bab 4 dan 5 oke

24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Hasil penelitian ini terdiri dari analisis univariat dan bivariat dengan tujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik responden, dan mengetahui hubungan usia ibu hamil dengan kejadian penyulit persalinan di RSUD Banyumas. Hasil analisa dideskripsikan sebagai berikut: 1. Analisis Univariat Analisis univariat pada penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik responden sebagai variabel bebas penelitian. Karakteristik responden penelitian adalah status obstetri responden terdiri dari status bstetric, paritas, dan abortus. Sebagaimana dideskripsikan pada tabel dibawah ini : Tabel 4.1 Karakteristik Responden Status Gravida Karakteri stik Kasus Kontrol Tot al % n % n % Primigrav 42 59.2 30 42. 72 51, 51

Upload: akhir

Post on 08-Nov-2015

218 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

sdads

TRANSCRIPT

BAB I

63

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

A. HasilHasil penelitian ini terdiri dari analisis univariat dan bivariat dengan tujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik responden, dan mengetahui hubungan usia ibu hamil dengan kejadian penyulit persalinan di RSUD Banyumas. Hasil analisa dideskripsikan sebagai berikut:1. Analisis UnivariatAnalisis univariat pada penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik responden sebagai variabel bebas penelitian. Karakteristik responden penelitian adalah status obstetri responden terdiri dari status bstetric, paritas, dan abortus. Sebagaimana dideskripsikan pada tabel dibawah ini :Tabel 4.1 Karakteristik Responden Status GravidaKarakteristikKasusKontrolTotal %

n%n%

Primigravida4259.23042.37251,8

Multigravida2940.84157.77049,2

Total7110071100142100

Status Paritas

Nulipara4360.63346.57653,5

Primipara1115.52028.23121,8

Multipara1723.91825.43524,6

Total 71100.071100142100

Status abortus

Tidak ada riwayat abortus6693.06185.912789,4

Ada riwayat abortus57.01014.11510,6

Total 7110071100142100

Sumber : Data Sekunder, April 2014-Januari 2015Karakteristik status obstetri ibu meliputi status gravida, status paritas, dan status abortus. Distribusi frekuensi status gravida ibu menunjukkan pada kelompok kasus jumlah ibu primigravida lebih dominan dibandingkan jumlah ibu multigravida yaitu 42 ibu primigravida (59,2%) berbanding 29 (40,8%) ibu multigravida. Pada kelompok kasus, sebagian besar responden merupakan ibu multigravida berjumlah 41 ibu (57,7%) dan sebagian kecilnya merupakan ibu primigravida berjumlah 20 ibu (42,3%). Karakteristik responden berdasarkan status paritas memperlihatkan sebagian besar responden pada kelompok kasus belum pernah memiliki pengalaman partus (nulipara) berjumlah 43 ibu (60,6%). Sedangkan pada kelompok kontrol, ibu nulipara berjumlah 33 ibu (46,5%) lebih dominan dibandingkan dengan ibu primipara, dan multipara. Tabel 4.1 menunjukkan sebagian besar ibu pada kedua kelompok penelitian tidak memiliki riwayat abortus (A0), masing-masing berjumlah 66 ibu (93%) pada kelompok kasus, dan 61 ibu (85,9%) pada kelompok kontrol.Usia ibu sebagai variabel bebas penelitian dideskripsikan dalam tabel berikut:Tabel 4.2. Usia Ibu HamilUsia Ibu HamilKasusKontrolMeanSDMin-max

n%n%

Usia resiko persalinan3447.92028.228,377,52913-46

Usia aman persalinan3752.15171.8

Total7110071100

Sumber : Data Sekunder, April 2014-Januari 2015Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat dideskripsikan bahwa sebagian besar usia ibu pada kelompok kasus prosentase ibu yang termasuk dalam usia aman persalinan sebesar 52,1%, lebih kecil dibandingkan dengan prosentase ibu yang termasuk dalam usia aman persalinan pada kelompok control sebesar 71,8%. Ibu yang memasuki usia resiko persalinan pada kelompok kasus sebesar 47,9%, lebih besar daripada prosentase ibu yang memasuki usia resiko persalinan pada kelompok control sebesar 28,9%. Rata-rata usia ibu hamil pada penelitian adalah 28,37 tahun. Usia termuda ibu hamil pada penelitian adalah 13 tahun dan usia tertua adalah 46 tahun. 2. Analisis BivariatAnalisis bivariat menggunakan uji chi square dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan usia ibu hamil dengan kejadian penyulit persalinan di RSUD Banyumas. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 4.2, sebagai berikut : Tabel 4.2 Hubungan usia ibu hamil dengan kejadian penyulit persalinan di RSUD Banyumas

