proposal job pertamina-talisman (ok) ltd

Upload: yogatama-angga

Post on 11-Jul-2015

502 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

PROPOSAL PERMOHONAN TUGAS AKHIR DIAJUKAN KE JOB Pertamina-Talisman (OK) Ltd.

EVALUASI FORMASI LAPISAN X BERDASARKAN ANALISIS DATA LOG Y, LAPANGAN Z, CEKUNGAN SUMATERA SELATAN

ANGGA WIDYA YOGATAMA 111.070.018

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA 2011

DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................... i Halaman Pengesahan................................................................................................. ii Daftar Isi.................................................................................................................... iii Daftar Gambar........................................................................................................... iv Daftar Tabel............................................................................................................... v

Bab I

Pendahuluan

I. 1. Latar Belakang........................................................................................... 1 I. 2. Maksud dan Tujuan.................................................................................... 2 I. 3. Hasil Yang Diharapkan.............................................................................. 2

Bab II

Dasar Teori................................................................................................. 3

Bab III Permasalahan dan Rencana Kerja III. 1. Judul Masalah.......................................................................................... 23 III. 2. Waktu Penelitian...................................................................................... 23 III. 3. Alat dan Fasilitas..................................................................................... 24 III. 4. Pembimbing............................................................................................ 24

Bab IV Penutup...................................................................................................... 28

Daftar Pustaka........................................................................................................... vi Lampiran................................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar 3.1

Stratigrafi Regional Cekungan Sumatera Selatan.............................. 13 Diagram Alir Penelitian..................................................................... 26

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Usulan Rencana Kerja................................................................................. 25

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Keberadaan minyak bumi yang semakin menipis seiring dengan perkembangan industri yang semakin cepat menyebabkan peran eksplorasi dan eksploitasi semakin ditingkatkan. Usaha peningkatan perolehan hidrokarbon terus dilakukan dengan berbagai cara, oleh karena itu peranan ilmu geologi di industri minyak dan gas bumi khususnya dalam proses eksplorasi memegang peranan yang cukup penting dimana diperlukan ketelitian, kecermatan dan ketepatan sehingga dapat menghindari kerugian bagi perusahaan. Dalam kegiatan eksplorasi terdapat dua kegiatan yaitu penyelidikan geologi permukaan (surface investigation) dan penyelidikan geologi bawah permukaan (subsurface

investigation). Kemajuan teknologi telah menghasilkan data data bawah permukaan yang dapat menampilkan dengan akurasi tinggi gambaran bawah permukaan, baik berupa data seismik, data logging ataupun data inti batuan (core). Dalam kaitannya dengan usaha untuk terus menjalin hubungan link and match anatara dunia kerja (industri) dan dunia pendidikan dalam menyiapkan tenaga kerja yang berkualitas, maka sesuai dengan kurikulum yang ada di Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN Veteran Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007, setiap mahasiswa dalam mencapai gelar kesarjanaan program pendidikan strata 1 (S1) harus melaksanakan Tugas Akhir (TA) yang topiknya sesuai dengan teori yang didapat dalam bangku kuliah serta aplikasinya di lapangan kerja.

1.2.

Maksud dan Tujuan Kegiatan ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mengoptimalkan

pengetahuan dan kemampuan mahasiswa dalam bidang geologi. Maksud dari tugas akhir ini adalah untuk memenuhi persyaratan dalam rangka melaksanakan kurikulum

Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta. Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk menerapkan teori-teori yang didapat di bangku kuliah tentang data-data log mekanik baik pengolahan maupun interpretasi yang dipakai pada eksplorasi minyak dan gas bumi dan aplikasinya terutama dalam evaluasi formasi di dalam tugas akhir.

1.3. Hasil Yang Diharapkan Hasil yang diharapkan dari tugas akhir ini adalah agar mahasiswa dapat menginterpretasikan dan mengidentifikasi batuan reservoar berdasarkan data bawah permukaan sehingga dapat memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi civitas akademik serta perusahaan yang menjembatani tugas akhir ini pada khususnya.

Topik dari kerja praktek ini adalah Evaluasi Formasi Lapisan X Berdasarkan Analisa Data Log Y, Lapangan Z Cekungan Sumatera Selatan. Adapun topik alternatif yang diajukan, antara lain : 1. Wellsite Geologist 2. Pemetaan Bawah Permukaan 3. Topik lain menyesuaikan situasi dan kondisi perusahaan

BAB II DASAR TEORI

2.1.

Geologi Regional

Secara fisiografis Cekungan Sumatra Selatan merupakan cekungan Tersier berarah barat laut tenggara, yang dibatasi Sesar Semangko dan Bukit Barisan di sebelah barat daya, Paparan Sunda di sebelah timur laut, Tinggian Lampung di sebelah tenggara yang memisahkan cekungan tersebut dengan Cekungan Sunda, serta Pegunungan Dua Belas dan Pegunungan Tiga Puluh di sebelah barat laut yang memisahkan Cekungan Sumatra Selatan dengan Cekungan Sumatera Tengah.

