aang proposal ok
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan Negara Agraris, negara agraris dicirikan oleh
sebagian besar penduduknya bermukim di daerah pedesaan dan bermata
pencaharian di sektor pertanian. Dengan demikian daerah pedesaan merupakan
wilayah agraris. Demikian halnya dengan Kalimantan Barat yang sebagian
penduduknya tinggal di daerah pedesaan sudah tentu penduduknya berprofesi
sebagai petani.
Sektor pertanian dalam arti luas, meliputi berbagai sub sektor
diantaranya perikanan, perkebunan, peternakan dan kehutanan. Dengan
demikian ruang lingkup pertanian sangat luas sehingga dapat memberikan
kesempatan kerja kepada masyarakat, khususnya masyarakat di pedesaan.
Areal perkebunan di Desa Sungai Rengas saat ini seluas 3.771 ha,
kelapa 1.036 ha merupakan perkebunan rakyat yang diusahakan secara
monokultur dan kebun campuran. Dari luas areal tersebut 94% merupakan
perkebunan rakyat yang menjadi andalan sumber pendapatan petani dengan
rata-rata produksi 1,29 ton kopra/ha/tahun (APPC, 2004). Tingkat
produktivitas ini masih di bawah sasaran produksi kelapa di lahan pasang surut
yaitu sebesar 1,74 ton/ha/tahun (Pranowo dan Luntungan, 1993).
Usahatani kelapa di Sungai Rengas pada saat ini belum banyak terkait
dengan industri pengolahan, industri hilir (industri input faktor), industri jasa,
keuangan, dan pemasaran. Akibatnya agribisnis kelapa tidak berhasil
1
mendistribusikan nilai tambah secara optimal dan proporsional, sehingga tidak
signifikan pengaruhnya terhadap penambahan pendapatan petani kelapa.
Pengelolaan usahatani kelapa masih bersifat tradisional dan terbatasnya
modal,maupun kualitas produk yang dihasilkan masih rendah. Sampai sat ini
belum banyak berubah sehingga komoditas kelapa yang mempunyai multiguna
relatif tidak ada nilai tambahnya. Pangsa pasar ekspor sangat terbuka untuk
semua produk kelapa,khususnya produk ikutan seperti bungkil, arang
tempurung, sabut kelapa dan desicated coconut.
Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas yang berdampak
kepada peningkatan pendapatan petani, adalah dengan pengelolaan input
usahatani seperti tenaga kerja, pendapatan, pendidikan, luas lahan dan keikut
sertaan dalam kelompok tani secara optimal dan efektif. Usahatani yang
berbasis organisasi dan kelompok dalam bentuk komunitas yang aktif dan
mandiri akan meningkatkan posisi tawar menawar petani (barganing position).
Petani makin kuat dalam menentukan harga produk berupa kelapa butiran
maupun kopra (Luntungan et al., 2005). Bentuk basis organisasi perkelapaan
Indonesia mempunyi ciri yaitu :orientasi output, orientasi bisnis dan orientasi
pengembangan wilayah (Akuba, 2003).
Strategi pengembangan sistem agribisnis kelapa adalah suatu proses
fungsi produksi yang akan menghasilkan produktivitas kelapa secara optimal
dan efisien,maka strategi itu merupakan keterpaduan dan keberlanjutan
kerjasama dari masing-masing subsistem agribisnis (Suprapto, 1998).
Pengertian fungsi produksi telah banyak ditulis oleh para ahli ekonomi, salah
2
satunya adalah Nicholson (1999), yang menyatakan bahwa fungsi produksi
merupakan suatu proses yang menunjukkan tingkat produksi yang dicapai
dalam penggunaan beberapa input faktor dengan jumlah tertentu. Kemudian
Bilas (1992), menyatakan bahwa fungsi produksi adalah hubungan fisik antara
jumlah faktor-faktor produksi yang dipakai dengan jumlah produksi yang
dihasilkan persatuan waktu. Sedangkan Sudarman dan Alghifari (1992),
menyatakan bahwa fungsi produksi adalah suatu persamaan matematis yang
menunjukkan hubungan fungsional antar jumlah input dan output. Beattie dan
Taylor (1996), secara lebih spesifik mengatakan fungsi produksi adalah sebuah
deskripsi matematik atau kuantitatif dari berbagai macam kemung-kinan
produksi teknis yang dihadapi pngelolaan usahatani. Fungsi produksi pada pola
usahatani kelapa dengan tanaman sela dapat meningkatkan pendapatan petani
lebih besar dibandingkan dengan usahatani monokultur (Hasni, 2004).
Sebagai gambaran umum kinerja agroindustri kelapa di Desa Sungai
Rengas saat ini sudah menghasilkan berbagai produk kelapa, seperti bungkil
kopra pellet, minyak kelapa, minyak goreng, air kelapa, santan kelapa, tepung
kelapa, dan bukil inti kelapa. Meskipun produk tersebut masih perlu
peningkatan penerapan teknologi agroindustri. Di samping itu juga kelima
subsistem agribisnis seperti pengadan, produksi, pengolahan, pemasaran dan
penunjang belum saling terkait satu sama lain sehingga perlu pembenahan
secara menyeluruh dan terpadu. Secara garis besar produksi buah kelapa di
Desa Sungai Rengas belumlah seperti apa yang diharapkan, untuk saat ini
produksi kelapa tiap tahunnya hanya mencapai 1,29 ton atau sekitar 0,11 ton
3
untuk tiap bulannya. Apabila dikalkulasikan dalam sembilan bulan terakhir
jumlah produksi buah kelapa yang dihasilkan petani di Desa Sungai Rengas
sebanyak 0,97 ton atau sekitar 970 Kg buah kelapa.
