aang proposal ok

46
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara Agraris, negara agraris dicirikan oleh sebagian besar penduduknya bermukim di daerah pedesaan dan bermata pencaharian di sektor pertanian. Dengan demikian daerah pedesaan merupakan wilayah agraris. Demikian halnya dengan Kalimantan Barat yang sebagian penduduknya tinggal di daerah pedesaan sudah tentu penduduknya berprofesi sebagai petani. Sektor pertanian dalam arti luas, meliputi berbagai sub sektor diantaranya perikanan, perkebunan, peternakan dan kehutanan. Dengan demikian ruang lingkup pertanian sangat luas sehingga dapat memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat, khususnya masyarakat di pedesaan. Areal perkebunan di Desa Sungai Rengas saat ini seluas 3.771 ha, kelapa 1.036 ha merupakan 1

Upload: mureni-renim

Post on 25-Jul-2015

148 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Aang Proposal OK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan Negara Agraris, negara agraris dicirikan oleh

sebagian besar penduduknya bermukim di daerah pedesaan dan bermata

pencaharian di sektor pertanian. Dengan demikian daerah pedesaan merupakan

wilayah agraris. Demikian halnya dengan Kalimantan Barat yang sebagian

penduduknya tinggal di daerah pedesaan sudah tentu penduduknya berprofesi

sebagai petani.

Sektor pertanian dalam arti luas, meliputi berbagai sub sektor

diantaranya perikanan, perkebunan, peternakan dan kehutanan. Dengan

demikian ruang lingkup pertanian sangat luas sehingga dapat memberikan

kesempatan kerja kepada masyarakat, khususnya masyarakat di pedesaan.

Areal perkebunan di Desa Sungai Rengas saat ini seluas 3.771 ha,

kelapa 1.036 ha merupakan perkebunan rakyat yang diusahakan secara

monokultur dan kebun campuran. Dari luas areal tersebut 94% merupakan

perkebunan rakyat yang menjadi andalan sumber pendapatan petani dengan

rata-rata produksi 1,29 ton kopra/ha/tahun (APPC, 2004). Tingkat

produktivitas ini masih di bawah sasaran produksi kelapa di lahan pasang surut

yaitu sebesar 1,74 ton/ha/tahun (Pranowo dan Luntungan, 1993).

Usahatani kelapa di Sungai Rengas pada saat ini belum banyak terkait

dengan industri pengolahan, industri hilir (industri input faktor), industri jasa,

keuangan, dan pemasaran. Akibatnya agribisnis kelapa tidak berhasil

1

Page 2: Aang Proposal OK

mendistribusikan nilai tambah secara optimal dan proporsional, sehingga tidak

signifikan pengaruhnya terhadap penambahan pendapatan petani kelapa.

Pengelolaan usahatani kelapa masih bersifat tradisional dan terbatasnya

modal,maupun kualitas produk yang dihasilkan masih rendah. Sampai sat ini

belum banyak berubah sehingga komoditas kelapa yang mempunyai multiguna

relatif tidak ada nilai tambahnya. Pangsa pasar ekspor sangat terbuka untuk

semua produk kelapa,khususnya produk ikutan seperti bungkil, arang

tempurung, sabut kelapa dan desicated coconut.

Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas yang berdampak

kepada peningkatan pendapatan petani, adalah dengan pengelolaan input

usahatani seperti tenaga kerja, pendapatan, pendidikan, luas lahan dan keikut

sertaan dalam kelompok tani secara optimal dan efektif. Usahatani yang

berbasis organisasi dan kelompok dalam bentuk komunitas yang aktif dan

mandiri akan meningkatkan posisi tawar menawar petani (barganing position).

Petani makin kuat dalam menentukan harga produk berupa kelapa butiran

maupun kopra (Luntungan et al., 2005). Bentuk basis organisasi perkelapaan

Indonesia mempunyi ciri yaitu :orientasi output, orientasi bisnis dan orientasi

pengembangan wilayah (Akuba, 2003).

Strategi pengembangan sistem agribisnis kelapa adalah suatu proses

fungsi produksi yang akan menghasilkan produktivitas kelapa secara optimal

dan efisien,maka strategi itu merupakan keterpaduan dan keberlanjutan

kerjasama dari masing-masing subsistem agribisnis (Suprapto, 1998).

Pengertian fungsi produksi telah banyak ditulis oleh para ahli ekonomi, salah

2

Page 3: Aang Proposal OK

satunya adalah Nicholson (1999), yang menyatakan bahwa fungsi produksi

merupakan suatu proses yang menunjukkan tingkat produksi yang dicapai

dalam penggunaan beberapa input faktor dengan jumlah tertentu. Kemudian

Bilas (1992), menyatakan bahwa fungsi produksi adalah hubungan fisik antara

jumlah faktor-faktor produksi yang dipakai dengan jumlah produksi yang

dihasilkan persatuan waktu. Sedangkan Sudarman dan Alghifari (1992),

menyatakan bahwa fungsi produksi adalah suatu persamaan matematis yang

menunjukkan hubungan fungsional antar jumlah input dan output. Beattie dan

Taylor (1996), secara lebih spesifik mengatakan fungsi produksi adalah sebuah

deskripsi matematik atau kuantitatif dari berbagai macam kemung-kinan

produksi teknis yang dihadapi pngelolaan usahatani. Fungsi produksi pada pola

usahatani kelapa dengan tanaman sela dapat meningkatkan pendapatan petani

lebih besar dibandingkan dengan usahatani monokultur (Hasni, 2004).