Struktur Geologi

Tektonik Regional Blake (1989) menyebutkan bahwa daerah Cekungan Sumatera Selatan merupakan cekungan busur belakang berumur Tersier yang terbentuk sebagai akibat adanya interaksi antara Paparan Sunda (sebagai bagian dari lempeng kontinen Asia) dan lempeng Samudera India. Daerah cekungan ini meliputi daerah seluas 330 x 510 km2, dimana sebelah barat daya dibatasi oleh singkapan Pra-Tersier Bukit Barisan, di sebelah timur oleh Paparan Sunda (Sunda Shield), sebelah barat dibatasi oleh Pegunungan Tigapuluh dan ke arah tenggara dibatasi oleh Tinggian Lampung. Menurut Salim et al. (1995), Cekungan Sumatera Selatan terbentuk selama Awal Tersier (Eosen Oligosen) ketika rangkaian (seri) graben berkembang sebagai reaksi sistem penunjaman menyudut antara lempeng Samudra India di bawah lempeng Benua Asia. Menurut De Coster, 1974 (dalam Salim, 1995), diperkirakan telah terjadi 3 episode orogenesa yang membentuk kerangka struktur daerah Cekungan Sumatera Selatan yaitu orogenesa Mesozoik Tengah, tektonik Kapur Akhir Tersier Awal dan Orogenesa Plio Plistosen.

Episode

pertama,

endapan

endapan

Paleozoik

dan

Mesozoik

termetamorfosa, terlipat dan terpatahkan menjadi bongkah struktur dan diintrusi oleh batolit granit serta telah membentuk pola dasar struktur cekungan. Menurut Pulunggono, 1992 (dalam Wisnu dan Nazirman ,1997), fase ini membentuk sesar berarah barat laut tenggara yang berupa sesar sesar geser. Episode kedua pada Kapur Akhir berupa fase ekstensi menghasilkan gerak gerak tensional yang membentuk graben dan horst dengan arah umum utara selatan. Dikombinasikan dengan hasil orogenesa Mesozoik dan hasil pelapukan batuan batuan Pra Tersier, gerak gerak tensional ini membentuk struktur tua yang mengontrol pembentukan Formasi Pra Talang Akar. Episode ketiga berupa fase kompresi pada Plio Plistosen yang menyebabkan pola pengendapan berubah menjadi regresi dan berperan dalam pembentukan struktur perlipatan dan sesar sehingga membentuk konfigurasi geologi sekarang. Pada periode tektonik ini juga terjadi pengangkatan Pegunungan Bukit Barisan yang menghasilkan sesar mendatar Semangko yang berkembang sepanjang Pegunungan Bukit Barisan. Pergerakan horisontal yang terjadi mulai Plistosen Awal sampai sekarang mempengaruhi kondisi Cekungan Sumatera Selatan dan Tengah sehingga sesar sesar yang baru terbentuk di daerah ini mempunyai perkembangan hampir sejajar dengan sesar Semangko. Akibat pergerakan horisontal ini, orogenesa yang terjadi pada Plio Plistosen menghasilkan lipatan yang berarah barat laut tenggara tetapi sesar yang terbentuk berarah timur laut barat daya dan barat laut tenggara. Jenis sesar yang terdapat pada cekungan ini adalah sesar naik, sesar mendatar dan sesar normal. Kenampakan struktur yang dominan adalah struktur yang berarah barat laut tenggara sebagai hasil orogenesa Plio Plistosen. Dengan demikian pola struktur yang terjadi dapat dibedakan atas pola tua yang berarah utara selatan dan barat laut tenggara serta pola muda yang berarah barat laut tenggara yang sejajar dengan Pulau Sumatera .

Stratigrafi Sub Cekungan Jambi merupakan bagian Cekungan Sumatra Selatan yang merupakan cekungan belakang busur (back arc basin) berumur Tersier yang terbentuk sebagai akibat tumbukan antara Sundaland dan Lempeng Hindia. Secara Geografis Sub Cekungan Jambi dibatasi oleh Pegunungan Tigapuluh di sebelah utara, Tinggian Lampung di bagian selatan, Paparan Sunda di sebelah timur, dan Bukit Barisan di sebelah barat. Tatanan stratigrafi Sub Cekungan Jambi pada dasarnya terdiri dari satu siklus besar sedimentasi dimulai dari fase transgresi pada awal siklus dan fase regresi pada akhir silkusnya. Secara detail siklus ini dimulai oleh siklus non marin yaitu dengan diendapkannya Formasi Lahat pada Oligosen Awal dan kemudian diikuti oleh Formasi Talang Akar yang diendapkan secara tidak selaras di atasnya. Menurut Adiwidjaja dan De Coster (1973), Formasi Talang Akar merupakan suatu endapan kipas alluvial dan endapan sungai teranyam (braided stream deposit) yang mengisi suatu cekungan. Fase transgresi terus berlangsung hingga Miosen Awal dimana pada kala ini berkembang Batuan karbonat yang diendapkan pada lingkungan back reef, fore reef, dan intertidal (Formasi Batu Raja) pada bagian atas Formasi Talang Akar. Fase Transgresi maksimum ditunjukkan dengan diendapkannya Formasi Gumai bagian bawah secara selaras di atas Formasi Baturaja yang terdiri dari Batu serpih laut dalam. Fase regresi dimulai dengan diendapkannya Formasi Gumai bagian atas dan diikuti oleh pengendapkan Formasi Air Benakat yang didominasi oleh litologi Batu pasir pada lingkungan pantai dan delta. Formasi Air Benakat diendapkan secara selaras di atas Formasi Gumai. Pada Pliosen Awal, laut menjadi semakin dangkal dimana lingkungan pengendapan berubah menjadi laut dangkal, paludal, dataran delta dan non marin yang dicirikan oleh perselingan antara batupasir dan batulempung dengan sisipan berupa batubara (Formasi Muara Enim). Tipe pengendapan ini berlangsung hingga Pliosen Akhir dimana diendapkannya lapisan batupasir tufaan, pumice dan konglemerat.