Pemberdayaan secara konseptual pada intinya membahas bagaimana
individu, kelompok, ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan
mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai
dengan keinginan mereka. Pemberdayaan merupakan the missing ingrident
dalam mewujudkan partisipasi masyarakat yang aktif dan kreatif. Secara
sederhana, pemberdayaan mengacu kepada kemampuan masyarakat untuk
mendapatkan dan memanfaatkan akses dan kontrol atas sumberdaya yang
penting. Oleh karena itu, pemberdayaan dan partisipasi di tingkat komunitas
merupakan dua konsep yang erat kaitannya dalam konteks ini pernyataan Craig
dan Mayo, bahwa empowerment is road to participation adalah sangat relevan
(Nasdian, 2006).
Salah satu pola pendekatan pemberdayaan masyarakat yang paling
efektif dalam rangka peningkatan partisipasi masyarakat adalah inner
resources approach. Pola ini menekankan pentingnya merangsang masyarakat
untuk mampu mengidentifikasi keinginan-keinginan dan kebutuhan-
kebutuhannya dan bekerja secara kooperatif dengan pemerintah dan badan-
badan lain untuk mencapai kepuasan bagi mereka. Pola ini mendidik
masyarakat menjadi concern akan pemenuhan dan pemecahan masalah-
masalah yang mereka hadapi dengan menggunakan potensi yang mereka miliki
(Ross 1987 : 77-78).
4
B. Identifikasi Permasalahan
Berdasarkan hasil observasi awal yang penulis lakukan di Lokasi
Penelitian ditemukan adanya beberapa fenomena, diantaranya :
1. Sistem dan usaha agribisnis kelapa di Desa Sungai Rengas belum
berkembang secara optimal dan kinerja antar simpul-simpul agribisnis
belum terintegrasi dengan baik.
2. Sosialisasi dan peningkatan pengetahuan teknis petani kelapa tentang
penggunaan input dan output perkebunan kelapa belum dilakukan.
3. Menurunnya harga komoditas kelapa menjadi salah satu penyebab
merosotnya tingkat pendapatan petani. Disamping itu dari pihak
pemerintah belum memberikan solusi alternatif yang lebih memihak pada
petani.
C. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penelitian ini hanya
terpokus pada: “Strategi Pemberdayaan Petani Kelapa di Desa Sungai Rengas
Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya”.
D. Perumusan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan lebih lanjut maka penulis
merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut :
1. Optimalisasi usaha agribisnis kelapa di Desa Sungai Rengas
2. Sosialisasi dan peningkatan pengetahuan teknis petani kelapa dalam
penggunaan input dan output perkebunan kelapa.
5
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui optimalisasi usaha agribisnis kelapa di Desa Sungai
Rengas
b. Sosialisasi dan peningkatan pengetahuan teknis petani kelapa dalam
penggunaan input dan output perkebunan kelapa.
2. Kegunaan Penelitian
a. Bagi Lingkungan Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan
keilmuan terutama dalam bidang administrasi negara, pembangunan,
dan pertanian.
b. Pemerintah Daerah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam
menyediakan informasi dan data dasar untuk menentukan langkah-
langkah yang tepat dalam rangka pemberdayaan petani kelapa oleh
Petugas Penyuluh Lapangan serta perbaikan metode yang ada untuk
mengikutsertakan masyarakat dalam program-program pembangunan
selanjutnya.
c. Masyarakat/petani kelapa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pengetahuan dan
sosialisasi kepada masyarakat mengenai usaha pemberdayaan petani
kelapa dalam meningkatkan produktivitasnya, khususnya masyarakat di
Desa Sungai Rengas.
6
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Kajian Teori
Soekanto (2004:97), mengemukakan bahwa taraf pendidikan yang
rendah menimbulkan akibat tingkat respon petani dalam sektor pertanian relatif
rendah, dengan demikian pemikiran petani lebih konservatif, menimbulkan
kesukaran penggunaan teknologi baru dalam bidang pertanian bagi petani
dalam menggunakan teknologi tersebut. Selanjutnya taraf pendidikan di daerah
pedesaan relatif rendah merupakan hambatan bagi penerapan teknologi baru
kepada masyarakat, guna meningkatkan produktivitas mutu kelapa. Dikatakan
konservatif maksudnya adalah sikap petani yang cenderung memandang
penggunaan teknologi baru akan merusak tradisi dan kebiasaan mereka,
sehingga timbul keengganan dikalangan petani untuk menggunakan teknologi
baru.
Usaha petani kelapa berdasarkan kenyataan terlihat bahwa petani
masih mempertahankan nilai-nilai tradisional khususnya yang merupakan
hambatan untuk meningkatkan kualitas kelapa terutama yang berkaitan dengan
penerapan teknologi pertanian. Artinya petani kelapa masih memiliki pola pikir
yang sangat sederhana, usaha tani mereka tidak terlalu berpatokan pada
peningkatan produksi dan keuntungan yang berlimpah. Asalkan kebutuhan
sehari-hari seluruh keluarga tercukupi, maka cukuplah alasan untuk terus
mempertahankan usaha kebun kelapanya.
