bab ii oke

29
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kepustakaan 2.1.1. Self-regulated learning 1. Pengertian self-regulated learning Zimmerman & Martinez-pons (Tis’a Muharrani, 2011:17) mengatakan bahwa self-regulation merupakan sebuah proses dimana seseorang peserta didik mengaktifkan dan menopang kognisi, perilaku, serta perasaannya yang secara sistematis berorientasi pada pencapaian suatu tujuan. Ketika tujuan tersebut meliputi pengetahuan maka yang dibicarakan adalah self-regulated learning. Self-regulated learning dapat berlangsung apabila peserta didik secara sistematis mengarahkan perilaku dan kognisinya dalam melakukan proses pada saat belajar sehingga dapat menginterpretasikan atau mengulang informasi yang di dapat.

Upload: andre-salamun

Post on 26-Dec-2015

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II OKE

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Studi Kepustakaan

2.1.1. Self-regulated learning

1. Pengertian self-regulated learning

Zimmerman & Martinez-pons (Tis’a Muharrani, 2011:17) mengatakan

bahwa self-regulation merupakan sebuah proses dimana seseorang peserta didik

mengaktifkan dan menopang kognisi, perilaku, serta perasaannya yang secara

sistematis berorientasi pada pencapaian suatu tujuan. Ketika tujuan tersebut

meliputi pengetahuan maka yang dibicarakan adalah self-regulated learning.

Self-regulated learning dapat berlangsung apabila peserta didik secara

sistematis mengarahkan perilaku dan kognisinya dalam melakukan proses pada

saat belajar sehingga dapat menginterpretasikan atau mengulang informasi yang di

dapat.

Self-regulated learning merupakan proses dimana peserta didik

mengaktifkan pikiran dalam suatu perasaan dan tindakan yang diharapkan dapat

mencapai tujuan khusus pendidikan (Amelia Elvina, 2007 : 24). Selain itu Schunk

& Zimmermann (Amelia Elvina, 2007: 24) menegaskan bahwa peserta didik yang

bisa dikatakan sebagai self-regulated learners adalah yang secara metakognisi,

motivasional dan behavioral ikut serta dalam proses belajar. Peserta didik yang

9

Page 2: BAB II OKE

10

memiliki self-regulated learning akan dengan sendirinya memulai usaha belajar

secara langsung untuk memperoleh pengetahuan dan keahlian yang diinginkan

tanpa bergantung pada orang lain.

2. Perkembangan self-regulated learning

Schunk dan Zimmerman (Tis’a Muharrani, 2011:9) mengemukakan model

perkembangan self-regulated learning. Berkembangnya kompetensi self-regulated

learning dimulai dari pengaruh sumber sosial yang berkaitan dengan kemampuan

akademik dan kemudian berkembang secara bertahap dimana awalnya

dipengaruhi oleh lingkungan dan akhirnya dipengaruhi oleh diri sendiri. Untuk

lebih jelasnya tahap tersebut terbagi menjadi 4 (empat) level antara lain sebagai

berikut :

a. Level pengamatan (observasional)

Peserta didik yang baru awalnya memperoleh hampir seluruh strategi-

strategi belajar dari proses pengajaran, modeling, pengerjaan tugas, dan dorongan

dari lingkungan sosial. Pada level pengamatan ini, sebagian peserta didik dapat

menyerap ciri-ciri utama strategi belajar dengan mengamati model, walaupun

hampir seluruh peserta didik membutuhkan latihan untuk menguasai kemampuan

self-regulated learning.

b. Level persamaan (emultive)

Pada level ini peserta didik menunjukkan performansi yang hampir sama

dengan kondisi umum dari model. Peserta didik tidak secara langsung meniru

model, namun berusaha menyamai gaya atau pola-pola umum saja. Oleh karena

Page 3: BAB II OKE

11

itu, mungkin saja menyamai tipe pertanyaan model tapi tidak meniru kata-kata

yang digunakan oleh model.

c. Level kontrol diri (self controlled)

Peserta didik sudah menggunakan dengan sendiri strategi-strategi belajar

ketika mengerjakan tugas. Strategi-strategi yang digunakan sudah terinternalisasi,

namun masih dipengaruhi oleh gambaran standar performansi yang ditujukan oleh

model dan sudah menggunakan proses self reward.

d. Level pengaturan diri

Merupakan level terakhir dimana peserta didik mulai menggunakan

strategi-strategi yang disesuaikan dengan situasi dan termotivasi oleh tujuan serta

self efficacy untuk berprestasi. Peserta didik memilih kapan menggunakan

strategi-strategi khusus dan mengadaptasinya untuk kondisi yang berbeda, dengan

sedikit petunjuk dari model atau tidak ada.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa self-regulated learning

adalah bagaimana individu mengolah diri nya dalam belajar.

