bab ii kajian pustaka 2.1. kajian teori 2.1.1 keterampilan...
TRANSCRIPT
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1 Keterampilan mendeskripsi secara tertulis
Menurut Parera (1993) keterampilan mendeskripsi secara tertulis adalah
suatu proses kreativitas dengan mengekspresikan gagasan atau pendapat,
pemikiran, dan perasaan yang dimiliki. Menulis deskripsi dapat dilakukan dengan
cara menuliskan kalimat-kalimat deskripsi dari gambar-gambar yang mereka
miliki. Kegiatan menulis deskripsi ini dapat merangsang anak untuk
mengungkapkan suatu bentuk/benda yang dipahami anak melalui tulisan (Puji
Arya yanti, 2007).
Keterampilan menulis deskripsi merupakan kemampuan mengungkapkan
gagasan dalam bentuk tulisan yang tujuannya memberikan perincian atau detail
tentang objek sehingga dapat memberi pengaruh pada sensitivitas dan imajinasi
pembaca atau pendengar (Semi, 1993: 42).
Menurut (Keraf 1981) keterampilan mendeskripsi secara tertulis merupakan
proses perkembangan yang memerlukan cara berpikir yang teratur untuk sebuah
bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan
perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan. Karangan deskripsi
berhubungan dengan pengalaman pancaindera seperti penglihatan, pendengaran,
perabaan, penciuman, dan perasaan. Deskripsi memberikan suatu gambaran
tentang suatu peristiwa atau kejadian dan masalah. Untuk menulis suatu deskripsi
yang baik seseorang penulis harus dekat kepada objek dan masalah dengan semua
pancaindera.
Fungsi utama dari deskripsi adalah menjadikan pembaca seakan – akan
melihat wujud sesungguhnya dari materi yang disajikan itu (Fachruddin
1988:158). Deskripsi membuat kita melihat yaitu membuat visualisasi mengenai
obyeknya, atau dengan kata lain deskripsi memusatkan uraiannya pada
penampakan barang. Dalam deskripsi kita melihat obyek garapan secara hidup
dan konkrit, kita melihat obyek secara bulat. Deskripsi banyak kaitannya dengan
7
hubungan pancaindera dan pencitraan, maka banyak tulisan deskripsi di
klasifikasikan sebagai tulisan kreatif.
Tujuan mendeskripsi secara tertulis adalah membuat siswa menyadari
dengan hidup apa yang diserap melalui pancaindera, merangsang perasaan
pembaca mengenai apa yang digambarkannya, menyajikan suatu kualitas
pengalaman langsung. Objek yang dideskripsikan mungkin sesuatu yang bisa
ditangkap dengan pancaindera kita, sebuah pemandangan alam, hewan-hewan,
dan sebagainya. Deskripsi lebih menekankan pengungkapannya melalui rangkaian
kata-kata dengan mengenal ciri-ciri objek garapan, siswa dapat menggambarkan
secara verbal objek yang ingin diamati. Maka dapat disimpulkan bahwa
keterampilan mendeskripsi secara tertulis merupakan suatu proses kreativitas
membuat kalimat berdasarkan pengamatan suatu objek dengan panca indera
dalam bentuk tulisan.
Teknik penilaian yang dapat digunakan dalam pembelajaran tema hewan
dan tumbuhan untuk mengukur keterampilan mendeskripsi secara tertulis siswa
dengan menggunakan teknik non tes, yakni:
1. Non Tes
Teknik non tes sangat penting dalam mengakses siswa pada ranah afektif dan
psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspek
kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes (Endang Poerwanti, 2008), yaitu:
1. Observasi
Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat
dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen
yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar
siswa, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa
menggunakan instrumen.
2. Wawancara
Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang
diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau aspek
kepribadian siswa.
8
3. Task Analysis (Analisis Tugas)
Dipergunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu tugas dan
menyusun skills dengan urutan yang sesuai dan hasilnya berupa daftar
komponen tugas dan daftar skills yang diperlukan.
4. Komposisi dan Presentasi
Siswa menulis dan menyajikan karyanya.
5. Proyek Individu dan Kelompok
Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta dapat digunakan untuk
individu maupun kelompok
Pada umumnya tujuan pembelajaran mengikuti pengklasifikasian hasil
belajar yang dilakukan oleh Bloom pada tahun 1956, yaitu cognitive, affective dan
psychomotor. Kognitif adalah ranah yang menekankan pada pengembangan
kemampuan dan keterampilan intelektual. Afektif adalah ranah yang berkaitan
dengan pengembangan perasaan, sikap nilai dan emosi, dan ranah psikomotor
adalah ranah yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan atau keterampilan motorik.