7
Pembangunan pertanian pada sub sektor perkebunan kelapa yang di
kembangkan di daerah pedesaan, sasarannya adalah untuk meningkatkan taraf
hidup petani kelapa. Dengan demikian sub sektor perkebunan memberikan
potensi yang cukup besar bagi terwujudnya kesejahteraan keluarga petani
kelapa di Desa Sungai Rengas. Sebagaimana diketahui sub sektor perkebunan
untuk iklim di Indonesia pada umumnya dan khususnya untuk Kalimantan
Barat memiliki potensi yang sangat besar bagi pertumbuhan tanaman kelapa,
bahkan menjadi sumber pendapatan pokok petani. Dalam upaya meningkatkan
produktivitas kelapa rakyat, diperlukan suatu sistem pengelolaan perkebunan
kelapa secara terpadu dengan menggunakan teknologi yang dapat
meningkatkan produksi kelapa dan pendapatan petani, menjamin kelangsungan
hidup petani serta memelihara keanekaragaman hayati.
Pemberdayaan Masyarakat dapat didefinisikan sebagai metode yang
memungkinkan orang dapat meningkatkan kualitas hidupnya serta mampu
memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang mempengaruhi
kehidupannya. Sedangkan menurut Twelvetrees (Mosher 1987:4),
Pemberdayaan Masyarakat adalah usaha dalam membantu orang biasa untuk
meningkatkan lingkungannya dengan melakukan aksi kolektif. Pemberdayaan
Masyarakat juga diartikan lebih dari sekedar pengembangan ekonomi,
melainkan Pemberdayaan Masyarakat adalah usaha untuk membangun
lingkungan pada tingkatan lokal dengan penekanan pada peningkatan
pembangunan ekonomi, penguatan dan pemantapan sosial, dan pengembangan
sektor non-profit.
8
Pemberdayaan (empowerment) berasal dari Bahasa Inggris, power
diartikan sebagai kekuasaan atau kekuatan. Menurut Korten (1992)
pemberdayaan adalah peningkatan kemandirian rakyat berdasarkan kapasitas
dan kekuatan internal rakyat atas SDM baik material maupun non material
melalui redistribusi modal. Sedangkan Pranarka dan Vidhyandika (1996:56)
menjelaskan pemberdayaan adalah upaya menjadikan suasana kemanusiaan
yang adil dan beradab menjadi semakin efektif secara struktural, baik di dalam
kehidupan keluarga, masyarakat, negara, regional, internasional, maupun
dalam bidang politik, ekonomi, dan lain sebagainya.
Selain itu menurut Paul (1987) pemberdayaan berarti pembagian
kekuasaan yang adil (equitable sharing of power) sehingga meningkatkan
kesadaran politis dan kekuasaan kelompok yang lemah serta memperbesar
pengaruh mereka terhadap proses dan hasil-hasil pembangunan. Menurut
Robert Dahl (1983:50), pemberdayaan diartikan pemberian kuasa untuk
mempengaruhi atau mengontrol. Manusia selaku individu dan kelompok
berhak untuk ikut berpartisipasi terhadap keputusan-keputusan sosial yang
menyangkut komunitasnya. Sementara Hulme dan Turner (1990:214-215)
berpendapat bahwa pemberdayaan mendorong terjadinya suatu proses
perubahan sosial yang memungkinkan orang-orang pinggiran yang tidak
berdaya untuk memberikan pengaruh yang lebih besar di arena politik secara
lokal maupun nasional. Oleh karena itu pemberdayaan sifatnya individual dan
kolektif. Pemberdayaan juga merupakan suatu proses yang menyangkut
9
hubungan kekuasaan kekuatan yang berubah antar individu, kelompok dan
lembaga.
Menurut Talcot Parsons (dalam Prijono, 1996:64-65) power
merupakan sirkulasi dalam subsistem suatu masyarakat, sedangkan power
dalam empowerment adalah daya sehingga empowerment dimaksudkan sebagai
kekuatan yang berasal dari bawah. Pemberdayaan ini memiliki tujuan dua arah,
yaitu melepaskan belenggu kemiskinan dan keterbelakangan dan memperkuat
posisi lapisan masyarakat dalam struktur kekuasaan. Keduanya harus ditempuh
dan menjadi sasaran dari upaya pemberdayaan. Sehingga perlu dikembangkan
pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan masyarakat.
Pemberdayaan lebih mudah dijelaskan pada saat manusia dalam keadaan
powerlessness (baik dalam keadaan aktual atau sekedar perasaan), tidak
berdaya, tidak mampu menolong diri sendiri, kehilangan kemampuan untuk
mengendalikan kehidupan sendiri (Prijono, 1996:54). Selain itu pemberdayaan
adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk,
berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas dan mempengaruhi terhadap
kejadian-kejadian serta lembagalembaga yang mempengaruhi kehidupannya.
Konsep pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh
ketrampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi
kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya (Pearson et
al, 1994 :106). Pemberdayaan mempunyai tiga dimensi yang saling
berpotongan dan berhubungan, sebagaimana yang disimpulkan oleh Kieffer
(1984:65) dari penelitiannya, yaitu: (1) Perkembangan konsep diri yang lebih
10
positif; (2) Kondisi pemahaman yang lebih kritis dan analitis mengenai
lingkungan sosial dan politis; dan (3) Sumber daya individu dan kelompok
untuk aksi-aksi sosial maupun kelompok.
Grand Theories dari konsep empowerment (pemberdayaan) ini
mengacu pada pengaruh Marx mengenai ada yang berkuasa dan ada juga
dikuasai ada perbedaan kelas semisal majikan dan buruh, distribusi pendapatan
yang tidak merata sampai kekuatan ekonomi yang merupakan dasar dari
pemberdayaan (Prijono, 1996:54-55).
