atau model (abstrak, suatu set peraturan) yang dapat

    dipakai untuk membuat atau mengahasilan suatu atau bagian dari sesuatu,

    khususnya jika sesuatu yang di timbulkan mempunyai sejenis pola dasar yang

    Patet Gede/

    Suara Bass

    Patet Cenik/

    Suara Sedang

    N

    D

    O

    N

    G

    N

    D

    E

    N

    G

    N

    D

    U

    N

    G

    N

    D

    A

    N

    G

    N

    D

    I

    N

    G

    N

    D

    O

    N

    G

    N

    D

    E

    N

    G

    N

    D

    U

    N

    G

    N

    D

    A

    N

    G

    N

    D

    I

    N

    G

    N

    D

    O

    N

    G

  • 52

    dapat ditunjukan atau terlihat, yang mana dapat dikatan mempertunjukan pola.

    Deteksi pola dasar disebut pengenalan pola. Untuk mengenali suara dan pemilik

    suara, diperlukan suatu pengenalan pola yang dapat mengenal dan mencocokan

    pola yang masukan dan pola yang telash disimpan di dalam basisdata,

    Pendekatan pengenalan pola ada tiga, yaitu secara sintaks, statistik, serta

    melalui jaringan saraf tiruan. Pendekatan dengan pola jaringan saraf tiruan adalah

    pendekatan dengan menggabungkan pendekatan sintaks dan statistik. Pendekatan

    melalui pola-pola ini meniru cara kerja otak manusia, pada pola ini sistem

    membuat aturan-aturan tertentu disertai dengan menggunakan data statistik

    sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.