Sebagai gambaran umum kinerja agroindustri kelapa di Desa Sungai

Rengas saat ini sudah menghasilkan berbagai produk kelapa, seperti bungkil

kopra pellet, minyak kelapa, minyak goreng, air kelapa, santan kelapa, tepung

kelapa, dan bukil inti kelapa. Meskipun produk tersebut masih perlu

peningkatan penerapan teknologi agroindustri. Di samping itu juga kelima

subsistem agribisnis seperti pengadan, produksi, pengolahan, pemasaran dan

penunjang belum saling terkait satu sama lain sehingga perlu pembenahan

secara menyeluruh dan terpadu. Secara garis besar produksi buah kelapa di

Desa Sungai Rengas belumlah seperti apa yang diharapkan, untuk saat ini

produksi kelapa tiap tahunnya hanya mencapai 1,29 ton atau sekitar 0,11 ton

3

Page 4: Aang Proposal OK

untuk tiap bulannya. Apabila dikalkulasikan dalam sembilan bulan terakhir

jumlah produksi buah kelapa yang dihasilkan petani di Desa Sungai Rengas

sebanyak 0,97 ton atau sekitar 970 Kg buah kelapa.

Pemberdayaan secara konseptual pada intinya membahas bagaimana

individu, kelompok, ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan

mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai

dengan keinginan mereka. Pemberdayaan merupakan the missing ingrident

dalam mewujudkan partisipasi masyarakat yang aktif dan kreatif. Secara

sederhana, pemberdayaan mengacu kepada kemampuan masyarakat untuk

mendapatkan dan memanfaatkan akses dan kontrol atas sumberdaya yang

penting. Oleh karena itu, pemberdayaan dan partisipasi di tingkat komunitas

merupakan dua konsep yang erat kaitannya dalam konteks ini pernyataan Craig

dan Mayo, bahwa empowerment is road to participation adalah sangat relevan

(Nasdian, 2006).

Salah satu pola pendekatan pemberdayaan masyarakat yang paling

efektif dalam rangka peningkatan partisipasi masyarakat adalah inner

resources approach. Pola ini menekankan pentingnya merangsang masyarakat

untuk mampu mengidentifikasi keinginan-keinginan dan kebutuhan-

kebutuhannya dan bekerja secara kooperatif dengan pemerintah dan badan-

badan lain untuk mencapai kepuasan bagi mereka. Pola ini mendidik

masyarakat menjadi concern akan pemenuhan dan pemecahan masalah-

masalah yang mereka hadapi dengan menggunakan potensi yang mereka miliki

(Ross 1987 : 77-78).

4

Page 5: Aang Proposal OK

B. Identifikasi Permasalahan

Berdasarkan hasil observasi awal yang penulis lakukan di Lokasi

Penelitian ditemukan adanya beberapa fenomena, diantaranya :

1. Sistem dan usaha agribisnis kelapa di Desa Sungai Rengas belum

berkembang secara optimal dan kinerja antar simpul-simpul agribisnis

belum terintegrasi dengan baik.

2. Sosialisasi dan peningkatan pengetahuan teknis petani kelapa tentang

penggunaan input dan output perkebunan kelapa belum dilakukan.

3. Menurunnya harga komoditas kelapa menjadi salah satu penyebab

merosotnya tingkat pendapatan petani. Disamping itu dari pihak

pemerintah belum memberikan solusi alternatif yang lebih memihak pada

petani.

C. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penelitian ini hanya

terpokus pada: “Strategi Pemberdayaan Petani Kelapa di Desa Sungai Rengas

Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya”.

D. Perumusan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan lebih lanjut maka penulis

merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut :

1. Optimalisasi usaha agribisnis kelapa di Desa Sungai Rengas

2. Sosialisasi dan peningkatan pengetahuan teknis petani kelapa dalam

penggunaan input dan output perkebunan kelapa.

5

Page 6: Aang Proposal OK

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui optimalisasi usaha agribisnis kelapa di Desa Sungai

Rengas

b. Sosialisasi dan peningkatan pengetahuan teknis petani kelapa dalam

penggunaan input dan output perkebunan kelapa.

2. Kegunaan Penelitian

a. Bagi Lingkungan Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan

keilmuan terutama dalam bidang administrasi negara, pembangunan,

dan pertanian.

b. Pemerintah Daerah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam

menyediakan informasi dan data dasar untuk menentukan langkah-

langkah yang tepat dalam rangka pemberdayaan petani kelapa oleh

Petugas Penyuluh Lapangan serta perbaikan metode yang ada untuk

mengikutsertakan masyarakat dalam program-program pembangunan

selanjutnya.

c. Masyarakat/petani kelapa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pengetahuan dan

sosialisasi kepada masyarakat mengenai usaha pemberdayaan petani

kelapa dalam meningkatkan produktivitasnya, khususnya masyarakat di

Desa Sungai Rengas.

6

Page 7: Aang Proposal OK

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

A. Kajian Teori

Soekanto (2004:97), mengemukakan bahwa taraf pendidikan yang

rendah menimbulkan akibat tingkat respon petani dalam sektor pertanian relatif

rendah, dengan demikian pemikiran petani lebih konservatif, menimbulkan

kesukaran penggunaan teknologi baru dalam bidang pertanian bagi petani

dalam menggunakan teknologi tersebut. Selanjutnya taraf pendidikan di daerah

pedesaan relatif rendah merupakan hambatan bagi penerapan teknologi baru

kepada masyarakat, guna meningkatkan produktivitas mutu kelapa. Dikatakan

konservatif maksudnya adalah sikap petani yang cenderung memandang

penggunaan teknologi baru akan merusak tradisi dan kebiasaan mereka,

sehingga timbul keengganan dikalangan petani untuk menggunakan teknologi

baru.