3. Strategi self-regulated learning

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zimmerman dan Schunk

(Amelia Elvina, 2007:17) ditemukan 14 (empat belas) strategi self-regulated

learning sebagai berikut :

1. Evaluasi terhadap diri (self –evaluating)

Merupakan inisiatif peserta didik dalam melakukan evaluasi terhadap

kualitas dan kemajuan pekerjaannya.

Page 4: BAB II OKE

12

2. Mengatur dan mengubah materi pelajaran (organizing and

transforming) Peserta didik mengatur materi yang dipelajari dengan tujuan

meningkatkan efektivitas proses belajar. Perilaku ini dapat bersifat covert

dan overt.

3. Membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting &

planning)

Strategi ini merupakan pengaturan peserta didik terhadap tugas, waktu dan

menyelesaikan kegiatan yang berhubungan dengan tujuan tersebut.

4. Mencari informasi (seeking information)

Peserta didik memiliki inisiatif untuk berusaha mencari informasi di luar

sumber-sumber sosial ketika mengerjakan tugas.

5. Mencatat hal penting (keeping record & monitoring)

Peserta didik berusaha mencatat hal-hal penting yang berhubungan dengan

topik yang dipelajari.

6. Mengatur lingkungan belajar (environmental structuring)

Peserta didik berusaha mengatur lingkungan belajar dengan cara tertentu

sehingga membantu mereka untuk belajar dengan lebih baik.

7. Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self

consequating)

Peserta didik mengatur atau membayangkan reward dan punisment bila

sukses atau gagal dalam mengerjakan tugas atau ujian.

8. Mengulang dan mengingat (rehearsing & memorizing)

Page 5: BAB II OKE

13

Peserta didik berusaha mengingat bahan bacaan dengan perilaku overt dan

covert.

9. Meminta bantuan teman sebaya (seek peer assistance)

Bila menghadapi masalah yang berhubungan dengan tugas yang sedang

dikerjakan, peserta didik meminta bantuan teman sebaya.

10. Meminta bantuan guru/pengajar (seek teacher assistance)

Bertanya kepada guru di dalam atau pun di luar jam belajar dengan

tujuan untuk dapat membantu menyelesaikan tugas dengan baik.

11. Meminta bantuan orang dewasa (seek adult assistance)

Meminta bantuan orangm dewasa yang berada di dalam dan diluar

lingkungan belajar bila ada yang tidak dimengerti yang berhubungan

dengan pelajaran .

12. Mengulang tugas atau test sebelumnya (review test/work)

Pertanyaan-pertanyaan ujian terdahulu mengenai topik tertentu dan tugas

yang telah dikerjakan dijadikan sumber infoemasi untuk belajar.

13. Mengulang catatan (review notes)

Sebelum mengikuti tujuan, peserta didik meninjau ulang catatan sehingga

mengetahui topik apa saja yang akan di uji.

14. Mengulang buku pelajaran (review texts book)

Membaca buku merupakan sumber informasi yang dijadikan pendukung

catatan sebagai sarana belajar.

Page 6: BAB II OKE

14

Menurut Schunk dan Zimmerman (Ahmad Dhuhri Nur Shidiq dan

Mujidin, 2008 : 9) menyatakan bahwa self-regulated learning mencakup 3 (tiga)

aspek :

1. Metakognisi

Merupakan kemampuan individu dalam merencanakan,

mengorganisasikan atau mengatur, menginstruksikan diri, memonitor dan

melakukan evaluasi dalam aktivitas belajar.

2. Motivasi

Motivasi dalam self-regulated learning ini merupakan pendorong (drive)

yang ada pada diri individu yang mencakup persepsi terhadap efikasi diri,

kompetensi otonomi yang dimiliki dalam aktivitas belajar. motivasi merupakan

fungsi dari kebutuhan dasar untuk mengontrol dan berkaitan dengan perasaan

kompetensi yang dimiliki setiap individu.

3. Perilaku

Merupakan upaya individu untuk mengatur diri, menyeleksi, dan

memanfaatkan lingkungan maupun menciptakan lingkungan yang mendukung

aktivitas belajar.

