bab ii proposal ok
DESCRIPTION
2TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pencemaran udara
1. Pengertian Pencemaran Udara
Menurut Chambers (1976:14-14) dan Masters (1991:270) yang
dimaksud pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat
fisik atau kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai jumlah
tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh manusia (atau yang dapat dihitung
dan diukur) serta dapat memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi
dan material. Selain itu pencemaran udara dapat pula dikatakan sebagai
perubahan atmosfer oleh karena masuknya bahan kontaminan alami atau
buatan ke dalam atmosfer tersebut (Parker, 1980:82-83) (Mukono, 2008).
Sedangkan pengertian pencemaran udara menurut Wardhana
(2007:27) diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di
dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara
dari keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing didalam udara
dalam jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu yang cukup lama,
akan dapat mengganggu kehidupan manusia, hewan dan binatang.
2. Jenis Pencemaran Udara
Pencemar udara dapat berupa gas dan partikel, diantaranya adalah
sebagai berikut (Wardhana, 2007) :
a. Gas H2S
Gas ini bersifat racun, terdapat di kawasan gunung berapi, bisa juga
dihasilkan dari pembakaran minyak bumi dan batu bara.
b. Gas CO dan CO2
10
Karbon monoksida (CO) tidak berwarna dan tidak berbau, bersifat
racun, merupakan hasil pembakaran yang tidak sempurna dari bahan
buangan mobil dan mesin letup. Gas CO2 dalam udara murni berjumlah
0,03%. Bila melebihi toleransi dapat mengganggu pernapasan. Selain
itu, gas CO2 yang terlalu berlebihan di bumi dapat mengikat panas
matahari sehingga suhu bumi panas. Pemanasan global di bumi akibat
CO2 disebut juga sebagai efek rumah kaca.
c. Partikel SO2 dan NO2
Kedua partikel ini bersama dengan partikel cair membentuk embun,
membentuk awan dekat tanah yang dapat mengganggu pernapasan.
Partikel padat, misalnya bakteri, jamur, virus, bulu dan tepung sari juga
dapat mengganggu kesehatan.
d. Bara yang mengandung sulfur melalui pembakaran akan menghasilkan
sulfur dioksida. Sulfur dioksida bersama dengan udara serta oksigen
dan sinar matahari dapat menghasilkan asam sulfur. Asam ini
membentuk kabut dan suatu saat akan jatuh sebagai hujan yang disebut
hujan asam. Hujan asam dapat menyebabkan gangguan pada manusia,
hewan, maupun tumbuhan. Gangguan tersebut misalnya gangguan
pernapasan, perubahan morfologi pada daun, batang dan benih.
e. Sumber polusi udara lain dapat berasal dari radiasi bahan radioaktif,
misalnya nuklir. Setelah peledakan nuklir, materi radioaktif masuk ke
dalam atmosfer dan jatuh di bumi. materi radioaktif ini akan terakumulasi
di tanah, air, hewan, tumbuhan, dan juga pada manusia. Efek
pencemaran nuklir terhadap makhluk hidup, dalam taraf tertentu dapat
11
menyebabkan mutasi, berbagai penyakit akibat kelainan gen, dan
bahkan kematian.
3. Sumber Penyebab Pencemar Udara
Pembangunan yang berkembang pesat dewasa ini khususnya dalam
industri dan teknologi, serta meningkatnya jumlah kendaraan bermotor
yang menggunakan bahan bakar fosil (menyebabkan) udara yang kita
hirup disekitar kita menjadi tercemar oleh gas-gas buangan hasil
pembakaran (Wardhana, 2004).
Secara umum penyebab pencemaran udara ada 2 macam, yaitu :
a. Faktor internal (secara alamiah) :
1) Debu yang berterbangan akibat tiupan angin.
2) Abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi berikut gas-
gas vulkanik.
3) Proses pembusukan sampah organik.
b. Faktor eksternal (karena ulah manusia) :
1) Hasil pembakaran bahan bakar fosil.
2) Debu atau serbuk dari kegiatan industri.
3) Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara.
Pencemaran udara pada suatu tingkat tertentu dapat merupakan
campuran dari satu atau lebih bahan pencemar, baik berupa padatan,
cairan atau gas yang masuk terdispersi ke udara dan kemudian menyebar
ke lingkungan sekitarnya. Kecepatan penyebaran ini akan tergantung pada
keadaan geografi dan meteorologi setempat.