Batuan Dasar, Batuan Pra-Tersier atau basement terdiri dari kompleks batuan Paleozoikum dan batuan Mesozoikum, batuan metamorf, batuan beku dan batuan karbonat. Batuan Paleozoikum akhir dan batuan Mesozoikum tersingkap dengan baik

di Bukit Barisan, Pegunungan Tigapuluh dan Pegunungan Duabelas berupa batuan karbonat berumur permian, Granit dan Filit. Batuan dasar yang tersingkap di Pegunungan Tigapuluh terdiri dari filit yang terlipat kuat berwarna kecoklatan berumur Permian (Simanjuntak, dkk., 1991). Lebih ke arah Utara tersingkap Granit yang telah mengalami pelapukan kuat. Warna pelapukan adalah merah dengan butirbutir kuarsa terlepas akibat pelapukan tersebut. Kontak antara Granit dan filit tidak teramati karena selain kontak tersebut tertutupi pelapukan yang kuat, daerah ini juga tertutup hutan yang lebat.Menurut Simanjuntak, et.al (1991) umur Granit adalah Jura. Hal ini berarti Granit mengintrusi batuan filit.

Formasi Lahat, Formasi Lahat diendapkan secara tidak selaras di atas batuan dasar, merupakan lapisan dengan tebal 200 m - 3350 m yang terdiri dari konglemerat, tufa, breksi vulkanik andesitik, endapan lahar, aliran lava dan batupasir kuarsa. Secara lebih rinci berikut adalah data mengenai petroleum system dari formasi lahat.

Formasi Talang akar, Formasi Talang Akar pada Sub Cekungan Jambi terdiri dari batulanau, batupasir dan sisipan batubara yang diendapkan pada lingkungan laut dangkal hingga transisi. Menurut Pulunggono, 1976, Formasi Talang Akar berumur Oligosen Akhir hingga Miosen Awal dan diendapkan secara selaras di atas Formasi Lahat. Bagian bawah formasi ini terdiri dari batupasir kasar, serpih dan sisipan batubara. Sedangkan di bagian atasnya berupa perselingan antara batupasir dan

serpih. Ketebalan Formasi Talang Akar berkisar antara 400 m 850m.Secara lebih rinci berikut adalah data mengenai petroleum system dari formasi Talang Akar.

Formasi Baturaja, Formasi ini diendapkan secara selaras di atas Fm. Talang Akar dengan ketebalan antara 200 sampai 250 m. Litologi terdiri dari batugamping, batugamping terumbu, batugamping pasiran, batugamping serpihan, serpih gampingan dan napal kaya foraminifera, moluska dan koral. Formasi ini diendapkan pada lingkungan litoral-neritik dan berumur Miosen Awal. Secara lebih rinci berikut adalah data mengenai petroleum system dari formasi Batu Raja.

Formasi Gumai, Formasi Gumai diendapkan secara selaras di atas Formasi Baturaja dimana formasi ini menandai terjadinya transgresi maksimum di Cekungan Sumatera

Selatan. Bagian bawah formasi ini terdiri dari serpih gampingan dengan sisipan batugamping, napal dan batulanau. Sedangkan di bagian atasnya berupa perselingan antara batupasir dan serpih.Ketebalan formasi ini secara umum bervariasi antara 150 m - 2200 m dan diendapkan pada lingkungan laut dalam. Formasi Gumai berumur Miosen Awal-Miosen Tengah. Secara lebih rinci berikut adalah data mengenai petroleum system dari formasi Gumai.

Formasi Air Benakat, Formasi Air Benakat diendapkan secara selaras di atas Formasi Gumai dan merupakan awal terjadinya fase regresi. Formasi ini terdiri dari batulempung putih kelabu dengan sisipan batupasir halus, batupasir abu-abu hitam kebiruan, glaukonitan setempat mengan dung lignit dan di bagian atas mengandung tufaan sedangkan bagian tengah kaya akan fosil foraminifera. Ketebalan Formasi Air Benakat bervariasi antara 100-1300 m dan berumur Miosen Tengah-Miosen Akhir. Formasi ini diendapkan pada lingkungan laut dangkal. Secara lebih rinci berikut adalah data mengenai petroleum system dari Air Benakat.