Usaha petani kelapa berdasarkan kenyataan terlihat bahwa petani

masih mempertahankan nilai-nilai tradisional khususnya yang merupakan

hambatan untuk meningkatkan kualitas kelapa terutama yang berkaitan dengan

penerapan teknologi pertanian. Artinya petani kelapa masih memiliki pola pikir

yang sangat sederhana, usaha tani mereka tidak terlalu berpatokan pada

peningkatan produksi dan keuntungan yang berlimpah. Asalkan kebutuhan

sehari-hari seluruh keluarga tercukupi, maka cukuplah alasan untuk terus

mempertahankan usaha kebun kelapanya.

7

Page 8: Aang Proposal OK

Pembangunan pertanian pada sub sektor perkebunan kelapa yang di

kembangkan di daerah pedesaan, sasarannya adalah untuk meningkatkan taraf

hidup petani kelapa. Dengan demikian sub sektor perkebunan memberikan

potensi yang cukup besar bagi terwujudnya kesejahteraan keluarga petani

kelapa di Desa Sungai Rengas. Sebagaimana diketahui sub sektor perkebunan

untuk iklim di Indonesia pada umumnya dan khususnya untuk Kalimantan

Barat memiliki potensi yang sangat besar bagi pertumbuhan tanaman kelapa,

bahkan menjadi sumber pendapatan pokok petani. Dalam upaya meningkatkan

produktivitas kelapa rakyat, diperlukan suatu sistem pengelolaan perkebunan

kelapa secara terpadu dengan menggunakan teknologi yang dapat

meningkatkan produksi kelapa dan pendapatan petani, menjamin kelangsungan

hidup petani serta memelihara keanekaragaman hayati.

Pemberdayaan Masyarakat dapat didefinisikan sebagai metode yang

memungkinkan orang dapat meningkatkan kualitas hidupnya serta mampu

memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang mempengaruhi

kehidupannya. Sedangkan menurut Twelvetrees (Mosher 1987:4),

Pemberdayaan Masyarakat adalah usaha dalam membantu orang biasa untuk

meningkatkan lingkungannya dengan melakukan aksi kolektif. Pemberdayaan

Masyarakat juga diartikan lebih dari sekedar pengembangan ekonomi,

melainkan Pemberdayaan Masyarakat adalah usaha untuk membangun

lingkungan pada tingkatan lokal dengan penekanan pada peningkatan

pembangunan ekonomi, penguatan dan pemantapan sosial, dan pengembangan

sektor non-profit.

8

Page 9: Aang Proposal OK

Pemberdayaan (empowerment) berasal dari Bahasa Inggris, power

diartikan sebagai kekuasaan atau kekuatan. Menurut Korten (1992)

pemberdayaan adalah peningkatan kemandirian rakyat berdasarkan kapasitas

dan kekuatan internal rakyat atas SDM baik material maupun non material

melalui redistribusi modal. Sedangkan Pranarka dan Vidhyandika (1996:56)

menjelaskan pemberdayaan adalah upaya menjadikan suasana kemanusiaan

yang adil dan beradab menjadi semakin efektif secara struktural, baik di dalam

kehidupan keluarga, masyarakat, negara, regional, internasional, maupun

dalam bidang politik, ekonomi, dan lain sebagainya.

Selain itu menurut Paul (1987) pemberdayaan berarti pembagian

kekuasaan yang adil (equitable sharing of power) sehingga meningkatkan

kesadaran politis dan kekuasaan kelompok yang lemah serta memperbesar

pengaruh mereka terhadap proses dan hasil-hasil pembangunan. Menurut

Robert Dahl (1983:50), pemberdayaan diartikan pemberian kuasa untuk

mempengaruhi atau mengontrol. Manusia selaku individu dan kelompok

berhak untuk ikut berpartisipasi terhadap keputusan-keputusan sosial yang

menyangkut komunitasnya. Sementara Hulme dan Turner (1990:214-215)

berpendapat bahwa pemberdayaan mendorong terjadinya suatu proses

perubahan sosial yang memungkinkan orang-orang pinggiran yang tidak

berdaya untuk memberikan pengaruh yang lebih besar di arena politik secara

lokal maupun nasional. Oleh karena itu pemberdayaan sifatnya individual dan

kolektif. Pemberdayaan juga merupakan suatu proses yang menyangkut

9

Page 10: Aang Proposal OK

hubungan kekuasaan kekuatan yang berubah antar individu, kelompok dan

lembaga.

Menurut Talcot Parsons (dalam Prijono, 1996:64-65) power

merupakan sirkulasi dalam subsistem suatu masyarakat, sedangkan power

dalam empowerment adalah daya sehingga empowerment dimaksudkan sebagai

kekuatan yang berasal dari bawah. Pemberdayaan ini memiliki tujuan dua arah,

yaitu melepaskan belenggu kemiskinan dan keterbelakangan dan memperkuat

posisi lapisan masyarakat dalam struktur kekuasaan. Keduanya harus ditempuh

dan menjadi sasaran dari upaya pemberdayaan. Sehingga perlu dikembangkan

pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan masyarakat.

Pemberdayaan lebih mudah dijelaskan pada saat manusia dalam keadaan

powerlessness (baik dalam keadaan aktual atau sekedar perasaan), tidak

berdaya, tidak mampu menolong diri sendiri, kehilangan kemampuan untuk

mengendalikan kehidupan sendiri (Prijono, 1996:54). Selain itu pemberdayaan

adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk,

berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas dan mempengaruhi terhadap

kejadian-kejadian serta lembagalembaga yang mempengaruhi kehidupannya.

Konsep pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh

ketrampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi

kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya (Pearson et

al, 1994 :106). Pemberdayaan mempunyai tiga dimensi yang saling

berpotongan dan berhubungan, sebagaimana yang disimpulkan oleh Kieffer

(1984:65) dari penelitiannya, yaitu: (1) Perkembangan konsep diri yang lebih

10

Page 11: Aang Proposal OK

positif; (2) Kondisi pemahaman yang lebih kritis dan analitis mengenai

lingkungan sosial dan politis; dan (3) Sumber daya individu dan kelompok

untuk aksi-aksi sosial maupun kelompok.