Penilaian mendeskripsi secara tertulis menekankan pada ranah psikomotor.
Ranah psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan manual fisik (skills) dan
kemampuan bertindak individu. Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam
penilaian mendeskripsi secara tertulis, jika aspek-aspek yang dinilai dalam tulisan
disajikan secara lebih rinci. Kegiatan menulis melibatkan aspek penggunaan tanda
baca dan ejaan, penggunaan diksi dan kosakata, penataan kalimat, pengembangan
paragraf, pengolahan gagasan dan pengembangan model karangan (St.Y. slamet,
2007: 209). Sehubungan dengan itu menurut Zaini Machmoed dalam Burhan
Nurgiyantoro (2009: 305) menyatakan bahwa kategori-kategori pokok dalam
mengarang meliputi: (1) kualitas dan ruang lingkup isi, (2) organisasi dan
penyajian isi, (3) gaya dan bentuk bahasa, (4) mekanik: tata bahasa, ejaan, tanda
baca, kerapian tulisan, dan kebersihan, dan (5) respon efektif guru terhadap karya
tulis. Sejalan dengan hal tersebut Burhan Nurgiyantoro (2009: 306)
mengemukakan bahwa unsur-unsur mengarang yang dinilai adalah content (isi,
gagasan yang dikemukakan), form (organisasi isi), grammar (tata bahasa dan pola
kalimat), style (gaya: pilihan struktur dan kosa kata), dan mechanics (ejaan).
9
Apabila dilihat dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur
utama dalam menulis deskripsi yang dinilai adalah kesesuaian isi yang selanjutnya
diikuti dengan ejaan, diksi, gagasan yang dikemukakan (imajinasi) dan kerapian
tulisan. Oleh karena itu, pembobotan atau skor penilaian untuk unsur utama dan
terpenting ini memiliki porsi lebih besar bila dibandingkan dengan unsur yang
lain.
Seluruh aspek penilaian mendeskripsi secara tertulis tersebut menurut
Burhan Nurgiyantoro (2001) dapat disajikan dalam bentuk Tabel 2.1 berikut ini :
Tabel 2.1
Kriteria Aspek Penilaian Ketrampilan Mendeskripsi Secara Tertulis
No Aspek yang dinilai Rentang Nilai
1 2 3 4 5
1 Isi gagasan yang
dikemukakan
2 Organisasi isi
3 Tata bahasa
4 Gaya pilihan struktur dan
kosa kata
5 Ejaan
Jumlah
10
Tabel 2.2
Kriteria Penilaian Keterampilan Mendeskripsi Secara Tertulis
No Aspek Penilaian Rentang
Skor
1 Isi gagasan yang dikemukakan
a. sangat baik
pengembangan tema kreatif dan deskripsi
dikembangkan dengan sangat baik.
b. baik
pengembangan tema kreatif dan deskripsi
dikembangkan dengan baik.
c. cukup
pengembangan tema cukup kreatif dan
deskripsi dikembangkan dengan cukup
baik.
d. kurang
pengembangan tema kurang kreatif dan
deskripsi tidak dikembangkan.
e. sangat kurang
pengembangan tema tidak sesuai dan
deskripsi tidak dikembangkan.
5
4
3
2
1
2 Organisasi isi
a. sangat sesuai
isi sangat sesuai dengan objek yang
diamati, dan sangat jelas.
b. sesuai
isi sesuai dengan objek yang diamati, dan
cukup jelas.
c. cukup sesuai
isi cukup sesuai dengan objek yang
diamati, dan cukup jelas.
d. kurang sesuai
isi kurang sesuai dengan objek yang
diamati, dan kurang jelas.
e. tidak sesuai
isi tidak sesuai dengan objek yang diamati,
dan tidak jelas.
5
4
3
2
1
3 Tata bahasa
a. sangat tepat
bahasa komunikatif dan sangat mudah
dipahami.
b.tepat
bahasa komunikatif dan mudah dipahami.
c. cukup tepat
5
4
3
11
bahasa cukup komunikatif dan mudah
dipahami.
d. kurang sesuai
bahasa kurang komunikatif dan sulit
dipahami.
e. tidak sesuai
bahasa tidak komunikatif dan sulit
dipahami.
2
1
4 Gaya pilihan struktur dan kosa kata
a. sangat tepat
pilihan dan ungkapan kata sangat tepat.
Menguasai pembentukan kata.
b. tepat
pilihan dan ungkapan kata tepat.
Menguasai pembentukan kata.
c. cukup tepat
pilihan dan ungkapan kata cukup tepat.
Cukup menguasai pembentukan kata.
d. kurang tepat
pilihan dan ungkapan kata kurang tepat.