Formasi Muara Enim, Formasi Muara Enim mewakili tahap akhir dari fase regresi tersier. Formasi ini diendapkan secara selaras di atas Formasi Air Benakat pada lingkungan laut dangkal, paludal, dataran delta dan non marin. Ketebalan formasi ini 500 1000m, terdiri dari batupasir, batulempung , batulanau dan batubara. Batupasir pada formasi ini dapat mengandung glaukonit dan debris volkanik. Pada formasi ini terdapat oksida besi berupa konkresi-konkresi dan silisified wood.Sedangkan batubara yang terdapat pada formasi ini umumnya berupa lignit. Formasi Muara Enim berumur Miaosen Akhir Pliosen Awal. Secara lebih rinci berikut adalah data mengenai petroleum system dari Air Benakat.

Formasi Kasai, Formasi Kasai diendapkan secara selaras di atas Formasi Muara Enim dengan ketebalan 850 1200 m. Formasi ini terdiri dari batupasir tufan dan tefra riolitik di bagian bawah. Bagian atas terdiri dari tuf pumice kaya kuarsa, batupasir, konglomerat, tuf pasiran dengan lensa rudit mengandung pumice dan tuf berwarna abu-abu kekuningan, banyak dijumpai sisa tumbuhan dan lapisan tipis lignit serta kayu yang terkersikkan. Fasies pengendapannya adalah fluvial danalluvial fan. Formasi Kasai berumur Pliosen Akhir-Plistosen Awal.

Sedimen Kuarter, Satuan ini merupakan Litologi termuda yang tidak terpengaruh oleh orogenesa Plio-Plistosen. Golongan ini diendapkan secara tidak selaras di atas formasi yang lebih tua yang teridi dari batupasir, fragmen-fragmen konglemerat berukuran kerikil hingga bongkah, hadir batuan volkanik andesitik-basaltik berwarna gelap. Satuan ini berumur resen.

Gambar 2.1 Stratigrafi Regional Cekungan Sumatera Selatan

2.2.

Pengertian dan Identifikasi Reservoar Evaluasi formasi dalam hal ini adalah evaluasi terhadap formasi yang

mengandung hidrokarbon pada suatu sumur. Evaluasi formasi adalah suatu proses analisis ciri-ciri dan sifat-sifat batuan dibawah permukaan tanah dengan menggunakan hasil pengukuran lubang sumur, dengan tujuan utamanya adalah : mengidentifikasi reservoir, perkiraan cadangan hidrokarbon ditempat dan perkiraan perolehan hidrokarbon.. Pengukuran dalam lubang sumur ini salah satunya adalah log sumur dengan kabel secara mekanik (wireline log).

Log sendiri merupakan suatu grafik kedalaman (bisa juga waktu), dari suatu perangkat kurva yang mewakili parameter-parameter yang diukur secara menerus dalam suatu sumur ( Schlumberger, 1986). Adapun parameter yang diukur adalah sifat kelistrikan, tahanan jenis batuan, daya hantar listrik, sifat keradioaktifan, dan sifat meneruskan gelombang suara. Metode perekamannya adalah dengan cara menurunkan suatu alat atau sonde kedasar lubang pemboran. Kemudian alat tersebut ditarik dengan kecepatan tetap dan untuk mendapatkan data yang akurat seringkali dilakukan beberapa kali perekaman dengan kombinasi alat yang berbeda.

Suatu formasi dievaluasi dengan 2 macam evaluasi, yaitu : 1. Evaluasi Kualitatif Pada evaluasi kualitatif ini parameter-parameter yang dievaluasi antara lain : - zona batuan reservoir - jenis litologi - jenis cairan pengisi formasi - mobilitas hidrokarbon 2. Evaluasi Kuantitatif Pada melakukan evaluasi kuantitatif parameter-parameter yang harus diidentifikasi adalah : litologi porositas tahanan jenis air formasi (Rw) tahanan jenis cairan Lumpur (Rmf) tahanan jenis formasi (Rt) tahanan jenis zona terusir (Rxo) kejenuhan air pada zona terusir (Sxo) kejenuhan air formasi (Sw)