Pemberdayaan Masyarakat juga didefiniskan dengan sebagaimana asal
katanya, yakni pengembangan masyarakat, Pemberdayaan Masyarakat terdiri
dari dua konsep, yaitu “pengembangan” dan “masyarakat”. Secara singkat,
pengembangan atau pembangunan merupakan usaha bersama dan terencana
untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Bidang-bidang pembangunan
biasanya meliputi beberapa sektor, yaitu ekonomi, pendidikan, kesehatan dan
sosial-budaya.
Definisi Pemberdayaan Masyarakat yang lainnya ialah sebuah
terminologi yang bersifat luas pada tataran praktek dan di aplikasikan oleh para
praktisi dan akademisi pemimpin sipil, aktivis, pembangun peradaban, para
profesional, demi satu tujuan untuk melakukan penguatan aspek lokal yang
dimiliki oleh masyarakat tersebut dengan penggalian potensi yang ada secara
mandiri.
Pemberdayaan merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh atasan
atau pimpinan dengan memberikan bantuan atau dukungan agar bawahan dapat
11
menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik sehingga tujuan dapat dicapai
dengan maksimal. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh
Wasistiono dalam Abdi Praja (Agustus 1998) menjelaskan “pemberdayaan
berkaitan dengan upaya pemberian daya atas kekuasaan dari atasan kepada
bawahan dengan tujuan agar kepentingan bersama dapat tercapai secara
optimal”.
Konsep tentang pemberdayaan telah luas diterima dan digunakan,
mungkin dengan pengertian dan persepsi yang berbeda satu dengan yang lain.
Pemakaian konsep tersebut secara kritikal meminta telaah yang bersifatnya
mendasar dan jernih. Menurut Wasistiono (2001:71) mengatakan bahwa:
“Pemberdayaan adalah upaya membuat orang, kelompok atau masyarakat
menjadi berdaya sehingga mampu mengurus kepentingannya sendiri secara
mandiri. Dengan demikian inti pemberdayaan adalah menciptakan
kemandirian, baik dari individu, kelompok maupun masyarakat”.
Selanjutnya menurut Stewart (1998:22) ”pemberdayaan sederhana
merupakan cara yang amat praktis dan produktif untuk mendapatkan yang
terbaik dari diri kita sendiri dan dari staf kita”.
Sedangkan menurut Bennis dan Mische (1995:45) dalam
Sedarmayanti (2001:3) menjelaskan bahwa pemberdayaan berarti
menghilangkan batasan yang mengkotak-kotakkan orang dan membuat mereka
menggunakan seefektif mungkin keterampilan, pengalaman, energi, dan
ambisinya. Ini berarti memperkenankan mereka untuk mengembangkan suatu
perasaan memiliki bagian-bagian dari proses, khususnya yang menjadi
12
tanggung jawab mereka. Sementara, waktu yang menuntut mereka menerima
suatu bagian tanggung jawab dan kepemilikan yang lebih luas dari keseluruhan
proses.
Pranaka (1996:56-57) dalam Sedarmayanti (2000:3) menyatakan
bahwa:
Munculnya konsep pemberdayaan ini pada awalnya merupakan gagasan yang ingin menempatkan manusia sebagai subjek dari dunianya sendiri. Oleh karena itu, wajar apabila konsep ini menampakkan dua kecenderungan. Pertama, pemberdayaan menekankan kepada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan (power) kepada masyarakat, organisasi, individu agar menjadi lebih berdaya. Proses ini sering disebut sebagai kecenderungan primer dari makna pemberdayaan. Kedua, kecenderungan sekunder menekankan pada proses menstimulasi, mendorong dan memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya.
Pranarka dan Moeljanto (1996:56-57) mengemukakan bahwa :
“Pemberdayaan (empowerment) dilandasi oleh suatu proses yang ada dari dua kecenderungan, yang pertama adalah penekanan pada proses memberikan/mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan agar masyarakat menjadi lebih berdaya. Kedua, penekanan pada proses menciptakan daya rangsangan mendorong serta memotivasi individu agar memiliki daya atau kemampuan untuk menentukan pilihan hidup melalui proses dialog”.
Dalam kaitannya dengan pengembangan industri kecil ini, maka
kemampuan berusaha itu sudah sewajarnya dimiliki oleh anggota masyarakat,
yaitu kemampuan dan kecakapan untuk menggabungkan faktor-faktor produksi
alam, faktor produksi tenaga kerja dan faktor produksi modal. Hal ini perlu
dikemukakan mengingat bahwa saat ini kemampuan serta kecakapan untuk
mengelola suatu usaha masih lemah.
13
Pembinaan dan pengembangan industri kecil mutlak diperlukan
karena industri kecil merupakan salah satu penunjang pembangunan. Menurut
Marbun (1993:51) untuk lebih meningkatkan pengembangan industri kecil,
perlu dilakukan berbagai upaya, antara lain :
1. Pendekatan makro untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi tumbuh berkembangnya industri kecil itu sendiri, antara lain meliputi penyediaan barang-barang publik yang lebih berorientasi pada pengembangan usaha kecil seperti fasilitas infrastruktur sarana transportasi, komunukasi, dan sebagainya. Kebijakan moneter dan keuangan, fasilitas perpajakan, pendidikan umum, pengembangan teknologi serta kebijakan persaingan yang sehat bagi dunia industri kecil.