12
B. Jenis Polutan
1. Karbon Monoksida (CO)
Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil
dengan udara, berupa gas buang yang tidak berwarna dan tidak berbau
dengan jumlah sedikit di udara sekitar 0,1 ppm yang berasal di lapisan
atmosfer. Lingkungan yang telah tercemar oleh gas CO tidak dapat dilihat
oleh mata (Sunu, 2001).
Di daerah perkotaan yang lalu lintasnya padat, konsentrasi gas CO
dapat mencapai antara 10-15 ppm. Secara umum terbentuknya gas CO
adalah melalui proses berikut :
a. Pembakaran bahan bakar fosil dengan udara
b. Pada suhu tinggi terjadi reaksi antara karbon dioksida (CO2) dengan
karbon (C) yang menghasilkan gas CO.
c. Pada suhu tinggi CO2 dapat terurai kembali menjadi CO dan oksigen.
Pada pembakaran dengan harga ER > 1, bahan bakar yang digunakan
lebih banyak dari udara. Hal ini memungkinkan terjadinya gas CO.
Reaksinya adalah sebagai berikut (Wardhana, 2001) :
2 C + O2 2CO
Kalau jumlah udara (Oksigen) cukup atau stoikiometris akan terjadi
reaksi lanjutan, yaitu :
CO + 0,5 O2 CO2
Reaksi pembentukan CO lebih cepat dari pada reaksi pembentukan
CO2, sehingga pada hasil akhir pembakaran masih mungkin terdapat gas
CO. Apabila pencampuran bahan bakar dan udara tidak rata, maka masih
ada bahan bakar (karbon) yang tidak berhubungan dengan oksigen dan
13
keadaan ini menambah kemungkinan terbentuknya gas CO yang terjadi
pada suhu tinggi dengan mengikuti reaksi sebagai berikut :
CO2 + C 2CO
Selain dari pada itu, pada reaksi pembakaran yang menghasilkan
panas dengan suhu tinggi akan membantu terjadinya penguraian
(disosiasi) gas CO2 menjadi gas CO yang mengikuti reaksi berikut ini :
CO2 CO + O
Bertambahnya gas CO, pada umumnya terjadi karena proses
pembakaran yang tidak sempurna, terutama dari kendaraan atau mesin
bermotor.
2. Partikel
Partikel adalah pencemar udara yang dapat berada bersama-sama
dengan bahan atau bentuk pencemar lainya. Partikel dapat diartikan
secara murni atau sempit sebagai bahan pencemar udara yang berbentuk
padatan. Partikel alam pengertian yang lebih luas kaitanya dengan
masalah pencemaran lingkungan, pencemar partikel dapat meliputi
berbagai macam bentuk, mulai dari bentuk yang sederhana sampai dengan
bentuk yang rumit atau kompleks yang kesemuanya merupakan bentuk
pencemaran udara.
Partikel dalam atmosfer mempunyai karakteristik spesifik, dapat
berupa zat padatan maupun suspensi aerosol cair. Bahan partikel tersebut
dapat berasal dari kondensasi, proses dispersi misalnya proses
menyemprot (spraying) maupun proses erosi bahan tertentu (Mukono,
2003).
14
Asap (smoke) seringkali dipakai untuk menunjukan bahan partikulat
(particulate matter), uap (fumes), gas, dan kabut (mist). Adapun yang
dimaksud dengan :
a. Asap adalah partikel karbon yang sangat halus (sering disebut sebagai
jelaga) dan merupakan hasil dari pembakaran yang tidak sempurna.
b. Debu adalah partikel padat yang dapat dihasilkan oleh manusia atau
alam dan merupakan hasil dari proses pemecahan suatu bahan.
c. Uap adalah partikel padat yang merupakan hasil dari proses sublimasi,
distilasi atau reaksi kimia.
d. Kabut adalah partikel cair reaksi kimia dan kondensasi uap air.
(Connolly,1974:74;Masters,1991:1992-293).
Ukuran partikel dapat bermacam-macam mulai 0,1 sampai 10 mikron.
Partikel-partikel ini berasal dari proses alam dan dari limbah yang
jumlahnya makin meningkat dengan peningkatan jumlah penduduk.
Partikel ini dapat berupa karbon, jelaga, abu terbang, lemak, minyak dan
pecahan logam. Umumya diperoleh karena erosi, penyemprotan, dan
penumbukan. Setiap hari sebuah kota akan dijatuhi ribuan ton partikel.
