cr tht gita

35
OKLUSI TUBA E.C RHINITIS ALERGI Gita Dewita 1118011051

Upload: deabarozha

Post on 15-Apr-2016

26 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tht

TRANSCRIPT

Page 1: CR THT Gita

OKLUSI TUBA E.C RHINITIS ALERGI

Gita Dewita1118011051

Page 2: CR THT Gita

PENDAHULUAN

Rinitis alergi merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I yang diperantarai oleh IgE dengan mukosa hidung sebagai organ sasaran utama setelah terpapar dengan aeroalergen (Dhingra, 2007; Bousquet, et al., 2008)

Disfungsi tuba Eustachius adalah adanya gangguan pembukaan tuba sehingga fungsi tuba terganggu.

Page 3: CR THT Gita

LAPORAN KASUS

IDENTITAS Nama : Ny. RJenis Kelamin : Perempuan Umur : 31 tahunPekerjaan : Buruh

Page 4: CR THT Gita

PEMERIKSAAN SUBYEKTIF  Keluhan Utama

Kurang pendengaran pada telinga kiri

Page 5: CR THT Gita

Pasien datang dengan keluhan telinga kiri kurang mendengar, dan adanya rasa seperti berdengung pada telinga kiri. yang dirasakan sejak 4 hari yang lalu.

Sejak 2 bulan sebelumnya pasien mengalami pilek yang terus-menerus, dan hidung tersumbat namun saat ini sudah mulai membaik. Keluhan sering dirasakan saat pasien bekerja dan terkena debu sehari – hari.

Keluhan keluarnya cairan dari telinga disangkal oleh pasien. Keluhan adanya trauma telinga atau di kepala disangkal pasien. Keluhan hidung meler dan batuk disangkal pasien.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Page 6: CR THT Gita

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Riwayat ISPA berulang : sejak 2 bulan lalu

Riwayat alergi makanan/obat : disangkalRiwayat asma : disangkal Riwayat HT : disangkalRiwayat DM : disangkal

Page 7: CR THT Gita

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

 Riwayat ISPA : disangkalRiwayat alergi :

disangkalRiwayat asma :

disangkalRiwayat HT :

disangkalRiwayat DM : disangkal

Page 8: CR THT Gita

PEMERIKSAAN OBYEKTIFStatus Generalis

Keadaan umum : Baik Kesadaran : Compos mentis Nadi : 80 x/ menit Tensi : 110/80 mmHg RR : 20 x/ menit Suhu : 36,2 °C

Page 9: CR THT Gita

PEMERIKSAAN FISIK TELINGA

KANAN TELINGA LUAR KIRINormotia Bentuk telinga luar Normotia

Normal, nyeri tarik (-) Daun telinga Normal, nyeri tarik (-)Normal, nyeri tekan (-),

tidak ada benjolanRetroaurikular Normal, nyeri tekan (-),

tidak ada benjolanTidak ada Nyeri tekan tragus Tidak ada

KANAN LIANG TELINGA KIRILapang Lapang / Sempit Lapang

Warna menyerupai kulit Warna Epidermis Warna menyerupai kulitTidak Ada Sekret Tidak ada

Ada Serumen Tidak adaTidak ditemukan Kelainan Lain Tidak ditemukan

Page 10: CR THT Gita

PEMERIKSAAN FISIK TELINGA

KANAN MEMBRAN TIMPANI KIRIIntak Bentuk intak

Putih mutiara Warna Putih mutiara(+) Reflek Cahaya (+)(-) Perforasi (-)

Retraksi (+) Kelainan Lain Retraksi (+)

Page 11: CR THT Gita

PEMERIKSAAN FISIK HIDUNGKANAN HIDUNG KIRINormal Bentuk Hidung Luar Normal

Tidak ditemukan Deformitas Tidak ditemukan

Tidak adaada

Nyeri Tekan Dahi Pipi

Tidak adaTidak ada

Tidak ditemukan Krepitasi Tidak ditemukanHipertrofi, merah muda Konka inferior Hipertrofi, merah mudaHipertrofi, merah muda Konka media Hipertrofi, merah muda

Sulit dinilai Konka superior Sulit dinilai(-) Sekret (-)

Page 12: CR THT Gita

PEMERIKSAAN FISIK HIDUNGFARING Hasil PemeriksaanDinding Faring Tidak oedem, tidak bergranularMukosa Tidak hiperemisUvula DitengahArkus Faring Simetris, tidak hiperemis

TONSIL Hasil PemeriksaanPembesaran T1-T1Kripta Tdak melebarDestritus Tidak adaPerlekatan Tidak adaSikatrik Tidak ada

