bab ii-iii

Upload: wynna-manami

Post on 08-Mar-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tb paru

TRANSCRIPT

4

18

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tuberkulosis2.1.1 DefinisiTuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain.12.1.2 Prevalensi TuberkulosisSurvei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2-0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru. Perkiraan prevalensi, insidensi dan kematian akibat TBC dilakukan berdasarkan analisis dari semua data yang tersedia, seperti pelaporan kasus, prevalensi infeksi dan penyakit, lama waktu sakit, proporsi kasus BTA positif, jumlah pasien yang mendapat pengobatan dan yang tidak mendapat pengobatan, prevalensi dan insidens HIV, angka kematian dan demografi.3Dari data tahun 1997-2004 9 (Attachment: Tabel Identifikasi Kasus 1997-2004 dan Tingkat Pelaporan 1995-2000) terlihat adanya peningkatan pelaporan kasus sejak tahun 1996. Yang paling dramatis terjadi pada tahun 2001, yaitu tingkat pelaporan kasus TBC meningkat dari 43 menjadi 81 per 100.000 penduduk, dan pelaporan kasus BTA positif meningkat dari 25 menjadi 42 per 100.000 penduduk. Sedangkan berdasarkan umur, terlihat angka insidensi TBC secara perlahan bergerak ke arah kelompok umur tua (dengan puncak pada 55-64 tahun), meskipun saat ini sebagian besar kasus masih terjadi pada kelompok umur 15-64 tahun. (Attachment : Age Specific Notification Rate 2004).32.1.3 Cara Penularan Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan gelap dan lembab.1Daya penularan seorang psien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.1

2.1.4 Patogenesis2.1.4.1 Tuberkulosis PrimerPenularan TB paru terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara di sekitar hati. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1 2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari hari sampai berbulan bulan. Bila partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat, partikel akan menempel pada saluran napas atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran vertikel 5 mm dan 10% diantaranya dapat terjadi reaktivasi lagi karena kuman yang dorman.c. Berkomplikasi dan menyebar secara perikontinuatum yakni menyebar ke sekitarnya, secara bronkogen pada paru-paru yang bersangkutan maupun paru di sebelahnya. Kuman dapat juga tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar di usus, secara limfogen ke organ tubuh lainnya, dan secara hematogen ke organ tubuh lainnya.

2.1 Gambar Patogenesis Tuberkulosa.5

2.1.4.2 Tuberkulosis Pasca Primer (Tuberkulosis Sekunder)Kuman yang dorman pada tuberculosis primer akan muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberculosis dewasa (tuberculosis sekunder). Mayoritas reinfeksi menjadi 90%. Tuberculosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi, alcohol, penyakit maligna, diabetes, AIDS, dan gagal ginjal. Tuberculosis sekunder ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apical posterior lobus superior atau inferior). Invasinya adalah ke daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru. Sarang dini ini mua-mua juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-10 minggu sarang ini menjadi tuberkel, yakni suatu granuloma yang teriri dari sel-sel Histiosit dan sel Datia Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai jaringan ikat.4TBC sekunder juga dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia muda menjadi TB usia tua. Tergantung dari jumlah kuman, virulensinya, dan imunitas pasien, sarang dini ini dapat menjadi:41. Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninglkan cacat.2. Sarang yang mula-mula meluas, tetapi segera menyembuh dengan serbukan jaringan fibrosis. Ada yang membungkus diri menjadi keras, menimbulkan perkapuran. Sarang dini yang meluas sebagai granuloma berkembang menghancurkan jarngan ikat sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami nekrosis, menjadi lembek menjadi jaringan keju. Bila jaringan keju dibatukkan keluar akan terjadilah kavitas. Kavitas ini mula-mula berdinding tipis, lama-lama dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan fibroblast dalam jumlah besar, sehingga menjadi kavitas sklerotik (kronik). Terjadinya perkijuan dan kavitas adalah karena hidrolisis protein lipid dan asam nukleat oleh enzim yang diproduksi oleh makrofag dan proses yang berlebihan sitokin dengan TNF-nya. Bentuk perkijuan lain yang jarang adalah cryptic disseminate TB yang terjadi pada imunodefisiensi dan usia lanjut, disini lesi sangat kecil, tetapi berisi bakteri sangat banyak. Kavitas dapat meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru. Bila isi kavitas ini masuk dalam peredaran darah arteri, maka akan terjadi TB milier. Dapat juga masuk ke paru sebelahnya atau tertelan masuk lambung dan selanjutnya ke usus jadi TB usus. Sarang ini selanjutnya mengikuti perjalanan yang disebutkan terdahulu. Bias juga terjadi TB endobronkhial dan empyema bila rupture ke pleura.Kavitas dapat memadat dan membungkus diri sehingga menjadi tuberkuloma. Tuberkuloma ini dapat mengapur dan menyembuh atau dapat aktif kembali menjadi cair dan jadi kavitas lagi. Komplikasi kronik kavitas adalah kolonisasi oleh fungus Aspergillus dan kemudian menjadi mycetoma. Kavitas juga dapat bersih dan menyembuh, disebut open healed cavity, dapat juga menyembuh dengan membungkus diri menjadi kecil kadang-kadang berakhir sebagai kavitas yang terbungkus, menciut, dan berbentuk seperti bintang disebut stellate shaped.