Tidak menguasai pembentukan kata.
e. tidak tepat
pilihan dan ungkapan kata tidak tepat.
Tidak menguasai pembentukan kata.
5
4
3
2
1
5 Ejaan
a. sangat sesuai
tidak ada kesalahan ejaan dan kalimat
mudah dipahami.
b. sesuai
jumlah kesalahan ejaan 1 sampai 3 dan
kalimat mudah dipahami.
c. cukup sesuai
jumlah kesalahan ejaan 1 sampai 7 dan
kalimat mudah dipahami.
d. kurang sesuai
jumlah kesalahan ejaan lebih dari 7 dan
kalimat kurang jelas.
e. tidak sesuai
semua penggunaan ejaan salah, dan
kalimat tidak jelas.
5
4
3
2
1
12
Ketercapaian tujuan pembelajaran akan diketahui melalui teknik atau cara
pengukuran yang sistematis melalui observasi. Mengukur macam-macam aspek
belajar yang bervariasi dikategorikan sebagai kognitif, psikomotoris, dan afektif.
Batasan tersebut umumnya dieksplisitkan sebagai pengetahuan, keterampilan dan
sikap/nilai. Semua tipe belajar sebaiknya dievaluasi dalam proporsi yang tepat.
Pada proses pembelajaran guru perlu mengetahui dan memperhatikan
kekuatan, kelemahan dan minat siswa sehingga mereka termotivasi untuk belajar
atas dasar apa yang telah mereka miliki dan mereka butuhkan.
Alat yang dipergunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
dinamakan dengan instrumen. Instrumen sendiri terdiri atas instrumen butir-butir
soal apabila cara pengukuran dilakukan dengan menggunakan tes, dan apabila
pengukuran dilakukan dengan non tes, cara mengamati atau mengobservasi dapat
menggunakan instrumen lembar pengamatan atau observasi, pengukuran dengan
teknik skala sikap dapat menggunakan instrumen butir-butir pernyataan.
Instrumen sebagai alat yang digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan
pembelajaran maupun kompetensi yang dimiliki siswa haruslah valid, maksudnya
adalah instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.
2.1.2 Pendekatan inkuiri
Pendekatan yang tepat untuk salah satu tujuan pengajaran (pembelajaran)
atau bahan pengajaran belum tentu untuk tujuan dan bahan pengajaran
(pembelajaran) yang berbeda. Sehingga pemilihan pendekan dalam mengajar
merupakan spesifik pada interaksi belajar mengajar tertentu. Dalam pembelajaran
tematik, guru harus dapat mengombinasikan bermacam pendekatan dalam
menyampaikan materi pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran turut
mempengaruhi cara siswa belajar. Dengan kata lain bahwa cara siswa belajar
tergantung pendekatan yang diterapkan guru dalam pembelajaran. Untuk itu harus
dipilih pendekatan aplikatif dan menarik. Salah satu pendekatan yang aplikatif
dan menarik adalah dengan menggunakan pendekatan inkuiri.
13
Pendekatan inkuiri adalah cara untuk menyampaikan sesuatu agar tercapai
tujuan, cara melaksanakan, cara menyelidiki, taktik, siasat (Poerwadarminto,
1976).
Pendekatan Inkuiri dalam bahasa Inggris “Inquiri”, berarti pertanyaan,
pemeriksaan, atau penyelidikan (Gulo, 2002) dalam Hendry. Sedangkan menurut
(Nasution 1992 : 128). Pendekatan inkuiri adalah merupakan proses belajar yang
memberikan kesempatan pada siswa untuk menguji dan menafsirkan problema
secara sistematika yang memberikan konklusi berdasarkan pembuktian.
Berdasarkan beberapa pengertian yang tersebut di atas dapat disimpulkan
pendekatan inkuiri adalah cara yang digunakan dalam proses pembelajaran
sehingga siswa mempunyai kemampuan untuk bertanya, memeriksa sesuatu yang
melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk membuat kesimpulan berdasarkan
penyelidikan.
1. Tujuan pendekatan inkuiri
Pendekatan inkuiri memiliki tujuan pembelajaran yaitu di samping
mengantarkan siswa pada tujuan instruksional juga memberi tujuan iringan
sebagai berikut :
1. Menolong siswa dalam mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan
yang dibutuhkan serta mengajak siswa untuk aktif dalam memecahkan satu
masalah.
2. Meningkatkan kualitas pembelajaran, karena dengan penggunaan pendekatan
inkuiri dalam proses pembelajaran dapat mendorong siswa untuk berpikir dan
bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat objektif, jujur, dan terbuka, serta
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri dan dapat
mengembangkan bakat dan kecakapan individunya.