Page 13: CR THT Gita

RESUME Pemeriksaan Subjektif

Keluhan utama: telinga kiri kurang mendengar

Riwayat penyakit sekarang :Telinga kiri berdengungCommon cold (+) sejak 2 bulan laluOtalgia (-)Canina pain (-)Hiposmia (-)Febris (-)

Page 14: CR THT Gita

Pemeriksaan Objektif

Kepala – leher : Dalam batas normal

TelingaPemerksaan Rutin Telinga : MT retraksi (+/+)

Hidung Pemeriksaan Rutin Umum Hidung : konka inferior dan media hipertrofi (+/+), mukosa livid (+/+)

Tenggorok: Pemeriksaan rutin umum : Dalam batas

normal

Page 15: CR THT Gita

Diagnosis Banding :

OMA stadium oklusi tubaOtitis Media serosa Tuli konduksi

DIAGNOSIS Oklusi Tuba e.c. Rhinitis Alergi

Page 16: CR THT Gita

PENATALAKSANAAN

Terapi non medikamentosa :Menghindari stimulus / faktor pencetus

Terapi Medikamentosa :BNS 4x3 puff KNDTIliadin Nasal spray 2x2 puff

Page 17: CR THT Gita

PROGNOSIS Quo ad vitam : ad bonamQuo ad sanationam: ad bonamQuo ad fungtionam : ad bonam

Page 18: CR THT Gita

TINJAUAN PUSTAKA

Page 19: CR THT Gita

RHINITIS ALERGI

Definisi Rinitis alergi merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I yang diperantarai oleh IgE dengan mukosa hidung sebagai organ sasaran utama setelah terpapar dengan aeroalergen (Dhingra, 2007; Bousquet, et al., 2008)

Page 20: CR THT Gita

PATOFISIOLOGI Terdiri dari 2 tahap :

Tahap sensitisasi Reaksi alergi, terdiri dari 2 fase :

Reaksi Alergi Fase Cepat (RAFC) sejak kontak alergen sampai 1 jam setelahnya

Reaksi Alergi Fase Lambat (RAFL) yang berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan berlangsung 24-48 jam

Page 21: CR THT Gita
Page 22: CR THT Gita

KLASIFIKASI RINITIS ALERGI

Dahulu, menurut sifat berlangsungnya : Rinitis alergi musiman (seasonal, hay fever) Rinitis alergi sepanjang tahun (perenial)

Saat ini menurut WHO-ARIA Berdasarkan terdapatnya gejala :

Rinitis alergi intermiten Gejala terdapat < 4 hari/minggu atau < 4 minggu

Rinitis alergi persisten Gejala terdapat > 4 hari/minggu dan > 4 minggu

Page 23: CR THT Gita

KLASIFIKASI RINITIS ALERGI Berdasarkan tingkat ringan beratnya

penyakit: Ringan, berarti tidak terdapat salah

satu dari : gangguan tidur gangguan aktifitas sehari-hari/malas/olahraga gangguan pekerjaan atau sekolah Gejala dirasakan mengganggu

Sedang-berat, berarti didapatkan satu atau lebih hal-hal di atas

Page 24: CR THT Gita

DIAGNOSIS

Anamnesis Gejala rinitis alergi :

bersin-bersin (> 5 kali/serangan) rinore (ingus bening encer) hidung tersumbat (menetap/berganti-ganti) gatal di hidung, tenggorok, langit-langit atau telinga mata gatal, berair atau kemerahan hiposmia/anosmia sekret belakang hidung/post nasal drip atau batuk kronik adakah variasi diurnal frekuensi serangan, beratnya penyakit, lama sakit (intermiten atau

persisten), usia timbulnya gejala, pengaruh terhadap kualitas hidup : ggn. aktifitas dan tidur Gejala penyakit penyerta : sakit kepala, nyeri wajah,sesak napas,gejala

radang tenggorok, mendengkur, penurunan konsentrasi, kelelahan

Page 25: CR THT Gita

PEMERIKSAAN FISIKRinoskopi anterior

• Mukosa edema, basah, pucat-kebiruan disertai adanya sekret yang banyak, bening dan encer

• konka inferior hipertrofi

Nasoendoskopi kelainan yang tidak terlihat di rinoskopi anterior

Page 26: CR THT Gita

PEMERIKSAAN PENUNJANG In vivo :

Tes kulit : Tes cukit/tusuk (Prick test), Multi test Intradermal SET (skin end point titration)