Grand Theories dari konsep empowerment (pemberdayaan) ini

mengacu pada pengaruh Marx mengenai ada yang berkuasa dan ada juga

dikuasai ada perbedaan kelas semisal majikan dan buruh, distribusi pendapatan

yang tidak merata sampai kekuatan ekonomi yang merupakan dasar dari

pemberdayaan (Prijono, 1996:54-55).

Pemberdayaan Masyarakat juga didefiniskan dengan sebagaimana asal

katanya, yakni pengembangan masyarakat, Pemberdayaan Masyarakat terdiri

dari dua konsep, yaitu “pengembangan” dan “masyarakat”. Secara singkat,

pengembangan atau pembangunan merupakan usaha bersama dan terencana

untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Bidang-bidang pembangunan

biasanya meliputi beberapa sektor, yaitu ekonomi, pendidikan, kesehatan dan

sosial-budaya.

Definisi Pemberdayaan Masyarakat yang lainnya ialah sebuah

terminologi yang bersifat luas pada tataran praktek dan di aplikasikan oleh para

praktisi dan akademisi pemimpin sipil, aktivis, pembangun peradaban, para

profesional, demi satu tujuan untuk melakukan penguatan aspek lokal yang

dimiliki oleh masyarakat tersebut dengan penggalian potensi yang ada secara

mandiri.

Pemberdayaan merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh atasan

atau pimpinan dengan memberikan bantuan atau dukungan agar bawahan dapat

11

Page 12: Aang Proposal OK

menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik sehingga tujuan dapat dicapai

dengan maksimal. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh

Wasistiono dalam Abdi Praja (Agustus 1998) menjelaskan “pemberdayaan

berkaitan dengan upaya pemberian daya atas kekuasaan dari atasan kepada

bawahan dengan tujuan agar kepentingan bersama dapat tercapai secara

optimal”.

Konsep tentang pemberdayaan telah luas diterima dan digunakan,

mungkin dengan pengertian dan persepsi yang berbeda satu dengan yang lain.

Pemakaian konsep tersebut secara kritikal meminta telaah yang bersifatnya

mendasar dan jernih. Menurut Wasistiono (2001:71) mengatakan bahwa:

“Pemberdayaan adalah upaya membuat orang, kelompok atau masyarakat

menjadi berdaya sehingga mampu mengurus kepentingannya sendiri secara

mandiri. Dengan demikian inti pemberdayaan adalah menciptakan

kemandirian, baik dari individu, kelompok maupun masyarakat”.

Selanjutnya menurut Stewart (1998:22) ”pemberdayaan sederhana

merupakan cara yang amat praktis dan produktif untuk mendapatkan yang

terbaik dari diri kita sendiri dan dari staf kita”.

Sedangkan menurut Bennis dan Mische (1995:45) dalam

Sedarmayanti (2001:3) menjelaskan bahwa pemberdayaan berarti

menghilangkan batasan yang mengkotak-kotakkan orang dan membuat mereka

menggunakan seefektif mungkin keterampilan, pengalaman, energi, dan

ambisinya. Ini berarti memperkenankan mereka untuk mengembangkan suatu

perasaan memiliki bagian-bagian dari proses, khususnya yang menjadi

12

Page 13: Aang Proposal OK

tanggung jawab mereka. Sementara, waktu yang menuntut mereka menerima

suatu bagian tanggung jawab dan kepemilikan yang lebih luas dari keseluruhan

proses.

Pranaka (1996:56-57) dalam Sedarmayanti (2000:3) menyatakan

bahwa:

Munculnya konsep pemberdayaan ini pada awalnya merupakan gagasan yang ingin menempatkan manusia sebagai subjek dari dunianya sendiri. Oleh karena itu, wajar apabila konsep ini menampakkan dua kecenderungan. Pertama, pemberdayaan menekankan kepada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan (power) kepada masyarakat, organisasi, individu agar menjadi lebih berdaya. Proses ini sering disebut sebagai kecenderungan primer dari makna pemberdayaan. Kedua, kecenderungan sekunder menekankan pada proses menstimulasi, mendorong dan memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya.

Pranarka dan Moeljanto (1996:56-57) mengemukakan bahwa :

“Pemberdayaan (empowerment) dilandasi oleh suatu proses yang ada dari dua kecenderungan, yang pertama adalah penekanan pada proses memberikan/mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan agar masyarakat menjadi lebih berdaya. Kedua, penekanan pada proses menciptakan daya rangsangan mendorong serta memotivasi individu agar memiliki daya atau kemampuan untuk menentukan pilihan hidup melalui proses dialog”.

Dalam kaitannya dengan pengembangan industri kecil ini, maka

kemampuan berusaha itu sudah sewajarnya dimiliki oleh anggota masyarakat,

yaitu kemampuan dan kecakapan untuk menggabungkan faktor-faktor produksi

alam, faktor produksi tenaga kerja dan faktor produksi modal. Hal ini perlu

dikemukakan mengingat bahwa saat ini kemampuan serta kecakapan untuk

mengelola suatu usaha masih lemah.

13

Page 14: Aang Proposal OK

Pembinaan dan pengembangan industri kecil mutlak diperlukan

karena industri kecil merupakan salah satu penunjang pembangunan. Menurut

Marbun (1993:51) untuk lebih meningkatkan pengembangan industri kecil,

perlu dilakukan berbagai upaya, antara lain :

1. Pendekatan makro untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi tumbuh berkembangnya industri kecil itu sendiri, antara lain meliputi penyediaan barang-barang publik yang lebih berorientasi pada pengembangan usaha kecil seperti fasilitas infrastruktur sarana transportasi, komunukasi, dan sebagainya. Kebijakan moneter dan keuangan, fasilitas perpajakan, pendidikan umum, pengembangan teknologi serta kebijakan persaingan yang sehat bagi dunia industri kecil.

2. Menghilangkan monopoli terutama pada industri hulu, juga menghilangkan kolusi yang dapat mendorong munculnya monopoli, karena dengan timbulnya monopoli industri kecil akan sulit berkembang.

3. Mengembangkan kemitraan antara industri kecil dengan industri besar dan didasarkan pada saling menguntungkan antara kedua belah pihak.

4. Usaha kecil juga perlu meningkatkan efesiensi usaha, hal ini mengingat persaingan usaha makin tajam.

5. Perlunya dibentuk suatu organisasi bagi pengusaha indutri kecil disuatu daerah agar pengusaha industri kecil dapat melakukan koordinasi yang baik dalam pengembangannya.

Dari uraian diatas dapatlah diambil suatu kesimpulan bahwa kegiatan

industri kecil mempunyai peranan yang sangat penting dalam peningkatan

pertumbuhan ekonomi masyarakat, sehingga dapat juga meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dan pada akhirnya dapat menunjang lancarnya

pembangunan nasional, maka tidak mengherankan apabila pemerintah selalu

menitik beratkan bidang industri kecil dalam setiap pelitanya.

Kartasasmito (1996:141) mendefinisikan bahwa “pemberdayaan

adalah upaya untuk membangun daya yang dimiliikinya dengan mendorong ,

14

Page 15: Aang Proposal OK

memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta

berupaya untuk mengembangkan”

Cutterbuck dan Kerringhan (1995:13) mendefenisikan bahwa

“pemberdayaan sebagai upaya pemusatan kekuasaan dengan memberi

kekuasaan, tanggung jawab, wewenang, kepercayaan dan hak melalui

pendelegasian. Pendelegasian tersebut selanjutnya diawasi untuk

mengendalikan pelaksanaan kekuasaan dengan tujuan agar kepentingan dan

cita-cita dapat tercapai secara optimal”.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

pemberdayaan masyarakat merupakan upaya pemberian wewenang atau

kekuasaan dari yang berwenang, dalam hal ini adalah pihak pemerintah,

kepada masyarakat agar kepentingan bersama dapat tercapai secara optimal.

Pemberdayaan Masyarakat juga memiliki definisi peningkatan

kesejahteraan sosial, ekonomi dan kondisi budaya disebuah desa atau di kota

kecil. Atau juga dikatakan sebagai proses usaha dari beberapa orang dalam

suatu komunitas untuk meningkatkan kondisi ekonomi, sosial dan kondisi

kebudayaan dengan melalui campur tangan pemerintah untuk mencapai

kesatuan kesejahteraan.

Pembinaan dan pendidikan yang diberikan pada peserta didik akan

dapat menunjang kepribadian anak, karena dari pengalaman yang diberikan

mereka belajar dan dapat mengetahui apa yang seharusnya dilakukan dan apa

yang seharusnya tidak dilakukan. Pengertian pembinaan menurut Gafur

(1982:9) adalah sebagai berikut :

15

Page 16: Aang Proposal OK

Pembinaan dan pengembangan pada dasarnya adalah upaya pendidikan formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, teratur, terarah dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing dan mengembangkan suatu kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat, keinginan serta kemampuan sebagai bekal untuk selanjutnya atas prakarsa sendiri menambah, meningkatkan, mengembangkan dirinya, sesamanya maupun lingkungannya kearah terciptanya martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi yang mandiri.

Pembinaan menurut Miftah Thoha (1982:7), adalah suatu tindakan,

proses, hasil atau pernyataan menjadi lebih baik. Dalam hal ini menunjukan

adanya kemajuan, peningkatan, pertumbuhan, evolusi atas berbagai

kemungkinan atau peningkatan atas sesuatu. Dari pendapat tersebut dapat

disimpulkan bahwa petani kelapa merubah pola tanaman dari tanaman kelapa

lokal menjadi pola tanaman kelapa dan mau mengikiti petujuk/anjuran dari

PPL untuk menggunakan teknologi baru dalam sektor perkebunan kelapa

yang diharapkan bisa meningkatkan taraf hidup petani yang lebih baik, jadi

sistem tanam, pemeliharaan bibit dan sebagainya harus dirubah untuk

mendapatkan hasil yang lebih baik.

Sastratmadjaya (1986:2), mendefinisikan penyuluhan adalah :

suatu ilmu sosial yang mempelajari sistem proses perubahan individu dan masyarakat agar terwujudnya perubahan tersebut dapat mencapai apa yang diharapkan sesuai dengan pola atau rencana, bahwa dalam melaksanakan program penyuluhan perlu adanya motivasi persuasif yang saling mempengaruhi secara efisien dan efektif dalam upaya meningkatkan kesejahteraan sosial secara terkoordinir berdayaguna dan berhasilguna.

Berdasarkan uraian tersebut bahwa dalam melaksanakan program

penyuluhan haruslah bersifat mendidik kepada setiap obyek yang diubah,

sehingga dapat memberikan jalan kepada masyarakat yang ingin maju.

16

Page 17: Aang Proposal OK

Sehaubungan masyarakat yang ingin maju tentunya ingin memiliki

pengetahuan sesuai dengan keinginannya. Pemerintah harus bekerjasama

dengan masyarakat yang dibinanya berdasarkan asas kekeluargaan dan

gotong-royong tanpa ada balas jasa yang diharapkan yaitu menambah

pengetahuan dan keterampilan khususnya dibidang pertanian kelapa.

Samsudin (1987:1), mengemukakan bahwa tujuan penyuluhan

pertanian adalah untuk menimbulkan perubahan yang lebih baik mengarah

dalam kegiatan usaha tani terutama dalam bentuk pengatahuan yang dimiliki

para petani, kecakapan berpikir sikap kemudian tanggap terhadap perubahan

teknologi yang berkembang. Tujuan penyuluhan yang dikemukakan

sebenarnya untuk merubah nilai-nilai sosial petani yang melaksanakan

peremajaan kelapa dengan teknologi baru, dengan maksud untuk

meningkatkan produksi kelapa sehingga dapat meningkatkan pendapatan

petani.

A.T. Mosher (1987:258), mengemukakan mengenai pembahasaan

dalam bidang pertanian sebagai berikut: merubah proses produksi pertanian,

mengubah perilaku para petani dan melakukan tindakan efektif dan efisien

antara biaya dan nilai hasil. Pendapat ahli tersebut, menegaskan bahwa

meningkatnya produksi pertanian tidak lepas dari peningkatan pemahaman

petani tentang teknik produksi pertanian, karena meningkatnya hasil produksi

pertanian disebabkan pemakaian teknik-teknik didalam usaha tani.

Samsudin (1987:258), mengatakan bahwa masyarakat tani mau dan

mampu mengubah cara usaha tani. Kemudian kemauan ini diharapkan

17

Page 18: Aang Proposal OK

menjadi motivasi lebih produktif, menguntungkan dan akhirnya kehidupan

lebih baik dan layak. Maksud dari pendapat tersebut di atas, bahwa untuk

meningkatkan penggunaan teknologi baru sesuai dengan program pemerintah,

dengan demikian dapat menciptakan taraf hidup yang lebih baik.

Adanya perubahan kehidupan para masyarakat khususnya petani

kelapa akan mempengaruhi keadaan sosial ekonomi keluarga itu sendiri dalam

hal menaikan taraf hidup bagi keluarganya Beratha, I.N (1984:9), menyatakan

ada hal-hal pokok yang dapat mempengaruhi keadaan sosial ekonomi

masyarakat dewasa ini, hal tersebut adalah pendapatan perkapita masyarakat,

tingkat pendidikan yang relatif rendah. Akibat dari beberapa hal tersebut di

atas, mengakibatkan keterbelakannya masyarakat itu sendiri yang sebagai

kelanjutannya terdapat banyak kantong-kantong kemiskinan. Uraian tersebut

juga didukung pendapat Ala dan Andre Bayo (1981:5), mengemukakan bahwa

rendahnya kehidupan sosial ekonomi masyarakat disebabkan : rendahnya

tingkat pendapatan yang diterima oleh seseorang relatif kurang, rendahnya

pendidikan, kurang lancarnya transportasi yang dibutuhkan oleh masyarakat,

kurang memiliki aset, kurang memiliki kebebasaan hak dalam memperoleh

pekerjaan yang layak, disambungkan dengan salah satu cara pemerintah untuk

mengubah keadaan sosial ekonomi masyarakat (petani kelapa) yaitu dengan

memberikan informasi melalui penyuluhan dan pembinaan dengan

mengupayakan nilai-nilai baru guna menyadarkan serta penghapusan terhadap

cara-cara tradisional yang menghambat majunya pembangunan masyarakat.

18

Page 19: Aang Proposal OK

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Jeremias dengan Judul Pembinaan

Petani Karet dalam Upaya Meningkatkan Ekonomi Keluarga (Studi di Desa

Setanduk Kecamatan Capkala Kabupaten Bengkayang). Hasil penelitiannya

menunjukan bahwa pertama, kondisi sosial ekonomi petani yang sangat rawan

(terdesak oleh kebutuhan ekonomi rumah tangga) sering dimanfaatkan oleh

pihak toke/tengkulak melalui pemberian bantuan finansial (hutang) sehingga

lama-kelamaan akibatnya para petani karet menjadi semakin sulit keluar dari

ikatan hutang-piutang. Kondisi sosial ekonomi petani karet tersebut

sebetulnya hanya menggambarkan bagaimana sesungguhnya wajah petani

karet di pedesaan khususnya di Desa Setanduk. Artinya, kehidupan

masyarakat pedesaan yang masih didominasi oleh para petani karet-rakyat

(basis agraris), kehidupannya masih dalam serba kekurangan dan derajat

kesejahteraanya masih rendah. Kedua, intensifikasi dan kualitas penyuluhan

yang dilakukan petugas penyuluh lapangan bertujuan untuk meningkatkan

produktivitas petani karet.

19

Page 20: Aang Proposal OK

C. Kerangka Pikir Penelitian

Pemberdayaan Petani Kelapa dalam meningkatkan produktivitasnya

Optimalisasi usaha agribisnis kelapa

Sosialisasi dan peningkatan pengetahuan teknis petani kelapa dalam penggunaan input

dan output perkebunan kelapa.

20

Page 21: Aang Proposal OK

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus (case study) yang

menggambarkan dan menerangkan fenomena yang berlaku pada suatu

masyarakat terutama berkenaan dengan pembinaan petani kelapa dalam

meningkatkan ekonomi keluarga. Studi kasus merupakan tipe penelitian

melalui pendekatan intensif, mendalam, mendetil dan komprehensif yang

berupaya menggali lebih mendalam mengenai masalah penelitian sehingga

keunikan pada kasus penelitian ini dapat terungkap. Oleh karena itu, untuk

mendapatkan data lapangan, peneliti harus terjun langsung ke lapangan agar

dapat mengamati secara langsung keadaan masyarakat yang diteliti. Peneliti

berusaha untuk mengamati dan memahami keadaan yang didapat di lapangan

dengan membangun kesimpulan sementara sebagai bahan dalam pemecahan

masalah dan bahan pengamatan selanjutnya. Ditinjau dari wilayahnya, maka

penelitian ini hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit yaitu desa

agar penelitian lebih terfokus dan dapat menggali sebanyak-banyak informasi

yang ada di lapangan.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini ditetapkan di Desa Sungai Rengas Kecamatan

Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya, dengan pertimbangan :

21

Page 22: Aang Proposal OK

a. Sebagian besar masyarakatnya Desa Sungai Rengas mengandalkan hasil

kebun kelapa sebagai sumber utama penghasilan.

b. Kondisi kehidupan ekonomi petani kelapa sangat memperihatinkan, yang

dari tahun ketahun hasil produksinya mengalami penurunan.

c. Di desa Sungai Rengas belum pernah dilakukan penelitian secara ilmiah.

C. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif. Secara teknis, langkah-langkah analisis data yang akan dilakukan

adalah: Pertama, data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data dilakukan

pemisahan-pemisahan atau pengaktegorian, pengklasifikasian sehingga

memudahkan peneliti untuk melakukan analisis. Kedua, data yang sudah

dikelompokkan dan dipilah tersebut selanjutnya diolah sehingga dapat

dianalisis dan diinterpretasikan serta dihubungkan dengan gejala sosial

lainnya. Ketiga, hasil dari proses analisis serta penafsiran data pada akhirnya

akan diperoleh suatu kesimpulan dari kegiatan penelitian tersebut.

Dalam penelitian ini, langkah-langkah yang diambil peneliti adalah :

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan ini dimaksud untuk memperoleh data sekunder,

yaitu dengan cara mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan

permasalahan sehingga diharapkan akan dapat memperoleh teori-teori sebagai

dasar pemecahan masalah.

b. Penelitian Lapangan (Field Research)

22

Page 23: Aang Proposal OK

Penelitian lapangan dimaksudkan untuk memperoleh data, baik data

primer maupun sekunder, yaitu dengan cara terjun langsung kelapangan

terutama untuk memperoleh gambaran umum tentang pemberdayaan petani

kelapa.

D. Teknik Pengumpul Data

1) Teknik observasi, yaitu dengan cara mengadakan pengamatan langsung ke

lokasi penelitian untuk mengetahui gejala yang terjadi sesuai dengan

permasalahan yang diteliti.

2) Teknik wawancara, yaitu dengan cara mengadakan tanya jawab secara

langsung kesumber data dan informasi kunci mengenai hal-hal yang

berkaitan dengan masalah penelitian.

E. Instrumen Pengumpulan Data

1) Pedoman Wawancara, yaitu suatu daftar pemeriksaan yang berisikan hal-hal

yang akan diteliti dilapangan mengenai gejala-gejala yang terjadi serta

mencari kebenaran data yang diperoleh dari responden maupun informan

kunci.

2) Pedoman wawancara, yaitu suatu daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan

sebelumnya untuk ditanyakan kepada informan kunci sebagai pedoman

guna melengkapi data dari responden.

23

Page 24: Aang Proposal OK

F. Subjek Penelitian

Dalam suatu penelitian, penentuan sumber data sangat menentukan

relevan atau tidaknya masalah tersebut untuk diteliti. Oleh sebab itu, dalam

penelitian dibutuhkan kecermatan dalam menetapkan sumber data.

Sumber data dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling, dimana menurut Faisal (1992:67) purposive sampling adalah teknik

penentuan sampel yang ditetapkan secara sengaja oleh peneliti. Adapun yang

menjadi subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat yang terlibat secara

langsung pembinaan petani Kelapa yang berjumlah 12 orang. Sedangkan untuk

informan kunci dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Kepala Desa Sungai Rengas

b) Petani kelapa yang berhasil dan berpengalaman

c) Petugas Penyuluh Lapangan (PPL)

G. Keabsahan Data

Pemeriksaan terhadap keabsahan data merupakan salah satu yang

sangat penting didalam penelitian kualitatif, untuk mengetahui derajat

kepercayaan dari hasil penelitian yang dilakukan. Apabila peneliti

melaksanakan pemeriksaan terhadap keabsahan data secara cermat dengan

teknik yang tepat dapat diperoleh hasil penelitian yang benar-benar dapat

dipertanggungjawabkan dari berbagai segi. Untuk mendapatkan validitas data

dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Triangulasi sebagai teknik

pemeriksaan data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

24

Page 25: Aang Proposal OK

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding data itu (Moleong, 2004 : 178).

Teknik Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

triangulasi dengan memanfaatkan penggunaan sumber yaitu teknik

pemeriksanaan keabsahan data dengan membandingkan data hasil pengamatan

dengan data hasil wawancara dan dokumentasi serta pengecekan penemuan

hasil penelitian dari beberapa teknik pengumpulan data yaitu triangulasi

dengan memanfaatkan sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan. Sesuatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

yang berbeda. Hal ini dapat dicapai dengan jalan :

1. Membandingkan data hasil penggambaran dengan hasil wawancara.

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang

dikatakan secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan

apa yang dilakukan sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan pada perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat orang lain.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi sesuatu dokumen yang

berkaitan.

25

Page 26: Aang Proposal OK

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini dan A. Dhalimi. 1998. Pembuatan minyak kelapa secara fermentasi di Daerah pasang surut. Bulletin. Littri (5) : 54 -56.

Asian and Pacific Coconut Community (APCC). 2004. Coconut Statistical Year Book. Kuningan, Jakarta. 291 hlm.

Akuba Rusthamrin. 2003. Visi kelembagaan perkelapaan Indonesia di era otonomi Daerah, Proseding Konfrensi Kelapa V, Tembilahan, Oktober 2002. Hlm 133-136.

Ala, Andre Bayo, 1982, Ilmu Usaha Tani, Alumni, Bandung.

A.T.Mosher, 1987, Mengerakan dan Membangun Pertanian, CV. Yayasan Guna Yogyakarta.

Beattie, B. R., and C. R. Taylor. 1996 . Ekonomi Produksi. Penerbit Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Bilas, R. 1992. Teori Mikro Ekonomi. Penerbit Erlangga Jakarta.

Coen R, B. Haverkort dan Ann Waters Bayer. 1999. Pertanian Masa Depan (terjemahan Y. Sukoco S.S). Kanisius, Yogyakarta. Hlm 7-9.

Hasni, H. 2004. Evaluasi Pola Pemanfaatan Sumber Daya Lahan di Antara Kelapa Dengan Tenaman Sela, Berdasarkan Kajian Aspek Sosek dan Konservasi Lahan, Disertasi Doktor, Sekolah Pasca Sarjana IPB 2002.192 pp.

Heru Salam dan I.Suwandi, 2003. Penguatan Kelembagaan petani Kelapa melalui penguasaan teknologi dalam rangka pengembangan agroindustri. Proseding Konfrensi Kelapa V, Tembilahan Okt 2002. Hlm 101-105

Luntungan. H.T., Effendi. D, Supriadi. H. Dan Damanik, S. 2005. Laporan Kegiatan Peningkatan Pendapatan Petani Kelapa di Riau.

Moleong, J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Nasdian, 2006. Pemberdayaan Ekonomi Rakyat Melalui Pengembangan Industri Kecil Di Jayapura Dan Prospek Serta Strategi Pembinaanya Menuju Industri Modern. http://www. digilib.itb.com

Nicholson, W. 1999. Teori Ekonomi Mikro Prinsip Dasar dan Pengembangannya. Radja Grefindo Persada. Jakarta.

26

Page 27: Aang Proposal OK

Pranowo, D. dan H.T. Luntungan. 1993. Penampilan produksi beberapa Tipe kelapa lahan pasang surut Pulau Riman. PT Sumatera Candi Kencana. Proseding Konfrensi Nasional Kelapa III, Buku IV. Hlm 541 - 547.

Prijono, Onny S. dan Pranarka A.M.W. (ed.). 1996. Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta: Centre for Strategic and International Studies (CSIS).

Ross Korten, Pembangunan Berdimensi Kerakyatan, Yayasan Obor Indonesia, 1987.

Sastratmadjaya, 1986, Penyuluh Pertanian, alumni Bnadung.

Saragih, B.2001. Membangun Sistem Agribisnis. Suara dari Bogor. Yayasan USESE, Pustaka Wirausaha Muda. Edisi kedua. Bogor. 206 hlm.

Saragih, B. 2002. Penerapan teknologi tepat guna dalam pengembangan system agribisnis kerakyatan dan berkelanjutan.

Soekanto, Soerjono, 2004, Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat, CV. Radjawali, Jakarta

Soetrisno, Loekman, 1995. Menuju Masyarakat Partisipatif. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Sutrisno, D, 2005. “Pemberdayaan Masyarakat dan Upaya Peningkatannya dalam Pengelolaan Jaringan Irigasi Mendut Kabupaten Semarang.” Tugas Akhir tidak diterbitkan, Prorgam Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang. Analisis kebijaksanaan pendekatan pembangunan dan kebijaksanaan Pengembangan Agribisnis. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Monograf 22 : 8 hlm.

Sudarman, A. dan Alghifari. 1992. Ekonomi Mikro. BPFE. Yogyakarta.

Sudaryanto T., I.W. Eusastra, E. Jamal dan Amirudin Syam, 2001. Pengembangan teknologi pertanian berbasis agribisnis. Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian, tanggal 30-31 Oktober 2001 di Mataram. 11 hal.

Suhirman, S., T. Marwati dan T.H. Savitri. 1992. Perbaikan cara pembuatan minyak klentik. Medkom. Littantri (10) : 65 -68.

Suprapto, A. 1998. Prospek pengembangan agribisnis kelapa dalam era globalisasi.

27

Page 28: Aang Proposal OK

Tarigans, D.D. dan Z. Mahmud. 1997. Diversifikasi usahatani kelapa berwawasan agribisnis. Prosiding Temu Usaha Perkelapaan Nasional Manado, 6- 8 Januari 1997.

Tarigans, D.D. 2005. Diversifikasi usahatani kelapa sebagai upaya untuk peningkatan pendapatan petani. Perspektif Review Penelitian Tanaman Industri 4(2) : 71-78.

Tenda,E.T., Miftahorrachman, H.G. Lengkey. 1998.Stabilitas produksi kelapa hibrida KHINA dan tetuanya. Prosiding Seminar Regional Hasil Penelitian Kelapa dan Palma lain, Februari 1998. Manado.

Yasin, A.Z. Fachri. 1998. ASPEC Social Ekonomi kelapa di Propinsi Riau. Prosiding Konperensi Nasional Kelapa IV. Bandar Lampung, 21-23 April 1998. Hlm 421-434.

28

Page 29: Aang Proposal OK

PEMBERDAYAAN PETANI KELAPA DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITASNYA DI DESA SUNGAI RENGAS KECAMATAN

SUNGAI KAKAP

SKRIPSI

OLEH

A’ANG KURNIAWANNIM. E 01107053

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK2012

29

Page 30: Aang Proposal OK

HALAMAN PERSETUJUAN

PEMBERDAYAAN PETANI KELAPA DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITASNYA DI DESA SUNGAI RENGAS KECAMATAN

SUNGAI KAKAP

Tanggungjawab Yuridis Pada :

A’ANG KURNIAWANNIM. E 01107053

Di setujui oleh :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. NETTY HERAWATI, M.SiNIP. 196510291990022001

Drs. H. DJOKO SUHARTONO, MMNIP.195308291985031002

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK2012

30