3. Siswa termotivasi dalam proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil
belajar yang maksimal.
Jadi penggunaan pendekatan inkuiri ini bertujuan untuk menolong siswa
dalam mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan yang dibutuhkan
serta mengajak siswa untuk aktif dalam memecahkan satu masalah.
14
2. Karakteristik pendekatan inkuiri
Meskipun terdapat bermacam-macam variasi model mengajar inkuiri,
namun pada dasarnya pelaksanaannya menunjukkan karakteristik yang sama Nuta
(1985) mengemukakan bahwa:
1. Guru berusaha menstimulir siswa untuk berpikir aktif, dengan cara antara lain
a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan pikiran.
b. Mendorong siswa untuk membuat interprestasi, penjelasan atau pendapat
c. Mendorong siswa untuk mengolah data dan informasi.
d. Meminta siswa untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip dalam berbagai
situasi.
2. Guru berusaha menjaga berkembangnya suasana bebas dan mendorong siswa
untuk berani memecahkan buah pikirannya sendiri dengan cara antara lain :
a. Bersikap membantu dan terbuka menerima pendapat.
b. Mengarahkan pada hal-hal yang positif.
c. Bersedia menerima dan memeriksa semua usaha yang diajukan oleh siswa.
d. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk kreatif dan mandiri.
3. Manfaat Pendekatan Inkuiri
Secara garis besar, pembelajaran inkuiri mempunyai beberapa fungsi,
sebagai berikut :
1. Sumber proses belajar
Pada dasarnya karakteristik dalam penggunaan pendekatan inkuiri adalah
menekankan pada kualitas pembelajaran, karena dengan penggunaan pendekatan
inkuiri dalam proses pembelajaran dapat mendorong siswa untuk berpikir dan
bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat objektif, jujur, dan terbuka, serta
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri dan dapat
mengembangkan bakat dan kecakapan individunya. Dengan pelaksanaan
pendekatan inkuiri diharapkan bagi siswa termotivasi dalam proses pembelajaran
dan dapat meningkatkan hasil belajar yang maksimal.
15
2. Sarana Komunikasi
Dalam suatu pendekatan inkuiri dalam pembelajaran kegiatan
berkomunikasi siswa dengan guru, atau guru dengan siswa akan sangat berguna
untuk menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi
pelajaran. Sehingga akan membangkitkan motivasi siswa untuk belajar juga
merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu. Kegiatan tersebut
memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan dengan membimbing siswa
untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.
4. Kelebihan pendekatan inkuiri
Adapun teknik penggunaan pendekatan inkuiri memiliki kelebihan sebagai
berikut :
1. Dapat membentuk dan mengembangkan “sel consept” pada diri siswa,
sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses
belajar yang baru.
3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri,
bersikap objektif, jujur, dan terbuka.
4. Memberikan kepuasan yang bersifat instrinsik
5. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang
6. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu
7. Memberi kesempatan siswa untuk belajar sendiri.
8. Siswa dapat menghindari cara-cara belajar yang tradisional.
9. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
5. Kelemahan pendekatan inkuiri
Adapun kelemahan pendekatan inkuiri sebagai berikut :
1. Pendekatan inkuiri terlalu menekankan pada proses/aspek intelektual atau
kognitif dan kurang memperhatikan dominan afektif atau aspek emosional
dari proses belajar mengajar.
16
2. Pendekatan ini tidak efektif bagi kelas bersiswa banyak karena setiap
siswa mungkin membutuhkan waktu banyak dari guru untuk
menuntunnya.
3. Harapan akan hasil penyelidikan mungkin tidak terpenuhi atau
mengecewakan terutama bagi guru yang sudah terbiasa dengan
perencanaan dan pengajaran tradisional.
Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap
pendekatan mempunyai kelebihan dan kekurangan tetapi semua itu dapat diatasi
dengan baik jika seorang guru kreatif dalam menggunakannya dan siswa akan
terlihat aktif dalam proses belajar mengajar.
6. Langkah-langkah pendekatan inkuiri
Penggunaan pendekatan inkuiri pada pengajaran tematik untuk
meningkatkan keterampilan mendeskripsi secara tertulis siswa SD dapat
memberikan hasil yang baik apabila pengajar mengetahui langkah – langkah
pelaksanaan pengajaran dengan pendekatan yang tepat. Seperti yang dijelaskan
Nurhadi (2004: 43-44) dalam Khurnia Eva pelaksanaan penggunaan pendekatan
inkuiri terkait dengan peningkatan keterampilan menulis, dilakukan melalui
langkah – langkah sebagai berikut :
1. Merumuskan masalah,
2. Mengamati dan melakukan observasi,
3. Menganalisis dan menyajikan hasil tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel,
dan karya lainnya, dan
4. Mengkomunikasikannya atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman
sekelas, guru, atau audien yang lain.
