bab i, ii. iii
DESCRIPTION
BBBBTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Malnutrisi merupakan masalah yang menjadi perhatian internasional serta memiliki
berbagai sebab yang saling berkaitan. Penyebab malnutrisi menurut kerangka konseptual
UNICEF dapat dibedakan menjadi penyebab langsung (immediate cause), penyebab tidak
langsung (underlying cause) dan penyebab dasar (basic cause).
Di Indonesia, penderita Malnutrisi terdapat di kalangan ibu dan masyarakat yang kurang
mampu ekonominya. Kondisi anak dengan gejala Malnutrisi dianggap kondisi “biasa” dan
dianggap sepele oleh orang tuanya. Masyarakat di Indonesia, para ibunya berpendapat bahwa
anak yang buncit perutnya bukan kekurngan nutrisi, melainkan karena penyakit cacingan.
Kematian akibat Malnutrisi dapat disebabkan oleh kurangnya asupan makanan yang
mengakibatkan kurangnya jumlah makanan yang diberikan, kurangnya kualitas makanan yang
diberikan dan cara pemberian makanan yang salah. Selain itu juga karena adanya penyakit,
terutama penyakit infeksi, mempengaruhi jumlah asupan makanan dan penggunaan nutrien oleh
tubuh.
.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah hal-hal apa saja yang berkaitan dengan asuhan
keperawatan malnutrisi.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas Sistem Pencernaan yang berupa makalah tentang Malnutrisi.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui definisi, etiologi, manifestasi klinis dari Malnutrisi.
2. Untuk mengetahui patofisiologi, Pathway, penatalaksanaan dari Malnutrisi
3. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik, klasifikasi, dan komplikasi dari
Malnutrisi
1
1.4 Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah dengan
menggunakan metode kepustakaan yaitu dengan mencari sumber dari berbagai literature baik
itu buku maupun dari berbagai media elektronik.
1.5 Insidensi
Program Lembaga Pangan Dunia (WFP) dalam penelitannya pada awal tahun 2008
menyebutkan jumlah penderita gizi buruk dan rawan pangan di Indonesia mencapai angka 13
juta. Meski data pemerintah yang disampaikan oleh Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari
secara resmi menyebutkan penderita gizi buruk hingga tahun 2007 mencapai angka 4,1 juta,
atau naik tiga kali lipat dibanding jumlah penderita yang sama di tahun 2005 yakni 1,67 juta
jiwa.
Tentunya, angka ini sangat mencengangkan dunia internasional, kenyataan ini membuat
salah satu produsen makanan ringan terkemuka di Indonesia menggalang aksi kepedulian
dengan mencantumkan data ini dalam kemasan produknya sehingga diharapkan masyarakat
berempati dan kemudian mendonasikan sebagian uangnya untuk penanggulangan gizi buruk.
Hingga akhir April 2008, sejumlah bencana masih melanda berbagai daerah, musim
penghujan belum kunjung usai, angin puting beliung, rob, banjir bandang dan longsor yang
melanda Jawa Tengah dan Jawa Timur dan badai elnina yang berefek pada ombak 4-6 meter di
sebagian wilayah laut Indonesia. Musibah ini mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan lahan
pertanian. Lahan pertanian yang sedianya menjadi sumber pangan bagi masyarakat, kondisnya
hancur, gagal panen (puso). Akibatnya masyarakat terancam kekurangan pangan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Malnutrisi
Malnutrisi adalah suatu keadaan di mana tubuh mengalami gangguan terhadap absorbsi,
pencernaan, dan penggunaan zat gizi untuk pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas.
Malnutrisi merupakan kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau absolute untuk
periode tertentu. (Bachyar Bakri, 2002)
Malnutrisi (Gizi salah) adalah kesalahan pangan terutama terletak dalam
ketidakseimbangan komposisi hidangan penyediaan makanan. (Akhmad Djaeni, 2004).