Usia IbuKejadian Penyulit PersalinanJumlah95% CI

KasusKontrol

n%n%n%1,168-4,699;OR=2,343

Usia resiko persalinan3423,92014,15438

Usia aman persalinan3726,15135,98862p-value

Jumlah 715071501421000,016

Sumber : Data Sekunder, April 2014-Januari 2015

Hasil analisis data pada tabel 4.2 diatas dapat diinterpretasikan data bahwa dari 34 ibu pada kelompok kasus memasuki usia resiko persalinan. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan jumlah 20 ibu yang memasuki usia resiko persalinan pada kelompok kontrol. Berdasarkan hasil analisis chi square, nilai p-value adalah 0,016 (p-value < 0,05). Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara usia ibu hamil dengan kejadian penyulit persalinan di RSUD Banyumas. Sedangkan nilai Odds Ratio (OR) menunjukkan nilai 2,343 (CI 95%=1,168-4,699). Hal ini memperlihatkan usia ibu merupakan faktor resiko kejadian penyulit persalinan karena CI 95% melewati angka 1.

B. Pembahasan1. Karakteristik Respondena. Status GravidaStatus gravida pada hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden pada dua kelompok penelitian merupakan ibu primigravida. Hal ini memperlihatkan jumlah dengan kehamilan pertama lebih dominan dibandingkan ibu dengan riwayat kehamilan lebih dari satu. Dominannya jumlah ibu primigravida kemungkinan disebabkan oleh usia ibu pada penelitian. Sebagian besar responden pada penelitian kemungkinan sebagian besar responden usia aman persalinan (20-35 tahun) merupakan ibu primigravida. Selain itu beberapa responden yang memasuki usia resiko persalinan merupakan ibu yang berusia < 20 tahun. Ibu primigravida membutuhkan waktu persalinan yang lebih panjang dan lebih beresiko untuk mengalami episiotomy dibandingkan dengan ibu multigravida (Armagustini, 2010). Oleh karena itu ibu primigravida merupakan salah satu faktor resiko yang berhubungan dengan penyulit persalinan.b. Status ParitasStatus paritas responden panalitian memperlihatkan sebagian besar status paritas responden pada dua kelompok penelitian adalah nulipara. Besarnya jumlah ibu nulipara pada penelitian mengindikasikan sebagian besar responden tidak memiliki pengalaman bersalin sebelumnya. Oleh karena itu proses persalinan pada ibu nulipara lebih lama dan membutuhkan tindakan persalinan yang lebih kompleks. Berdasarkan penelitian Zukhri (2013), seorang wanita yang pertama kali hamil otot kandungan masih kaku sehingga beresiko mengalami persalinan lama, khususnya pada kala I (proses pembukaan serviks).Dominannya jumlah nulipara kemungkinan disebabkan oleh adanya beberapa responden primimuda (usia hamil pertama < 20 tahun), dan besarnya jumlah primigravida pada kedua kelompok penelitian. Pada analisis Senewe (2004), jumlah ibu multipara dan multigravida pada penelitian merupakan kelompok yang dominan, sebaliknya jumlah ibu nulipara dan primigravida merupakan kelompok terkecil. Hal ini memperlihatkan pada penelitian, jumlah status paritas akanberbanding lurus dengan status gravida.c. Status AbortusHasil analisis univariate menghasilkan status abortus sebagian besar responden pada ke dua kelompok penelitian tidak memilki riwayat abortus. Hasil ini kemungkinan dipengaruhi oleh besarnya jumlah responden berusia aman persalinan, primigravida dan primipara pada ke dua kelompok responden. Roeshadi (2004) menyebutkan kejadian abortus, prematuritas, dan permasalahan lain pada kehamilan disebabkan oleh primimuda, primitua (usia ibu saat hamil > 35 tahun) dan banyaknaya jumlah kehamilan dan persalinan ibu. Roeshadi melanjutkan ibu yang memiliki riwayat kehamilan dan persalinan lebih dari 4 kali meningkatkan resiko kejadian abortus.Jumlah kunjungan antenatal care (ANC) kemungkinan juga berpengaruh terhadap rendahnya riwayat abortus pada responden. Kunjungan ANC di Jawa Tengah menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Laporan Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Tengah (2011), menunjukkan pelayanan ANC di propinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 mencapai 98 %, bahkan di kabupaten Banyumas cakupan pelayanan ANC mencapai 100%. Pelayanan ANC menyediakan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, screening dini, pemeriksaan kesehatan ibu, pemberian vitamin dan pengobatan awal bagi indikasi kegawatan kehamilan, sehingga dapat meminimalisir kejadian abortus. Machmudah (2010), berpendapat jika tingginya ANC merupakan salah satu faktor yang menurunkan kejadian abortus, prematuritas, dan kematian ibu.2. Usia Ibu HamilBerdasarkan hasil penelitian bahwa pada kedua kelompok responden usia responden paling banyak adalah berusia aman untuk persalinan (20-35 tahun) berjumlah 37 ibu (52,1%) pada kelompok kasus dan 52 ibu (71,8%) pada kelompok kontrol. Rata-rata usia ibu hamil pada penelitian adalah berusia 28,37 tahun, yang berarti rata-rata usia ibu hamil merupakan usia aman persalinan. Dominannya jumlah ibu hamil yang memasuki usia aman persalinan kemungkinan disebabkan oleh sebagian besar status gravida reponden adalah primigravida. Rata-rata usia perkawinan wanita di Indonesia cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 rata-rata usia kawin wanita adalah 19,8 tahun dan pada tahun 2014 rata-rata usia kawin wanita di Indonesia adalah 22,4 tahun. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan wanita dapat mempengaruhi dengan meningkatnya usia pertama kehamilan pada wanita di Indonesia (Muadz, 2013). Berdasarkan Annisa (2011), Tingginya proporsi ibu melahirkan pada kelompok umur 20-35 tahun dikarenakan merupakan kelompok umur reproduksi optimal sehingga banyak ibu hamil dan melahirkan pada usia tersebut. Selain itu, kelompok umur 20-35 tahun memiliki kecenderungan perkembangan kejiwaan yang sudah matang sehingga siap menjadi ibu dan menerima kehamilannya.Meningkatnya rata-rata usia perkawinan wanita di Indonesia tidak terlepas dari peran Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang sejak tahun 2007 telah menjalankan program pemberdayaan remaja, dengan focus untuk menciptakan remaja yang dapat berperilaku sehat dan berakhlak sehingga terwujud ketahanan remaja. Program pemberdayaan remaja meliputi program pendewasaan usia perkawinan, keterampilan hidup, dan pencegahan pemasalahan triad kesehatan reproduksi remaja (BKKBN, 2013). Berdasarkan hasil penelitian, usia terendah ibu hamil pada penelitian adalah berusia 13 tahun, dan tertua adalah 46 tahun. Adanya sebagian kecil responden pada ke dua kelompok penelitian yang memasuki usia resiko persalinan, yaitu 34 ibu (47,9%) pada kelompok kasus, dan 20 ibu (28,2%) pada kelompok kontrol. Usia ibu hamil yang terlalu muda atau terlalu tua ( 35 tahun) merupakan faktor penyulit kehamilan, sebab ibu yang hamil terlalu muda keadaan tubuhnya belum siap menghadapi kehamilan, sedangkan di atas 35 tahun apabila mengalami komplikasi maka risiko mengalami kematian lebih besar(Sugiarto, 2003). Beberapa faktor yang kemungkinan berhubungan dengan adanya ibu yang memasuki usia resiko persalinan pada penelitian adalah sedikitnya jumlah ibu berusia > 35 tahun berstatus multigravida. Berdasarkan Febriana (2007) menyebutkan sebagian besar ibu berusia > 35 tahun berstatus multigravida dan multiparitas. Sedangkan pada ibu usia < 20 tahun, kemungkinan berhubungan dengan adanya faktor kebudayaan dan adanya permasalahan perilaku seksualitas pada remaja.3. Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian Penyulit Persalinan di RSUD BanyumasBerdasarkan hasil penelitian, Usia ibu memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian penyulit persalinan di RSUD Banyumas. Besaran pengaruh faktor usia ibu hamil terhadap kejadian penyulit persalinan dilihat dari hasil perhitungan Odds ratio (OR). Berdasarkan hasil analisis OR CI 95% menunjukkan jika usia ibu merupakan faktor resiko kejadian penyulit persalinan. Hal ini berarti ibu yang memasuki usia resiko persalinan memiliki peluang 2,3 kali lebih besar untuk mengalami penyulit persalinan dibandingkan ibu yang termasuk dalam usia aman persalinan.Kehamilan bagi wanita dengan usia terlalu muda (primimuda) maupun umur tua (primitua) merupakan suatu keadaan yang menimbulkan risiko. Penelitian Carlough, M., and McCall (2005) di Nepal, menunjukkan usia 20-35 tahun adalah periode yang aman untuk melahirkan dengan risiko kesakitan dan kematian ibu yang paling rendah. Usia yang terlalu muda meningkatkan secara bermakna risiko persalinan di seluruh dunia. Carlough and McCall melanjutkan bahwa wanita yang berumur 10-14 tahun mempunyai angka kematian ibu lima kali lebih besar dibandigkan wanita yang berumur 20-24 tahun, dan wanita yang dibandingkan wanita yang berumur 20-24 tahun. Sebaliknya risiko persalinan kembali meningkat setelah umur 30 atau 35 tahun. Di Nepal wanita yang berumur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko dua kali lebih besar dari wanita berumur 20-24 tahun. Pada umur kurang dari 20 tahun, rahim dan panggul seringkali belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya ibu hamil pada usia itu mungkin mengalami persalinan lama atau macet, atau gangguan lainnya. Pada umur 35 tahun atau lebih, kesehatan ibu sudah menurun akibatnya ibu hamil pada usia itu mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mempunyai anak cacat, persalinan lama dan perdarahan. Disamping itu pada wanita usia > 35 tahun sering terjadi kekakuan pada bibir rahim sehingga menimbulkan perdarahan hebat yang bila tidak segera diatasi dapat menyebabkan kematian ibu (Fibriana, 2007). Lyndon et al (2012) menyebutkan persalinan yang melibatkan ibu usia < 18 lebih beresiko mengalami komplikasi persalinan berupa disproportional antara kepala dan ukuran pelvik ibu. Sedangkan ibu berusia > 35 tahun memiliki resiko lebih besar mengalami perdarahan post partum dibandingkan ibu usia < 35 tahun, sehingga angka persalinan SC lebih didominasi oleh ibu hamil usia > 35 tahun, hal ini berkaitan dengan upaya penurunan angka kematian ibu.Sebagian besar responden kelompok kasus penelitian ini mengalami penyulit persalinan yang diakibatkan permasalahan power (kekuatan his) Menurut Teibang (2011), his kurang adalah kelainan his dengan kekuatan lemah atau tidak adekuat dan frekuensinya jarang untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Penelitian Marlina (2010), menunjukkan bahwa his yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan rintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau penyulit. Pada penelitian Kusumawati (2007) juga mengatakan kesulitan dalam jalannya persalinan (distosia) karena kelainan tenaga his adalah his tidak normal atau yang lemah, baik kekuatan maupun sifatnya sehingga dapat menghambat kelancaran persalinan.Penelitian ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Jolly et al (2005) yang menyebutkan wanita hamil berusia > 35 tahun memiliki resiko lebih besar dibandingkan dengan wanita usia 18-35 tahun untuk mengalami komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas, seperti diabetes gestasional, kelahiran preterm, persalinan dengan tindakan seksio casarean (SC), plasenta previa, dan perdarahan nifas. Penelitian lain yang sesuai dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan Cook dan Onyskiw (2005) di Canada, yang menyimpulkan kehamilan pada usia tua pada wanita pekerja beresiko mengalami penyulit persalinan berupa persalinan preterm dan kegagalan pertumbuhan janin.Penelitian yang dilakukan oleh Fibriana tahun 2007 menghasilakan salah satu faktor karakteristik ibu yang menjadi determinan kejadian komplikasi persalinan adalah usia resiko persalinan (< 20 tahun atau > 35 tahun) dengan p value 0,012 dan OR 3,4.Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses persalinan tidak selamanya berlangsung fisiologik, dapat pula secara patologik. Sehingga pemilihan cara persalinan dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan demi keselamatan ibu dan bayi. Pada penelitian ini, ibu bersalin dengan penyulit persalinan cara bersalin yang paling sering di pilih adalah persalinan sectio caesar (SC) untuk segera menyelamatkan ibu maupun janin. Berdasarkan Silvia Persalinan dengan penyulit dapat menimbulkan pengalaman traumatik bagi ibu, sehingga beberapa ibu memiliki resiko mengalami depresi pasca persalinan atau gangguan emosional lainnya. Pengalaman nyeri hebat, dan lamanya proses persalinan akan menimbulkan rasa kecemasan, dan ketakutan terhadap keberhasilan tindakan bahkan sampai proses persalinan berakhir (Gausia et al, 2012). Berdasarkan Machmudah (2010), kemarahan, kecemasan, dan stress yang berlebihan pada proses persalinan memiliki peranan yang kuat terhadap kejadian gangguan mood pada periode post partum dini. Oleh karena itu dibutuhkan peranan tenaga kesehatan, khususnya perawat maternitas untuk menurunkan faktor resiko kejadian penyulit persalinan.Peran perawat khususnya perawat maternitas dalam upaya menurunkan kejadian penyulit persalinan pada ibu hamil adalah sebagai educator dan konselor bagi ibu hamil. Terdapat banyak upaya yang bisa dilakukan untuk menunda dan mencegah terjadinya kehamilan khususnya bagi wanita usia resiko persalinan. Pendewasaan usia menikah merupakan salah satu alternatif solusi. Pendewasaan usia perkawinan sangat di tujukan bagi wanita usia < 20 tahun. Hal ini berkaitan dengan upaya menurunkan kejadian komplikasi kehamilan, komplikasi persalinan, dan komplikasi nifas yang dapat mengakibatkan kondisi kegawatan pada ibu dan bayi. Saat ini program pendewasaan usia perkawinan telah dijalankan BKKBN melalui program generasi berencana yang diwujudkan melalui wadah Pusat Informasi dan Konseling disetiap Desa dan di Sekolah Menengah Atas/sederajat. Program generasi berencana berfokus untuk mewujudkan remaja dan pemuda yang memiliki pengetahuan, bersikap dan berperilaku sebagai remaja, untuk menyiapkan dan perencanaan yang matang dalam kehidupan berkeluarga.Upaya lain yang bisa dilakukan untuk mencegah kehamilan pada usia resiko persalinan khususnya usia > 35 tahun adalah dengan mengikuti program Keluarga Berencana (KB), baik KB alami maupun KB dengan menggunakan alat kontrasepsi. Pengetahuan yang mencukupi tentang organ reproduksi, siklus menstruasi dan alat reproduksi, alat kontrapsepsi, pertumbuhan dan perkembangan janin akan memudahkan PUS untuk memilih metode KB yang sesuai.

C. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian ini adalah data penelitian hanya bersumber pada data buku register yang terdapat di Ruang bersalin RSUD Banyumas. Pada rancangan proposal peneliti akan menganalisis data demografi responden akan tetapi pada data buku register tidak terdapat data demografi responden sehingga data karakteristik demografi, dan riwayat obstetri responden tidak didapatkan.Sehingga data karakteristik demografi, dan riwayat obstetri responden tidak didapatkan. Selain itu, keterbatasan lainnya peneliti tidak memasukkan jenis penyulit persalinan ke dalam karakteristik untuk dilakukan analisis univariat.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut :1. Sebagian besar responden kelompok kasus jumlah ibu primigravida merupakan kelompok dominan. Sedangkan pada kelompok kasus, sebagian besar responden merupakan ibu multigravida. Ibu nulipara merupakan kelompok paling dominan pada kedua kelompok. Sebagian besar ibu pada kedua kelompok penelitian tidak memiliki riwayat abortus (A0).2. Sebagian besar usia ibu pada kelompok kasus adalah termasuk dalam usia aman persalinan. Sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar termasuk dalam usia aman persalinan. Rata-rata usia ibu hamil merupakan usia aman persalinan yaitu 28,37 tahun.3. Terdapat hubungan usia ibu hamil dengan kejadian penyulit persalinan di RSUD Banyumas dengan p-value 0,016 (p value < 0,05).