Rochester Institute of Technology (Haryu, 2004:22) beberapa karakteristik

dalam self-regulated learning :

a. Memiliki kemandirian dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepada

mereka dan membuat perencanaan untuk mengatur penggunaan waktu serta

Page 7: BAB II OKE

15

sumber yang dimiliki, baik yang bersumber dari dalam dirinya maupun dari luar

pada saat menyelesaikan tugas;

b. Mempunyai need for challenge yaitu mempunyai kecenderungan untuk

menyesuaikan diri terhadap kesulitan yang dihadapi pada saat pengerjaan tugas

dan mengubah menjadi sebuah tantangan pada suatu hal yang menarik dan

menyenangkan;

c. Tahu bagaimana menggunakan sumber-sumber yang ada, baik yang

berasal dari dalam dirinya maupun luar dirinya serta melakukan pemantauan

terhadap proses belajar;

d. Memiliki kegigihan dalam belajar dan mempunyai strategi tertentu yang

membantu dalam belajar;

e. Pada saat melakukan aktivitas membaca, menulis, maupun berdiskusi

dengan orang lain mempunyai kecenderungan untuk membuat sesuatu pengertian

atau makna dari apa yang dibaca, ditulis, maupun didiskusikan;

f. Menyadari bahwa kemampuan yang dimiliki bukanlah satu-satunya faktor

yang mendukung kesuksesan dalam meraih prestasi belajar melainkan juga

dibutuhkan strategi dan upaya yang gigih dalam belajar.

4. Faktor-faktor yang Mempengeruhi self-regulated learning

Menurut Cobb (Tis’a Muharrani, 2011: 13) menyatakan bahwa self-

regulated learning dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah self

efficacy, motivasi dan tujuan.

a. Self efficacy

Page 8: BAB II OKE

16

Self efficacy merupakan penilaian individu terhadap kemampuan atau

kompetensinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, atau

mengatasi hambatan dalam belajar. Self effiacy dapat mempengaruhi peserta

didik dalam memilih suatu tugas, usaha, ketekunan, dan prestasi. Peserta didik

yang memiliki self efficacy yang tinggi akan meningkatkan penggunaan kognitif

dan strategi self-regulated learning. Peserta didik yang merasa mampu

menguasai suatu keahlian atau melaksanakan suatu tugas akan lebih siap untuk

berpartisipasi, bekerja keras, lebih ulet dalam menghadapi kesulitan, dan

mencapai level yang lebih tinggi.

b. Motivasi

Motivasi yang dimiliki peserta didik secara positif berhubungan dengan

self-regulated learning. Motivasi dibutuhkan peserta didik untuk melaksanakan

strategi yang akan mempengaruhi proses belajar. Peserta didik cenderung akan

lebih efisien mengatur waktunya dan efektif dalam belajar apabila memiliki

motivasi belajar. Motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang (intrinsic)

cenderung akan lebih memberikan hasil positif dalam proses belajar dan meraih

prestasi yang baik. Motivasi ini akan lebih kuat dan lebih stabil/menetap bila

dibandingkan dengan motivasi yang berasal dari luar diri (extrinsic). Walaupun

demikian bukan berarti motivasi dari luar diri (extrinsic) tidak penting. Kedua

jenis motivasi ini sangat berperan dalam proses belajar. Peserta didik kadang

termotivasi belajar oleh keduanya, misalnya mereka mengharapkan pemenuhan

kepuasan atas keingintahuannya dengan belajar giat, namun mereka juga

mengharapkan ganjaran (reward) dari luar atas prestasi yang mereka capai.

Page 9: BAB II OKE

17

c. Tujuan (goals)

Goal merupakan penetapan tujuan apa yang hendak dicapai seseorang.

Goal merupakan kriteria yang digunakan peserta didik untuk memonitor

kemajuan mereka dalam belajar. Goal memiliki dua fungsi dalam self-regulated

learning yaitu menuntun peserta didik untuk memonitor dan mengatur usahanya

dalam arah yang spesifik. Selain itu goal juga merupakan kriteria bagi peserta

didik untuk mengevaluasi performansi mereka. Efek dari goal tergantung atas

hasil (outcomes) yang diharapkan. Hasil ini dapat dikategorikan menjadi dua

orientasi yaitu: orientasi pada pembelajaran (learning) dan orientasi pada

penampilan (performance). (Meece dalam Cobb, 2003) menjelaskan bahwa

orientasi pada pembelajaran (learning goals) fokus pada proses pencapaian

kemampuan dan pemahaman betapapun sulitnya usaha yang harus dilakukan

untuk mencapai goal tersebut. Sedangkan orientasi pada penampilan

(performance goal) fokus pada pencapaian penampilan yang baik di pandangan

orang lain atau penghindaran penilaian negatif dari lingkungan. Menurut Cobb

(2003) learning goals menghasilkan prestasi akademik yang tinggi dan

menunjukkan penggunaan strategi self-regulated learning melalui proses

informasi yang mendalam (deep).

