bab ii kajian pustaka a. tinjauan tentang pondok …repository.ump.ac.id/1056/3/bab ii_suganda...

25
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang pondok pesantren 1. Pengertian pondok pesantren Pandangan tentang pondok pesantren sendiri cukup beragam. Pondok pesantren dapat dipandang sebagai lembaga ritual, atau lembaga pendidikan Islam. Sejak didirikan pertama kali, pesantren memang merupakan sebuah lembaga pendidikan yang memfokuskan pengajaran dalam bimbingan agama Islam Widiyanta & Miftahuddin (dalam suhardi,2012 : 320) Pesantren dapat disebut sebagai model lembaga pendidikan asli (indigenous) Indonesia, yang dalam hal ini mempunyai persamaan bentuk dengan pendidikan model Hindu di India. Tampak ada beberapa unsur yang sama yang dapat ditemukan baik di dalam sistem pendidikan Hindu maupun Pesantren di Indonesia, namun tidak dapat dijumpai dalam sistem pendidikan Islam yang asli di mekah. Unsur-unsur tersebut antara lain adalah seluruh sistem pendidikannya yang bersifat keagamaan, guru yang tidak mendapatkan gaji, dan penghormatan yang besar terhadap guru. Pondok Pesantren berasal dari kata pondok dan pesantren, kata pondok berasal dari bahasa arab funduq yang artinya asrama atau tempat tinggal, dan pesantren berasal dari kata santri yang mendapat awalan pe dan akhiran an yang berarti tempat tinggalnya para santri yang sedang mencari ilmu agama. Pada dasarnya pendidikan pondok pesantren disebut Kajian Tentang Pendidikan …, Suganda Ahmad Sudiyo, FKIP UMP, 2016

Upload: others

Post on 02-Mar-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang pondok …repository.ump.ac.id/1056/3/BAB II_SUGANDA AHMAD_PPKn'16.pdfmenyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang pondok pesantren

1. Pengertian pondok pesantren

Pandangan tentang pondok pesantren sendiri cukup beragam.

Pondok pesantren dapat dipandang sebagai lembaga ritual, atau lembaga

pendidikan Islam. Sejak didirikan pertama kali, pesantren memang

merupakan sebuah lembaga pendidikan yang memfokuskan pengajaran

dalam bimbingan agama Islam Widiyanta & Miftahuddin (dalam

suhardi,2012 : 320)

Pesantren dapat disebut sebagai model lembaga pendidikan asli

(indigenous) Indonesia, yang dalam hal ini mempunyai persamaan bentuk

dengan pendidikan model Hindu di India. Tampak ada beberapa unsur

yang sama yang dapat ditemukan baik di dalam sistem pendidikan Hindu

maupun Pesantren di Indonesia, namun tidak dapat dijumpai dalam sistem

pendidikan Islam yang asli di mekah. Unsur-unsur tersebut antara lain

adalah seluruh sistem pendidikannya yang bersifat keagamaan, guru yang

tidak mendapatkan gaji, dan penghormatan yang besar terhadap guru.

Pondok Pesantren berasal dari kata pondok dan pesantren, kata

pondok berasal dari bahasa arab funduq yang artinya asrama atau tempat

tinggal, dan pesantren berasal dari kata santri yang mendapat awalan pe

dan akhiran an yang berarti tempat tinggalnya para santri yang sedang

mencari ilmu agama. Pada dasarnya pendidikan pondok pesantren disebut

Kajian Tentang Pendidikan …, Suganda Ahmad Sudiyo, FKIP UMP, 2016

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang pondok …repository.ump.ac.id/1056/3/BAB II_SUGANDA AHMAD_PPKn'16.pdfmenyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan

10

sistem pendidikan produk Indonesia. Atau dengan istilah indigenious

(pendidikan asli Indonesia). Pondok Pesantren adalah lembaga Pendidikan

Islam yang tertua di Indonesia.

Peraturan pemerintah republik Indonesia No.55 tahun 2007 tentang

pendidikan agama dan keagamaan dijelaskan dalam pasal 26 ayat (1)

yaitu: pesantren menyelenggarakan pendidikan dengan tujuan

menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, akhlak mulia,

serta tradisi pesantren untuk mengembangkan kemampuan, pengetahuan,

dan keterampilan peserta didik untuk menjadi ahli ilmu Agama Islam

(mutafaqqih fiddin) dan atau menjadi muslim yang memiliki

keterampilan/keahlian untuk membangun kehidupan yang Islami di

masyarakat.

Steenbrink (dalam Hamid, 2015 : 7) dalam bukunya Pesantren

Madrasah Sekolah menjelaskan secara detail bagaimana metamorfosis

pesantren yang bermula dari pengajaran al-Qur’an (pendidikan Islam yang

paling sederhana), kemudian pengajian kitab (pendidikan lanjutan),

sampai menjadi sebuah institusi formal yang disebut “Madrasah” dan

bahkan kemudian menjadi institusi modern yang bernama “Sekolah”,

untuk itu sebelum membahas panjang lebar tentang pondok pesantren,

maka ada baiknya saya mengulas tentang pengertian pondok pesantren.

Istilah pondok pesantren terdiri dari dua kata yang menunjukkan pada

suatu pengertian yaitu kata pondok dan kata pesantren.