2.2 Etiologi Malnutrisi
2.2.1 Penyebab langsung :
1. Kurangnya asupan makanan: Kurangnya asupan makanan sendiri dapat disebabkan
oleh kurangnya jumlah makanan yang diberikan, kurangnya kualitas makanan yang
diberikan dan cara pemberian makanan yang salah.
2. Adanya penyakit: Terutama penyakit infeksi, mempengaruhi jumlah asupan
makanan dan penggunaan nutrien oleh tubuh.
2.2.2 Penyebab tidak langsung :
1. Kurangnya ketahanan pangan keluarga: Keterbatasan keluarga untuk menghasilkan
atau mendapatkan makanan.
2. Kualitas perawatan ibu dan anak.
3. Buruknya pelayanan kesehatan.
4. Sanitasi lingkungan yang kurang.
2.3 Manifestasi klinis Malnutrisi
Adapun tanda dan gejala dari malnutrisi adalah sebagai berikut:
1. Kelelahan dan kekurangan energi
2. Pusing
3
3. Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk
melawan infeksi)
4. Kulit yang kering dan bersisik
5. Gusi bengkak dan berdarah
6. Gigi yang membusuk
7. Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
8. Berat badan kurang
9. Pertumbuhan yang lambat
10. Kelemahan pada otot
11. Perut kembung
12. Tulang yang mudah patah
13. Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh
2.4 Patofisiologi Malnutrisi
Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak faktor.
Faktor-faktor ini dapat digolong-kan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh sendiri (host), agent
(kuman penyebab), environment (lingkungan). Memang faktor diet (makanan) memegang
peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan
hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mem-
pergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan kehidupan; karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh
sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit,
sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi
setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di
hepar dan di ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah jadi asam lemak, gliserol dan keton
bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau
kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai
memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh. Pada Malnutrisi, di dalam
4
tubuh sudah tidak ada lagi cadangan makanan untuk digunakan sebagai sumber energi. Sehingga
tubuh akan mengalami defisiensi nutrisi yang sangat berlebihan dan akan mengakibatkan
kematian.
2.5 Pathway
Dampak gangguan nutrisi
Kelemahan otot dan kelelahan karena energy yang menurun. Lansia dengan gangguan nutrisi
beresiko tinggi untuk terjatuh atau mengalami ketidakmampuan dalam mobilisasi yang
menyebabkan luka tekan atau cedera. Tulang akan mudah rusak dan proses penyembuhan luka
tekan akan berjalan lama serta kondisinya akan memburuk.
Kaum manula yang mendorong kesalahan gizi dapat dibagi menjadi 3 kelompok :
1. Malnutrisi umum
Diet tidak mengandung beberapa nutrient dalam jumlah yang memadai.
Produksi saliva
Proses perubahan pada Lansia
Fungsi ludah
Fungsi kelenjar pencernaan
Intake makanan
Gigi banyak yang lepas/ ompong
2. Defisiensi nutrient tertentu
Terjadi bila suatu makanan atau kelompok makanan tertentu tidak ada dalam diet.
Contoh : defisiensi zat besi pada manula yang keadaan gigi geliginya jelek sehingga
tidak makan daging karena kesulitan mengunyah dan konsumsi vit. C yang rendah
pada manula yang terus menerus dalam jangka waktu yang lama mengalami diet
lambung.
3. Obesitas
Disebabkan oleh kebiasaan makan yang jelek sejak usia muda. Gerakan manula
yang gemuk akan menjadi lebih sulit.
5
2.6 Penatalaksanaan Malnutrisi
2.6.1 Penatalaksanaan Medis
Prinsip pengobatan adalah makanan yang mengandung banyak protein
bernilai tinggi, banyak cairan, cukup vitamin dan mineral, masing-masing dalam
bentuk yang sudah dicerna dan diserap. Karena toleransi makanan masih rendah
pada permulaan, maka makanan jangan diberikan sekaligus banyak, tetapi
dinaikkan bertahap setiap hari. Diperlukan makanan yang mengandung protein
3-4 gram/ kg BB/ hari 150-175 kalori. Antibiotik diberikan jika terdapat infeksi
penyakit penyerta marasmus. Antibiotik efektif harus diberikan parenteral
selama 5-10 hari.