Bagian-bagian Log : a. Kepala Log (Heading) Sebuah Log umumnya memiliki judul/kepala pada bagian atas yang mencantumkan semua informasi yang berhubungan dengan sumur, misalnya jenis instrumen yang dugunakan, kalibrasi instrumentasi, komentar-komentar mengenai pengukuran , skala kurva dan informasi lainnya b. Kolom Log (Track) Umumnya terdiri dari 3 macam kolom kurva, yang dikenal sebagai kolom1,2 dan 3, dihitung dari kiri kekanan. Kolom kedalaman memisahkan kolom1 dan 2 dan tiap kolom kurva boleh memuat lebih dari satu kurva. Biasanya dicetak pada kertas dengan ukuran 11 terdiri dari satu kolom kedalaman dan beberapa kolom kurva , dimana angka kedalaman membagi sumbu panjang log dengan pembagian skala tertentu. Kadang-kadang bisa terdiri atas 4 kolom kurva dan 1 kolom kedalaman atau lebih banyak lagi tergantung kebutuhan . c. Skala Log Skala log ditampilkan pada kepala log dalam skala linier maupun logaritmik. d. Skala Kedalaman Terdiri dari dua skala kedalaman (standar) yang satu digunakan untuk korelasi sedangkan yang lain digunakan untuk keperluan interpretasi yang rinci . Satuan kedalam bisa dalam kaki (Feet) atau meter tergantung satuan yang digunakan dalam perusahaan minyak. Pada skala korelasi, garis-garis kedalaman akan terjadi setiap 3 meter atau 10 kaki, sedangkan skala rinci terjadi setiap 1 meter atau 3 kaki. e. Kecepatan Logging Kecepatan loging terekam pada sisi kiri dan kanan dari log lapangan , berupa garis patah-patah. garis ini akan terbentuk setiap satu menit dan panjang garis tersebut dalam meter atau kak (feet) sehingga jika dikalikan 60 menit akan didapatkan kecepatan loggin dalam meter per jam atau feet per jam. Khususnya pada log nuklir, kecepatan loging sangat berpengaruh terhadap keakuratan data statistik yang diambil (LQC). Jika kecepatan loging tinggi maka data yang diambil mempunyai angka statistik yang rendah sehingga resolusi kurva menjadi rendah sebaliknya jika kecepatan loging rendah, walaupun banyak data yang terekam tapi secara keseluruhan mungkin tidak diparlukan sehingga tidak efisien .

f. Corak Kurva Setiap kurva ditunjukkan dengan corak yang unik, ada yang berbentuk garis patah panjang , garis pendek patah, garis lurus, garis titik dan titik-titik. Ada juga yang menggunakan warna untuk masing masing kurva yang tujuannya untuk memudahkan dalam pembacaan kurva tersebut.

Jenis-jenis log yang sering digunakan untuk evaluasi formasi antara lain : l. Log Spontaneous Pontensial (SP) Digunakan untuk : menentukan jenis litologi menentukan kandungan lempung

Vlp = 1 (sp/ssp) Dimana : Sp Ssp Vlp = Volume lempung

= Harga kurva sp dari formasi (dibaca dari log) = Static spontaneous potensial

menentukan harga tahanan jenis air formasi (Rw) 2. Log Gamma Ray Digunakan untuk : menentukan jenis litologi menentukan volume lempung Vlp = Dimana : GRlog - GRmin GRmax - GRmin Vlp = Volume lempung GRlog = Harga kurva GR formasi GRmin = Harga log GR minimum GRmax = Harga log GR maksimum 3. Log Resistivitas Tipe-tipe log resistivitas yang digunakan untuk mengukur resistivitas formasi yaitu : log induksi log elektroda

Digunakan untuk : mendeterminasi kandungan fluida dalam batuan reservoar mengidentifikasikan zona permeable menentukan porositas

4. Log Densitas Digunakan untuk : identifikasi litologi menentukan porositas identifikasi adanya kandungan gas mendeterminasi densitas hidrokarbon

5. Log Netron Digunakan untuk : identifikasi litologi menentukan porositas identifikasi adanya gas

6. Log Sonik Digunakan untuk : identifikasi litologi menentukan porositas Batuan reservoar merupakan salah satu komponen yang penting dalam sebuah Petroleum System. Batuan reservoar merupakan batuan yang memiliki nilai porositas dan permeabilitas yang baik sehingga dapat menyimpan hidrokarbon. Tipe batuan reservoar, yaitu batuan silisiklastik (terutama batupasir), batuan karbonat, dan batuan aneka ragam (batuan kristalin dan batuan sedimen non klastik). Reservoar mengandung banyak variasional kompleks, terutama sifat-sifat reservoar yang berhubungan dengan ruangan pori-pori (porositas, permeabilitas dan tekanan kapiler) yang mencerminkan proses awal pengendapan, diagenetik lanjutan dan perubahan tektonik (Harsono, 1997).

Identifikasi batuan reservoar merupakan proses penentuan, mengenali, mengetahui hingga memahami sifat fisik dari batuan reservoar. Optimalisasi produksi sangat tergantung kepada kualitas reservoar. Salah satu kunci keberhasilan dari identifikasi reservoar adalah pemanfaatan dan perpaduan semua data reservoar dari berbagai sumber yang ada, hal ini disebabkan karena tidak ada satu sumber yang dapat berdiri sendiri untuk memberikan suatu gambaran reservoar yang lengkap. Data untuk identifikasi batuan reservoar dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : 1. Data Statis, antara lain data logging, data inti batuan (core), data seismik, dan data fluida reservoar. Umumnya pengukuran data tersebut tidak dapat diulang kembali atau merupakan data reserensi untuk pengukuran lanjutan. 2. Data Dinamis, antara lain data temperatur, tekanan dan produksi. Data ini hanya diperlukan untuk simulasi reservoar atau diskripsi lanjutan.