Kajian Tentang Pendidikan …, Suganda Ahmad Sudiyo, FKIP UMP, 2016

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang pondok …repository.ump.ac.id/1056/3/BAB II_SUGANDA AHMAD_PPKn'16.pdfmenyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan

11

Menurut Qomar (dalam hamid, 2015 :7) dalam pemakaian sehari-

hari, istilah pesantren biasa disebut dengan pondok saja atau kedua kata ini

digabung menjadi pondok pesantren. Secara esensial, semua istilah ini

mengandung makna yang sama. Dalam bahsa Arab “mahad” atau

pesantren adalah bangunan tempat tinggal bagi kelompok orang untuk

sementara waktu yang terdiri atas sejumlah kamar, dan dipimpin oleh

seorang kepala mahad.

Definisi lain diungkapkan oleh Dhofier (dalam hamid, 2015 :7)

pesantren berasal dari kata “santri” yang diimbuhi awalan pe- dan akhiran-

an yang berarti menunjukkan tempat para santri. Dalam perkembangan

selanjutnya, pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran Agama

Islam, yang pada umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut

terimplementasikan dengan cara nonklasikal, dimana seorang Kiai

mengajarkan santri berdasarkan kitab-kitab bahasa arab dari ulama-ulama

besar sejak abad pertengahan, sedangkan para santrinya tinggal dalam

asrama. Menurut para ahli, pondok pesantren baru dapat disebut pondok

pesantren bila memenuhi 5 syarat, yaitu: (1) ada kiai, (2) ada pondok, (3)

ada masjid, (4) ada santri, dan (5) ada pengajian kitab kuning.

Azizi membagi pondok pesantren atas dasar kelembagaannya yang

dikaitkan dengan system pengajarannya menjadi lima ketegori: (1) pondok

pesantren yang menyelenggarakan pendidikan formal dengan menerapkan

kurikulum nasional, baik yang hanya memiliki sekolah keagamaan

maupun yang juga memiliki sekolah umum; (2) pondok pesantren yang

Kajian Tentang Pendidikan …, Suganda Ahmad Sudiyo, FKIP UMP, 2016

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang pondok …repository.ump.ac.id/1056/3/BAB II_SUGANDA AHMAD_PPKn'16.pdfmenyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan

12

menyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan

mengajarkan ilmu-ilmu umum meski tidak menerapkan kurikulum

nasional; (3) pondok pesantren yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama

dalam bentuk madrasah diniyah; (4) pondok pesantren yang hanya sekedar

menjadi tempat pengajian (majlis ta'lim); (5) pondok pesantren untuk

ma’had anak-anak belajar sekolah umum dan mahasiswa.

Di bawah ini disebutkan metode-metode pembelajaran yang

bersifat tradisional menjadi trade mark pondok pesantren, yaitu: (1)

metode sorogan; (2) metode bandongan/wetonan; (3) metode musyawarah

atau (bahtsul masail); (4) metode pengajian pasanan; (5) metode hafalan

(muhafadzah); (6) metode demonstrasi/praktek ibadah; (7) metode rihlah

ilmiyah (study tour); (8) metode muhawarah/muhadatsah; (9) metode

mudzarakah; (10) metode riyadhah.

2. Sejarah Pondok Pesantren

Kehadiran pesantren tidak dapat dipisahkan dari tuntutan umat.

Karena itu, pesantren sebagai lembaga pendidikan selalu menjaga

hubungan yang harmonis dengan masyarakat di sekitarnya sehingga

keberadaan nya di tengah-tengah masyarakat tidak menjadi terasing.

Dalam waktu yang sama segala aktivitasnyapun mendapat dukungan dan

apresiasi penuh dari masyarakat sekitarnya. Semuanya memberi penilaian

tersendiri bahwa sistem pesantren adalah suatu yang bersifat “asli” atau

“indigenos” Indonesia. Sehingga dengan sendirinya bernilai positif.

Kajian Tentang Pendidikan …, Suganda Ahmad Sudiyo, FKIP UMP, 2016

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang pondok …repository.ump.ac.id/1056/3/BAB II_SUGANDA AHMAD_PPKn'16.pdfmenyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan

13

Sejarah asal mula pendirian pesantren diuraikan oleh para peneliti

dengan informasi yang beragam. Dhofier (dalam Wekke,2012: 208)

menjelaskan bahwa pesantren telah hadir sejak zaman kolonial. Adapun

Boland (dalam Wekke:2012 :208) menggambarkan dalam masa

pemerintahan colonial, pesantren menjadi inti pasukan dengan

menggabungkan pasukan Hisbullah ke dalam kesatuan tentara.

Selanjutnya ini menjadi cikal bakal bagi pendirian Tentara Nasional

Indonesia. Bahkan dalam abad ke-15, Islam telah menggantikan dominasi

agama Hindu.

Adapun kerajaan Demak hadir sejak abad ke-16 dengan

mengislamkan pulau Jawa. Sementara Majelis Ulama Indonesia (dalam

Wekke,2012: 209) menguraikan data bahwa pesantren di Jawa, Dayah di

Aceh, Surau di Padang telah hadir sejak abad ke-13. Dengan demikian,

dari penelusuran sejarah ini dapat kita lihat walaupun ada perbedaan

pandangan kapan tepatnya pesantren mulai berada sebagai institusi

pendidikan di Indonesia atau Nusantara, tetapi pergolakan pesantren tentu

sudah mengalami fase yang tidak pendek. Bukan saja sorotan positif yang

diterima pesantren. Bahkan kerap aksi kekerasan dihubungkan dengan

pesantren.

