bab i, bab ii, bab iii

96
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT “VAKSINASI/IMUNISASI” BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Farmakologi adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan obat -obatan. Biasa dalam ilmu ini dipelajari : 1. Penelitian mengenai penyakit-penyakit 2. Kemungkinan penyembuhan 3. Penelitian obat-obat baru 4. Penelitian efek samping obat-obatan dan atau teknologi baru terhadap beberapa penyakit berhubungan dengan perjalanan obat di dalam tubuh serta perlakuan tubuh terhadapnya. Farmakologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari pengetahuan tentang obat dengan segala aspeknya (sifat kimiawi, fisika, fisiologi, resorpsi hingga “nasib” obat dalam tubuh). Pengetahuan khusus tentang interaksi obat dengan tubuh manusia disebut Farmakologi Klinis. Sebenarnya Farmakologi dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: 1. Farmakognosis Pengetahuan dan pengenalan obat yang berasal dari tanaman, mineral dan hewan beserta zat aktifnya. 2. Biofarmasi KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Upload: ahmad-faizal-saytno

Post on 02-Jul-2015

487 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Farmakologi adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan obat-obatan. Biasa

dalam ilmu ini dipelajari :

1. Penelitian mengenai penyakit-penyakit

2. Kemungkinan penyembuhan

3. Penelitian obat-obat baru

4. Penelitian efek samping obat-obatan dan atau teknologi baru terhadap beberapa penyakit

berhubungan dengan perjalanan obat di dalam tubuh serta perlakuan tubuh terhadapnya.

Farmakologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari pengetahuan tentang

obat dengan segala aspeknya (sifat kimiawi, fisika, fisiologi, resorpsi hingga “nasib” obat

dalam tubuh). Pengetahuan khusus tentang interaksi obat dengan tubuh manusia disebut

Farmakologi Klinis.

Sebenarnya Farmakologi dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Farmakognosis

Pengetahuan dan pengenalan obat yang berasal dari tanaman, mineral dan hewan beserta

zat aktifnya.

2. Biofarmasi

Bidang yang mempelajari pengaruh formulasi obat terhadap efek terapeutiknya (khasiat).

3. Farmakokinetika

Bidang khusus untuk meneliti “perjalanan” obat dalam tubuh.

4. Farmakodinamika

Ilmu yang mempelajari cara serta mekanisme kerja baik reaksi fisiologis maupun efek

terapeutis dari suatu zat/senyawa yang terkandung dalam suatu obat.

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Page 2: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

5. Toksikologi

Pengetahuan tentang efek racun dari suatu obat terhadap obat. “Sola dosis facit

venenum”, hanya dosis membuat racun - Paracelsus.

6. Farmakoterapi

Ilmu yang memperlajari penggunaan obat untuk mengobati penyakit beserta gejalanya.

Dalam farmakologi ada yang dikenal dengan vaksinasi dan imunisasi. Dewasa inikeadaan di

Negara yang sudah maju sangatlah berlainan, yaitu penyakit infeksi telah dapat ditekan

serendah-rendahnya dan bukan lagi merupakan masalah kesehatan utama anak. Keberhasilan

peningkatan derajat kesehatan anak ini dapat tercapai antara lain dengan dilaksanakanya

imunisasi , selain adanya perbaikan nilai sosial dan ekonomi.

Sasaran yang dituju untuk imunisasi ialah orang tua, khususnya para ibu dan calon ibu. Pada

dokter, mahasiswa kedokteran atau karyawan kesehatan lainnya pun dapat mempelajarinya.

Untuk lebih memahami tentang pentingnya imunisasi, sebelumnya kiata harus mengetahui

berbagai jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, diantaranya dampak negative dan

akibat buruk penyakit. Dengan demikian diharapkan masyarakat akan lebih mengenal dan

menyadari manfaat imunisasi bagi kesehatan dan kesejahteraan anak.

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan

sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau

berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten.

Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada

penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.

Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh

mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit

berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara

bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan

hidup anak.

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

1

2

Page 3: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

Dalam imunisasi ada pemberian vaksin yang dikenal dengan vaksinasi. Vaksin adalah

suatu bahan yang berusaha melindungi orang terhadap penyakit. Untuk melakukan hal ini,

vaksin dibuat dari virus atau bakteri pathogen yang dapat menyebabkan penyakit yang ingin

dilawan oleh vaksin.

Tujuan imunisasi atau vaksinasi adalah meningkatkan derajat imunitas, memberikan

proteksi imun dengan menginduksi respons memori terhadap patogen tertentu / toksin

dengan menggunakan preparat antigen non-virulen/non-toksik. Antibodi yang diproduksi

oleh imunisasi harus efektif terutama terhadap mikroba ekstraselular dan produknya.

Antibodi akan mencegah adherensi atau efek yang merusak sel dengan menetralisasi toksin

(dipthteria, clostridium). IgA berperan di permukaan mukosa, mencegah virus/ bakteri

menempel pada mukosa (efek polio oral). Mengingat respons imun baru timbul beberapa

minggu, imunisasi aktif biasanya diberikan jauh sebelum pajanan dengan patogen.

Pencegahan dengan cara imunisasi merupakan kemajuan besar dalam usaha

imunoprofilaksis. Cacar yang merupakan penyakit yang sangat ditakuti, berkat imunisasi

masal, sekarang telah dapat dilenyapkan dari dunia. Demikan pula dengan polio yang dewasa

ini sudah banyak dillenyapkan di banyak negara. Pierce dan Schaffner melaporkan

kurangnya perhatian imunisasi pada usia dewasa karena adanya keraguan dari masyarakat

maupun petugas pelaksana pelayanan kesehatan terhadap keamanan dari vaksinasi, ganti rugi

yang tidak memadai dan belum berkembangnya sistem imunisasi pada dewasa.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu :

1. Apa definisi vaksinasi/imunisasi?

2. Apa fungsi, tujuan dan manfaat vaksinasi/imunisasi?

3. Apa saja jenis-jenis vaksinasi/imunisasi?

4. Apa saja penyakit-penyakit yang dicegah dengan vaksinasi/imunisasi?

5. Bagaimana penatalaksanaan vaksinasi/imunasasi?

6. Bagaimana efek samping dari vaksinasi/imunisasi?

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

3

Page 4: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

1.3 Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui definisi vaksinasi/imunisasi.

2. Untuk mengetahui fungsi, tujuan dan manfaat vaksinasi/imunisasi.

3. Untuk mengetahui jenis-jenis vaksinasi/imunisasi.

4. Untuk mengetahui penyakit-penyakit yang dicegah dengan vaksinasi/imunisasi.

5. Untuk mengetahui penatalaksanaan vaksinasi/imunasasi.

6. Untuk mengetahui efek samping dari vaksinasi/imunisasi.

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 4

Page 5: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Vaksinasi/Imunisasi

2.1.1 Vaksinasi

Vaksin secara arti berasal dari bahasa latin ’vacca = melemahkan’. Definisi

lengkapnya kurang lebih adalah suatu kuman (bakteri/virus) yang sudah dilemahkan yang

kemudian dimasukkan ke dalam tubuh seseorang untuk membentuk kekebalan tubuh

(imunitas) secara aktif. Cara memasukkannya bisa dengan disuntik ataupun dengan oral

(diteteskan). Fungsi utama dari vaksin adalah untuk pencegahan terhadap suatu penyakit

yang diakibatkan oleh kuman.Bagaimana vaksin dibuat? Vaksin dibuat dengan cara

melumpuhkan atau mematikan kuman. Dengan konsentrasi tertentu, vaksin disuntikkan

ke dalam tubuh seseorang sehingga sistem kekebalan tubuhnya memberikan respon

terhadap vaksin tersebut. Pada saat ini vaksin banyak yang dibuat hanya dengan

mengambil bagian gen kuman, sehingga relatif lebih aman (contoh : HbsAg, Hepatitis B

surface antigen).

Vaksin adalah suatu bahan yang berusaha melindungi orang terhadap penyakit. Untuk

melakukan hal ini, vaksin dibuat dari virus atau bakteri pathogen yang dapat

menyebabkan penyakit yang ingin dilawan oleh vaksin. Kita bisa mengatakan bahwa

vaksin menggunakan api untuk menjinakkan api : Sedikit bahan pathogen yang disiapkan

secara khusus dan biasanya disuntikkan ke dalam tubuh sehingga bisa membantu

memerangi versi penyakit yang lebih “ganas” atau di dapatkan secara alami. Tujuan

peperangan ini adalah mengembangkan imunitas tubuh.

Tubuh memiliki sistem yang kompleks yang disebut sistem imun yang memilki

prosedur-prosedur untuk memproduksi dan memelihara imunitas. Kita bisa menghindari

penjelasan yang panjang lebar dengan mengatakan bahwa ketika anda mendapatkan,

katakanlah, virus batuk-pilek atau flu atau infeksi bakteri, tubuh anda berespons dengan

memproduksi bahan yang disebut antibodi, yaitu molekul-molekul kecil protein yang

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 5

Page 6: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

memerangi (anti) benda asing (virus,bakteri). Ketika anda sembuh dari penyakit ini,

tubuh anda memepertahankan beberapa dari antibody ini sehingga ia siap memerangi

infeksi serupa di masa mendatang. Ini disebut imunitas.

Vaksinasi, atau imunisasi, adalah jenis pengobatan yang merangsang ketahanan tubuh

kita terhadap infeksi tertentu. Misalnya, sebagian besar orang diimunisasi terhadap

beberapa infeksi waktu bayi. Sebagian besar vaksin diberi melalui suntikan, tetapi ada

yang dipakai melalui mulut. Dibutuhkan beberapa minggu setelah diberi sehingga sistem

kekebalan tubuh bereaksi pada vaksin yang diberikan.

Sebagian besar vaksin dipakai untuk mencegah infeksi. Tetapi, beberapa yang lain

membantu tubuh kita untuk melawan infeksi yang sudah ada. Vaksin ini disebut ‘vaksin

terapeutik.’ Ada beberapa vaksin terapeutik yang sedang diteliti dan diuji coba terhadap

HIV.

Vaksin ‘hidup’ memakai bentuk kuman yang dilemahkan. Vaksin jenis ini dapat

menimbulkan penyakit yang ringan, kemudian sistem kekebalan mengambil alih untuk

mencegah terhadap penyakit yang parah. Vaksin lain yang ‘dinonaktifkan’ (inactivated)

tidak memakai kuman yang hidup. Dengan vaksin jenis ini, kita tidak mengalami

penyakit, tetapi tubuh kita masih dapat membentuk keamanannya.

Vaksin dapat menimbulkan efek samping. Dengan vaksin hidup, kita mungkin

mengalami penyakit yang ringan. Dengan vaksin yang dinonaktifkan, kita mungkin

mengalami kesakitan, kemerahan, dan bengkak di tempat yang disuntik. Kita juga

mungkin merasa lemas, kelelahan, atau mual selama waktu yang singkat.

2.1.2 Imunisasi

Imunisasi adalah salah satu cara untuk menangkal penyakit-penyakit berat yang

terkadang belum ada obat untuk menyembuhkannya. Imunisasi umumnya diberikan

kepada anak-anak balita (usia di bawah lima tahun). Imunisasi dilakukan dengan

memberikan vaksin yang merupakan bibit penyakit yang telah dibuat lemah kapada

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 6

Page 7: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

seseorang agar tubuh dapat membuat antibodi sendiri terhadap bibit penyakit kuat yang

sama.

Imunisasi dapat pula didefinisikan sebagai pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu

penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap

penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari

kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan

memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar

dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.

Dengan kata lain, imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya

penyakit tertentu. Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah

suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini

berfungsi melindungi terhadap penyakit. Vaksin tidak hanya menjaga agar anak tetap

sehat, tetapi juga membantu membasmi penyakit yang serius yang timbul pada masa

kanak-kanak. Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang

diberikan vaksin jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan

adanya vaksin maka banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini

sudah jarang ditemukan.

Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan

tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan

penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus

dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat

membahayakan kesehatan dan hidup anak.

2.2 Fungsi, Tujuan dan Manfaat Vaksinasi/Imunisasi

2.2.1 Fungsi Vaksinasi/Imunisasi

Fungsi utama dari vaksin adalah untuk pencegahan terhadap suatu penyakit yang

diakibatkan oleh kuman.Bagaimana vaksin dibuat? Vaksin dibuat dengan cara

melumpuhkan atau mematikan kuman. Dengan konsentrasi tertentu, vaksin disuntikkan

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 7

Page 8: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

ke dalam tubuh seseorang sehingga sistem kekebalan tubuhnya memberikan respon

terhadap vaksin tersebut. Pada saat ini vaksin banyak yang dibuat hanya dengan

mengambil bagian gen kuman, sehingga relatif lebih aman (contoh : HbsAg, Hepatitis B

surface antigen.

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan

memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang

mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti

kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan

atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain

diperlukan imunisasi lainnya.

Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan

tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan

penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus

dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat

membahayakan kesehatan dan hidup anak.

2.2.2 Tujuan Imunisasi

Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka

penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan

kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi

yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air,

Tbc, dan lain sebagainya.

Tujuan Imunisasi adalah sebagai berikut:

Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang.

Menghilangkan penyakit tertentu pada populasi

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 8

Page 9: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

Keberhasilan Imunisasi tergantung faktor:

1. Status Imun Penjamu:

Adanya Ab spesifik pada penjamu keberhasilan vaksinasi, misal:

Campak pada bayi

Kolustrum ASI – IgA polio

Maturasi imunologik: Neonates fungsi makrofag, kadar komplemen, aktifasi

optonin.

Pembentukan Ab spesifik terhadap Ag kurang hasil vaksinasi ditunda sampai umur

2 bulan.

Cakupan imunisasi semaksimal mungkin agar anak kebal secara simultan, bayi

diimunisasi.

Frekuensi penyakit, dampaknya pada neonatus berat imunisasi dapat diberikan pada

neonatus.

Status imunologik (seperti defisiensi imun) respon terhadap vaksin kurang.

2. Genetik

Secara genetik respon imun manusia terhadap Ag tertentu baik, cukup, rendah

keberhasilan vaksinasi tidak 100%.

3. Kualitas vaksin

Cara pemberian, misal polio oral imunitas lokal dan sistemik

Dosis vaksin

Tinggi menghambat respon, menimbulkan efek samping

Rendah tidak merangsang sel imunokompeten

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 9

Page 10: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

Frekuensi Pemberian

Respon imun sekunder Sel efektor aktif lebih cepat, lebih tinggi produksinya,

afinitas lebih tinggi. Frekuensi pemberian mempengaruhi respon imun yang terjadi .

Bila vaksin berikutnya diberikan pada saat kadar Ab spesifik masih tinggi Ag

dinetralkan oleh Ab spesifik tidak merangsang sel imunokompeten.

Ajuvan : Zat yang meningkatkan respon imun terhadap Ag

Mempertahankan Ag tidak cepat hilang

Mengaktifkan sel imunokompeten

Jenis Vaksin

Vaksin hidup menimbulkan respon imun lebih baik. Imunisasi adalah suatu usaha

untuk membuat seseorang menjadi kebal terhadap penyakit tertentu dengan

menyuntikan vaksin. Vaksin adalah kuman hidup yang dilemahkan / kuman mati /

zat yang bila dimasukkan ke tubuh menimbulkan kekebalan terhadap penyakit

tertentu. Imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit:

Poliomyelitis (kelumpuhan), Campak (measles), Difteri (indrak), Pertusis (batuk

rejan / batuk seratus hari), Tetanus, Tuberculosis (TBC), Hepatitis B dan untuk

mencegah  penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh wabah

yang sering berjangkit.

2.2.3 Manfaat Imunisasi

a) Manfaat untuk anak, Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan

kemungkinan cacat atau kematian.

b) Manfaat untuk keluarga, Menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan bila anak

sakit. Mendorong keluarga kecil apabila si orang tua yakin bahwa anak-anak akan

menjalani masa anak-anak dengan aman.

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

10

Page 11: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

c) Manfaat untuk Negara, Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang

kuat dan berakal sehat untuk melanjutkan pembangunan negara dan memperbaiki

citra bangsa Indonesia diantara segenap bangsa di dunia.

2.3 Jenis-jenis Vaksinasi/Imunisasi

2.3.1 Vaksinasi

Beberapa jenis vaksin dibedakan berdasarkan proses produksinya antara lain :

a. Vaksin Hidup (Live attenuated vaccine)

Vaksin terdiri dari kuman atau virus yang dilemahkan, masih antigenik namun

tidak patogenik. Contohnya adalah virus polio oral. Oleh karena vaksin diberikan

sesuai infeksi alamiah (oral), virus dalam vaksin akan hidup dan berkembang biak di

epitel saluran cerna, sehingga akan memberikan kekebalan lokal. Sekresi IgA lokal

yang ditingkatkan akan mencegah virus liar yang masuk ke dalam sel tubuh.

b. Vaksin mati (Killed vaccine / Inactivated vaccine)

Vaksin mati jelas tidak patogenik dan tidak berkembang biak dalam tubuh. Oleh

karena itu diperlukan pemberian beberapa kali.

c. Rekombinan

Susunan vaksin ini (misal hepatitis B) memerlukan epitop organisme yang patogen.

Sintesis dari antigen vaksin tersebut melalui isolasi dan penentuan kode gen epitop

bagi sel penerima vaksin.

d. Toksoid

Bahan bersifat imunogenik yang dibuat dari toksin kuman. Pemanasan dan

penambahan formalin biasanya digunakan dalam proses pembuatannya. Hasil

pembuatan bahan toksoid yang jadi disebut sebagai natural fluid plain toxoid, dan

merangsang terbentuknya antibodi antitoksin. Imunisasi bakteriil toksoid efektif

selama satu tahun. Bahan ajuvan digunakan untuk memperlama rangsangan antigenik

dan meningkatkan imunogenesitasnya.

e. Vaksin Plasma DNA (Plasmid DNA Vaccines)

Vaksin ini berdasarkan isolasi DNA mikroba yang mengandung kode antigen yang

patogen dan saat ini sedang dalam perkembangan penelitian. Hasil akhir penelitian

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 11

Page 12: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

pada binatang percobaan menunjukkan bahwa vaksin DNA (virus dan bakteri)

merangsang respon humoral dan selular yang cukup kuat, sedangkan penelitian klinis

pada manusia saat ini sedang dilakukan.

MACAM VAKSINASI PADA BALITA

1. Polio

Polio merupakan sebuah jenis penyakit lumpuh yang menyerang sistem saraf pusat.

Biasanya orang yang terkena polio akan terkena lumpuh layu. Bahkan tak jarang hingga

dewasa bisa menyebabkan kelumpuhan total. Polio disebabkan oleh virus yang masuk

melalui mulut melalui makanan yang terkontaminasi feses dari seorang penderita polio.

Virus ini kemudian menginfeksi saluran usus, dari sini akan menyebabkan melemahnya

otot. Lalu mengapa virus ini sangat berbahaya bagi manusia? Hal ini dikarenakan

ketika terserang virus ini menyerang secara tiba-tiba tanpa merasakan gejala apapun.

Pentingnya imunisasi saat anak-anak atau bayi, dikarenakan virus ini menyerang

manusia pada saat usia 3 hingga 5 tahun. Imunisasi terhadap bayi akan memberikan

kekebalan dari serangan polio. Pemberian imunisasi ini biasanya melalui 2 cara yaitu

lewat suntikan atau melalui oral. Dan dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama

biasanya dilakukan saat bayi berusia 0 bulan.

Selanjutnya pada usia 2,4 dan 6 bulan, terkadang sampai usia 18 bulan dan 5 tahun.

Pemberian imunisasi polio ini biasanya disertai dengan pemberian imunisasi DPT

(Difteri Pertusis Tetanus). Pemberian imunisasi pada seorang balita biasanya akan

menyebabkan diare ringan, pusing-pusing dan sakit otot. Orang tua yang akan

memberikan imunisasi polio juga harus sedikit waspada, maksudnya ketika seorang

anak dalam keadaan demam (suhu lebih 38,5 C), muntah atau diare maka jangan

diberikan terlebih dahulu. Bibit penyakit yang menyebabkan polio adalah virus, vaksin

yang digunakan oleh banyak negara termasuk Indonesia adalah vaksin hidup, berbentuk

cairan.

2. BCG (Bacille Calmette Guerin)KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 1

2

Page 13: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

BCG (Bacille Calmette Guerin) merupakan salah satu vaksin yang akan

memberikan kekebalan terhadap penyakit TB. Seperti kita tahu , TB Paru merupakan

salah satu penyakit yang disebabkan oleh virus yang dinamakan mikrobakterium

tuberkolosa. Bakteri ini merupakan bakteri yang bersifat BTA( Bakteri Tahan Asam).

Penyebaran bakteri ini melalui udara saat penderita TBC batuk. Bakteri ini akan masuk

dan berkembang biak di paru-paru. Orang yang terkena virus TBC, biasanya akan

mengalami gejala demam (meskipun tidak terlalu tinggi), penurunan nafsu makan,

batuk selama lebih dari 3 minggu dan perasaan tidak enak.

Pada seorang bayi dengan usia 0-3 bulan, vaksin ini diberikan hanya sekali saja.

Berbeda dengan vaksin polio, pada vaksin polio, vaksin ini tidak diperlukan lagi

pengulangan, hal ini dikarenakan antibodi yang diperoleh tinggi terus tak pernah turun.

Jika pada vaksin polio, seorang bayi setelah diimunisasi akan merasa pusing-pusing dan

sakit otot, maka pada jenis vaksin ini seorang bayi akan timbul bisul-bisul dan bernanah

pada daerah yang disuntik. Bisul ini sebenarnya tidak sakit dan hanya akan

menimbulkan bekas saja di daerah yang disuntik, bisul jenis ini hanya menjadi penanda

bahwa vaksin yang diberikan berhasil. 

3. Hepatitis B

Vaksin ini merupakan salah satu vaksin yang tercepat untuk dimasukkan di tubuh

manusia. Karena menurut salah satu jurnal, virus ini harus diinjeksikan ke dalam tubuh

bayi sekurangnya 12 jam setelah lahir.

Ada beberapa jenis hepatitis yaitu hepatitis A,B,C,D,E. Secara umum hepatitis

merupakan jenis peradangan pada hati atau liver. Penyebabnya pun bermacam-macam,

mulai dari virus sampai dengan obat-obatan. Pada kasus hepatitis B, disebabkan oleh

luka karena tusukan benda tajam, seperti pisau, jarum suntiik yang terkontaminasi.

Gejala virus ini hampir sama dengan jenis hepatitis lainnya, seorang penderita yang

terkena virus ini biasanya mengalami  hilangnya nafsu makan, mual muntah, demam,

rasa lelah dan mata kuning.

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

13

Page 14: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

Sedikit berbeda dengan kedua jenis vaksin diatas, pada vaksin hepatitis B dilakukan

selama 3 kali. Antara suntikan pertama dan kedua berjarak waktu satu bulan. Kemudian

suntikan kedua dan ketiga berjarak 5 bulan. Vaksin yang disuntikkan ke dalam tubuh

seorang bayi biasanya akan disertai dengan demam ringan dan akan timbul bekas

suntikan. Jangan panik dengan semua ini, karena gejala ini akan hilang dengan

sendirinya, akan tetapi jika perlu, orang tua dapat memebrikan parasetamol kepada sang

anak.

4. Vaksinasi Campak

Bibit penyakit yang menyebabkan campak adalah virus. Vaksin yang digunakan

adalah vaksin hidup. Kemasan dalam flacon berbentuk gumpalan yang beku dan kering

untuk dilarutkan dalam 5 cc pelarut. Sebelum menyuntikkan vaksin ini, harus terlebih

dahulu dilarutkan dengan pelarut vaksin (aqua bidest). Disebut beku kering oleh karena

pabrik pembuatan vaksin ini pertama kali membekukan vaksin tersebut kemudian

mengeringkannya. Vaksin yang telah dilarutkan potensinya cepat menurun dan hanya

bertahan selama 8 jam.

2.3.2 Imunisasi

Imunisasi adalah salah satu cara untuk menangkal penyakit-penyakit berat yang

terkadang belum ada obat untuk menyembuhkannya. Imunisasi umumnya diberikan

kepada anak-anak balita (usia di bawah lima tahun). Imunisasi dilakukan dengan

memberikan vaksin yang merupakan bibit penyakit yang telah dibuat lemah kapada

seseorang agar tubuh dapat membuat antibodi sendiri terhadap bibit penyakit kuat yang

sama.

Jenis-jenis Imunisasi Kekebalan Tubuh

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

14

Page 15: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

A. Imunisasi Aktif

Imunisasi aktif adalah kekebalan tubuh yang didapat seseorang karena tubuh yang secara

aktif membentuk zat anti bodi.

1. Imunisasi aktif alamiah adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis diperoleh

setelah sembuh dari suatu penyakit.

2. Imunisasi aktif buatan adalah kekebalan tubuh yang didapat dari vaksinasi yang

diberikan untuk mendapatkan perlindungan dari suatu penyakit

B. Imunisasi Pasif

Imunisasi adalah kekebalan tubuh yang bisa diperoleh seseorang yang zat kekebalan

tubuhnya didapatkan dari luar.

1. Imunisasi pasif alamiah adalah antibody yang didapat seseorang karena diturunkan

oleh ibu yang merupakan orang tua kandung langsung ketika berada dalam

kandungan.

2. Imunisasi pasif buatan adalah kekebalan tubuh yang diperoleh karena suntikan serum

untuk mencegah penyakit tertentu.