Partikel hasil pembakaran termasuk kecil ukuranya antara 0,1 sampai
1mikron (Satrawijaya, 2000).
C. Dampak Polutan
1. Dampak Karbon Monoksida (CO)
Beberapa penelitian membuktikan bahwa dengan terjadinya
pemaparan CO selama 1 sampai 3 minggu pada konsentrasi 100 ppm
tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap tumbuhan tingkat tinggi.
Akan tetapi fiksasi nitrogen oleh bakteri dari bakteri bebas akan terhambat
15
dengan pemaparan CO selama 35 jam pada konsentrasi 2000 ppm.
Demikian pula halnya dengan kemampuan fiksasi nitrogen oleh bakteri
yang terdapat pada akar tanaman juga terhambat oleh pemaparan CO
sebesar 100 ppm selama 1 bulan. Penyebabnya karena konsentrasi CO di
udara jarang mencapai 100 ppm meski dalam waktu sebentar, maka
pengaruh CO terhadap tanaman biasanya tidak terlihat secara nyata
(Fardiaz, 1995).
Pengaruh beracun CO terhadap manusia disebabkan karena reaksi
antara molekul-molekul CO dengan hemoglobin dalam darah. Hb dalam
darah secara normal berfungsi sebagai pembawa oksihemoglobin dari
paru-paru ke seluruh tubuh, dan membawa CO2 dalam bentuk CO2Hb dari
sel-sel tubuh ke paru-paru. Dengan adanya CO, maka terbentuknya
karboksihemoglobin (COHb). Jika reaksi tersebut terjadi, maka
kemampuan darah untuk mentraspor oksigen menjadi berkurang, karena
afinitas CO terhadap Hb lebih tinggi daripada afinitas oksigen terhadap Hb,
akibatnya jika CO dan oksigen terdapat bersama-sama dalam darah maka
akan terbentuk COHb dalam jumlah jauh lebih banyak dari O2Hb (Sunu,
2001).
2. Dampak Partikel
Pengaruh partikel sudah banyak diketahui. Partikel itu akan jatuh dan
menempel di lingkungan kita. Pernapasan kita akan terganggu karena
partikel itu. Partikel dapat menembus ke dalam paru-paru kita. Jaringan
orang kota biasanya tampak lebih hitam pada paru-parunya karena polusi
partikel ini. Mungkin jelaga yang terhisap tidak menyebabkan sakit, tetapi
16
bahan kimia yang terhisap oleh jelaga ini dapat berbahaya (Sastrawijaya,
2000).
Bahan partikel yang halus dapat mempengaruhi saluran pernapasan
dari hidung sampai alveoli. Partikel yang besar dapat dikeluarkan melalui
impaksi dari hidung dan tenggorokan. Partikel yang berukuran sedang
agak sukar dikeluarkan, sehingga dapat menyebabkan terjadinya
sedimentasi. Partikel yang berukuran paling kecil (diameter 0,1 mikron)
dapat mencapai alveoli dan akan menyebabkan terjadinya difusi ke dinding
alveoli (Goldsmith dan Friberg, 1997:463-468; Masters, 1991 : 292-293)
(Mukono, 2003).
D. Pengendalian Polutan Kendaraan
Pengendalian pencemaran udara meliputi pencegahan dan
penanggulangan pencemaran, serta pemulihan mutu udara dengan
melakukan inventarisasi mutu udara ambien, pencegahan sumber pencemar,
baik dari sumber bergerak maupun sumber tidak bergerak termasuk sumber
gangguan serta penanggulangan keadaan darurat (PP No.41/1999
Pengendalian Pencemaran Udara) (Anonim, 2012).
Beberapa cara penanggulangan polutan adalah (Reza, 2008) :
1. Penanggulangan Secara Non-teknis
Dalam usaha mengurangi dan menanggulangi pencemaran istilah
penanggulangan secara non-teknis, adalah suatu usaha untuk mengurangi
dan menanggulangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan
peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan
mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pencemaran lingkungan.