Untuk dehidrasi ringan sampai sedang, cairan diberikan secara oral atau
dengan pipa nasogastrik. Bayi ASI harus disusui sesering ia menghendaki. Untuk
dehidrasi berat, cairan intravena diperlukan. Jika cairan intravena tidak dapat
diberikan, infuse intraosseus (sumsum tulang) atau intaperitoneal 70 ml/ kg
larutan Ringer Laktat setengah kuat dapat menyelamatkan jiwa.
2.6.2 Penatalaksanaan Keperawatan
Pasien yang menderita defisiensi gizi tidak selalu dirawat di rumah sakit kecuali
yang menderita malnutrisi berat, kwashiorkor/ marasmik kwashiorkor atau
melnutrisi dengan komplikasi penyakit lainnya. Masalah pasien yang perlu
diperhatikan ialah memenuhi kebutuhan gizi, bahaya terjadi komplikasi,
gangguan rasa aman dan nyaman/ psikososial, dan kurangnya pengetahuan orang
tua pasien mengenai makanan anak.
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
Pada data laboratorium penurunan albumin serum merupakan perubahan yang paling
khas. Ketonuria sering ada pada stadium awal kekurangan makan tetapi seringkali menghilang
pada stadium akhir. Harga glukosa darah rendah, tetapi kurva toleransi glukosa dapat bertipe
diabetic. Ekskresi hidroksiprolin urin yang berhubungan dengan kreatinin dapat turun. Angka
asam amino esensial plasma dapat turun relatif terhadap angka asam amino non-esensial, dan
dapat menambah aminoasiduria.
6
Defisiensi kalium dan magnesium sering ada. Kadar kolesterol serum rendah, tetapi kadar
ini kembali ke normal sesudah beberapa hari pengobatan. Angka amilase, esterase, kolinesterase,
transaminase, lipase dan alkalin fosfatase serum turun. Ada penurunan aktivitas enzim pancreas
dan santhin oksidase, tetapi angka ini kembali normal segera sesudah mulai pengobatan. Anemia
dapat normositil, mikrositik, atau makrositik. Tanda-tanda defisiensi vitamin dan mineral
biasanya jelas. Pertumbuhan tulang biasanya terlambat. Sekresi hormon pertumbuhan mungkin
bertambah.
Diagnosa banding kehilangan protein adalah infeksi kronik, penyakit yang menyebabkan
kehilangan protein berlebihan melalui urin atau tinja, dan keadaan ketidakmampuan metabolik
untuk mensintesis protein.
2.8 Klasifikasi Malnutrisi
Kurang Energi Protein, secara umum dibedakan menjadi marasmus dan kwashiorkor.
a. Marasmus
Adalah suatu keadaan kekurangan kalori protein berat. Namun, lebih kekurangan kalori
daripada protein. Penyebab marasmus adalah sebagai berikut :
1. Intake kalori yang sedikit.
2. Infeksi yang berat dan lama, terutama infeksi enteral.
3. Kelainan struktur bawaan.
4. Prematuritas dan penyakit pada masa neonates.
5. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup.
6. Gangguan metabolism.
7. Tumor hipotalamus.
8. Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang kurang.
9. Urbanisasi.
b. Kwashiorkor
Adalah suatu keadaan di mana tubuh kekurangan protein dalam jumlah besar. Selain itu,
penderita juga mengalami kekurangan kalori. Penyebabnya adalah :
1. Intake protein yang buruk.
2. Infeksi suatu penyakit.
3. Masalah penyapihan.
7
Tabel Klasifikasi IMT Menurut WHO :
Klasifikasi IMT (kg/ m2)
Malnutrisi berat < 16,0
Malnutrisi sedang 16,0 – 16,7
Berat badan kurang/ malnutrisi ringan 17,0 – 18,5
Berat badan normal 18,5 – 22,9
Berat badan kurang ≥ 23
Dengan resiko 23 – 24,9
Obes I 25 – 29,9
Obes II ≥ 30
2.9 Komplikasi Malnutrisi
a. Diabetes mellitus
b. Hipertensi
c. Penyakit jantung
d. Gastritis
e. Ulkus peptikum
8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan
Data-data yang perlu dikaji adalah data-data yang didapatkan pada anak berkaitan dengan
malnutrisi (khas), sebagai berikut :