2. Menghilangkan monopoli terutama pada industri hulu, juga menghilangkan kolusi yang dapat mendorong munculnya monopoli, karena dengan timbulnya monopoli industri kecil akan sulit berkembang.
3. Mengembangkan kemitraan antara industri kecil dengan industri besar dan didasarkan pada saling menguntungkan antara kedua belah pihak.
4. Usaha kecil juga perlu meningkatkan efesiensi usaha, hal ini mengingat persaingan usaha makin tajam.
5. Perlunya dibentuk suatu organisasi bagi pengusaha indutri kecil disuatu daerah agar pengusaha industri kecil dapat melakukan koordinasi yang baik dalam pengembangannya.
Dari uraian diatas dapatlah diambil suatu kesimpulan bahwa kegiatan
industri kecil mempunyai peranan yang sangat penting dalam peningkatan
pertumbuhan ekonomi masyarakat, sehingga dapat juga meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan pada akhirnya dapat menunjang lancarnya
pembangunan nasional, maka tidak mengherankan apabila pemerintah selalu
menitik beratkan bidang industri kecil dalam setiap pelitanya.
Kartasasmito (1996:141) mendefinisikan bahwa “pemberdayaan
adalah upaya untuk membangun daya yang dimiliikinya dengan mendorong ,
14
memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta
berupaya untuk mengembangkan”
Cutterbuck dan Kerringhan (1995:13) mendefenisikan bahwa
“pemberdayaan sebagai upaya pemusatan kekuasaan dengan memberi
kekuasaan, tanggung jawab, wewenang, kepercayaan dan hak melalui
pendelegasian. Pendelegasian tersebut selanjutnya diawasi untuk
mengendalikan pelaksanaan kekuasaan dengan tujuan agar kepentingan dan
cita-cita dapat tercapai secara optimal”.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pemberdayaan masyarakat merupakan upaya pemberian wewenang atau
kekuasaan dari yang berwenang, dalam hal ini adalah pihak pemerintah,
kepada masyarakat agar kepentingan bersama dapat tercapai secara optimal.
Pemberdayaan Masyarakat juga memiliki definisi peningkatan
kesejahteraan sosial, ekonomi dan kondisi budaya disebuah desa atau di kota
kecil. Atau juga dikatakan sebagai proses usaha dari beberapa orang dalam
suatu komunitas untuk meningkatkan kondisi ekonomi, sosial dan kondisi
kebudayaan dengan melalui campur tangan pemerintah untuk mencapai
kesatuan kesejahteraan.
Pembinaan dan pendidikan yang diberikan pada peserta didik akan
dapat menunjang kepribadian anak, karena dari pengalaman yang diberikan
mereka belajar dan dapat mengetahui apa yang seharusnya dilakukan dan apa
yang seharusnya tidak dilakukan. Pengertian pembinaan menurut Gafur
(1982:9) adalah sebagai berikut :
15
Pembinaan dan pengembangan pada dasarnya adalah upaya pendidikan formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, teratur, terarah dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing dan mengembangkan suatu kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat, keinginan serta kemampuan sebagai bekal untuk selanjutnya atas prakarsa sendiri menambah, meningkatkan, mengembangkan dirinya, sesamanya maupun lingkungannya kearah terciptanya martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi yang mandiri.
Pembinaan menurut Miftah Thoha (1982:7), adalah suatu tindakan,
proses, hasil atau pernyataan menjadi lebih baik. Dalam hal ini menunjukan
adanya kemajuan, peningkatan, pertumbuhan, evolusi atas berbagai
kemungkinan atau peningkatan atas sesuatu. Dari pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa petani kelapa merubah pola tanaman dari tanaman kelapa
lokal menjadi pola tanaman kelapa dan mau mengikiti petujuk/anjuran dari
PPL untuk menggunakan teknologi baru dalam sektor perkebunan kelapa
yang diharapkan bisa meningkatkan taraf hidup petani yang lebih baik, jadi
sistem tanam, pemeliharaan bibit dan sebagainya harus dirubah untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik.
Sastratmadjaya (1986:2), mendefinisikan penyuluhan adalah :
suatu ilmu sosial yang mempelajari sistem proses perubahan individu dan masyarakat agar terwujudnya perubahan tersebut dapat mencapai apa yang diharapkan sesuai dengan pola atau rencana, bahwa dalam melaksanakan program penyuluhan perlu adanya motivasi persuasif yang saling mempengaruhi secara efisien dan efektif dalam upaya meningkatkan kesejahteraan sosial secara terkoordinir berdayaguna dan berhasilguna.
Berdasarkan uraian tersebut bahwa dalam melaksanakan program
penyuluhan haruslah bersifat mendidik kepada setiap obyek yang diubah,
sehingga dapat memberikan jalan kepada masyarakat yang ingin maju.
16
Sehaubungan masyarakat yang ingin maju tentunya ingin memiliki
pengetahuan sesuai dengan keinginannya. Pemerintah harus bekerjasama
dengan masyarakat yang dibinanya berdasarkan asas kekeluargaan dan
gotong-royong tanpa ada balas jasa yang diharapkan yaitu menambah
pengetahuan dan keterampilan khususnya dibidang pertanian kelapa.