17
Peraturan perundangan yang dimaksudkan hendaknya dapat
memberikan gambaran secara jelas tentang kegiatan industri dan teknologi
yang akan dilaksanakan disuatu tempat yang antara lain meliputi :
a. Penyajian Informasi Lingkungan (PIL)
b. Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
c. Perencanaan Kawasan Kegiatan Industri dan Teknologi
d. Pengaturan dan Pengawasan Kegiatan
e. Menanamkan Perilaku Disiplin
2. Penanggulangan Secara Teknis
Apabila berdasarkan kajian Analisa Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) ternyata bisa diduga bahwa mungkin akan timbul pencemaran
lingkungan, maka langkah berikutnya adalah memikirkan penanggulangan
secara teknis. Banyak macam dan cara yang dapat ditempuh dalam
penanggulangan secara teknis. Adapun kriteria yang digunakan dalam
penanggulangan secara teknis tergantung pada faktor berikut (Setyawati,
2011):
a. Mengutamakan keselamatan lingkungan
b. Teknologinya telah dikuasai dengan baik
c. Secara teknis dan ekonomis dapat dipertanggung-jawabkan
Berdasarkan kriteria tersebut diatas diperoleh beberapa cara dalam hal
penanggulangan secara teknis, antara lain adalah sebagai berikut :
a. Mengubah proses
b. Menggantikan sumber energi
c. Mengelola limbah
d. Menambah alat bantu
18
Keempat macam penanggulangan secara teknis tersebut dapat berdiri
sendiri-sendiri, atau bila dipandang perlu dapat pula dilakukan secara
bersam-sama, tergantung kepada kajian dan kenyataan yang sebenarnya.
Beberapa strategi menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1407/Menkes/SK/XI/2002 Tentang Pedoman
Pengendalian Dampak Pencemaran Udara, pengendalian pencemaran
udara dapat dilakukan dalam empat simpul :
a. Simpul I
Pengamatan yang dilakukan pada titik sumbernya. Pada pengamatan ini
dapat diketahui konsentrasi berbagai pencemar dan potensi bahaya
yang ditimbulkan.
Keterangan :
Titik dimana polutan pertama kali keluar dari sumbernya.
b. Simpul II
Pengamatan atas kadar bahan pencemar setelah berada di udara
ambien. Kegiatan ini memiliki kesehatan lingkungan yang lebih
mendekati potensi bahaya dari sebelumnya.
Keterangan :
1) Lingkungan ambien dimana manusia berada.
2) Keberadaan polutan sudah mulai menjadi ancaman terhadap
manusia.
c. Simpul III
Pengamatan simpul III adalah pengamatan atau pengukuran indikator
biologis, yaitu proses interaksi antara bahan pencemar dengan jaringan
tubuh.
19
d. Simpul IV
Pengamatan pada simpul IV adalah pengamatan terhadap angka
kesakitan dari penyakit-penyakit yang diperkirakan berkaitan dengan
bahan pencemar udara.
Keterangan :
Individu yang telah terkena polutan dan menunjukan gejala penyakit.
Dalam penelitian ini termasuk pengendalian pada simpul I yaitu
pengendalian pada sumbernya. Peneliti akan melakukan penanggulangan
secara teknis yaitu menambah alat bantu dalam pengendalian polutan ini.
Peneliti akan menggunakan glass wool sebagai adsorben polutan CO dan
partikel.
Alat bantu yang digunakan dalam penelitian adalah cerobong asap.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan cerobong
adalah pipa untuk menyalurkan asap keluar pada lokomotif, pabrik dan
sebagainya, sedangkan asap adalah uap yang dapat terlihat yang
dihasilkan dari pembakaran. Jadi cerobong asap adalah pipa yang
digunakan untuk menyalurkan uap hasil dari pembakaran. Cerobong asap
biasanya dibangun vertikal atau sedekat mungkin ke arah vertikal (Alfatah,
2011).
Cerobong asap punya fungsi utama menyalurkan asap dari dalam
ruangan menuju luar ruangan. Asap disalurkan atau dibuang keluar supaya
tidak terhirup oleh manusia. Kalau sampai terhirup, asap hitam legam yang
mengandung belerang dioksida bisa membuat napas sesak. Untuk
menghindari hal-hal seperti itulah cerobong asap biasanya diletakkan di
tempat setinggi mungkin (Oxlay, 2012).
20
Adsorben berupa glass wool ini diletakan didalam cerobong asap yang
telah didesain sedemikian rupa, sehingga mampu untuk menyerap emisi
gas CO dan partikel dari kendaraan bermotor.
E. Glass wool
Glass wool merupakan bahan isolasi yang terbuat dari fiberglass,
disusun menjadi sebuah tekstur yang mirip dengan wool (Anonim, 2011).
Glass wool diproduksi dalam gulungan atau dalam lempengan dengan sifat
mekanik dan termal yang berbeda-beda.