Adanya aksi-aksi kekerasan yang dilakukan alumni pesantren,

maka pesantren kerap mendapatkan tudingan sebagai sarang teroris. Pada

praktiknya, Lukens-Bull (dalam Wekke,2012: 209) justru sampai pada

kesimpulan bahwa jihad yang dijalankan oleh para santri dan kiyai adalah

Kajian Tentang Pendidikan …, Suganda Ahmad Sudiyo, FKIP UMP, 2016

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang pondok …repository.ump.ac.id/1056/3/BAB II_SUGANDA AHMAD_PPKn'16.pdfmenyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan

14

jihad jalan damai (peace full jihad). Dimana pesantren justru menjadi

tempat bersemainya anak-anak muda dengan pengetahuan keagamaan

yang mumpuni. Merekalah yang kemudian pada saatnya, menjadi

pemimpin bangsa sekaligus menjadi inspirator bagi perubahan dalam

konteks lokal dan kemudian juga menginspirasi dalam skala nasional.

Bahkan di dunia internasional mereka menjadi pendorong bagi usaha-

usaha perdamaian. Jika melihat kasus kekerasan yang terjadi, maka itu

bukan pola yang dikembangkan pesantren.

Unsur utama pesantren terletak pada kiyai dan santri. Dhofier dan

Mastuhu (dalam Wekke,2012: 209) menjelaskan relasi antara kiyai dan

santri sebagai hubungan yang tidak berjalan searah saja. Tetapi justru

dengan pola-pola pengajaran badongan dan sorogan kemudian menjadi

interaksi timbal balik dalam proses pembelajaran. Selain itu melalui

metode cerama pondok pesantren memberikan pembelajaran kepada santri

seperti Menurut Sriyono (Harsono,2009) menjelaskan metode ceramah

adalah penuturan dan penjelasan guru secara lisan. Dimana dalam

pelaksanaannya guru dapat menggunakan alat bantu mengajar untuk

memperjelas uraian yang disampaikan kepada murid-muridnya. Unsur-

unsur pesantren seperti kiyai, santri, masjid, pondok, dan kitab Islam

klasik (kitab kuning) saling bersinergi dalam proses pengajaran. Di awal

pengembangan pesantren hanya ada pendidikan secara informal di masjid.

Ketika ide kemoderenan masuk ke dalam pesantren, maka bertambah

sistem pendidikan yang berbentuk klasikal.

Kajian Tentang Pendidikan …, Suganda Ahmad Sudiyo, FKIP UMP, 2016

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang pondok …repository.ump.ac.id/1056/3/BAB II_SUGANDA AHMAD_PPKn'16.pdfmenyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan

15

Basyir (dalam Wekke,2012: 209) menjelaskan bahwa pendirian

Gontor pada tahun 1926 menjadi pionir bagi kelembagaan pesantren

secara modern. Dimana sebelumnya tidak ada pelaksanaan pendidikan

yang menekankan kepada penguasaan bahasa Arab dan Inggris. Pondok

Moderen Darussalam Gontor yang kemudian populer dikenal dengan

Gontor memperkenalkan prinsip-prinsip modern dalam pendidikan Islam

Indonesia. Ini berkembang sampai keluar pulau Jawa, dimana alumni

Gontor tidak sebatas di pulau Jawa semata-mata tetapi juga bahkan dari

luar negara seperti Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam, dan Singapura.

Tantangan utama lembaga pendidikan dimanapun adalah bagaimana

melakukan proyeksi pendidikan untuk masa depan. Dengan demikian,

penetapan kurikulum sesungguhnya bagian dari perancangan masa depan

tersebut. Bukan justru untuk menelisik masa lalu. Jika masa lalu

digunakan untuk pembelajaran masa kini dan masa depan, maka

kontekstualisasi kurikulum menemukan bentuknya yang ideal.

Proses pengembangan kurikulum memerlukan adanya kontak

sosial dalam bentuk interaksi sosial. Untuk itu, proses pembentukan

kurikulum dijalani dalam bentuk proses sistematik dan terstruktur serta

membentuk suatu sistem. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara

lain, konteks ide, pola interaksi, sikap individu, pemahaman tentang

budaya dan orientasinya, nilai dan keyakinan, dan serangkaian faktor

psikologis. Kurikulum harus menjadi respon atas keperluan masyarakat.

Bahkan kurikulum dibentuk dengan pendekatan pembelajaran sebaya

Kajian Tentang Pendidikan …, Suganda Ahmad Sudiyo, FKIP UMP, 2016

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang pondok …repository.ump.ac.id/1056/3/BAB II_SUGANDA AHMAD_PPKn'16.pdfmenyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan

16

(Riese, Samara, dan Lillejord, dalam Wekke, 2012:2010). Termasuk

dalam proses tersebut, pembentukan kurikulum dengan mengidentifikasi

dinamika konflik, O’Sullivan (dalam Wekke,2012: 2010 ).

3. Pondok pesantren Miftahul Huda

kegiatan pendidikan yang diselenggarakan oleh pondok pesantren

dari tahun ke tahun mengalami perkembangan. Hal ini terbukti adanya

perkembangan lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh pondok

pesantren yang berupa pendidikan non formal dan formal.