2.1.5 Manifestasi KlinisKeluhan yang dirasakan pasien pasien tuberkulosis dapat bermacam macam bahkan pernah ditemukan kasus TB paru tanpa gejala. Keluhan yang terbanyak, yaitu:a. Demam. Biasanya demamm menyerupai demam influenza. Tetapi demam juga bisa mencapai 400-410 C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Beitupun seterusnya hilang timbulnya demam ini, sehingga pasien tidak pernahruterbebas dari serangan demam influenza. Keadaaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan ringan beratnya infeksi kuman tuberkulosis.4b. Batuk/batuk berdarah. Gejala ini banyak ditemukan, akibat adanay iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membunag produk produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu minggu atau berbulan bulan. Perdangan abermula. Sifat batuk dimulai dari abtuk kering (non produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilka sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis terjdai pada kavitas, tetapi juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.4c. Sesak nafas. Pada penyakit ringan belum dirasakan sesak nafas, tetapi baru dirasakan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru paru.4d. Nyeri dada. Gejala ini jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan peluritis . terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik / melepaskan nafasnya.4e. Malaise. Penyakit tuberkulosis bersifat radang menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dll. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.42.1.6 Pemeriksaan FisikPemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien, dapat ditemukan konjunctiva mata ataua kulit yang pucat akibat anemia, suhu demam yang subfebris, badan kurus atau berat badan menurun.4Pada pemeriksaan fisik pasien sering tidak menunukkan suatu kelainanpun terutama pada kasus kasus dini atau yang sudah terinfiltasi secara simtomatik. Demikinan jugabila sarang penyakit terletak di dalam akan sulit menemukan kelainan pada pemeriksaan fisik karena hantaran getaran suara yang lebih dari 4 cm ke dalam paru sulit dinilai melalui palpasi, perkusi dan auskultasi. Secara anamnesis dan pemeriksaan fisik, TB paru sulit dibedakan dengan pneumonia biasa.4Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks paru. Bila dicurigai adanya infiltrat yang agak luas, maka didapatkan perkusi yang redup dab auskultasi suara nafas bronkial. Akan didapatkan juga suara nafas tambahan berupa ronki basah kasar dan nyaring. Tetapi bila infiltrat ini diliputi oleh penebalan pleura, suara nafasnya menjadi vesikular melemah. Bila terdapat kavitas yang cukup besar, perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan aukulutasi yang memberikan suara amforik.Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering ditemukan atrofi dan retraksi otot otot interkostal. Bagian paru yang sakit jadi menciut dan menarik isi mediastinum. Paru yang sehat menjadi lebih hiperinflasi . Bila jaringan fibrotik amat luas yakni lebih dari setengah jumlah jaringan paru paru, akan terjadi pengecilan daerah aliran paru dan selanjutnya meningktakan tekanana arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti terjadinya kor pulmonal dan gagal jantung kanan. Tanda- tanda kor pulmonal dengan gagal jantung kanan yang dapat ditemukan yaitu takipnea, takikardia, sianosis, right ventricular lift, right atrial gallop, murmur graham steel, bunyi P2 mengeras, tekanan vena jugularis yang