Samsudin (1987:1), mengemukakan bahwa tujuan penyuluhan
pertanian adalah untuk menimbulkan perubahan yang lebih baik mengarah
dalam kegiatan usaha tani terutama dalam bentuk pengatahuan yang dimiliki
para petani, kecakapan berpikir sikap kemudian tanggap terhadap perubahan
teknologi yang berkembang. Tujuan penyuluhan yang dikemukakan
sebenarnya untuk merubah nilai-nilai sosial petani yang melaksanakan
peremajaan kelapa dengan teknologi baru, dengan maksud untuk
meningkatkan produksi kelapa sehingga dapat meningkatkan pendapatan
petani.
A.T. Mosher (1987:258), mengemukakan mengenai pembahasaan
dalam bidang pertanian sebagai berikut: merubah proses produksi pertanian,
mengubah perilaku para petani dan melakukan tindakan efektif dan efisien
antara biaya dan nilai hasil. Pendapat ahli tersebut, menegaskan bahwa
meningkatnya produksi pertanian tidak lepas dari peningkatan pemahaman
petani tentang teknik produksi pertanian, karena meningkatnya hasil produksi
pertanian disebabkan pemakaian teknik-teknik didalam usaha tani.
Samsudin (1987:258), mengatakan bahwa masyarakat tani mau dan
mampu mengubah cara usaha tani. Kemudian kemauan ini diharapkan
17
menjadi motivasi lebih produktif, menguntungkan dan akhirnya kehidupan
lebih baik dan layak. Maksud dari pendapat tersebut di atas, bahwa untuk
meningkatkan penggunaan teknologi baru sesuai dengan program pemerintah,
dengan demikian dapat menciptakan taraf hidup yang lebih baik.
Adanya perubahan kehidupan para masyarakat khususnya petani
kelapa akan mempengaruhi keadaan sosial ekonomi keluarga itu sendiri dalam
hal menaikan taraf hidup bagi keluarganya Beratha, I.N (1984:9), menyatakan
ada hal-hal pokok yang dapat mempengaruhi keadaan sosial ekonomi
masyarakat dewasa ini, hal tersebut adalah pendapatan perkapita masyarakat,
tingkat pendidikan yang relatif rendah. Akibat dari beberapa hal tersebut di
atas, mengakibatkan keterbelakannya masyarakat itu sendiri yang sebagai
kelanjutannya terdapat banyak kantong-kantong kemiskinan. Uraian tersebut
juga didukung pendapat Ala dan Andre Bayo (1981:5), mengemukakan bahwa
rendahnya kehidupan sosial ekonomi masyarakat disebabkan : rendahnya
tingkat pendapatan yang diterima oleh seseorang relatif kurang, rendahnya
pendidikan, kurang lancarnya transportasi yang dibutuhkan oleh masyarakat,
kurang memiliki aset, kurang memiliki kebebasaan hak dalam memperoleh
pekerjaan yang layak, disambungkan dengan salah satu cara pemerintah untuk
mengubah keadaan sosial ekonomi masyarakat (petani kelapa) yaitu dengan
memberikan informasi melalui penyuluhan dan pembinaan dengan
mengupayakan nilai-nilai baru guna menyadarkan serta penghapusan terhadap
cara-cara tradisional yang menghambat majunya pembangunan masyarakat.
18
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Jeremias dengan Judul Pembinaan
Petani Karet dalam Upaya Meningkatkan Ekonomi Keluarga (Studi di Desa
Setanduk Kecamatan Capkala Kabupaten Bengkayang). Hasil penelitiannya
menunjukan bahwa pertama, kondisi sosial ekonomi petani yang sangat rawan
(terdesak oleh kebutuhan ekonomi rumah tangga) sering dimanfaatkan oleh
pihak toke/tengkulak melalui pemberian bantuan finansial (hutang) sehingga
lama-kelamaan akibatnya para petani karet menjadi semakin sulit keluar dari
ikatan hutang-piutang. Kondisi sosial ekonomi petani karet tersebut
sebetulnya hanya menggambarkan bagaimana sesungguhnya wajah petani
karet di pedesaan khususnya di Desa Setanduk. Artinya, kehidupan
masyarakat pedesaan yang masih didominasi oleh para petani karet-rakyat
(basis agraris), kehidupannya masih dalam serba kekurangan dan derajat
kesejahteraanya masih rendah. Kedua, intensifikasi dan kualitas penyuluhan
yang dilakukan petugas penyuluh lapangan bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas petani karet.
19
C. Kerangka Pikir Penelitian
Pemberdayaan Petani Kelapa dalam meningkatkan produktivitasnya
Optimalisasi usaha agribisnis kelapa
Sosialisasi dan peningkatan pengetahuan teknis petani kelapa dalam penggunaan input
dan output perkebunan kelapa.
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kasus (case study) yang
menggambarkan dan menerangkan fenomena yang berlaku pada suatu
masyarakat terutama berkenaan dengan pembinaan petani kelapa dalam
meningkatkan ekonomi keluarga. Studi kasus merupakan tipe penelitian
melalui pendekatan intensif, mendalam, mendetil dan komprehensif yang
berupaya menggali lebih mendalam mengenai masalah penelitian sehingga
keunikan pada kasus penelitian ini dapat terungkap. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan data lapangan, peneliti harus terjun langsung ke lapangan agar
dapat mengamati secara langsung keadaan masyarakat yang diteliti. Peneliti
berusaha untuk mengamati dan memahami keadaan yang didapat di lapangan
dengan membangun kesimpulan sementara sebagai bahan dalam pemecahan
masalah dan bahan pengamatan selanjutnya. Ditinjau dari wilayahnya, maka
penelitian ini hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit yaitu desa
agar penelitian lebih terfokus dan dapat menggali sebanyak-banyak informasi
yang ada di lapangan.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini ditetapkan di Desa Sungai Rengas Kecamatan
Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya, dengan pertimbangan :
21
a. Sebagian besar masyarakatnya Desa Sungai Rengas mengandalkan hasil
kebun kelapa sebagai sumber utama penghasilan.
b. Kondisi kehidupan ekonomi petani kelapa sangat memperihatinkan, yang
dari tahun ketahun hasil produksinya mengalami penurunan.
c. Di desa Sungai Rengas belum pernah dilakukan penelitian secara ilmiah.
C. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif. Secara teknis, langkah-langkah analisis data yang akan dilakukan
adalah: Pertama, data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data dilakukan
pemisahan-pemisahan atau pengaktegorian, pengklasifikasian sehingga
memudahkan peneliti untuk melakukan analisis. Kedua, data yang sudah
dikelompokkan dan dipilah tersebut selanjutnya diolah sehingga dapat
dianalisis dan diinterpretasikan serta dihubungkan dengan gejala sosial
lainnya. Ketiga, hasil dari proses analisis serta penafsiran data pada akhirnya
akan diperoleh suatu kesimpulan dari kegiatan penelitian tersebut.
Dalam penelitian ini, langkah-langkah yang diambil peneliti adalah :
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan ini dimaksud untuk memperoleh data sekunder,
yaitu dengan cara mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan
permasalahan sehingga diharapkan akan dapat memperoleh teori-teori sebagai
dasar pemecahan masalah.
b. Penelitian Lapangan (Field Research)
22
Penelitian lapangan dimaksudkan untuk memperoleh data, baik data
primer maupun sekunder, yaitu dengan cara terjun langsung kelapangan
terutama untuk memperoleh gambaran umum tentang pemberdayaan petani
kelapa.
D. Teknik Pengumpul Data
1) Teknik observasi, yaitu dengan cara mengadakan pengamatan langsung ke
lokasi penelitian untuk mengetahui gejala yang terjadi sesuai dengan
permasalahan yang diteliti.
2) Teknik wawancara, yaitu dengan cara mengadakan tanya jawab secara
langsung kesumber data dan informasi kunci mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan masalah penelitian.
E. Instrumen Pengumpulan Data
1) Pedoman Wawancara, yaitu suatu daftar pemeriksaan yang berisikan hal-hal
yang akan diteliti dilapangan mengenai gejala-gejala yang terjadi serta
mencari kebenaran data yang diperoleh dari responden maupun informan
kunci.
2) Pedoman wawancara, yaitu suatu daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan
sebelumnya untuk ditanyakan kepada informan kunci sebagai pedoman
guna melengkapi data dari responden.
23
F. Subjek Penelitian
Dalam suatu penelitian, penentuan sumber data sangat menentukan
relevan atau tidaknya masalah tersebut untuk diteliti. Oleh sebab itu, dalam
penelitian dibutuhkan kecermatan dalam menetapkan sumber data.
Sumber data dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling, dimana menurut Faisal (1992:67) purposive sampling adalah teknik
penentuan sampel yang ditetapkan secara sengaja oleh peneliti. Adapun yang
menjadi subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat yang terlibat secara
langsung pembinaan petani Kelapa yang berjumlah 12 orang. Sedangkan untuk
informan kunci dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Kepala Desa Sungai Rengas
b) Petani kelapa yang berhasil dan berpengalaman
c) Petugas Penyuluh Lapangan (PPL)
G. Keabsahan Data
Pemeriksaan terhadap keabsahan data merupakan salah satu yang
sangat penting didalam penelitian kualitatif, untuk mengetahui derajat
kepercayaan dari hasil penelitian yang dilakukan. Apabila peneliti
melaksanakan pemeriksaan terhadap keabsahan data secara cermat dengan
teknik yang tepat dapat diperoleh hasil penelitian yang benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan dari berbagai segi. Untuk mendapatkan validitas data
dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Triangulasi sebagai teknik
pemeriksaan data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
24
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding data itu (Moleong, 2004 : 178).
Teknik Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
triangulasi dengan memanfaatkan penggunaan sumber yaitu teknik
pemeriksanaan keabsahan data dengan membandingkan data hasil pengamatan
dengan data hasil wawancara dan dokumentasi serta pengecekan penemuan
hasil penelitian dari beberapa teknik pengumpulan data yaitu triangulasi
dengan memanfaatkan sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan. Sesuatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda. Hal ini dapat dicapai dengan jalan :
1. Membandingkan data hasil penggambaran dengan hasil wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang
dikatakan secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan
apa yang dilakukan sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan pada perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat orang lain.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi sesuatu dokumen yang
berkaitan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini dan A. Dhalimi. 1998. Pembuatan minyak kelapa secara fermentasi di Daerah pasang surut. Bulletin. Littri (5) : 54 -56.
Asian and Pacific Coconut Community (APCC). 2004. Coconut Statistical Year Book. Kuningan, Jakarta. 291 hlm.
Akuba Rusthamrin. 2003. Visi kelembagaan perkelapaan Indonesia di era otonomi Daerah, Proseding Konfrensi Kelapa V, Tembilahan, Oktober 2002. Hlm 133-136.
Ala, Andre Bayo, 1982, Ilmu Usaha Tani, Alumni, Bandung.
A.T.Mosher, 1987, Mengerakan dan Membangun Pertanian, CV. Yayasan Guna Yogyakarta.