Pendidikan formal

a. Taman pendidikan al-Quran.

b. Madrasah Diniyah, yang meliputi Madrasah Diniyah Awaliyah,

Madrasah Diniyah Wustha dan Madrasah Ulya.

c. Tahfidzul Qur’an

Pendidikan Formal

Selain pendidikan non formal, pondok pesantren juga

menyelenggarakan kegiatan pendidikan formal. Kurikulum yang

digunakan mengacu pada Kementrian Agama dan Kementrian Pendidikan

Nasional. Pendidikan formal di pondok pesantren diantaranya:

a. Taman kanak-kanak

b. Madrasah Ibtidaiyah

c. Madrasah Tsanawiyah

d. Madrasah Aliyah

Kajian Tentang Pendidikan …, Suganda Ahmad Sudiyo, FKIP UMP, 2016

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang pondok …repository.ump.ac.id/1056/3/BAB II_SUGANDA AHMAD_PPKn'16.pdfmenyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan

17

e. SMK Komputama

Pondok pesantren tergolong tipe pondok pesantren terpadu yang

melaksanakan pendidikan sistem shalaf dan khalaf. Pendidikan sistem

salaf adalah sistem pendidikan yang mengajarkan ilmu agama Islam yang

bersumber dari kitab kuning, meliputi bidang: tauhid, tafsir, hadis, bahasa

Arab, fikih dan akhlak. Kurikulum dalam sistem pendidikan shalaf ini

berdasarkan tingkat kemudahan dan kompleksitas masalah yang dibahas

dalam kitab. Sistem yang digunakan adalah sistem berjenjang, yakni dari

tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat lanjut yang bersifat non

formal.

Sistem khalaf yang dipakai oleh pondok pesanten adalah sistem

madrasah dari tingkat Ibtidaiyah sampai tingkat Aliyah yang bersifat

formal, yang sepenuhnya menerapkan kurikulum yang diajarkan dalam

pondok pesantren. Kurikulum yang digunakan pada pendidikan formal

mengacu pada Kementrian Agama dan Kementrian Pendidikan Nasional.

B. Hakekat pendidikan moral

1. Pendidikan moral

Pendidikan moral dapat diartikan sebagai suatu konsep kebaikan

(konsep yang bermoral) yang diberikan atau diajarkan kepada peserta

didik (generasi muda dan masyarakat) untuk membentuk budi pekerti

luhur, berahlak mulia dan berperilaku terpuji seperti terdapat dalam

Pancasila dan UUD 1945.

Kajian Tentang Pendidikan …, Suganda Ahmad Sudiyo, FKIP UMP, 2016

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang pondok …repository.ump.ac.id/1056/3/BAB II_SUGANDA AHMAD_PPKn'16.pdfmenyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan

18

Menurut jarolimek dalam buku (zuriah,2011: 19) pendidikan moral

: berusaha untuk mengembangkan pola perilaku sesorang sesuai dengan

kehendak masyarakatnya. Kehendak ini berwujud moralitas atau

kesusilaan yang berisi nilai-nilai dan kehidupan yang berada dalam

masyarakat. Karena menyangkut dua aspek inilah, yaitu (a) nilai-nilai, dari

(b) kehidupan nyata, maka pendidikan moral lebih banyak membahas

masalah dilema (seperti makan buah simalakama) yang berguna untuk

mengambil keputusan moral yang terbaik bagi diri dan masyarakat.

Menurut paham ahli pendidikan moral, jika tujuan pendidikan

moral akan mengarahkan seorang menjadi bermoral, yang penting adalah

bagaimana agar seseorang dapat menyesuaikan diri dengan tujuan hidup

bermasyarakat. Oleh karena itu, dalam tahap awal perlu dilakukan

pengondisian moral (moral conditioning) dan latihan moral (moral

training) untuk pembiasaan.dreeben dalam (Mirwansyah,2014 :15)

Pengertian moral dalam pendidikan moral disini hampir sama saja

dengan rasional, di mana penalaran moral dipersiapkan sebagai prinsip

berfikir kritis untuk sampai pada pilihan dan penilaian moral (moral choice

and moral judgmen) yang dianggap sebagai pikiran dan sikap terbaiknya

Dewey (Faiz,2015 :13)

Menurut richard eyre dan Linda (Mirwansyah,2014 :15)

menyebutkan bahwa nilai yang benar dan diterima secara universal adalah

Kajian Tentang Pendidikan …, Suganda Ahmad Sudiyo, FKIP UMP, 2016

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang pondok …repository.ump.ac.id/1056/3/BAB II_SUGANDA AHMAD_PPKn'16.pdfmenyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan

19

nilai yang menghasilkan suatu perilaku dan perilaku itu berdampak positif,

baik bagi yang menjalankan maupun bagi orang lain.

Dengan nilai-nilai tersebut para siswa akan menjadi manusia yang

cinta damai, tanggung jawab, jujur, dan serangkaian akhlak mulia lainnya.

Ada pun nilai-nilai 9 pilar terdiri dari.

1. Cinta Tuhan dan alam semesta beserta isinya 2. Tanggung

jawab, Kedisiplinan, dan Kemandirian 3. Kejujuran 4. Hormat dan Santun

5. Kasih Sayang, Kepedulian, dan Kerjasama 6. Percaya Diri, Kreatif,

Kerja Keras, dan Pantang Menyerah 7. Keadilan dan Kepemimpinan 8.