meningkat, hepatomegali,asites dan edema.4Bila tuberkulosis mengenai pleura, sering terbentuk efusi pleura. Paru yang sakit tampaka tertinggal dalam pernafasan. Perkusi memberikan suara pekak. Auskultasi memberikan suara nafas melemah sampai tidak terdengar sama sekali.Dalam penampilan klinis, TB paru sering asimtomatik dan penyakit baru dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis dada pada pemeriksaan rutin atau uji tuberkulin yang positif.4DiagnosisAmerican Thoracic Society dan WHO 1964 menetapkan, ditemukannya Mycobacterium tuberculosa dalam atau jaringan paru secara biakan, sebagai diagnosis pasti TB paru. Tidak semua pasien memberikan sediaan atau biakan sputum yang positif karena kelainan paru yang belum berhubungan dengan bronkus atau pasien tidak bisa membatukkan sputumnya dengan baik. Kelainan baru jelas setelah penyakit berlanjut.Di Indonesia agak sulit untuk menerapkan diagnosis pasti sesuai standar WHO dan ATS karena fasilitas laboratorium yang sanagt terbatas untuk pemeriksaan biakan. Sebenarnya dengan menemukan kuman BTA dalam sediaan sputum secara mikroskopik biasa, sudah cukup untuk memastikan diagnosis tuberkulosis paru, karena kekerapan Mycobacterium atypic di Indonesia sangat rendah.Diagnosis tuberkulosis paru masih banyak ditegakkan berdasarkan kelainan klinis dan radiologis saja. Kesalahan berdasarkan klinis dan radiologis saja cukup banyak sehingga memberikan efek terhadap pengobatan yang sebenarnya tidak diperlukan. Oleh sebab itu dalam diagnosis TB paru sebaiknya dicantumkan status klinis, status bakteriologis, status radiologis, dan status kemoterapi. WHO tahun 1991 memberikan kriteria pasien TB parua. Pasien dengan sputum BTA positif Pasien dengan pemeriksaan sputum secara mikroskopis ditemukan BTA, sekurang-kurangnya pada 2 x pemeriksaan dahak Satu sediaan sputum positif disertai kelainan radiologis yang sesuai dengan gambaran TB aktif Satu sediaan sputumnya positif disertai biakan yang positifb. Pasien dengan sputum BTA negatif Pasien yang ada pmeriksaan sputumnya secara mikroskopis tidak ditemukan BTA sedikitnya pada dua kali pemeriksaan tetapi ditemukan gambaran radiologis sesuai TB aktif Pasien yang pada pemeriksaan sputumnya secara mikroskopis tidak ditemukan BTA sama sekali tetapi pada biakannya negatifDi samping TB paru terdapat juga TB ekstra paru, yakni pasien dengan kelainan histologis atau dengan gambaran klinis sesuai dengan TB aktif atau pasien dengan satu sediaan dari organekstra parunya menunjukkan hasil bakteri M.tuberculosaDi luar pembagian tersebut di atas pasien digolongkan lagi berdasarkan riwayat penyakitnya, yakni:a. Kasus baru, yakni pasien yang tidak mendapat obat anti TB lebih dari 1 bulan b. Kasus kambuh , yakni pasien yang pernah dinyatakan sembuh dari TB, tetapi kemudian timbul lagi TB aktif c. Kasus gagal Pasien yang sputum BTA nya tetap positif setelah mendapat obat anti TB lebih dari lima tahun Pasien yang menghentikan pengobatannya setelah mendapat obat anti TB 1 sampai 5 bulan, dan sputum BTA nya masih positifd. Kasus Kronik yakni pasien yang sputum BTA nya tetap positif setelah mendapat pengobatan ulang lengkap yang disupervisi dengan baikDiagnosis TB Anak Diagnosis TB pada anak sulit sehingga sering terjadi misdiagnosis baik overdiagnosis maupun underdiagnosis. Pada anak-anak batuk bukan merupakan gejala utama. Pengambilan dahak pada anak biasanya sulit, maka diagnosis TB anak perlu kriteria lain dengan menggunakan sistem skor.5