Glass wool merupakan kumpulan serat kaca yang berbentuk seperti
spons. Glass wool terbuat dari peleburan suatu campuran pasir alami dan
daur ulang gelas atau kaca pada suhu 1450oC. Campuran tersebut kemudian
dibuat menjadi serabut. Serabut tersebut kemudian dipanaskan pada suhu
200oC supaya memiliki kekuatan dan stabilitas yang tinggi. Serabut tersebut
kemudian dibentuk seperti susunan jala sehingga menjadi spons. Serat kaca
memiliki titik lebur 600oC-650oC dan sebagai bahan isolasi terbaik terhadap
suara, keadaan dingin dan panas. Selain itu serat kaca juga digunakan untuk
menyaring udara (Wikipedia, 2011).
Glass wool mempunyai sifat fisik antara lain konduktifitas thermal 0,037
W/mK, Densitas 16 - 24 kg/m3, sifat pori yaitu berpori dan sifat kimia yaitu
mempunyai sifat menyerap air (Hidrofilik) (Sudiwan, 2008). Bentuk glass wool
merupakan serat kaca yang disusun seperti jala. Glass wool ini akan menjadi
adsorben.
Adsorben ialah zat yang melakukan penyerapan terhadap zat lain (baik
cairan maupun gas) pada proses adsorpsi. Penyerapan bersifat selektif, yang
diserap hanya zat terlarut atau pelarut sangat mirip dengan penyerapan gas
21
oleh zat padat. Ketika pelarut yang mengandung zat terlarut tersebut kontak
dengan adsorben, terjadi perpindahan massa zat terlarut dari pelarut ke
permukaan adsorben, sehingga konsentrasi zat terlarut di dalam cairan dan di
dalam padatan akan berubah terhadap waktu dan posisinya dalam kolom
adsorpsi (Wibawa, 2008). Sehingga gas seperti CO dan partikel yang
melewati glass wool akan tertangkap dan kemudian teradsorbsi.
F. Bengkel
Menurut KEPMENKES Perindustrian dan Perdagangan RI No.
191/MP/Kep/6/2001, yang dimaksud dengan bengkel umum kendaraan
bermotor adalah tempat untuk membetulkan, memperbaiki, dan merawat
kendaraan bermotor agar tetap memenuhi persyaratan teknis dan laik. Agar
kendaraan bermotor tetap memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan, dapat
diselenggarakan bengkel umum kendaraan bermotor (Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan
Jalan).
Klasifikasi bengkel terdiri atas :
1. Bengkel Tipe A merupakan bengkel yang mampu melakukan jenis
pekerjaan perawatan berkala, perbaikan kecil, perbaikan besar, perbaikan
chasis dan body.
2. Bengkel Tipe B merupakan bengkel yang mampu melakukan jenis
pekerjaan perawatan berkala, perbaikan kecil dan perbaikan besar, atau
jenis pekerjaan perawatan berkala, perbaikan kecil serta perbaikan chasis
dan body.
3. Bengkel Tipe C merupakan bengkel yang mampu melakukan jenis
pekerjaan perawatan berkala, perbaikan kecil.
22
Bengkel kendaraan bermotor dalam melakukan kegiatanya setidaknya
harus memiliki fasilitas yang terdiri atas fasilitas umum, fasilitas penyimpanan,
fasilitas keselamatan dan fasilitas penampungan limbah (Utomo, 2010).
Kegiatan yang ada dibengkel antara lain adalah melakukan reparasi pada
kendaraan, mendiagnosa kerusakan yang terjadi pada kendaraan dan
melakukan perawatan terhadap kendaraan (Daryanto, 2004).
Untuk menunjang keperluan tersebut harus ada standart pada suatu
bengkel. Syarat tersebut antara lain luas lantai kurang lebih 72 m2, lantai
bengkel terbuat dari bahan beton dan teras 5 cm lebih rendah dari permukaan
lantai bengkel, penerangan alami tidak boleh masuk secara langsung,
penerangan buatan 1000 lux sampai dengan 1500 lux (Permana, 1992).
G. Kerangka Konsep
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
H. Hipotesis
1. Ada pengaruh penggunaan model cerobong asap yang diberi adsorben
glass wool terhadap penurunan emisi CO pada cerobong asap.
2. Ada pengaruh penggunaan model cerobong asap yang diberi adsorben
glass wool terhadap penurunan partikel pada cerobong asap.
Prosespembakaran padamesin kendaraan
bermotor
Emisi CO danpartikel tinggi
Model cerobongasap denganpenambahan
glass wool
Kadar emisi COdan partikel turun