bab i, ii. iii

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malnutrisi merupakan masalah yang menjadi perhatian internasional serta memiliki berbagai sebab yang saling berkaitan. Penyebab malnutrisi menurut kerangka konseptual UNICEF dapat dibedakan menjadi penyebab langsung (immediate cause), penyebab tidak langsung (underlying cause) dan penyebab dasar (basic cause). Di Indonesia, penderita Malnutrisi terdapat di kalangan ibu dan masyarakat yang kurang mampu ekonominya. Kondisi anak dengan gejala Malnutrisi dianggap kondisi “biasa” dan dianggap sepele oleh orang tuanya. Masyarakat di Indonesia, para ibunya berpendapat bahwa anak yang buncit perutnya bukan kekurngan nutrisi, melainkan karena penyakit cacingan. Kematian akibat Malnutrisi dapat disebabkan oleh kurangnya asupan makanan yang mengakibatkan kurangnya jumlah makanan yang diberikan, kurangnya kualitas makanan yang diberikan dan cara pemberian makanan yang salah. Selain itu juga karena adanya penyakit, terutama penyakit infeksi, mempengaruhi jumlah asupan makanan dan penggunaan nutrien oleh tubuh. . 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada makalah ini adalah hal-hal apa saja yang berkaitan dengan asuhan keperawatan malnutrisi. 1

Upload: tiya-m-khusna

Post on 29-Dec-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BBBB

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I, II. III

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Malnutrisi merupakan masalah yang menjadi perhatian internasional serta memiliki

berbagai sebab yang saling berkaitan. Penyebab malnutrisi menurut kerangka konseptual

UNICEF dapat dibedakan menjadi penyebab langsung (immediate cause), penyebab tidak

langsung (underlying cause) dan penyebab dasar (basic cause).

Di Indonesia, penderita Malnutrisi terdapat di kalangan ibu dan masyarakat yang kurang

mampu ekonominya. Kondisi anak dengan gejala Malnutrisi dianggap kondisi “biasa” dan

dianggap sepele oleh orang tuanya. Masyarakat di Indonesia, para ibunya berpendapat bahwa

anak yang buncit perutnya bukan kekurngan nutrisi, melainkan karena penyakit cacingan.  

Kematian akibat Malnutrisi dapat disebabkan oleh kurangnya asupan makanan  yang

mengakibatkan kurangnya jumlah makanan yang diberikan, kurangnya kualitas makanan yang

diberikan dan cara pemberian makanan yang salah. Selain itu juga karena adanya penyakit,

terutama penyakit infeksi, mempengaruhi jumlah asupan makanan dan penggunaan nutrien oleh

tubuh.

.

1.2  Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah hal-hal apa saja yang berkaitan dengan asuhan

keperawatan malnutrisi.

1.3  Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk memenuhi tugas Sistem Pencernaan yang berupa makalah tentang Malnutrisi.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui definisi, etiologi, manifestasi klinis dari Malnutrisi.

2. Untuk mengetahui patofisiologi, Pathway, penatalaksanaan dari Malnutrisi

3. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik, klasifikasi, dan komplikasi dari

Malnutrisi

1

Page 2: BAB I, II. III

1.4 Metode Penulisan

Adapun metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah dengan

menggunakan metode kepustakaan yaitu dengan mencari sumber dari berbagai literature baik

itu buku maupun dari berbagai media elektronik.

1.5 Insidensi

Program Lembaga Pangan Dunia (WFP) dalam penelitannya pada awal tahun 2008

menyebutkan jumlah penderita gizi buruk dan rawan pangan di Indonesia mencapai angka 13

juta. Meski data pemerintah yang disampaikan oleh Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari

secara resmi menyebutkan penderita gizi buruk hingga tahun 2007 mencapai angka 4,1 juta,

atau naik tiga kali lipat dibanding jumlah penderita yang sama di tahun 2005 yakni 1,67 juta

jiwa.

Tentunya, angka ini sangat mencengangkan dunia internasional, kenyataan ini membuat

salah satu produsen makanan ringan terkemuka di Indonesia menggalang aksi kepedulian

dengan mencantumkan data ini dalam kemasan produknya sehingga diharapkan masyarakat

berempati dan kemudian mendonasikan sebagian uangnya untuk penanggulangan gizi buruk.

Hingga akhir April 2008, sejumlah bencana masih melanda berbagai daerah, musim

penghujan belum kunjung usai, angin puting beliung, rob, banjir bandang dan longsor yang

melanda Jawa Tengah dan Jawa Timur dan badai elnina yang berefek pada ombak 4-6 meter di

sebagian wilayah laut Indonesia. Musibah ini mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan lahan

pertanian. Lahan pertanian yang sedianya menjadi sumber pangan bagi masyarakat, kondisnya

hancur, gagal panen (puso). Akibatnya masyarakat terancam kekurangan pangan.

2

Page 3: BAB I, II. III

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Malnutrisi

Malnutrisi adalah suatu keadaan di mana tubuh mengalami gangguan terhadap absorbsi,

pencernaan, dan penggunaan zat gizi untuk pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas.

Malnutrisi merupakan kekurangan konsumsi pangan secara relatif  atau absolute untuk

periode tertentu. (Bachyar Bakri, 2002)

Malnutrisi (Gizi salah) adalah kesalahan pangan terutama terletak dalam

ketidakseimbangan komposisi hidangan penyediaan makanan. (Akhmad Djaeni, 2004).

2.2 Etiologi Malnutrisi

2.2.1 Penyebab langsung :

1. Kurangnya asupan makanan: Kurangnya asupan makanan sendiri dapat disebabkan

oleh kurangnya jumlah makanan yang diberikan, kurangnya kualitas makanan yang

diberikan dan cara pemberian makanan yang salah.

2. Adanya penyakit: Terutama penyakit infeksi, mempengaruhi jumlah asupan

makanan dan penggunaan nutrien oleh tubuh.

2.2.2  Penyebab tidak langsung :

1. Kurangnya ketahanan pangan keluarga: Keterbatasan keluarga untuk menghasilkan

atau mendapatkan makanan.

2. Kualitas perawatan ibu dan anak.

3. Buruknya pelayanan kesehatan.

4. Sanitasi lingkungan yang kurang.

2.3 Manifestasi klinis Malnutrisi

            Adapun tanda dan gejala dari malnutrisi adalah sebagai berikut:

1. Kelelahan dan kekurangan energi

2. Pusing

3

Page 4: BAB I, II. III

3. Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk

melawan infeksi)

4. Kulit yang kering dan bersisik

5. Gusi bengkak dan berdarah

6. Gigi yang membusuk

7. Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat

8. Berat badan kurang

9. Pertumbuhan yang lambat

10. Kelemahan pada otot

11. Perut kembung

12. Tulang yang mudah patah

13. Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh

2.4 Patofisiologi Malnutrisi

Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak faktor.

Faktor-faktor ini dapat digolong-kan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh sendiri (host), agent

(kuman penyebab), environment (lingkungan). Memang faktor diet (makanan) memegang

peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan

Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan

hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mem-

pergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk

mempertahankan kehidupan; karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh

sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit,

sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi

setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di

hepar dan di ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah jadi asam lemak, gliserol dan keton

bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau

kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai

memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh. Pada Malnutrisi, di dalam

4

Page 5: BAB I, II. III

tubuh sudah tidak ada lagi cadangan makanan untuk digunakan sebagai sumber energi. Sehingga

tubuh akan mengalami defisiensi nutrisi yang sangat berlebihan dan akan mengakibatkan

kematian.

2.5 Pathway

Dampak gangguan nutrisi

Kelemahan otot dan kelelahan karena energy yang menurun. Lansia dengan gangguan nutrisi

beresiko tinggi untuk terjatuh atau mengalami ketidakmampuan dalam mobilisasi yang

menyebabkan luka tekan atau cedera. Tulang akan mudah rusak dan proses penyembuhan luka

tekan akan berjalan lama serta kondisinya akan memburuk.

Kaum manula yang mendorong kesalahan gizi dapat dibagi menjadi 3 kelompok :

1. Malnutrisi umum

Diet tidak mengandung beberapa nutrient dalam jumlah yang memadai.

Produksi saliva

Proses perubahan pada Lansia

Fungsi ludah

Fungsi kelenjar pencernaan

Intake makanan

Gigi banyak yang lepas/ ompong

2. Defisiensi nutrient tertentu

Terjadi bila suatu makanan atau kelompok makanan tertentu tidak ada dalam diet.

Contoh : defisiensi zat besi pada manula yang keadaan gigi geliginya jelek sehingga

tidak makan daging karena kesulitan mengunyah dan konsumsi vit. C yang rendah

pada manula yang terus menerus dalam jangka waktu yang lama mengalami diet

lambung.

3. Obesitas

Disebabkan oleh kebiasaan makan yang jelek sejak usia muda. Gerakan manula

yang gemuk akan menjadi lebih sulit.

5

Page 6: BAB I, II. III

2.6 Penatalaksanaan Malnutrisi

  2.6.1 Penatalaksanaan Medis

Prinsip pengobatan adalah makanan yang mengandung banyak protein

bernilai tinggi, banyak cairan, cukup vitamin dan mineral, masing-masing dalam

bentuk yang sudah dicerna dan diserap. Karena toleransi makanan masih rendah

pada permulaan, maka makanan jangan diberikan sekaligus banyak, tetapi

dinaikkan bertahap setiap hari. Diperlukan makanan yang mengandung protein

3-4 gram/ kg BB/ hari 150-175 kalori. Antibiotik diberikan jika terdapat infeksi

penyakit penyerta marasmus. Antibiotik efektif harus diberikan parenteral

selama 5-10 hari.

Untuk dehidrasi ringan sampai sedang, cairan diberikan secara oral atau

dengan pipa nasogastrik. Bayi ASI harus disusui sesering ia menghendaki. Untuk

dehidrasi berat, cairan intravena diperlukan. Jika cairan intravena tidak dapat

diberikan, infuse intraosseus (sumsum tulang) atau intaperitoneal 70 ml/ kg

larutan Ringer Laktat setengah kuat dapat menyelamatkan jiwa.

 2.6.2 Penatalaksanaan Keperawatan

Pasien yang menderita defisiensi gizi tidak selalu dirawat di rumah sakit kecuali

yang menderita malnutrisi berat, kwashiorkor/ marasmik kwashiorkor atau

melnutrisi dengan komplikasi penyakit lainnya. Masalah pasien yang perlu

diperhatikan ialah memenuhi kebutuhan gizi, bahaya terjadi komplikasi,

gangguan rasa aman dan nyaman/ psikososial, dan kurangnya pengetahuan orang

tua pasien mengenai makanan anak.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik

Pada data laboratorium penurunan albumin serum merupakan perubahan yang paling

khas. Ketonuria sering ada pada stadium awal kekurangan makan tetapi seringkali menghilang

pada stadium akhir. Harga glukosa darah rendah, tetapi kurva toleransi glukosa dapat bertipe

diabetic. Ekskresi hidroksiprolin urin yang berhubungan dengan kreatinin dapat turun. Angka

asam amino esensial plasma dapat turun relatif terhadap angka asam amino non-esensial, dan

dapat menambah aminoasiduria.

6

Page 7: BAB I, II. III

Defisiensi kalium dan magnesium sering ada. Kadar kolesterol serum rendah, tetapi kadar

ini kembali ke normal sesudah beberapa hari pengobatan. Angka amilase, esterase, kolinesterase,

transaminase, lipase dan alkalin fosfatase serum turun. Ada penurunan aktivitas enzim pancreas

dan santhin oksidase, tetapi angka ini kembali normal segera sesudah mulai pengobatan. Anemia

dapat normositil, mikrositik, atau makrositik. Tanda-tanda defisiensi vitamin dan mineral

biasanya jelas. Pertumbuhan tulang biasanya terlambat. Sekresi hormon pertumbuhan mungkin

bertambah.

Diagnosa banding kehilangan protein adalah infeksi kronik, penyakit yang menyebabkan

kehilangan protein berlebihan melalui urin atau tinja, dan keadaan ketidakmampuan metabolik

untuk mensintesis protein.

2.8 Klasifikasi Malnutrisi

Kurang Energi Protein, secara umum dibedakan menjadi marasmus dan kwashiorkor.

a. Marasmus

Adalah suatu keadaan kekurangan kalori protein berat. Namun, lebih kekurangan kalori

daripada protein. Penyebab marasmus adalah sebagai berikut :

1. Intake kalori yang sedikit.

2. Infeksi yang berat dan lama, terutama infeksi enteral.

3. Kelainan struktur bawaan.

4. Prematuritas dan penyakit pada masa neonates.

5. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup.

6. Gangguan metabolism.

7. Tumor hipotalamus.

8. Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang kurang.

9. Urbanisasi.

b. Kwashiorkor

Adalah suatu keadaan di mana tubuh kekurangan protein dalam jumlah besar. Selain itu,

penderita juga mengalami kekurangan kalori. Penyebabnya adalah :

1. Intake protein yang buruk.

2. Infeksi suatu penyakit.

3. Masalah penyapihan.

7

Page 8: BAB I, II. III

Tabel Klasifikasi IMT Menurut WHO :

Klasifikasi IMT (kg/ m2)

Malnutrisi berat < 16,0

Malnutrisi sedang 16,0 – 16,7

Berat badan kurang/ malnutrisi ringan 17,0 – 18,5

Berat badan normal 18,5 – 22,9

Berat badan kurang ≥ 23

Dengan resiko 23 – 24,9

Obes I 25 – 29,9

Obes II ≥ 30

2.9 Komplikasi Malnutrisi

a. Diabetes mellitus

b. Hipertensi

c. Penyakit jantung

d. Gastritis

e. Ulkus peptikum

8

Page 9: BAB I, II. III

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Keperawatan

Data-data yang perlu dikaji adalah data-data yang didapatkan pada anak berkaitan dengan

malnutrisi (khas), sebagai berikut :

     3.1.1 Analisa :

1. Identitas.

2. Keluhan utama.

3. Riwayat kesehatan sekarang.

4. Riwayat kesehatan yang lalu.

5. Riwayat kesehatan keluarga.

 3.1.2 Pemeriksaan fisik :

1. Pada anak penderita kwashiorkor ditemukan keluhan dan gejala, yaitu :

a) Muka sembab.

b) Letargi.

c) Edema.

d) Warna rambut pirang seperti rambut jagung.

e) Alopesia (botak).

f) Anoreksia (kurang nafsu makan).

g) Anemia (anemis).

h) Apatis.

i) Gagal tumbuh.

j) Pada pemeriksaan antropometri, berat badan dan tinggi badan

mengalami keterlambatan.

k) Jaringan otot mengecil (atrofi).

l) Jaringan subkutan tipis dan lembut.

m) Kulit bersisik.

9

Page 10: BAB I, II. III

2. Pada anak penderita marasmus ditemukan keluhan dan gejala, yaitu :

a) Kurus (perubahan berat badan).

b) Tampak seperti orang tua (old face).

c) Letargi.

d) Ubun-ubun cekung pada bayi.

e) Malaise.

f) Asites.

g) Apatis dan kelaparan.

h) Pada pemeriksaan antropometri status gizi kurang.

i) Turgor kulit rusak.

j) Kulit berkeriput.

k) Jaringan subkutan hilang.

3.1.3 Penunjang diagnosis; pemeriksaan yang sering dilakukan adalah :

1. Pemeriksaan darah, umumnya didapatkan hasil :

a) Hb dan eritrosit menurun.

b) Leukosit normal, menurun, atau meningkat.

c) Kadar albumin rendah.

d) Kadar glukosa darah rendah.

e) Kadar kolesterol serum rendah.

2. Pemeriksaan urin, umumnya didapatkan hasil :

a) Berat jenis urin.

b) pH urin.

c) Ketonuria.

d) Ekskresi hidroksiprolin urin yang berhubungan dengan kreatinin

turun.

3. Pemeriksaan Chest X- Ray : Pembesaran hepar dan lien.

3.2 Diagnosa / Masalah Keperawatan

Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi pada bayi dengan malnutrisi energi protein

(kwashiorkor dan marasmus) antara lain :

10

Page 11: BAB I, II. III

1. Kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan).

2. Kurang volume cairan.

3. Gangguan integritas kulit.

4. Risiko infeksi.

5. Kurang pengetahuan.

3.3 Intervensi / Rencana Tindakan Keperawatan

1. Kurang Nutrisi (Kurang Dari Kebutuhan)

Masalah kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan) pada anak dengan malnutrisi

energi dan protein (kwashiorkor dan marasmus) ini disebabkan nafsu makan

menurun yang juga dikarenakan gangguan pada saluran pencernaan, kurangnya

enzim yang diperlukan dalam pencernaan makanan atau juga adanya atrofi vili usus

sehingga dapat mengganggu proses penyerapan. Tujuan rencana keperawatan yang

dapat dilakukan adalah mengatasi masalah kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan)

agar proses metabolisme dalam tubuh kembali normal.

2. Kurang Volume Cairan

Kekurangan volume cairan pada malnutrisi energi protein dapat disebabkan

karena kemampuan proses penyerapan yang kurang dan berkembang biaknya flora

usus yang selanjutnya menimbulkan diare. Untuk itu, rencana tindakan yang dapat

dilakukan adalah mengatasi kekurangan volume cairan melalui peningkatan hidrasi.