2.1 Tabel Sistem SkoringParameter0123Jumlah

Kontak TB Tidak JelasLaporan keluarga, BTA negatif atau tidak tahu, BTA tidak jelasBTA positif

Uji tuberkulinNegatifPositif (>= 10 mm, atau >= 5 mm pada keadaan imunosupresi

Berat badan/keadaan giziBawah garis merah (KMS) aau BB/U < 80%Klinis gizi buruk (BB/U < 60%)

Demam tanpa sebab jelas>= 2 minggu

Batuk >= 3 minggu

Pembesaran KGB, koli aksila, inguinal>= 1 cm, jumlah > 1, tidak nyeri

Pembengkakan tulang/sendi panggul, lutut, falangAda pembengkakan

Foto thoraksNormal/ tidak jelasKesan TB

Keterangan:1. Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter. Batuk dimasukkan dalam skor setelah disingkirkan penyebab batuk kronik lainnya seperti Asma, Sinusitis, dan lain-lain.2. Jika dijumpai skrofuloderma (TB pada kelenjar dan kulit), pasien dapat langsung didiagnosis tuberkulosis.3. Berat badan dinilai saat pasien datang (moment opname).--> lampirkantabel badan badan.4. Foto toraks toraks bukan alat diagnostik utama pada TB anak5. Semua anak dengan reaksi cepat BCG (reaksi lokal timbul < 7 harisetelah penyuntikan) harus dievaluasi dengan sistem skoring TB anak.6. Anak didiagnosis TB jika jumlah skor > 6, (skor maksimal 14)7. Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dirujuk ke RS untuk evaluasilebih lanjut.5

2.2 KeluargaFriedman mendefinisikan keluarga sebagi kumpulan dua atau lebih manusia yang satu sama lain yang terlibat secara emosional, bertempat tinggal dalam satu daerah yang berdekatan.62.2.1 Pengaruh Keluarga terhadap KesehatanKeadaan keluarga keseluruhan memiliki pengaruh terhadap kesehatan setiap anggotanya. Pengaruh tersebut dapat dilihat pada lima hal, yaitu:a. Penyakit keturunanApabila ditemukan kelainan tertentu pada faktor genetik keluarga seseorang dapat menderita penyakit genetik tertentu pula.b. Perkembangan Bayi dan AnakMeskipun keadaan fisik dan mental bayi atau anak memiliki kemampuan mengatasi berbagai pengaruh lingkungan, namun jika bayi tersebut dibsesarkan dalam lingkungan keluarga dengan fungsi yang tidak sehat, maka pertumbuhan dan perkembangan bayi atau anak tersebut akan terganggu.c. Penyebaran penyakitApabila dalam lingkungan keluarga terdapat penderita penyakit infeksi, maka anggota keluarga yang lain lebih mudah terserang penyakit tersebut.d. Pola penyakit dan kematianSeseorang yang hidup membujang atau bercerai cenderung memperlihatkan angka penyakit dan kematian yang lebih tinggi daripada mereka yang berkeluarga.e. Proses penyembuhan penyakitPless dan Satterwhite membuktikan bahwa penyembuhan penyakit anak-anak yang menderita penyakit kronis jauh lebih baik pada keluarga dengan fungsi keluarga dengan fungsi keluarga yang sehat dibandingkan dengan fungsi keluarga yang sakit.6

2.3 Perilaku kesehatan Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu:1) Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintanance)Adalah suatu perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh karena itu, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek, yaitu:a) Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit apabila sakit serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakitnya.b) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Kesehatan itu bersifat relatif dan dinamis, maka dari itu orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.c) Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang, atau sebaliknya. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.2) Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (Health seeking behaviour).Perilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseoranag pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.3) Perilaku kesehatan lingkunganPerilaku dimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, atau masyarakatnya. Misalnya bgaimana mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah, dan sebagainya. Menurut Becker (1979) dalam Notoadmodjo (2007) perilaku kesehatan diklasifikasikan menjadi:a) Perilaku hidup sehatAdalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antara lain: makan dengan menu seimbang (appropriate diet), olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba, istirahat yang cukup, mengendalikan stres, perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan.b) Perilaku sakit (illness behaviour)Perilaku sakit ini mencakup respons terhadap seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit dan pengobatan penyakit.c) Perilaku peran sakit (the sick role behaviour)Perilaku ini mencakup tindakan untuk memperoleh kesembuhan, mengenal dan mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan atau penyembuhan penyakit yang layak, mengetahui hak (misalnya hak memperoleh perawatan, memperoleh pelayanan kesehatan) dan kewajiban orang sakit (memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada dokter atau petugas kesehatan, tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain).6