Tahapan Kerja yang dilakukan dalam proses identifikasi reservoar adalah : 1. Logging, seismik dan Pengambilan Data Inti Batuan (core) serta data cutting. 2. Interpretasi Data log dan seismik yang dikorelasikan dengan hasil analisa petrofisik dari data core dan cutting dalam penentuan reservoar. 3. Interpretasi kandungan fluida pada reservoar. 4. Menghitung ketebalan reservoar pada kondisi Sumur. Untuk mengetahui ketebalan dari reservoar berdasarkan kondisi sumur, baik sumur vertikal atau miring. 5. Menentukan prospektifitas reservoar.

2.3.

Data Bawah Permukaan

2.3.1. Data Logging Log merupakan suatu gambaran terhadap kedalaman dari suatu perangkat kurva yang mewakili parameter parameter yang diukur secara menerus didalam suatu sumur. Adapun parameter parameter yang bisa diukur adalah sifat kelistrikan (spontaneous potensial), tahanan jenis batuan, daya hantar listrik, sifat

keradioaktifan, dan sifat meneruskan gelombang suara. Metode perekamannya dengan menggunakan cara menurunkan suatu sonde atau peralatan ke dasar lubang pemboran.

Jenis jenis log yang sering digunakan, antara lain : A. Log spontaneous potensial (SP) Log Spontaneous Potensial merupakan log listrik yang digunakan untuk mengetahui beda potensial yang timbul antara lumpur pembeoran dengan batuan insitu pada formasi disekitar lubang bor. Secara umum log SP dapat mengetahui nlapisan-lapisan permeable, besarnya tahan jenis air formasi, dan sebagai petunjuk kualitatif dari salinitas batuan. Pada zona lempung kurva SP menunjukan garis lurus yang disebut shale base line. Pada formasi yang permeable kurva SP menjauh dari garis lempung. Pada zona permeabel yang tebal, kurva SP mencapai suatu garis konstan. Dalam evaluasi formasi log SP digunakan untuk menentukan jenis litologi, menentukan kandungan lempungdan menentukan harga tahanan jenis air formasi.

B. Log Gamma Ray (GR) Log GR merupakan log yang mengukur intensitas radiasi sinar gamma yang dipancarkan secara alamiah oleh batuan, sumber radiasi pada batuan berasal dari Potassium (K-40), Uranium, dan seri Thorium, dan yang lebih sering dijumpai ialah Potasium (k-40) dibandingkan radiasi raioaktif yang lainnya. Serpih atau lempung berasal dari hasil pelapukan mineral feldspar, sehingga serpih atau lempung merupakan sumber K-40 dan menunjuk ke arah yang lebih besar dalam grafik lognya dengan satuan derajat API (American Petroleum Institute). Pasir atau batugamping umumnya mempunyai sifat radioaktif yang rendah, kecuali jika tercemari oleh debu vulkanik atau jika air formasi banyak mengandung garam potassium. Sedangkan batubara mempunyai sifat lebih rendah dari batupasir atau batugamping dengan ciri khas yang lebih meruncing, tetapi harus didukung dengan log-log yang lain. Log Gamma Ray digunakan untuk menentukan volume lempung dan identifikasi litologi

C. Log Resistivitas Log Tahanan Jenis merupakan log listrik yang dipakai untuk mengukur tahanan jenis batuan secara langsung dari dasar sumur hingga permukaan, secara umum log ini mengukur kemampuan suatu lapisan batuan untuk menghambat laju arus listrik yang melaluinya. Tahanan jenis batuan adalah berbanding terbalik dengan daya

hantarnya (konduktifitasnya), jika tahan jenis batuannya besar maka batuan tersbut mempunyai daya hantar yang kecil. Log tahan jenis banyak macamnya, diantaranya : ILD (Induction Log Deep), berfungsi untuk mengukur tahanan jenis di zona tidak terinvasi, atau sama dengan Rt. MSFL (Micro Spherically Focused Log), berfungsi untuk mengukur tahanan jenis pada zoana Flused, atau sama dengan Rxo. ILM (Induction Log Medium), berfungsi unutk mnergukur daya hantar (konduktivitas) yang besarnya berbandiung terbalik dengan tahan jenis, dan umumnya digunakan untuk zona terinvasi cukup jauh. Log ini berguna untuk mendeterminasi kandungan fluida dalam batuan reservoir, mengidentifikasi zona permeable, dan menentukan porositas batuan.

D. Log Densitas Log Densitas merupakan suatu tipe log porositas yang mengukur densitas total elektron suatu formasiyang dinyatakan dalam gram/cc. Dalam evaluasi sumur log densitas berguna untuk menentukan porositas, identifikasi litologi, identifikasi adanya kandungan gas dan mendeteminasi densitas hidrokarbon.