Anak-anak kecil adalah korban yang lemah terhadap berbagai serangan penyakit yang

berbahaya karena tubuh anak masih belum sempurna sistem kekebalan tubuhnya di mana

belu banyak terdapat antibodi di dalam tubuhnya. Untuk itulah diperlukan imunisasi lengkap

wajib yang teratur pada anak agar terhindar dari berbagai macam gangguan penyakit

berbahaya dan fatal.

Vaksin imunisasi mungkin dapat memberikan efek samping yang membuat anak jatuh

sakit, namun dampak positif perlindungan yang dihasilkan vaksin tersebut amat sangat

berguna. Berikut di bawah ini adalah merupakan beberapa jenis-jenis atau macam-macam

imunisasi bagi anak:

1. Imunisasi BCG

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

15

Page 16: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

Imunisasi BCG Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit

tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan

tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan. Vaksin disuntikkan secara intrakutan

pada lengan atas, untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL

dan untuk anak berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 mL. Vaksin ini

mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan, sebanyak

50.000-1.000.000 partikel/dosis. Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita

gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita leukemia, penderita yang menjalani

pengobatan steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV). Reaksi yang mungkin terjadi:

Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul

kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi

pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka

ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan

jaringan parut.

Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai

nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan. Komplikasi

yang mungkin timbul adalah:

Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena penyuntikan

yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk mempercepat

penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan

abses dengan menggunakan jarum) dan bukan disayat.

Limfadenitis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau

dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.

Vaksin BCG tidak dapat mencegah seseorang terhindar dari infeksi M. tuberculosa

100%, tapi dapat mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut, Berasal dari bakteri hidup

yang dilemahkan ( Pasteur Paris 1173 P2), Ditemukan oleh Calmette dan Guerin

Diberikan sebelum usia 2 bulan Disuntikkan intra kutan di daerah insertio m.

deltoid dengan dosis 0,05 ml, sebelah kanan

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

16

Page 17: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

Imunisasi ulang tidak perlu, keberhasilan diragukan

Vaksin BCG berbentuk bubuk kering harus dilarutkan dengan 4 cc NaCl 0,9%. Setelah

dilarutkan harus segera dipakai dalam waktu 3 jam, sisanya dibuang. Penyimpanan pada

suhu < 5°C terhindar dari sinar matahari (indoor day-light).

Cara Penyuntikan BCG

a. Bersihkan lengan dengan kapas air

b. Letakkan jarum hampir sejajar dengan lengan anak dengan ujung jarum yang

berlubang menghadap keatas.

c. Suntikan 0,05 ml intra kutan

d. Benjolan kulit yang pucat dengan pori- pori yang khas diameter 4-6 mm

Kenapa Suntikan Intra Kutan?

a. Vaksin BCG lapisan chorium kulit sebagai depo berkembang biak reaksi indurasi,

eritema, pustula

b. Setelah cukup berkembang sub kutan kapiler, kelenjar limfe, peredaran darah Bayi

kulitnya tipis intra kutan sulit sering suntikan terlalu dalam (sub kutan)

Reaksi Sesudah Imunisasi BCG

a. Reaksi Normal Lokal

Minggu indurasi, eritema, kemudian menjadi pustula

3-4 minggu pustula pecah menjadi ulkus (tidak perlu pengobatan)

8-12 minggu ulkus menjadi scar diameter 3-7 mm.

b. Reaksi Regional pada Kelenjar

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Page 18: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

Merupakan respon seluler pertahanan tubuh

Kadang terjadi di kelj axila dan servikal (normal BCG-it is)

Timbul 2-6 bulan sesudah imunisasi

Kelenjar berkonsistensi padat, tidak nyeri, demam (-)

Akan mengecil 1-3 bulan kemudian tanpa pengobatan.

Komplikasi

a. Abses di tempat suntikan

Abses bersifat tenang (cold abses) tidak perlu terapi

Oleh karena suntikan sub kutan

Abses matang aspirasi

b. Limfadenitis supurativa

Oleh karena suntikan sub kutan atau dosis tinggi

Terjadi 2-6 bulan sesudah imunisasi

Terapi tuberkulostatik mempercepat pengecilan.

Reaksi yang pernah tertular pada TBC:

Koch Phenomenon reaksi lokal berjalan cepat (2-3 hari sesudah imunisasi) 4-6

minggu timbul scar.

Imunisasi bayi > 2 bulan tes tuberkulin (Mantoux)

Untuk menunjukkan apakah pernah kontak dengan TBC

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

17

Page 19: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

Menyuntikkan 0,1 ml PPD di daerah flexor lengan bawah secara intra kutan

Pembacaan dilakukan setelah 48 – 72 jam penyuntikan

Diukur besarnya diameter indurasi di tempat suntikan.

< 5 mm : negatif

6-9 mm : meragukan

10 mm : positif

Kontra Indikasi

Respon imunologik terganggu : infeksi HIV, def imun kongenital, leukemia,

keganasan

Respon imunologik tertekan: kortikosteroid, obat kanker, radiasi

Hamil

2. Imunisasi Hepatitis B

Vaksin berisi HBsAg murni

Diberikan sedini mungkin setelah lahir

Suntikan secara Intra Muskular di daerah deltoid, dosis 0,5 ml.

Penyimpanan vaksin pada suhu 2-8°C

Bayi lahir dari ibu HBsAg (+) diberikan imunoglobulin hepatitis B 12 jam setelah

lahir + imunisasi Hepatitis B

Dosis kedua 1 bulan berikutnya

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

18

Page 20: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

Dosis ketiga 5 bulan berikutnya (usia 6 bulan)

Imunisasi ulangan 5 tahun kemudian

Kadar pencegahan anti HBsAg > 10mg/ml

Produksi vaksin Hepatitis B di Indonesia, mulai program imunisasi pada tahun 1997

Efek Samping

Demam ringan

Perasaan tidak enak pada pencernaan

Rekasi nyeri pada tempat suntikan

Tidak Ada Kontraindikasi

3. Imunisasi Polio

Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis. Polio

bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua

lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan

otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan kematian. Terdapat 2 macam vaksin polio:

IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah

dimatikan dan diberikan melalui suntikan OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin),

mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau

cairan. Bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen

(MOPV) efektif melawan 1 jenis polio. Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II,

III, dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan

diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun)

dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun). Di Indonesia umumnya diberikan vaksin

Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 mL) langsung ke mulut anak atau

dengan menggunakan sendok yang berisi air gula. Kontra indikasi pemberian vaksin

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

19

Page 21: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

polio: - Diare berat - Gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi,

kortikosteroid) - Kehamilan. Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan

kejang-kejang. Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon

kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan

kekuatan antibobi sampai pada tingkat yang tertingiu. Setelah mendapatkan serangkaian

imunisasi dasar, kepada orang dewasa tidak perlu dilakukan pemberian booster secara

rutin, kecuali jika dia hendak bepergian ke daerah dimana polio masih banyak ditemukan.

Kepada orang dewasa yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio dan perlu

menjalani imunisasi, sebaiknya hanya diberikan IPV. Kepada orang yang pernah

mengalami reaksi alergi hebat (anafilaktik) setelah pemberian IPV, streptomisin,

polimiksin B atau neomisin, tidak boleh diberikan IPV. Sebaiknya diberikan OPV.

Kepada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita AIDS, infeksi HIV,

leukemia, kanker, limfoma), dianjurkan untuk diberikan IPV. IPV juga diberikan kepada

orang yang sedang menjalani terapi penyinaran, terapi kanker, kortikosteroid atau obat

imunosupresan lainnya. IPV bisa diberikan kepada anak yang menderita diare. Jika anak

sedang menderita penyakit ringan atau berat, sebaiknya pelaksanaan imunisasi ditunda

sampai mereka benar-benar pulih. IPV bisa menyebabkan nyeri dan kemerahan pada

tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung hanya selama beberapa hari.

Vaksin dari virus polio (tipe 1,2 dan 3) yang dilemahkan, dibuat dlm biakan sel-

vero : asam amino, antibiotik, calf serum dalam magnesium klorida dan fenol

merah

Vaksin berbentuk cairan dengan kemasan 1 cc atau 2 cc dalam flacon, pipet.

Pemberian secara oral sebanyak 2 tetes (0,1 ml)

Vaksin polio diberikan 4 kali, interval 4 minggu

Imunisasi ulangan, 1 tahun berikutnya, SD kelas I, VI

Anak diare gangguan penyerapan vaksin.

Ada 2 jenis vaksin yaitu IPV salk dan OPV sabin IgA lokalKELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Page 22: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

Penyimpanan pada suhu 2-8°C

Virus vaksin bertendensi mutasi di kultur jaringan maupun tubuh penerima vaksin

Beberap virus diekskresi mengalami mutasi balik menjadi virus polio ganas yang

neurovirulen

Paralisis terjadi 1 per 4,4 juta penerima vaksin dan 1 per 15,5 juta kontak dengan

penerima vaksin

Kontra Indikasi : Defisiensi imunologik atau kontak dengannya

4. Imunisasi DPT

Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis

dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat

menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi

bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi

pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat

menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau

minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang

dan kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan

pada rahang serta kejang Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada

anak yang berumur kurang dari 7 tahun. Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk

suntikan, yang disuntikkan pada otot lengan atau paha. Imunisasi DPT diberikan

sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II) dan 4

bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulang

diberikan 1 tahun setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun). Jika anak

mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan DT, bukan

DPT.

Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya diberikan booster vaksin

Td pada usia 14-16 tahun kemudian setiap 10 tahun (karena vaksin hanya memberikan

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

21

Page 23: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

perlindungan selama 10 tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan booster). Hampir 85%

anak yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang mengandung vaksin difteri, akan

memperoleh perlindungan terhadap difteri selama 10 tahun. DPT sering menyebakan

efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama

beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam

vaksin. Pada kurang dari 1% penyuntikan, DTP menyebabkan komplikasi berikut:

Demam tinggi (lebih dari 40,5° Celsius)

kejang-kejang

Demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah mengalami

kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya)

Syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon).

Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi

DPT bisa ditunda sampai anak sehat. Jika anak pernah mengalami kejang, penyakit otak

atau perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT sering ditunda sampai kondisinya

membaik atau kejangnya bisa dikendalikan. 1-2 hari setelah mendapatkan suntikan DPT,

mungkin akan terjadi demam ringan, nyeri, kemerahan atau pembengkakan di tempat

penyuntikan. Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan demam, bisa diberikan

asetaminofen (atau ibuprofen). Untuk mengurangi nyeri di tempat penyuntikan juga bisa

dilakukan kompres hangat atau lebih sering menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai

yang bersangkutan. Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang

dihasilkan oleh kuman penyebab difteri dan tetanus. Vaksin DT dibuat untuk keperluan

khusus, misalnya pada anak yang tidak boleh atau tidak perlu menerima imunisasi

pertusis, tetapi masih perlu menerima imunisasi difteri dan tetanus. Cara pemberian

imunisasi dasar dan ulangan sama dengan imunisasi DPT. Vaksin disuntikkan pada otot

lengan atau paha sebanyak 0,5 mL. Vaksin ini tidak boleh diberikan kepada anak yang

sedang sakit berat atau menderita demam tinggi. Efek samping yang mungkin terjadi

adalah demam ringan dan pembengkakan lokal di tempat penyuntikan, yang biasanya

berlangsung selama 1-2 hari. Terdiri dari:

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

22

Page 24: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

Toxoid difteri racun yang dilemahkan

Bordittela pertusis bakteri yang dilemahkan

Toxoid tetanus racun yang dilemahkan (+) aluminium fosfat dan mertiolat

Merupakan vaksin cair. Jika didiamkan sedikit berkabut, endapan putih didasarnya

Diberikan pada bayi > 2 bulan oleh karena reaktogenitas pertusis pada bayi kecil.

Dosis 0,5 ml secara intra muskular di bagian luar paha.

Imunisasi dasar 3x, dengan interval 4 minggu.

Vaksin mengandung Aluminium fosfat, jika diberikan sub kutan menyebabkan iritasi

lokal, peradangan dan nekrosis setempat.

Reaksi Pasca Imunisasi:

Demam, nyeri pada tempat suntikan 1-2 hari diberikan anafilatik + antipiretik

Bila ada reaksi berlebihan pasca imunisasi demam > 40°C, kejang, syok imunisasi

selanjutnya diganti dengan DT atau DPaT

Kontra Indikasi

Kelainan neurologis n terlambat tumbuh kembang

Ada riwayat kejang

Penyakit degeneratif

Pernah sebelumnya divaksinasi DPT menunjukkan: anafilaksis, ensefalopati, kejang,

renjatan, hiperpireksia, tangisan/teriakan hebat.

5. Imunisasi Campak

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

23

Page 25: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (tampek).

Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih.

Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan

kemudian. Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5 mL. Kontra indikasi

pemberian vaksin campak: - infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38°Celsius -

gangguan sistem kekebalan - pemakaian obat imunosupresan - alergi terhadap protein

telur - hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin - wanita hamil.

Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis

dan gejala kataral serta ensefalitis (jarang). Imunisasi MMR memberi perlindungan

terhadap campak, gondongan dan campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali.

Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata berair. Campak

juga menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia. Campak juga bisa menyebabkan

masalah yang lebih serius, seperti pembengkakan otak dan bahkan kematian. Gondongan

menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada salah satu maupun kedua

kelenjar liur utama yang disertai nyeri. Gondongan bisa menyebabkan meningitis (infeksi

pada selaput otak dan korda spinalis) dan pembengkakan otak. Kadang gondongan juga

menyebabkan pembengkakan pada buah zakar sehingga terjadi kemandulan. Campak

Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan pembengkakan kelenjar

getah bening leher. Rubella juga bisa menyebakban pembengkakan otak atau gangguan

perdarahan. Jika seorang wanita hamil menderita rubella, bisa terjadi keguguran atau

kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkannya (buta atau tuli). Terdapat dugaan bahwa

vaksin MMR bisa menyebabkan autisme, tetapi penelitian membuktikan bahwa tidak ada

hubungan antara autisme dengan pemberian vaksin MMR. Vaksin MMR adalah vaksin 3-

in-1 yang melindungi anak terhadap campak, gondongan dan campak Jerman. Vaksin

tunggal untuk setiap komponen MMR hanya digunakan pada keadaan tertentu, misalnya

jika dianggap perlu memberikan imunisasi kepada bayi yang berumur 9-12 bulan.

Suntikan pertama diberikan pada saat anak berumur 12-15 bulan. Suntikan pertama

mungkin tidak memberikan kekebalan seumur hidup yang adekuat, karena itu diberikan

suntikan kedua pada saat anak berumur 4-6 tahun (sebelum masuk SD) atau pada saat

anak berumur 11-13 tahun (sebelum masuk SMP). Imunisasi MMR juga diberikan

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

24

Page 26: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

kepada orang dewasa yang berumur 18 tahun atau lebih atau lahir sesudah tahun 1956

dan tidak yakin akan status imunisasinya atau baru menerima 1 kali suntikan MMR

sebelum masuk SD. Dewasa yang lahir pada tahun 1956 atau sebelum tahun 1956, diduga

telah memiliki kekebalan karena banyak dari mereka yang telah menderita penyakit

tersebut pada masa kanak-kanak. Pada 90-98% orang yang menerimanya, suntikan MMR

akan memberikan perlindungan seumur hidup terhadap campak, campak Jerman dan

gondongan. Suntikan kedua diberikan untuk memberikan perlindungan adekuat yang

tidak dapat dipenuhi oleh suntikan pertama. Efek samping yang mungkin ditimbulkan

oleh masing-masing komponen vaksin: Komponen campak 1-2 minggu setelah menjalani

imunisasi, mungkin akan timbul ruam kulit. Hal ini terjadi pada sekitar 5% anak-anak

yang menerima suntikan MMR. Demam 39,5° Celsius atau lebih tanpa gejala lainnya

bisa terjadi pada 5-15% anak yang menerima suntikan MMR. Demam ini biasanya

muncul dalam waktu 1-2 minggu setelah disuntik dan berlangsung hanya selama 1-2 hari.

Efek samping tersebut jarang terjadi pada suntikan MMR kedua.

Komponen gondongan Pembengkakan ringan pada kelenjar di pipi dan dan dibawah

rahang, berlangsung selama beberapa hari dan terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah

menerima suntikan MMR.

Komponen campak Jerman Pembengkakan kelenjar getah bening dan atau ruam kulit

yang berlangsung selama 1-3 hari, timbul dalam waktu 1-2 mingu setelah menerima

suntikan MMR. Hal ini terjadi pada 14-15% anak yang mendapat suntikan MMR. Nyeri

atau kekakuan sendi yang ringan selama beberapa hari, timbul dalam waktu 1-3 minggu

setelah menerima suntikan MMR. Hal ini hanya ditemukan pada 1% anak-anak yang

menerima suntikan MMR, tetapi terjadi pada 25% orang dewasa yang menerima suntikan

MMR. Kadang nyeri/kekakuan sendi ini terus berlangsung selama beberapa bulan

(hilang-timbul). Artritis (pembengkakan sendi disertai nyeri) berlangsung selama 1

minggu dan terjadi pada kurang dari 1% anak-anak tetapi ditemukan pada 10% orang

dewasa yang menerima suntikan MMR. Jarang terjadi kerusakan sendi akibat artritis ini.

Nyeri atau mati rasa pada tangan atau kaki selama beberapa hari lebih sering ditemukan

pada orang dewasa. Meskipun jarang, setelah menerima suntikan MMR, anak-anak yang

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

25

Page 27: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

berumur dibawah 6 tahun bisa mengalami aktivitas kejang (misalnya kedutan). Hal ini

biasanya terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah suntikan diberikan dan biasanya

berhubungan dengan demam tinggi. Keuntungan dari vaksin MMR lebih besar jika

dibandingkan dengan efek samping yang ditimbulkannya. Campak, gondongan dan

campak Jerman merupakan penyakit yang bisa menimbulkan komplikasi yang sangat

serius. Jika anak sakit, imunisasi sebaiknya ditunda sampai anak pulih.

Vaksin dari virus hidup (CAM 70- chick chorioallantonik membrane) yang

dilemahkan + kanamisin sulfat dan eritromisin Berbentuk beku kering, dilarutkan dalam

5 cc pelarut aquades.

Diberikan pada bayi umur 9 bulan oleh karena masih ada antibodi yang diperoleh dari

ibu.

Dosis 0,5 ml diberikan sub kutan di lengan kiri.

Disimpan pada suhu 2-8°C, bisa sampai – 20 derajat celsius

Vaksin yang telah dilarutkan hanya tahan 8 jam pada suhu 2-8°C

Jika ada wabah, imunisasi bisa diberikan pada usia 6 bulan, diulang 6 bulan kemudian

Efek Samping: Demam, Diare, Konjungtivitis, Ruam setelah 7 – 12 hari pasca imunisasi.

Kejadian encefalitis lebih jarang

Kontra Indikasi:

Infeksi akut dengan demam, defisiensi imunologik, tx imunosupresif, alergi protein

telur, hipersensitifitas dng kanamisin dan eritromisin, wanita hamil.

Anak yang telah diberi transfusi darah atau imunoglobulin ditangguhkan minimal 3

bulan.

Tuberkulin tes ditangguhkan minimal 2 bulan setelah imunisasi campak

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

26

Page 28: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

6. Imunisasi HIB

Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b.

Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat

yang bisa menyebabkan anak tersedak. Vaksin Hib diberikan sebanyak 3 kali suntikan,

biasanya pada saat anak berumur 2, 4 dan 6 bulan.

7. Imunisasi varisella

Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air. Cacar air ditandai

dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara perlahan mengering dan

membentuk keropeng yang akan mengelupas. Setiap anak yang berumur 12-18 bulan dan

belum pernah menderita cacar air dianjurkan untuk menjalani imunisasi varisella. Anak-

anak yang mendapatkan suntikan varisella sebelum berumur 13 tahun hanya memerlukan

1 dosis vaksin. Kepada anak-anak yang berumur 13 tahun atau lebih, yang belum pernah

mendapatkan vaksinasi varisella dan belum pernah menderita cacar air, sebaiknya

diberikan 2 dosis vaksin dengan selang waktu 4-8 minggu. Cacar air disebabkan oleh

virus varicella-zoster dan sangat menular.

Biasanya infeksi bersifat ringan dan tidak berakibat fatal; tetapi pada sejumlah kasus

terjadi penyakit yang sangat serius sehingga penderitanya harus dirawat di rumah sakit

dan beberapa diantaranya meninggal. Cacar air pada orang dewasa cenderung

menimbulkan komplikasi yang lebih serius. Vaksin ini 90-100% efektif mencegah

terjadinya cacar air. Terdapat sejumlah kecil orang yang menderita cacar air meskipun

telah mendapatkan suntikan varisella; tetapi kasusnya biasanya ringan, hanya

menimbulkan beberapa lepuhan (kasus yang komplit biasanya menimbulkan 250-500

lepuhan yang terasa gatal) dan masa pemulihannya biasanya lebih cepat. Vaksin varisella

memberikan kekebalan jangka panjang, diperkirakan selama 10-20 tahun, mungkin juga

seumur hidup.

Efek samping dari vaksin varisella biasanya ringan, yaitu berupa:

Demam

Nyeri dan pembengkakan di tempat penyuntikan

Ruam cacar air yang terlokalisir di tempat penyuntikan.

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 2

7

Page 29: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

Efek samping yang lebih berat adalah:

Kejang demam, yang bisa terjadi dalam waktu 1-6 minggu setelah penyuntikan

Pneumonia

Reaksi alergi sejati (anafilaksis), yang bisa menyebabkan gangguan pernafasan,

kaligata, bersin, denyut jantung yang cepat, pusing dan perubahan perilaku. Hal ini

bisa terjadi dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam setelah suntikan

dilakukan dan sangat jarang terjadi.

Penurunan koordinasi otot.

Imunisasi varisella sebaiknya tidak diberikan kepada:

Wanita hamil atau wanita menyusui

Anak-anak atau orang dewasa yang memiliki sistem kekebalan yang lemah atau yang

memiliki riwayat keluarga dengan kelainan imunosupresif bawaan

Anak-anak atau orang dewasa yang alergi terhadap antibiotik neomisin atau gelatin

karena vaksin mengandung sejumlah kecil kedua bahan tersebut

Anak-anak atau orang dewasa yang menderita penyakit serius, kanker atau gangguan

sistem kekebalan tubuh (misalnya AIDS)

Anak-anak atau orang dewasa yang sedang mengkonsumsi kortikosteroid - Setiap

orang yang baru saja menjalani transfusi darah atau komponen darah lainnya

Anak-anak atau orang dewasa yang 3-6 bulan yang lalu menerima suntikan

immunoglobulin.

8. Imunisasi HBV

Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B adalah suatu

infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian. Dosis pertama diberikan

segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki HBsAg negatif, bisa diberikan pada

saat bayi berumur 2 bulan.

Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan antara

suntikan HBV I dengan HBV II, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan HBV II

dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah suntikan HBV III. Sebelum

memberikan imunisasi ulangan dianjurkan untuk memeriksa kadar HBsAg. Vaksin

disuntikkan pada otot lengan atau paha. Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg

positif, diberikan vaksin HBV pada lengan kiri dan 0,5 mL HBIG (hepatitis B immune KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 2

8

Page 30: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

globulin) pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan

pada saat anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga diberikan pada saat anak berumur 6 bulan.

Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui, diberikan HBV I

dalam waktu 12 jam setelah lahir. Pada saat persalinan, contoh darah ibu diambil untuk

menentukan status HBsAgnya; jika positif, maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi

berumur lebih dari 1 minggu). Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat

sebaiknya ditunda sampai anak benar-benar pulih. Vaksin HBV dapat diberikan kepada

ibu hamil.

Efek samping dari vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan

sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan), yang akan

hilang dalam beberapa hari.

9. Imunisasi Pneumokokus Konjugata

Imunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri yang

sering menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit yang

lebih serius, seperti meningitis dan bakteremia (infeksi darah). Kepada bayi dan balita

diberikan 4 dosis vaksin. Vaksin ini juga dapat digunakan pada anak-anak yang lebih

besar yang memiliki resiko terhadap terjadinya infeksi pneumokokus.

Untuk mencegah infeksi SSP oleh karena Haemofilus influenza tipe B

Diberikan MULAI umur 2-4 bulan, pada anak > 1 tahun diberikan 1 kali

Vaksin dalam bentuk beku kering dan 0,5 ml pelarut dalam semprit.

Dosis 0,5 ml diberikan IM

Disimpan pada suhu 2-8°C

Di Asia belum diberikan secara rutin

Imunisasi rutin diberikan di negara Eropa, Amerika, Australia.

10. Imunisasi MMR

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Page 31: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

Imunisasi MMR sebaiknya tidak diberikan kepada:

Anak yang alergi terhadap telur, gelatin atau antibiotik neomisin

Anak yang 3 bulan yang lalu menerima gamma globulin

Anak yang mengalami gangguan kekebalan tubuh akibat kanker, leukemia, limfoma

maupun akibat obat prednison, steroid, kemoterapi, terapi penyinaran atau obati

imunosupresan.

Wanita hamil atau wanita yang 3 bulan kemudian hamil.

Kontra Indikasi: Wanita hamil, imuno kompromise, kurang 2-3 bulan sebelumnya

mendapat transfusi darah atau tx imunoglobulin, reaksi anafilaksis terhadap telur.

11. Imunisasi Typhus

Tersedia 2 jenis vaksin: Suntikan (typhim) >2 tahun & oral (vivotif) > 6 tahun 3 dosis

Typhim (Capsular Vi polysaccharide-Typherix) diberikan dengan dosis 0,5 ml secara

IM. Ulangan dilakukan setiap 3 tahun.