B. SaranBerdasarkan hasil penelitian disarankan beberapa hal, sebagai berikut :1. Bagi Ibu Hamil

64Ibu yang memasuki usia resiko persalinan (< 20 tahun / > 35 tahun) hendaknya mengikuti program Keluarga Berencana (KB) agar dapat menunda dan mencegah kehamilan untuk menghindari resiko komplikasi persalinan. Selain itu hendaknya seluruh ibu yang termasuk usia aman persalinan dapat mengembangkan pengetahuannya tentang resiko berkaitan dengan kehamilan, sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi persalinan.2. Bagi Tenaga KesehatanPihak tenaga kesehatan perlu mempertahankan upaya kesehatan, khusunya upaya preventif melalui pemberian pendidikan kesehatan secara berkesinambungan terkait pengetahuan pada ibu hamil untuk meningkatkan pengetahuan ibu agar terhindar dari kejadian komplikasi persalinan atau penyulit persalinan. 3. Bagi Peneliti Lain Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai penyulit persalinan dengan menggunakan variabel bebas lain seperti karakteristik demografi, keteraturan antenatal care, dan status obstetri. Disarankan juga untuk menggunakan sumber data yang lebih kompleks agar mendapatkan data yang lebih lengkap. Hal ini diharapkan dapat mengidentifikasi lebih dalam gambaran penyulit persalinan.51