Tanda keberhasilan upaya hidrasi yang ditunjukkan dengan tidak cekungnya daerah

ubun-ubun, turgor kulit normal, membrane mukosa lembap, dan jumlah serta berat

jenis urin kembali normal.

3. Gangguan Integritas Kulit

Terjadinya gangguan integritas kulit disebabkan karena tubuh mengalami

kekurangan zat gizi zeperti kalori dan protein sehingga memudahkan terjadi

kerusakan pada kulit, sangat mudah lecet. Untuk mengatasi masalah tersebut,

integritas kulit perlu ditingkatkan. Peningkatannya dapat ditunjukkan oleh kulit yang

tidak bersisik, tidak kering, dan elastisitasnya normal.

11

Page 12: BAB I, II. III

4. Risiko Infeksi

Risiko infeksi ini kemungkinan dapat ditemukan pada kurang kalori protein

karena penurunan daya tahan tubuh khususnya sistem kekebalan seluler, mengingat

kekurangan zat gizi. Risiko infeksi yang dapat ditimbulkan seperti

bronkopneumonia, dan tuberculosis.

5. Kurang Pengetahuan

Masalah kurang pengetahuan pada anak dengan malnutrisi energi protein ini

banyak dijumpai pada anak dengan keluarga berpendidikan rendah dengan sosial

ekonomi lemah. Hal tersebut dapat juga disebabkan karena minimnya informasi

tentang penyediaan cara pemberian makan pada anak dengan gizi yang seimbang.

Untuk itu, rencana keperawatan yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan

pengetahuan keluarga.

3.4 Implementasi/Tindakan Keperawatan

1. Kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan), tindakan yang dilakukan :

a) lakukan pengaturan makanan dengan berbagai tahap, salah satunya adalah

tahap penyesuaian yang dimulai dari pemberian kalori sebanyak 50 kal/ kg bb/

hari dalam cairan 200 ml/ kg bb/ hari pada kwashiorkor dan 250 ml/ kg bb/

hari pada marasmus.

b) Berikan makanan tinggi kalori (3-4 gram/ kg bb/ hari) dan tinggi protein (160-

175 gram/ kg bb/ hari) pada kekurangan energi dan protein berat, serta berikan

mineral dan vitamin.

c) Pada bayi berat badan kurang dari 7 kg berikan susu rendah laktosa (low

lactose milk-LLM) dengan cara 1/3 LLM ditambah glukosa 10% tiap 100 ml

susu ditambah 5 gram glukolin untuk mencegah hipoglikemia selama 1-3 hari

kemudian, pada hari berikutnya 2/3.

d) Apabila berat badan lebih dari 7 kg maka pemberian makanan dimulai dengan

makanan bentuk cair selama 1-2 hari, lanjutkan bentuk lunak, tim, dan

seterusnya, dan lakukan pemberian kalori mulai dari 50 kal/ kg bb/ hari.

12

Page 13: BAB I, II. III

e) Lakukan evaluasi pola makan, berat badan, tanda perubahan kebutuhan

nutrisi; seperti turgor, nafsu makan, kemampuan absorpsi, bising usus, dan

tanda vital

2. Kurang volume cairan, tindakan yang dilakukan :

a) Berikan cairan tubuh yang cukup melalui rehidrasi jika terjadi dehidrasi.

b) Monitor keseimbangan cairan tubuh dengan mengukur asupan dan keluaran,

dengan cara mengukur berat jenis urin.

c) Pantau terjadinya kelebihan cairan serta perubahan status dehidrasi.

d) Berikan penjelasan terhadap makanan yang dianjurkan untuk membantu

proses penyerapan, seperti tinggi kalori, tinggi protein, mengandung vitamin,

dan mineral.

e) Lihat pengelolaan diare.

3. Gangguan integritas kulit, tindakan yang dilakukan :

a) Pertahankan agar kulit tetap bersih dan kering dengan cara memandikan dua

kali sehari dengan air hangat dan apabila kotor atau basah segera ganti

pakaian. Keringkan daerah basah dengan memberikan bedak (krim kulit).

b) Lakukan pergantian posisi tidur setiap 2-3 jam dengan dan lakukan

pembersihan pada daerah yang tertekan dengan air hangat, jika perlu gunakan

alat matras yang lembut.

c) Berikan suplemen vitamin.

d) Berikan penjelasan untuk menghindari penggunaan sabun yang dapat

mengiritasi kulit.

e) Monitor keutuhan kulit setia 6-8 jam.

4. Risiko infeksi, tindakan yang dilakukan :

a) Gunakan standar kehati-hatian umum (universal precaution) seperti dalam

mencuci tangan, menjaga kebersihan, cara kontak dengan pasien, dan

menghindarkan anak dari penyakit infeksi.

13

Page 14: BAB I, II. III

b) Berikan imunisasi pada anak yang belum diimunisasi sesuai dengan jadwal

imunisasi.

c) Pantau adanya tanda lanjut dari infeksi, seperti mengkaji suhu, nadi, leukosit,

atau tanda infeksi lainnya.

5. Kurang pengetahuan, tindakan yang dilakukan :

a) Ajarkan pada keluarga tentang cara pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan gizi

yang seimbang dengan mendemonstrasikan atau memberikan contoh bahan

makanan, cara memilih dan memasak, serta tunjukkan makanan pengganti

protein hewani apabila dirasakan mahal, seperti tempe, tahu, atau makanan

yang dibuat dari kacang-kacangan.

b) Anjurkan untuk aktif dalam kegiatan posyandu agar pemantauan status gizi

dan pemberian makanan tambahan dapat diatasi.

3.5 Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan tercapai tujuan intervensi dari setiap

diagnosa keperawatan, yaitu sebagai berikut.

1. Masalah kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan) teratasi ditandai dengan proses

metabolisme dalam tubuh kembali normal.

2. Peningkatan hidrasi ditunjukkan dengan tidak cekungnya daerah ubun-ubun, turgor

kulit normal, membrane mukosa lembap, dan jumlah serta berat jenis urin kembali

normal.

3. Integritas kulit meningkat ditunjukkan oleh kulit yang tidak bersisik, tidak kering,

dan elastisitasnya normal.

4. Risiko infeksi berkurang atau tidak ada sama sekali ditandai dengan peningkatan

daya tahan tubuh.

5. Meningkatnya pengetahuan keluarga tentang malnutrisi, cara pencegahan, dan cara

mengatasinya.

14

Page 15: BAB I, II. III

BAB IV

PENUTUP

4.1  Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa Malnutrisi merupakan suatu keadaan di mana tubuh

mengalami gangguan terhadap absorbsi, pencernaan, dan penggunaan zat gizi untuk

pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas.

Penyebab Malnutrisi secara langsung ialah karena kurangnya asupan makanan:

Kurangnya asupan makanan sendiri dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah makanan yang

diberikan, kurangnya kualitas makanan yang diberikan dan cara pemberian makanan yang salah.

Serta karena adanya penyakit infeksi.

Sedangkan penyebab yang tidak langsung ialah kurangnya ketahanan pangan keluarga,

kualitas perawatan ibu dan anak, sanitasi lingkungan yang kurang, buruknya pelayanan

kesehatan

Penderita marasmus tanpa komplikasi dapat berobat jalan asal diberi penyuluhan

mengenai pemberian makanan yang baik; sedangkan penderita yang mengalami komplikasi serta

dehidrasi, syok, asidosis dan lain-lain perlu mendapat perawatan di rumah sakit.

Penatalaksanaan kwashiorkor bervariasi tergantung pada beratnya kondisi anak. Keadaan

shock memerlukan tindakan secepat mungkin dengan restorasi volume darah dan mengkontrol

tekanan darah. Pada tahap awal, kalori diberikan dalam bentuk karbohidrat, gula sederhana, dan

lemak. Protein diberikan setelah semua sumber kalori lain telah dapat menberikan tambahan

energi. Vitamin dan mineral dapat juga diberikan.

4.2  Saran

Pemenuhan akan kebutuhan gizi dalam tubuh merupakan salah satu cara meminimaklisir

terjadinya Malnutrisi. Cara itu dapat dilakukan dengan cara mengkonsumsi makanan yang

mengandung empat sehat lima sempurna.

15

Page 16: BAB I, II. III

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, Susilaningrum, Rekawati, Utami, Sri. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak

(Untuk Perawat Dan Bidan). Jakarta : Salemba Medika.

Hidayat, Aziz Alimul A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.

Richard E. Behrma, Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin, A. Samik Wahab. 1999. Ilmu

Kesehatan Anak Nelson Vol. 1. Jakarta : EGC.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.

16