3.1.1 Analisa :
1. Identitas.
2. Keluhan utama.
3. Riwayat kesehatan sekarang.
4. Riwayat kesehatan yang lalu.
5. Riwayat kesehatan keluarga.
3.1.2 Pemeriksaan fisik :
1. Pada anak penderita kwashiorkor ditemukan keluhan dan gejala, yaitu :
a) Muka sembab.
b) Letargi.
c) Edema.
d) Warna rambut pirang seperti rambut jagung.
e) Alopesia (botak).
f) Anoreksia (kurang nafsu makan).
g) Anemia (anemis).
h) Apatis.
i) Gagal tumbuh.
j) Pada pemeriksaan antropometri, berat badan dan tinggi badan
mengalami keterlambatan.
k) Jaringan otot mengecil (atrofi).
l) Jaringan subkutan tipis dan lembut.
m) Kulit bersisik.
9
2. Pada anak penderita marasmus ditemukan keluhan dan gejala, yaitu :
a) Kurus (perubahan berat badan).
b) Tampak seperti orang tua (old face).
c) Letargi.
d) Ubun-ubun cekung pada bayi.
e) Malaise.
f) Asites.
g) Apatis dan kelaparan.
h) Pada pemeriksaan antropometri status gizi kurang.
i) Turgor kulit rusak.
j) Kulit berkeriput.
k) Jaringan subkutan hilang.
3.1.3 Penunjang diagnosis; pemeriksaan yang sering dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan darah, umumnya didapatkan hasil :
a) Hb dan eritrosit menurun.
b) Leukosit normal, menurun, atau meningkat.
c) Kadar albumin rendah.
d) Kadar glukosa darah rendah.
e) Kadar kolesterol serum rendah.
2. Pemeriksaan urin, umumnya didapatkan hasil :
a) Berat jenis urin.
b) pH urin.
c) Ketonuria.
d) Ekskresi hidroksiprolin urin yang berhubungan dengan kreatinin
turun.
3. Pemeriksaan Chest X- Ray : Pembesaran hepar dan lien.
3.2 Diagnosa / Masalah Keperawatan
Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi pada bayi dengan malnutrisi energi protein
(kwashiorkor dan marasmus) antara lain :
10
1. Kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan).
2. Kurang volume cairan.
3. Gangguan integritas kulit.
4. Risiko infeksi.
5. Kurang pengetahuan.
3.3 Intervensi / Rencana Tindakan Keperawatan
1. Kurang Nutrisi (Kurang Dari Kebutuhan)
Masalah kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan) pada anak dengan malnutrisi
energi dan protein (kwashiorkor dan marasmus) ini disebabkan nafsu makan
menurun yang juga dikarenakan gangguan pada saluran pencernaan, kurangnya
enzim yang diperlukan dalam pencernaan makanan atau juga adanya atrofi vili usus
sehingga dapat mengganggu proses penyerapan. Tujuan rencana keperawatan yang
dapat dilakukan adalah mengatasi masalah kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan)
agar proses metabolisme dalam tubuh kembali normal.
2. Kurang Volume Cairan
Kekurangan volume cairan pada malnutrisi energi protein dapat disebabkan
karena kemampuan proses penyerapan yang kurang dan berkembang biaknya flora
usus yang selanjutnya menimbulkan diare. Untuk itu, rencana tindakan yang dapat
dilakukan adalah mengatasi kekurangan volume cairan melalui peningkatan hidrasi.
Tanda keberhasilan upaya hidrasi yang ditunjukkan dengan tidak cekungnya daerah
ubun-ubun, turgor kulit normal, membrane mukosa lembap, dan jumlah serta berat
jenis urin kembali normal.
3. Gangguan Integritas Kulit
Terjadinya gangguan integritas kulit disebabkan karena tubuh mengalami
kekurangan zat gizi zeperti kalori dan protein sehingga memudahkan terjadi
kerusakan pada kulit, sangat mudah lecet. Untuk mengatasi masalah tersebut,
integritas kulit perlu ditingkatkan. Peningkatannya dapat ditunjukkan oleh kulit yang
tidak bersisik, tidak kering, dan elastisitasnya normal.
11
4. Risiko Infeksi
Risiko infeksi ini kemungkinan dapat ditemukan pada kurang kalori protein
karena penurunan daya tahan tubuh khususnya sistem kekebalan seluler, mengingat
kekurangan zat gizi. Risiko infeksi yang dapat ditimbulkan seperti
bronkopneumonia, dan tuberculosis.
5. Kurang Pengetahuan
Masalah kurang pengetahuan pada anak dengan malnutrisi energi protein ini
banyak dijumpai pada anak dengan keluarga berpendidikan rendah dengan sosial
ekonomi lemah. Hal tersebut dapat juga disebabkan karena minimnya informasi
tentang penyediaan cara pemberian makan pada anak dengan gizi yang seimbang.
Untuk itu, rencana keperawatan yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan
pengetahuan keluarga.
3.4 Implementasi/Tindakan Keperawatan
1. Kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan), tindakan yang dilakukan :
a) lakukan pengaturan makanan dengan berbagai tahap, salah satunya adalah
tahap penyesuaian yang dimulai dari pemberian kalori sebanyak 50 kal/ kg bb/
hari dalam cairan 200 ml/ kg bb/ hari pada kwashiorkor dan 250 ml/ kg bb/
hari pada marasmus.
b) Berikan makanan tinggi kalori (3-4 gram/ kg bb/ hari) dan tinggi protein (160-
175 gram/ kg bb/ hari) pada kekurangan energi dan protein berat, serta berikan
mineral dan vitamin.
c) Pada bayi berat badan kurang dari 7 kg berikan susu rendah laktosa (low
lactose milk-LLM) dengan cara 1/3 LLM ditambah glukosa 10% tiap 100 ml
susu ditambah 5 gram glukolin untuk mencegah hipoglikemia selama 1-3 hari
kemudian, pada hari berikutnya 2/3.
d) Apabila berat badan lebih dari 7 kg maka pemberian makanan dimulai dengan
makanan bentuk cair selama 1-2 hari, lanjutkan bentuk lunak, tim, dan
seterusnya, dan lakukan pemberian kalori mulai dari 50 kal/ kg bb/ hari.
12
e) Lakukan evaluasi pola makan, berat badan, tanda perubahan kebutuhan
nutrisi; seperti turgor, nafsu makan, kemampuan absorpsi, bising usus, dan
tanda vital
2. Kurang volume cairan, tindakan yang dilakukan :
a) Berikan cairan tubuh yang cukup melalui rehidrasi jika terjadi dehidrasi.
b) Monitor keseimbangan cairan tubuh dengan mengukur asupan dan keluaran,
dengan cara mengukur berat jenis urin.
c) Pantau terjadinya kelebihan cairan serta perubahan status dehidrasi.
d) Berikan penjelasan terhadap makanan yang dianjurkan untuk membantu
proses penyerapan, seperti tinggi kalori, tinggi protein, mengandung vitamin,
dan mineral.
e) Lihat pengelolaan diare.
3. Gangguan integritas kulit, tindakan yang dilakukan :
a) Pertahankan agar kulit tetap bersih dan kering dengan cara memandikan dua
kali sehari dengan air hangat dan apabila kotor atau basah segera ganti
pakaian. Keringkan daerah basah dengan memberikan bedak (krim kulit).
b) Lakukan pergantian posisi tidur setiap 2-3 jam dengan dan lakukan
pembersihan pada daerah yang tertekan dengan air hangat, jika perlu gunakan
alat matras yang lembut.
c) Berikan suplemen vitamin.
d) Berikan penjelasan untuk menghindari penggunaan sabun yang dapat
mengiritasi kulit.
e) Monitor keutuhan kulit setia 6-8 jam.
4. Risiko infeksi, tindakan yang dilakukan :
a) Gunakan standar kehati-hatian umum (universal precaution) seperti dalam
mencuci tangan, menjaga kebersihan, cara kontak dengan pasien, dan
menghindarkan anak dari penyakit infeksi.
13
b) Berikan imunisasi pada anak yang belum diimunisasi sesuai dengan jadwal
imunisasi.
c) Pantau adanya tanda lanjut dari infeksi, seperti mengkaji suhu, nadi, leukosit,
atau tanda infeksi lainnya.
5. Kurang pengetahuan, tindakan yang dilakukan :
a) Ajarkan pada keluarga tentang cara pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan gizi
yang seimbang dengan mendemonstrasikan atau memberikan contoh bahan
makanan, cara memilih dan memasak, serta tunjukkan makanan pengganti
protein hewani apabila dirasakan mahal, seperti tempe, tahu, atau makanan
yang dibuat dari kacang-kacangan.
b) Anjurkan untuk aktif dalam kegiatan posyandu agar pemantauan status gizi
dan pemberian makanan tambahan dapat diatasi.
3.5 Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan tercapai tujuan intervensi dari setiap
diagnosa keperawatan, yaitu sebagai berikut.
1. Masalah kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan) teratasi ditandai dengan proses
metabolisme dalam tubuh kembali normal.
2. Peningkatan hidrasi ditunjukkan dengan tidak cekungnya daerah ubun-ubun, turgor
kulit normal, membrane mukosa lembap, dan jumlah serta berat jenis urin kembali
normal.
3. Integritas kulit meningkat ditunjukkan oleh kulit yang tidak bersisik, tidak kering,
dan elastisitasnya normal.
4. Risiko infeksi berkurang atau tidak ada sama sekali ditandai dengan peningkatan
daya tahan tubuh.
5. Meningkatnya pengetahuan keluarga tentang malnutrisi, cara pencegahan, dan cara
mengatasinya.
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Malnutrisi merupakan suatu keadaan di mana tubuh
mengalami gangguan terhadap absorbsi, pencernaan, dan penggunaan zat gizi untuk
pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas.
Penyebab Malnutrisi secara langsung ialah karena kurangnya asupan makanan:
Kurangnya asupan makanan sendiri dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah makanan yang
diberikan, kurangnya kualitas makanan yang diberikan dan cara pemberian makanan yang salah.
Serta karena adanya penyakit infeksi.
Sedangkan penyebab yang tidak langsung ialah kurangnya ketahanan pangan keluarga,
kualitas perawatan ibu dan anak, sanitasi lingkungan yang kurang, buruknya pelayanan
kesehatan
Penderita marasmus tanpa komplikasi dapat berobat jalan asal diberi penyuluhan
mengenai pemberian makanan yang baik; sedangkan penderita yang mengalami komplikasi serta
dehidrasi, syok, asidosis dan lain-lain perlu mendapat perawatan di rumah sakit.
Penatalaksanaan kwashiorkor bervariasi tergantung pada beratnya kondisi anak. Keadaan
shock memerlukan tindakan secepat mungkin dengan restorasi volume darah dan mengkontrol
tekanan darah. Pada tahap awal, kalori diberikan dalam bentuk karbohidrat, gula sederhana, dan
lemak. Protein diberikan setelah semua sumber kalori lain telah dapat menberikan tambahan
energi. Vitamin dan mineral dapat juga diberikan.
4.2 Saran
Pemenuhan akan kebutuhan gizi dalam tubuh merupakan salah satu cara meminimaklisir
terjadinya Malnutrisi. Cara itu dapat dilakukan dengan cara mengkonsumsi makanan yang
mengandung empat sehat lima sempurna.
15
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam, Susilaningrum, Rekawati, Utami, Sri. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak
(Untuk Perawat Dan Bidan). Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, Aziz Alimul A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Richard E. Behrma, Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin, A. Samik Wahab. 1999. Ilmu
Kesehatan Anak Nelson Vol. 1. Jakarta : EGC.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.
16