Disimpan pada suhu 2-8°C

Tidak mencegah Salmonella paratyphi A atau B

Imunitas terjadi dalam waktu 15 hari sampai 3 minggu setelah imunisasi

Reaksi Pasca Imunisasi: Demam, nyeri ringan, kadang ruam kulit dan eritema, indurasi

tempat suntikan, daire, muntah.

12. Imunisasi Hepatitis A

Imunisasi diberikan pada daerah kurang terpajan, pada anak umur > 2 tahun.

Imunisasi dasar 3x pada bulan ke 0, 1, dan 6 bulan kemudian. Dosis vaksin (Harvix-

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

29

Page 32: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

inactivated virus strain HM 175) 0,5 ml secara IM di daerah deltoid. Reaksi yag terjadi

minimal kadang demam, lesu, lelah, mual-muntah dan hialng nafsu makan.

13. Imunisasi TT

Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap

penyakit tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan

(imunisasi pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus. Kepada ibu hamil, imunisasi TT

diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat kehamilan berumur 7 bulan dan 8 bulan.

Vaksin ini disuntikkan pada otot paha atau lengan sebanyak 0,5 mL. Efek samping dari

tetanus toksoid adalah reaksi lokal pada tempat penyuntikan, yaitu berupa kemerahan,

pembengkakan dan rasa nyeri.

14. Imunisasi IPD

Apa gunanya vaksinasi IPD?

IPD adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri pneumokokus (streptoccoccus

pneumoniae). Bakteri tersebut secara cepat dapat masuk ke dalam sirkulasi darah dan

merusak (invasif) serta dapat menyebabkan infeksi selaput otak (meningitis) yang biasa

disebut radang otak.

Penelitian menunjukkan, sebagian besar bayi dan anak di bawah usia 2 tahun pernah

menjadi pembawa ( carrier) bakteri pneumokokus di dalam saluran pernapasan mereka.

Oleh karena itu, bayi baru lahir hingga bocah usia 2 tahun berisiko tinggi terkena IPD.

Yang paling fatal bila bakteri pneumokokus menyerang otak. Pada kasus-kasus

meningitis seperti ini, kematian akan menyerang 17% penderita hanya dalam kurun

waktu 48 jam setelah terserang. Kalaupun dinyatakan sembuh umumnya meninggalkan

kecacatan permanen, semisal gangguan pendengaran dan gangguan saraf yang

selanjutnya memunculkan gangguan motorik, kejang tanpa demam, keterbelakangan

mental dan kelumpuhan.

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

30

Page 33: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

Dari ketiga bakteri yang biasa menyebabkan meningitis (Streptococcus pneumoniae,

Haemophilus influenzae type B, dan Neisseria meningitis), Streptococcus pneumoniae

merupakan bakteri yang seringkali menyerang anak di bawah 2 tahun. Meningitis karena

bakteri pneumokokus ini dapat menyebabkan kematian hanya dalam waktu 48 jam. Bila

sembuh pun sering kali meninggalkan kecacatan permanen.

Vaksinasi dipercaya sebagai langkah protektif terbaik mengingat saat ini resistensi

kuman pneumokokus terhadap antibiotik semakin meningkat. Karena anak-anak di

bawah usia 1 tahun memiliki risiko paling tinggi menderita IPD, maka amat dianjurkan

agar pemberian imunisasi dilakukan sedini mungkin. Untungnya, saat ini sudah

ditemukan vaksin pneumokokus bagi bayi dan anak di bawah 2 tahun. (dari artikel

sebuah tabloid kesehatan, oleh: Sukman Tulus Putra, dr.,Sp.A.(K), FACC, FECS, Ketua

Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Apakah vaksinasi ini dipakai di tempat lain?

Menurut salah seorang dokter di milis sehat(1): Aman tidak, Di indonesia baru tahun

ini 2006, tapi di Amrika, sejak 2000 sudah disuntikan wajib dan laporan ilmiah tahun

2001 telah 23 juta dosis diberikan dengan efek samping yang tidak jauh lebih banyak dari

efek samping imunisasi rutin saat itu. Sampai sekarang telah direkomendasikan di

Amerika, Australia, Korea, Philipina, Spanyol, Malaysia, Singapore dan Canada.

Apakah sudah dilaksanakan di Indonesia?

Situs resmi IDAI (www.idai.or.id) belum memasang jadwal terbaru setelah jadwal

tahun 2004 hasil revisi. Menurut salah seorang dokter di milis sehat(1): Dari bocoran

hasil rapat Satgas imunisasi IDAI di medan (1-5 mei) direkomendasikan untuk

dimasukkan bersamaan vaksin influensa pada jadwal rekomentasi idai 2006. Menurut

situs majalah Anakku (www.anakku.net dibuka pada tanggal 19 Mei 2006): Vaksinasi

IPD direkomendasikan oleh IDAI sejak tahun 2006 bersamaan dengan mulai

direkomendasikannya vaksinasi Influenza.

Bagaimana jadwalnya?KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

31

Page 34: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

Imunisasi IPD pada usia (1):

< 6 bulan: diberikan dasar 3 kali jarak 2 bulan dan penguat/ulangan (booster) pada

usia 12 – 15 bulan. > 4 kali

6 - 12 bulan diberikan dasar 2 kali, dan penguat seperti diatas > 3 kali 12 – 24

bulan . Diberikan dasar 2 kali tidak perlu penguat. > 2 kali

24 bulan. Diberikan 1 kali > 1 kali

Apa nama vaksin IPD?

Ada dua jenis yang sudah beredar, dan ada yang dalam pengembangan/penelitian:

Prevenar atau PCV 7 (diseluruh dunia sama mereknya): berisi 7 serotype (4,

6B, 9V, 14, 18C, 19F and 23F). Bisa diberikan pada sejak bayi usia 2 bulan.

Harganya relatif mahal.

Pneumo23: berisi 23 serotype, diberikan pada anak berusia lebih dari 2

tahun. Harganya lebih murah.

Sedang dikembangkan vaksin baru berisi 9 serotype (prevenar ditambah

serotype 1 dan 5, yang banyak menimbulkan pneumococcus disease di negara

berkembang). Diharapkan ijinnya akan keluar 2-3 tahun lagi. (Produksi Wyeth)

Sedang dikembangkan juga vaksin berisi 11 serotype (produksi GSK dan

Sanofi-Pasteur).

Ada keuntungan lain dalam penelitian vaksin produksi baru ini bahwa: In addition, an

unexpected benefit of vaccination (9 serotype vaccine) was the decrease of symptomatic

pneumonia cases associated with a viral infection, whether influenza virus or one of the

paramyxoviruses.

Apa efek samping vaksinasi ini?

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

32

Page 35: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

Menurut labelnya, efek samping yang sering terjadi (Very common) pada pemberian

prevenar pada saluran pencernaan adalah diare dan muntah. Menurut artikel oleh dokter

Sukman Tulus Putra: Reaksi terhadap vaksin yang terbanyak dilaporkan adalah demam

ringan < 38 derajat Celcius, rewel, mengantuk (drowsy), dan beberapa reaksi ringan

lainnya yang biasa ditemui pada pemberian berbagai jenis vaksin.

Dalam praktek, salah seorang dokter di milis sehat(1) menyampaikan: dari 20an

kasus, 5-8 pasien menelefon dan mengatakan panas tapi tidak tinggi (<38). Ada 1 pasien

yang nafsu makannya menurun dan panasnya > 38. Belum ada yang mengeluh diare dan

muntah.

Apa yang perlu diperhatikan?

Bila ada riwayat reaksi alergi terhadap imunisasi Dipteria (DPT), maka tidak

diberikan imunisasi IPD jenis Prevenar (kontraindikasi), karena dalam Prevenar ada

kandungan varian dari Diphteria toxin (sebagai protein-carrier).

Pemberian imunisasi IPD tidak menghapus jadwal imunisasi yang lain (seperti HiB,

tetap seperti jadwalnya).

Apa kendalanya?

Harga vaksinasi masih relatif tinggi. Dilaporkan berkisar 850-950 ribu rupiah

(Prevenar). WHO menyebutkan: A vaccine providing effective protection against

pneumococcal disease for young children in developing countries may be ready for use in

2008-2009, and could be introduced in such countries provided adequate supply and

financial help are arranged.

2.4 Penyakit-penyakit yang Dapat Dicegah dengan Vaksinasi/Imunisasi

2.4.1 Vaksinasi

Vaksin itu antara lain untuk penyakit:

1. Tetanus

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

33

Page 36: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

Tetanus adalah infeksi akut karena racun yang dibuat dalam tubuh oleh bakteri

Clostridium tetani. Penyakit ini bisa membuat kejang otot, rahang terkancing,

gangguan bernapas, dan kematian. Bakterinya terdapat di debu, tanah, lalu masuk ke

dalam tubuh manusia melalui luka terpotong, luka terbuka, dan luka terbakar. Macam

vaksinnya adalah toksoid, diberikan dalam bentuk suntikan. Vaksinasi tetanus

biasanya diberikan sebagai imunisasi dasar pada bayi melalui vaksinasi DPT dan perlu

diulang setelah 10 tahun.

2. Meningitis meningokokus (Meningokok)

Penyakit radang selaput otak (meningitis) disebabkan oleh bakteri Neisseria

meningitidis (meningokokus). Cara penularannya melalui udara, batuk, bersin dari

orang yang telah terinfeksi bakteri, atau kontak dengan sekret pernapasan (minum dari

gelas yang sama). Gejala penyakitnya berupa demam, sakit kepala, dan tidak enak

badan. Penyakit ini lebih sering terdapat di Afrika dan agak jarang dijumpai di

Indonesia. Biasanya, para calon jemaah haji diwajibkan menjalani vaksinasi ini tiga

minggu sebelum keberangkatan. Vaksinnya diberikan dalam bentuk suntikan, dan

bertahan di tubuh selama 2-3 tahun.

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

34

Page 37: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

3. Tifoid

Lebih dikenal sebagai penyakit typhus atau demam Tifoid. Penderita akan C), sakit

kepala, rasa mengalami panas tubuh yang tinggi (di atas 40 lelah, dan hilang nafsu

makan. Gejala lain, sakit pada perut, buang-buang air, mual, dan menggigil. Penyakit

ini disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi. Penularan terjadi akibat

mengonsumsi air atau makanan yang terkontaminasi bakteri. Vaksinnya berupa bakteri

yang dimatikan, diberikan melalui oral (ditelan) atau suntikan (jenis vaksinnya

Thyvim A). Satu kali vaksinasi bertahan untuk tiga tahun.

4. Campak (Measle) 

Penyakit yang disebabkan virus ini memiliki gejala demam, menggigil, serta

hidung dan mata berair. Timbul ruam-ruam pada kulit berupa bercak dan bintil

berwarna merah pada kulit muka, leher, dan selaput lendir mulut. C. TerjadiSaat

penyakit memuncak, suhu tubuh bisa mencapai 40 pembengkakan di sekeliling mata,

membuat penderita silau melihat cahaya terang. Vaksin campak merupakan virus yang

dilemahkan, dan diberikan dalam bentuk suntikan.

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

35

Page 38: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

5. Parotitis (Mumps)

Disebabkan oleh virus yang menyerang kelenjar air liur di mulut, dan banyak

diderita anak-anak dan orang muda. Semakin tinggi usia penderita, gejala yang

dirasakan lebih hebat. Kebanyakan, orang menderita penyakit ini hanya sekali seumur

hidup. Tetapi, sekitar 10% penderita kemungkinan bisa mengalami serangan kedua.

Vaksinnya merupakan virus yang dilemahkan, diberikan dalam bentuk suntikan.

6. Rubella (Campak Jerman)

Rubella merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus, mengakibatkan ruam

pada kulit menyerupai campak, radang selaput lendir, dan radang selaput tekak. Ruam

ini biasanya hilang dalam waktu 2-3 hari. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku pada

persendian, dan rasa lemas. Biasanya diderita setelah penderita berusia belasan tahun

atau dewasa. Bila infeksi terjadi pada wanita yang sedang hamil muda (tiga bulan

pertama) dapat memengaruhi pertumbuhan bayi. Nama vaksinasinya MMR (Measle

Mumps Rubella). Vaksinasi ini dianjurkan dilakukan sebanyak dua kali, yaitu ketika

usia wanita mencapai 18 tahun dan disarankan satu kali lagi ketika akan menikah. Bila

sudah menerima 2 kali, maka tidak perlu diulang lagi. 

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

36

Page 39: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

7. Yellow Fever (Demam Kuning) 

Penyakit ini disebabkan virus yang dibawa nyamuk Aedes dan Haemagogus.

Orang yang akan bepergian ke Afrika Selatan wajib menjalani vaksinasi penyakit ini.

Serangan ringan demam kuning memberikan gejala mirip dengan flu. Bila lebih parah

akan disertai dengan timbulnya rasa mual, muntah-muntah, perdarahan, lalu kulit

menjadi kekuningan. Vaksin diberikan dalam bentuk suntikan. Satu kali suntikan

bertahan memberi perlindungan selama 10 tahun.

8. Hepatitis B 

Vaksinasi hepatitis B diperlukan untuk mencegah gangguan hati yang disebabkan

oleh virus hepatitis B (VHB). Gejala penyakitnya diawali dengan timbulnya demam

selama beberapa hari. Lalu timbul rasa mual, keletihan, dan tetap terasa letih meski

telah beristirahat cukup. Urine (air seni) akan terlihat keruh seperti air teh. Bagian

putih bola mata dan kuku akan terlihat berwarna kuning. Cara penularannya mirip

dengan HIV/AIDS, yaitu melalui darah atau produk darah. Misalnya, lewat transfusi

darah yang telah tercemar HVB, penggunaan bersama peralatan yang bisa melukai,

seperti jarum suntik, pisau cukur, jarum tindik, jarum tato, sikat gigi yang dipakai oleh

penderita HVB (karena bila terjadi luka berarti darah yang menempel di alat tersebut

bisa menjadi sumber penularan), dan melalui hubungan seksual. Vaksin diberikan

dalam bentuk suntikan, dilakukan tiga kali, yaitu bulan ke-0 (saat pertama

penyuntikan), ke-1, dan ke-6. KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

37

Page 40: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

 

9. Japanese B enchephalitis 

Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menimbulkan infeksi pada otak. Virus

dibawa oleh nyamuk Culex yang hidup di daerah Asia (dari India Timur ke Korea,

Jepang, dan Indonesia). Vaksinasi diberikan melalui suntikan pada hari ke-0, 7, dan

28. Dilakukan vaksinasi pendukung setahun kemudian. Vaksinasi diulang setiap 3

tahun.

10. Rabies

Penyakit infeksi pada otak ini disebabkan oleh virus. Penularannya melalui

gigitan atau cakaran hewan yang terinfeksi virus rabies. Hewan yang mungkin

menularkan rabies adalah anjing, kucing, kelelawar, monyet, dan lainnya. Vaksin

diberikan melalui suntikan sebanyak 3 kali, yaitu hari ke-0, 7, dan 28. Vaksinasi

pendukung dilakukan setahun kemudian. Vaksinasi rabies diulang setiap 5 tahun.

Bagi yang belum pernah menerima vaksinasi rabies, penyuntikan dilakukan sebanyak KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

38

39

Page 41: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

5 kali, yaitu pada hari ke-0, 3, 7, 14, dan 28. Penyuntikan dilakukan lagi setelah

3 bulan.

11. Influenza

Penyakit yang disebabkan oleh virus dari keluarga Orthomyxoviridae ini

menimbulkan wabah berulang dengan aktivitas kuat serta kejadian infeksi dan

kematian yang tinggi pada semua usia. Influenza merupakan penyakit yang cukup

berat bila diderita oleh orang berusia lanjut (di atas 65 tahun) serta penderita yang

mempunyai penyakit jantung, paru-paru, dan diabetes mellitus (kencing manis).

Karena itu, vaksinasi influenza sangat penting diterima oleh kelompok ini ditambah

dengan para penderita asma, gagal ginjal, dan penderita dalam keadaan

imunkompromais (orang yang kekebalan tubuhnya menurun karena suatu hal.

Misalnya, orang yang harus menjalani cuci darah, penderita HIV/AIDS). Vaksin

influenza diberikan setiap tahun.

2.4.2 ImunisasiKELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 4

0

Page 42: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi

1. Parvovirus

Parvovirus disebabkan oleh virus yang menyerang sistem kerja usus, sel darah

putih, dan hati. Penyakit ini tergolong jenis baru. Mula-mula muncul di Amerika

Serikat, Kanada, Eropa, kemudian di Australia. Penyakit ini menyebar ke seluruh

dunia seiring dengan globalisasi dalam segala hal.

Parvovirus dapat menyerang anjing segala ras dan berbagai tingkat umur.

Penyakit ini dapat berakibat kematian. Angka kematian akibat penyakit ini sangat

tinggi karena penderita menglami dehidrasi hebat.

Virus menginfeksi tubuh setelah 5-7 hari. Gejala awal tampak anjing muntah dan

diare, tubuh anjing pun mengalami dehidrasi. Nafsu makan juga menurun. Biasanya,

disertai peingkatan suhu tubuh. Hingga kini obat yang efektif untuk penyakit ini

belum ditemukan. Bila anjing telah terserang, pengobatan awal yang dilakukan untuk

mengatasi dehidrasi dan mencegah infeksi skunder dengan cara pemberian obat.

Karena anjing selalu muntah maka pengobatan tidak dilakukan melalui mulut, tetapi

melui infus.

2. Distemper

Penyebab distemper adalah virus dari golongan Paramyxovirus. Penyakit ini

menyerang anjing semua umur, tetapi yang paling rentan adalah anak anjing berumur

2-3 bulan. Masa inkubasi atau kurun waktu masuknya virus ke dalam tubuh sampai

menimbulkan gejala penyakit adalah 6-12 hari dan bisa lebih pendek lagi jika kondisi

tubuh anjing kurang fit. Gejala-gejala yang muncul pada anjing yang terserang

distemper adalah sebagai berikut:

Muntah-muntah

Kira-kira seminggu setelah virus masuk ke dalam tubuhnya, anjing mengalami

muntah-muntah dan dua hari kemudian anjing tidak mau makan. Badannya

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

41

Page 43: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

menggigil dengan suhu tubuh mencapai 40º C, tampak mengantuk, dan

kotorannya lunak.

Batuk kering

Gejala yang tampak selanjutnya adalah lesu dan pandangan sayu, sera tidak

bergairah dan kelihatan tertekan. Kemudian anjing akan mengalami batuk-batuk

kering, hidung kering tapi berlendir, dan kotorannya yang lunak mulai terlihat

disertai nanah.

Batuk hebat

Pada stadium berikutnya, batuknya semakin menjadi, hidungnya kotor dan

berlendir, serta berkerak karena nanah. Berat badannya menyusut drastis.

Selaput putih mata menjadi merah

Selain batuknya semakin menjadi, pernapasannya menjadi cepat sekali karena

mungkin menderita radang paru. Kemudian, selaput putih pada matanya menjadi

merah.

Suhu mendadak naik

Suhu badan anjing penderita distemper berubah-ubah. Setelah beberapa saat

turun, tiba-tiba naik lagi dan bahkan melebihi 40 ºC, serta bisa terkena radang

otak. Lama-kelamaan akan lumpuh dan kejang-kejang karena sarafnya terganggu.

3. Rabies

Rabies adalah jenis penyakit pada anjing yang paling banyak dikenal masyarakat.

Penyakit ini juga sering disebut dengan anjing gila karena menyerang sistem syaraf,

sehingga anjing kehilangan kendali perilakunya. Rabies termasuk penyakit hewan

yang ditakuti karena bersifat zoonosis atau bisa menular ke manusia.

Gejala awal penyakit yang disebabkan oleh virus dari kelompok Rabdovirus ini

adalah anjing kehilangan nafsu makan, gelisah, menyendiri, dan agresif. Selanjutnya

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 4

2

Page 44: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

anjing cenderung menggigit benda-benda yang tidak basa seperti rumput, tanah, dan

batu. Pada tahap berikutnya, anjing penderita rabies selalu mencari tempat-tempat

yang gelap untuk berlindung, manik mata membesar, dan pandangannya kosong.

Anjing penderita rabies tidak lagi mengenali tuannya.

Virus rabies bersarang di kelnjar ludah, pankreas, dan jaringan syaraf. Karenanya,

penularan baik pada anjing lain maupun pada manusia bisa melalui gigitan dari anjing

penderita rabies. Masa inkubasi berlangsung 3-8 minggu, tergantung pada kecepatan

virus menjalar ke sistem syaraf. Mengurangi resiko penularan melalui gigitan bisa

dilakukan dengan segera membersihkan luka bekas gigitan anjing gila menggunakan

air bersih, selanjutnya membersihkan ulang menggunakan alkohol 70% dan akhirnya

membawanya ke dokter.

Rabies adalah penyakit anjing yang tidak bisa diobati. Karenanya, anjing

penderita rabies sebaiknya segera di musnahkan sebelum menulari anjing lain dan

manjadi ancaman bagi manusia. Upaya pencegahan melalui vaksinasi rabies harus

dilakukan agar anjing memiliki kekebalan terhadap penyakit berbahaya ini.

4. Leptosprirosis

Penyakit yang dikenal dengan istilah demam tikus ini disebabkan bakteri dari

ordo Spirochaetales. Penyakit ini bisa menular ke manusia. Penularan terjadi karena

anjing suka menjilati air dan kotoran anjing lain yang terkontaminasi.

Gejala yang tampak sering dihubungkan dengan adanya kerusakan darah,

penyakit hati, dan ginjal. Gejala tersebut antara lain demam tinggi, anjing mengalami

kejang, rasa nyeri perut, muntah-muntah, dan mencret serta rahang, gigi, dan mulut

tampak kekuningan.

Untuk pencegahan, lakukan vaksinasi secara teratur. Menjaga tempat pakan agar

tetap bersih. Jangan sekali-kali membiarkan atau meninggalkan anjing setelah selesai

makan. Wadah pakan segera diambil, bila tidak bisa dikerubungi lalat atau dikencingi

kecoa, tikus atau binatang lain.

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 4

3

Page 45: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

5. Canine Hepatitis (Radang Hati)

Pemicu penyakit radang hati adalah virus golongan Adenovirus tipe 1 dan 2. virus

ini menyerang anjing segala umur. Sumber penularan virus yaitu air kencing, kotoran,

darah dan air liur penderita.

Anjing yang sakit mengalami demam tinggi, terlihat gelisah, depresi, kehilangan

nafsu makan, lesu, muntah, radang tenggorokan dan nyeri lambung akut. Gejala lain

yang muncul kornea mata memutih, keluar suatu lapisan dari selaput mata dan mulut,

serta kulit berwarna kekuningan.

Lakukan vaksinasi hepatitis secara rutin tiap tahun. Untuk mencegah agar tidak

terjadi penularan lebih luas, sebaiknya dua minggu setelah penderita hepatitis

disingkirkan, anjing lain baru diijinkan kembali ke lingkungan asal. Tentunya lakukan

vaksin hepatitis pada anjing sehat terlebih dahulu. Pengobatan diarahkan pada

penanggulangan dehidrasi, pencegahan komplikasi, serta memperkuat daya tahan dan

kondisi umum.

2.5 Penatalaksanaan Vaksinasi/Imunisasi

Tujuan imunisasi adalah mempertinggi daya tahan tubuh agar anak Anda tidak terkena

penyakit infeksi. Meskipun penyakitnya  sudah tidak ada, imunisasi tetap diperlukan untuk

berjaga-jaga kalau penyakit tersebut muncul kembali.

Sebagian besar imunisasi diberikan ketika anak berumur 4 bulan. Anda akan mendapat

kartu yang berisi jadwal imunisasi dan kapan seharusnya imunisasi diberikan. Jangan lupa

mencatat tanggal dan jenis vaksinasi yang telah diberikan untuk membantu dokter

menentukan apakah anak Anda perlu mendapat vaksinasi tertentu.

Umumnya dokter juga akan menanyakan riwayat kesehatan keluarga untuk menentukan

apakah anak Anda perlu mendapatkan vaksinasi jenis tertentu. Misalnya, bila di keluarga

Anda ada yang menderita TBC, anak Anda harus mendapat suntikan BCG pada sekitar usia 1

tahun.

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 4

4

Page 46: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

Tabel berikut adalah jenis imunisasi yang dianjurkan pada masa kanak-kanak serta tabel penyakit infeksi

yang paling sering terjadi pada anak-anak.

Penyakit Waktu Reaksi Perlindungan

Imunisasi DPT,

difteri, batuk rejan

(partusis), tetanus

Suntikan pada umur 2, 4,

6, 18 bulan. Dan diulang

pada 4-5 tahun

Anak bisa

demam, tempat

suntikan terasa

sakit.

Tetanus harus diulang

setiap 5 tahun supaya

terhindar dari tetanus

Polio Vaksin diminum pada

usia 0, 2, 3, 4, 6, 18 bulan

dan ulangi pada umur 5

tahun

Tidak ada Harus diulang agar

selalu terlindung

Campak Suntikan pada usia 9

bulan dan diulang pada

usia 6 tahun

Demam dan

timbul bercak-

bercak

Tidak diketahui berapa

lama sejak vaksinasi

terakhir

Tuberkolosa (BCG) Suntikan pada usia 0-3

bulan dan diulang pada

usia 10-13 tahun, kalau

dianggap perlu.

Sakit dan kaku

di tempat

suntikan

Seumur hidup

Rubella Suntikan untuk anak

perempuan usia 10-14

tahun

Mungkin nyeri

sendi

Tidak diketahui berapa

lama sejak vaksinasi

terakhir

Keterangan jadwal imunisasi berdasarkan usia pemberian, sesuai IDAI, periode 2004.

Umur Vaksin Keterangan

Saaat

lahir

Hepatitis

B-1

HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan

pada umur 1 dan 6 bulan

  Polio-0 Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di

RB/RS, polio diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari

transmisi virus vaksin terhadap bayi lain)

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Page 47: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

1 bulan Hepatitis

B-2

Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan

0-2

bulan

BCG BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan diberikan pada >3

bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu dan BCG

diberikan apabila hasilnya negatif.

2 bulan DTP-1

Hib-1

Polio-1

Diberikan pada umur lebih dari 6 minggu

Diberikan mulai umur 2 bulan

Dapat diberikan bersama DTP-1

4 bulan DTP-2

Hib-2

Polio-2

Diberikan secara terpisah

Hib-2 dapat dikombinasikan dengan Hib-2

Diberikan bersama dengan DPT-2

6 bulan DTP 3

Hib-3

Polio 3

Dapat dikombinasikan dengan Hib-3

Diberikan bersama DTP-3

9 bulan Campak-

1

Campak 1 diberikan pada umur 9 bulan, apabila telah mendapat MMR

pada usia 15 bulan, Campak 2 tidak perlu diberikan.

15 -18

bulan

MMR

 

Hib-4

Apabila sampai usia 12 bulan belum mendapat imunisasi cacar

 

18

bulan

DTP-4

Polio-4

Diberikan satu tahun setelah DTP-3

Diberikan bersamaan dengan DTP-4

2 tahun Hepatitis

A

Direkomendasikan pada umur >2 tahun, diberikan 2 kali dengan

interval 6-12 bulan

2-3

tahun

Tifoid Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan untuk umur >2

tahun, perlu diulang setiap 3 tahun.

5 tahun DTP-5

Polio-5

Diberikan pada umur 5 tahun

Diberikan bersama DTP-5

6 tahun MMR Diberikan untuk catch up immunization pada anak yang belum

mendapat MMR-1

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

46

45

Page 48: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

10

tahun

dT/TT

 

Varisela

Menjelang pubertas vaksin tetanus ke-5 diberikan untuk imunitas

selama 25 tahun.

Diberikan pada umur 10 tahun

Jadwal Imunisasi

Temukan bagaimana cara vaksin bekerja untuk merangsang sistem kekebalan tubuh

dan memerangi penyakit infeksi. Pahami perbedaan antara kekebalan alami dengan

kekebalan karena vaksin, dan belajar lebih jauh tentang tipe dari vaksin.

Bakteri, virus dan kuman penyakit mengancam tubuh setiap harinya. Tetapi bila

penyakit yang disebabkan mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh, maka tubuh kita

akan membentuk suatu sistem kekebalan, membuat protein yang disebut antibodi untuik

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 4

7

Page 49: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

melawan mikroorganisme tersebut. Tujuan dari sistem kekebalan tubuh adalah mencegah

penyakit dengan menghancurkan serbuan dari luar atau membuatnya menjadi tidak

berbahaya.

Vaksin merangsang sistem kekebalan tubuh. Untuk memahami bagaimana vaksin

bekerja, maka perlu diketahui juga bagaimana tubuh kita mendapatkan kekebalan.

Memahami Kekebalan Tubuh

Tubuh kita bisa kebal terhadap bakteri, virus dan kuman dengan dua cara:

Dengan mendapat penyakit (kekebalan alami).

Dengan vaksin (kekebalan yang disebabkan oleh vaksin).

Baik itu kekebalan alami atau dari vaksinasi, sekali anda mendapat kekebalan terhadap

penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme, anda akan lebih terlindungi dari penyakit

tersebut.

Kekebalan Alami

Kekebalan alami berkembang setelah terekspos oleh organisme tertentu. Sistem

kekebalan anda akan bekerja sebagai pertahanan terhadap penyakit yang sama dari virus

atau bakteri tertentu.

Paparan terhadap penyerbu ini akan merangsang pembentukan sel darah putih tertentu

dalam tubuh yang disebut sel B. Sel B memproduksi plasma sel, yang kemudian

memproduksi antibodi yang didesain spesifik untuk melawan kuman. Antibodi ini

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 4

8

Page 50: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

disirkulasi ke cairan tubuh. Bila ada kuman yang sama masuk dalam tubuh di lain waktu,

antibodi itu akan mengenali dan akan menghancurkannya. Sekali tubuh kita memproduksi

antibodi tertentu, maka antibodi tersebut akan diproduksi bila diperlukan.

Disamping kerja B sel, sel darah putih lain singgah macrophages menghadapi dan

memusnahkan penyerbu asing. Jika tubuh bertemu dengan kuman yang belum pernah

terekspos sebelumnya, informasi mengenai kuman disampaikan ke sel darah putih yang

disebut sel T pembantu. Sel ini membantu produksi sel yang berjuang melawan infeksi lain.

Satu kali terekspos oleh virus atau bakteri tertentu, waktu berikutnya terekspos, antibodi

dan sel T akan bekerja. Mereka dengan segera bereaksi terhadap organisme, menyerangnya

sebelum penyakit berkembang.

Sistem kekebalan bisa mengenali dan secara efektif bertempur melawan organisme

yang berbeda.

Kekebalan karena Vaksin

Selama vaksinasi, vaksin yang mengandung virus, bakteri atau organisme lain yang telah

mati atau dilemahkan disuntikkan ke dalam tubuh (kiri). Vaksin kemudian merangsang

sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi untuk melawan organisme tersebut

(tengah). Lain waktu saat organisme tersebut kembali menyerang tubuh, antibodi dari

sistem kekebalan akan menyerang dan akan menghentikan infeksi (kanan).

Hasil kekebalan yang disebabkan oleh vaksin didapat setelah menerima vaksin. Vaksin

memicu kemampuan sistem kekebalan berjuang melawan infeksi dengan tanpa kontak

langsung dengan kuman yang menghasilkan penyakit. Vaksin berisi kuman yang telah

dimatikan atau dilemahkan atau derivatifnya. Kalau diberikan kepada orang sehat, vaksin KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 4

9

Page 51: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

memicu respon kekebalan tubuh. Vaksin memaksa tubuh berpikir bahwa sedang diserang

oleh organisme spesifik, dan sistem kekebalan bekerja untuk memusnahkan penyerbu dan

mencegahnya menginfeksi lagi.

Jika terekspos terhadap penyakit saat telah divaksin, kuman yang menyerbu akan

menghadapi antibodi. Kekebalan anda berkembang mengikuti vaksinasi mirip kekebalan

yang diperoleh dari infeksi alami.

Beberapa dosis vaksin mungkin diperlukan untuk jawaban kebal yang penuh.

Beberapa orang gagal mendapatkan kekebalan penuh saat dosis pertama vaksin tetapi

memberi hasil pada dosis lanjutan. Sebagai tambahan, kekebalan yang didapatkan dari

beberapa vaksin, seperti tetanus dan pertussis, tidak untuk seumur hidup. Karena respon

kekebalan mungkin berkurang dengan berjalannya waktu, mungkin perlu dosis vaksin

tambahan untuk memulihkan atau menambah kekebalan.

Tipe-tipe Vaksin

Vaksin disiapkan dengan beberapa cara yang berbeda. Untuk tiap tipe, tujuannya

adalah sama, yaitu merangsang sistem kekebalan tanpa menyebabkan penyakit.

Vaksin dilemahkan. Beberapa vaksin, seperti campak, cacar dan cacar air (variscella),

menggunakan virus hidup yang telah dilemahkan. Vaksin tipe ini menghasilkan

respon antibodi yang kuat, seringkali hanya perlu satu kali pemakaian diperlukan

untuk kekebalan seumur hidup.

Vaksin inaktifasi. Vaksin lain dibuat dengan cara menggunakan bakteri atau virus

yang sudah di inaktifasi. Vaksin polio dibuat dengan cara ini. Vaksin ini umumnya

lebih aman dari vaksin hidup karena organisme penyebab penyakit tidak dapat

bermutasi kembali menyebabkan penyakit setelah organisme tersebut dimatikan.

Vaksin toksoid. Beberapa tipe bakteria menyebabkan penyakit dengan memproduksi

toksin yang menyerang pembuluh darah. Vaksin toksoid, seperti pada difteri dan

tetanus,

Vaksin aselular dan subunit. Vaksin aselular dan subunit dibuat dengan

menggunakan bagian-bagian dari virus atau bakteri. Vaksin hepatitis dan

Haemophilus influenzae tipe b dibuat dengan cara ini.

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

50

Page 52: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

Saat ini, vaksin untuk hampir dua lusin penyakit berbeda diizinkan untuk penggunaan

di Amerika. Ada 12 vaksin yang direkomendasikan untuk anak berumur dibawah 2 tahun.

Menurut Pusat untuk Kontrol Penyakit dan Pencegahan, usaha imunisasi yang tersebar

luas sudah merendahkan laju timbulnya beberapa penyakit gawat, termasuk diphtheria,

tetanus, campak dan polio sebanyak lebih dari 95 persen sejak awal abad ke-20.

Kekebalan buatan atau kekebalan alami: mana yang lebih baik?

Penyakit yang dapat membunuh atau menyebabkan cacat permanen sebaliknya dapat

dicegah dengan vaksin, seperti kelumpuhan pada polio, kerusakan pendengaran pada

radang selaput otak, kerusakan hati pada hepatitis B, atau kerusakan otak (radang otak)

pada campak. Kekebalan dari perlindungan vaksin menawarkan perlindungan yang mirip

dengan bila diperoleh dari infeksi alami. Pada saat yang bersamaan, vaksin jarang

menyebabkan individu dalam resiko keadaan komplikasi serius akibat infeksi.

Beberapa orang percaya bahwa banyak yang terjangkit saat mewabahnya suatu

penyakit adalah sebenarnya yang dulunya divaksinasi. Dan ada yang bilang bahwa

kekebalan dari vaksin tidak efektif. Benar bahwa vaksin tidak 100 persen melindungi.

Kebanyakan vaksin yang disuntikkan saat masa kecil efektif bagi 85% hingga 95% dari

penerima. Selama mewabahnya suatu penyakit, sejumlah orang yang pernah divaksinasi

memang akan ketularan penyakit. Tetapi, biasanya orang yang telah divaksinasi biasanya

sakitnya lebih tidak parah, sedangkan yang tidak divaksinasi lebih dalam bahaya besar.

2.6 Efek Sampimg Vaksinasi/Imunisasi

2.6.1 Efek Samping Vaksinasi

Vaksin, seperti obat apapun, mampu menyebabkan masalah serius, seperti reaksi

alergi parah. Risiko vaksin MMR menyebabkan luka serius, atau kematian, sangat kecil.

Mendapatkan vaksin MMR jauh lebih aman daripada mendapatkan salah satu dari ketiga

penyakit. Kebanyakan orang yang mendapatkan vaksin MMR tidak memiliki masalah

dengan hal itu.

Masalah ringan

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

51

Page 53: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

Demam (sampai dengan 1 orang dari 6)

Ruam ringan (sekitar 1 orang dari 20)

Pembengkakan kelenjar di pipi atau leher (jarang) Jika masalah ini terjadi, biasanya

dalam waktu 7-12 hari setelah tembakan.

Mereka terjadi lebih sering setelah dosis kedua.

Masalah Moderat

Kejang (menyentak atau menatap) yang disebabkan oleh demam (sekitar 1 dari 3.000

dosis)

Sementara rasa sakit dan kekakuan pada sendi, terutama pada wanita remaja atau

dewasa (sampai dengan 1 dari 4)

Sementara jumlah trombosit yang rendah, yang dapat menyebabkan gangguan

perdarahan (sekitar 1 dari 30.000 dosis)

Masalah yang parah (Sangat Langka)

Reaksi alergi yang serius (kurang dari 1 dari satu juta dosis)

Beberapa masalah berat lainnya telah diketahui terjadi setelah anak mendapat vaksin

MMR. Tapi ini sangat jarang terjadi, para ahli tidak bisa memastikan apakah mereka

disebabkan oleh vaksin atau tidak. Ini termasuk:

Keadaan tuli

Jangka panjang kejang, koma, atau menurunkan kesadaran

Tetap kerusakan otak

Ada banyak vaksinasi diperlukan untuk bayi dan tiap vaksin memiliki efek samping.

Tidak semua bayi akan mengalami efek samping sementara akan beberapa. Berikut ini

adalah beberapa efek samping bayi Anda mungkin pengalaman dari berbagai vaksin:

1. Hepatitis B

Hepatitis B diberikan kepada bayi dan efek samping yang serius sangat jarang. Efek

samping yang lebih umum adalah kelembutan atau kemerahan di tempat suntikan dan

demam. Jika anak Anda saat ini sedang sakit maka imunisasi harus ditunda. Jika anak

Anda mengalami reaksi alergi pada vaksinasi hepatitis B sebelumnya maka seri

tambahan harus dihindari.

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

52

Page 54: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

2. Vaksin Pneumokokus PCV

Vaksin ini melindungi terhadap bakteri meningitis, pneumonia, dan infeksi darah.

Efek samping mungkin termasuk demam rendah, bengkak atau nyeri di tempat

suntikan, atau bahkan kemerahan. Sebelumnya reaksi terhadap vaksin harus

menghentikan waran seri ini vaksinasi tertentu. Efek samping dari vaksin ini meliputi

kelelahan, mudah tersinggung, demam, kehilangan nafsu makan, bengkak di tempat

suntikan bersama dengan kemerahan dan kelembutan. Beberapa anak, dalam kasus

yang jarang terjadi, mungkin mengalami kejang. Sebagian besar anak tidak memiliki

efek samping, tetapi ada risiko komplikasi kecil.

3. Hib

Vaksin Hib adalah untuk Haemophilus influenza. Bakteri ini menyebabkan

meningitis pada anak-anak dan vaksin Hib membantu mencegah itu. Kemungkinan

efek samping termasuk nyeri, pembengkakan dan / atau kemerahan di tempat

suntikan.

4. IPV

Vaksin polio IPV perkelahian, yang dapat menyebabkan kelumpuhan. Risiko dari

vaksin polio termasuk kemerahan atau rasa sakit di tempat injeksi. Efek lainnya

termasuk demam. Anak-anak yang seharusnya tidak vaksin ini termasuk anak-anak

dengan alergi terhadap polimiksin, neomisin, atau streptomisin.

5. Flu Shot

Tembakan Flu, juga disebut ditembak influenza, diberikan untuk melindungi terhadap

infeksi virus ini. Efek samping dari tembakan ini termasuk pembengkakan, rasa sakit

atau kemerahan di tempat injeksi. Beberapa individu mungkin memiliki nyeri tubuh

dan demam rendah. Vaksin semprot hidung dapat menyebabkan gejala flu ringan

karena terbuat dari virus hidup. Sangat jarang pengalaman siapa pun reaksi parah

pada vaksinasi flu.

2.6.2 Efek Samping Imunisasi

a) BCG

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

53

Page 55: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

1. Reaksi norma,, Bakteri BCG ditubuh bekerja dengan sangat lambat. Setelah 2

minggu akan terjadi pembengkakan kecil merah di tempat penyuntikan dengan

garis tengah 10 mm. Setelah 2 – 3 minggu kemudian, pembengkakan menjadi

abses kecil yang kemudian menjadi luka dengan garis tengah 10 mm, jangan

berikan obat apapun pada luka dan biarkan terbuka atau bila akan ditutup gunakan

kasa kering. Luka tersebut akan sembuh dan meninggalkan jaringan parut tengah

3-7 mm.

2. Reaksi berat, Kadang terjadi peradangan  setempat yang agak berat atau abses

yang lebih dalam, kadang juga terjadi pembengkakan di kelenjar limfe pada

leher / ketiak, hal ini disebabkan kesalahan penyuntikan yang terlalu dalam dan

dosis yang terlalu tinggi.

3. Reaksi yang lebih cepat, Jika anak sudah mempunyai kekebalan terhadap TBC,

proses pembengkakan mungkin terjadi lebih cepat dari 2 minggu, ini berarti anak

tersebut sudah mendapat imunisasi BCG atau kemungkinan anak tersebut telah

terinfeksi BCG.

b) DPT

1. Panas, Kebanyakan anak akan menderita panas pada sore hari setelah mendapat

imunisasi DPT, tapi panas ini akan sembuh dalam 1 – 2 hari. Anjurkan agar

jangan dibungkus dengan baju tebal dan dimandikan dengan cara melap dengan

air yang dicelupkan ke air hangat.

2. Rasa sakit di daerah suntikan, Sebagian anak merasa nyeri, sakit, kemerahan,

bengkak.

3. Peradangan, Bila pembengkakan terjadi seminggu atau lebih, maka hal ini

mungkin disebabkan peradangan, mungkin disebabkan oleh jarum suntik yang

tidak steril karena:

Telah tersentuh,

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

54

Page 56: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

Sebelum dipakai menyuntik jarum diletakkan diatas tempat yang tidak steril,

Sterilisasi kurang lama,

Pencemaran oleh kuman.

4. Kejang-kejang, Reaksi yang jarang terjadi sebaliknya diketahui petugas, reaksi

disebabkan oleh komponen dari vaksin DPT.

c) Polio

Bila anak sedang diare ada kemungkinan vaksin tidak bekerja dengan baik karena

ada gangguan penyerapan vaksin oleh usus akibat diare berat.

d) Hepatitis D

Efek samping: tidak ada

e) Campak

Efek samping vaksin campak  : panas dan kemerahan. Anak-anak mungkin panas

selama 1 – 3 hari setelah 1 minggu penyuntikan, kadang disertai kemerahan seperti

penderita campak ringan.

BAB III

PENUTUP

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

55

Page 57: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

3.1 Kesimpulan

A. Definisi Vaksinasi/Imunisasi

Vaksin secara arti berasal dari bahasa latin ’vacca = melemahkan’. Definisi

lengkapnya kurang lebih adalah suatu kuman (bakteri/virus) yang sudah dilemahkan

yang kemudian dimasukkan ke dalam tubuh seseorang untuk membentuk kekebalan

tubuh (imunitas) secara aktif. Serta Vaksin adalah suatu bahan yang berusaha

melindungi orang terhadap penyakit.

Imunisasi adalah salah satu cara untuk menangkal penyakit-penyakit berat yang

terkadang belum ada obat untuk menyembuhkannya. Imunisasi umumnya diberikan

kepada anak-anak balita (usia di bawah lima tahun).

B. Fungsi, Tujuan dan Manfaat Vaksinasi/Imunisasi

Fungsi Vaksinasi/Imunisasi

Fungsi utama dari vaksin adalah untuk pencegahan terhadap suatu penyakit yang

diakibatkan oleh kuman. Sedangkan Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada

anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa,

sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya.

Tujuan Imunisasi

Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi

angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa

menyebabkan kematian pada penderitanya.

Manfaat Imunisasi

Manfaat untuk anak, dan manfaat untuk keluarga, serta manfaat untuk Negara

C. Jenis-jenis Vaksinasi/Imunisasi

Vaksinasi

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

56

Page 58: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

Beberapa jenis vaksin dibedakan berdasarkan proses produksinya antara lain Vaksin

Hidup, Vaksin mati (Killed vaccine / Inactivated vaccine), Rekombinan, Toksoid,

serta Vaksin Plasma DNA (Plasmid DNA Vaccines) sedangkan Macam vaksinasi

pada balita adalah BCG (Bacille Calmette Guerin), Polio, dan Hepatitis B serta

Vaksinasi Campak.

Imunisasi

Jenis-jenis Imunisasi Kekebalan Tubuh yaitu Imunisasi Aktif dan Imunisasi Pasif

sedangkan Berikut di bawah ini adalah merupakan beberapa jenis-jenis atau macam-

macam imunisasi bagi anak: Imunisasi BCG, Imunisasi Hepatitis B, Imunisasi Polio,

Imunisasi DPT, Imunisasi Campak, Imunisasi HIB, Imunisasi varisella, Imunisasi

HBV, Imunisasi Pneumokokus Konjugata, Imunisasi MMR, Imunisasi Typhus,

Imunisasi Hepatitis A, Imunisasi TT, Imunisasi IPD.

D. Penyakit-penyakit yang Dapat Dicegah dengan Vaksinasi/Imunisasi

Vaksinasi

Vaksin itu antara lain untuk penyakit adalah Tetanus, Meningitis meningokokus

(Meningokok), Tifoid, Campak (Measle), Parotitis (Mumps), Rubella (Campak

Jerman), Yellow Fever (Demam Kuning), Hepatitis B, Japanese B encephalitis,

Rabies, Influenza.

Imunisasi

Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi adalah Parvovirus,

Distemper, Rabies, Leptosprirosis, Canine Hepatitis (Radang Hati).

E. Penatalaksanaan Vaksinasi/Imunisasi

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

57

Page 59: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

Tujuan imunisasi adalah mempertinggi daya tahan tubuh agar anak Anda tidak terkena

penyakit infeksi. Meskipun penyakitnya  sudah tidak ada, imunisasi tetap diperlukan

untuk berjaga-jaga kalau penyakit tersebut muncul kembali. Sebagian besar imunisasi

diberikan ketika anak berumur 4 bulan. Anda akan mendapat kartu yang berisi jadwal

imunisasi dan kapan seharusnya imunisasi diberikan. Jangan lupa mencatat tanggal dan

jenis vaksinasi yang telah diberikan untuk membantu dokter menentukan apakah anak

Anda perlu mendapat vaksinasi tertentu. Umumnya dokter juga akan menanyakan

riwayat kesehatan keluarga untuk menentukan apakah anak Anda perlu mendapatkan

vaksinasi jenis tertentu. Misalnya, bila di keluarga Anda ada yang menderita TBC, anak

Anda harus mendapat suntikan BCG pada sekitar usia 1 tahun.

F. Efek Sampimg Vaksinasi/Imunisasi

Efek Samping Vaksinasi

Vaksin, seperti obat apapun, mampu menyebabkan masalah serius, seperti reaksi

alergi parah. Risiko vaksin MMR menyebabkan luka serius, atau kematian, sangat

kecil. Sedangkan Berikut ini adalah beberapa efek samping bayi Anda mungkin

pengalaman dari berbagai vaksin:

Hepatitis B, Efek samping yang lebih umum adalah kelembutan atau kemerahan

di tempat suntikan dan demam.

Vaksin Pneumokokus PCV, Efek samping mungkin termasuk demam rendah,

bengkak atau nyeri di tempat suntikan, atau bahkan kemerahan. Sebelumnya

reaksi terhadap vaksin harus

Hib, Kemungkinan efek samping termasuk nyeri, pembengkakan dan / atau

kemerahan di tempat suntikan.

IPV, Risiko dari vaksin polio termasuk kemerahan atau rasa sakit di tempat

injeksi. Efek lainnya termasuk demam.

Flu Shot, Efek samping dari tembakan ini termasuk pembengkakan, rasa sakit

atau kemerahan di tempat injeksi.

Efek Samping Imunisasi

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

58

Page 60: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

BCG yang terjadi adalah Reaksi normal, Reaksi berat, serta Reaksi yang lebih

cepat,

DPT yang terjadi Panas, Rasa sakit di daerah suntikan, Peradangan, Kejang-

kejang.

Polio, Bila anak sedang diare ada kemungkinan vaksin tidak bekerja dengan baik

karena ada gangguan penyerapan vaksin oleh usus akibat diare berat.

Hepatitis D, Efek samping: tidak ada

Campak, Efek samping vaksin campak  : panas dan kemerahan.

DAFTAR PUSTAKA

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

59

Page 61: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

Mitchell, Deborah. 2003. Orang Tua Harus Tahu Tentang Vaksinasi Anak. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Sutedjo, AY. 2008. Mengenal Obat-obatan Secara Mudah dan Aplikasinya dalam Perawatan. Amara Books : Yogyakarta.

http://astaqauliyah.com/2008/08/imunisasi-pengertian-jenis-dan-ruang-lingkup/diakses 15/11/2010

http://mypijar.blogspot.com/2005_04_01_archive.html diakses 15/11/2010

http://reksamedja.blogspot.com/2010/06/definisi-vaksinjenis-dan-penyakit-yang.html diakses 15/11/2010

http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-imunisasi-tujuan-manfaat-cara-dan-jenis-imunisasi-pada-manusia diakses 15/11/2010

http://mypijar.blogspot.com/2005/04/imunisasi.html diakses 15/11/2010

http://organisasi.org/jenis_dan_macam_macam_imunisasi_kekebalan_tubuh_anti_bodi_ilmu_sains_biologi diakses 15/11/2010

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/08_152_PerlukahImunisasiDewasa.pdf/08_152_PerlukahImunisasiDewasa.html diakses 15/11/2010

http://biohealth.wordpress.com/2008/09/01/jenis-vaksin-dan-serum/ diakses 15/11/2010

LAMPIRAN

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

60

Page 62: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

1. Nurfaizin Yunus NIM F1D2 09 121

2. Dini Apriany NIM F1D2 09 077

3. Fauzia Zahra Fahrunnisa NIM F1D2 09 011

4. Waode Sartini NIM F1D2 09 049

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

61

Page 63: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

5. Muhamad Syarifuddin NIM F1D2 09 103

6. Ermawati Rahim NIM F1D2 09 027

7. Ahmad Faizal Saytno NIM F1D2 09 037

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

62

Page 64: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

8. Nur Alam NIM F1D2 09 093

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

63

Page 65: Bab i, Bab II, Bab III

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT“VAKSINASI/IMUNISASI”

KELOMPOK V (LIMA) ILMU KESEHATAN MASYARAKAT