Baik dan Rendah Hati 9. Toleransi, Cinta Damai, dan Persatuan

Metode penanaman 9 pilar tersebut dilakukan secara eksplisit dan

sistematis, yaitu dengan knowing the good, reasoning the good, feeling the

good, dan acting the good ternyata telah berhasil membangun karakter

anak. Dengan knowing the good anak terbiasa berpikir hanya yang baik-

baik saja. Reasoning the good juga perlu dilakukan supaya anak tahu

mengapa dia harus berbuat baik. Misalnya kenapa anak harus jujur, apa

akibatnya kalau anak jujur, dan sebagainya. Jadi anak tidak hanya

menghafal kebaikan tetapi juga tahu alasannya. Dan juga dengan feeling

the good, kita membangun perasaan anak akan kebaikan. Anak-anak

diharapkan mencintai kebaikan. Lalu, dalam acting the good, anak

mempraktekkan kebaikan. Jika anak terbiasa melakukan knowing,

Kajian Tentang Pendidikan …, Suganda Ahmad Sudiyo, FKIP UMP, 2016

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang pondok …repository.ump.ac.id/1056/3/BAB II_SUGANDA AHMAD_PPKn'16.pdfmenyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan

20

reasoning, feeling, dan acting the good lama kelamaan anak akan

terbentuk moralnya (Megawangi,2010 : 5)

2. Tujuan pendidikan moral

Emanuel Khant sudah lama merumuskan tujuan pendidikan moral

yang disampaikan secara formal di sekolah atau secara non formal oleh

orang tua, sebagai berikut.

1) Memaksimalkan rasa hormat kepada manusia sebagai individu. Oleh

karena itu setiap perbuatan atau tingkah laku seseorang hendaknya

diarahkan demi kebaikan orang lain sebagai tujuan akhir dan bukan

sebagai alat atau demi dirinya sendiri

2) Memaksimalkan nilai-nilai moral universal, maksudnya tujuan

pendidikan moral bukan saja deni terlaksanakannya aturan-aturan yang

didukung oleh otoritas masyarakat tertentu,tetapi demi

terlaksanakannya prinsip-prinsip moral universal yang diterima dan

diakui secara universal, seperti keadilan dan persamaan tiap individu

manusia sjarkawi dalam ( Adisusilo, 2013: 127).

Selain itu ada tujuan pendidikan moral/nilai menurut Djahiri dalam (Edu

2012 :1). Yaitu:

a. Mengajak anak untuk mengklarifikasi dan menggungkapkan dirinya.

b. Membina, menigkatkan serta mengembangkan masalah afeksi melalui

cara yang wajar dan sesuai dengan potensi diri yang bersangkutan.

Kajian Tentang Pendidikan …, Suganda Ahmad Sudiyo, FKIP UMP, 2016

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang pondok …repository.ump.ac.id/1056/3/BAB II_SUGANDA AHMAD_PPKn'16.pdfmenyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan

21

c. Membawakan dunia emosiona/afeksi dalam pengajaran serta melatih

anak untuk melakoninya sendiri.

d. Melatih dan membina perbaikan kehidupan/sosial (social and life

adjustment).

e. Menanamkan nilai/sistem nilai yang utama/esensial serta

melestarikannya.

f. Membina tata cara pemahaman(understanding) moral dan perilaku

seseorang dengan kajian sistem nilai.

g. Membina kesadaran akan perlunya nilai/moral, kebaikan tentang suatu

nilai dan mendorong keinginan untuk menganut serta

melaksanakannya.

h. Pembinaan pengembangan kepribadian anak.

Sasaran atau target dalam pembelajaran moral, tidak hanya sebatas

kemampuan afektif anak saja, tetapi domain lainnya turut menjadi sasaran,

seperti domaian kognitif dan psikomotor. Ketiganya merupakan suatu

kesatuan yang utuh dan bulat. Seperti yang dijelaskan oleh djahiri dalam

(Edu 2012 : 1). Bahwa sasaran atau target yang idealnya dicapai guru pada

setiap domainnya sebgai berikut:

Kawasan kognitif, hendaknya mengutamakan pembinaan :

a. Kemampuan memproses informasi/konsep menjadi milik terstruktur

secara baik/layak dan mantap.

Kajian Tentang Pendidikan …, Suganda Ahmad Sudiyo, FKIP UMP, 2016

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang pondok …repository.ump.ac.id/1056/3/BAB II_SUGANDA AHMAD_PPKn'16.pdfmenyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan

22

b. Kemampuan tadi hendaknya diproses melalui pola berfikir kritis-

analisis-interaktif dan evaluatif baik secara konvergen maupun

divergen. Cara ini membakukan siswa untuk menerima sesuau secara

nalar/rasional.

Kawasan afektif, seyogyanya dibina :

a. Kepekaan dan keterlibatan seluruh potensi afeksinya untuk merasakan

menghayati-menilai dan berkemauan menyerap.

b. Sistem nilai (Belief Syestem) ybs dibina melalui pola klarifikasi,

sehngga nilai/moral baru yang masuk akan diterimanya secara baik

dan mampu bersatu raga (Personalized) dengan sistem nilai yang

sudah ada dalam dirinya. Siswa akan mampu melakukan ini bila

nilai/moral baru itu merupakan keyakinan atau belief-nya

Kawasan psikomotor, hendaknya pembinaan :

a. Melalui pola proses/procedural latihan atau melakoni (experiencing)

baik secara langsung (secara fisik) maupun dalam bentuk mind

purposefull movement (gerak terarah secara abstrak/nyawang).

b. Aneka ketrampilan melalui pola tadi yang melahirkan

gerak/ketrampilan yang manipulatif dalam arti gerak-ketrampilan hasil

belajar (learned behavior) dan bukan lagi gerak ketrampilan yang

reflektif/kodrati (Edu 2012: 1 ).