Demikian Nurhadi mendeskripsikan langkah-langkah pendekatan inkuiri,
menekankan pada proses kegiatan pembelajaran yang melibatkan sekelompok
siswa bekerja pada masalah, mengambil tindakan dengan melakukan observasi
langsung, dan menyajikan hasil sehingga membantu siswa mengembangkan
penguasaan keterampilan jika siswa itu dilibatkan terus dalam pengamatan.
17
Kekurangan pada langkah-langkah Nurhadi adalah penyajian hasil siswa belum
dilanjutkan pada tahap kesimpulan pada akhir pembelajaran yang telah dilakukan.
Sedangkan Pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri menurut
Sanjaya (2006: 199) dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
(1) orientasi,
(2) merumuskan masalah,
(3) mengajukan hipotesis,
(4) mengumpulkan data,
(5) menguji hipotesis, dan
(6) merumuskan kesimpulan.
Sanjaya menyebutkan pada langkah-langkah pendekatan inkuiri untuk
mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran yang
menekankan pada kemauan siswa untuk beraktifitas menggunakan
kemampuannya untuk mendiskripsikan temuan yang diperoleh. Kekurangan pada
langkah-langkah Sanjaya, kegiatan pembelajaran menekankan pada proses
berpikir secara kritis dan analitis, sehingga bagi siswa yang kurang
berpengalaman belajar mengalami kesulitan untuk memahami konsep pelajaran.
Menurut Uno (2008: 15-16) mengemukakan pendekatan inkuiri terdiri atas
lima tahapan.
1. Guru menjelaskan prosedur pengamatan yang harus dilakukan oleh siswa
dan selanjutnya melontarkan permasalahan.
2. Siswa mengumpulkan data dan verifikasi.
3. Siswa mengumpulkan data dan eksperimentasi.
4. Siswa merumuskan penjelasan atau peristiwa yang dialami.
5. Siswa menganalisis proses penelitian yang telah mereka lakukan.
Kelebihan pada langkah-langkah pendekatan inkuiri menurut Uno merupakan
pendekatan dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan
menjelaskan prosedur pengamatan dan mengarah pada suatu permasalahan.
Kekurangan peran aktif cenderung pada guru dalam menentukan permasalahan
dan tahap-tahap pemecahannya.
18
Prosedur-prosedur yang dikemukakan oleh Sanjaya, Uno dan Nurhadi pada
dasarnya memiliki persamaan mulai dari perumusan masalah, melakukan
pengamatan, hingga tahap akhir yaitu menganalisis dan menyimpulkan hasil
pengamatan. Maka langkah-langkah pendekatan inkuiri dapat disimpulkan terkait
dengan peningkatan keterampilan menulis yaitu :
1. Merumuskan masalah yang dijadikan topik dalam pembelajaran menulis
2. Melakukan pengamatan melalui observasi.
3. Mengkomunikasikan permasalahan berdasarkan hasil pengamatan sesuai
ciri-ciri objek yang diamati dan disajikan dalam bentuk tulisan.
4. Menarik kesimpulan berdasarkan pembahasan.
2.1.3 Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar
Pendekatan pembelajaran yang ditekankan untuk kelas 1,2 dan 3 SD
adalah pendekatan tematik. Menurut Siskandar (2003) bagi guru SD kelas rendah
(1,2 dan 3) yang siswanya masih berperilaku dan berpikir konkrit, pembelajaran
sebaiknya dirancang secara terpadu dengan menggunakan tema sebagai pemersatu
kegiatan pembelajaran. Dengan cara ini maka pembelajaran untuk siswa kelas 1, 2
dan 3 menjadi lebih bermakana, lebih utuh dan sangat kontekstual dengan dunia
anak-anak.
Berdasarkan hal di atas maka akan lebih memahami tentang pembelajaran
dengan pendekatan tematik perlu kiranya diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan
teori mengenai pembelajaran terpadu.
a. Arti Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran
yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata
pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemanduan itu siswa
akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga
pembelajaran menjadi bermakana bagi siswa. Bermakana disini memberikan
arti bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-
konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang
menghubungkan antar konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata
19
pelajaran. Jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional, maka
pembelajaran tematik atau terpadu tampak lebih menekankan pada keterlibatan
siswa dalam belajar, sehinggga siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran
untuk pembuatan keputusan. Hal ini sesuai dengan panduan KBK
DEPDIKNAS (2003) yang menyatakan bahwa pengalaman belajar siswa
menempati posisis penting dalam usaha meningkatkan kualitas lulusan. Untuk
itu guru dituntut harus mampu merancang dan melaksanakan program
pengalaman belajar dengan tepat. Setiap siswa memerlukan bekal pengetahuan
dan kecakapan agar dapat hidup di masyarakat dan bekal ini diharapkan
diperoleh melalui pengalaman belajar di sekolah. Oleh sebab itu pengalaman
belajar disekolah sedapat mungkin memberikan bekal siswa dalam mencapai
kecakapan untuk berkarya. Kecakapan ini disebut dengan kecakapan hidup
yang cakupannya lebih luas dibanding hanya sekedar keterampilan.
b. Tujuan pembelajaran tematik
Pembelajaran tematik dikembangkan selain untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat :
1. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih
bermakna.
2. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah dan
memanfaatkan informasi.
3. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasan baik, dan nilai-nilai luhur
yang diperlukan dalam kehidupan.
4. Menumbuh kembangkan keterampilan sosial seperti kerjasama, toleransi,
komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain.
5. Meningkatkan gairah dalam belajar
6. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
Kompetensi dasar merupakan standar minium yang secara nasional harus
dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap
satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan siswa
untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang
20
difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan KD untuk pembelajaran tematik
diitujukan bagi bagi siswa kelas rendah (1, 2, dan 3) melalui tabel 2.3 berikut ini.
Tabel 2.3
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran Tematik Kelas II
Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
BAHASA INDONESIA
8.Menulis permulaan dengan mendeskripsikan benda disekitar dan
menyalin puisi anak
8.1Mendeskripsikan tumbuhan atau
binatang disekitar secara sederhana dengan bahasa lisan
PKN 4.Menampilkan nilai-nilai pancasila
4.1 Mengenal nilai kejujuran, kedisiplinan dan senang bekerja dalam kehidupan
sehari-hari
4.2 Melaksanakan perlakuan jujur, disiplin
dan senang bekerja dalam kehidupan sehari-hari
MATEMATIKA
Bilangan 3. Melakukan Perkalian dan Pembagian
bilangan sampai dua angka.
3.2 Melakukan pembagian bilangan dua
angka.
4.2. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Berdasarkan skripsi dengan judul “Penggunaan Metode Inkuiri Untuk
Meningkatkan Perhatian Siswa Pada Pelajaran IPA Tentang Gaya Bagi Siswa
Kelas V SD Negeri 2 Kuwarasan Kabupaten Kebumen Semester 2 Tahun
Pelajaran 2010/2011” yang disusun oleh Dalimin, dari Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, UKSW, hasil dari penelitiannya adalah sebagai berikut :
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan Di SD Negeri 2
Kuwarasan Kabupaten Kebumen Semester 2 Tahun Pelajaran 2010/2011. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan belajar dari kondisi pra siklus(
awal) ke siklus 1 dan dari siklus 1 ke siklus 2. Peningkatan tersebut dilihat dari
rata-rata menunjukkan prestasi belajar yang meningkat dari pra siklus, siklus 1
dan siklus 2. Dapat dilihat dari pra siklus hanya mencapai rata-rata kelas 59,56
dan tingkat ketuntasan 30,43%, kemudian pada siklus 1 nilai rata-rata kelas
menjadi 87,39, dengan tingkat ketuntasan 82,60%, dan pada siklus 2 mencapai
21
rata-rata kelas 91,73 dengan tingkat ketuntasan 95,65. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan meningkatnya perhatian siswa dengan peningkatan hasil belajar
siswa setelah peneliti menggunakan metode inkuiri pada pada mata pelajaran IPA
tentang gaya kelas V SD Negeri 2 Kuwarasan Kabupaten Kebumen. Kelebihan
dalam penelitian ini meningkatkan perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran
dan pemahaman penguasaan konsep siswa dalam mata pelajaran IPA. Kekurangan
dalam penelitian ini membutuhkan waktu khusus dengan siswa agar tetap fokus
pada kegiatan pembelajaran. Sebagai tindak lanjut guru selalu memilih
penggunaan metode yang tapat dan menarik untuk meningkatnya perhatian siswa
dalam kegiatan pembelajaran.
Penelitian Siti Rohana, dengan judul “Penggunaan Metode Inkuiri Dalam
Penerapan Model Kelas 212 Pembelajaran Kelas Rangkap Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas IV dan V Di SD 03 Dempel Kecamatan Kalibaang
Wonosobo Semester 2 Tahun Pelajaran 2009/2010”. Dari dari Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, UKSW, hasil dari penelitiannya adalah sebagai berikut :
Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan di SD 03 Dempel Kecamatan
Kalibaang menunjukkan dengan adanya peningkatan prosentase ketuntasan nilai
siswa saat pembelajaran tanpa menggunakan metode inkuiri adalah 17,3%.
Sedangkan untuk kelas V prosentase ketuntasan sebanyak 27%. Saat postes siklus,
prosentase ketuntasan kelas IV mengalami kenaikan menjadi 56,51 %. Sedangkan
kelas V prosentase ketuntasan juga mengalami kenaikan yakni menjadi 59,09%.
Prosentase ketuntasan pada siklus 2 masing-masing naik menjadi 100%, artinya
pada siklus 2 sudah semua siswa masing-masing kelas tuntas. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan meningkatnya hasil belajar siswa setelah peneliti
menggunakan metode inkuiri. Kelebihan pada penelitian ini ditunjukkan siswa
yang aktif lebih banyak di banding saat pembelajaran tanpa menggunakn metode
inkuiri. Kekurangan penelitian ini memerlukan waktu yang sangat lama dengan
siklus berulang untuk melakukan penelitian. Tindak lanjut guru selalu
menggembangkan metode yang tepat guna meningkatkan hasil belajar siswa
secara maksimal.
22
Penelitian Lastik, dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Kelas IV Semester 2 Dalam Mata Pelajaran IPS Tentang Sumber Daya Alam
Dengan Menggunakan Pendekatan Inkuiri di SD Sambongrejo 4 kecamatan
Sambong Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2009/2010”. Dari dari Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UKSW, hasil dari penelitiannya adalah sebagai
berikut:
Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan di SD Sambongrejo 4
kecamatan Sambong Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2009/2010 dengan jumlah
18 siswa, dari 10 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Pada materi pokok
Sumber Daya Alam penelitian tersebut menggunakan 2 siklus. Hasil penelitian
menunjukkan adanya peningkatan, hal ini dibuktikan dengan hasil yang diperoleh
pada siklus 1 nilai rata-rata 63,50, selanjutnya pada pertemuan ke-2 rata-rata kelas
menjadi 66,94 dan siklus 2 pertemuan 1 rata-rata kelas 69,94 dan pada pertemuan
2 mencapai 72,50 dari 16 siswa yang tuntas dengan ketuntasan pembelajaran
mencapai 88,88%. KKM yang ditentukan adalah 64. Dengan melihat hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini mampu menjawab tujuan hasil
penelitian yaitu meningkatkan hasil belajar IPS dengan menggunakan pendekatan
inkuiri. Kelebihan penelitian ini adalah mengembangkan pengetahuan siswa
tentang Sumber Daya Alam sehingga anak dapat melihat langsung contoh SDA.
Kekurangan penelitian ini adalah tidak semua materi pada Mata Pelajarn Ilmu
Pengetahuan Sosial dapat menggunakan pendekatan inkuiri. Tindak lanjut pada
penelitian ini guru sebaiknya mampu memilih pendekatan yang tepat pada mata
pelajaran yang lain agar hasil belajar dapat mencapai hasi belajar yang maksimal.
Hasil penelitian pendekatan inkiri juga pernah dilakukan oleh Himatul
Khoriyah. Dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan
Menggunakan Pendekatan Inkuri dan Media Melalui Konsep Gaya Magnet Untuk
Mata Pelajaran IPA Pada Siswa Kelas 5 semester 2 SD Negeri Karanganyar
Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang”. Penelitian ini menunjukkan
perbedaan saat peneliti melakukan penelitian dalam 2 siklus. Sebelum diterapkan
strategi pembelajaran dengan pendekatan secara tepat hasil belajar yang diperoleh
dengan rata-rata kelas 62,7. Pada siklus 1 ada peningkatan hasil belajar dengan
23
rata-rata kelas mencapai 76 dan pada siklus 2 nilai rata-rata yang diperoleh siswa
mencapai 83,8. Penelitian tersebut menunjukkan peningkatan hasil belajar.
Kelebihan dalam penelitian ini adalah dapat meningkatkan tingkat pemahaman
terhadap konsep yang dipelajari yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil
belajar. Kekurangannya dalam penelitian ini, pada rata-rata peningkatan tiap silus
kurang maksimal. Tindak lanjut guru selalu menggembangkan pendekatan yang
tepat guna meningkatkan hasil belajar siswa secara maksimal.