2.4 Sanitasi Lingkungan Rumah1.4.1.1 Prinsip Rumah Sehat7Rumah dalam aspek H.L Blum termaksud dalam aspek lingkungan yang menentukan kesehatan dan permasalahan kesehatan. Rumah sehat dapat diartikan sebagai tempat berlindung, bernaung, dan tempat untuk beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani, maupun sosial. Hal ini sama dengan kriteria rumah sehat menurut American Public Health Asociation (APHA), yaitu: 1) Memenuhi kebutuhan dasar fisik Kebutuhan fisik yang seharusya dapat dipenuhi oleh sebuah rumah di antaranya adalah sebagai berikut:a) TemperaturRumah tersebut dibangun sedemikian rupa dan sebaiknya temperatur udara dalam ruangan harus lebih rendah paling sedikit 4C dari temperatur udara luar untuk daerah tropis. Umumnya temperatur kamar 22C - 30C sudah cukup segar. b) PencahayaanRumah tersebut harus terjamin pencahayaannya yang dibedakan atas cahaya matahari (penerangan alamiah) serta penerangan dari nyala api lainnya (penerangan buatan). Semua penerangan ini harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu gelap atau tidak menimbulkan rasa silau. c) VentilasiRumah yang dibangun harus memiliki ventilasi sehingga aliran udara segar dapat terpelihara. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan, sedangkan luas lubang ventilasi yang dapat dibuka dan ditutup minimum 5% luas lantai sehingga jumlah keduanya menjadi 10% dari luas lantai ruangan. Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai. Ventilasi sangat penting untuk suatu rumah tinggal. Hal ini karena ventilasi mempunyai fungsi ganda. Fungsi pertama sebagai lubang masuk udara yang bersih dan segar dari luar ke dalam ruangan dan keluarnya udara kotor dari dalam keluar (cross ventilation). Dengan adanya ventilasi silang (cross ventilation) akan terjamin adanya gerak udara yang lancar dalam ruangan. Dalam fungsi kedua dari ventilasi juga berperan untuk pencahayaan, sebagai lubang masuknya cahaya dari luar seperti cahaya matahari, sehingga di dalam rumah tidak gelap pada waktu pagi, siang hari maupun sore hari. Suatu ruangan yang tidak memiliki sistem ventilasi yang baik akan menimbulkan keadaan yang merugikan kesehatan, antara lain: (1) Kadar oksigen akan berkurang, padahal manusia tidak mungkin dapat hidup tanpa oksigen dalam udara. (2) Kadar karbon dioksida yang bersifat racun bagi manusia, akan meningkat. (3) Ruangan akan berbau, disebabkan oleh bau tubuh, pakaian, pernafasan, dan mulut. (4) Kelembapan udara dalam ruangan akan meningkat disebabkan oleh penguapan cairan oleh kulit dan pernafasan (Azwar,1990). Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1998 menetapkan enam prinsip persyaratan kondisi perumahan yang berkaitan dengan kesehatan manusia, yaitu:a. Proteksi terhadap penyakit menularb. Proteksi terhadap kecelakaan, keracunan dan penyakit kronikc. Penurunan ketegangan jiwa dan sosiald. Peningkatan lingkungan pemukimane. Penyuluhan pemanfaatan rumahf. Proteksi penduduk ari risiko khususPersyaratan rumah untuk proteksi terhadap penyakit menular ialah sanitasi, yakni menghilangkan faktor lingkungan yang menjadi perantara penularan penyakit.

1.4.1.2 Persyaratan Rumah SehatSuatu rumah dapat dikatakan memenuhi syarat kesehatan apabila memenuhi empat hal pokok:7a. Kebutuhan fisiologis (meliputi pencahayaan, penghawaan, dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu tidur dan sebagainya.b. Memenuhi kebutuhan psikologis (seperti privasi yang cukup, komunikasi yang sehat antara anggota keluarga/penghuni rumah dan sebagainya)c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antara anggota/ penghuni rumah(meliputi penyediaan air minum, pengolahan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pafi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran)d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah (seperti persyaratab garis sepadan jalan, konstruksi yang tidak mudah terbakar, yang cenderung tidak membuat penghuninya terjatuh, dsb.

BAB IIISUBJEK DAN METODE

3.1 MetodeMetode yang digunakan dalam laporan home visit ini adalah deskriptif, yaitu melakukan identifikasi terhadap data yang terkumpul.

3.2 SubjekSubjek yang digunakan dalam home visit ini adalah Balita yang menderita TB paru yang bertempat tinggal di Kp. Radio RT 3 RW 11 Desa Cililin.

3.3 Teknik Pengumpulan DataData yang dikumpulkan berupa data primer yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap orangtua Balita dan observasi ke rumah Balita yang menderita TB paru di Kp. Radio RT 3 RW 11 Desa Cililin.

3.4 Waktu dan TempatKegiatan home visit dilakukan pada hari Rabu tanggal 11 Juli tahun 2012 pukul 11.30 WIB di Kp. Radio RT 3 RW 11 Desa Cililin.

4