Kajian Tentang Pendidikan …, Suganda Ahmad Sudiyo, FKIP UMP, 2016

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang pondok …repository.ump.ac.id/1056/3/BAB II_SUGANDA AHMAD_PPKn'16.pdfmenyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan

23

Sasaran atau target yang dirancang dalam pendidikan moral tersebut,

melahirkan materi-materi atau unsur yang akan menjadi bahan dalam

kegiatan pembelajaran diantaranya:

a. Kejujuran

Giligan menghubungkan keadilan sebagai kejujuran (fairnes)

dalam perangkat aspek pergaulan yang dikatakan relevan dalam

pendidikan moral. Jujur adalah kualitas moral dan spiritual yang

mulia. Umumnya seseorang tidak mampu menyimpang dari aturan

untuk jujur. Jika tidak ada prinsip moral lain yang berlaku suatu

kelompok.

b. Kepatuhan atau ketaatan orientasi

Moral menunjukan kepada aturan-aturan yang harus dilaksanakan

dan kepada citra diri tentang apa yang harus dilakukan oleh orang-

orang yang baik, loyal dan terpercaya terhadap sasarannya. Secara

lebih jelas seseorang melihat dan mematuhi peran sosial dalam

dirinya dimana banyak mempengaruhi peranan moralnya. Manusia

telah dibekali kesadaran sosial sebagai fitrah yang dibawanya sejak

lahir. Kesadaran moral adalah kesadaran tentang diri sendiri dalam

berhadapan dengan baik dan buruk. Kecenderungan manusia itu

ingin berbuat dengan hukum-hukum mora; karena manusia selalu

ingin mengikuti ajaran-ajaran tuhan.

c. Keadilan

Kajian Tentang Pendidikan …, Suganda Ahmad Sudiyo, FKIP UMP, 2016

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang pondok …repository.ump.ac.id/1056/3/BAB II_SUGANDA AHMAD_PPKn'16.pdfmenyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan

24

Prinsip yang paling inti bagi perkembangan moral adalah prinsip

keadilan. Keadilan adalah penghargaan utama terhadap nilai dan

persamaan semua insan manusia, merupakan tolak ukurbyang

mendasar dan universal. Penggunaan keadilan sebagai prinsip itu

dujamin kebebasan dalam berkeyakinan, menggunakan konsep

moralitasbyanf dapat dibenarkan secara filosofis dan didasarkan

pada fakta-fakta psikologis dan perkembangan manusia. Tahap

keadilan itu diangkat menjadi tahap tertinggi dan merupakan titik

acuan bagi seluruh proses perkembangan moral manusia. Dengan

kata lain keadilan dalam prinsip moral bermakna adanya perhatian

terhadap orang lain secara sama.

d. Kesopanan

Moral adalah adat istiadat, kebiasaan, peraturan atau nilai-nilai dan

tata cara kehidupan. Nilai-nilai moral yang bermaksud seperti

kejujuran, kesopanan dan kedisiplinan.

e. Kedisiplinan

Moral berkaitan dengan disiplin, kemajuan, kualitas perasaan,

emosi, dan kecenderungan manusia.

f. Kepedulian

Perasaan simpati dan kepedulian kepada orang lain merupakan

dasar motivasi yang penting bagi penataan tindakan moral. Toleran

dan pengorbanan diri adalah masalah penghargaan diri dan tanda

keterbukaan hati dan kebesaran jiwa sehingga menjalani

Kajian Tentang Pendidikan …, Suganda Ahmad Sudiyo, FKIP UMP, 2016

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang pondok …repository.ump.ac.id/1056/3/BAB II_SUGANDA AHMAD_PPKn'16.pdfmenyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan

25

kepentingannya demi kepentingan orang lain dan untuk

mempertahankan tujuan yang diharapkan. Menghormati orang lain

dan menhargai prestasinya, juga merupakan sifat mulia. Sifat-sifat

mulia adalah bagian dari nilai moral tertinggi (edu 2012-1)

Dalam publikasi pusat kurikulum dinyatakan bahwa pendidikan

karakter berfungsi (1) mengembangkan potensi dasar agar berhati baik,

berpikiran baik, dan berperilaku baik. (2) memperkuat dan membangun

perilaku bangsa yang multikultur. (3) meningkatkan peradaban bangsa

yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Dalam kaitan itu telah di

identifikasikan seju,lah nilai pembentuk karakter yang merupakan hasil

kajian empirik pusat kurikulum. Nilai-nilai yang bersumber dari Agama,

Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional tersebut adalah : (1)

Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif,

(7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat

kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13)

Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16)

Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, dan (18) Tanggung

Jawab.selanjutnya dalam implementasinya di satuan pendidikan pusat

kurikulum menyarankan agar dimulai dari nilai esensial, sederhana, dan

mudah dilaksanakan sesuai kondisi masing-masing sekolah misalnya

bersih, rapi, nyaman, disiplin, sopan, dan santun.(Samani, 2012 : 9-10).

Kajian Tentang Pendidikan …, Suganda Ahmad Sudiyo, FKIP UMP, 2016

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang pondok …repository.ump.ac.id/1056/3/BAB II_SUGANDA AHMAD_PPKn'16.pdfmenyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan

26

Sedangkan pelanggaran moral biasanya diwujudkan dalam bentuk

kenakalan. Santrock (2003) menjelaskan kenakalan remaja berdasarkan

tingkah laku, yaitu :

1. Tindakan yang tidak dapat diterima oleh lingkungan sosial karena

bertentangan dengan nilai-nilai norma-norma dalam masyarakat.

Contoh : berkata kasar pada guru dan orang tua.

2. Tindakan pelanggaran ringan seperti : membolos sekolah, kabur

pada jam pelajaran tertentu, dll.

3. Tindakan pelanggaran berat yang merujuk pada semua tindakan

krimina yang dilakukan oleh remaja, seperti : mencuri, seks

pranikah, menggunakan obat-obatan terlarang.

3. Metode-metode pendidikan moral

Banyak pakar telah mengembangkan berbagai pendekatan dan

metode pembelajaran nilai. Dari berbagai pendekatan dan metode

pembelajaran tersebut masing-masing ada kekuatan dan kelemahannya,

sangat tergantung dari tujuan pendidikan nilai dirumuskan dan kontekstual

peserta didik. Oleh sebab itu, para pendidik harus dapat memilih

pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat, yang kontekstual agar

pembelajaran menjadi bermakna.

Esensi pendidikan nilai (budi pekerti ataupun moral) bertujuan

untuk membentuk pribadi anak agar menjadi manusia yang cerdas secara

spiritual, cerdas secara emosional dan sosial, cerdas secara intelektual,

cerdas secara kinestesis, baik dan bermoral, menjadi warga negara dan

Kajian Tentang Pendidikan …, Suganda Ahmad Sudiyo, FKIP UMP, 2016

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang pondok …repository.ump.ac.id/1056/3/BAB II_SUGANDA AHMAD_PPKn'16.pdfmenyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan

27

warga masyarakat yang baik dan bertanggung jawab. Pendidikan nilai

(moral) di Indonesia tentu saja tidak lepas dari nilai-nilai luhur yang

bersumber pada budaya Indonesia sebagaimana terangkum dalam

Pancasila dan UUD 1945 (Adisusilo,2014 : 132).

Para pakar pendidikan nilai seperti superka, menunjukan lima

pendekatan dan metode dalam pendidikan nilai, yaitu :

1. Pendekatan dan metode penanaman nilai (inculcation approuch)

2. Pendekatan dan metode perkembangan moral kognitif (cognitive moral

development approach)

3. Pendekatan dan metode penalaran moral (moral reasoning approch)

4. Pendekatan dan metode pembelajaran berbuat (action learning

approach)

5. Pendekatan dan metod klarifikasi nilai (values clarification approch)

Sementara itu, Simon,dkk,(dalam Adisusilo,2014 : 133) menggolongkan

pendekatan pendidikan nilai sebagai berikut :

1. Memoralisasi

2. Besikap membiarkan

3. Menjadi model

4. Teknik pendekatan klarifikasi nilai, yang dikenal dengan istilah VCT.

Kajian Tentang Pendidikan …, Suganda Ahmad Sudiyo, FKIP UMP, 2016

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang pondok …repository.ump.ac.id/1056/3/BAB II_SUGANDA AHMAD_PPKn'16.pdfmenyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan

28

C. Model Pembelajaran

Model embelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat

digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka

panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing

pembelajaran di kelas atau yang lain menurut joyce&weil (Rusman,2014

:133). Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru

boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk

mencapai tujuan pendidikannya.

Adapun menurut Soekamto, dkk (Trianto,2009 :22)

mengemukakakn maksud dari model pembelajaran adalah : kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematisdalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar

tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar

mengajar. Dengan demikian aktivitas pembelajaran benar-benar

merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis.

Joyce dan Weil (Arista,2013 :22) berpendapat model pembelajaran

adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk

kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-

bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau di

tempat lain. Model pembelajaran dalam pendidikan di pondok pesantren

ada yang modern menyesuaikan perkembangan zaman dan masih ada yang

tradisional.

Kajian Tentang Pendidikan …, Suganda Ahmad Sudiyo, FKIP UMP, 2016

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang pondok …repository.ump.ac.id/1056/3/BAB II_SUGANDA AHMAD_PPKn'16.pdfmenyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan

29

Model pembelajaran modern terdiri dari:

a. Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning).

Menurut Nurhadi (Arista,2013 :22) model pembelajaran

kontekstual merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai

anggota keluarga dan masyarakat.

b. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Menurut Rusman (Arista,2013 :23) model pembelajaran

kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan

bekerja dalam kelompok kelompok kecil secara kolaboratif yang

anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur

kelompok yang bersifat heterogen.

Pendapat lain menurut Nurulhayati (Arista,2013 :23) model

pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan

partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi.

c. Model Pembelajaran Tematik

Menurut Rusman (Arista,2013 :23) model pembelajaran tematik

adalah pembelajaran yang dikemas dalam bentuk tema-tema tertentu.

Tema merupakan wadah atau wahana untuk mengenalkan berbagai konsep

materi kepada peserta didik secara menyeluruh. Tematik diberikan dengan

maksud menyatukan konten kurikulum dalam unit-unit atau satuan-satuan

Kajian Tentang Pendidikan …, Suganda Ahmad Sudiyo, FKIP UMP, 2016

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang pondok …repository.ump.ac.id/1056/3/BAB II_SUGANDA AHMAD_PPKn'16.pdfmenyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan

30

yang utuh dan membuat pembelajaran lebih terpadu, bermakna, dan

mudah dipahami peserta didik

Menurut Mahmud (Arista,2013 :24) metode pembelajaran

tradisional yang masih dipakai di pondok pesantren adalah sebagai berikut:

a. Metode Sorogan

Metode sorogan adalah kegiatan pembelajaran santri yang lebih

menitikberatkan pada pengembangan kemampuan individu dalam

bimbingan kyai atau ustad. Bentuknya dalam ruangan posisi tempat

duduk kyai atau ustad berhadapan dengan meja pendek yang

digunakan untuk meletakkan kitab bagi santri yang menghadap. Santri

yang lain duduk agak jauh untuk mendengarkan materi yang

disetorkan ke ustad sambil mempersiapkan diri dan menunggu

gilirannya dipanggil.

b. Metode Bandongan atau Wewaton

Metode bandongan dilakukan kyai atau ustad terhadap sekelompok

santri yang mendengarkan dan menyimak kitab yang dibacanya.