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa self-regulated learning

merupakan suatu proses tentang bagaimana individu mengatur pembelajarannya

sendiri. Aspek self-regulated learning antara lain seperti motivasi, metakognisi

dan perilaku.

2.1.2. Pengertian locus of control internal

Page 10: BAB II OKE

18

Kreitner & Kinichi (Anita, 2005:19) mengatakan bahwa hasil yang dicapai

locus of control internal dianggap berasal dari aktifitas dirinya. Seseorang yang

mempunyai Internal locus of control akan memandang dunia sebagai sesuatu

yang dapat diramalkan, dan perilaku individu turut berperan di dalamnya.

Sedangkan Rotter (Anita,2005:19) menyatakan bahwa locus of control internal

cenderung menyatakan bahwa sebuah peristiwa berada pada control mereka

sendiri dengan kata lain lokus kendali dapat didefinisikan sebagai tingkat dimana

individu yakin bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri internal adalah

individu yang yakin bahwa mereka merupakan pemegang kendali atas apa-apa

pun yang terjadi pada diri mereka. http/teori-locus-of-control_teori-online.html

online (diakses tanggal 24 april 2012).

Contoh sederhananya adalah seorang murid dalam memandang prestasinya

di sekolah. Jika ia memiliki locus of control internal maka dia akan menyatakan

kegagalannya meraih suatu prestasi lebih dikarenakan dirinya sendiri dan tidak

menyalahkan keadaan seperti kurang beruntung, guru yang kurang adil, dst.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi locus of control internal

Untuk meraih prestasi belajar yang baik, tentu banyak faktor yang perlu

diperhatikan, karena di dalam proses belajar tidak sedikit siswa yang mengalami

kegagalan. Sebagian siswa menganggap kegagalan merupakan pengalaman yang

harus diperbaiki, namun ada juga siswa yang kecewa dan berkecil hati dari hasil

yang kurang baik tersebut.

Page 11: BAB II OKE

19

Dalam meraih prestasi belajar faktor-faktor sangat berhubungan erat

dengan locus of control internal. Menurut Suryabrata (1998 : 233), secara garis

besar faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat

digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal :

1. Faktor internal

Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor ini dapat

dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :

a. Faktor fisiologis

Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor yang

berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera

1) Kesehatan badan

Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu memperhatikan dan

memelihara kesehatan tubuhnya. Keadaan fisik yang lemah dapat menjadi

penghalang bagi siswa dalam menyelesaikan program studinya. Dalam upaya

memelihara kesehatan fisiknya, siswa perlu memperhatikan pola makan dan pola

tidur sehingga dapat memperlancar metabolisme dalam tubuhnya.

2) Pancaindera

Berfungsinya pancaindera merupakan salah satu syarat agar belajar dapat

berlangsung dengan baik. Dalam sistem pendidikan dewasa ini di antara

pancaindera itu yang paling memegang peranan dalam belajar adalah mata dan

telinga. Hal ini penting, karena sebagian besar hal-hal yang dipelajari oleh

manusia dipelajari melalui penglihatan dan pendengaran. Dengan demikian,

seorang anak yang memiliki cacat fisik atau bahkan cacat mental akan terlambat

Page 12: BAB II OKE

20

didalam menangkap pelajaran, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi

prestasi belajarnya di sekolah.

b. Faktor psikologis

Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar

siswa, antara lain adalah :

1) Intelligensi

Pada umumnya, prestasi belajar siswa mempunyai kaitan yang erat dengan

tingkat kecerdasan yang dimiliki siswa. Menurut Binet (Winkle,1997 :529)

hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan

suatu tujuan, untuk mengadakan suatu penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan

itu dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif. Taraf inteligensi ini

sangat mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa, di mana siswa yang

memiliki taraf inteligensi tinggi mempunyai peluang lebih besar untuk mencapai

prestasi belajar yang lebih tinggi. Sebaliknya, siswa yang rendah taraf

inteligensinya diperkirakan akan memiliki prestasi belajar yang rendah. Namun

bukanlah suatu yang tidak mungkin jika siswa dengan taraf inteligensi rendah

memiliki prestasi belajar yang tinggi, juga sebaliknya.