Beattie, B. R., and C. R. Taylor. 1996 . Ekonomi Produksi. Penerbit Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Bilas, R. 1992. Teori Mikro Ekonomi. Penerbit Erlangga Jakarta.
Coen R, B. Haverkort dan Ann Waters Bayer. 1999. Pertanian Masa Depan (terjemahan Y. Sukoco S.S). Kanisius, Yogyakarta. Hlm 7-9.
Hasni, H. 2004. Evaluasi Pola Pemanfaatan Sumber Daya Lahan di Antara Kelapa Dengan Tenaman Sela, Berdasarkan Kajian Aspek Sosek dan Konservasi Lahan, Disertasi Doktor, Sekolah Pasca Sarjana IPB 2002.192 pp.
Heru Salam dan I.Suwandi, 2003. Penguatan Kelembagaan petani Kelapa melalui penguasaan teknologi dalam rangka pengembangan agroindustri. Proseding Konfrensi Kelapa V, Tembilahan Okt 2002. Hlm 101-105
Luntungan. H.T., Effendi. D, Supriadi. H. Dan Damanik, S. 2005. Laporan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Petani Kelapa di Riau.
Moleong, J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Nasdian, 2006. Pemberdayaan Ekonomi Rakyat Melalui Pengembangan Industri Kecil Di Jayapura Dan Prospek Serta Strategi Pembinaanya Menuju Industri Modern. http://www. digilib.itb.com
Nicholson, W. 1999. Teori Ekonomi Mikro Prinsip Dasar dan Pengembangannya. Radja Grefindo Persada. Jakarta.
26
Pranowo, D. dan H.T. Luntungan. 1993. Penampilan produksi beberapa Tipe kelapa lahan pasang surut Pulau Riman. PT Sumatera Candi Kencana. Proseding Konfrensi Nasional Kelapa III, Buku IV. Hlm 541 - 547.
Prijono, Onny S. dan Pranarka A.M.W. (ed.). 1996. Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta: Centre for Strategic and International Studies (CSIS).
Ross Korten, Pembangunan Berdimensi Kerakyatan, Yayasan Obor Indonesia, 1987.
Sastratmadjaya, 1986, Penyuluh Pertanian, alumni Bnadung.
Saragih, B.2001. Membangun Sistem Agribisnis. Suara dari Bogor. Yayasan USESE, Pustaka Wirausaha Muda. Edisi kedua. Bogor. 206 hlm.
Saragih, B. 2002. Penerapan teknologi tepat guna dalam pengembangan system agribisnis kerakyatan dan berkelanjutan.
Soekanto, Soerjono, 2004, Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat, CV. Radjawali, Jakarta
Soetrisno, Loekman, 1995. Menuju Masyarakat Partisipatif. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Sutrisno, D, 2005. “Pemberdayaan Masyarakat dan Upaya Peningkatannya dalam Pengelolaan Jaringan Irigasi Mendut Kabupaten Semarang.” Tugas Akhir tidak diterbitkan, Prorgam Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang. Analisis kebijaksanaan pendekatan pembangunan dan kebijaksanaan Pengembangan Agribisnis. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Monograf 22 : 8 hlm.
Sudarman, A. dan Alghifari. 1992. Ekonomi Mikro. BPFE. Yogyakarta.
Sudaryanto T., I.W. Eusastra, E. Jamal dan Amirudin Syam, 2001. Pengembangan teknologi pertanian berbasis agribisnis. Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian, tanggal 30-31 Oktober 2001 di Mataram. 11 hal.
Suhirman, S., T. Marwati dan T.H. Savitri. 1992. Perbaikan cara pembuatan minyak klentik. Medkom. Littantri (10) : 65 -68.
Suprapto, A. 1998. Prospek pengembangan agribisnis kelapa dalam era globalisasi.
27
Tarigans, D.D. dan Z. Mahmud. 1997. Diversifikasi usahatani kelapa berwawasan agribisnis. Prosiding Temu Usaha Perkelapaan Nasional Manado, 6- 8 Januari 1997.
Tarigans, D.D. 2005. Diversifikasi usahatani kelapa sebagai upaya untuk peningkatan pendapatan petani. Perspektif Review Penelitian Tanaman Industri 4(2) : 71-78.
Tenda,E.T., Miftahorrachman, H.G. Lengkey. 1998.Stabilitas produksi kelapa hibrida KHINA dan tetuanya. Prosiding Seminar Regional Hasil Penelitian Kelapa dan Palma lain, Februari 1998. Manado.
Yasin, A.Z. Fachri. 1998. ASPEC Social Ekonomi kelapa di Propinsi Riau. Prosiding Konperensi Nasional Kelapa IV. Bandar Lampung, 21-23 April 1998. Hlm 421-434.
28
PEMBERDAYAAN PETANI KELAPA DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITASNYA DI DESA SUNGAI RENGAS KECAMATAN
SUNGAI KAKAP
SKRIPSI
OLEH
A’ANG KURNIAWANNIM. E 01107053
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK2012
29
HALAMAN PERSETUJUAN
PEMBERDAYAAN PETANI KELAPA DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITASNYA DI DESA SUNGAI RENGAS KECAMATAN
SUNGAI KAKAP
Tanggungjawab Yuridis Pada :
A’ANG KURNIAWANNIM. E 01107053
Di setujui oleh :
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Dr. NETTY HERAWATI, M.SiNIP. 196510291990022001
Drs. H. DJOKO SUHARTONO, MMNIP.195308291985031002
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK2012
30