Seorang kyai atau ustad membaca, menerjemahkan, menerangkan, dan

mengulas teks-teks huruf arab tanpa harakat, dan masing-masing santri

melengkapi teks huruf arab tersebut, mencatat kedudukan kata, dan

artinya di bawah kata yang dimaksud.

c. Musyawarah atau Bathsul Masa’il

Musyawarah atau bathsul masa’il adalah model pembelajaran yang

lebih mirip dengan diskusi atau seminar. Beberapa santri membentuk

Kajian Tentang Pendidikan …, Suganda Ahmad Sudiyo, FKIP UMP, 2016

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang pondok …repository.ump.ac.id/1056/3/BAB II_SUGANDA AHMAD_PPKn'16.pdfmenyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan

31

lingkaran yang dipimpin seorang kyai atau ustad untuk membahas dan

mengkaji persoalan yang ditentukan sebelumnya. Para santri pun bebas

mengajukan pertanyaan atau menyampaikan pendapatnya. Metode ini

melatih seseorang untuk belajar menyampaikan argumentasi dan

logika berfikir yang bagus untuk memecahkan pokok persoalan.

d. Metode Pengajian Pasaran

Metode pengajian pasaran adalah kegiatan belajar sekelompok santri

dalam bentuk mengkaji sebuah kitab yang dipimpin seorang ustad dan

dilakukan secara maraton dengan tenggang waktu tertentu. Umumnya

metode ini digunakan pada bulan ramadhan atau satu bulan penuh

tergantung besarnya kitab yang dibahas.

Metode ini lebih mirip dengan metode bandongan, yang membedakan

metode pengajian pasaran memiliki target waktu untuk menyelesaikan

pembahasan kitab tertentu.

e. Metode Hafalan

Metode hafalan adalah kegiatan belajar santri dengan cara menghafal

teks tertentu dalam bimbingan dan pengawasan kyai atau ustad. Para

santri diberi tugas untuk menghafal al qur’an, hadist, atau kitab tertentu

kemudian menyetorkannya ke pengajar.

f. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara pembelajaran yang dilakukan dengan

memperagakan suatu ketrampilan dalam hal pelaksanaan ibadah

tertentu, baik dilakukan perorangan atau kelompok dalam petunjuk dan

Kajian Tentang Pendidikan …, Suganda Ahmad Sudiyo, FKIP UMP, 2016

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang pondok …repository.ump.ac.id/1056/3/BAB II_SUGANDA AHMAD_PPKn'16.pdfmenyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan

32

bimbingan ustad. Materi belajarnya biasanya yang didemonstrasikan

seperti tata cara wudhu, tayamum, sholat dan sebagainya.

D. Penelitian yang Relevan

1. penelitian yang relevan peneliti menggunakan pada skripsi dengan

judul “kajian tentang implementasi bentuk pendidikan moral pada

masyarakat desa Karangreja Kecamatan Kutasari kabupaten

Banyumas”. Skripsi PPKN Universitas Muhammadyah Purwokerto,

karya Muhammad Faris Muthohar. Hasil dari penelitian skripsi ini

adalah dalam pendidikan moral di desa Karangreja mempunyai dua

bentuk yaitu pendidikan formal dan non-formal. pendidikan moral

tersebut diimplementasikan melalui ondok pesantren, Madrasah

Ibtidaiyah dan Majelis-majelis ta’lim.

2. Penelitian yang relevan peneliti menggunakan hasil skripsi dengan

judul ”Peran pondok pesantren Miftahussalam Banyumas dalam

pelaksanaan pendidikan moral”. Skripsi Program studi pendidikan

Sejarah Universitas Muhammadyah Purwokerto, karya Catur

Wulandari. Hasil dari penelitian skripsi ini adalah dalam penyampaian

pendidikan moral menggunakan metode secara implisif dilaksanakan

melalui berbagai aktifitas pondok dan suri tauladan para pengasuh dan

pengurus pondok. Hal ini tampak pada langkah-langkah para pengasuh

pondok antara lain:

1. Dengan memberikan contoh yang baik dalam hal kehidupan

bermasyarakat dan beragama.

Kajian Tentang Pendidikan …, Suganda Ahmad Sudiyo, FKIP UMP, 2016

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang pondok …repository.ump.ac.id/1056/3/BAB II_SUGANDA AHMAD_PPKn'16.pdfmenyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan

33

2. Membiasakan santri untuk berperilaku yang sesuai dengan ajaran-

ajaran agama islam seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad

S.A.W.

3. Menanamkan sikap-sikap kebersamaan, rasa setiakawan, tanggung

jawab, kejujuran, rendah hati dan rasa keadilan.

Kajian Tentang Pendidikan …, Suganda Ahmad Sudiyo, FKIP UMP, 2016