Penelitian Sri Nur Widayati dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil
Belajar Matematika Bagi Siswa Kelas IV SDN 2 Lemah Putih Kecamatan Brati
Kabupaten Grobogan Dengan Menggunakan Metode Inkuiri.” Bahwa Siswa yang
mencapai ketuntasan belajar sebelum menggunakan metode inkuiri sebesar
57,14% (12 siswa) dari 21 siswa dengan nilai rata-rata kelas sebesar 66,66. Akan
tetapi setelah peneliti menggunakan metode inkuiri siswa yang mencapai
ketuntasan belajar mencapai 90,47% (19 siswa) dari 21 siswa dengan nilai rata-
rata kelas sebesar 92,85. Penelitian tersebut menunjukkan peningkatan hasil
belajar. Kelebihan pada penelitian ini ditunjukkan siswa yang aktif lebih banyak
dibanding saat pembelajaran tanpa menggunakan metode inkuiri. Kekurangan
penelitian ini memerlukan perhatian siswa secara individu. Tindak lanjut guru
selalu menggembangkan metode yang tepat guna meningkatkan hasil belajar
siswa secara maksimal.
Semua hasil penelitian di atas menyimpulkan bahwa strategi pembelajaran
dengan pendekatan ikuiri dapat meningkatkan pemahaman siswa sehingga hasil
belajar dapat meningkat. Berdasarkan hal tersebut dirasa perlu untuk lebih
mengembangkan penelitian yang telah ada.
4.3. Kerangka Berpikir
Pembelajaran konvensional/biasa yang diajarkan menyebabkan siswa yang
hanya 81,08% mendengarkan dan pasif tanpa mau mengungkapkan pendapat
menyebabkan siswa merasa jenuh dan bosan karena guru menyampaikan materi
hanya dengan ceramah saja yang menyebabkan hasil belajar pada pembelajaran
khususnya keterampilan mendeskripsi secara tertulis rendah. Kesadaran perlunya
24
penggunaan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran tema hewan dan tumbuhan
didasarkan adanya kenyataan bahwa sebagian besar siswa tidak mampu
menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana
menggambaran suatu objek dengan kalimat-kalimat.
Penggunaan pendekatan inkuiri memberikan cara bagi siswa untuk
membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan
proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari
pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk membantu individu
membangun kemampuan itu. Menolong siswa mengembangkan disiplin
intelektual dan keterampilan yang dibutuhkan dengan memberikan pertanyaan dan
menyajikan obyek secara langsung untuk mendapatkan jawaban atas dasar
keingin tahuan mereka.
Untuk mengatasi paradigma ini sebaiknya pembelajaran yang berhubungan
dengan keterampilan mengkomunikasikan informasi yang disajikan dalam bentuk
tulisan akan lebih baik menggunakan pendekatan inkuiri dalam proses
pembelajaran. Dengan pelaksanaan pendekatan inkuiri diharapkan bagi siswa
termotivasi dalam proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar yang
maksimal. Langkah-langkah pendekatan inkuiri sebagai berikut :
1. Merumuskan masalah yang dijadikan topik dalam pembelajaran menulis.
Siswa diberi masalah dengan memberikan gambar objek untuk
dideskripsikan secara tertulis.
2. Melakukan pengamatan melalui observasi.
Siswa secara berkelompok mengamati ciri-ciri objek yang akan
dideskripsikan.
3. Mengkomunikasikan permasalahan berdasarkan hasil pengamatan sesuai
ciri-ciri objek yang diamati dan disajikan dalam bentuk tulisan.
Siswa menuliskan deskripsi objek ke dalam bentuk kalimat sederhana
berdasarkan ciri-ciri yang diamati.
4. Menarik kesimpulan berdasarkan pembahasan.
25
Gambar 2.1
Keterampilan Mendeskripsi Secara Tertulis dan Pendekatan Inkuiri
PEMBELAJARAN
TEMATIK TEMA HEWAN
DAN TUMBUHAN
DENGAN PENDEKATAN
INKUIRI
PBM
SISWA PASIF DAN
BOSAN
PEMBELAJARAN
KONVENSIONAL
PEMBELAJARAN
BERPUSAT PADA GURU
HASIL
KETERAMPILAN
MENDESKRIPSIKAN
< KKM
PENILAIAN HASIL
DESKRIPSI
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
PENDEKATAN INKUIRI
MERUMUSKAN MASALAH HEWAN DAN TUMBUHAN
MELAKUKAN PENGAMATAN
HEWAN DAN TUMBUHAN
HASIL KETERAMPILAN
MENDESKRIPSI > KKM
MENYAJIKAN HASIL TULISAN
PENILAIAN PROSES MELALUI
PENGAMATAN UNJUK KERJA MENARIK KESIMPULAN
NON TES
26
1.2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pada kerangka berpikir, maka hipotesis adalah peningkatan
keterampilan mendeskripsi secara tertulis tema hewan dan tumbuhan siswa kelas
II semester 2 tahun 2011/2012 dapat diupayakan melalui pendekatan inkuiri di
SDN 1 Muncar Kecamatan Gemawang, Kabupaten Temanggung.