In vitro : IgE total : untuk skrining, bkn alat diagnostik IgE spesifik

Sitologi hidung : eosinofil > 5 sel/LPB DPL : eosinofil me↑ Tes Provokasi : tdk sesuai klinis dan hsl tes cukit, tdk rutin,

penelitian Radiologis (Foto SPN, CT-Scan, MRI) :

Tidak untuk diagnosis rinitis alergi Indikasi : Untuk mencari komplikasi sinusitis/polip, tidak

ada respon terhadap terapi, direncanakan tindakan operatif

Page 27: CR THT Gita

TERAPI MEDIKAMENTOSA1. Antihistamin

Antihistamin generasi I Antihistamin generasi II Antihistamin topikal

2. Kombinasi Antihistamin-Dekongestan3. Ipratropium Bromida4. Kortikosteroid

Kortikosteroid oral Kortikosteroid topikal

5. Imunoterapi

Page 28: CR THT Gita

DISFUNGSI TUBA

Disfungsi tuba Eustachius adalah adanya gangguan pembukaan tuba sehingga fungsi tuba terganggu. Sering juga disebut oklusi tuba dimana udara tidak dapat masuk ke telinga tengah, sehingga tekanan udara diluar lebih besar dari pada tekanan di dalam telinga tengah

Page 29: CR THT Gita

PATOFISIOLOGI

Page 30: CR THT Gita

Gejala dan Tanda otalgia bisa ringan sampai berat, gangguan pendengaran, sensasi telinga terasa penuh, telinga berdengung hingga gangguan

keseimbangan.

Pemeriksaan penunjang Otoskopi Nasofaringoskopi Timpanometri

Page 31: CR THT Gita

PEMBAHASAN

Gejala utama rinitis alergi adalah bersin, ingus encer dan/atau hidung tersumbat.

Pada oklusi tuba didapatkan gejala otalgia bisa ringan sampai berat, gangguan pendengaran, sensasi telinga terasa penuh,telinga berdengung hingga gangguan keseimbangan.

Telinga kiri kurang mendengar, terasa seperti penuh pada telinga. Keluhan juga dirasakan pada telinga kanan pasien, namun tidak seberat telinga kiri. Pasien juga mengeluhkan adanya keluhan berdengung pada telinga kiri yang dirasakan hilang timbul.

Sejak 2 bulan sebelumnya pasien mengalami pilek yang terus-menerus, dan hidung tersumbat keluhan sering dirasakan saat pasien bekerja dan terkena debu sehari – hari.

Teori Kasus

Page 32: CR THT Gita

LANJUTAN....

Pada pemeriksaan di hidung sering tampak mukosa nasal pucat dan udematous, konka membengkak, ingus encer seperti air.

Pada telinga sering di jumpai retraksi pada membran timpani dan otitis media efusi sebagai akibat dari sumbatan pada tuba Eustachius (Dhingra, 2007).

Pada pemeriksaan rutin umum hidung didapatkan konka inferior dan media pasien mengalami pembesaran pada hidung kanan dan kiri.

Pada pemeriksaan fisik rutin umum pada telinga didapatkan membran timpani yang retraksi pada telinga kanan dan kiri

Teori Kasus

Page 33: CR THT Gita

Namun diagnosa pasti pasien tidak hanya ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik saja. Skin prick test adalah salah satu jenis tes kulit sebagai alat diagnosis yang banyak digunakan untuk membuktikan adanya IgE spesifik yang terikat pada sel mastosit kulit.

Adanya pajanan histamin intratimpanik mengakibatkan disfungsi tuba yang berakibat terjadinya suatu reaksi inflamasi yang mempengaruhi tidak hanya mukosa hidung, tapi hingga ke telinga tengah yang berakibat terjadinya perubahan pada telinga tengah, sehingga terjadi disfungsi tuba.

Perubahan tekanan pada telinga tengah ini menyebabkan retraksi membran timpani yang keluhan umumnya dirasakan subjek sebagai sensasi rasa tidak enak, rasa penuh, rasa tertutup atau kurang mendengar (Bousquet, et al., 2001).

Page 34: CR THT Gita

LANJUTAN...

TATA LAKSANA

Antihistamin Kombinasi

antihistamin dan dekongestan

Kortikostreoid Imunoterapi

Tata laksana yang diberikan pada pasien ini adalah pemberian obat semprot hidung atau dekongestan yang topikal.

Obat–obatan ini menyebabkan venokonstriksi dalam mukosa hidung melalui reseptor α1 sehingga mengurangi voleume mukosa dan dengan demikian, maka mengurangi penyumbatan hidung.

Selain itu pasien diedukasi menghindari kontak dengan alergen penyebabnya (avoidance) dan eliminasi.

Teori Kasus

Page 35: CR THT Gita

Terima Kasih