2) Sikap

Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri merupakan faktor

yang menghambat siswa dalam menampilkan prestasi belajarnya. Menurut Sarlito

Wirawan (1997:233) sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara

Page 13: BAB II OKE

21

tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap siswa yang positif terhadap mata

pelajaran di sekolah merupakan langkah awal yang baik dalam proses belajar

mengajar di sekolah.

3) Motivasi

Menurut Irwanto (1997 : 193) motivasi adalah penggerak perilaku.

Motivasi belajar adalah pendorong seseorang untuk belajar. Motivasi timbul

karena adanya keinginan atau kebutuhan-kebutuhan dalam diri seseorang.

Seseorang berhasil dalam belajar karena ia ingin belajar. Sedangkan menurut

Winkle (Haryo, 1991 : 39) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di

dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin

kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan

belajar itu, maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai. Motivasi belajar

merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas

ialah dalam hal gairah atau semangat belajar, siswa yang termotivasi kuat akan

mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.

2. Faktor eksternal

Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain diluar diri

yang dapat mempengaruhi prestasi belajar, antara lain adalah :

a. Faktor lingkungan keluarga

1) Sosial ekonomi keluarga

Page 14: BAB II OKE

22

Dengan sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih berkesempatan

mendapatkan fasilitas belajar yang lebih baik, mulai dari buku, alat tulis hingga

pemilihan sekolah.

2) Pendidikan orang tua

Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi cenderung

lebih memperhatikan dan memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya,

dibandingkan dengan yang mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah.

3) Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga

Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat berpretasi

bagi seseorang. Dukungan secara langsung, dapat berupa pujian atau nasihat

sedangkan secara tidak langsung, seperti hubugan keluarga yang harmonis.

b. Faktor lingkungan sekolah

1) Sarana dan prasarana

Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, OHP akan membantu

kelancaran proses belajar mengajar di sekolah selain bentuk ruangan, sirkulasi

udara dan lingkungan sekitar sekolah juga dapat mempengaruhi proses belajar

mengajar.

2) Kompetensi guru dan siswa

Kualitas guru sangat penting bagi siswa dalam meraih prestasi,

kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai kinerja yang baik dari para

Page 15: BAB II OKE

23

penggunanya akan sia-sia belaka. Bila seorang siswa merasa kebutuhannya untuk

berprestasi dengan baik di sekolah terpenuhi, misalnya dengan tersedianya

fasilitas dan tenaga pendidik yang berkualitas yang dapat memenuhi rasa

keingintahuan serta hubungan dengan guru dan teman-temannya berlangsung

harmonis, dalam hal ini iklim belajar yang menyenangkan. Dengan demikian, ia

akan terdorong untuk terus-menerus meningkatkan prestasi belajarnya.

3) Kurikulum dan metode mengajar

Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan materi tersebut

kepada siswa. Metode pembelajaran yang lebih interaktif sangat diperlukan untuk

menumbuhkan minat dan peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sarlito

Wirawan (1994:122) mengatakan bahwa faktor yang paling penting adalah faktor

guru. Jika guru mengajar dengan arif bijaksana, tegas, memiliki disiplin tinggi,

luwes dan mampu membuat siswa menjadi senang akan pelajaran, maka prestasi

belajar siswa akan cenderung tinggi, paling tidak siswa tersebut tidak bosan dalam

mengikuti pelajaran.

c. Faktor lingkungan masyarakat

1) Sosial budaya

Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan akan

mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta didik. Masyarakat yang masih

memandang rendah pendidikan akan enggan mengirimkan anaknya ke sekolah

dan cenderung memandang rendah pekerjaan guru.

2) Partisipasi terhadap pendidikan

Page 16: BAB II OKE

24

Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung kegiatan pendidikan,

mulai dari pemerintah (berupa kebijakan dan anggaran) sampai pada masyarakat

bawah, setiap orang akan lebih menghargai dan berusaha memajukan pendidikan

dan ilmu pengetahuan.

Sedangkan menurut Jung (Anita, 2005 : 21) faktor yang mempengaruhi

sesuai dengan fungsi jiwa antara lain seperti :

1. Pikiran

Pikiran adalah suatu proses berfikir yang dilakukan individu dengan

melibatkan ide-ide dan intelek. Dengan berfikir manusia berusaha memahami

hakikat dunia dan dirinya sendiri.

2. Perasaan

Perasaan adalah fungsi evaluasi, ia adalah nilai benda-benda, entah bersifat

positif atau negative bagi subjek. Fungsi perasaan memberikan kepada manusia

pengalaman-pengalaman subjektifnya tentang kenikamatan dan rasa sakit,

amarah, ketakutan, kesedihan, kegembiraan, dan cinta.

3. Pendriaan

Pendriaan adalah fungsi perseptual atau fungsi kenyataan, ia menghasilkan

fakta-fakta konkret atau bentuk representasi dunia.

4. Intuisi

Page 17: BAB II OKE

25

Intuisi adalah proses-proses persepsi melalui proses-proses secara tak

sadar dan isi diamabang kesadaran. Orang yang intuitif melampaui fakta-fakta,

perasaan-perasaan dan ide-ide dalam mencari hakikat kenyataan.

2.2. Hubungan antara locus of control internal dengan self-regulated

learning.

Di tengah semakin ketatnya sistem pendidikan di Indonesia tentu wajar

apabila para siswa sering khawatir akan mengalami kegagalan atau

ketidakberhasilan dalam meraih prestasi belajar yang baik, terlebih apabila siswa

berpikir untuk melanjutkan kemana setelah selesai sekolah nanti.

Banyak usaha yang dilakukan oleh siswa untuk meraih prestasi belajar

yang baik dan dalam rangka mempersiapkan diri untuk melanjutkan ke jenjang

yang lebih tinggi seperti mengikuti bimbingan belajar ataupun belajar dengan

tekun secara mandiri. Usaha semacam itu jelas positif, namun masih ada faktor

lain yang tidak kalah pentingnya dalam mencapai keberhasilan selain

kecerdasan, kecakapan intelektual ataupun kecerdasan emosional, faktor tersebut

adalah locus of control internal dan self-regulated learning. Sehubungan dengan

telah diterapkannya standar kelulusan di Indonesia tentu locus of control internal

dan self-regulated learning tidak saja dapat berguna untuk persiapan bagi individu

untuk menghadapi gejolak serta kesempatan ataupun kesulitan-kesulitan dalam

proses belajar mengajar. Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

dengan self-regulated learning yang baik, individu akan mampu mengetahui dan

menanggapi perasaan mereka sendiri dengan baik serta mampu membaca dan

Page 18: BAB II OKE

26

lebih peka terhadap perasaan-perasaan orang lain dan Individu dengan locus of

control internal yang baik berarti kemungkinan besar ia akan berhasil dalam

mengendalikan self-regulated Iearning. Sedangkan individu yang tidak dapat

mengendalikan locus of control internal dengan baik kemungkinan akan

mengalami hambatan dalam mengorganisir, menetapkan tujuan dan mengatur

waktu mereka untuk belajar.

Locus of control mengarah pada kemampuan seseorang individu dalam

mempengaruhi kejadian yang berhubungan dengan hidupnya (Suwandi dan

Indriantoro, 2001:17). Locus of control adalah cara pandang seseorang terhadap

suatu peristiwa apakah dia dapat atau tidak mengendalikan peristiwa yang terjadi

padanya (Prasetyo,2002:23). Berdasarkan teori locus of control memungkinkan

bahwa perilaku siswa dalam situasi konflik akan dipengaruhi oleh karakteristik

internal locus of control, dimana locus of control internal adalah suatu pandangan

dimana segala hasil yang didapat baik atau buruk adalah karena tindakan kapasitas

dan faktor - faktor dalam diri mereka sendiri.

Ciri pembawaan internal locus of control adalah mereka yang yakin

bahwa suatu kejadian selalu berada dalam rentang kendalinya dan kemungkinan

akan mengambil keputusan yang lebih etis dan independen dengan kata lain Self-

regulated learning juga dipengaruhi oleh tipe personalitas individu – individu

dengan locus of control internal lebih banyak berorientasi pada tugas yang

dihadapinya sehingga akan meningkatkan prestasi belajar mereka. semakin kuat

locus of control internal maka semakin kuat self-regulated learning.

Page 19: BAB II OKE

27

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa locus of control

internal merupakan salah satu faktor penting untuk dimiliki siswa dalam

mengelola self-regulated learning.

2.3. Kerangka Konseptual

2.4. Hipotesis

Berdasarkan uraian teoritik di atas, maka hipotesis penelitian ini dapat

dirumuskan “Ada hubungan antara locus of control internal dengan self-regulated

learning”.

Locus of control internal

- Pikiran

- Perasaan

- Pendriaan

- Intuisi

Self-regulated learning

- Metakognisi

- Motivasi

- Prilaku