E. Log Neutron Merupakan tipe log porositas yang mengukur konsentrasi ion hydrogen dalam suatu formasi. Netron energi tinggi yang dihasilkan oleh suatu sumber kimia ditembakkan kedalam formasi. Didalam formasi netron bertabrakan dengan atomatom penyusun formasi sebagai akibatnya netron kehilangan energinya. Dalam penentuan pekerjaan evaluasi formasi log netron berguna untuk : Menentukan porositas Log netron dapat mendeteksi porositas primer dan sekunder dalam formasi lempung. Dalam formasi lempungan log netron juga mendeteksi kandungan air dalam partikel- partikel sebagai porositas. Identifikasi litologi Litologi dapat diterminasi dengan menggunakan gabungan log densitas, log netron dan log sonic dalam cross plot M-N atau M/D.

Indentifikasi adanya gas Adanya kandungan gas dalam suatu formasi dapat dilihat dengan gabungan antara log netron dengan log densitas. Adanya gas ditunjukkan harga porositas densitas yang jauh lebih besar daripada porositas netron.

F. Log Sonik Merupakan suatu log porositas yang mengukur interval waktu lewat dari suatu gelombang suatu suara kompresional untuk melalui satu feet formasi. Dalam evaluasi formasi log sonik berguna untuk : Menentukan porositas Log sonik dapat mengukur harga kesarangan primer namun tidak dapat mengukur porositas sekunder. Identifikasi litologi Litologi dapat dicerminkan dengan menggabungkan log sonik, netron, dan densitas cross plot M-N atau M/D.

Teknik interpetasi mencakup: 1. 2. 3. Menentukan horison korelasi (korelasi dengan sumur pengikat) Penentuan horison yang dipetakan Membandingkan log mekanik tertentu (log GR, log SP, log Resistivity log sonik) dari sumur tertentu terhadap sumur lain dan mencari bentuk pola kurva log yang sama / hampir sama 4. Melakukan cross check dengan data core dan kalau perlu menggunakan data seismik 5. Korelasi dilakukan secara top down, apabila tidak bisa dilakukan lagi maka korelasi dihentikan kemudian korelasi dilakukan secara bottom up 6. 7. Setelah dilakukan korelasi didapatkan penampang struktur dan stratigrafi Seluruh well log yang telah ditrace maka titik yang sama akan dihubungkan untuk memberikan garis kontur.

2.3.2. Inti Batuan (Core) Core adalah inti batuan dengan diameter 2-5 inchi yang diambil dari bawah permukaan untuk keperluan pemboran. Data core diambil pada beberapa titik didalam sumur, terutama pada horison-horison yang potensial produksi, dimana informasi yang lebih detil dibutuhkan dan informasi dari cutting tidak mencukupi.

Ada 2 tipe core ; 1. Conventional core : core yang diambil pada saat pemboran. 2. Sidewall core : core yang diambil sesudah pemboran bersamaan dengan proses logging, dimana sidewall core dikerjakan pada saat recovery core dari metode convensional kecil atau tidak didapatkan. Informasi yang didapat dari data core ; Identifikasi litologi Struktur sedimen Porositas dan permeabilitas (horisontal dan vertikal) Kejenuhan fluida dalam batuan Oil staining

2.3.3. Seismik Ide dasar dari pekerjaan seismik sebenarnya cukup sederhana. Energi yang dihasilkan dari sumber dan dipancarkan kedalam bumi sebagai gelombang seismik, pada saat bertemu dengan bidang perlapisan yang berfungsi sebagai reflektor, akan memantul kembali ke permukaan dan kemudian akan dideteksi oleh geophone yang terdapat dipermukaan bumi. Jenis seismik ada 2 macam, yaitu : 1. Seismik bias (refraction), digunakan untuk penelitian yang dangkal (< 30 Km) 2. Seismik pantul (reflection), digunakan untuk penelitian yang dalam (> 30 Km) Namun penulis hanya mengkhususkan penelitian dengan

menggunakan seismik refleksi.

A. Stratigrafi Seismik Adalah cabang dari stratigrafi yang mempelajari pola pengendapan berdasarkan data seismik. Kenampakan-kenampakan yang dipakai dalam seismik stratigrafi adalah : Terminasi reflektor seismik : onlap, downlap, toplap, erosional truncation. Karakter reflektor seismik seperti : kontinuitas, flat, dipping, clinoform dan sebagainya. Yang dimungkinkan diprediksikannya penyebaran batuan yang ada di bawah permukaan secara lebih rinci.

B. Seismik Fasies Adalah unit atau kesatuan refleksi seismik yang mempunyai ciri-ciri yang ditentukan oleh : Kontinuitas refleksi Konfigurasi refleksi Geometri luar Amplitudo dan bentuk gelombang Frekuensi Kecepatan interval dan lain-lain Konfigurasi refleksi adalah bentuk permukaan yang memberikan refleksi, sehingga setiap lingkungan pengendapan memberikan konfigurasi yang berbeda.

Teknik Interpretasi 1. Korelasi dengan sumur pengikat (tie wall) 2. Penentuan horizon yang dipetakan 3. Tracing atau mengikuti lapisan yang dipetakan sepanjang penampang seismik yang diberi warna tertentu 4. Seluruh garis seismik yang telah di-trace, harga two way time (TWT) yang didapatkan, di plot pada peta dasar lintasan seismik. Titik-titik yang sama nilainya dihubungkan untuk membentuk garis kontur

2.3.4.

Serbuk Bor (Cutting) Serbuk bor ialah pecahan-pecahan batuan dari formasi yang ditembus pada saat pemboran berlangsung. Analisa cutting diperlukan untuk menentukan jenis litologi serta pada kedalaman berapa top formasi dijumpai. Analisa cutting juga sangat penting karena dapat digunakan untuk mengetahui tanda-tanda adanya minyak dan gas melalui pengamatan secara fluorosensi.

BAB III PERMASALAHAN & RENCANA KERJA

3.1.

Judul Masalah Judul masalah yang diambil mengenai Topik dari tugas akhir ini adalah

Evaluasi Formasi Lapisan X Berdasarkan Analisa Data Log Y, Lapangan Z Cekungan Sumatera Selatan atau dapat mengajukan alternatif masalah : Wellsite Geologist Pemetaan Bawah Permukaan Atau topik lain yang dapat menyesuaikan sesuai dengan pertimbangan yang efektifitas dan efisiensi dari perusahaan.

3.2.

Waktu Penelitian Setelah disesuaikan dengan jadwal akademik, waktu penelitian direncanakan

selama dua bulan pada bulan Agustus s/d Oktober 2011 atau pada waktu lain yang telah ditentukan.Tabel 1. Usulan rencana kerja Minggu Kegiatan ke 1 Studi Literatur Praktek Lapangan dan Pengumpulan Data Analisis Data Interpretasi data dan Diskusi Presentasi and Evaluasi ke 2 ke 3 ke 4 ke 5 ke 6 ke 7 ke 8

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

3.3.

Alat dan Fasilitas Untuk mendukung kegiatan penelitian maka dibutuhkan beberapa alat

pendukung yang diantaranya: 1. Data wireline log 2. Data core dan cutting 3. Data seismic 4. Seperangkat komputer 5. Literatur yang berkait 6. Transportasi dan akomodasi. 7. Peralatan yang menunjang penelitian

Fasilitas: 1. Akses ke perpustakaan 2. Akses ke internet 3. Akomodasi, Transportasi dan Konsumsi 4. Akses untuk penggandaan data

3.4.

Pembimbing Untuk pembimbing di lapangan diharapkan dapat disediakan oleh perusahaan sedangkan untuk pembimbing di kampus dari salah satu staff pengajar pada Jurusan Teknik Geologi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.

BAB IV PENUTUP

Kesempatan yang diberikan pada mahasiswa dalam melakukan tugas akhir akan dapat membuka wawasan mahasiswa pada bidang teknologi geologi yang dipakai dalam dunia perusahaan (kerja). Dan dalam kesempatan ini mahasiswa akan memanfaatkannya seoptimal mungkin dan hasil dari tugas akhir ini dibuat dalam bentuk laporan dan akan dipresentasikan di Jurusan Teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Asquith,G.B. and Gibson, C.R., 1982, AAPG,Tulsa

Basic Well Log Analysis for Geologist

Koesoemadinata, R.P. , 1971, Teknik Evaluasi Geologi Bawah Permukaan, ITB, Bandung. Pirson and Sylvanian Joseph, 1983, Geologic Well Log Analysis, Gulf Publishing Company, Houston, Texas. Sugeng Widada, 2007, Geologi Minyak dan Gas Bumi, Jurusan Teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta.

LAMPIRAN

Address : Prayan Wetan No.6 Rt.6 Rw.35 Condongcatur, Depok, Yogyakarta Mobile : + 6281228085564

E-mail address : [email protected]

CURRICULUM VITAE: PERSONAL : Name Born Sex Marital Status Religion Nationality Physical data Hobby : Angga Widya Yogatama : Kebumen, March 27 th 1990 : Male : Single : Islam : Indonesian : Height 178 cm, Weight 55 kg : Sport (soccer, table tennis, volly), traveling, and reading.

FORMAL EDUCATION: Higher Education 2007 now : Departement of Geological Engineering, UPN Veteran Yogyakarta Senior High School 2004 - 2007 : SMA Negeri 1 Gombong

Junior High School 2001 - 2004 : SLTP Negeri 2 Gombong

Elementary School 1995 - 2001 Kindergarten 1994 - 1995 : TK Talawi Sumatera Barat : SD PIUS BAKTI UTAMA Gombong

OTHER EXPERIENCE: 2010 - now Assistant of Volcanology Laboratory, Departement of Geological Engineering, University of Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta 2011 - now Assistant of Communication Tecnology, Departement of Geological Engineering, University of Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta